Anda di halaman 1dari 2

KORUPSI DAN ILMU KEBERLANJUTAN

Fikrunnia Adi Prasojo


P0502202061
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Sekolah Pascasarjana IPB University

Korupsi sebagai sebuah tindak pindana bukan hanya mengakibatkan kerugian bagi Negara,
tapi lebih jauh lagi bagi rakyat dan lingkungan hidup. Seringkali kerugian yang diakibatkan oleh
korupsi hanya dilihat dari kerugian keuangan yang dialami Negara, padahal korupsi juga
berdampak terhadap kehidupan, kesehatan, keselamatan dan keamanan masyarakat, serta
perlindungan dan keberlanjutan lingkungan. Sehingga perhatian terhadap upaya pemberantasan
korupsi di Indonesia seharusnya tidak hanya dilihat dari penyelesaian kasus-kasus korupsi kelas
kakap, tapi juga pengawasan terhadap kebijakan dan program yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Sejumlah kebijakan dan program pemerintah telah dikritisi oleh masyarakat karena
berpotensi mengancam kesejahteraan rakyat dan keberlanjutan lingkungan, serta pemberantasan
korupsi. Baru – baru ini misalnya, pengesahan Undang-Undang (UU) Cipta Kerja menimbulkan
gejolak ditengah masyarakat, revisi UU KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) juga mendapatkan
protes yang keras dari berbagai kalangan masyarakat. Pasalnya baik UU Cipta Kerja maupun UU
KPK memungkinkan terjadinya pelemahan terhadap perlindungan rakyat, lingkungan dan upaya
pemberantasan korupsi. Jika dilihat sejak awal pencetusan, pembahasan dan pengesahan yang
terus dipaksakan meski terjadi penolakan besar-besaran di masyarakat, dapat diindikasikan terjadi
kesewenang-wenangan pembuat kebijakan atau dapat disebut sebagai korupsi kebijakan. Indikasi
nyata korupsi adalah tidak adanya transparansi. Ketika sebuah kebijakan, regulasi atau aturan
dibuat dengan tidak transparan, tertutup, tanpa peran serta masyarakat, maka dapat dipastikan ada
indikasi tindak pidana korupsi didalamnya.

Munasinghe (1993) menjelaskan bahwa konsep pembangunan berkelanjutan memiliki tiga


faktor penentu dalam pemanfaatan lahan yaitu lingkungan, sosial dan ekonomi. Faktor lingkungan
dalam penbangunan berkelanjutan menggambarkan daya dukung suatu kawasan dalam
menyangga kehidupan manusia dan pembangunan (Napitupulu 2013). Faktor sosial menjadi
prioritas kedua yaitu kaitannya erat dengan sejarah, kemudian faktor ekonomi menjadi prioritas
selanjutnya yaitu kebutuhan hidup. Korupsi sangat jelas berpengaruh terhadap faktor-faktor
tersebut meskipun tidak menjadi faktor utama penentunya dikarenakan iklim politik di Indonesia
sangat dinamis. Ada faktor lain yang sangat kuat sebagai penentu pembangunan berkelanjutan
yaitu tata kelola.

Saat ini, kita tidak bisa mengandalkan political will dari pemerintah dalam hal lingkungan
dan pemberantasan korupsi. Diperlukan upaya kritis untuk terus mengawal setiap kebijakan guna
menghindari penyalahgunaan wewenang yang dimiliki pemerintah. Akar masalah adalah system
ekonomi dan politik yang kapitalistik, koruptif dan milteristik. Sehingga diperlukan konsolidasi
dari masyarakat sipil ataupun mahasiswa. Kedepan masyarakat akan terus berhadapan dengan
praktik-praktik eksploitasi lingkungan yang berlebihan dengan legal dikarenakan terakomodir oleh
UU seperti OMNIBUSLAW & MINERBA. Sangat mungkin terjadi adanya inisiasi
menggabungkan ilmu keberlanjutan dan korupsi sebagai bahasan dikarenakan korupsi menjadi
salah satu faktor penting dalam ilmu keberlanjutan.

Referensi :

Munasinghe M. 1993. Environmental Econimics and Sustainable Development. Washington


(AS): The World Bank.

Napitupulu A. 2013. Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan: suatu TInjauan Teoritis


dan Praktis. Bogor (ID): PT. IPB Press.

Anda mungkin juga menyukai