LANDASAN TEORI
2.1 Coolcase/refrigerator
Kulkas atau lemari es atau lemari pendingin adalah sebuah alat rumah tangga
listrik yang menggunakan refrigerasi (proses pendingin) untuk menolong
pengawetan makanan. Kulkas bekerja menggunakan pompa panas pengubah
fase beroperasi dalam sebuah putaran refrigeration. Kulkas terdiri dari lemari
pendingin atau lemari pembeku atau keduanya
Kulkas atau lemari es hasil buatan Jacob Perkins terinspirasi dari catatan William
Cullen. Perkins menggunakan eter dan tekanan uap air untuk membekukan air, dan
ternyata hal ini berhasil membekukan air dengan eter dan tekanan uap. Namun
sayangnya, metode yang digunakan ini banyak memanfaatkan bahan kimia,
4
seperti amonia dan Sulfur dioksida sebagai alat dan bahan dalam pembekuan air.
Sehingga, meskipun lemari es buatan Karl Von Linden ini terlihat lebih praktis,
tetapi karena adanya komposisi bahan kimia yang digunakan dapat membahayakan
dan menyebabkan kecelakaan.
5
melalui jalur hisap (suction). Kompresor mengkompresi refrigeran sehingga
tekananan dan temperaturnya menjadi tinggi, kemudian refrigeran dibuang melalui
jalur keluaran (discharge) selanjutnya refrigeran mengalir masuk ke kondensor. Di
kondensor refrigeran mengalami proses kondensasi dimana refrigeran yang
memiliki fasa uap berubah menjadi fasa cair akibat melepas kalor ke lingkungan,
sehingga refrigeran mengalami penurunan temperatur namun tekanan tetap
konstan. Dari kondensor refrigeran fasa cair mengalir masuk ke alat ekspansi. Pada
alat ekspansi refrigeran mengalami penurunan tekanan secara mendadak. Hal ini
menyebabkan temperatur refrigeran juga ikut menurun. Refrigeran yang mengalami
penurunan tekanan dan temperature tersebut selanjutnya mengalir ke evaporator.
Di evaporator refrigeran menarik kalor dari lingkungan (kabin dan produk)
sehingga temperatur lingkungan sekitar menjadi rendah. Dikarenakan refrigeran
menghisap kalor dari lingkungan, maka refrigeran mengalami perubahan fasa dari
cair menjadi fasa uap kembali. Dari evaporator refrigeran menuju kompresor
melalui jalur hisap (suction). Proses ini terjadi berulang-ulang membentuk siklus
tertutup.
6
Proses tersebut jika berlangsung secara terus-menerus di dalam sistem
refrigerasi kompresi uap sederhana ini maka akan membentuk suatu siklus.
Siklus tersebut dapat digambarkan pada diagram pressure-entalpiy (p-h
diagram), seperti pada Gambar 2.2 berikut ini :
1. Proses kompresi
Proses kompresi terjadi pada titik 1 ke titik 2, proses ini berlangsung secara
isentropic dimana fasa refrigeran yang masuk ke kompresor adalah fasa uap jenuh
dengan tekanan dan temperatur yang rendah. Refrigeran yang masuk akan
dikompresi oleh kompresor sehingga tekanan dan temperaturnya naik, hal ini
menyebabkan uap refrigeran menjadi uap superheat yang akan dikeluarkan dari
kompresor dengan tekanan yang tinggi. Besar kerja kompresi persatuan massa
refrigeran bisa dihitung menggunakan rumus (Dossat, 1981):
Wk = h2 − h1 … … … … … … … … … … … (2.1)
Dimana :
Wk = Kerja kompresor (kJ/s)
h1 = Entalpi refrigeran saat masuk kompresor (kJ/kg)
h2 = Entalpi refrigeran saat keluar kompresor (kJ/kg)
2. Proses Kondensasi
Proses kondensasi terjadi dari titik 2 ke titik 3, proses ini berlangsung di
kondensor dimana refrigeran akan mengalami proses pendinginan dengan
melepaskan kalor sensible ke lingkungan sehingga uap jenuh refrigeran akan
mengalami penurunan temperatur, Hal ini disebabkan karena refrigeran yang
7
mempunyai tekanan dan temperatur uap jenuh yang tinggi akan berubah fasanya
menjadi cair dengan cara melepas kalor laten ke lingkungan sekitarnya. Proses
kondensasi ini terjadi pada tekanan dan temperatur yang konstan. Kalor total yang
dilepas oleh kondensor dapat dihitung dengan rumus (Dossat, 1981):
q c = h2 − h3 … … … … … … … … … … . . … … … … … … … … … … … … … … … (2.2)
Dimana :
q c = Besarnya kalor yang dilepas kondensor (kJ/s)
h2 = Entalpi refrigeran saat masuk kondensor (kJ/kg)
h3 = Entalpi refrigeran saat keluar kondensor (kJ/kg)
3. Proses Ekspansi
Proses ekspansi terjadi pada titik 3 ke titik 4, Proses ini terjadi dalam entalpi
yang konstan (isoentalpi), artinya tidak ada sejumlah kalor yang dibuang atau
diterima (adiabatis). Pada proses ini, refrigeran cair akan mengalami penurunan
tekanan dan temperatur yang selanjutnya akan mengalami proses evaporasi.
h3 = h4 … … … … … … … … … … … … … … … … … . . … … … … … … … … … … . (2.3)
Dimana :
h3 = Entalpi refrigeran saat keluar kondensor (kJ/kg)
h4 = Entalpi refrigeran saat keluar ekspansi (kJ/kg)
4. Proses Evaporasi
Proses ini terjadi dari titik 4 ke titik 1, Proses evaporasi di evaporator ini
berlangsung secara isobaric dan isothermal yang artinya nilai temperatur dan
tekanannya konstan.
Refrigeran dengan fasa mayoritas cair bertekanan rendah akan menyerap
kalor dari kabin dan produk sehingga fasa refrigeran akan berubah menjadi fasa uap
bertekanan rendah. Besarnya kalor yang diserap oleh evaporator bisa dihitung
dengan rumus (Dossat, 1981):
q e = h1 − h4 … … … … … … … … … … … … … . . … … … … … … … … … … … … (2.4)
Dimana :
q e = Besarnya kalor yang diserap evaporator (kJ/s)
h1 = Entalpi refrigeran saat keluar evaporator (kJ/kg)
h4 = Entalpi refrigeran saat masuk evaporator (kJ/kg)
8
2.2.3 Laju Aliran Massa Refrigeran
Dimana :
ṁ = Laju aliran massa refrigeran (kg/s)
Pkom = Daya kompresor (watt)
Wkom = Besarnya kerja kompresi yang dilakukan (kJ/kg)
9
untuk mengambil kalor dari kabin (di evaporator) per satuan daya kompresor.
Perbandingan antara efek refrigerasi yang dihasilkan dengan kerja kompresi
yang dilakukan dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut (ASHRAE -
Handbook. 2001):
qe
COPa =
wk
(h1 − h4 )
= … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.8)
(h2 − h1 )
Dimana :
COPa = Coefficient of Performance aktual
qe = Efek refrigerasi (kJ/kg)
wk = Kerja kompresi (kJ/kg)
Sementara untuk prestasi ideal mesin refrigerasi dapat dihitung dengan
rumus:
COPc
Te
= … … … … … … … … . . … … … … … … … … … … … … (2.9)
Tk − Te
Dimana :
COPc = Coefficient of Performance carnot
Te = Temperatur evaporasi (K)
Tk = Temperatur kondensasi (K)
Berdasarkan ASHRAE Handbook 2010 Refrigeration pada Chapter 15
RETAIL FOOD STORE REFRIGERATION AND EQUIPMENT, nilai standar
COP berbeda-beda tergantung tipe temperatur penyimpanan atau yang
dibutuhkan. Seperti pada Gambar 2.3 berikut ini:
10
Gambar 2.3 Standar nilai COP untuk masing-masing jenis unit pendingin
2. Efisiensi Sistem
Perbandingan COPcarnot dan COPaktual menghasilkan nilai efisiensi
sistem refrigerasi dengan persamaan sebagai berikut (ASHRAE Handbook,
2001):
COPaktual
η= x 100% … … … … … … … … … … … . … … … … … (2.10)
COPcarnot
Dimana :
η = Efisiensi sistem (%)
COPcarnot = Coefficient of Performance carnot
COPaktual = Coefficient of Performance actual
3. Rasio Kompresi
Rasio kompresi adalah perbandingan antara tekanan discharge dengan
tekanan suction yang dapat dihitung dengan rumus:
Pd
PR = … . . … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . (2.11)
Ps
Dimana :
PR = Rasio kompresi
Pd = Tekanan discharge (bar)
Ps = Tekanan suction (bar)
11
4. Daya listrik
Untuk menghitung daya yang digunakan oleh kompresor dapat
Menggunakan persamaan berikut:
𝑃 = 𝑉 𝑥 𝐼 𝑥 𝐶𝑜𝑠 𝜃 … … … … … … … … … … … … … … … … … … . (2.12)
Dimana :
P = Daya listrik (Watt)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus (Ampere)
𝐶𝑜𝑠 𝜃 = Faktor daya (0,8)
Sedangkan untuk menentukan estimasi biaya operasional motor dapat
ditentukan dengan persamaan berdasarkan Tarif Dasar Listrik PLN sebagai
berikut:
P
Untuk pemakaian perhari : (1000) x waktu pemakaian……..…...(2.13)
12
Penentuan Nilai Koefisien Perpindahan Kalor Menyeluruh,Nilai koefisien
perpindahan kalor menyeluruh (U) tergantung pada :
1) Ketebalan bahan dinding
2) Jenis bahan
3) Kondisi permukaan (kecepatan udara)
Dinding ruang refrigerasi biasanya terdiri dari beberapa lapisan (salah satu
lapisan adalah insulasi termal), seperti ilustrasi gambar 2.4 di bawah:
Dengan:
xn = tebal lapisan (m)
kn = konduktivitas bahan (W/m.K)
fo = koefisien konveksi permukaan luar (W/ m2K)
fi = koefisien konveksi permukaan dalam (W/ m2K)
13
2.3.3 Beban Produk
Beban pendinginan produk adalah kalor yang dihasilkan oleh produk
pada saat didinginkan. Beban produk pada alat kompress hot and cold ini air.
Beban produk diantaranya adalah:
a. Beban penurunan temperatur produk
Untuk menghitung besarnya beban kalor penurunan temperatur digunakan
persamaan:
m × Cp × ∆T
Qp = (2.17)
n × 3600
Dengan :
Qp = Beban kalor penurunan temperatur produk (kW)
m = Massa produk (kg)
Cp = Kalor spesifik dari produk (kJ/kg.K)
ΔT = Besarnya penurunan temperatur (K)
n = “cooling time”, waktu yang diperlukan untuk menurunkan
temperatur dari temperatur asal ke temperatur yang diinginkan (jam).
(Roy J Dossat, Principles of Refrigeration, 1981)
Safety factor adalah penambahan kapasitas beban dari total beban untuk
menjaga kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan dengan
menambahkan 5-10% dari beban total. Safety factor dapat dihitung dengan
rumus (Dossat, 1981):
Qrancangan = Qtotal beban pendinginan x 10% … … … … … … … (2.18)
14