Anda di halaman 1dari 8

OBSERVASI

SISTEM DISTRIBUSI GARDU INDUK MENUJU


PELANGGAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Mata Kuliah: Desain Produk

Dosen Pengampu:
Dr. Agus Junaidi, S.T., M.T.
Azmi Rizki Lubis, S.Pd., M.T

Disusun Oleh:
Goklas Lumban Gaol (5223530019)
Muhammad Fiqra Rijali Lubis (5223530022)
Reihan Akbar Sitompul (5223530008)

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2024

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta
inayah- Nya kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas Observasi ini.

Observasi ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan observasi ini. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan observasi ini.

Terlepas dari itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
penulis menerima segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar penulis
dapat memperbaiki observasi yang selanjutnya akan penulis susun.

Akhir kata penulis berharap semoga observasi ini dapat memberikan manfaat
maupun menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.

Medan, 26 Maret 2024

Penulis
1. Sistem Distribusi
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini
berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source)
sampai ke konsumen. Fungsi distribusi tenaga listrik adalah pembagian atau penyaluran
tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan) dan merupakan sub sistem tenaga listrik yang
langsung berhubungan dengan pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban
(pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi. Tenaga listrik yang dihasilkan oleh
pembangkit tenaga listrik besar dengan tegangan dari 11 kV sampai 24 kV dinaikkan
tegangannya oleh gardu induk dengan transformator penaik tegangan menjadi 70 kV, 154 kV,
220 kV atau 550 kV kemudian disalurkan melalui saluran transmisi.
Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada
saluran transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat arus
yang mengalir (I2xR). Daya yang sama apabila nilai tegangannya diperbesar, maka arus yang
mengalir semakin kecil sehingga kerugian daya juga akan kecil pula. Melalui saluran
transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan transformator penurun tegangan
pada gardu induk distribusi.
Kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh
saluran distribusi primer, dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi
mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo distribusi menjadi sistem
tegangan rendah yaitu 220/380 Volt. Selanjutnya disalurkan oleh saluran distribusi sekunder
ke konsumen-konsumen, dengan ini jelas bahwa sistem distribusi merupakan bagian yang
penting dalam sistem tenaga listrik secara keseluruhan.
Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu digunakan tegangan setinggi yang
mungkin, dengan menggunakan trafo-trafo step-up. Nilai tegangan yang sangat tinggi ini
menimbulkan beberapa konsekuensi antara lain: berbahaya bagi lingkungan dan mahalnya
harga perlengkapan-perlengkapannya, selain menjadi tidak cocok dengan nilai tegangan yang
dibutuhkan pada sisi beban. Daerah-daerah pusat beban tegangan saluran yang tinggi ini
diturunkan kembali dengan menggunakan trafo step down. Akibat yang ditimbulkan bila
ditinjau nilai tegangannya, maka mulai dari titik sumber hingga dititik beban, terdapat
bagian-bagian saluran yang memiliki nilai tegangan berbeda-beda.
1. Gardu Induk Titi Kuning
Gardu induk merupakan suatu sistem instalasi listrik yang terdiri dari beberapa
perlengkapan peralatan listrik dan mernjadi penghubung listrik dari jaringan transmisi ke
jaringan distribusi primer, jaringan transmisi adalah bagian sistem dari sistem tenaga listrik
yang tugasnya adalah menyalurkan tenaga listrik, dari pembangkit listrik ke gardu induk
penaik melalui jaringan transmisi ke gardu induk penurun hingga di distribusikan ke semua
konsumen pengguna tenaga listrik (Alsimeri, 2008 : 1840). Sistem Distribusi kebanyakan
merupakan jaringan yang diisi dari sebuah Gardu Induk (GI). Jaringan distribusi yang diisi
dari sebuah GI pada umumnya tidak dihubungkan secaara listrik dengan jaringan distribusi
yang diisi dari GI yang lain, sehingga masing-masing jaringan distribusi beroperasi secara
terpisah satu sama lain. Sistem Distribusi terdiri dari jaringan tegangan menengah (JTM) dan
Jaringan Tegangan Rendah (JTR). Baik JTM maupun JTR pada umumnya beroperasi secara
radial. Dalam sistem yang perkembangannya masih baru, bebannya relative masih rendah
sehingga tidak diperlukan sistem transmisi (penyaluran). Dalam pengoperasian Sistem
Distribusi, masalah utama adalah mengatasi gangguan karena jumlah gangguan dalam Sistem
Distribusi adalah relative banyak dibandingkan dengan jumlah gangguan pada bagian sistem
yang lain. Disamping itu masalah tegangan, bagian-bagian instalasi yang berbeban lebih dan
rugi-rugi daya dalam jaringan merupakan masalah yang perlu dicatat dan dianalisa secara
terus-menerus, untuk dijadikan masukan bagi perencanaan pengembangan sistem dan juga

untuk melakukan tindakan-tindakan penyempurnaan pemeliharaan dan penyempurnaan


Operasi Sistem Distribusi.
Gambar Gardu Induk Titi Kuning

2. Trafo Step-down
Transformator step down adalah transformator yang berfungsi untuk menurunkan
tegangan, sehingga Vp > Vs. transformator step down memiliki lilitan primer (Np) yang lebih
banyak dengan lilitan sekunder (Ns). Transformator jenis step pada umumnya digunakan
pada alat-alat elektronika seperti radio, televise, dan lain-lain yang membutuhkan tegangan
yang lebih rendah.
Listrik dengan tegangan tinggi diterima dari sumber utama, seperti pembangkit listrik
atau gardu induk, kemudian diturunkan menjadi tegangan menengah menggunakan
transformator step down di gardu induk. Jaringan Distribusi Primer: Listrik dengan tegangan
menengah dialirkan melalui jaringan distribusi primer menuju gardu distribusi di area
pelanggan. Gardu Distribusi: Di gardu distribusi, tegangan menengah dari jaringan distribusi
primer diturunkan kembali menjadi tegangan distribusi yang lebih rendah menggunakan trafo
step down. Listrik dengan tegangan distribusi dialirkan melalui jaringan distribusi sekunder
menuju pelanggan individu atau bangunan di area tersebut. Pada titik terakhir, listrik masuk
ke trafo step down yang menurunkan tegangan distribusi menjadi tegangan rendah yang aman
untuk digunakan di dalam rumah atau bangunan pelanggan.

GAMBAR Trafo Step-down


3. Fuse Cut Out
Fuse Cut Out adalah perangkat yang berfungsi untuk memutus rangkaian listrik secara
otomatis ketika terjadi gangguan, dan biasanya digunakan dalam jaringan sistem distribusi
dengan tegangan 20 kV. Fungsinya tidak hanya untuk melindungi transformator distribusi
dan saluran distribusi dari gangguan arus lebih atau beban berlebih, tetapi juga untuk
mengamankan sistem dari kerusakan yang disebabkan oleh arus surja atau petir. Terdapat tiga
jenis karakteristik Fuse Link yang umum digunakan, yaitu tipe-K (cepat), tipe-T (lambat),
dan tipe-H yang tahan terhadap arus surja. Arus surja, seperti yang disebabkan oleh petir,
merupakan salah satu penyebab utama gangguan pada sistem tenaga listrik, yang dapat
menyebabkan kerusakan peralatan listrik karena tingginya arus dan tegangan yang dihasilkan.
Dengan adanya Fuse Cut Out, sistem distribusi listrik dapat lebih terlindungi dan stabil, serta
meminimalkan risiko kerusakan pada peralatan listrik akibat gangguan arus berlebih.
Jalur distribusi ini dimulai dari gardu induk, di mana tegangan tinggi dari gardu induk
diubah melalui transformator distribusi menjadi tegangan yang lebih rendah sesuai dengan
kebutuhan pelanggan. Setelah melalui transformator distribusi, tegangan listrik
ditransmisikan melalui kabel distribusi yang membentang di atas atau di bawah tanah menuju
wilayah pelayanan. Di sepanjang jalur distribusi ini, Fuse Cut Out ditempatkan di titik-titik
strategis, biasanya di tiang listrik atau kotak distribusi, untuk melindungi jalur distribusi dan
peralatan listrik lainnya dari gangguan arus berlebih atau beban berlebih. Dari Fuse Cut Out,
jalur distribusi dilanjutkan menuju trafo step down di tiap-tiap wilayah pelayanan. Trafo step
down berfungsi untuk menurunkan tegangan listrik dari level distribusi menjadi tegangan
yang lebih rendah, sesuai dengan kebutuhan tegangan yang diperlukan oleh pelanggan. Dari
trafo step down, jalur distribusi kemudian tersambung ke jaringan listrik rumah atau
bangunan pelanggan melalui kabel distribusi yang lebih kecil. Dengan demikian, Fuse Cut
Out merupakan salah satu komponen penting dalam jalur distribusi listrik yang memastikan
keamanan dan kinerja sistem secara keseluruhan.

Gambar Fused Cut Out


4. Lightning Arrester (LA)
Lightning Arrester (LA) dalam sistem distribusi listrik bertindak sebagai perangkat
perlindungan yang bertujuan untuk melindungi peralatan listrik dari lonjakan tegangan yang
disebabkan oleh petir (Lightning Surge) atau lonjakan tegangan saat terjadi perubahan cepat
dalam sirkuit listrik (Switching Surge). Pemasangan LA dapat dilakukan sebelum atau setelah
Fused Cut Out (FCO) dan disarankan agar terpasang sesegera mungkin dari trafo untuk
memaksimalkan efektivitasnya dalam menangkap lonjakan tegangan yang berpotensi
merusak peralatan.
Gambar. Lightning Arrester (LA)

PHB-TR
PHB-TR (Panel Hubung Bagi Tegangan Rendah) merupakan perangkat yang
umumnya digunakan sebagai pusat distribusi energi listrik dari sumber utama, seperti PLN,
ke berbagai titik penerimaan energi dalam sebuah bangunan atau fasilitas. PHB berperan
dalam menerima dan mendistribusikan energi listrik dari sumber utama ke berbagai sirkuit,
termasuk sirkuit panel utama dan cabang, serta ke titik beban seperti lampu dan peralatan
listrik.
Dalam PHB-TR, terdapat berbagai sirkuit pengaman yang dipasang untuk melindungi
sistem dan peralatan dari gangguan arus berlebih. Salah satu sirkuit pengaman yang umum
dipasang adalah No Fused Breaker (NFB), yang merupakan pemutus sirkuit dengan sensor
arus. Ketika arus melebihi kapasitas yang ditentukan, sistem magnetik dan bimetalik pada
NFB akan berfungsi untuk memerintahkan pemutusan beban. Selain NFB, terdapat juga
pengaman lebur (sekering) yang berfungsi sebagai pemutus sirkuit dengan cara melelehkan
bagian komponennya saat arus melebihi batas yang aman. Sekering ini dirancang untuk
membuka rangkaian dan mencegah terjadinya kerusakan pada peralatan atau sistem akibat
arus berlebih. Dengan adanya sirkuit pengaman ini, PHB-TR dapat menjaga keamanan dan
kinerja sistem distribusi energi listrik secara efektif, sehingga memastikan operasi yang aman
dan lancar bagi penggunaan peralatan listrik dalam sebuah bangunan atau fasilitas.

Gambar PHB-TR

Anda mungkin juga menyukai