Anda di halaman 1dari 20

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN


KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PROVINSI
ACEH
GEDUNG A LANTAI 2 & 3, KOMPLEK GEDUNG KEUANGAN NEGARA, JALAN TGK. CHIK DITIRO, BANDA ACEH 23241;
TELEPON (0651) 31070 FAKSIMILE (0651) 31094 SUREL: web.kwldjpbaceh@gmail.com,
LAMAN: www.djpb.kemenkeu.go.id/kanwil/aceh

Nomor : S-47/WPB.01/2023 18 Januari 2023


Sifat : Segera
Lampiran : -
Hal : Penyampaian Early Warning Pengawalan Belanja Satker Semester 1 Tahun 2023

Yth. Para Kuasa Pengguna Anggaran Satker Mitra Kerja Kanwil DJPb Provinsi Aceh

Sehubungan dengan pelaksanaan anggaran belanja Kementerian Negara/Lembaga


(K/L) Semester 1 Tahun 2023, dan menindaklanjuti Surat Menteri Keuangan Nomor S-
1047/MK.05/2022 hal Langkah-Langkah Strategis Pelaksanaan Anggaran TA 2023 (surat
terlampir), bersama ini kami sampaikan hal-hal sebagai berikut:
1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-195/PMK.05/2018 hal Monitoring dan Evaluasi
Pelaksanaan Anggaran K/L telah mengamanatkan bahwa Reviu Pelaksanaan Anggaran
(RPA) merupakan salah satu aktivitas monitoring dan evaluasi pelaksanaan anggaran yang
dilaksanakan oleh Bendahara Umum Negara.
2. RPA bertujuan untuk mengetahui kesiapan pelaksanaan anggaran, mengidentifikasi
permasalahan eksekusi kegiatan (bottleneck) yang timbul atau akan timbul serta
memastikan pencapaian kemajuan dan hasil pelaksanaan anggaran belanja K/L, termasuk
rekomendasi penyelesaian masalah dan policy note, dan early warning untuk periode
selanjutnya.
3. Dalam rangka percepatan pelaksanaan program dan kegiatan serta untuk mewujudkan
belanja pemerintah yang lebih berkualitas (spending better), perlu dilakukan mitigasi atas
berbagai potensi permasalahan yang mungkin akan timbul di tahun 2023.
4. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dan memperhatikan Laporan RPA tingkat Wilayah
Aceh periode Semester 1 Tahun 2022, bersama ini kami sampaikan early warning
berdasarkan permasalahan Semester 1 Tahun 2022 sebagaimana terlampir.
5. Early Warning ini meliputi permasalahan spesifik tematik (kesesuaian perencanaan,
pengadaaan barang dan jasa, dan mekanisme pelaksanaan anggaran), dan permasalahan
spesifik dari 10 K/L dengan pagu terbesar di Aceh. Adapun ringkasan poin utama
permasalahan yang terjadi antara lain:
A. Permasalahan Kesesuaian Perencanaan
1) Kebijakan Automatic Adjustment (AA) masih memberikan hambatan dan tantangan
dalam pelaksanaan anggaran.
2) Terdapat alokasi belanja pekerjaan fisik yang telah selesai proses perencanaan
kegiatannya, namun saat akan dilakukan pekerjaan fisik sisa alokasi belanja
2

mengalami blokir AA. Hal ini menyebabkan penyelesaian pekerjaan dilanjutkan


pada TA selanjutnya.
3) Waktu penyelesaian revisi anggaran dari Satker yang diajukan ke DJA harus melalui
eselon I yang tidak dapat diprediksi batas waktu penyelesaiannya.
4) Pergantian pejabat pengelola keuangan kerap kali tidak disertai transfer knowledge
oleh pejabat sebelumnya sehingga proses revisi seringkali mengalami kendala.
5) Nilai deviasi cukup tinggi dikarenakan terdapat K/L yang kurang memperhitungkan
realisasi anggaran dengan yang direncanakan sebelumnya.
B. Permasalahan Pengadaan Barang dan Jasa
1) Terdapat mindset pimpinan satker yang tidak mendukung Kontrak Pra-DIPA karena
ber anggapan seluruh tahapan pelaksanaan anggaran harus dimulai pada 1
Januari.
2) Tingginya volume kerja yang harus diselesaikan oleh UKPBJ Pusat menimbulkan
risiko terpilihnya penyedia yang kurang kompeten menjadi pemenang tender.
3) Kebijakan optimalisasi belanja produk dalam negeri/TKDN menyulitkan pengadaan
peralatan yang berasal dari impor. Hal ini menyebabkan penyelesaian pengadaan
menjadi lebih lama dan menjadi bottleneck penyerapan anggaran.
4) Spesifikasi barang/jasa di e-katalog yang disediakan oleh LKPP tidak lengkap.
C. Permasalahan Mekananisme Pelaksanaan Anggaran
1) Implementasi Kartu Kredit Pemerintah (KKP) belum optimal karena ketersediaan
mesin EDC yang masih terbatas terutama di luar ibukota provinsi.
2) Kualitas SDM pengguna SAKTI belum merata di tiap Satker.
3) Terdapat satuan kerja yang terlambat mempertanggungjawabkan UP/TUP.
D. Permasalahan Lainnya
1) Realisasi belanja yang rendah periode Triwulan 1 dan 2.
2) Diperlukan koordinasi lintas sektor, khususnya eksekusi pelaksanaan kegiatan
proyek yang membutuhkan kesepakatan/penyelesaian pada Kementerian PUPR.
3) Keterlambatan juknis sehingga menunda pelaksanaan kegiatan.
4) Alokasi belanja pegawai pada DIPA TA 2022 per satker perlu dihitung dengan baik,
agar tidak terjadi pagu minus pada belanja pegawai.
5) Penundaan pelaksanaan anggaran Semester 1 TA 2022 Satker Dekonsentrasi (DK)
lingkup Kementerian Kesehatan sesuai arahan Eselon I, yang artinya terdapat
perencanaan penyerapan yang kurang baik.
6. Berkenaan dengan pengawalan dan peningkatan kinerja pelaksanaan anggaran belanja K/L
Semester I Tahun 2023, diminta kepada Saudara agar memperhatikan warning atas
permasalahan yang mungkin terjadi di Tahun 2023, dan segera menyusun strategi mitigasi
yang perlu dilakukan.
3

Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerja samanya diucapkan terima kasih.

Plt. Kepala Kantor Wilayah Direktorat


Jenderal Perbendaharaan Provinsi Aceh

Ditandatangani secara elektronik


Syaiful

Tembusan:
1. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Tipe A1 Banda Aceh
2. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Tipe A1 Lhok Seumawe
3. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Tipe A1 Meulaboh
4. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Tipe A1 Langsa
5. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Tipe A2 Tapaktuan
6. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Tipe A2 Kutacane
7. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Tipe A2 Takengon

Dokumen ini telah ditandatangani menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertfikat Elektronik (BSrE), BSSN. Untuk memastikan keaslian tanda tangan
elektronik, silakan pindai QR Code pada laman https://office.kemenkeu.go.id atau unggah dokumen pada laman https://tte.kominfo.go.id/verifyPDF
EARLY WARNING
BERDASARKAN PERMASALAHAN YANG TERJADI PADA SEMESTER 1 TAHUN 2022

Dalam rangka mitigasi dan early warning pengawalan Belanja Satker Semester 1 Tahun 2023,
berikut kami sampaikan poin-poin utama yang telah terjadi Semester I Tahun 2022 beserta
warning atas permasalahan yang mungkin terjadi di Tahun 2023 dan strategi yang perlu
dilakukan, berdasarkan hasil Laporan Reviu Pelaksanaan Anggaran (RPA) Kanwil DJPb Aceh
Semester I Tahun 2022 dan Laporan RPA Nasional Semester I Tahun 2022.

Permasalahan Spesifik: Kesesuaian Perencanaan


Dengan kondisi ketidakpastian akibat pandemi Covid-19 dan ketidakpastian ekonomi global,
dinamika fiskal sangat cepat. Perlu adanya fleksibilitas untuk perubahan, dengan kebijakan revisi
anggaran yang mendukung di sepanjang tahun. Apa yang terjadi di sepanjang tahun anggaran
juga perlu dipertimbangkan untuk perencanaan periode selanjutnya. Berbagai tantangan yang
mungkin akan berulang dapat menjadi “peringatan” lebih awal.

a. Automatic Adjustment (AA)


Tahun 2022 Pemerintah mengambil kebijakan Automatic Adjustment (AA) untuk menggantikan
langkah refocusing anggaran. Kebijakan AA merupakan kebijakan baru yang diterapkan mulai
tahun 2022 dalam rangka penanggulangan pandemi Covid-19 dan/atau menghadapi ancaman.
Perbedaannya dengan kebijakan refocusing anggaran adalah pencadangan alokasi pagu
dengan mekanisme blokir anggaran sehingga tidak menyebabkan perubahan alokasi pagu pada
DIPA. Hanya saja alokasi belanja belum bisa digunakan sampai dengan kondisi yang cukup
confident. Selain itu, Kebijakan AA hanya berlaku untuk alokasi anggaran pada DIPA K/L yang
non prioritas dengan detail belanja yang lebih jelas sehingga mayoritas alokasi anggaran yang
terkena kebijakan AA memiliki kriteria yang sama.

Permasalahan:
1. Kebijakan AA ini masih memberikan hambatan dan tantangan dalam pelaksanaan anggaran
terutama pada penganggaran yang dilakukan Satker dimana harus dilakukan pemilihan
anggaran dengan prioritas rendah.
2. Terdapat alokasi belanja untuk pekerjaan fisik yang telah selesai proses perencanaan
kegiatannya, namun saat akan dilakukan pekerjaan fisik sisa alokasi belanja mengalami
blokir AA. Hal ini menyebabkan penundaan penyelesaiaan pekerjaan dan dilanjutkan pada
TA selanjutnya.

Rekomendasi:
K/L agar meningkatkan kualitas koordinasi dan komunikasi antar unit.
2
b. Revisi Belanja K/L
Dalam pelaksanaan anggaran selama satu tahun anggaran sangat dimungkinkan terjadi
perubahan-perubahan pelaksanaan kegiatan yang disebabkan oleh beberapa faktor baik internal
maupun eksternal K/L. Perubahan pelaksanaan kegiatan tersebut menyebabkan adanya revisi
anggaran pada masing-masing K/L atau satker.

PERMASALAHAN
1. Waktu penyelesaian revisi anggaran dari Satker vertikal di daerah yang diajukan ke DJA
harus melalui eselon I yang tidak dapat diprediksi batas waktu penyelesaiannya. Selama
masa menunggu tersebut, Satker tidak dapat mengajukan revisi ke DJPb atau KPA dan
menjadi terhambat karena masih menunggu proses penyelesaian revisi yang dilakukan oleh
eselon I.
2. Pemahaman Satker terhadap tata cara revisi serta kewenangan revisi anggaran yang belum
seragam menyebabkan proses revisi menjadi terhambat. Hal ini seringkali diakibatkan
adanya pergantian pejabat pengelola keuangan dan tidak dilakukan transfer knowledge oleh
pejabat sebelumnya sehingga dalam proses revisi seringkali mengalami kendala, baik dalam
proses revisi POK maupun revisi DIPA.
3. Adanya kendala jaringan terkait dengan penggunaan aplikasi SAKTI.

REKOMENDASI
1. Koordinasi dan sinergi eselon I dengan instansi vertikalnya perlu ditingkatkan dalam rangka
efektifitas dan efisiensi proses revisi anggaran yang diajukan melalui eselon I K/L.
2. Terkait dengan adanya mutasi pegawai sebaiknya dapat dilakukan transfer knowledge
sehingga membantu kelancaran proses pelaksanaan anggaran.
3. Koordinasi internal Satker dalam pelaksanaan kegiatan.

c. Rencana Belanja (Halaman III DIPA)


Sampai dengan semester I Tahun 2022 masih terdapat beberapa K/L yang memiliki nilai deviasi
cukup tinggi. Hal tersebut dikarenakan masih terdapat banyak K/L yang kurang memperhitungkan
realisasi anggaran dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Tidak hanya itu saja,
adanya perubahan kebijakan yang mendadak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
perencanaan anggaran yang telah disusun sebelumnya.

PERMASALAHAN
1. Waktu penyelesaian revisi anggaran dari Satker vertikal di daerah yang diajukan ke DJA
harus melalui eselon I yang tidak dapat diprediksi batas waktu penyelesaiannya. Selama
masa menunggu tersebut, Satker tidak dapat mengajukan revisi ke DJPb atau KPA dan
3
menjadi terhambat karena masih menunggu proses penyelesaian revisi yang dilakukan oleh
eselon I.
2. Pemahaman Satker terhadap tata cara revisi serta kewenangan revisi anggaran yang belum
seragam menyebabkan proses revisi menjadi terhambat. Hal ini seringkali diakibatkan
adanya pergantian pejabat pengelola keuangan dan tidak dilakukan transfer knowledge oleh
pejabat sebelumnya sehingga dalam proses revisi seringkali mengalami kendala, baik dalam
proses revisi POK maupun revisi DIPA.
3. Adanya kendala jaringan terkait dengan penggunaan aplikasi SAKTI.

REKOMENDASI
1. Koordinasi dan sinergi eselon I dengan instansi vertikalnya perlu ditingkatkan dalam rangka
efektifitas dan efisiensi proses revisi anggaran yang diajukan melalui eselon I K/L.
2. Terkait dengan adanya mutasi pegawai sebaiknya dapat dilakukan transfer knowledge
sehingga membantu kelancaran proses pelaksanaan anggaran.

Permasalahan Spesifik: Pengadaan Barang dan Jasa


Pengadaan barang dan jasa merupakan bagian dari pengelolaan keuangan negara. Semakin
cepat proses lelang pengadaan barang dan jasa dilakukan, akan semakin cepat pelaksanaan
pekerjaan dimulai, sehingga semakin cepat pula proses pencairan dapat direalisasikan.
Dampaknya, anggaran akan tereksekusi lebih cepat, tidak menumpuk di belakang, output segera
dihasilkan dan dimanfaatkan masyarakat sehingga memberikan value added untuk
perekonomian dan kesejahteraan.

a. Kontrak Pra-DIPA
Pasal 30 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 diatur bahwa proses pelelangan
dalam rangka Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah sudah dapat dimulai setelah rencana
kerja dan anggaran Kementerian Negara/Lembaga disetujui oleh DPR walaupun DIPA tahun
anggaran berikutnya tersebut belum disahkan dan belum berlaku efektif.
 Biaya proses pelelangan untuk jenis belanja modal dialokasikan dalam TA berjalan.
 Penandatanganan perjanjian/kontrak atas pengadaan barang/jasa sebagai tindak lanjut atas
pelaksanaan lelang tetap dilakukan setelah DIPA tahun anggaran berikutnya disahkan dan
berlaku efektif.
Kontrak Pra-DIPA akan mempercepat keseluruhan proses kegiatan sehingga akan mempercepat
penyerapan belanja. Permasalahan yang masih dihadapi adalah mindset Satker bahwa secara
hukum seluruh tahapan harus di mulai di TA berjalan, sehingga lelang pra-DIPA dikhawatirkan
akan salah secara hukum, disamping juga alokasinya mungkin saja dala posisi terblokir.
Pekerjaan utama di bagian teknis juga membuat para pejabat pengadaan menomorduakan
pekerjaan pengadaan.
4

Kendala Kontrak Pra-DIPA


1. Kendala berasal dari mindset pimpinan satker terhadap adanya Kontrak Pra-DIPA. Masih
ada segelintir pimpinan satker yang mempunyai anggapan bahwa seluruh tahapan
pelaksanaan anggaran harus dimulai pada 1 Januari Tahun Anggaran Berjalan (TAB).
Tahapan kegiatan yang dilaksanakan sebelum 1 Januari TAB, di mata pimpinan tersebut
merupakan tindakan yang dapat menimbulkan kasus hukum.
2. Ada sedikit kekhawatiran dari satker akan adanya blokir DIPA untuk kegiatan yang telah di
lakukan Kontrak Pra-DIPA. Konsekuensi dari adanya pemblokiran DIPA atas Kontrak Pra-
DIPA yang telah dibuat dan ditandatangani adalah munculnya kasus hukum. Pemblokiran
DIPA secara otomatis akan menghambat proses pencairan. Penyedia barang/jasa dapat
menganggapnya sebagai kondisi wanprestasi dan dapat membawa kepada jalur hukum.
Kurangnya pemahaman Satker terhadap pentingnya kontrak pra-DIPA, sebagian Satker
hanya fokus kepada kelebihan/keuntungan kontrak pra DIPA.
3. Dengan pengulangan pola belanja yang menumpuk di akhir tahun, terkadang Satker masih
fokus pada pelaksanaan anggaran di akhir tahun berjalan dan tidak memikirkan/tidak punya
resource untuk melakukan kontrak pra-DIPA di akhir tahun.
4. Permasalahan lain, sebagian besar para pengelola keuangan memiliki tugas/pekerjaan di
bagian teknis, sehingga tidak fokus dalam tugas sebagai pengelola keuangan.

Rekomendasi
1. Mendorong lelang pra-DIPA sesuai Langkah-langkah Strategis Pelaksanaan Anggaran TA
2023 yang telah ditetapkan Menteri Keuangan.
2. DJPb mempertahankan pengaturan indikator kinerja belanja kontraktual pada Penilaian
IKPA 2023.
3. Kanwil DJPb mengawal lelang pra-DIPA sejak awal tahun anggaran dan memonitor Satker
yang melaksanakannya serta mendorong percepatan lelang di awal tahun (triwulan 1).
4. Sosialisasi Kanwil DJPb dan KPPN memberikan edukasi kepada Satker untuk
melaksanakan lelang pra-DIPA, menyegerakan lelang di triwulan 1, dan melengkapi
prasyarat yang diperlukan (panitia/pejabat, dll).
5. Kanwil DJPb memberikan edukasi terkait anggaran berbasis kinerja, value for money belanja,
dan keterkaitannya dengan pengadaan barang dan jasa.

b. Lelang Terpusat (UKPBJ Terpusat)


Lelang terpusat dilakukan dalam rangka mengefektifkan waktu lelang dan menghindari konstruksi
dalam pengerjaan. Namun demikian, terkadang proses lelang di pusat membutuhkan waktu yang
cukup lama. Tingginya volume kerja di UKPBJ Pusat juga perlu diantisipasi, disamping resiko
terpilihnya penyedia yang kurang kompeten.
5
Kendala:
1. Prosesnya membutuhkan waktu yang cukup lama. Kegiatan pengumuman pemenang,
menunggu terlebih dahulu penyedia memasukan penawaran dan UKPBJ Pusat melakukan
verifikasi atas penawaran tersebut. Apalagi bila terjadi kondisi gagal lelang.
2. Tingginya volume kerja dan melimpahnya pekerjaan yang harus diselesaikan oleh UKPBJ
Pusat menimbulkan risiko terpilihnya penyedia yang kurang kompeten menjadi pemenang
tender. Kriteria utama pemilihan pemenang tender adalah harga yang paling rendah. Namun
demikian UKPBJ Pusat juga harus menilai kriteria lainnya diantaranya kemampuan kerja
dan finansial dari peserta tender. Desakan dari satker untuk segera menetapkan pemenang
tender, membuat UKPBJ Pusat dapat mengabaikan kriteria-kriteria kemampuan kerja dan
finansial dari peserta tender.

Rekomendasi:
1. Mendorong K/L untuk membuat skema pengadaan barang dan jasa untuk memastikan tidak
terjadinya keterlambatan khususnya pada kegiatan fisik infrastruktur yang membutuhkan
waktu relatif lama dalam penyelesaian pekerjaannya.
2. Mendorong K/L menyusun mekanisme monitoring atas progres lelang, termasuk resiko
kelambatan proses lelang yang terjadi, dan koordinasi yang dibutuhkan (Satker-Unit Pusat).
3. K/L perlu melakukan pengendalian yang diperlukan bilamana kondisi pokja melebihi
kapasitas. Perlu untuk memastikan SDM pengadaan di UKPBJ Pusat mencukupi kebutuhan.
Dapat dilakukan penempatan perwakilan Satker dalam UKPBJ Pusat, utamanya para
fungsional pejabat pengadaan yang dapat ditempatkan pada struktur UKPBJ Pusat.
4. Satker perlu secara intens melakukan koordinasi dengan unit eselon I K/L berkenaan dengan
usulan lelang yang masih dalam tahap antrian.
5. Satker perlu sebisa mungkin memilih opsi melakukan pembelian barang melalui sarana e-
katalog yang disediakan oleh LKPP. Satker dapat melakukan pengadaan untuk barang yang
harganya ratusan ribu sampai dengan miliar tanpa memerlukan adanya proses tender.
6. Kanwil DJPb dan KPPN perlu melakukan monitoring atas Satker-satker yang mempunyai
proses lelang secara terpusat dalam jumlah nominal yang besar. Secara berkala, dilakukan
konfirmasi atas progresnya dalam kegiatan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran dan hasil
konfirmasi dikoordinasikan dengan Direktorat PA.
7. Untuk akhir tahun, DJPb melakukan mitigasi risiko berkenaan dengan penyelesaian
pekerjaan, mitigasi atas penumpukan belanja dan potensi permintaan dispensasi SPM di
akhir tahun, termasuk penyelesaian pekerjaan fisik (progres).

c. Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan E-Katalog


Kebijakan dalam rangka peningkatan penggunaan komponen dalam negeri masih menjadi salah
satu tantangan dalam pengadaan barang dan jasa, utamanya untuk peralatan yang diimpor dan
6
pembelian barang yang harus memiliki komponen dalam negeri. Disamping itu, masih terdapat
tantangan dalam penggunaan mekanisme e-katalog. Meskipun ketentuan terkini semakin
memberikan fleksibilitas, namun masih terdapat beberapa barang yang harus dibeli melalui e-
katalog.

Kendala TKDN
Kebijakan optimalisasi belanja produk dalam negeri menyulitkan pengadaan peralatan yang
banyak berasal dari luar negeri (impor). Pihak vendor sebagai penyedia, akhirnya harus
melakukan penghitungan ulang untuk barang yang dibutuhkan sesuai dengan kualifikasi dan
spesifikasi baru. Hal ini menyebabkan penyelesaian pengadaan menjadi lebih lama dari jadwal
yang ditetapkan semula dan menjadi bottleneck penyerapan anggaran

Rekomendasi
1. Seluruh pihak, baik LKPP, Kemenko Marves, Kementerian Keuangan agar memberikan
sosialisasi secara masif terkait implementasi TKDN.
2. Kementerian/Lembaga agar dapat menyusun secara cepat petunjuk teknis lebih lanjut dalam
rangka implementasi peraturan TKDN dalam pengadaan barang/jasa pemerintah di
lingkupnya.

Kendala e-katalog
1. Spesifikasi barang/jasa di e-katalog yang disediakan oleh LKPP tidak lengkap;
2. Kurang memenuhi kebutuhan proses pengadaan barang/jasa dan/atau terlambat diupdate
jenis barang yang tersedia oleh LKPP.
3. Spesifikasi barang/jasa di e-katalog tidak tersedia;
4. Harga barang/jasa di e-katalog lebih mahal daripada marketplace;
5. Lambatnya respon penyedia barang atas pesanan yang sudah dilakukan oleh PPK.

Rekomendasi
1. Proses perincian kebutuhan barang/jasa di lingkup satker K/L agar dapat dilakukan secara
lebih dini dengan mekanisme update/penyesuaian yang telah dipermudah dan dipercepat
sehingga rincian barang/jasa dalam e-Katalog dapat lebih lengkap.
2. LKPP perlu mendorong Penyedia barang/jasa dalam e-katalog untuk merespon pesanan
secara cepat dan dibuat pengaturan daluwarsa atas lambatnya respon penyedia.
3. Dalam hal e-Katalog belum tersedia/tidak memuat spesifikasi barang/jasa yang dibutuhkan,
Satker dan K/L agar segera memproses pengadaan dengan mekanisme lain.

c. Gagal Lelang
Kendala Gagal Kelang
7
Dalam pelaksanaannya, kegiatan pemilihan penyedia barang melalui lelang/tender yang
diadakan oleh UKPBJ baik yang terpusat maupun di daerah, sering menemui kendala. Bahkan
terdapat lelang yang dibatalkan. Pembatalan lelang untuk kegiatan ini disebabkan oleh belum
finalnya perencanaan yang dilakukan satker dan beberapa penyebab lain.

Rekomendasi
1. Satker dan K/L diminta agar hanya menganggarkan kegiatan yang telah memenuhi seluruh
persyaratannya baik administratif maupun teknis. Untuk kegiatan yang masih memerlukan
tambahan persyaratan lain, agar tidak dialokasikan terlebih dahulu atau dapat melakukan
blokir pada kegiatan berkenaan. Untuk kegiatan yang terlanjur dianggarkan dan
persyaratannya belum lengkap, Satker dan K/L agar tidak menunda-nunda pemenuhan
prasyarat dan melakukan lelang segera.
2. Satker dan K/L dapat mengalokasikan dananya ke kegiatan lain atau ke satker lain untuk
yang terjadi pembatalan lelang.

Permasalahan Spesifik: Mekananisme Pelaksanaan Anggaran


Tata cara pembayaran dalam rangka pelaksanaan APBN diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Modernisasi dan simplifikasi
pengelolaan APBN akan menjadi tantangan era New Normal. Hal tersebut merupakan tuntutan
dari kondisi perkembangan dunia yang memasuki era modernisasi. Ditjen Perbendaharaan terus
berupaya menanggapi tuntutan modernitas pelaksanaan anggaran sehingga pelaksanaan
anggaran dapat lebih mudah, lebih cepat namun dengan tetap mengutamakan prinsip efisiensi,
efektivitas dan akuntabilitas

Implementasi Kartu Kredit Pemerintah


Tantangan
1. Perubahan pola pikir pengelola keuangan satker dari kebiasaan transaksi dengan uang tunai
menjadi transaksi non tunai.
2. Ketersediaan mesin EDC yang masih terbatas terutama di daerah-daerah yang memiliki
infrastruktur yang masih sederhana.

Permasalahan
1. Adanya biaya administrasi berupa biaya tambahan (surcharge) yang dikenakan kepada
Pemegang KKP pada setiap transaksi. Dikenakan biaya administrasi apabila melakukan
pembayaran KKP melalui teller bank;
2. Persyaratan pengajuan KKP yang cukup banyak. Proses pengurusan perubahan pemegang
KKP ternyata membutuhkan waktu yang cukup lama.
8
3. Adanya keterlambatan pihak Bank Penerbit KKP dalam menerbitkan tagihan KKP. Satker
K/L merasa terlalu lama untuk mendapatkan Daftar Tagihan Sementara sehingga
percepatan pembayaran tagihan KKP (revolving) menjadi terhambat.
4. Satker K/L mengalami Kesulitan untuk mendapatkan rekanan yang memiliki mesin Electronic
Data Capture (EDC).
5. Tidak disediakan aplikasi pemantauan transaksi KKP dari Pihak Bank Penerbit KKP,
sehingga apabila terjadi transaksi ganda harus menunggu billing statement terlebih dahulu.

Progres Implementasi SAKTI


Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi atau lebih dikenal dengan SAKTI mulai
diimplementasikan secara bertahap sejak tahun 2015. SAKTI sebagai perwujudan Integrated
Financial Management Information System (IFMIS) dalam rangka modernisasi pengelolaan
keuangan negara pada sisi pengguna anggaran. SAKTI mengintegrasikan fungsi-fungsi
pengelolaan keuangan negara dari perencanaan sampai dengan pertanggungjawaban
anggaran. Modul SAKTI terdiri atas 9 modul, yaitu modul administrasi, anggaran, komitmen,
pembayaran, bendahara, aset tetap, persediaan, piutang, dan pelaporan. SAKTI
mengintegrasikan pengguna dari level Satker, Eselon I sampai K/L termasuk fungsi Operator,
Validator termasuk Approver. SAKTI mengedepankan keamanan, kemudahan dan kenyamanan
bagi pengguna. Aplikasi ini menggunakan single database juga menggunakan konsep Open
Platform yakni dapat diakses melalui berbagai macam perangkat dengan sistem operasi
(operating system) yang berbeda-beda. SAKTI juga memudahkan akses sehingga pengguna
dapat memanfaatkannya dari mana saja dan kapan saja melalui jaringan internet, selain itu
SAKTI tidak memerlukan update aplikasi.

Permasalahan.
1. Akses Aplikasi SAKTI di mana Satker kesulitan di dalam mengakses aplikasi, berupa aplikasi
error, susah untuk melakukan log in aplikasi, dan akses aplikasi yang lambat.
2. Kondisi sarana dan prasarana yaitu jaringan beberapa satker mengalami kendala
pengaksesan aplikasi SAKTI akibat keterbatasan sarana dan prasarana terutama rendahnya
kualitas sinyal dan jaringan internet di daerah.
3. Kualitas SDM Pengguna SAKTI belum merata di tiap Satker. Mutasi SDM pengelola
keuangan juga menjadi permasalahan yang menyebabkan kurangnya pemahaman SDM
Pengelola Keuangan dikarenakan pegawai baru perlu mempelajari modul aplikasi SAKTI
termasuk kekhawatiran pengguna untuk mengoperasikan aplikasi SAKTI.

Validasi Ketersediaan dan Kecukupan Alokasi MP PNBP


Berlakunya PMK-110/PMK.05/2021 tentang Tata Cara Penetapan Maksimum Pencairan
Pendapatan Negara Bukan Pajak (MP PNBP) maka satker mengajukan permohonan penetapan
9
MP PNBP secara bertahap kepada Kepala Kanwil DJPb untuk pola penggunaan MP PNBP Tidak
Terpusat dan Dirjen Perbendaharaan untuk pola penggunaan MP PNBP Terpusat.

Permasalahan
Proses validasi ketersediaan dan kecukupan alokasi MP PNBP di aplikasi SAKTI yang dilakukan
pada saat proses persetujuan SPM oleh PPSPM, turut mengikutsertakan atau memvalidasi SPM
UP. Hal ini menyebabkan tertolaknya SPM untuk beban pagu PNBP pada saat proses
persetujuan SPM oleh PPSPM, padahal secara realisasi alokasi MP PNBP masih mencukupi
untuk pembayaran SPM tersebut. Sebenarnya satker bisa saja mengajukan permohonan
penetapan MP PNBP tahap selanjutnya kepada Kanwil DJPb atau Ditjen Perbendaharaan.
Khusus Satker PNBP diatur ketentuan bahwa batasan penggunaan sumber dana PNBP
ditentukan oleh besaran MP PNBP, tidak serta merta sebesar pagu PNBP yang tersedia.

Pengelolaan UP/TUP
PMK Nomor 190/PMK.05/2012 mengatur bahwa untuk membiayai kegiatan operasional sehari-
hari dan pengeluaran yang tidak dapat dilakukan melalui mekanisme Pembayaran Langsung
(LS), Satker dapat diberikan Uang Persediaan, yaitu uang muka kerja dari Kuasa BUN kepada
Bendahara Pengeluaran yang dapat dimintakan penggantiannya (revolving). Penggantian UP
tunai dilakukan apabila telah dipergunakan paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari besaran
UP tunai. Dalam praktiknya masih terdapat satuan kerja yang terlambat
mempertanggungjawabkan UP/TUP.

Permasalahan
Dalam praktiknya masih terdapat satuan kerja yang terlambat mempertanggungjawabkan
UP/TUP. Permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan UP/TUP adalah Satker sering
mengalami kesulitan dalam melakukan revolving UP ataupun pertanggungjawaban TUP akibat
dari jumlah UP/TUP yang terlalu besar dan menyebabkan keterlambatan pada pengajuan
GUP/PTUP.

Permasalahan Spesifik K/L: (1) Satker Lingkup Kementerian PUPR Aceh


1. Realisasi belanja yang rendah di triwulan 1 dan 2.
2. Deviasi Halaman III DIPA masih tinggi dikarenakan realisasi tidak mencapai rencana yang
ditentukan.
3. Koordinasi Lintas Sektor
Eksekusi pelaksanaan kegiatan/proyek yang membutuhkan kesepakatan/penyelesaian
pihak ketiga.
a. Kesepakatan dengan masyarakat terkait waktu penutupan aliran irigasi yang terjadi
terjadi pada penyelesaian proyek-proyek infrastruktur irigasi.
10
b. Pembebasan lahan yang masih menghadirkan sengketa dengan masyarakat, terutama
pada penyelesaian mega proyek bendungan, serta beberapa proyek rekonstruksi jalan
nasional.
c. Pengurusan Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) pada mega proyek bendungan
yang relatif lama.
4. Kendala PBJ
a. Kegagalan lelang karena penyedia jasa tidak memenuhi kualifikasi.
b. Mundurnya penyelesaian kegiatan karena hasil pekerjaan tidak memenuhi spesifikasi
yang ditentukan.
5. Kendala Perencanaan
a. Adanya pagu blokir/AA yang menghambat eksekusi pelaksanaan kegiatan dan
penyerapan anggaran.
b. Kebijakan revisi pusat yang membutuhkan waktu yang relatif lama.
6. Keterlambatan juknis sehingga menunda pelaksanaan kegiatan.
7. Pembebasan lahan yang menyebabkan jadwal proyek mundur.
8. Kendala cuaca, pelaksanaan pekerjaan yang tergantung kondisi alam pada pekerjaan
konstruksi irigasi dan bangunan.

Permasalahan Spesifik K/L: (2) Satker Lingkup Kementerian Agama Aceh


1. Kendala terkait penggunaan Aplikasi SAKTI oleh operator.
2. Realisasi anggaran PIP sampai dengan bulan Februari masih Nihil.
3. Alokasi belanja pegawai pada DIPA TA 2022 per satker perlu dihitung dengan baik, agar
tidak terjadi pagu minus pada belanja pegawai sebagaimana tahun-tahun sebelumnya
4. Percepatan pelaksanaan kegiatan pada satker masih belum optimal sehingga berdampak
pada rendahnya realisasi anggaran dan kesesuaian antara rencana kegiatan dan rencana
penarikan dana.
5. Penyerapan anggaran belanja modal yang rendah pada satker PTKIN, yang antara lain
dipengaruhi oleh kendala pemenuhan TKDN.

Permasalahan Spesifik K/L: (3) Satker Lingkup Kementerian Pertahanan Aceh


1. Terdapat AA pada program Dukungan Manajemen yang menyebabkan satker kesulitan
melakukan eksekusi kegiatan sesuai rencana kegiatan dan RPD yang telah diajukan.
2. Melakukan perikatan kontrak lebih cepat terhadap pagu anggaran yang masih terbuka,
sebagai mitigasi risiko agar tidak terkena kebijakan AA lanjutan.

Permasalahan Spesifik K/L: (4) Satker Lingkup Kepolisian RI Aceh


1. Alokasi belanja pegawai pada DIPA TA 2022 per satker perlu dihitung dengan baik, agar
tidak terjadi pagu minus pada belanja pegawai sebagaimana tahun-tahun sebelumnya;
11
2. Penggunaan Kartu Kredit Pemerintah (KKP) belum dapat dilaksanakan secara optimal;
3. Deviasi halaman III DIPA masih tinggi dikarenakan sebagian kegiatan dalam proses
pengadaan, sehingga realisasi tidak sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.

Permasalahan Spesifik K/L: (5) Satker Lingkup Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Riset, Teknologi Aceh
1. Adanya keterlambatan pencairan anggaran PNBP akibat satker PNBP tidak segera
menyampaikan permintaan persetujuan MP PNBP.
2. Masih kurang pahamnya satker PNBP terkait dengan perubahan kebijakan pemberian MP
utamanya pada satker PTN yang tidak dapat lagi menggunakan pendapatan TAYL untuk
membiayai belanja sumber dana PNBP tahun anggaran berjalan.
3. Kendala TKDN dalam pengadaan alat-alat laboratorium satker PTN.

Permasalahan Spesifik K/L: (6) Satker Lingkup Mahkamah Agung Aceh


1. Deviasi Halaman III DIPA pada bulan Januari 2022 masih tinggi dikarenakan realisasi tidak
mencapai rencana.
2. Perlu dilakukan peningkatan kapasitas dan kualitas SDM terutama operator keuangan untuk
menunjang implementasi SAKTI.
3. Blokir Automatic Adjustment yang masih menunggu kejelasan dari DJA.

Permasalahan Spesifik K/L: (7) Satker Lingkup Kementerian Perhubungan Aceh


1. Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) yang mengharuskan
adanya Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam pelaksanaan belanja menjadikan
proses belanja terkendala oleh perhitungan TKDN serta terbatasnya produk yang memiliki
informasi TKDN dan spesifikasi produk belanja yang tersedia.
2. Deviasi halaman III DIPA masih tinggi dikarenakan realisasi tidak mencapai rencana yang
ditentukan.
3. Melakukan perikatan kontrak lebih cepat terhadap pagu anggaran yang masih terbuka,
sebagai mitigasi risiko agar tidak terkena kebijakan AA lanjutan.

Permasalahan Spesifik K/L: (8) Satker Lingkup Kementerian Hukum dan HAM Aceh
1. Deviasi halaman III DIPA masih tinggi dikarenakan realisasi tidak mencapai rencana yang
telah ditentukan karena dalam proses pengadaan.
2. Belanja modal fisik dengan nilai besar sebagian besar akan selesai di bulan Desember, serta
belanja BAMA bulan Desember biasanya dibayar untuk 2 bulan sekaligus sehingga realisasi
menjadi terkonsentrasi di Bulan Desember.
3. Terdapat realisasi anggaran yang didasarkan pada banyaknya kegiatan penegakan hukum
yang sampai dengan akhir Semester I 2022 jumlahnya masih sedikit.
12
4. Alokasi belanja pegawai pada DIPA TA 2022 per satker perlu dihitung dengan baik, agar
tidak terjadi pagu minus pada belanja pegawai sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.

Permasalahan Spesifik K/L: (9) Satker Lingkup Kementerian Kesehatan Aceh


1. Kewenangan DK Terlambat
Rendahnya kinerja belanja satker kewenangan DK di Aceh yang utamanya disebabkan oleh
Dinas Kesehatan yang belum melakukan penyerapan dikarenakan belum adanya juknis
pelaksanaan kegiatan dari kantor pusat, selain itu anggaran untuk Dekonsentrasi masih
diarahkan oleh Eselon I untuk ditahan dan diarahkan untuk melakukan penyerapan di
semester II 2022 yang artinya terdapat perencanaan penyerapan yang kurang baik di Tahun
Anggaran 2022
2. Kendala TKDN dalam pengadaan alat-alat laboratorium satker PTN.
3. Ketersediaan barang yang dibutuhkan pada LPSE tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan dalam juknis terkait.
4. Pengelolaan anggaran PEN, dari anggaran yang telah diusulkan tidak seluruhnya akan
dialokasikan, mengingat trend kasus COVID-19 menurun di tahun 2022 dan
memperhitungkan adanya kemungkinan peralihan dari pandemi ke endemi. Fokus PEN saat
ini untuk pembayaran tunggakan, baik insentif tenaga kesehatan maupun klaim pasien.
Antisipasi terhadap beberapa kemungkinan yang akan terjadi seperti pergeseran anggaran,
penambahan maupun pengurangan anggaran, kemungkinan akan terjadi setelah revisi renja
selesai.

Permasalahan Spesifik K/L: (10) Satker Lingkup Kementerian Pertanian Aceh


1. Sejumlah kegiatan belum dapat dilaksanakan karena belum tersedianya komoditas benih
dan Alat dan Mesin Pertanian pada e-katalog LKPP.
2. Deviasi halaman III DIPA masih tinggi.
3. Wabah Penyakit Hewan
a. Pada satker lingkup Kementerian Pertanian terdapat pengadaan barang dalam bentuk
hewan sapi dengan akun Belanja Barang Fisik Lainnya Untuk Diserahkan Kepada
Masyarakat/Pemda. Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang terjadi pada sebagian hewan
ternak termasuk Sapi membuat kegiatan pengadaan bantuan hewan bagi masyarakat
sampai dengan triwulan II belum dilaksanakan menunggu penanggulangan dan kondisi
yang membaik terkait kesehatan hewan agar masyarakat bisa mendapatkan hewan
yang benar benar sehat dan bermanfaat bagi kebutuhan petani/peternak.
b. Bantuan pemerintah berupa bantuan hewan tidak bisa dilakukan karena terdapat
peraturan dari BNPB bahwa selama wabah PMK terdapat pembatasan mobilitas hewan
ternak.
1

Nomor : S-1047/MK.05/2022 14 Desember 2022


Sifat : Sangat Segera
Lampiran : Satu Berkas
Hal : Langkah-Langkah Strategis Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2023

Yth. Para Menteri/Pimpinan Lembaga


Sebagaimana Terlampir

Sehubungan dengan telah diserahkannya Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)


Tahun Anggaran 2023 oleh Presiden kepada Menteri/Pimpinan Lembaga pada tanggal 1
Desember 2022 serta dalam rangka percepatan pelaksanaan program dan kegiatan serta untuk
mewujudkan belanja pemerintah yang lebih berkualitas (spending better) dan mendukung
pemulihan ekonomi, diminta agar Saudara memerintahkan seluruh Satuan Kerja (Satker) di
lingkup kerja Saudara untuk melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas perencanaan;
2. Meningkatkan kedisiplinan dalam melaksanakan rencana kegiatan;
3. Melakukan akselerasi pelaksanaan program/kegiatan/proyek;
4. Melakukan percepatan pelaksanaan pengadaan barang/jasa (PBJ);
5. Meningkatkan akurasi dan percepatan penyaluran Dana Bantuan Sosial (Bansos) dan
Bantuan Pemerintah (Banper);
6. Meningkatkan kualitas belanja melalui peningkatan efisiensi dan efektivitas belanja (value for
money);
7. Meningkatkan monitoring dan evaluasi.
Uraian lebih lanjut atas langkah-langkah tersebut sebagaimana tercantum dalam Lampiran II.
Langkah-langkah sebagaimana dimaksud pada angka 1 s.d. 7 dilaksanakan dengan tetap
menjaga transparansi, akuntabilitas, dan tata kelola yang baik.
Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerja samanya, kami ucapkan terima kasih.

Menteri Keuangan

Ditandatangani secara elektronik


Sri Mulyani Indrawati

GEDUNG DJUANDA I LANTAI 3, JALAN DR. WAHIDIN RAYA NOMOR 1 JAKARTA 10710, KOTAK POS 21
TELEPON (021) 3449230, FAKSIMILE (021) 3453710, LAMAN www.kemenkeu.go.id
2

Tembusan:
1. Presiden Republik Indonesia
2. Wakil Presiden Republik Indonesia
3. Wakil Menteri Keuangan
4. Direktur Jenderal Anggaran
5. Direktur Jenderal Perbendaharaan

GEDUNG DJUANDA I LANTAI 3, JALAN DR. WAHIDIN RAYA NOMOR 1 JAKARTA 10710, KOTAK POS 21
TELEPON (021) 3449230, FAKSIMILE (021) 3453710, LAMAN www.kemenkeu.go.id

Dokumen ini telah ditandatangani menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertfikat Elektronik (BSrE), BSSN. Untuk memastikan keaslian tanda tangan
elektronik, silakan pindai QR Code pada laman https://office.kemenkeu.go.id atau unggah dokumen pada laman https://tte.kominfo.go.id/verifyPDF

Anda mungkin juga menyukai