Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Tenaga Listrik
Sistem tenaga listrik pada umumnya terdiri atas empat unsur [9].
Pertama yaitu adanya unsur untuk membangkitkan tenaga listrik.
Pembangkitan tenaga listrik ini dilakukan oleh pusat pembangkit listrik dengan
tegangan yang dihasilkan yaitu tegangan menengah (TM). Untuk yang kedua
yaitu adanya sistem transmisi dan gardu induk (GI). Perlu menggunakan
tegangan tinggi (TT) atau tegangan ekstra tinggi (TET) untuk mengirim tenaga
listrik karena letak pusat pembangkit listrik yang jauh dari pemakai. Ketiga
yaitu adanya saluran distribusi dan gardu distribusi. Sistem distribusi terdiri
dari sistem distribusi primer yang menggunakan tegangan menengah dan
sistem distribusi sekunder yang menggunakan tegangan rendah (TR). Untuk
yang keempat yaitu adanya unsur pemakai tenaga listrik yang meliputi instalasi
industri yang memakai tegangan tinggi ataupun tegangan menengah dan
instalasi rumah tangga yang memakai tegangan rendah. Gambar 2.1
menunjukkan skema sistem tenaga listrik.
Pusat pembangkit listrik menghasilkan tenaga listrik yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari. Ada beberapa pusat pembangkit listrik yaitu
diantaranya PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, ataupun PLTN. Tenaga
listrik yang dihasilkan pusat pembangkit listrik biasannya bernilai 6 kV dan 20
kV yang merupakan tegangan menengah.
Pada umunya pusat pembangkit listrik berada jauh dari pemakai. Untuk
mengirim tenaga listrik ini ke pemakai diperlukan sistem transmisi. Pada
sistem transmisi, tegangan dinaikkan dari tegangan menengah ke tegangan
tinggi. Menaikkan tegangan menengah menjadi tegangan ekstra tinggi
diperlukan ketika jarak pembangkit dan pemakai sangat jauh. Sebelum
ditransmisikan, transformator set up digunakan pada gardu induk untuk
menaikkan tegangan. Tegangan pada sistem transmisi bernilai 70 kV sampai
500 kV. Tegangan ekstra tinggi di Indonesia adalah 500 kV sedangkan
tegangan tinggi 70 kV, 150 kV, dan 275 kV.. Penggunaan tegangan tinggi

5
maupun tegangan ekstra tinggi dibutuhkan untuk beberapa alasan yaitu
penampang penghantar yang digunakan menjadi efisien dan losses daya
semakin kecil, karena ketika tegangan tinggi diterapkan maka arus yang
mengalir akan menjadi lebih kecil.

Pusat Pembangkit Listrik


TM Pembangkit
Trafo Step Up GI

TET
TT Sistem Transmisi

Trafo Step Down GI

Ke Pemakai TM Sistem Distribusi Primer


TM

Trafo Step Down / Distribusi GI

TR
Saluran Distribusi Sekunder

Pengukur kWh
Pemakai
Instalasi Pemakai TR
Gambar
Gambar 2. 1 Sistem Tenaga Listrik 2.1 Sistem Tenaga Listrik

Tenagaglistrik dari pusathpembangkit sebelum didistribusikan ke


pemakai akan melewati gardukinduk. Gardupinduk merupakannpusat beban
padaksuatu daerah, bebannyakberubah-ubah setiap waktuksehingga daya
yangkdibangkin oleh pusat pembangkit listrik harusnselalu berubah.
Perubahansdaya yangmdilakukan dimpusat pembangkit harus tetap
mempertahankanmfrekuensinya pada angkak50 Hz [10]. Proseskperubahan
inimdikoordinasikan dengankpusat pengaturanhbeban. Pada gardu induk,
teganganhtinggi diturunkan menjadi tegangan menengah dan menggunakan
trafo step down. Tegangan menengah di Indonesia adalah 20 kV. Saluran 20

6
kV ini merupakan sistem distribusi primer yang menelusuri jalan-jalan di
seluruh kota. Sistem transimisi tenagaklistrik dilakukanjdengan menggunakan
salurankudara dengangmenara transmisi sementara sistemkdistribusi primer
dikkota menggunakan kabelntanah yangntertanam dihtepi jalanmsehingga
tidakbterlihat. Hal ini untuk menjaga keindahan kota.
Mendekati persimpangan jalan biasanya terdapatmgardu-gardu
distribusi. Gardu distribusi mengubahqtegangan menengahhmenjadi tegangan
rendahpmelalui trafo distribusiaatau step down. Tegangan rendah disalurkan
ke pemakai melalui tiang listrik di tepi jalan. Tegangan rendah di Indonesia
adalahf220/380 V dankmerupakan sistemddistribusi sekunder. Padaytiang
listrik tegangan rendah juga terpasang lampu-lampu penerangan jalan umum.
Energi listrik dari pusat pembangkit diterimaypemakai dariptiang
tegangan rendah melaluiqkawat yanggdinamakan sambunganbrumah dan
diujung sambungan rumah terpasang alatqpengukur listrikzyang merupakan
titikkakhir kepemilikan PLN. Setelahztitik ini awal darikunsur pemakai pada
instalasixpemakai tenagamlistrik.
2.2 Distribusi Primer
Distribusisprimer adalah sistem distribusimyang menggunakan
teganganimenengah. Padasdistribusi primerdterdapat tigasjenis sistem, yaitu:
2.2.1 Sistem Radial
Sistemdradial merupakan sistemsyang palingqsederhana danfpaling
banyakndipakai, terdiri dari penyulang atau rangkaianatersendiri yang
seolah-olahskeluar darigsuatu sumberssecara radial [10]. Penyulang ini
dapatsjuga dianggapgsebagai suatuwbagian utamafdari saluranjsamping dan
dihubungkan dengan transformator distribusi. Dengansdemikian gangguan
padafsaluran sampingmtidak akanmmengganggu seluruhmpenyulang.
Penggunaan sistem ini biasanya pada rumah sakit yang tidak boleh
mengalami gangguan yang berlangsung lama.
2.2.2 Sistem Lup
Suatugcara lain untuk mengurangidlama interupsimdaya yang
disebabkanwgangguan adalahsdengan menggunakan sistem lupmdengan
menyamung keduamujung saluran [10]. Halnini mengakibatkan suatu

7
pemakaiddapat memperolehspasokan energislistrik dariqdua arah. Bilamana
pasokanwdari salahwsatu terganggu, pemakaihitu akanedisambung pada
pasokanqlainnya. Kapasitasxcadangan yangzcukup besarnharus tersedia
padaktiap penyulang. Sistemilup dapatidioperasikan secara terbukaiataupun
tertutup.
2.2.3 Sistem Jaringan Primer
Walaupundbeberapa studigmemberi indikasizbahwa padaxkondisi-
kondisivtertentu sistemgjaringan primerhlebih murahndan lebihnhandal
daripadassistem radial, secaranrelatif tidaknbanyak sistemejaringan primer
yanggkinisdioperasikan [10]. Sistembini terbentukkdengan menyambung
saluran-salurandutama atauapenyulang yangcterdapat padagsistem radial
sehinggasmeembentuk suatugjaringan distribusi.
2.2.4 Sistem Spindel
Terutamagdi kota yanggbesar, terdapatqsuatu jenisygardu tertentu
yangdtidak terdapatztransformator daya. Gardugdemikian dinamakanhgardu
hubung, Gardu hubung padadumumnya menghubungkankdua atauglebih
bagiangjaringan primerckota [10]. Sistem spidel menghubungkan bus dari
gardu hubung dengan bus dari gardu hubung lain. Sistemkini banyak
dipakaigdi Jakartaqdan kota-kotabbesar lainnyagdi Indonesia. Sistemoini
memberiskeandalan operasigyang cukupktinggi.
2.3 Distribusi Sekunder
Distribusigsekunder menggunakanxtegangan rendah. Sebagaimana
halnyagdengan distribusigprimer, terdapatvpula pertimbangan-pertimbangan
mengenai keandalandpelayanan danmregulasi tegangan. Secara umum
distribusi sekundergterdiri atas empatgjenis:
2.3.1 Pelayanan Dengan Transformator Tersendiri
Pelayananmdengan transformatormtersendiri dilakukanmuntuk
konsumen yanggagak besarhatau konsumen yang terletakhagak berjauhan
terutamakdi daerahkluar kota, sehinggagsaluran teganganbrendahnya akan
menjadihterlampau panjang [10].

8
2.3.2 Penggunaan Satu Transformator Untuk Sejumlah Pemakai
Sistem ini paling banyak dipakai untuk melayani sejumlah pemakai
dengan saluran tegangan rendah. Sistemkini memperhatikannbeban dan
keperluankpemakai yangxberbeda-bedawsifatnya [10].
2.3.3 Bangking Sekunder
Sistem yang menggunakan banking sekunder tidak begitu bayak
dipakai. Antaragtransformator danxsaluran sekunderbbiasanya terdapat
sekringsatau saklarzdaya otomatisbuntuk melepaskanqtransformator dari
saluranhtegangan rendahyjika terjadikgangguan [10]. Kelebihan sistem ini
dianggap dapatpmemberikan pelayanannyang tidakqterganggu dalamswaktu
yangslama. Disisi lain jika salah satu transformator terganggu, beban
tambahanhyang harusmdipikul transformator-transformatormlain dapat
mengakibatkandbanyak transformatorpikut terganggu.
2.3.4 Jaringan Sekunder
Sistem jaringan sekunder memberikanrtaraf keandalanjpada jaringan
teganganhrendah diqdaerah denganhkepadatan bebanzyangitinggi. Sehingga
biayanyahyang tinggizdapat dipertanggungjawabkanfdan tingkatgkeandalan
inildiperlukan [10]. Padakumumnya, jaringanzsekunder terjadimdengan
menghubungkangsemua sisi teganganmrendah dari gardu-gardu
transformatornyang diisidoleh dua atauhlebih penyulangptegangan
menengah. Padagsisi teganganmrendah gardu distribusinterdapat saklar
dayanyang dioperasikanmsecara otomatis dankdikenal denganmnama
proteksimotomatis.
2.4 Short Circuit
Short ciruit atau hubung singkat adalah suatu gangguan dalam sistem
tenaga listrik yang menyebabkan aliran arus menjadi tidak normal. Short
circuit akan mengakibatkan nilai arus menjadi besar dan nilai tegangan
menjadi kecil. Berdasarkan gangguannya, short circuit dibagi menjadi dua
yaitu simetris dan asimetris. Semua hubung singkat berdasarkan gangguannya,
dihitung menggunakan rumus dasar yaitu
𝑉
𝐼= (2-1)
𝑍

9
Perbedaan gangguan simetris dan asimetris baik itu satu fasa, dua fasa,
dan tiga fasa ke tanah ialah impedansi yang terbentuk sesuai dengan gangguan
itu sendiri dan tegangan yang mensuplai arus ke titik gangguan tersebut.
Impedansi yang terbentuk ditulis sebagai persamaan berikut:
Z untuk gangguan satu fasa Z = Z1 + Z2 + Z0 (2-2)
Z untuk gangguan dua fasa Z = Z1 + Z2
Z untuk gangguan tiga fasa Z = Z1
Keterangan persamaan:
I = Arus (A)
V = Tegangan (V)
Z = Impedansi total dari sumber sampai titik gangguan (Ω)
Z1 = Impedansi urutan positif (Ω)
Z2 = Impedansi urutan negatif (Ω)
Z0 = Impedansi urutan nol (Ω)
2.4.1 Gangguan Simetris
Gangguan simetris adalah gangguan yang terjadi pada semua fasanya
yang menyebabkan arus dan tegangan pada masing-masing fasa tetap bernilai
seimbang. Gangguan simetris dibagi menjadi dua yaitu gangguan tiga fasa
dan gangguan tiga fasa ke tanah. Gangguan tiga fasa ialah gangguan yang
terjadi saat ketiga fasanya saling terhubung. Gangguan tiga fasa ke tanah ialah
gangguan yang terjadi saat ketiga fasanya terhubung ke tanah.

Gambar 2. 2 Gangguan Tiga Fasa I1

I2

I3

Gambar 2.2 Gangguan Tiga Fasa [11]

2.4.2 Gangguan Asimetri


Gangguan asimetris adalah gangguan yang menyebabkan arus dan
tegangan pada masing-masing fasa menjadi tidak seimbang. Gangguan

10
asimetris dibagi menjadi tiga yaitu gangguan satu fasa ke tanah, gangguan
dua fasa, dan gangguan dua fasa ke tanah. Gangguan satu fasa ke tanah ialah
gangguan yang terjadi saat salah satu fasa terhubung ke tanah. Gangguan dua
fasa ialah gangguan yang terjadi saat antar kedua fasanya saling terhubung
dan tidak terhubung ke tanah. Gangguan dua fasa ke tanah ialah gangguan
yang terjadi saat antar kedua fasanya terhubung ke tanah.

Gambar 2. 3 Gangguan Antar Fasa I1

I2

I3

Gambar 2.3 Gangguan Antar Fasa [11]


2.5 Voltage sag
Voltage sag merupakan suatu penurunan nilai tegangan efektif atau
tegangan rms pada frekuensi dengan durasi yang singkat, antara ,0.5 sampai
30ocycle atau 10 ms sampai beberapa detik. IEEE Standard,1159a-a1995
mendifinisikan voltage sag sebagaiavariasi tegangan rms dengan nilai antara
10% sampai dengan 90% dari tegangan normal danaberlangsung selamaa0.5
siklus sampaiasatu menit yang dapat dilihat pada gambar 2.4. Penyebabadari
voltage sag ialah akibattdariigangguan short circuit 1 fasa atau 3 fasa ke tanah,
starting motorrberdayaabesar, perubahannbeban yang secara tiba-tiba. Voltage
sag pada sistemmyang mengalami gangguannbiasanya terjadi dalam
waktuuantara 5 sampai dengann6 cycle, yang merupakanntotal waktu untuk
mendeteksi gangguanndan circuit breaker akan bekerja untuk menghilangkan
gangguan. Sedangkannwaktu penghilanganngangguan berkisarrantaraa3
sampai 30 cycleetergantung magnitude arussgangguan dan jenissperalatan
proteksi arusslebih.

11
Gambar 2. 4 Klasifikasi Tegangan

Gambar 2.4 Klasifikasi Tegangan [2]

2.6 Faktor Penyebab Munculnya Voltage sag


Secara umummada dua penyebabbterjadinya voltage sag, yaitu
dikarenakannadanya kegagalan pada sistemmdan pengasutan motorrinduksi
berdaya besar. Pada motorrinduksi umumnya membutuhkan 5 sampaii6 kali
arussratingnya padaasaat pengasutan. Arussini akan menurunnsecara bertahap
seiringgdengan bertambahnya kecepatannmotor sampai padaakecepatan
ratingnya. Terjadinya voltage sag ini bergantunggpada dinamikaamotor yang
ditentukan oleh inersia motor tersebut.
Kegagalannyang terjadi padaasaluran transmisi danndistribusi yang
biasanyaamenjadi sumberrterjadinya voltage sag adalah kegagalan single line
tooground (SLG)ddan lineeto line (L-L). kegagalan SLG seringgdisebabkan
oleh kondisiicuaca yanggburuk seperti karenaapetir, saljuudan angin. Kontak
binantang, ranting pohon yang menyentuh saluran, dan aktivitas manusia
sepertiikonstruksi jugaamenyebabkan kegagalan SLG. Pada kegagalan L-L
biasanya ternjadi akibat proses switching atau trip circuit breaker. Kegagalan
pada penyulang paralel menyebabkan voltage sag pada busssubstation yang
akannmempengaruhiisemua penyulang sampai kegagalan dihilangkan.

12
Usag
Gambar 2. 5 Diagram Garis Voltage Sag
E
Zf
Gangguan
Zs

Beban Sensitif
PCC
Gambar 2.5 Diagram Garis Voltage sag [16]

Magnitudoodan fasa dariitegangan usag selamatterjadi voltage sag pada


pointtof commonncoupling (PCC) ditentukannoleh besarnyaaimpedansi
gangguanndan impedansiisumber dengannpersamaan berikut:
𝑍𝑓
𝑈(𝑠𝑎𝑔) = 𝐸 (2-3)
𝑍𝑓+𝑍𝑠

Perbedaan usag denganntegangan sebelummgangguan upre-sag sebesar


uhilang, dapattditulis secara matematisssebagai usag = upre-sag – uhilang dan dapat
dilihattpada gambarr2.5

Gambar 2. 6 Diagram Vektor Voltage Sag

Gambar 2.6 Diagram Vektor Voltage sag [12]

Gambar 2. 7 Gelombang Terjadinya Voltage Sag

Gambar 2.7 Gelombang Terjadinya Voltage sag

13
Perbedaan magnitude dan pergeseran fasa φsag dapat terjadi saat
voltage sag berlangsung. Kedua besaran tersebut merupakan bagian dari
voltage sag. Bentuk gelombang saat terjadi voltage sag dapat dilihat pada
gambar 2.7.

2.7 Tentang Dynamic voltage restorer (DVR)


Dynamiccvoltageerestorer (DVR) merupakan sebuah peralatan
elektronika daya yanggdigunakan untukkmelindungiibeban sensitifterhadap
voltage sag. DVRddipasang melaluittrafo secaraaseri antara penyulanggdan
bebannsensitif untukkmengkompensasiitegangannpadaasaat terjadiigangguan.
DVR mempunyai dua kondisi operasi yaitu:
a. Standby atau juga disebut dengan short circuit operation (SCO) yaitu
kondisi tidakkterjadinya voltage sag danntegangan yanggdiinjeksikan
memiliki magnitude nol (zeroomagnitude).
b. Boost yaitu kondisi DVR menginjeksikan tegangannyang diperlukannpada
magnitude dannfasa yanggsesuai untukkmemperbaiki tegangannpada bus
bebann(load bus) disaattterjadinya voltage sag.
Secaraaumum konfigurasiidari rangkaiannDVR padaagambar 2.8
terdiriidari empattkomponen utamaayang memilikiifungsinya masing-masing
yaituuinjection/coupling transformer, control, Voltage Source Inverter (VSI),
filter, energy storage.

Gambar 2. 8 Konfigurasi DVR Pada Sistem Distribusi

Gambar 2.8 Konfigurasi DVR Pada Sistem Distribusi [7]

14
2.7.1 Injection/Coupling Transformer
Transformatorrsatu fasaadihubungkan secaraaseri dengan penyulang
distribusiiyang digandengddengan VSI untuk level tegangan tinggi distribusi.
Transformatorrsatu fasaadapat dihubungkan secaraastar/open atau delta/open.
Fungsiidasarrdari injection/coupling transformer adalah sebagai
isolasiielektrik sertaauntuk menaikkan suplaiitegangan AC yanggrendah yang
dihasilkannoleh VSI untukkmenghasilkanntegangan yang diinginkan
Hubunganndelta/open tidakkmenghasilkan injeksiitegangan urutannnol (zero
sequence voltage). Pemilihannkumparan transformatorrinjeksi ditentukan oleh
hubunganntransformator step-downnyang diumpanbalikkan kebbeban. Jika
transformator dihubungkan secara delta/open, maka tidak perlu
mengkompensasi tegangan urutan nol tapi jikaayang digunakannadalah
hubungannstar/open dengannpentanahan pada titikknetral, tegangan urutan nol
harus dikompensasi.
2.7.2 Voltage Source Inverter (VSI)
VSI adalahhperalatan elektronikaadaya yang dapattmenghasilkan
tegangannsinusoidal dengan magnitude, frekuensi, dan sudut fasa yang
diinginkan. Pulse widthhmodulation – voltage source inverter (PWM-VSI)
digunakannpada penelitiannini yang terdiriddari switching yaituuinsulated
gate bipolarrtransistors (IGBT).
Fungsiddasar dari VSI adalahhuntuk mengkonversittegangan DC yang
dihasilkannoleh energy storageedevice menjadi tegangannAC yang
dibutuhkaniinjection/coupling transformerruntuk mengkompensasittegangan
padabbeban sensitive (criticalgload)
2.7.3 Energy Storage
Fungsi energy storage yaituumenghasilkan dayaaaktif untuk
mensuplaibbeban padaasaat terjadi voltage sag. Baterai, lead-acid, flywheel
ataussuperconducting magneticcenergyystorage (SMES) dapat digunakan
untukkmenyimpannenergi.
2.7.4 Beban Nonlinear
Beban nonlinear adalahhbeban yang impedansinyaatidak konstan
dalammsetiap periodeetegangan masukan. Dengannimpedansinya yanggtidak

15
konstan, makaaarus yang dihasilkanntidaklah berbandingglurus dengan
teganganyyang diberikan. Sehinggabbeban nonlinear tidaklahmmematuhi
hukummohm yang menyatakannarus berbandingglurus denganntegangan.
Bentuk gelombanggarus yang dihasilkannoleh beban nonlinearrtidak
sama dengannbentuk gelombang tegangannsehingga terjadiccacat (distorsi).
Dengannmeluasnya pemakaiannbeban nonlinear, gelombanggsinusoidal ini
dapattmengalami distorsi.
Kecenderungannpenggunaan beban-beban elektronika dalammjumlah
besar akan menimbulkanmmasalah yanggtidak terelakkan sebelumnya.
Berbedaadengan beban-beban listrikkyang menarikkarus sinusoidal, beban-
beban elektronikkmenarik arusddengan bentuk nonsinusoidalmwalaupun
disuplai oleh teganganmsinusoidal. Bebanyyang memilikissifat ini disebut
sebagaibbeban nonlinear.
Bebanmnonlinear adalahmperalatan yang menghasilkanmgelombang-
gelombang arussyang berbentuk sinusoidalbberfrekuensi tinggi yang disebut
denganmarus harmonisa. Arushharmonisa ini menimbulkanbbanyak implikasi
padazperalatan sistemitenaga listrik. Misallrugi-rugi jaringanlakan meningkat,
pemanasannyang tinggi padaakapasitor, transformator, danipada mesin-mesin
listrikkyang berputarqserta kesalahanopada pembacaanwalat ukur.
2.8 Sistem Kendali
Pengendali PI merupakan pengendalikyang banyakkdigunakan dalam
industri. PengendaliaPI telahmbertahan sejakmlama, dariaera sistemsanalog
hinggamera sistemmdigital computer. Padamkenyataannya perkembangan
teknologikdigital danfsoftware telahsmembuat perkembanganjyang signifikan
terhadapopenelitian PI.
2.8.1 Pengendali Proportional (P)
Pengendalimproporsional memilikikrespon keluaran yanggsebanding
denganmsinyal error yangidihasilkan dan dapat memperbaiki respon transien,
ini sesuai dengan persamaan P
CO(t) = Kp e(t) (2-4)
Respon proporsional dapatgdisesuaikan denganmmengalikan sinyal
erroruterhadap Kp atau yanggdisebut dengannproporsional gain.

16
Set Point + CO
Kp
-
Gambar 2. 9 Diagram Blok Pengendali Proporsional Feedback

Gambar 2.9 Diagram Blok Pengendali Proposional

2.8.2 Pengendali Integral


Pengendali integral digunakanuuntuk menghilangkan error steady
state (offset) padahkeadaan tunak. Offset biasanya terjadippada plant yang
tidaknmempunyai factor integrase (1/s), iniisesuai denagan persamaan berikut
CO(t) = Ki ʃ e(t) dt (2-5)
Disampinggmenghilangkan sinyal error dan offset, adaakemungkinan
pengendalimintegral dapat menimbulkanmrespon yangbberosilasi dengan
amplitude yanggmengecil secarar perlahankatau membesar.

Set Point + CO
Ki
Gambar 2. 10 Diagram Blok Pengendali Integral
-
Feedback

Gambar 2.10 Diagram Blok Pengendali Integral

2.9 Particle Swarm Optimization (PSO)


Particle Swarm Optimization (PSO) merupakannsalah satuualgoritma
yang digunakan untuk tunning pada sistem kontol. Teknik tunning didasarkan
padakpenelusuran algoritma dan diawaligdengan suatufpopulasi yangrrandom
yangmdisebut particle [13]. Algoritma PSO diperkenalkannoleh Kennedy dan
Eberhartkpada tahunn1995, proses algortimanya terinspirasi dari perilaku
sosialksekumpulan serangga atau burungadalamssuatu swarm.
Berbedaadengan teknik tunning lainnya, setiapkparticle pada PSO
jugaaberhubungan dengangsuatu velocity. Particle-particle tersebutbbergerak
melaluikpenelusuran ruangmdengan velocity dinamis yangmdisesuaikan
menurutkperilaku historisnya. Olehkkarena itu, particle-particle mempunyai
kecenderunganguntuk bergerakhke area penelusuranyyang lebihkbaik setelah
melewatiwproses penulusuran.

17
Algortimanya yang sederhana dan performanya yang bagus membuat
PSO banyak digunakan oleh para penelti dan banyak diaplikasikan pada
berbagai persoalan optimasi sistem tenaga seperti desain kontrol PID, kontrol
tegangan dan daya reaktif. PSO telah popular menjadi optimasi globalfdengan
sebagianrbesar permasalahangdapat diselesaikanrdengan baik dan variabelnya
berupa bilanganwriil.
Beberapakistilah umumwyang biasaqdigunakan pada PSO dapat
didefinisikanqsebagai berikut:
a. Swarm : populasiqsuatutalgoritma
b. Particle : anggotaqpadassuatu swarm. Posisi suatu particle ditentukan oleh
representasi solusi saat itu. Setiapaparticle merepresentasikanksuatu solusi
yangxpotensial padazpermasalahan yangxdiselesaikan.
c. Pbest (Personal best) : posisinPbest suatuyparticle menunjukan posisi
particleyyang disiapkan untukpmendapatkan suatussolusi terbaik.
d. Gbest (Global best) : posisipterbaik particlespada swarm.
e. Velocity (vektor) : vektornyang menggerakkankproses optimasi yang
menetukan arahmagar suatumparticle diperlukanmberpindah untuk
memperbaikipposisi semula.
f. Inertia weigth : inertia weight disimbolkan w, parameterhini digunakan
untukhmengontrol dampaksdari adanya velocityuyang diberikan olehfsuatu
particle.
Prosedurqstandar untuknmenerapkan algoritmaaPSO ialah sebagaidberikut:
a. Inisialisasispopulasi darimparticle-particle dengansposisi danmvelocity
secaranrandom pada ruangjdimensimpenelusuran.
b. Evaluasibfungsi fitness optimasijyanggdiinginkan dijdalam variable d pada
setiapnparticle.
c. Membandingkanrevaluasi fitnessaparticle dengannPbest
d. Identifukasi particle dalam lingkungan dengan hasil yang terbaik.
e. Perbarui velocityudan posisioparticle
f. Kembalijke step 2hsampai kriteriagterpenuhi.
Sepertihhalnya denganaalgoritma lainnya, algoritmamPSO adalah
sebuahapopulasi yangddidasarkan penelusuranbinisialisasi particlemsecara

18
randomvdan adanyaiinteraksi diantaraiparticle dalam populasi. Di dalam PSO
setiapuparticle bergerakemelalui ruangesolusi danymempunyai kemampuan
untukpmengingat posisiqterbaik sebelumnyajdan dapatjbertahan darijgenerasi
kelgenerasi.
2.9.1 Ukuran Swarm
Ukurannswarm atauypopulasi yangqdipilih adalahdtergantung pada
persoalannyang dihadapi. Ukuransswarm yangqumum digunakanmyaitu
berkisarqantara 20ssampai 50. Halitersebut telah dipelajari sejak dulu bahwa
PSOlhanya perlulukuran swarm ataulpopulasi yang lebih kecil dibandingkan
algortima-algoritmaalainnya.
2.9.2 Keoefisien Akselerasi
Padadumumnya nilaixuntuk koefisiensakselerasi c1 dan c2 yaitu 2.
Namungnilai tersebut dapat ditentukan sendiri dalambpenelitiannyang
berbeda. Biasanyasiilai c1 dan c2 samajdan beradajpada rentang 0 sampaii4.
2.9.3 Inertia Weigth
Perubahanvvelocityapada algortima PSOiterdiri dari tigambagian
yaitu social part, cognitove part, danbmomentum part. Ketiganbagian
tersebutjmenentukan keseimbanganiantara kemampuanipenelusuran global
danllocal. Olehlkarena itu akanamemberikan performa yangibaik padaiPSO.
Parameterninertia weigth digabungkanadengan social part pada
algortima PSO. Persamaanadari PSOsyaitu
𝑉𝑖𝑑 = 𝑤 𝑉𝑖𝑑 + 𝑐1 𝑟𝑎𝑛𝑑1 (𝑃𝑖𝑑 − 𝑋𝑖𝑑 )
+𝑐2 𝑟𝑎𝑛𝑑2 (𝑃𝑔𝑑 − 𝑋𝑖𝑑 ) (2-6)
𝑑𝑎𝑛
𝑋𝑖𝑑1 = 𝑋𝑖𝑑 + 𝑉𝑖𝑑 (2-7)
Inertia weigth diperkenalkanmuntuk keseimbanganmantara
kemampuankpenelusuran globalsdan local. Secaraaumum parameterjinertia
weigth (w) diperolehsdengan menggunakanqpersamaan berikut
𝑤 max − 𝑤𝑚𝑖𝑛
𝑤 = 𝑤𝑚𝑎𝑥 − 𝐼𝑡𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 (2-8)
𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑚𝑎𝑥

Inertia weigth yangdbesar dapatsmemudahkan dalamapenelusuran


global daniinertia weigth yangdkecil memudahkanauntuk penelusuran local.
Penggunaanninertia weigth dapatumeningkatkan performa dalamsbeberapa

19
aplikasi dengan nilai velocity maksimum, nilai w padaarentang dinamisddari
setiapsvariable biasanyadantara 0,4ssampai 0,9.
2.10 DVR Dengan PI - PSO Controller
Penambahan algoritma PSO digunakan sebagai tunning pada PI
controller. PI controller yang di tunning dengan PSO akan menghasilkan nilai
Kp dan Ki secara otomatis. Nilai Kp dan Ki dari hasil tunning, merupakan
nilai terbaik. Nilai Kp dan Ki terbaik akan menghasilkan tegangan injeksi
yang mendekati nilai tegangan yang hilang akibat voltage sag. Gambar 2.11
merupakan diagram blok DVR dengan menggunakan PI-PSO controller.
Algoritma
PSO

e
Set Point + Kontrol IGBT
SPWM Measurement
PI Gate
-

Gambar 2. 11 Diagram Blok


Gambar 2.11DVR dengan PI-PSO
Diagram BlokController
DVR dengan PI-PSO Controller

20

Anda mungkin juga menyukai