Yth. Para Kuasa Pengguna Anggaran Satker Mitra Kerja Kanwil DJPb Provinsi Aceh
Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerja samanya diucapkan terima kasih.
Tembusan:
1. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Tipe A1 Banda Aceh
2. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Tipe A1 Lhok Seumawe
3. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Tipe A1 Meulaboh
4. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Tipe A1 Langsa
5. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Tipe A2 Tapaktuan
6. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Tipe A2 Kutacane
7. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Tipe A2 Takengon
Dokumen ini telah ditandatangani menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertfikat Elektronik (BSrE), BSSN. Untuk memastikan keaslian tanda tangan
elektronik, silakan pindai QR Code pada laman https://office.kemenkeu.go.id atau unggah dokumen pada laman https://tte.kominfo.go.id/verifyPDF
EARLY WARNING
BERDASARKAN PERMASALAHAN YANG TERJADI PADA SEMESTER 1 TAHUN 2022
Dalam rangka mitigasi dan early warning pengawalan Belanja Satker Semester 1 Tahun 2023,
berikut kami sampaikan poin-poin utama yang telah terjadi Semester I Tahun 2022 beserta
warning atas permasalahan yang mungkin terjadi di Tahun 2023 dan strategi yang perlu
dilakukan, berdasarkan hasil Laporan Reviu Pelaksanaan Anggaran (RPA) Kanwil DJPb Aceh
Semester I Tahun 2022 dan Laporan RPA Nasional Semester I Tahun 2022.
Permasalahan:
1. Kebijakan AA ini masih memberikan hambatan dan tantangan dalam pelaksanaan anggaran
terutama pada penganggaran yang dilakukan Satker dimana harus dilakukan pemilihan
anggaran dengan prioritas rendah.
2. Terdapat alokasi belanja untuk pekerjaan fisik yang telah selesai proses perencanaan
kegiatannya, namun saat akan dilakukan pekerjaan fisik sisa alokasi belanja mengalami
blokir AA. Hal ini menyebabkan penundaan penyelesaiaan pekerjaan dan dilanjutkan pada
TA selanjutnya.
Rekomendasi:
K/L agar meningkatkan kualitas koordinasi dan komunikasi antar unit.
2
b. Revisi Belanja K/L
Dalam pelaksanaan anggaran selama satu tahun anggaran sangat dimungkinkan terjadi
perubahan-perubahan pelaksanaan kegiatan yang disebabkan oleh beberapa faktor baik internal
maupun eksternal K/L. Perubahan pelaksanaan kegiatan tersebut menyebabkan adanya revisi
anggaran pada masing-masing K/L atau satker.
PERMASALAHAN
1. Waktu penyelesaian revisi anggaran dari Satker vertikal di daerah yang diajukan ke DJA
harus melalui eselon I yang tidak dapat diprediksi batas waktu penyelesaiannya. Selama
masa menunggu tersebut, Satker tidak dapat mengajukan revisi ke DJPb atau KPA dan
menjadi terhambat karena masih menunggu proses penyelesaian revisi yang dilakukan oleh
eselon I.
2. Pemahaman Satker terhadap tata cara revisi serta kewenangan revisi anggaran yang belum
seragam menyebabkan proses revisi menjadi terhambat. Hal ini seringkali diakibatkan
adanya pergantian pejabat pengelola keuangan dan tidak dilakukan transfer knowledge oleh
pejabat sebelumnya sehingga dalam proses revisi seringkali mengalami kendala, baik dalam
proses revisi POK maupun revisi DIPA.
3. Adanya kendala jaringan terkait dengan penggunaan aplikasi SAKTI.
REKOMENDASI
1. Koordinasi dan sinergi eselon I dengan instansi vertikalnya perlu ditingkatkan dalam rangka
efektifitas dan efisiensi proses revisi anggaran yang diajukan melalui eselon I K/L.
2. Terkait dengan adanya mutasi pegawai sebaiknya dapat dilakukan transfer knowledge
sehingga membantu kelancaran proses pelaksanaan anggaran.
3. Koordinasi internal Satker dalam pelaksanaan kegiatan.
PERMASALAHAN
1. Waktu penyelesaian revisi anggaran dari Satker vertikal di daerah yang diajukan ke DJA
harus melalui eselon I yang tidak dapat diprediksi batas waktu penyelesaiannya. Selama
masa menunggu tersebut, Satker tidak dapat mengajukan revisi ke DJPb atau KPA dan
3
menjadi terhambat karena masih menunggu proses penyelesaian revisi yang dilakukan oleh
eselon I.
2. Pemahaman Satker terhadap tata cara revisi serta kewenangan revisi anggaran yang belum
seragam menyebabkan proses revisi menjadi terhambat. Hal ini seringkali diakibatkan
adanya pergantian pejabat pengelola keuangan dan tidak dilakukan transfer knowledge oleh
pejabat sebelumnya sehingga dalam proses revisi seringkali mengalami kendala, baik dalam
proses revisi POK maupun revisi DIPA.
3. Adanya kendala jaringan terkait dengan penggunaan aplikasi SAKTI.
REKOMENDASI
1. Koordinasi dan sinergi eselon I dengan instansi vertikalnya perlu ditingkatkan dalam rangka
efektifitas dan efisiensi proses revisi anggaran yang diajukan melalui eselon I K/L.
2. Terkait dengan adanya mutasi pegawai sebaiknya dapat dilakukan transfer knowledge
sehingga membantu kelancaran proses pelaksanaan anggaran.
a. Kontrak Pra-DIPA
Pasal 30 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 diatur bahwa proses pelelangan
dalam rangka Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah sudah dapat dimulai setelah rencana
kerja dan anggaran Kementerian Negara/Lembaga disetujui oleh DPR walaupun DIPA tahun
anggaran berikutnya tersebut belum disahkan dan belum berlaku efektif.
Biaya proses pelelangan untuk jenis belanja modal dialokasikan dalam TA berjalan.
Penandatanganan perjanjian/kontrak atas pengadaan barang/jasa sebagai tindak lanjut atas
pelaksanaan lelang tetap dilakukan setelah DIPA tahun anggaran berikutnya disahkan dan
berlaku efektif.
Kontrak Pra-DIPA akan mempercepat keseluruhan proses kegiatan sehingga akan mempercepat
penyerapan belanja. Permasalahan yang masih dihadapi adalah mindset Satker bahwa secara
hukum seluruh tahapan harus di mulai di TA berjalan, sehingga lelang pra-DIPA dikhawatirkan
akan salah secara hukum, disamping juga alokasinya mungkin saja dala posisi terblokir.
Pekerjaan utama di bagian teknis juga membuat para pejabat pengadaan menomorduakan
pekerjaan pengadaan.
4
Rekomendasi
1. Mendorong lelang pra-DIPA sesuai Langkah-langkah Strategis Pelaksanaan Anggaran TA
2023 yang telah ditetapkan Menteri Keuangan.
2. DJPb mempertahankan pengaturan indikator kinerja belanja kontraktual pada Penilaian
IKPA 2023.
3. Kanwil DJPb mengawal lelang pra-DIPA sejak awal tahun anggaran dan memonitor Satker
yang melaksanakannya serta mendorong percepatan lelang di awal tahun (triwulan 1).
4. Sosialisasi Kanwil DJPb dan KPPN memberikan edukasi kepada Satker untuk
melaksanakan lelang pra-DIPA, menyegerakan lelang di triwulan 1, dan melengkapi
prasyarat yang diperlukan (panitia/pejabat, dll).
5. Kanwil DJPb memberikan edukasi terkait anggaran berbasis kinerja, value for money belanja,
dan keterkaitannya dengan pengadaan barang dan jasa.
Rekomendasi:
1. Mendorong K/L untuk membuat skema pengadaan barang dan jasa untuk memastikan tidak
terjadinya keterlambatan khususnya pada kegiatan fisik infrastruktur yang membutuhkan
waktu relatif lama dalam penyelesaian pekerjaannya.
2. Mendorong K/L menyusun mekanisme monitoring atas progres lelang, termasuk resiko
kelambatan proses lelang yang terjadi, dan koordinasi yang dibutuhkan (Satker-Unit Pusat).
3. K/L perlu melakukan pengendalian yang diperlukan bilamana kondisi pokja melebihi
kapasitas. Perlu untuk memastikan SDM pengadaan di UKPBJ Pusat mencukupi kebutuhan.
Dapat dilakukan penempatan perwakilan Satker dalam UKPBJ Pusat, utamanya para
fungsional pejabat pengadaan yang dapat ditempatkan pada struktur UKPBJ Pusat.
4. Satker perlu secara intens melakukan koordinasi dengan unit eselon I K/L berkenaan dengan
usulan lelang yang masih dalam tahap antrian.
5. Satker perlu sebisa mungkin memilih opsi melakukan pembelian barang melalui sarana e-
katalog yang disediakan oleh LKPP. Satker dapat melakukan pengadaan untuk barang yang
harganya ratusan ribu sampai dengan miliar tanpa memerlukan adanya proses tender.
6. Kanwil DJPb dan KPPN perlu melakukan monitoring atas Satker-satker yang mempunyai
proses lelang secara terpusat dalam jumlah nominal yang besar. Secara berkala, dilakukan
konfirmasi atas progresnya dalam kegiatan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran dan hasil
konfirmasi dikoordinasikan dengan Direktorat PA.
7. Untuk akhir tahun, DJPb melakukan mitigasi risiko berkenaan dengan penyelesaian
pekerjaan, mitigasi atas penumpukan belanja dan potensi permintaan dispensasi SPM di
akhir tahun, termasuk penyelesaian pekerjaan fisik (progres).
Kendala TKDN
Kebijakan optimalisasi belanja produk dalam negeri menyulitkan pengadaan peralatan yang
banyak berasal dari luar negeri (impor). Pihak vendor sebagai penyedia, akhirnya harus
melakukan penghitungan ulang untuk barang yang dibutuhkan sesuai dengan kualifikasi dan
spesifikasi baru. Hal ini menyebabkan penyelesaian pengadaan menjadi lebih lama dari jadwal
yang ditetapkan semula dan menjadi bottleneck penyerapan anggaran
Rekomendasi
1. Seluruh pihak, baik LKPP, Kemenko Marves, Kementerian Keuangan agar memberikan
sosialisasi secara masif terkait implementasi TKDN.
2. Kementerian/Lembaga agar dapat menyusun secara cepat petunjuk teknis lebih lanjut dalam
rangka implementasi peraturan TKDN dalam pengadaan barang/jasa pemerintah di
lingkupnya.
Kendala e-katalog
1. Spesifikasi barang/jasa di e-katalog yang disediakan oleh LKPP tidak lengkap;
2. Kurang memenuhi kebutuhan proses pengadaan barang/jasa dan/atau terlambat diupdate
jenis barang yang tersedia oleh LKPP.
3. Spesifikasi barang/jasa di e-katalog tidak tersedia;
4. Harga barang/jasa di e-katalog lebih mahal daripada marketplace;
5. Lambatnya respon penyedia barang atas pesanan yang sudah dilakukan oleh PPK.
Rekomendasi
1. Proses perincian kebutuhan barang/jasa di lingkup satker K/L agar dapat dilakukan secara
lebih dini dengan mekanisme update/penyesuaian yang telah dipermudah dan dipercepat
sehingga rincian barang/jasa dalam e-Katalog dapat lebih lengkap.
2. LKPP perlu mendorong Penyedia barang/jasa dalam e-katalog untuk merespon pesanan
secara cepat dan dibuat pengaturan daluwarsa atas lambatnya respon penyedia.
3. Dalam hal e-Katalog belum tersedia/tidak memuat spesifikasi barang/jasa yang dibutuhkan,
Satker dan K/L agar segera memproses pengadaan dengan mekanisme lain.
c. Gagal Lelang
Kendala Gagal Kelang
7
Dalam pelaksanaannya, kegiatan pemilihan penyedia barang melalui lelang/tender yang
diadakan oleh UKPBJ baik yang terpusat maupun di daerah, sering menemui kendala. Bahkan
terdapat lelang yang dibatalkan. Pembatalan lelang untuk kegiatan ini disebabkan oleh belum
finalnya perencanaan yang dilakukan satker dan beberapa penyebab lain.
Rekomendasi
1. Satker dan K/L diminta agar hanya menganggarkan kegiatan yang telah memenuhi seluruh
persyaratannya baik administratif maupun teknis. Untuk kegiatan yang masih memerlukan
tambahan persyaratan lain, agar tidak dialokasikan terlebih dahulu atau dapat melakukan
blokir pada kegiatan berkenaan. Untuk kegiatan yang terlanjur dianggarkan dan
persyaratannya belum lengkap, Satker dan K/L agar tidak menunda-nunda pemenuhan
prasyarat dan melakukan lelang segera.
2. Satker dan K/L dapat mengalokasikan dananya ke kegiatan lain atau ke satker lain untuk
yang terjadi pembatalan lelang.
Permasalahan
1. Adanya biaya administrasi berupa biaya tambahan (surcharge) yang dikenakan kepada
Pemegang KKP pada setiap transaksi. Dikenakan biaya administrasi apabila melakukan
pembayaran KKP melalui teller bank;
2. Persyaratan pengajuan KKP yang cukup banyak. Proses pengurusan perubahan pemegang
KKP ternyata membutuhkan waktu yang cukup lama.
8
3. Adanya keterlambatan pihak Bank Penerbit KKP dalam menerbitkan tagihan KKP. Satker
K/L merasa terlalu lama untuk mendapatkan Daftar Tagihan Sementara sehingga
percepatan pembayaran tagihan KKP (revolving) menjadi terhambat.
4. Satker K/L mengalami Kesulitan untuk mendapatkan rekanan yang memiliki mesin Electronic
Data Capture (EDC).
5. Tidak disediakan aplikasi pemantauan transaksi KKP dari Pihak Bank Penerbit KKP,
sehingga apabila terjadi transaksi ganda harus menunggu billing statement terlebih dahulu.
Permasalahan.
1. Akses Aplikasi SAKTI di mana Satker kesulitan di dalam mengakses aplikasi, berupa aplikasi
error, susah untuk melakukan log in aplikasi, dan akses aplikasi yang lambat.
2. Kondisi sarana dan prasarana yaitu jaringan beberapa satker mengalami kendala
pengaksesan aplikasi SAKTI akibat keterbatasan sarana dan prasarana terutama rendahnya
kualitas sinyal dan jaringan internet di daerah.
3. Kualitas SDM Pengguna SAKTI belum merata di tiap Satker. Mutasi SDM pengelola
keuangan juga menjadi permasalahan yang menyebabkan kurangnya pemahaman SDM
Pengelola Keuangan dikarenakan pegawai baru perlu mempelajari modul aplikasi SAKTI
termasuk kekhawatiran pengguna untuk mengoperasikan aplikasi SAKTI.
Permasalahan
Proses validasi ketersediaan dan kecukupan alokasi MP PNBP di aplikasi SAKTI yang dilakukan
pada saat proses persetujuan SPM oleh PPSPM, turut mengikutsertakan atau memvalidasi SPM
UP. Hal ini menyebabkan tertolaknya SPM untuk beban pagu PNBP pada saat proses
persetujuan SPM oleh PPSPM, padahal secara realisasi alokasi MP PNBP masih mencukupi
untuk pembayaran SPM tersebut. Sebenarnya satker bisa saja mengajukan permohonan
penetapan MP PNBP tahap selanjutnya kepada Kanwil DJPb atau Ditjen Perbendaharaan.
Khusus Satker PNBP diatur ketentuan bahwa batasan penggunaan sumber dana PNBP
ditentukan oleh besaran MP PNBP, tidak serta merta sebesar pagu PNBP yang tersedia.
Pengelolaan UP/TUP
PMK Nomor 190/PMK.05/2012 mengatur bahwa untuk membiayai kegiatan operasional sehari-
hari dan pengeluaran yang tidak dapat dilakukan melalui mekanisme Pembayaran Langsung
(LS), Satker dapat diberikan Uang Persediaan, yaitu uang muka kerja dari Kuasa BUN kepada
Bendahara Pengeluaran yang dapat dimintakan penggantiannya (revolving). Penggantian UP
tunai dilakukan apabila telah dipergunakan paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari besaran
UP tunai. Dalam praktiknya masih terdapat satuan kerja yang terlambat
mempertanggungjawabkan UP/TUP.
Permasalahan
Dalam praktiknya masih terdapat satuan kerja yang terlambat mempertanggungjawabkan
UP/TUP. Permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan UP/TUP adalah Satker sering
mengalami kesulitan dalam melakukan revolving UP ataupun pertanggungjawaban TUP akibat
dari jumlah UP/TUP yang terlalu besar dan menyebabkan keterlambatan pada pengajuan
GUP/PTUP.
Permasalahan Spesifik K/L: (5) Satker Lingkup Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Riset, Teknologi Aceh
1. Adanya keterlambatan pencairan anggaran PNBP akibat satker PNBP tidak segera
menyampaikan permintaan persetujuan MP PNBP.
2. Masih kurang pahamnya satker PNBP terkait dengan perubahan kebijakan pemberian MP
utamanya pada satker PTN yang tidak dapat lagi menggunakan pendapatan TAYL untuk
membiayai belanja sumber dana PNBP tahun anggaran berjalan.
3. Kendala TKDN dalam pengadaan alat-alat laboratorium satker PTN.
Permasalahan Spesifik K/L: (8) Satker Lingkup Kementerian Hukum dan HAM Aceh
1. Deviasi halaman III DIPA masih tinggi dikarenakan realisasi tidak mencapai rencana yang
telah ditentukan karena dalam proses pengadaan.
2. Belanja modal fisik dengan nilai besar sebagian besar akan selesai di bulan Desember, serta
belanja BAMA bulan Desember biasanya dibayar untuk 2 bulan sekaligus sehingga realisasi
menjadi terkonsentrasi di Bulan Desember.
3. Terdapat realisasi anggaran yang didasarkan pada banyaknya kegiatan penegakan hukum
yang sampai dengan akhir Semester I 2022 jumlahnya masih sedikit.
12
4. Alokasi belanja pegawai pada DIPA TA 2022 per satker perlu dihitung dengan baik, agar
tidak terjadi pagu minus pada belanja pegawai sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.
Menteri Keuangan
GEDUNG DJUANDA I LANTAI 3, JALAN DR. WAHIDIN RAYA NOMOR 1 JAKARTA 10710, KOTAK POS 21
TELEPON (021) 3449230, FAKSIMILE (021) 3453710, LAMAN www.kemenkeu.go.id
2
Tembusan:
1. Presiden Republik Indonesia
2. Wakil Presiden Republik Indonesia
3. Wakil Menteri Keuangan
4. Direktur Jenderal Anggaran
5. Direktur Jenderal Perbendaharaan
GEDUNG DJUANDA I LANTAI 3, JALAN DR. WAHIDIN RAYA NOMOR 1 JAKARTA 10710, KOTAK POS 21
TELEPON (021) 3449230, FAKSIMILE (021) 3453710, LAMAN www.kemenkeu.go.id
Dokumen ini telah ditandatangani menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertfikat Elektronik (BSrE), BSSN. Untuk memastikan keaslian tanda tangan
elektronik, silakan pindai QR Code pada laman https://office.kemenkeu.go.id atau unggah dokumen pada laman https://tte.kominfo.go.id/verifyPDF