TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Tenaga Listrik
Sistem tenaga listrik pada umumnya terdiri atas empat unsur [9].
Pertama yaitu adanya unsur untuk membangkitkan tenaga listrik.
Pembangkitan tenaga listrik ini dilakukan oleh pusat pembangkit listrik dengan
tegangan yang dihasilkan yaitu tegangan menengah (TM). Untuk yang kedua
yaitu adanya sistem transmisi dan gardu induk (GI). Perlu menggunakan
tegangan tinggi (TT) atau tegangan ekstra tinggi (TET) untuk mengirim tenaga
listrik karena letak pusat pembangkit listrik yang jauh dari pemakai. Ketiga
yaitu adanya saluran distribusi dan gardu distribusi. Sistem distribusi terdiri
dari sistem distribusi primer yang menggunakan tegangan menengah dan
sistem distribusi sekunder yang menggunakan tegangan rendah (TR). Untuk
yang keempat yaitu adanya unsur pemakai tenaga listrik yang meliputi instalasi
industri yang memakai tegangan tinggi ataupun tegangan menengah dan
instalasi rumah tangga yang memakai tegangan rendah. Gambar 2.1
menunjukkan skema sistem tenaga listrik.
Pusat pembangkit listrik menghasilkan tenaga listrik yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari. Ada beberapa pusat pembangkit listrik yaitu
diantaranya PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, ataupun PLTN. Tenaga
listrik yang dihasilkan pusat pembangkit listrik biasannya bernilai 6 kV dan 20
kV yang merupakan tegangan menengah.
Pada umunya pusat pembangkit listrik berada jauh dari pemakai. Untuk
mengirim tenaga listrik ini ke pemakai diperlukan sistem transmisi. Pada
sistem transmisi, tegangan dinaikkan dari tegangan menengah ke tegangan
tinggi. Menaikkan tegangan menengah menjadi tegangan ekstra tinggi
diperlukan ketika jarak pembangkit dan pemakai sangat jauh. Sebelum
ditransmisikan, transformator set up digunakan pada gardu induk untuk
menaikkan tegangan. Tegangan pada sistem transmisi bernilai 70 kV sampai
500 kV. Tegangan ekstra tinggi di Indonesia adalah 500 kV sedangkan
tegangan tinggi 70 kV, 150 kV, dan 275 kV.. Penggunaan tegangan tinggi
5
maupun tegangan ekstra tinggi dibutuhkan untuk beberapa alasan yaitu
penampang penghantar yang digunakan menjadi efisien dan losses daya
semakin kecil, karena ketika tegangan tinggi diterapkan maka arus yang
mengalir akan menjadi lebih kecil.
TET
TT Sistem Transmisi
TR
Saluran Distribusi Sekunder
Pengukur kWh
Pemakai
Instalasi Pemakai TR
Gambar
Gambar 2. 1 Sistem Tenaga Listrik 2.1 Sistem Tenaga Listrik
6
kV ini merupakan sistem distribusi primer yang menelusuri jalan-jalan di
seluruh kota. Sistem transimisi tenagaklistrik dilakukanjdengan menggunakan
salurankudara dengangmenara transmisi sementara sistemkdistribusi primer
dikkota menggunakan kabelntanah yangntertanam dihtepi jalanmsehingga
tidakbterlihat. Hal ini untuk menjaga keindahan kota.
Mendekati persimpangan jalan biasanya terdapatmgardu-gardu
distribusi. Gardu distribusi mengubahqtegangan menengahhmenjadi tegangan
rendahpmelalui trafo distribusiaatau step down. Tegangan rendah disalurkan
ke pemakai melalui tiang listrik di tepi jalan. Tegangan rendah di Indonesia
adalahf220/380 V dankmerupakan sistemddistribusi sekunder. Padaytiang
listrik tegangan rendah juga terpasang lampu-lampu penerangan jalan umum.
Energi listrik dari pusat pembangkit diterimaypemakai dariptiang
tegangan rendah melaluiqkawat yanggdinamakan sambunganbrumah dan
diujung sambungan rumah terpasang alatqpengukur listrikzyang merupakan
titikkakhir kepemilikan PLN. Setelahztitik ini awal darikunsur pemakai pada
instalasixpemakai tenagamlistrik.
2.2 Distribusi Primer
Distribusisprimer adalah sistem distribusimyang menggunakan
teganganimenengah. Padasdistribusi primerdterdapat tigasjenis sistem, yaitu:
2.2.1 Sistem Radial
Sistemdradial merupakan sistemsyang palingqsederhana danfpaling
banyakndipakai, terdiri dari penyulang atau rangkaianatersendiri yang
seolah-olahskeluar darigsuatu sumberssecara radial [10]. Penyulang ini
dapatsjuga dianggapgsebagai suatuwbagian utamafdari saluranjsamping dan
dihubungkan dengan transformator distribusi. Dengansdemikian gangguan
padafsaluran sampingmtidak akanmmengganggu seluruhmpenyulang.
Penggunaan sistem ini biasanya pada rumah sakit yang tidak boleh
mengalami gangguan yang berlangsung lama.
2.2.2 Sistem Lup
Suatugcara lain untuk mengurangidlama interupsimdaya yang
disebabkanwgangguan adalahsdengan menggunakan sistem lupmdengan
menyamung keduamujung saluran [10]. Halnini mengakibatkan suatu
7
pemakaiddapat memperolehspasokan energislistrik dariqdua arah. Bilamana
pasokanwdari salahwsatu terganggu, pemakaihitu akanedisambung pada
pasokanqlainnya. Kapasitasxcadangan yangzcukup besarnharus tersedia
padaktiap penyulang. Sistemilup dapatidioperasikan secara terbukaiataupun
tertutup.
2.2.3 Sistem Jaringan Primer
Walaupundbeberapa studigmemberi indikasizbahwa padaxkondisi-
kondisivtertentu sistemgjaringan primerhlebih murahndan lebihnhandal
daripadassistem radial, secaranrelatif tidaknbanyak sistemejaringan primer
yanggkinisdioperasikan [10]. Sistembini terbentukkdengan menyambung
saluran-salurandutama atauapenyulang yangcterdapat padagsistem radial
sehinggasmeembentuk suatugjaringan distribusi.
2.2.4 Sistem Spindel
Terutamagdi kota yanggbesar, terdapatqsuatu jenisygardu tertentu
yangdtidak terdapatztransformator daya. Gardugdemikian dinamakanhgardu
hubung, Gardu hubung padadumumnya menghubungkankdua atauglebih
bagiangjaringan primerckota [10]. Sistem spidel menghubungkan bus dari
gardu hubung dengan bus dari gardu hubung lain. Sistemkini banyak
dipakaigdi Jakartaqdan kota-kotabbesar lainnyagdi Indonesia. Sistemoini
memberiskeandalan operasigyang cukupktinggi.
2.3 Distribusi Sekunder
Distribusigsekunder menggunakanxtegangan rendah. Sebagaimana
halnyagdengan distribusigprimer, terdapatvpula pertimbangan-pertimbangan
mengenai keandalandpelayanan danmregulasi tegangan. Secara umum
distribusi sekundergterdiri atas empatgjenis:
2.3.1 Pelayanan Dengan Transformator Tersendiri
Pelayananmdengan transformatormtersendiri dilakukanmuntuk
konsumen yanggagak besarhatau konsumen yang terletakhagak berjauhan
terutamakdi daerahkluar kota, sehinggagsaluran teganganbrendahnya akan
menjadihterlampau panjang [10].
8
2.3.2 Penggunaan Satu Transformator Untuk Sejumlah Pemakai
Sistem ini paling banyak dipakai untuk melayani sejumlah pemakai
dengan saluran tegangan rendah. Sistemkini memperhatikannbeban dan
keperluankpemakai yangxberbeda-bedawsifatnya [10].
2.3.3 Bangking Sekunder
Sistem yang menggunakan banking sekunder tidak begitu bayak
dipakai. Antaragtransformator danxsaluran sekunderbbiasanya terdapat
sekringsatau saklarzdaya otomatisbuntuk melepaskanqtransformator dari
saluranhtegangan rendahyjika terjadikgangguan [10]. Kelebihan sistem ini
dianggap dapatpmemberikan pelayanannyang tidakqterganggu dalamswaktu
yangslama. Disisi lain jika salah satu transformator terganggu, beban
tambahanhyang harusmdipikul transformator-transformatormlain dapat
mengakibatkandbanyak transformatorpikut terganggu.
2.3.4 Jaringan Sekunder
Sistem jaringan sekunder memberikanrtaraf keandalanjpada jaringan
teganganhrendah diqdaerah denganhkepadatan bebanzyangitinggi. Sehingga
biayanyahyang tinggizdapat dipertanggungjawabkanfdan tingkatgkeandalan
inildiperlukan [10]. Padakumumnya, jaringanzsekunder terjadimdengan
menghubungkangsemua sisi teganganmrendah dari gardu-gardu
transformatornyang diisidoleh dua atauhlebih penyulangptegangan
menengah. Padagsisi teganganmrendah gardu distribusinterdapat saklar
dayanyang dioperasikanmsecara otomatis dankdikenal denganmnama
proteksimotomatis.
2.4 Short Circuit
Short ciruit atau hubung singkat adalah suatu gangguan dalam sistem
tenaga listrik yang menyebabkan aliran arus menjadi tidak normal. Short
circuit akan mengakibatkan nilai arus menjadi besar dan nilai tegangan
menjadi kecil. Berdasarkan gangguannya, short circuit dibagi menjadi dua
yaitu simetris dan asimetris. Semua hubung singkat berdasarkan gangguannya,
dihitung menggunakan rumus dasar yaitu
𝑉
𝐼= (2-1)
𝑍
9
Perbedaan gangguan simetris dan asimetris baik itu satu fasa, dua fasa,
dan tiga fasa ke tanah ialah impedansi yang terbentuk sesuai dengan gangguan
itu sendiri dan tegangan yang mensuplai arus ke titik gangguan tersebut.
Impedansi yang terbentuk ditulis sebagai persamaan berikut:
Z untuk gangguan satu fasa Z = Z1 + Z2 + Z0 (2-2)
Z untuk gangguan dua fasa Z = Z1 + Z2
Z untuk gangguan tiga fasa Z = Z1
Keterangan persamaan:
I = Arus (A)
V = Tegangan (V)
Z = Impedansi total dari sumber sampai titik gangguan (Ω)
Z1 = Impedansi urutan positif (Ω)
Z2 = Impedansi urutan negatif (Ω)
Z0 = Impedansi urutan nol (Ω)
2.4.1 Gangguan Simetris
Gangguan simetris adalah gangguan yang terjadi pada semua fasanya
yang menyebabkan arus dan tegangan pada masing-masing fasa tetap bernilai
seimbang. Gangguan simetris dibagi menjadi dua yaitu gangguan tiga fasa
dan gangguan tiga fasa ke tanah. Gangguan tiga fasa ialah gangguan yang
terjadi saat ketiga fasanya saling terhubung. Gangguan tiga fasa ke tanah ialah
gangguan yang terjadi saat ketiga fasanya terhubung ke tanah.
I2
I3
10
asimetris dibagi menjadi tiga yaitu gangguan satu fasa ke tanah, gangguan
dua fasa, dan gangguan dua fasa ke tanah. Gangguan satu fasa ke tanah ialah
gangguan yang terjadi saat salah satu fasa terhubung ke tanah. Gangguan dua
fasa ialah gangguan yang terjadi saat antar kedua fasanya saling terhubung
dan tidak terhubung ke tanah. Gangguan dua fasa ke tanah ialah gangguan
yang terjadi saat antar kedua fasanya terhubung ke tanah.
I2
I3
11
Gambar 2. 4 Klasifikasi Tegangan
12
Usag
Gambar 2. 5 Diagram Garis Voltage Sag
E
Zf
Gangguan
Zs
Beban Sensitif
PCC
Gambar 2.5 Diagram Garis Voltage sag [16]
13
Perbedaan magnitude dan pergeseran fasa φsag dapat terjadi saat
voltage sag berlangsung. Kedua besaran tersebut merupakan bagian dari
voltage sag. Bentuk gelombang saat terjadi voltage sag dapat dilihat pada
gambar 2.7.
14
2.7.1 Injection/Coupling Transformer
Transformatorrsatu fasaadihubungkan secaraaseri dengan penyulang
distribusiiyang digandengddengan VSI untuk level tegangan tinggi distribusi.
Transformatorrsatu fasaadapat dihubungkan secaraastar/open atau delta/open.
Fungsiidasarrdari injection/coupling transformer adalah sebagai
isolasiielektrik sertaauntuk menaikkan suplaiitegangan AC yanggrendah yang
dihasilkannoleh VSI untukkmenghasilkanntegangan yang diinginkan
Hubunganndelta/open tidakkmenghasilkan injeksiitegangan urutannnol (zero
sequence voltage). Pemilihannkumparan transformatorrinjeksi ditentukan oleh
hubunganntransformator step-downnyang diumpanbalikkan kebbeban. Jika
transformator dihubungkan secara delta/open, maka tidak perlu
mengkompensasi tegangan urutan nol tapi jikaayang digunakannadalah
hubungannstar/open dengannpentanahan pada titikknetral, tegangan urutan nol
harus dikompensasi.
2.7.2 Voltage Source Inverter (VSI)
VSI adalahhperalatan elektronikaadaya yang dapattmenghasilkan
tegangannsinusoidal dengan magnitude, frekuensi, dan sudut fasa yang
diinginkan. Pulse widthhmodulation – voltage source inverter (PWM-VSI)
digunakannpada penelitiannini yang terdiriddari switching yaituuinsulated
gate bipolarrtransistors (IGBT).
Fungsiddasar dari VSI adalahhuntuk mengkonversittegangan DC yang
dihasilkannoleh energy storageedevice menjadi tegangannAC yang
dibutuhkaniinjection/coupling transformerruntuk mengkompensasittegangan
padabbeban sensitive (criticalgload)
2.7.3 Energy Storage
Fungsi energy storage yaituumenghasilkan dayaaaktif untuk
mensuplaibbeban padaasaat terjadi voltage sag. Baterai, lead-acid, flywheel
ataussuperconducting magneticcenergyystorage (SMES) dapat digunakan
untukkmenyimpannenergi.
2.7.4 Beban Nonlinear
Beban nonlinear adalahhbeban yang impedansinyaatidak konstan
dalammsetiap periodeetegangan masukan. Dengannimpedansinya yanggtidak
15
konstan, makaaarus yang dihasilkanntidaklah berbandingglurus dengan
teganganyyang diberikan. Sehinggabbeban nonlinear tidaklahmmematuhi
hukummohm yang menyatakannarus berbandingglurus denganntegangan.
Bentuk gelombanggarus yang dihasilkannoleh beban nonlinearrtidak
sama dengannbentuk gelombang tegangannsehingga terjadiccacat (distorsi).
Dengannmeluasnya pemakaiannbeban nonlinear, gelombanggsinusoidal ini
dapattmengalami distorsi.
Kecenderungannpenggunaan beban-beban elektronika dalammjumlah
besar akan menimbulkanmmasalah yanggtidak terelakkan sebelumnya.
Berbedaadengan beban-beban listrikkyang menarikkarus sinusoidal, beban-
beban elektronikkmenarik arusddengan bentuk nonsinusoidalmwalaupun
disuplai oleh teganganmsinusoidal. Bebanyyang memilikissifat ini disebut
sebagaibbeban nonlinear.
Bebanmnonlinear adalahmperalatan yang menghasilkanmgelombang-
gelombang arussyang berbentuk sinusoidalbberfrekuensi tinggi yang disebut
denganmarus harmonisa. Arushharmonisa ini menimbulkanbbanyak implikasi
padazperalatan sistemitenaga listrik. Misallrugi-rugi jaringanlakan meningkat,
pemanasannyang tinggi padaakapasitor, transformator, danipada mesin-mesin
listrikkyang berputarqserta kesalahanopada pembacaanwalat ukur.
2.8 Sistem Kendali
Pengendali PI merupakan pengendalikyang banyakkdigunakan dalam
industri. PengendaliaPI telahmbertahan sejakmlama, dariaera sistemsanalog
hinggamera sistemmdigital computer. Padamkenyataannya perkembangan
teknologikdigital danfsoftware telahsmembuat perkembanganjyang signifikan
terhadapopenelitian PI.
2.8.1 Pengendali Proportional (P)
Pengendalimproporsional memilikikrespon keluaran yanggsebanding
denganmsinyal error yangidihasilkan dan dapat memperbaiki respon transien,
ini sesuai dengan persamaan P
CO(t) = Kp e(t) (2-4)
Respon proporsional dapatgdisesuaikan denganmmengalikan sinyal
erroruterhadap Kp atau yanggdisebut dengannproporsional gain.
16
Set Point + CO
Kp
-
Gambar 2. 9 Diagram Blok Pengendali Proporsional Feedback
Set Point + CO
Ki
Gambar 2. 10 Diagram Blok Pengendali Integral
-
Feedback
17
Algortimanya yang sederhana dan performanya yang bagus membuat
PSO banyak digunakan oleh para penelti dan banyak diaplikasikan pada
berbagai persoalan optimasi sistem tenaga seperti desain kontrol PID, kontrol
tegangan dan daya reaktif. PSO telah popular menjadi optimasi globalfdengan
sebagianrbesar permasalahangdapat diselesaikanrdengan baik dan variabelnya
berupa bilanganwriil.
Beberapakistilah umumwyang biasaqdigunakan pada PSO dapat
didefinisikanqsebagai berikut:
a. Swarm : populasiqsuatutalgoritma
b. Particle : anggotaqpadassuatu swarm. Posisi suatu particle ditentukan oleh
representasi solusi saat itu. Setiapaparticle merepresentasikanksuatu solusi
yangxpotensial padazpermasalahan yangxdiselesaikan.
c. Pbest (Personal best) : posisinPbest suatuyparticle menunjukan posisi
particleyyang disiapkan untukpmendapatkan suatussolusi terbaik.
d. Gbest (Global best) : posisipterbaik particlespada swarm.
e. Velocity (vektor) : vektornyang menggerakkankproses optimasi yang
menetukan arahmagar suatumparticle diperlukanmberpindah untuk
memperbaikipposisi semula.
f. Inertia weigth : inertia weight disimbolkan w, parameterhini digunakan
untukhmengontrol dampaksdari adanya velocityuyang diberikan olehfsuatu
particle.
Prosedurqstandar untuknmenerapkan algoritmaaPSO ialah sebagaidberikut:
a. Inisialisasispopulasi darimparticle-particle dengansposisi danmvelocity
secaranrandom pada ruangjdimensimpenelusuran.
b. Evaluasibfungsi fitness optimasijyanggdiinginkan dijdalam variable d pada
setiapnparticle.
c. Membandingkanrevaluasi fitnessaparticle dengannPbest
d. Identifukasi particle dalam lingkungan dengan hasil yang terbaik.
e. Perbarui velocityudan posisioparticle
f. Kembalijke step 2hsampai kriteriagterpenuhi.
Sepertihhalnya denganaalgoritma lainnya, algoritmamPSO adalah
sebuahapopulasi yangddidasarkan penelusuranbinisialisasi particlemsecara
18
randomvdan adanyaiinteraksi diantaraiparticle dalam populasi. Di dalam PSO
setiapuparticle bergerakemelalui ruangesolusi danymempunyai kemampuan
untukpmengingat posisiqterbaik sebelumnyajdan dapatjbertahan darijgenerasi
kelgenerasi.
2.9.1 Ukuran Swarm
Ukurannswarm atauypopulasi yangqdipilih adalahdtergantung pada
persoalannyang dihadapi. Ukuransswarm yangqumum digunakanmyaitu
berkisarqantara 20ssampai 50. Halitersebut telah dipelajari sejak dulu bahwa
PSOlhanya perlulukuran swarm ataulpopulasi yang lebih kecil dibandingkan
algortima-algoritmaalainnya.
2.9.2 Keoefisien Akselerasi
Padadumumnya nilaixuntuk koefisiensakselerasi c1 dan c2 yaitu 2.
Namungnilai tersebut dapat ditentukan sendiri dalambpenelitiannyang
berbeda. Biasanyasiilai c1 dan c2 samajdan beradajpada rentang 0 sampaii4.
2.9.3 Inertia Weigth
Perubahanvvelocityapada algortima PSOiterdiri dari tigambagian
yaitu social part, cognitove part, danbmomentum part. Ketiganbagian
tersebutjmenentukan keseimbanganiantara kemampuanipenelusuran global
danllocal. Olehlkarena itu akanamemberikan performa yangibaik padaiPSO.
Parameterninertia weigth digabungkanadengan social part pada
algortima PSO. Persamaanadari PSOsyaitu
𝑉𝑖𝑑 = 𝑤 𝑉𝑖𝑑 + 𝑐1 𝑟𝑎𝑛𝑑1 (𝑃𝑖𝑑 − 𝑋𝑖𝑑 )
+𝑐2 𝑟𝑎𝑛𝑑2 (𝑃𝑔𝑑 − 𝑋𝑖𝑑 ) (2-6)
𝑑𝑎𝑛
𝑋𝑖𝑑1 = 𝑋𝑖𝑑 + 𝑉𝑖𝑑 (2-7)
Inertia weigth diperkenalkanmuntuk keseimbanganmantara
kemampuankpenelusuran globalsdan local. Secaraaumum parameterjinertia
weigth (w) diperolehsdengan menggunakanqpersamaan berikut
𝑤 max − 𝑤𝑚𝑖𝑛
𝑤 = 𝑤𝑚𝑎𝑥 − 𝐼𝑡𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 (2-8)
𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑚𝑎𝑥
19
aplikasi dengan nilai velocity maksimum, nilai w padaarentang dinamisddari
setiapsvariable biasanyadantara 0,4ssampai 0,9.
2.10 DVR Dengan PI - PSO Controller
Penambahan algoritma PSO digunakan sebagai tunning pada PI
controller. PI controller yang di tunning dengan PSO akan menghasilkan nilai
Kp dan Ki secara otomatis. Nilai Kp dan Ki dari hasil tunning, merupakan
nilai terbaik. Nilai Kp dan Ki terbaik akan menghasilkan tegangan injeksi
yang mendekati nilai tegangan yang hilang akibat voltage sag. Gambar 2.11
merupakan diagram blok DVR dengan menggunakan PI-PSO controller.
Algoritma
PSO
e
Set Point + Kontrol IGBT
SPWM Measurement
PI Gate
-
20