Clean (SGC)
tiara.ramadhani.2015@fisipol.umy.ac.id
Pembangunan adalah salah satu konsep yang paling banyak digunakan, akan tetapi
sekaligus juga diperbincangkan dalam usaha pengembangan kehidupan manusia.
Perbincangan yang timbul sangat beragam, mulai dari isu menetukan tolok ukur
keberhasilan pembangunan, menetapkan prioritas, strategi dan tahap pembangunan,
pemberdayaan dan partisipasi masyarakat, hingga topik kelangsungan hidup generasi
mendatang. Pembangunan merupakan hal penting dalam proses kehidupan suatu negara.
Tanpa adanya pembangunan, maka sumber daya yang ada baik itu manusia atau alam tidak
dapat berkembang sebagaimana mestinya. Pembangunan sangat diperlukan sebagai salah
satu pemenuhunan kebutuhan hidup dalam suatu negara, dengan adanya pembangunan
diharapkan adanya perkembangan dan perubahan yang lebih baik. Namun terkadang
pembangunan juga menimbulkan dampak – dampak yang tidak diharapkan dan tidak sesui
tujuan. Oleh karena itu, pentingnya sebuah prinsip pembangunan yang berkelanjutan untuk
mencapai tujuan-tujuan pembangunan dalam pemenuhan kebutuhan hidup yang tidak
merusak dan merugikan.
Menurut Brundtland dalam (Hadi, 2012) dalam (Eko Priyo, 2016) pembangunan
berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang
berprinsip “memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan
generasi masa depan”. Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai
pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa
mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial.
Untuk mencapai tujuan dalam aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Tujuan tersebut
jug harus membentuk tata pemerintahan yang baik. Pemerintah harus melaksanakan banyak
fungsi inti untuk memungkinkan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan. Di antara fungsi inti
dari pemerintah adalah penyediaan layanan sosial seperti kesehatan dan pendidikan;
penyediaan infrastruktur seperti jalan, pelabuhan, dan listrik; perlindungan individu dari
kejahatan dan kekerasan; promosi ilmu dasar dan teknologi baru; dan implementasi peraturan
untuk melindungi lingkungan. Dari fungsi tesebut tentu saja daftar ini hanya subset singkat dari
apa yang orang di seluruh dunia berharap untuk dari pemerintah mereka. Bahkan, terlalu sering
mereka mendapatkan sebaliknya: korupsi, perang, dan tidak adanya pelayanan publik.
Di dunia saat ini, pemerintahan yang baik tidak bisa hanya mengacu kepada
pemerintah. perusahaan multinasional dunia sering aktor yang paling kuat. Kesejahteraan
kita tergantung pada perusahaan-perusahaan yang kuat mematuhi hukum, menghormati
lingkungan alam, dan membantu masyarakat di mana mereka beroperasi, terutama untuk
mengatasi kemiskinan. Namun seperti dengan pemerintah, kenyataannya sering sebaliknya.
perusahaan multinasional sering agen korupsi publik, menyuap pejabat untuk menekuk
peraturan atau kebijakan pajak yang menguntungkan mereka; penghindaran pajak;
pencucian uang; dan kerusakan lingkungan. Dengan demikian, sisi normatif dari
pembangunan berkelanjutan membayangkan empat pilar dasar dari suatu masyarakat yang
baik: kemakmuran ekonomi; inklusi sosial dan kohesi; ketahanan lingkungan; dan
pemerintahan yang baik dari aktor sosial utama, termasuk pemerintah dan bisnis. Ini banyak
untuk meminta, dan tidak ada kekurangan dari tantangan untuk mencapai pembangunan
berkelanjutan dalam praktek. Namun taruhannya tinggi. Mencapai pembangunan
berkelanjutan di planet ramai, tidak setara, dan terdegradasi kami adalah tantangan paling
penting yang dihadapi generasi kita.
Untuk mencapai tujuan ekonomi, sosial, dan lingkungan, tujuan tata pemerintahan
yang baik juga harus dicapai. Pemerintah harus melaksanakan banyak fungsi inti untuk
memungkinkan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan. Di antara fungsi dari pemerintah
adalah sebagai penyediaan layanan sosial seperti kesehatan dan pendidikan. Penyediaan
infrastruktur seperti jalan, pelabuhan, dan listrik. Perlindungan individu dari kejahatan dan
kekerasan, promosi ilmu dasar dan teknologi baru, dan implementasi peraturan untuk
melindungi lingkungan.
Di dunia saat ini, pemerintahan yang baik tidak bisa hanya mengacu kepada
pemerintah. Perusahaan multinasional dunia seorang aktor yang paling kuat. Kesejahteraan
kita tergantung pada perusahaan-perusahaan yang kuat mematuhi hukum, menghormati
lingkungan alam, dan membantu masyarakat dimana mereka beroperasi, terutama untuk
mengatasi kemiskinan.
Perusahaan multinasional sering menjadi agen korupsi publik, menyuap pejabat untuk
menekuk peraturan atau kebijakan pajak yang menguntungkan mereka, seperti penghindaran
pajak, pencucian uang, dan kerusakan lingkungan. Dengan demikian, sisi normatif dari
pembangunan berkelanjutan membayangkan empat pilar dasar dari suatu masyarakat yang
baik, kemakmuran ekonomi, inklusi sosial dan kohesi, ketahanan lingkungan, dan
pemerintahan yang baik dari aktor sosial utama, termasuk pemerintah dan bisnis.
Ada masalah yang serius berkait dengan keinginan membangun green ecology,
sebuah pengelolaaan lingkungan yang terhindari dari perbuatan non etis dan merusak
sehingga terjamin sustainabilitas sumberdaya alam. Sebuah tantangan yang berat untuk
bisa menjamin sustainabilitas lingkungan dengan berbagai species, mineral, dan material
yang ada di dalamnya. Harus ada konsep yang lebih etis dan bertanggung jawab untuk bisa
menciptakan green ecology yang bisa dinikmati secara turun temurun, dari generasi ke
generasi (Maliki, 2000)
Melihat betapa buruk dan menyakitkan keadaan lingkungan dan dampaknya kepada
kehidupan manusia, maka dari sinilah bisa dimengerti betapa pentingnya mengubah cara
berfikir, tidak semata saintis, tetapi juga etis dan theologis. Oleh karena itu, agama
menawarkan kepada manusia agar memberi perhatian terhadap alam dan lingkungan
dengan komitmen bahwa alam memiliki dan berada dalam satu tatanan nilai. Alam
dinyatakan memiliki nilai, karena alam lebih dekat kepada kita, lebih suka kepada kita, lebih
akrab dengan kita, daripada kita menyadari dan memahaminya.
Pemanfaatan sumber daya yang baik dan benar juga dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat luas. Tanpa adanya pembangunan yang
berkelanjutan yang berdasarkan etika lingkungan tentu dapat menghambat proses
berlangsungnya kehidupan suatu negara. Sumber daya yang ada akan punah dan sangat
merugikan generasi yang akan datang. Jadinya keterpaduan antara lingkunga dan
pembangunan sangat diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Dengan
adanya pembangunan berkelanjutan diharapkan mampu membawa segara masalah yang
terjadi dengan terselesaikan kea rah yang lebih baik dan mampu memenuhi kebutuhan
hidup manusia bagi generasi sekarang hingga generasi yang akan datang.
Green and Clean adalah suatu program yang bertujuan menciptakan kondisi
lingkungan yang bersih, hijau dan sehat untuk dihuni oleh masyarakat yang dicapai melalui
terselenggaranya beberapa kegiatan yang menitikberatkan pada pengolahan sampah dan
penghijauan. Pengolahan sampah rumah tangga meliputi pemilahan, pemanfaatan sampah
organik dan anorganik serta pembuatan lubang biopori dan bank sampah. Dalam mengelola
lingkungan, selain didukung oleh pihak pemerintah dan swasta, harus pula didukung
masyarakat terutama ibu rumah tangga sebagai pilar utama dalam keluarga.
Berdasarkan capaian program Green and Clean yang telah disampaikan sebelumnya
pada studi di Kampung Jambangan, membuktikan bahwa kota Surabaya berpotensi signifikan
menjadi kota berkelanjutan, dengan menerapkan konsep dari sustainable development, hal ini
sejalan dengan pendapat United Cities and Local Governments (UCLG) Committee (2009) yang
menyatakan bahwa Program Green and Clean di Kota Surabaya dapat mewujudkan tempat
hidup yang lebih baik dan meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat sebagai dimensi
penting menuju daerah yang berkelanjutan. Berdasarkan analisa di atas dapat
disimpulkan bahwa program Surabaya Green and Clean telah memenuhi kriteria dari indikator
pembangunan berkelanjutan melalui capaian pada Kampung Jambangan RW 3 Surabaya
sebagai salah satu kampung peserta terbaik program SGC, sehingga Kota Surabaya dapat
dikategorikan menjadi kota yang cukup potensial untuk menjadi kota berkelanjutan. Para agen
perubahan mencoba keras untuk mendorong dan menyemangati warga untuk berkomitmen dan
melakukan usaha manajemen lingkungan secara berkelanjutan, namun dibutuhkan antusias
lebih dari warga untuk memotivasi dirinya sendiri untuk memanajemen lingkungannya secara
berkelanjutan untuk dapat membantu pemerintah menciptakan pembangunan berkelanjutan
berwawasan lingkungan yang mana hal ini selaras dengan visi dari kota Surabaya, menciptakan
surabaya sebagai kota cerdas, manusiawi, bermartabat dan berwawasan lingkungan (Publik,
Administrasi, & Brawijaya, 2005)
Dari penjelasan capaian SGC, program ini terbukti berhasil dalam mewujudkan
sustainable development di Kota Surabaya. Namun, terdapat hambatan-hambatan yang
dapat melambankan pengembangan dari program tersebut dan terdapat pula pendukung
yang dapat meminimalisir dari adanya hambatan agar program SGC menjadi lebih baik
sehingga dapat menghasilkan manfaat bagi pihak yang terkait. Para aktor dalam program ini
senantiasa melakukan usaha-usaha untuk mendukung keberhasilan dari program ini seperti
yang dilakukan oleh DKP melalui regulasi dan kebijakan pendukung yang telah dikeluarkan
yakni regulasi mengenai dilarangnya membuang sampah sembarangan, program MDS
untuk melatih kampung pemula, serta pelatihan dan pendampingan yang dilakukan untuk
menambah wawasan dan pengetahuan peserta. Pelaksanaan dari program Surabaya
Green and Clean memiliki beberapa tahapan dan sesuai dengan standar operasional
prosedur (SOP) demi mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian para aktor dalam
penyelenggaraan SGC dan demi meningkatkan efisiensi dan efektifitas tugas dan tanggung
jawab individual dan organisasi secara keseluruhan (Publik et al., 2005)
Pada dasarnya sampah merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh banyak
kota diseluruh dunia. Semakin tingginya jumlah penduduk dan aktivitasnya membuat volume
sampah semakin meningkat.Oleh karena itu dalam menentukan metode penanganan yang
tepat, penentuan besarnya timbulan sampah sangat ditentukan oleh jumlah pelaku dan jenis
kegiatannya.Volume tumpukkan sampah memiliki nilai sebanding dengan tingkat komsumsi
masyarakat terhadap material yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Pengendalian timbunan sampah utamanya harus berawal dari masyarakat ditiap-tiap
rumah. Dalam mengendalikan timbulan sampah diperlukan partisipasi aktif masyarakat. Awal
partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengelolaan sampah berawal dari bagaimana cara
masyarakat ini mengendalikan timbulan sampah. Masyarakat dapat mengurangi perilaku
konsumtifnya dan juga dapat memisahkan sampah mana yang masih dapat digunakan dan
sampah mana yang akan dibuang. Sehingga timbunan sampah di TPA dapat berkurang.
Program SGC telah memenuhi kriteria dari indikator pembangunan berkelanjutan
melalui capaian pada Kampung Jambangan RW 3 Surabaya sebagai salah satu kampung
peserta terbaik program SGC, sehingga Kota Surabaya dapat dikategorikan menjadi kota
yang cukup potensial untuk menjadi kota berkelanjutan. Faktor penting yang mendukung
keberhasilan program Surabaya Green and Clean adalah pelopor, kemantapan organisasi,
kemitraan, kebijakan, peran serta masyarakat, media motivator.
Kota Surabaya mengambil kebijakan dalam pembuatan program mengenai kebersihan yang
berbasis dengan masyarakat, dimana partisipasi masyarakat sebagai kunci kesuksesan dari
program Surabaya Green and Clean (SGC). Dengan adanya program tersebut, kota
Surabaya telah membantu untuk menciptakan pembangunan berkelanjutan dengan
berwawasan lingkungan yang berbasis masyarakat.
Capaian progam Green and Clean yang sebelumnya sudah disampaikan dalam studi
di Kampung Jambangan, Surabaya sudah membuktikan kota yang berpotensi menjadi kota
yang berkelanjutan, dengan menerapkan konsep SDG’s. Semua sudah berjalan sesuai
dengan pendapat United Cities and Local di Surabaya dapat yang dapat menjadikan tempat
hidup yang lebih baik dan meningkatkan kondisi ekonomi, sosial masyarakat sebagai
sesuatu dimensi yang pentig.
Dampat disimpulkan dari pendapat diatas bahwa, program SGC sudah memenuhi
kriteria dari inikator SDG’s, sehingga Surabaya dapat dikatakan menjadi kota yang cukup
potensial untuk menjadi kota menerapkan konsep SDG’s. Agen perubahan sedang berkerja
lebih keras untuk mengarahkan, dan mendorong masyarakat agar berkomitmen dan
melakukan usaha memanajemen lingkungannya secara berkelanjutan. Semua ini juga
membutuhkan antusias yang kuat dari masyarakat untuk memberi motivasi dirinya sendiri
untuk menjadikan lingkungan sekitarnya secara berkelanjutan, serta bertujuan untuk
membantu pemerintah menciptakan SDG’s berwawasan lingkungan yang lebih selaras
dengan visi yang dimiliki oleh kota Surabaya, serta menciptakan kota Surabaya menjadi kota
yang cerdas, dan berwawasan lingkungan. Kemudian dari aspek manfaat, seperti yang telah
dipaparkan dalam bagian penyajian data, bahwa segala aktor yang terlibat dalam program
ini memiliki manfaat masing-masing.
Analisis Kasus
Dari hasil pembahasan mengenai program Surabaya Green and Clean (SGC), maka
dapat dianalisis sebagai berikut, yaitu: Program Surabaya Green and Clean merupkan salah satu
inovasi yang dapat dicontoh di berbagai daerah dalam menerapkan Sustainable Development.
Program SGC yang sangat membantu dalam menjaga lingkungan, sehingga dapat
menghasilkan manfaat bagi masyarakat secara luas. Program SGC ini juga meningkatkan
partisipasi masyarakat khususnya masyarakat Kota Surabaya dalam menciptakan pembangunan
yang berkelanjutan. Pada aspek ekonomi program ini mampu meningkatkan perekonomian
masyarakat, dengan memanfaatkan barang bekas menjadi barang yang berkualitas yang
memiliki nilai jual. Membangun keterpaduan antara masyarakat, pemerintah dan swasta
merupakan salah satu factor keberhasilan dalam menciptakan pembangunan yang berkelanjutan
dan pembangunan berkelanjutan harus diterapkan disetiap daerah, karena mengingat betapa
pentingnta pemanfaatan sumber daya yang baik dan benar sebagai pemenuhan kebutuhan
untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang.
Eko Priyo. (2016). Implementasi CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Agung Perdana
Dalam Mengurangi Dampak Kerusakan Lingkungan. Ilmu Pemerintahan & Kebijakan
Publik, 3.