SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-
Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam
Ilmu Matematika
Oleh:
NOVIA PUTRI SALSABILLA
NPM. 1811050459
SKRIPSI
Oleh:
NOVIA PUTRI SALSABILLA
NPM. 1811050459
iii
SURAT PERNYATAAN
Bandar Lampung,
Penulis,
iv
MOTTO
ك َع ْىٍُ ْمَ ك َم َع ٱلَّ ِريهَ يَ ْد ُعُنَ َزبٍَُّم بِٲ ْل َغ َدَٰ ِة ََٱ ْل َع ِش ِّى ي ُِسي ُدَنَ ََجْ ٍَ ۥً ُ ۖ ََ ََل تَ ْع ُد َع ْيىَا َ ََٱصْ بِسْ وَ ْف َس
تُ ِسي ُد ِشيىَتَ ٱ ْل َحيَُٰ ِة ٱل ُّد ْويَا ۖ ََ ََل تُ ِط ْع َم ْه أَ ْغفَ ْلىَا قَ ْلبَ ۥًُ عَه ِذ ْك ِسوَا ََٱتَّبَ َع ٌَ َُ ٰىًُ ََ َكانَ أَ ْم ُس ۥي ُ فُ ُسطًا
vii
PERSEMBAHAN
َّ بِس ِْم
ِ َّللاِ السَّحْ َم ِه الس
َّحيم
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah
SWT., yang telah melimpahkan karunia, taufik dan hidayah-Nya.
Sholawat serta salam tidak lupa selalu terlimpahkan kepada Rasullah
SAW sebagai pembawa cahaya kebenaran, dengan kerendahan hati
dan niat yang tulus serta ikhlas, kupersembahkan karya sederhana ini
sebagai tanda bukti atas cinta kasih untuk:
1. Kedua orang tuaku tercinta, ayahanda Sunu Setiawan dan Ibunda
Sri Wahyuni yang telah bersusah payah membesarkan, mendidik
dan membiayai selama ini, serta selalu memberikan semangat,
do’a, nasehat, cinta dan kasih saying yang tulus untuk
keberhasilanku. Ayah dan Ibu adalah figur teristimewa dalam
hidupku. Ma’afkan putrimu ini yang sampai detik ini belum bisa
membuatmu tersenyum tanpa beban yang ayah dan ibu pikul
selama ini.
2. Adikku Ahmad Dhani Setiawan dan kakakku Moh. Septian Eka
Budi Setiawan yang selalu memberiku semangat dan dukungan
penuh demi tercapainya impianku.
3. Almamaterku tercinta UIN Raden Intan Lampung
Terima kasih banyak atas semua motivasi, semangat dan
bantuannya selama ini untuk mewujudkan mimpiku. Semoga Allah
SWT juga meringankan urusan dan rezeki kalian semua, sebagaimana
kalian membantu meringankan urusanku. Penulis berharap agar
skripsi dan ilmu yang didapat bisa bermanfaat untuk banyak orang,
Aamiin Yarobbal’aalamin.
viii
RIWAYAT HIDUP
ix
KATA PENGANTAR
x
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul ..................................................... 1
B. Latar Belakang Masalah ......................................... 3
C. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah........... 15
D. Rumusan Masalah ................................................ 15
E. Tujuan Masalah .................................................... 16
F. Manfaat Penelitian ............................................... 17
G. Penelitian Terdahulu yang Relevan ...................... 17
H. Sistematika Penulisan .......................................... 21
xii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Penegasan judul ini ditujukan agar tidak terjadi kesalahan
dalam penafsiran dan kesalahpahaman terhadap pemaknaan judul
skripsi. Penelitian yang akan dilakukan ini berjudul “Pengaruh
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan
Gaya Belajar terhadap Pemahaman Konsep serta Pemecahan
Masalah Matematis Siswa SMP”. Adapun beberapa istilah yang
penulis uraikan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut.
1. Pengaruh adalah suatu daya yang ada atau timbul dari suatu
hal yang memiliki dampak dan dapat mempengaruhi objek
yang ada di sekitarnya.1 Jadi pengaruh merupakan kekuatan
yang muncul dari suatu benda dan gejala yang dapat
memberikan perubahan terhadap apa yang ada di sekilingnya.
Dalam hal ini pengaruh harus sesuai dengan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan gaya
belajar terhadap pemahaman konsep serta pemecahan masalah
matematis.
2. Model merupakan suatu skenario yang merancang
pembelajaran di kelas untuk menciptakan suatu interaksi,
sehingga dapat melihat perbedaan perkembangan diri peserta
didik.2
3. Pembelajaran ialah kegiatan yang dilakukan oleh lembaga
pendidikan yang di dalamnya terdapat kegiatan proses
interaksi antara masyarakat sekolah dan lingkungannya
1
A Latief, ―Pengaruh Lingkungan Sekolah terhadap Hasil Belajar Pendidikan
Kewarganegaraan Pada Peserta Didik Di SMK Negeri Paku Kecamatan Binuang
Kabupaten Polewali …,‖ Pepatudzu: Media Pendidikan Dan Sosial … 7, no. 1
(2016): 13–26, https://journal.lppm-
unasman.ac.id/index.php/pepatudzu/article/view/11.
2
Nining, Mistini Hidayati, Bukan Kelas Biasa (Surakarta: Kekata Publisher,
2018).hal 14.
1
2
dengan tujuan yang telah ditetapkan terleih dahulu sesbelum
proses dilaksanakan. 3
4. Problem Based Learning (PBL) merupakan model
pembelajaran yang berpusat pada siswa, di mana dalam model
pembelajaran ini siswa dituntut untuk melaksanakan
penelitian, penafsiran antara teori dan praktek di dalam
kehidupan sehari hari serta dapat mewujudkan suatu
penyelesaian dengan tepat. 4
5. Gaya belajar merupakan bagaimana cara seseorang merasa
mudah, nyaman dan aman saat belajar, baik dari sisi waktu
maupun indra. Modalitas belajar yang paling popular dan
dikenal hingga sekarang adalah modalitas atau gaya belajar
VAK yaitu gaya belajar Visual, Auditory dan Kinestetik. 5
6. Pemahaman konsep merupakan kemampuan yang dimiliki
peserta didik untuk dapat memahami konsep yang telah
diajarkan pendidik. Pada tingkatan ini, proses pembelajaran
diarahkan untuk melatih dan membentuk proses berfikir
peserta didik tentang pengertian dan konsep. Pemahaman
konsep yang dimaksud dalam judul ini adalah pemahaman
konsep pada materi SPLDV (Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel).
7. Pemecahan masalah matematis merupakan kemampuan dasar
yang dimiliki oleh setiap individu dalam memecahkan suatu
masalah yang sedang dihadapi, khususnya dalam pelajaran
matematika. Kemampuan pemecahan masalah matematis
3
Dr. Yuberti. M.Pd Teori Pembelajaran dan Pengembangan Bahan Ajar
dalam Pendidikan (Lampung: Anugrah Utama Raharja (AURA). 2014)h.13.
4
J.R Savery, ―Overview Of Problem-Based Learning : Devinition and
Distinction Interdisciplinary,‖ Journal Problem-Based Learning 1, no. 1 (2006): 9–
20, https://doi.org/10.7771/1541-5015.1002.
5
Ilfa Irawati, Mohammad Liwa Ilhamdi, and Nasruddin Nasruddin,
―Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar IPA‖ Jurnal Pijar Mipa 16, no. 1
(2021): 45, https://doi.org/10.29303/jpm.v16i1.2202.
3
yang tinggi dapat membuat peserta didik untuk memahami
konsep-konsep matematika dengan mudah. 6
Berdasarkan uraian penegasan judul di atas maka penulis
meneliti tentang ―Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dan Gaya Belajar terhadap Pemahaman Konsep
serta Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP‖
B. Latar Belakang
Dunia saat ini telah berada di era industri 4.0, pada kemajuan
teknologi digital secara tidak langsung mempengaruhi kehidupan
dunia manusia dan berdampak pada berbagai bidang yaitu,
ekonomi, budaya, politik dan pendidikan. Kemajuan teknologi
yang sangat pesat mendorong manusia terus mempelajari dan
memanfaatkan teknologi yang ada. Hampir seluruh kegiatan atau
aktivitas manusia membutuhkan bantuan perangkat yang canggih.
Dalam bidang pendidikan memiliki berbagai kemampuan dan
keterampilan abad 21 yaitu 4C (Critical thinking, Creativity,
Collaboration, dan Communication).7 Hal ini memberikan tanda
bahwa pendidik supaya menerapkan proses pembelajaran dengan
cara memanfaatkan teknologi yang canggih agar mempersiapkan
generasi maju menjadi lebih kreatif dan inovatif sebagai
kontenporer revolusi pendidikan di seluruh dunia.
Seluruh dunia kini mengalami pergeseran diberbagai aspek
kehidupan akibat hadirnya pandemik covid sejak tahun 2019,
khususnya aspek pendidikan. Terutama di Indonesia terjadi
perubahan diberbagai komponen pendidikan, khususnya dalam
proses pembelajaran serta praktik. Pembelajaran yang
menggunakan teknologi informasi berupa e-learning sebagai
media untuk menyampaikan pembelajaran serta memotivasi dalam
proses pembelajaran di masa pandemic covid-19. Penyebaran
6
Oktavia Irma Pratama, ―Pembelajaran Double Loop Problem Solving
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis‖ 1, no. 3 (2018): 286.
7
Siti Zubaidah and Universitas Negeri Malang, ―Mengenal 4C: Learning and
Innovation Skills Untuk Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0‖ Jurnal Biologi
(2017):1.
4
covid-19 sangat berdampak di segala aspek terutama pada bidang
kesehatan, ekonomi serta pendidikan.
Pendidikan merupakan pengajaran yang diselenggarakan di
sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan juga
merupakan suatu gerakan yang dilakukan seseorang sebagai upaya
untuk menyiapkan peranannya di masa yang akan datang. 8 Selain
itu, pendidikan berguna untuk mengusahakan peserta didik aktif
dalam mengembangkan diri supaya memiliki pengetahuan yang
dapat mengubah sikap dan tingkah laku menjadi terpelajar serta
meningkatkan daya saing globalisasi melalui proses
pembelajaran. 9 Hal ini menjadikan pendidikan penting bagi
seseorang, karena dapat mengembangkan kemampuannya secara
optimal. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta‘ala dalam
QS. Al-Mujadilah 58 : 11 sebagai berikut:
ۡۖ ۡٱَّللُ لَ ُكم
َّ ح ۡ ْ س فَ ۡٱف َسح
ِ ُىا يَف َس
ۡ ْ سح
ِ ُِىا فِي ٱل َم َٰ َجل َّ ََٰيََٰٓأَيُّهَا ٱل َّ ِذيهَ َءا َمى ُ َٰٓى ْا إِ َذا قِي َل لَ ُكمۡ تَف
ىا ۡٱل ِع ۡل َم ْ ُ ىا ِمى ُكمۡ َوٱل َّ ِذيهَ أُوت
ْ ُ ٱَّللُ ٱل َّ ِذيهَ َءا َمى
َّ وا يَ ۡزفَ ِع ْ ش ُز ُ وا فَٱو ْ ش ُز ُ َوإِ َذا قِي َل ٱو
١١ يز ٞ ِٱَّللُ بِ َما ت َۡع َملُىنَ خَب َّ َد َر َٰ َج ٖۚت َو
Artinya:
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:
“Berilah Kelapangan dalam Majelis” , maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu dan
apabila dikatakan: “Berdirilah Kamu”, Maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
sepengetahuan beberapa derajat dan Allah Maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan”.( QS. Al-Mujadilah 58 : 11)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah Subhanahu wa Ta‘ala
akan mengangkat derajat orang yang beriman, bertakwa, beramal
saleh serta berilmu. Hal tersebut yang memotivasi seseorang
8
Junier Sakerebau, ―Memahami Peran Psikologi Pendidikan Bagi
Pembelajaran,‖ Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen Kontekstual 1, no. 1 (n.d.):
96.
9
Ramlah, ―Upaya Meningkatkan Prestasi Bahasa Inggris Melalui Model
Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Pada Siswa Kelas VIII MTS N 1
Baubau,‖ Jurnal Inovasi Strategi Dan Model Pembelajaran 1, no. 1 (2021): 88.
5
untuk menuntut ilmu dan menjadi orang-orang berilmu agar
memiliki kemampuan untuk dapat berfikir secara logis, kritis dan
sistematis. Salah satu ilmu yang harus dipelajari untuk dapat
mengembangkan beberapa kemampuan tersebut adalah ilmu
matematika.
Matematika adalah ilmu pasti sebagai dasar bagi ilmu lain
sehingga saling terkait dengan ilmu lainnya. 10 Pentingnya
matematika bagi pelajaran lain ialah digunakan sebagai dasar
logika atau penalaran serta penyelesaian kuantitatif. 11 Matematika
juga berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. 12
Terdapat banyak hal dalam kehidupan ini yang merupakan
penerapan pengaplikasian dari matematika yang tidak kita sadari,
seperti halnya pada saat kita menghitung uang, mengkalkulasikan
laba dan rugi menghadapi masalah pemasaran barang dalam
urusan teknik, bahkan hampir semua ilmu di dunia ini pasti tidak
lepas dengan yang namanya matematika. 13
Kenyataan di lapangan, proses pembelajaran matematika yang
dilaksanakan pada saat ini belum memenuhi harapan para guru
sebagai pengembang stretegi pembelajaran di kelas. Peserta didik
mengalami kesulitan dalam belajar matematika, khususnya dalam
menyelesaikan soal yang berhubungan dengan kemampuan
pemahaman dan pemecahan masalah, sejalan dengan hal tersebut,
pemahaman konsep matematis pun menjadi salah satu tujuan
utama dari pendidikan matematika. Pemahaman akan suatu
konsep sangat berkontribusi untuk memahami konsep berikutnya,
10
Fepi Priyatna and Wildan Wiguna, ―Mobile Game Pembelajaran
Matematika Dasar Menggunakan Construct 2 Di SDN Sasaksaat,‖ eProsiding Teknik
Informatika (Protektif) 1, no. 1 (2020): 218.
11
Aji Arif Nugroho et al., ―Pengembangan Blog Sebagai Media Pembelajaran
Matematika,‖ Al-Jabar : Jurnal Pendidikan Matematika 8, no. 2 (2017): 197,
https://doi.org/10.24042/ajpm.v8i2.2028.
12
Darmawan Harefa Hestu Tansil Laia, ―Hubungan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Dengan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa,‖ Jurnal Ilmu
Pendidikan Nonformal 7, no. 2 (2021): 463–74.
13
Mulin Nu‘man, ―Pembelajaran Matematika Dalam Perspektif Alquran,‖
JPM : Jurnal Pendidikan Matematika 2, no. 1 (2016): 39,
https://doi.org/10.33474/jpm.v2i1.205.
6
bahkan dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep menjadi
pra-syarat guna memahami konsep berikutnya.14 Selain itu untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
sangat dibutuhkan model pembelajaran yang menarik sehingga
nantinya menumbuhkan minat belajar peserta didik. Seorang
pendidik juga, diharapkan dapat menentukan gaya belajar yang
cocok agar dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan
rasa ingin tahu serta keyakinan yang dimiliki sehingga
pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah
matematis meningkat. Berhubungan dengan hal ini, maka harus
dirancang suatu model pembelajaran yang melatih siswa sehingga
dapat menyelesaikan masalah matematis yang dipelajari tersebut
berbekal kemampuan yang dimilikinya.
Melalui tanya jawab dengan Ibu Sri Astuti, S.Pd selaku guru
matematika kelas VIII SMP Negeri 1 Sekampung Udik Lampung
Timur mengatakan bahwa kemampuan yang dimiliki peserta didik
masih tergolong rendah, sehingga hasil belajar pada mata
pelajaran matematika pun rendah. Hal ini dikarenakan selama
proses pembelajaran siswa masih bersikap pasif. Siswa hanya
mendengarkan lalu mencatat apa yang disampaikan oleh guru
tanpa memahaminya, sehingga menyebabkan rendahnya
pemahaman konsep serta pemecahan masalah matematis pada
siswa tersebut. Selain itu, sebagian besar siswa menganggap
matematika adalah pelajaran yang sulit untuk dipahami dan
menjadikan matematika sebagai momok. Hal ini dapat dilihat dari
hasil tes siswa SMP Negeri 1 Sekampung Udik Lampung Timur
berikut tentang pemahaman konsep dilihat dari 7 indikator yaitu
menyatakan ulang konsep, mengklasifikasikan objek menurut
sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, memberi contoh dan
bukan contoh dari konsep, menyajikan konsep dalam berbagai
bentuk representasi matematis, mengembangkan syarat perlu /
syarat cukup dari suatu konsep, menggunakan, memanfaatkan
14
Yolanda Bareti Hermanto, Meriyati Meriyati, and Dona Dinda Pratiwi,
―Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep Peserta Didik Melalui Penerapan Model
Pakem Berbantuan Problem Posing Ditinjau Dari Keterampilan Metakognitif,‖ Jurnal
Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika 5, no. 2 (2021): 1640–49.
7
serta memiliki prosedur atau operasi tertentu, dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah
sedangkan pemecahan masalah dilihat dari 4 indikator yaitu
memahami masalah, menyusun rencana pemecahan masalah,
melakukan perencanaan dengan menerapkan strategi dalam
penyelesaian masalah, menjelaskan hasil yang telah diperoleh
serta memberikan kesimpulan.
Pemahaman konsep dapat diukur menggunakan instrumen tes.
Soal tes yang digunakan diambil dari materi pelajaran matematika
SMP kelas VIII semester ganjil yang telah diuji validitas dan
reliabilitasnya dengan mengacu pada kurikulum yang sudah
ditetapkan oleh SMP Negeri 1 Sekampung Udik. Materi yang
diambil dalam pra-penelitian ini adalah SPLDV. Tes yang
digunakan untuk mengukur pemahaman konsep terdiri dari 3 soal.
Berikut adalah tabel hasil pra-penelitian pemahaman konsep.
Tabel 1.1
Hasil Pra Penelitian Pemahaman Konsep Peserta Didik
SMP Negeri 1 Sekampung Udik
Nilai Pemahaman Konsep Jumlah
Kelas KKM Peserta Didik ( ) Peserta
Didik
VIII A 70 22 10 32
VIII B 70 22 8 30
VIII C 70 23 10 33
VIII D 70 16 5 21
VIII E 70 26 2 28
VIII F 70 18 3 21
Jumlah 127 38 165
Presentase
Ketuntasan 76,97% 23,03% 100%
8
Berdasarkan hasil pra-penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti bahwa masih rendahnya pemahaman konsep yang
dimiliki peserta didik. Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)
pada mata pelajaran matematika SMP Negeri 1 Sekampung Udik
yaitu 70, sedangkan pada soal yang memuat pemahaman konsep
hanya 38 dari 165 peserta didik atau dengan persentase 23,03 %
yang mampu memenuhi kriteria ketuntasan minimum (KKM) dan
peserta didik lainnya masih berada dibawah KKM.
Sedangkan pemecahan masalah matematis juga dapat diukur
menggunakan instrumen tes. Soal tes yang digunakan diambil dari
materi pelajaran matematika SMP kelas VIII semester ganjil yang
telah diuji validitas dan reliabilitasnya dengan mengacu pada
kurikulum yang sudah ditetapkan oleh SMP Negeri 1 Sekampung
Udik. Materi yang diambil dalam pra-penelitian ini adalah
SPLDV. Tes yang digunakan untuk mengukur pemecahan
masalah matematis terdiri dari 3 soal. Berikut adalah tabel hasil
pra-penelitian pemecahan masalah matematis:
Tabel 1.2
Hasil Pra Penelitian Pemecahan Masalah Matematis
Peserta Didik SMP Negeri 1 Sekampung Udik
Nilai Pemecahan Masalah Jumlah
Kelas KKM Matematis Peserta Didik ( ) Peserta
Didik
VIII A 70 22 10 32
VIII B 70 19 11 30
VIII C 70 22 11 33
VIII D 70 18 3 21
VIII E 70 24 4 28
VIII F 70 19 2 21
Jumlah 124 41 165
Presentase
Ketuntasan 75,15% 24,85% 100%
9
Dapat diamati dari hasil tes pemecahan masalah matematis,
bahwa masih rendahnya kemampuan pemecahan masalah
matematis peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Sekampung
Udik. Ketika dilakukan tes pada soal yang memuat pemecahan
masalah hanya 41 dari 165 peserta didik atau dengan persentase
24,85 % yang mampu memenuhi kriteria ketuntasan minimum
(KKM) sedangkan peserta didik lainnya masih berada di bawah
KKM.
Hasil pra-penelitian tersebut sejalan dengan hasil wawancara
dengan salah satu guru matematika di SMP Negeri 1 Sekampung
Udik, yang menjelaskan bahwa proses pembelajaran yang
berlangsung masih menerapkan metode pembelajaran direct
intruction dan berpusat pada guru, jika metode ini terus digunakan
maka bisa menyebabkan peserta didik kurang aktif dalam
pembelajaran karna dalam proses pembelajaran peserta didik
hanya mencatat materi yang diberikan sehingga sangat kurangnya
interaksi antar guru dan peserta didik. Selain itu juga peserta didik
hanya memahami satu jenis soal yang diajarkan sehingga saat
diberikan soal yang berbeda peserta didik merasa kesulitan.
Permasalahan tersebut berlaku lantaran peserta didik belum bisa
mengenali atau mengetahui pokok persoalan yang terdapat dalam
mekanisme pengkajian. Rasa ingin tahu dan menyampaikan
pendapat yang dimiliki peserta didik untuk memacu
perkembangan berpikir juga sangat rendah. Menggalakkan
pertanyaan–pertanyaan yang dapat memacu proses berpikir
merupakan salah satu alternatif seorang pendidik.
Berikut ini adalah soal-soal serta jawaban peserta didik yang
peneliti gunakan untuk mengukur pemahaman konsep serta
pemecahan masalah matematis siswa SMP Negeri 1 Sekampung
Udik sebagai berikut:
10
Gambar 1.1
Soal PreTest Pemahaman Konsep dan Pemecahan Masalah
Matematis
11
Peserta Peserta
didik didik salah
belum dalam
mampu menuliskan
menentuka simbol
n yang matematika
merupakan
SPLDV
dan bukan
SPLDV
Peserta didik belum mampu menuliskan
kesimpulan dan mengevalusi jawaban
Gambar 1.2
Jawaban Nomor 2 Pemahaman konsep Salah Satu Siswa SMP
Negeri 1 Sekampung Udik
(Jawaban Salah)
Gambar 1.3
Jawaban Nomor 2 Pemahaman konsep Salah Satu Siswa SMP
Negeri 1 Sekampung Udik
(Jawaban Benar)
12
Gambar 1.4
Jawaban Nomor 4 Pemecahan Masalah Matematis Salah Satu
Siswa SMP Negeri 1 Sekampung Udik
(Jawaban Salah)
Peserta didik Peserta didik mampu mendeskripsikan ke dalam
mampu bahasa matematika dengan cara memisalkan ke
mengoperasi dalam simbol matematika.
kan
penyelesaian Jawaban
dengan peserta didik
tahapan sudah benar,
yang benar. dan sudah
mampu
menentukan
kesimpulan
jawaban
yang mereka
kerjakan.
Gambar 1.5
Jawaban Nomor 4 Pemecahan Masalah Matematis Salah Satu
Siswa SMP Negeri 1 Sekampung Udik
(Jawaban Benar)
13
Mengenai jawaban yang telah diberikan kepada para siswa di
atas, dapat dilihat bahwa terdapat soal dengan jawaban benar dan
dengan jawaban salah. Jawaban soal dikatakan benar apabila
siswa mampu menjabarkan jawabannya secara runtut dan sesuai
dengan indikator pemahaman konsep dan pemecahan masalah
matematis. Sebaliknya, jawaban dapat dikatakan salah apabila
terdapat kekurangan dalam kelancaran menjawab soal sehingga
jawaban yang diberikan tidak runtut dan tidak sesuai dengan
indikator pemahaman konsep dan pemecahan masalah matematis
sehingga jawaban tidak sesuai dengan kunci jawaban yang sudah
ditetapkan.
Berdasarkan masalah di atas, untuk meningkatkan
pemahaman konsep serta pemecahan masalah matematis siswa di
SMP Negeri 1 Sekampung Udik diperlukan model pembelajaran
yang dapat meningkatkan pemahaman konsep serta pemecahan
masalah matematis siswa. Salah satu model pemebelajaran
matematika yang dapat digunakan dan sesuai dengan kriteria
adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Hosnan mengatakan bahwa problem based learning yaitu model
yang mengajarkan siswa untuk menyusun pengetahuannya
sendiri, dapat mengembangkan ketrampilan lebih tinggi dan
inquiry, serta mampu meningkatkan rasa percaya diri. Model
pembelajaran problem based learning sangat menuntut siswa
untuk berkolaborasi dan saling berinteraksi antara siswa satu ke
siswa lain guna memecahkan suatu permasalahan. 15
Schechter menjelaskan bahwa PBL bermanfaat untuk
mempersiapkan para pemimpin sekolah dengan berkontribusi
terhadap kemampuan berfikir analitis serta strategis mereka.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan
untuk penataan kurikulum yang melibatkan siswa dengan
menghadapkannya pada masalah dari praktek yang memberikan
stimulus untuk belajar Gijbels, Dochy, Bossche, & Segers.
15
Eka Titik Pratiwi and Eunice Widyanti Setyaningtyas, ―Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning Dan
Model Pembelajaran Project Based Learning,‖ Jurnal Basicedu 4, no. 2 (2020): 379–
88, https://doi.org/10.31004/basicedu.v4i2.362.
14
Menurut Werth model ini mendorong peserta didik untuk
menggunakan pengalaman masa lalu dengan tujuan memecahkan
masalah yang dihadapi. 16
Selain model pembelajaran yang menjadi faktor penentu
keberhasilan pemahaman konsep serta pemecahan masalah masih
ada hal lain yang mempengaruhi hal tersebut yaitu gaya belajar
karena gaya belajar berpengaruh signifikan terhadap prestasi
belajar. Gaya belajar adalah cara yang lebih disukai seseorang
dalam belajar untuk bisa berpikir dalam memproses serta
mengerti sebuah informasi. 17 Gaya belajar juga merupakan
kombinasi seseorang dalam menyerap dan mengolah informasi
(bahan pelajaran). 18 Berdasarkan beberapa teori di atas, sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa gaya belajar merupakan cara atau
kombinasi seseorang dalam menerima, menyerap dan mengolah
informasi yang diterimanya.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi yaitu siswa masih
belum mengetahui model pembelajaran serta gaya belajar yang
sesuai dengan dirinya. Maka dari itu, perlu memperhatikan proses
pembelajaran di kelas dilihat dari model pembelajarannya. Maka
sesuai dengan pemaparan permasalahan di atas, penulis ingin
melakukan penelitian yang berjudul ―Pengaruh Model
Pembelajaran (Problem Based Learning) PBL dan Gaya Belajar
terhadap Pemahaman Konsep serta Pemecahan Masalah
Matematis Siswa SMP‖.
16
Asrani Assegaff and Uep Tatang Sontani, ―Upaya Meningkatkan
Kemampuan Berfikir Analitis Melalui Model Problem Based Learning (Pbl),‖ Jurnal
Pendidikan Manajemen Perkantoran 1, no. 1 (2016): 38,
https://doi.org/10.17509/jpm.v1i1.3263.
17
Mohammad Faizal Amir, ―Proses Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar
Dalam Memecahkan Masalah Berbentuk Soal Cerita Matematika Berdasarkan Gaya
Belajar,‖ Jurnal Math Educator Nusantara 01, no. 02 (2015): 159–70.
18
Leny Hartati, ―Pengaruh Gaya Belajar dan Sikap Siswa Pada Hasil Belajar
Matematika,‖ Jurnal Formatif 3, no. 3 (2013): 224–35.
15
C. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi
berbagai masalah sebagai berikut:
1. Kemampuan pemahaman konsep dan pemecahan masalah
matematis siswa pada pembelajaran matematika masih rendah
dan KKM belum tercapai.
2. Masih banyak siswa yang berasumsi bahwa matematika
merupakan pelajaran yang sulit.
3. Penerapan model pembelajaran yang belum tepat, sehingga
siswa dinilai pasif (kurang aktif) dalam pembelajaran dan
enggan bertanya terkait materi yang belum dipahami.
Berdasarkan identifikasi, pembatasan masalah bertujuan
agar dalam penelitian yang dilakukan lebih terarah, maka dari
itu penulis dapat memfokuskan masalah-masalah sebagai
berikut:
1. Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Sekampung Udik dengan materi statistika.
2. Model pembelajaran yang diteliti pengaruhnya terhadap
pemahaman konsep serta pemecahan masalah matematis
adalah perbandingan model pembelajaran problem based
learning (PBL) dengan gaya belajar yang digunakan.
3. Penelitian ini model PBL dipengaruhi oleh kemampuan
pemahaman konsep dan pemecahan masalah matematis
dengan gaya belajar.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka rumusan
masalah yang dapat diangkat adalah:
1. Apakah model pembelajaran problem based learning (PBL)
mempengaruhi pemahaman konsep serta pemecahan masalah
matematis ?
16
2. Apakah gaya belajar mempengaruhi pemahaman konsep serta
pemecahan masalah matematis ?
3. Apakah model pembelajaran problem based learning (PBL)
dan gaya belajar secara bersamaan mempengaruhi
pemahaman konsep serta pemecahan masalah matematis ?
4. Apakah model pembelajaran problem based learning (PBL)
mempengaruhi pemahaman konsep serta pemecahan masalah
matematis secara sendiri-sendiri?
5. Apakah gaya belajar mempengaruhi pemahaman konsep serta
pemecahan masalah matematis secara sendiri-sendiri?
6. Apakah model pembelajaran problem based learning (PBL)
dan gaya belajar secara bersamaan mempengaruhi
pemahaman konsep serta pemecahan masalah matematis
secara sendiri-sendiri ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dipaparkan
sebelumnya maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui apakah model pembelajaran problem based
learning (PBL) mempengaruhi pemahaman konsep serta
pemecahan masalah matematis.
2. Mengetahui apakah gaya belajar mempengaruhi pemahaman
konsep serta pemecahan masalah matematis.
3. Mengetahui apakah model pembelajaran problem based
learning (PBL) dan gaya belajar secara bersamaan
mempengaruhi pemahaman konsep serta pemecahan masalah
matematis.
4. Mengetahui apakah model pembelajaran problem based
learning (PBL) mempengaruhi pemahaman konsep serta
pemecahan masalah matematis secara sendiri-sendiri.
5. Mengetahui apakah gaya belajar mempengaruhi pemahaman
konsep serta pemecahan masalah matematis secara sendiri-
sendiri.
17
6. Mengetahui apakah model pembelajaran problem based
learning (PBL) dan gaya belajar secara bersamaan
mempengaruhi pemahaman konsep serta pemecahan masalah
matematis secara sendiri-sendiri.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dipaparkan di
atas, maka peneliti mengaharapkan penelitian ini bermanfaat
sebagai berikut:
1. Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan dapat membuat siswa tertarik
dengan model pembelajaran PBL dan dapat memberikan
pengetahuan dan keterampilan belajar yang optimal serta
dapat memaksimalkan pemahaman konsep serta pemecahan
masalah matematis dengan lebih memahami gaya belajar
siswa.
2. Bagi guru
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu bantuan
pemikiran bagi pendidik dalam pemilihan dan penggunaan
model pembelajaran sebagai penilaian pendidik untuk
memaksimalkan pemahaman konsep serta pemecahan
masalah matematis.
3. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan langsung tentang penerapan
model pembelajaran PBL dan gaya belajar terhadap
pemahaman konsep serta pemecahan masalah matematis.
4. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam
meningkatkan mutu pendidikan yang ada di sekolah.
G. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Berikut adalah beberapa penelitian yang relevan dengan
penelitian ini, yaitu:
18
1. ―Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning
terhadap Self Efficacy dan Hasil Belajar Peserta Didik Pada
Mata Pelajaran IPA di SMK Amal Bakti Jatimulyo― oleh Ria
Remadhani pada program sarjana Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Raden Intan Lampung 2021.
a. Hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terdapat
pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) terhadap Self Efficacy dan Hasil Belajar Peserta
Didik Pada Mata Pelajaran IPA di SMK Amal Bakti
Jatimulyo.
b. Persamaan
Terdapat kesamaan dalam penelitian yang dilakukan
oleh Ria Remadhani yaitu menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
c. Perbedaan
Perbedaan terletak pada Self Efficacy dan hasil belajar
sedangkan penelitian ini yaitu pengaruh model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan gaya
belajar terhadap pemahaman konsep serta pemecahan
masalah matematis.
2. ―Pengaruh Strategi Predict Observe Explain (POE) Terhadap
Pemahaman Konsep Matematis Ditinjau dari Gaya Belajar
Peserta Didik Kelas VII MTs Negeri 02 Rejosari Kota Bumi
Lampung Utara‖ oleh Arischa pada program sarjana Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung 2020.
a. Hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terdapat
Pengaruh Strategi POE (Predict Observe Explain)
Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Ditinjau dari
Gaya Belajar Peserta Didik Kelas VII MTs Negeri 02
Rejosari Kota Bumi Lampung Utara.
19
b. Persamaan
Terdapat kesamaan dalam penelitian yang dilakukan
oleh Arischa yaitu menggunakan variabel pemahaman
konsep serta gaya belajar.
c. Perbedaan
Perbedaan terletak pada ditinjau dari gaya belajar
sedangkan penelitian ini yaitu pengaruh model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan gaya
belajar terhadap pemahaman konsep serta pemecahan
masalah matematis.
3. ―Pengaruh Model Pembelajaran Missouri Mathematics
Project (MMP) Berstruktur Antisipasi Didaktis Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Berfikir
Reflektif Peserta Didik‖ oleh Indah Amelisa pada program
sarjana Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan
Lampung 2021
a. Hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terdapat
Pengaruh Model Pembelajaran Missouri Mathematics
Project (MMP) Berstruktur Antisipasi Didaktis
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
dan Berfikir Reflektif Peserta Didik.
b. Persamaan
Terdapat kesamaan dalam penelitian yang dilakukan
oleh Indah Amelia yaitu penggunaan pemecahan
masalah matematis.
c. Perbedaan
Perbedaan terletak pada model pembelajaran Missouri
Mathematics Project (MMP) Berstruktur Antisipasi
Didaktis Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis dan Berfikir Reflektif Peserta Didik
sedangkan penelitian ini yaitu pengaruh model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan gaya
20
belajar terhadap pemahaman konsep serta pemecahan
masalah matematis.
4. ―Effect of Problem Based Learning (PBL) Models on
Motivation and Learning Outcomes in Learning Civic
Education‖ oleh Vinni Dini Pratiwi, Wuri Wuryandani
2020.19
a. Hasil
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model
pembelajaran PBL pada materi nilai-nilai Pancasila sebagai
dasar negara dan pandangan hidup bangsa berpengaruh
signifikan terhadap motivasi dan hasil belajar siswa. Dalam
hal ini model PBL dapat mengembangkan motivasi belajar
dan hasil belajar pada kategori sedang.
b. Persamaan
Terdapat kesamaan dalam penelitian yang dilakukan
oleh Vinni Dini Pratiwi, Wuri Wuryandani yaitu
menggunakan variabel Problem Based Learning.
c. Perbedaan
Perbedaan terletak model motivasi dan hasil belajar
dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
sedangkan penelitian ini yaitu pengaruh model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan gaya
belajar terhadap pemahaman konsep serta pemecahan
masalah matematis.
5. ―Perceptuals Learning Styles Preferences Of International
Master's Students in Malaysia‖ oleh Achmad Yudi Wahyudin
2019.20
19
Vinni Dini Pratiwi and Wuri Wuryandani, ―Effect of Problem Based
Learning ( PBL ) Models on Motivation and Learning Outcomes in Learning Civic
Education‖ 9, no. 3 (2020): 401–12, https://doi.org/10.23887/jpi-
undiksha.v9i3.21565.
20
R.E dan N. Maziyyah. Nikmatuzaroh, ―Perceptuals Learning Styles
Preferences Of International Master‘s Students In Malaysia,‖ Jurnal Pendidikan
Bahasa Dan Sastra 19 (2019).
21
a. Hasil
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa siswa
Indonesia dan Libya cenderung lebih kinestetik/pelajar
taktil sementara Iran cenderung lebih visual pelajar. Studi
ini menyarankan praktisi menggunakan berbagai strategi
pembelajaran untuk memenuhi preferensi gaya belajar
siswa.
b. Persamaan
Terdapat kesamaan dalam penelitian yang dilakukan
oleh Achmad Yudi Wahyudin yaitu menggunakan variabel
gaya belajar.
c. Perbedaan
Perbedaan terletak preferensi gaya belajar perseptual
siswa master internasional di Malaysia sedangkan
penelitian ini yaitu pengaruh model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dan gaya belajar terhadap
pemahaman konsep serta pemecahan masalah matematis.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi dengan judul ―Pengaruh Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Gaya Belajar
terhadap Pemahaman Konsep dan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa SMP‖, mengikuti pedoman penulisan tugas
akhir mahasiswa program sarjana dari Universitas Islam Negeri
Raden Intan Lampung tahun 2020. Susunan berdasarkan
pedoman tersebut adalah:
1. BAB I
Bab ini membahas tentang bagian-bagian dalam
pendahuluan dan berfungsi sebagai gambaran tentang
penegasan judul, latar belakang masalah, identifikasi dan
batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, kajian terdahulu yang relevan serta sistematika
penulisan.
22
2. BAB II
Bab ini membahas tentang landasan teori dan berfungsi
untuk memberikan gambaran mengenai kajian teori terkait
variabel-variabel dalam judul penelitian, kerangka berfikir dan
pengajuan hipotesis.
3. BAB III
Bab ini membahas tentang metode penelitian dan
berfungsi memberikan gambaran tentang waktu dan tempat
penelitian, pendekatan dan jenis penelitian, populasi, teknik
sampling dan sampel penelitian, variabel penelitian, teknik
pengumpulan data, instrumen dan validasi instrumen
penelitian, uji prasyarat analisis dan pengajuan hipotesis.
4. BAB IV
Bab ini membahas tentang analisis data penelitian dan
hasil dari penelitian. Bab ini memberikan gambaran secara
detail dari proses pengolahan data yang diperoleh, sehingga
dapat diketahui hasil penelitiannya.
5. BAB V
Bab ini membahas tentang kesimpulan dari penelitian
yang telah dilakukan, serta saran atau rekomendasi untuk
penelitian selanjutnya.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan
implementasi kurikulum 2013 serta menuntut keaktifan siswa
merupakan model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL). Fogarty mengemukakan bahwa PBL diartikan sebagai
model kurikulum yang dirancang menggunakan masalah pada
kehidupan nyata. Masalah tersebut berupa masalah tidak
terstruktur, masalah bersifat terbuka atau masalah ambigu.
PBL menekankan pada penggunaan masalah sebagai sarana
bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan
berpikir kritis serta kreatif dalam menyelesaikan masalah
nyata. Masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah
masalah nyata yang tidak terstruktur. Tahapan PBL dalam
pembelajaran terdiri atas: (1) penyajian masalah, (2)
perencanaan penyelesaian masalah, (3) penyelidikan masalah,
(4) penyajian hasil, dan (5) menganalisis dan evaluasi. 21
Ali Mushon menjelaskan bahwa Problem Based Learning
merupakan metode belajar yang menggunakan masalah
sebagai langkah pertama dalam mengumpulkan serta
mengintegrasikan pengetahuan baru. Selain itu, didukung oleh
pendapat Syahroni Ejin yang menyatakan bahwa Problem
Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran
dimana siswa dihadapkan pada masalah kehidupan nyata
(kontekstual) dari lingkungan sekitar sehingga dapat
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan berpikir
kritis siswa.22
21
Edi & Heri Retnawati Susanto, ―Jurnal Riset Pendidikan Matematika,‖
Jurnal Riset Pendidikan Matematika 3, no. 2 (2016): 189–97.
22
Ali Muhson, ―Melalui Penerapan Problem-Based Learning,‖ Jurnal
Kepedidikan : Penelitian Inovasi Pembelajaran 39 (2) (2009): 171–173.
23
24
Menurut Rahmadani dan Anugraheni mengemukakan
bahwa PBL memfokuskan pada aktivitas pemecahan masalah
dalam pembelajaran. Melalui pendekatan PBL siswa belajar
melalui aktivitas pemecahan masalah yang dapat mengasah
keterampilan berpikir siswa. 23 Problem Based Learning
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata
sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang
cara berpikir kritis serta keterampilan dalam pemecahan
masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep
yang esensial dari materi pelajaran Yunin Nurun Nafiah dan
Wardan Suyanto.
Paul Eggen dan Don Kauchak menjelaskan bahwa
pembelajaran Problem Based Learning terdiri dari fase-fase
dalam menerapkan pembelajaran yaitu: 1) mereview serta
memberikan masalah, 2) menyusun strategi, 3) menerapkan
strategi, 4) membahas serta mengevaluasi hasil. Pada fase
pertama mereview dan menyampaikan masalah adalah guru
mampu mereview pengetahuan yang dibutuhkan untuk
memecahkan masalah dan memberikan kepada siswa masalah
spesifik dan konkrit untuk dapat dipecahkan. Fase kedua
menyusun strategi artinya siswa mampu menyusun strategi
untuk memecahkan masalah dan guru memberikan siswa
umpan balik soal strategi. Fase ketiga menerapkan strategi
artinya peserta didik mampu menerapkan strategi-strategi
dalam menyelesaikan permasalahan dan guru secara cermat
memonitor dan memberikan umpan balik kepada siswa. Fase
keempat merupakan membahas serta mengevaluasi hasil
adalah guru membimbing diskusi tentang upaya siswa dan
hasil yang mereka dapatkan. 24
23
Normala Rahmadani N & Indri Anugraheni, ―Peningkatan Aktivitas Belajar
Matematika Melalui Pendeketan Problem Based Learning Bagi Siswa Kelas 4 SD‖
Jurnal Kependidikan dan Kebudayaan. 2017, 241–50.
24
D. Eggen, P., & Kauchak, Strategi Dan Model Pembelajaran :
Mengajarkan Konten Dan Keterampilan Berpikir (Jakarta, Indonesia: Indeks, 2012 )
hal. 311 - 317.
25
Susanti, A. E, & Suwu, S. E. mengatakan bahwa
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan
pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan
berpikir kritis siswa, melalui bertanya serta menjawab
pertanyaan, menganalisis serta memecahkan permasalahan
baik secara kelompok maupun pribadi.25 Kemudian Hmelo-
Silver & Barrows menyatakan bahwa masalah yang
dimunculkan dalam pembelajaran Problem Based Learning
adalah soal-soal yang diberikan tidak memiliki jawaban yang
tunggal, artinya siswa harus terlibat dalam eksplorasi dengan
beberapa solusi jawaban. Keterlibatan siswa dalam kegiatan
pembelajaran Problem Based Learning dapat membantu
mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, karena
pada kegiatan pembelajaran Problem Based Learning siswa
terlibat penuh dalam kegiatan proses pembelajaran melalui
pemecahan masalah di sekolah menengah pertama. Pada
kegiatan Problem Based Learning siswa dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kritis sebagai langkah
dalam menyelesaikan permasalahan serta dapat mengambil
kesimpulan berdasarkan apa yang mereka pahami. 26
Sedangkan Sudarman berasumsi bahwa landasan Problem
Based Learning yaitu proses kolaborative. Siswa menyusun
pengetahuan dengan cara membangun penalaran dari semua
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dan dari semua yang
didapat sebagai hasil kegiatan berinteraksi dengan sesama
individu.27 Sehubungan dengan pemaparan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based
Learning atau model pembelajaran berbasis masalah
25
Asih Enggar Susanti, ―Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk
Meningkatkan Ketrampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX Dalam Pelajaran
Ekonomi,‖ A Journal of Language, Literature, Culture, and Education POLYGLOT
Vol. 12 No. 1 January 2016 12, no. 1 (2016): 66–81.
26
Cindy E Hmelo-silver et al., ―Goals and Strategies of a Problem-Based
Learning Facilitator,‖ Interdisciplinary Journal of Problem Based Learning 1, no. 1
(2006): 5–22.
27
Sudarman"Problem Based Learning : Suatu Model Pembelajaran Untuk
Mengembangkan Dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah,‖ Jurnal
Pendidikan Inovatif, 2007, 68–73.
26
merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam
kegiatan pembelajaran serta mengutamakan permasalahan
nyata baik di lingkungan sekolah, rumah atau masyarakat
sebagai dasar untuk memperoleh pengetahuan dan konsep
melalui kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah.
Menurut Yew dan Goh dalam pembelajaran yang berbasis
masalah, ―students are given the opportunities t o problem-
solve in a collaborative setting, create mental models for
learning, and from self-directed learning habits through
practice and reflection”. Dalam hal ini, siswa terlihat aktif
dalam kegiatan pembelajaran dengan melakukan kegiatan
praktik secara kolaboratif dalam menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi. Pembelajaran seperti ini dapat membiasakan
siswa belajar secara mandiri serta tak bergantung pada
penjelasan guru. Siswa mempunyai cara sendiri dalam
menyelesaikan masalahnya. Karena siswa mempunyai
pengetahuan awal yang diperolehnya dari lingkungan sehari-
hari mengenai permasalahan yang disajikan, tidak terkecuali
mengenai masalah matematika. Melalui pengetahuan awal
yang dimiliki maka dapat mempermudah mereka dalam
menyelesaikan permasalahan matematika. 28
Karakteristik Problem-Based Learning pada proses
pembelajaran dapat menyesuaikan model yang dijadikan
sebagai petunjuk selama pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan teori yang dikembangkan Barraw dan Min Liu
menjelaskan karakteristik pembelajaran PBL yaitu:29
a. Learning is Student-Centered
Proses pembelajaran lebih memfokuskan kepada
aktivitas siswa sehingga pembelajaran berpusat pada
siswa. Maka dari itu, siswa dituntut aktif dalam belajar
atau membangun suatu konsep pembelajaran. Sebab
28
Elaine H J Yew and Karen Goh, ―Problem-Based Learning : An Overview
of Its Process and Impact on Learning,‖ Jurnal: Health Professions Education 2
(2016): 75–79.
29
Amelia Rosmala dan Isro'atun, ―Model-Model Pembelajaran Matematika"
2018, Jakarta: Bumi Aksara, hal.45–46.
27
dalam proses pembelajaran, aktivitas siswa dapat dilihat
pada saat membangun sendiri suatu konsep materi
pelajaran dari sebuah permasalahan yang dihadapi
b. Authentic Problems from the Organizing Focus for
Learning
Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah
yang nyata atau otentik sehingga siswa mampu dengan
mudah memahami masalah tersebut serta dapat
menerapkannya dalam kehidupan.
c. New Information is Acquired Through Self-Directed
Learning
Pada proses pemecahan masalah mungkin saja siswa
belum mengetahui serta memahami semua pengetahuan
prasyaratnya, oleh sebab itu siswa berusaha unutuk
mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau
informasi lainnya.
d. Learning Occurs in Small Groups
Supaya terjadi interaksi ilmiah serta tukar pemikiran
dalam usaha membangun pengetahuan secara kolaborativ,
sehingga PBL dilaksakan dalam kelompok kecil.
Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang
jelas dan penetapan tujuan yang jelas.
e. Teachers Act as Facilitator
Dengan pelaksanaan PBL, guru hanya berperan
sebagai fasilitator. Namun, pendidik harus selalu
memantau perkembangan aktivitas siswa serta mendorong
mahasiswa supaya mencapai target yang hendak dicapai.
Pembelajaran PBL terdiri dari lima tahapan utama
yang dimulai dengan cara guru memperkenalkan siswa
kepada masalah serta diakhiri dengan penyajian dan
analisis hasil kerja siswa. Sedangkan Muslimin & Moh.
Nur, mengemukakan bahwa secara operasional
pembelajaran masalah dapat dilakukan melalui langkah-
28
langkah sebagai berikut: (1) problem diberikan di dalam
urutan belajar, sebelum persiapan atau berlangsungnya
kegiatan, (2) situasi masalah diberikan kepada siswa
dalam cara yang sama seperti masalah itu terjadi di dunia
nyata, (3) siswa bekerja menyelesaikan masalah yang
dapat memberi peluang dirinya berpikir serta
menggunakan pengetahuannya, sesuai dengan level
belajarnya, (4) lingkup belajar pemecahan masalah
ditetapkan serta digunakan sebagai pemandu belajar
individual, (5) pengetahuan serta keterampilan yang
diperlukan untuk belajar ini, diterapkan kembali pada
masalah, untuk mengevaluasi keefektifan belajar serta
memberi penghargaan belajar, dan (6) belajar yang terjadi
di dalam kerja dengan masalah dan dalam belajar
individual, diringkas dan diintegrasikan ke dalam
pengetahuan dan keterampilan siswa yang sudah
dimiliki.30
Trianto menjelaskan kelima tahapan dalam PBL yaitu
sebagai berikut:
Tabel 2.1
Sintaks Model Problem Based Learning (PBL)31
Tahap Indikator Aktivitas Guru
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran,
Orientasi siswa menjelaskan persiapan
terhadap masalah yang dibutuhkan,
1
memotivasi siswa supaya
terlibat dengan
pemecahan masalah yang
dipilihnya.
30
Herminarto Sofyan and Kokom Komariah, ―Pembelajaran Problem Based
Learning dalam Implementasi Kurikulum 2013 Di Smk,‖ Jurnal Pendidikan Vokasi 6,
no. 3 (2016): 260, https://doi.org/10.21831/jpv.v6i3.11275.
31
Warsono dan Hariyanto, ―Pembelajaran Aktif (Teori dan Assesmen),‖2020,
Bandung:PT.Remaja Rosdakarya, hal 151.
29
Guru membantu siswa
Mengorganisasi untuk mendefinisikan
siswa untuk serta mengorganisasikan
2 belajar tugas belajar yang
berhubungan dengan
masalah tersebut.
Guru mendorong siswa
Membimbing untuk mengumpulkan
penyelidikan informasi yang sesuai,
3 individual maupun melaksanakan percobaan
kelompok untuk mendapatkan
penjelasan serta
pemecahan masalah.
Guru membantu siswa
dalam merencanakan
Mengembangkan serta meyiapkan karya
dan menyajikan yang sesuai berupa
4 hasil karya laporan, video, dan
model serta membantu
mereka untuk berbagi
tugas dengan temannya.
32
Tina Sri Sumartini, ―Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah,‖ Jurnal Pendidikan
Matematika STKIP Garut 5 (2017): 151,
http://jurnal.upmk.ac.id/index.php/jumlahku/article/view/139.
31
masalah, mencari informasi, menganalisis data dan
membuat serta menguji hipotesis, membandingkan
strategi lain, dan membaginya dengan siswa lain dan
strategi dari pembimbing
e. Keaslian (Authenticity)
PBL melibatkan siswa dalam mempelajari informasi
dalam cara yang sama ketika mengingatnya kembali serta
menerapkan dalam situasi yang akan datang dan menilai
pembelajaran dengan cara mendemonstrasikan
pemahaman serta bukan kemahiran belaka.
Selain itu model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) juga memiliki kelemahan. Kelemahan
dari model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
menurut Warsono (2013)33, yakni:
a. Tidak banyak guru yang mampu mengantarkan siswa
kepada pemecahan masalah,
b. Seringkali memerlukan biaya mahal dan waktu yang
panjang,
c. Aktivitas siswa yang dilaksanakan di luar sekolah sulit
dipantau pendidik.
2. Gaya Belajar
1. Pengertian Gaya Belajar
Keefe mengungkapkan gaya belajar merupakan suatu
karakteristik kognitif, afektif dan psikomotor, sebagai
indikator yang bertindak relatif stabil untuk pembelajar
merasa saling berhubungan serta bereaksi terhadap
lingkungan belajar.34 Rita dan Dunn seorang pendahulu
33
Warsono dan Hariyanto, ―Pembelajaran Aktif (Teori dan Assesmen),‖ 2020,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hal 152.
34
Ni Kade Bintarini, A A I N & Marhaeni, and I Wayan Lasmawan,
―Determinasi Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sekolah Sebagai Sumber Belajar
terhadap Gaya Belajar dan Pemahaman Konsep IPS pada Siswa Kelas IV SDN Gugus
Yudistira Kecamatan Negara,‖ E-Journal Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Dasar 3 (2013): 1–11.
32
dalam gaya belajar telah menemukan banyak variabel
yang mempengaruhi cara belajar seseorang dan
menyatakan gaya belajar setiap orang merupakan
kombinasi dari lima kategori yaitu faktor fisik,
emosional, psikologis, sosiologis maupun
lingkungan.35 Gaya belajar atau learning style sering
didefinisikan sebagai karakteristik serta preferensi atau
pilihan individu mengenai langkah mengumpulkan
informasi, menafsirkan, mengorganisasi, merespon, serta
memikirkan informasi tersebut.
Draysdale & Schuylts mendifinisikan gaya belajar
adalah kemampuan yang dipilih seseorang untuk
menggunakan kemampuannya. De Porter juga
mendifinisikan gaya belajar sebagai kunci untuk
mengembangkan kinerja dalam pekerjaan di sekolah
serta dalam situasi-situasi antar pribadi. Sedangkan
Dunn dan Griggs menjelaskan gaya belajar cara
berkonsentrasi, mengolah, internalisasi serta mengingat
informasi akademik yang baru dan sulit. Pada konsep
yang lebih luas mencakup dimensi kognitif, afektif,
psikomotor, dan fisiologis.36
Drummond mendefinisikan gaya belajar sebagai, ―an
individual‘s preferred mode and desired conditions of
learning.‖ Maksudnya, gaya belajar dianggap sebagai cara
belajar atau kondisi belajar yang disukai oleh
pembelajar. Para ahli memberikan beberapa pengertian
gaya belajar. Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk
memahami serta menyerap pelajaran sudah pasti berbeda
tingkatnya. Ada yang cepat, sedang, serta ada pula yang
sangat lambat. Maka dari itu, peserta didik seringkali
35
I Wayan Arsana, ―Pengaruh Strategi Pembelajaran terhadap Hasil Belajar
Pendidikan Kewarganegaran (PKN) Siswa Kelas V yang Memiliki Kecerdasan
Emosional dan Gaya Belajar yang Berbeda di Kecamatan Rendang, Karangasem,
Bali,‖ Jurnal Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, no. 13 (2011): 3–5.
36
J.B Arthur―Quantum Learning‖ Journal Teaching and Learning in Nursing,
Dallas, USA, Elsevier Inc. All Rights Reserved., 2007, hal 91.
33
harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami
sebuah informasi atau pelajaran yang sama. Maka dari
uraian tersebut gaya belajar ialah cara termudah untuk
belajar serta memahami suatu pelajaran. Dengan
memahami kecenderungan gaya belajar peserta didik
dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
b. Macam-Macam Gaya Belajar
Setiap individu memiliki gaya belajarnya masing-
masing, sehingga gaya belajar beraneka ragam. Macam-
macam gaya belajar ini membantu seseorang untuk
memahami diri masuk dalam gaya belajar seperti apa.
Perlu disadari bahwa tidak semua peserta didik
mempunyai gaya belajar yang sama. Meskipun peserta
didik berada di sekolah atau bahkan duduk di bangku
kelas yang sama. Gaya belajar yang berbeda-beda juga
membantu peserta didik membentuk strategi belajar yang
sesuai dengan gaya belajar mereka.
Bobbi Deporter dan Mike Hernacki mengemukakan
tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang
digunakan individu dalam memproses informasi. Ketiga
gaya belajar tersebut merupakan gaya belajar visual
melalui apa yang dilihat, gaya belajar auditorial melalui
apa yang didengar dan gaya belajar kinestetik melalui
gerakan dan sentuhan. 37 Walaupun masing-masing peserta
didik belajar dengan menggunakan ketiga gaya belajar
tersebut, namun peserta didik lebih cenderung pada salah
satu diantara gaya belajar tersebut:
1. Gaya Belajar Visual
Siswa yang memiliki kecenderungan gaya
belajar visual lebih senang dengan melihat apa yang
sedang dipelajari. Gambar atau simbol akan
membantu mereka yang memiliki gaya belajar visual
37
Bobbi Deporter Hernacki, Quantum Learning (Bandung: PT. Mizan
Pustaka, 2016),hal 122.
34
untuk lebih memahami ide informasi yang disajikan
dalam bentuk penjelasan.
2. Gaya Belajar Auditorial
Siswa yang memiliki kecenderungan gaya
belajar auditorial kemungkinan akan belajar lebih
baik dengan cara mendengarkan. Karakteristik model
belajar ini benar-benar menempatkan pendengaran
sebagai alat utama menyerap informasi atau
pengetahuan.
3. Gaya Belajar Kinestetik
Siswa yang mempunyai gaya belajar
kinestetik akan lebih baik apabila terlibat secara fisik
dalam kegiatan langsung atau secara tatap muka.
Mereka akan belajar apabila mereka mendapat
kesempatan untuk manipulasi media untuk
mempelajari informasi baru.
Menurut Hamzah B. Uno ada beberapa tipe
gaya belajar yang bisa kita cermati dan mungkin kita
ikuti apabila memang kita merasa cocok dengan gaya
belajar tersebut:
1. Gaya Belajar Visual
Gaya belajar seperti ini menjelaskan bahwa kita
harus melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa
mempercayainya.
2. Gaya Belajar Auditorik
Gaya belajar auditory adalah gaya belajar yang
mengandalkan pada pendengaran untuk bisa
memahami dan mengingatnya.
35
3. Gaya Belajar Tactual
Dalam gaya belajar ini kita harus menyentuh
sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar kita
bisa mengingatnya.38
Selain itu Dunn dan Dunn menggolongkan gaya
belajar ke dalam enam macam jenis gaya belajar yaitu:
1. Visual: siswa belajar dengan baik yaitu dengan
melihat gambar, grafik, slide, film dan lain-lain.
Grafis warna-warni dapat membantu peserta didik
menyimpan informasi.
2. Auditorik: siswa senang belajar melalui
mendengarkan rekaman serta mendengarkan orang
lain berbicara.
3. Taktil atau kinestetik: siswa belajar paling baik
melalui sentuhan dan gerakan sehingga mereka
senang bekerja dengan hand-on manipulative. Mereka
senang bermain peran, demontrasi, eksperimen serta
kegiatan yang menggunakan tubuh sebagai pengingat
misalnya isyarat tengan.
4. Berorientasi tulisan: siswa lebih senang belajar
melalui membaca serta menulis dari pada
mendengarkan atau praktik.
5. Interaktif: siswa menikmati diskusi dengan peserta
didik lain dalam kelompok kecil atau kerja
berpasangan. Hal ini mampu mengembangkan
keterampilan social peserta didik.
6. Olfactory: siswa memperoleh manfaat dari
penggunaan indera penciuman selama pelajaran.
Peserta didik mengasosiasikan pelajaran melalui bau
tertentu.39
38
Hamzah B Uno, Orientasi Baru Dalam Psikolog Pembelajaran (Jakarta:
Bumi Angkasa, 2012),h.180.
39
Muijs Daniel, Effektive Teaching(Yogyakarta: Pustaka belajar, 2008), h.31.
36
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa terdapat beberapa jenis gaya belajar yaitu: gaya
belajar visual, gaya belajar auditorial, gaya belajar
kinestetik, gaya belajar berorientasi tulisan, gaya belajar
interaktif serta gaya belajar olfactory. Tetapi dalam
penelitian ini peneliti hanya menggunakan tiga jenis gaya
belajar sebagai indikator yakni gaya belajar visual melalui
apa yang dilihat, gaya belajar auditorial melalui apa yang
didengar serta gaya belajar kinestetik melalui sentuhan
dan gerakan.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Belajar
Faktor yang mempengaruhi cara dan gaya belajar
siswa yaitu:
1) Faktor intern
a. Faktor Jasmaniah mencakup dua bagian yaitu
kesehatan dan cacat tubuh.
b. Faktor Psikologis yaitu intelegensi, perhatian,
minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.
c. Faktor Kelelahan yaitu kelelahan jasmani dan
kelelahan rohani (bersifat psikis).
2) Faktor Ekstern
a. Faktor Keluarga, seseorang yang belajar akan
menerima pengaruh dari keluarga berupa cara
orang tua mendidik.
b. Faktor Sekolah, yang akan mempengaruhi cara
atau gaya belajar siswa antara lain metode
mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan
siswa, hubungan siswa dengan siswa, disiplin
atau tata tertib sekolah, suasana belajar, keadaan
gedung, dan lainnya.
37
c. Faktor Mayarakat, yaitu meliputi kegiatan siswa
dalam masyarakat, teman bergaul dan bentuk
kehidupan masyarakat. 40
d. Ciri-ciri Gaya Belajar
Hamzah B Uno mengatakan bahwa gaya belajar
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Gaya Belajar Visual
Berikut beberapa karakteritik yang khas bagi
orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini.
Pertama, kebutuhan melihat sesuatu
(informasi/pelajaran) secara visual untuk
mengetahuinya atau memahaminya; kedua, memiliki
kepekaan yang kuat terhadap warna; ketiga, memiliki
pemahaman yang cukup terhadap masalah artistic;
keempat, memiliki kesulitan dalam berdialog secara
langsung; kelima, terlalu reaktif terhadap suara;
keenam, sulit mengikuti anjuran secara lisan; ketujuh,
seringkali salah menginterpretasikan kata atau
ucapan.
2) Gaya Belajar Auditorial
Karakteristik model belajar seperti ini benar-
benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama
menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita
harus mendengar, baru kemudian bisa mengingat dan
memahami informasi itu. Karakter pertama orang
yang memiliki gaya belajar ini adalah semua
informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran;
kedua, memiliki kesulitan untuk menyerap informasi
dalam bentuk tulisan secara langsung; ketiga,
memiliki kesulitan menulis ataupun membaca.
40
Darmadi,Pengembangan Model Metode Pembelajaran dalam Dinamika
Belajar Siswa. (Yogyakarta:DeePublish,2017).h.171-173.
38
3) Gaya Belajar Kinestetik
Berikut beberapa karakteristik pada gaya belajar
kinestetik. Pertama, menempatkan tangan sebagai alat
penerima informasi utama agar kita terus
mengingatnya; kedua, hanya dengan memegang kita
bisa menyerap informasinya tanpa harus membaca
penjelasannya; ketiga, termasuk orang yang tidak bisa
atau tahan duduk terlalu lama untuk mendengarkan
pelajaran; keempat, kita merasa bisa belajar lebih baik
apabila disertai dengan kegiatan fisik; kelima,
memiliki kemampuan mengoordinasikan sebuah tim
dan kemampuan mengendalikan gerak tubuh.41
Sementara itu Bobbi Deporter dkk mengungkapkan
beberapa ciri dari gaya belajar visual, gaya belajar
auditorial dan gaya belajar kinestetik yaitu:
1) Visual
Gaya belajar visual adalah belajar dengan cara
melihat atau bertatap muka langsung. Ciri-ciri peserta
didik yang kecenderungan belajar visual adalah:
a) Teratur, memperlihatkan segala sesuatu, menjaga
penampilan;
b) Mengingat gambar, lebih suka membaca daripada
dibacakan;
c) Membutuhkan gambaran serta tujuan menyeluruh
dan menangkap detail, mengingat apa yang dilihat.
2) Auditorial
Peserta didik auditorial belajar dengan cara
mendengar, adapun ciri-cirinya adalah:
a) Perhatiannya mudah terpecah;
b) Berbicara dengan pola berirama;
41
Hamzah B. Uno, Op.Cit,h.181-182.
39
c) Belajar dengan cara mendengarkan, menggerakkan
bibir atau bersuara saat membaca;
d) Berdialog secara internal serta eksternal.
3) Kinestetik
Peserta didik dengan gaya belajar kinestetik
dengan cara bergerak, bekerja, serta menyentuh, ciri-
cirinya yakni:
a) Menyentuh orang yang berdiri berdekatan, banyak
bergerak;
b) Belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat
membaca, menanggapi secara fisik serta aktif
dalam pembelajaran;
c) Mengingat sambil berjalan serta melihat.42
3. Pemahaman Konsep
a. Pengertian Pemahaman Konsep
Pemahaman merupakan kata yang berasal dari paham
yang memiliki arti ―mengerti benar‖, sehingga bisa
membantu orang lain untuk memahami suatu hal. 43 Konsep
ialah petunjuk yang bisa digunakan untuk menyelesaikan
sebuah permasalahan. 44 Jadi disimpulkan bahwa
pemahaman konsep dapat dimengerti serta dipahami benar
mengenai gagasan dari materi yang akan digunakan untuk
belajar. Skemp membedakan dua jenis pemahaman konsep,
yaitu pemahaman instrumental serta pemahaman
relasional. Pemahaman instrumental diartikan sebagai
pemahaman atas konsep yang saling terpisah dan hanya
hafal rumus perhitungan sederhana saja. Dalam hal ini,
seseorang hanya memahami urutan pengerjaan algoritma.
42
Bobbi Deporter Hernacki, Op.Cit, h.123-124.
43
Mona Zevika Yaman and Yerizon, ―Meningkatkan Kemampuan
Pemahaman Konsep Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Pasertag Panjang Melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Disertai Peta Pikiran,‖ FMIPA UNP :
Jurnal Pendidikan Matematika Vol 1, no. No 1 (2012): 45–50.
44
M L Dri, Handayani Wahyu, and Wulan Wardani, ―Melalui Model
Pembelajaran Problem Solving Pada Siswa,‖ Jurnal Deviret Vol 2, no. No.1 (2015):
68–75.
40
Sebaliknya, pemahaman relasional memuat skema serta
struktur yang dapat digunakan pada penyelesaian masalah
yang lebih luas dan bermakna.45
Berns & Erickson dalam Wayan mengatakan dalam
suatu konsep pada belajar pemahaman ialah syarat yg
harus ada untuk meningkatkan kemampuan evaluasi,
kognitif yang tinggi, analisis, sintesis, serta aplikasi. 46
Menurut Bloom pemahaman konsep adalah menangkap
pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan
suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang
dipahami, mampu memberikan interprestasi dan mampu
mengaplikasikannya. 47 Pemahaman ialah kemampuan
berpikir untuk mengetahui tentang suatu hal serta dapat
melihatnya dari berbagai segi. Kemampuan berpikir itu
meliputi kemampuan untuk membedakan, menjelaskan,
memperkirakan, menafsirkan, memberikan contoh,
menghubungkan mendemonstrasikan. Pemahaman
merupakan urutan kedua dari taksonomi bloom yang
merupakan suatu tingkatan kemampuan dimana peserta
didik sudah mampu menangkap makna atau arti suatu hal
yang dipelajarinya. Pada tingkat ini, proses pembelajaran
diarahkan untuk melatih serta membentuk proses berpikir
siswa tentang pengertian serta konsep. 48
Susanto menjelaskan bahwa pemahaman merupakan
suatu proses yang terdiri dari kemampuan untuk
menerangkan serta menginterpretasikan sesuatu, mampu
memberikan gambaran, contoh dan penjelasan yang lebih
luas dan memadai serta mampu memberikan uraian dan
45
D.J. 2011. Afgani, Analisis Kurikulum Matematika Edisi 1 (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2011).
46
Pengembangan Audiobook et al., ―Pengembangan Audiobook Dilengkapi
Alat Peraga Materi Getaran Dan Gelombang Untuk Tunanetra Kelas,‖ UPEJ Unnes
Physics Education Journal 5, no. 2 (2016): 66–75,
https://doi.org/10.15294/upej.v5i2.13623.
47
Omar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem
(Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal.162.
48
Ratno Harsanto, Pengelolaan Kelas Yang Dinamis Paradigma Baru
Pembelajaran Menuju Kompetensi Siswa (Yogyakarta: Kanisius, 2007)hal.90.
41
penjelasan yang lebih kreatif, sedangkan konsep
merupakan sesuatu yang tergambar dalam pikiran, suatu
pemikiran, gagasan, atau suatu pengertian. Sehingga
siswa dikatakan memiliki kemampuan pemahaman
konsep matematika jika dia dapat merumuskan strategi
penyelesaian, menerapkan perhitungan sederhana,
menggunakan simbol untuk memperesentasikan konsep,
dan mengubah suatu bentuk ke bentuk lain seperti
pecahan dalam pembelajaran matematika. 49
Hasratuddin menggambarkan bahwa pemahaman
konsep memegang peranan penting dalam pembelajaran
matematika. Jika konsep dasar yang diterima siswa salah,
maka sulit untuk memperbaiki kembali, terutama jika
sudah diterapkan dalam menyelesaikan soal-soal
matematika. Pengetahuan konsep yang kuat akan
memberikan kemudahan dalam meningkatkan
50
pengetahuan prosedural matematika siswa. Berdasarkan
dari beberapa pemaparan pendapat di atas bisa
disimpulkan bahwa pemahaman konsep merupakan
kemampuan seseorang dalam memaknai suatu konsep.
Dengan kata lain suatu kemampuan peserta didik untuk
mengemukakan kembali apa yang telah didapat dari
proses jalan nya pembelajaran pada matematika dengan
berbagai bentuk sehingga peserta didik tidak hanya
mengerti untuk dirinya sendiri akan tetapi dapat juga
menjelaskan kepada orang lain serta dapat
mengklasifikasikan objek yang merupakan suatu contoh
maupun non contoh konsep, karena dengan menjelaskan
atau berbagi ilmu kepada orang lain, maka ilmu yang
49
Siti Mawaddah and Ratih Maryanti, ―Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis Siswa SMP Dalam Pembelajaran Menggunakan Model Penemuan
Terbimbing (Discovery Learning),‖ EDU-MAT: Jurnal Pendidikan Matematika 4, no.
1 (2016): 76–85, https://doi.org/10.20527/edumat.v4i1.2292.
50
Ruminda Hutagalung, ―Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Guided Discovery Berbasis Budaya Toba Di
Smp Negeri 1 Tukka,‖ Journal of Mathematics Education and Science 2, no. 2
(2017): 70–77.
42
telah kita dapat tidak akan berkurang justru akan
bertambah.
Menurut Bloom, pemahaman konsep matematika
dapat dilihat dari kemampuan peserta didik dalam: 51
1) Penerjemahan (interpreting), ialah verbalisasi atau
sebaliknya
2) Memberikan contoh (exemplifying), ialah menemukan
contoh-contoh yang spesifik
3) Mengklasifikasikan (classifying), ialah membedakan
sesuatu berdasarkan kategorinya
4) Meringkas (summarizing), ialah membuat ringkasan
secara umum
5) Berpendapat (inferring), ialah memberikan gambaran
tentang kesimpulan yang logis
6) Membandingkan (comparing), ialah mendeteksi
hubungan antara dua ide atau obyek
7) Menjelaskan (explaining), ialah mengkonstruksi
model sebab-akibat.
b. Kategori dan Indikator Pemahaman Konsep
Tokoh psikologi yang bernama Benjamin S. Bloom,
mengatakan bahwa proses pembelajaran terdiri dari 6
level, yaitu salah satunya pemahaman. Pemahaman
(comprehension), di tingkat ini seorang memiliki
memampuan untuk menangkap makna dan arti tentang
hal yang dipelajari.52 Kata kerja oprasional untuk proses
pemahaman menurut taksonomi bloom yaitu:
menerangkan, menjelaskan, menguraikan, membedakan,
menginterprestasikan, merumuskan memperkirakan,
51
Dian Novitasari, ―Pengaruh Penggunaan Multimedia Interaktif Terhadap
Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa,‖ FIBONACCI: Jurnal
Pendidikan Matematika Dan Matematika 2, no. 2 (2016): 8,
https://doi.org/10.24853/fbc.2.2.8-18.
52
W.S Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta: Gramedia, 1987),h.150.
43
meramalkan, menggeneralisir, menerjemahkan,
mengubah, memberikan contoh, memperluas,
menyatakan kembali, menganologikan, merangkum. Q.S
Al-Baqarah ayat 78 menerangkan betapa pentingnya
pemahaman bagi manusia:
َّ َِل أَ َماو
٨٧ َي َوإِ ۡن هُمۡ إِ ََّل يَظُ ُّىىن َ ََو ِم ۡىه ُمۡ أ ُ ِّميُّىنَ ََل يَ ۡعلَ ُمىنَ ۡٱل ِك َٰت
َٰٓ َّ ِب إ
Artinya: ”Dan diantara mereka ada yang buta
huruf,tidak memahami kitab (Taurat), kecuali
beranganangan dan mereka hanya menduga-duga.
Mengarah pada taksonomi bloom di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa, pemahaman yang dimiliki peserta
tersebut dapat dilihat dari cara peserta didik
menyelesaikan soal, tanya jawab, berdiskusi dan pada
tahap mana peserta didik memiliki hasil yang baik
terhadap soal yang diselesaikan.
Indikator pemahaman konsep matematika memiliki
peran fungsi yang amat penting bagi pemahaman dasar
matematika yakni untuk meningkatkan prestasi siswa
dalam belajar matematika agar lebih maksimal. Menurut
peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor 506/C/Kep/PP/2004
memaparkan bahwa indikator pemahaman konsep
matematis antara lain sebagai berikut:53
1) Menyatakan ulang konsep
2) Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu
sesuai dengan konsepnya
3) Memberi contoh dan bukan contoh dari konsep
4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk
representasi matematis
5) Mengembangkan syarat perlu / syarat cukup dari
suatu konsep
53
Chairul Anwar, Buku Terlengkap Teori-Teori Pendidikan Klasik Hingga
Kontemporer (Yogyakarta, 2017).
44
6) Menggunakan, memanfaatkan serta memiliki
prosedur atau operasi tertentu
7) Mengaplikasikan konsep atau algoritma ke
pemecahan masalah.
National Council of Teachers of Mathematics
(NCTM) mengatakan bahwa pengetahuan serta
pemahaman peserta didik terhadap konsep matematis
dapat dilihat dari kemampuan peserta didik berikut ini,
yakni :
1) Mengartikan sebuah konsep baik secara tertulis
ataupun secara lisan.
2) Mengidentifikasi membuat contoh ataupun bukan
contoh.
3) Mempresentasikan konsep dengan menggunakan
model, diagram, ataupun simbol.
4) Bentuk presentasi diubah ke dalam bentuk lainnya.
5) Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep.
6) Mengenalkan syarat untuk menentukan suatu konsep
serta mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dapat
membedakan juga membandingkan konsep.54
Kilpatrick, Swafford dan Findell menjelaskan
beberapa indikator antara lain55:
1) Menyatakan kembali suatu konsep yang telah
dipelajari
2) Menggolongkan beberapa objek berdasarkan
persyaratan konsep
3) Menerapkan konsep secara algoritma
54
Asrul Karim, Penerapan Metode Penemuan Terbimbing Dalam
Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan
Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Sekolah Dasar, 2011.
55
Kilpatrick, Swafford, and Findell, Additing It Up: Helping Children Learn
Mathematics, 119
45
4) Menampilkan konsep dengan bentuk representasi
5) Membuat hubungan antar konsep secara internal atau
eksternal.
Dari beberapa pendapat tersebut, dalam penelitian ini
peneliti menggunakan pendapat Kilpatrick, Swafford
dan Findell sebagai indikator kemampuan siswa dalam
memahami konsep matematika, karena sesuai dengan
tujuan dilakukannya penelitian yang mengacu pada
hasil pra penelitian ternyata masih banyak siswa yang
mengalami kesulitan dalam memahami konsep
matematika serta indikator tersebut lebih detail dengan
kesesuaian materi yang akan dibahas. Dengan
penjelasan masing-masing indikator sebagai berikut:
1) Menyatakan kembali suatu konsep yang telah
dipelajari
2) Menggolongkan beberapa objek berdasarkan
persyaratan konsep
3) Menerapkan konsep secara algoritma
4) Menampilkan konsep dengan bentuk representasi
5) Membuat hubungan antar konsep secara internal
atau eksternal.56
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemahaman Konsep
Van De Walle mengatakan bahwa, faktor-faktor yang
mempengaruhi pemahaman siswa tehadap konsep
matematika ialah: (1) berpikir reflektif siswa, (2)
interaksi dan (3) penggunaan model atau alat-alat untuk
belajar (peraga, penggunaan simbol, komputer,
menggambar, serta bahasa lisan). 57
56
Kilpatrick, Swafford, and Findell, Additing It Up: Helping Children Learn
Mathematics, 119
57
Maidatina Umi Kasum Sutarto Hadi, ―Pemahaman Konsep Matematika
Siswa SMP Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Memeriksa
Berpasangan (Pair Checks),‖ Jurnal Pendidikan Matematika 3, no. April (2015): 59–
66.
46
d. Manfaat Pemahaman Konsep
Manfaat pemahaman konsep menurut Ardhana dkk
yang dikutip dari faqih, manfaat tentang pemhaman
konsep yaitu:58
1) Konsep membuat kita tidak perlu mengulang-ulang
pencarian arti setiap kali menemukan informasi baru.
2) Konsep membantu proses mengingat serta
membuatnya menjadi lebih efisien.
3) Konsep membantu kita menyederhanakan, meringkas
informasi komunikasi serta waktu yang digunakaan
untuk memahami informsi tersebut.
4) Konsep merupakan dasar untuk proses mental yang
lebih tinggi.
5) Konsep sangat diperlukan untuk problem solving.
6) Konsep menentukan apa yang diketahui serta diyakini
seseorang.
4. Pemecahan Masalah Matematis
a. Pengertian Pemecahan Masalah Matematis
Dalam pembelajaran matematika, pemecahan masalah
adalah komponen penting dari pendidikan matematika
karena mempunyai peran praktis untuk individu serta
masyarakat.59 Maka dari itu, pemecahan masalah ialah
bagian dari kurikulum yang sangat penting. Bagi peserta
didik untuk mempelajari kemampuan memecahkan
masalah, guru perlu dilengkapi dengan strategi pedagogis
yang diperlukan untuk secara efektif mengajarkan
keterampilan ini.60 Melalui pemecahan masalah, siswa
58
Eka Yulianti, Analisis Pemahaman Konsep Dan . . ., h.Tidak diterbitkan.
59
Kartika Handayani Z, ―Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
Kemampuan Pemecahan Masalah Soal Cerita Matematika,‖ Semnastika Unimed,
2017, 327, http://digilib.unimed.ac.id/26892/2/Fulltext.pdf%0A.
60
Lloyd M. Mataka et al., ―The Effect of Using an Explicit General Problem
Solving Teaching Approach on Elementary Pre-Service Teachers‘ Ability to Solve
47
dapat meningkatkan kemampuan berpikir mereka,
menerapkan prosedur, memperdalam pemahaman
konseptual mereka. 61
Pembuatan soal yang berhubungan dengan
pemecahan masalah, peserta didik secara tidak langsung
terlatih untuk menyelesaikan masalah, maka peserta didik
akan mampu mengambil keputusan sebab peserta didik itu
menjadi mempunyai keterampilan tentang bagaimana
mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis
informasi serta menyadari betapa perlunya meneliti
kembali hasil yang diperolehnya. 62 Salah satu
pembelajaran matematika yang dapat melatih dan
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah peserta
didik adalah pembelajaran soal cerita.63 Pemberian soal
matematika berbentuk cerita memberikan pengalaman
bagi peserta didik untuk dapat memecahkan masalah
matematika serta gambaran hubungan masalah tersebut
dalam kehidupan nyata.
Sumarmo menjelaskan bahwa kemampuan
pemecahan masalah merupakan salah satu doing math
(keterampilan bermatematika) yang dapat digolongkan
dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi atau HOTS.
Pemecahan masalah juga dianggap sebagai intinya
bermatematika. Kenyataannya ternyata memang yang
dipelajari dalam matematika semuanya ditujukan bagi
penyelesaian masalah. Kemampuan pemecahan masalah
64
Anna Fauziah and Sukasno Sukasno, ―Pengaruh Model Missouri
Mathematics Project (Mmp) Terhadap Kemampuan Pemahaman Dan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa SMA N I Lubuklinggau,‖ Infinity Journal 4, no. 1 (2015):
10, https://doi.org/10.22460/infinity.v4i1.67.
65
Asep Amam, ―Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa SMP,‖ Teorema 2, no. 1 (2017): 40, https://doi.org/10.25157/.v2i1.765.
66
Siti Mawaddah and Hana Anisah, ―Model Pembelajaran Matematika,‖
EDU-MAT: Jurnal Pendidikan Matematika 3, no. 2 (2015): 166–175,
https://doi.org/10.20527/edumat.v3i2.644.
67
Gina Nur Azizah and Rostina Sundayana, ―Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Dan Sikap Siswa Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Air Dan Probing-Prompting,‖ Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 5, no. 3
(2018): 305–14.
49
Ruseffendi mengemukakan bahwa kemampuan
pemecahan masalah sangat penting dalam matematika,
bukan saja bagi mereka yang dikemudian hari akan
mendalami atau mempelajari matematika, melainkan juga
bagi mereka yang akan menerapkannya dalam bidang
studi lain dan dalam kehidupan sehari-hari atau kehidupan
nyata. Selain itu, Purnomo dan Vennisa menegaskan
bahwa seharusnya fokus utama dalam pembelajaran yakni
dengan belajar menyelesaikan masalah.68
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, penulis
dapat menyimpulkan bahwa pemecahan masalah
merupakan suatu upaya yang dilakukan peserta didik
untuk mengatasi atau mencari penyelesaian terhadap
tantangan atau masalah yang diberikan kepadanya melalui
suatu prosedur, yang mengandung komponen pemecahan
masalah dengan menggunakan strategi dalam
penyelesaian masalah tersebut.
b. Karakteristik Pemecahan Masalah Matematis
Menurut Suydam yang dikutip oleh Klurik dan Reys
merangkum karakteristik kemampuan seorang problem
solver yang baik sebagai berikut:
1) Mampu memahami istilah serta konsep matematika
2) Mampu mengetahui perbedaan, analogy serta
keserupaan pada data
3) Mampu mengidentifikasi unsur yang kritis dan
memilih prosedur serta data yang benar
4) Mampu mengetahui data yang tidak relevan.69
68
ET. Ruseffendi, Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA., ed.
Tarsito (Bandung, 1988).
69
Erna Swangsih Triulina, Model Pembelajaran Matematika (Bandung: Upi
Press, 2006),h.128.
50
c. Faktor – factor yang Mempengaruhi Pemecahan Masalah
Matematis
1) Pengalaman
Pengalaman terhadap tugas-tugas menyelesaikan
soal cerita atau soal aplikasi. Pengalaman awal seperti
ketakutan terhadap matematika dapat menghambat
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
Maka dari itu perlu adanya latihan dalam
menyelesaikan soal berbasis aplikasi.
2) Motivasi
Dorongan yang kuat dari dalam diri seperti
menumbuhkan keyakinan bahwa dirinya bisa,
maupun dorongan dari luar diri (eksternal) seperti
diberikan soal-soal yang menarik, menantang dapat
mempengaruhi hasil pemecahan masalah.
3) Kemampuan memahami masalah
Kemampuan siswa terhadap konsep-konsep
matematika yang berbeda-beda tingkatnya dapat
memicu perbedaan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah.
4) Keterampilan
Keterampilan merupakan kemampuan untuk
menggunakan akal, fikiran, ide serta kreatifitas dalam
mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu
menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan
sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut.
keterampilan tersebut pada dasarnya akan lebih baik
bila terus diasah serta dilatih untuk menaikkan
kemampuan sehingga akan menjadi ahli atau
menguasai dari salah satu bidang keterampilan yang
ada. Memecahkan masalah soal matematika
membutuhkan keterampilan. Bagaimana cara siswa
untuk mengolah suatu permasalahan menjadi
menyelesaikan suatu permasalahan. Menyelesaikan
51
pemecahan masalah diperlukan konsep terdefenisi.
Konsep terdefenisi dapat dikuasai jika ditunjang oleh
pemahaman konsep konkrit. Untuk memahami
konsep konkrit diperlukan keterampilan yang ada
pada peserta didik. 70
d. Indikator-Indikator Pemecahan Masalah Matematis
Menurut Polya, kemampuan pemecahan masalah
terdiri dari empat langkah yakni: 71
1) Memahami masalah (understanding the problem)
Pemilahan fakta-fakta, pendalaman situasi
masalah, menentukan hubungan serta membuat
formulasi pertanyaan masalah merupakan cara untuk
memahai masalah.
2) Membuat rencana pemecahan masalah (devising a
plan)
Struktur masalah dan pertanyaan yang harus
dijawab dipertimbangkan untuk membuat rencana
dalam pemecahan masalah.
3) Melaksanakan rencana pemecahan masalah (carrying
out the plan)
Proses pemecahan masalah harus direncanakan
agar mendapat solusi dari sumber kesulitan masalah
sehingga tidak akan muncul ketidak akan konsistenan
ketika melaksanakan rencana.
4) Memeriksa kembali (looking back)
Siswa dalam langkah ini menyimpulkan jawaban
yang diperoleh kemudian memeriksa jawaban
kembali dengan teliti.
70
Handayani Z,Ibid hlm.327‖
71
Siti Hajar, H. Bernard, and Nurwati Djam‘an, ―Karakteristik Pemecahan
Masalah Matematika Ditinjau Dari Gaya Kognitif Siswa,‖ Ekivalen Pendidikan
Matematika 2, no. 1 (2018): 92–99.
52
Soemarmo dan Hendriana mengemukakan
indikator kemampuan penyelesaian masalah matematis
adalah sebagai berikut:72
1) Mengidentifikasi unsur yang diketahui, ditanyakan,
serta kecukupan unsur yang dibutuhkan.
2) Merumuskan masalah matematis atau merangkai
model matematis.
3) Menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah.
4) Menjelaskan atau menginterpretasi hasil penyelesaian
masalah.
Dari beberapa pendapat di atas maka indikator
pemecahan masalah matematis yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan pendapat Polya karena
dengan menggunakan langkah-langkah tersebut dapat
diketahui sejauh mana kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa:
Tabel 2.2 Indikator Pemecahan Masalah Matematis 73
Indikator Sub Indikator Kemampuan
NO Pemecahan Pemecahan Masalah
masalah Matematis
72
P Hendikawati P D Lestari, Dwijanto, ―Keefektifan Model PBL dengan
Pendekatan Saintifik Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah & Kemandirian
Belajar Siswa Kelas VII,‖ Unnes Journal of Mathematics Education 5, no. 2 (2016).
73
Polya, G. (1973). Reviewed Work: How to Solve It A New Aspect of
Mathematical Method. The Mathematical Gazette.
53
masalah untuk menyelesaikan
masalah.
Melakukan
Siswa melakukan
perencanaan
penyelesaian masalah secara
dengan
teratur sesuai dengan strategi,
3 menerapkan
perumusan serta langkah-
strategi dalam
langkah yang telah
penyelesaian
ditentukan.
masalah
Memeriksa
Siswa dalam langkah ini
kembali serta
menjelaskan serta
menjelaskan hasil
menyimpulkan jawaban yang
4 yang telah
telah diperoleh kemudian
diperoleh dan
memeriksa jawaban kembali
memberikan
dengan teliti.
kesimpulan
B. Kerangka Berpikir
Menurut Uma Sekaran, kerangka berfikir adalah model
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai
faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. 74
Penelitian ini terdiri dari variabel bebas (X) model
pembelajaran Problem Based Learning (X1) dan gaya belajar (X2),
serta terdiri dari variabel terikat (Y) yaitu kemampuan
pemahaman konsep (Y1) dan kemampuan pemecahan masalah
matematis (Y2). Berikut digambarkan melaui bagan kerangka
pemikiran :
74
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, Ed. Sutopo,2nd Ed.,
CV Alfabeta (Bandung, 2019).
54
Materi Pembelajaran
Proses Pembelajaran
Posttest Pemahaman
Konsep dan Pemecahan
Masalah Matematis
Gambar 2.3
Kerangka Berpikir
Berdasarkan bagan di atas, peneliti akan mengukur pemahaman
konsep dan pemecahan masalah matematis siswa dengan cara
membagi kelas menjadi 1 kelas eksperimen dan 1 kelas kontrol. Kelas
eksperimen yang pertama yaitu kelas yang akan diberikan perlakuan
dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) dengan gaya belajar. Sedangkan untuk kelas kontrol akan
diberikan dalam pembelajaran yaitu direct instruction dengan gaya
belajar dan akan dibedakan spasial dalam tingkat tinggi, sedang, dan
rendah. Kerangka tersebut digunakan peneliti untuk menentukan
hipotesis sementara.
55
C. Hipotesis
Hipotesis yaitu jawaban sementara dari rumusan masalah
penelitian.75Hipotesis adalah jawaban sementara dari
permasalahan yang perlu di uji kebenarannya melalui analisis.
1. Hipotesis Penelitian
a. Terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) terhadap pemahaman
konsep serta pemecahan masalah matematis.
b. Terdapat pengaruh yang signifikan gaya belajar terhadap
pemahaman konsep serta pemecahan masalah matematis.
c. Terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dan gaya belajar secara
bersamaan terhadap pemahaman konsep serta pemecahan
masalah matematis.
d. Terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) terhadap pemahaman
konsep serta pemecahan masalah matematis secara
sendiri-sendiri.
e. Terdapat pengaruh yang signifikan gaya belajar terhadap
pemahaman konsep serta pemecahan masalah matematis
secara sendiri-sendiri.
f. Terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dan gaya belajar secara
bersamaan terhadap pemahaman konsep serta pemecahan
masalah matematis secara sendiri-sendiri.
2. Hipotesis Statistik
a. (tidak terdapat pengaruh model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap
pemahaman konsep serta pemecahan masalah
matematis)
75
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2015), 63.
56
untuk setiap ,2 (terdapat
pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) terhadap pemahaman konsep serta pemecahan
masalah matematis)
Keterangan :
1) Model pembelajaran PBL
2) Model pembelajaran konvensional
1) Pemahaman konsep
2) Pemecahan masalah matematis
b. (tidak terdapat pengaruh
gaya belajar terhadap pemahaman konsep serta
pemecahan masalah matematis)
untuk setiap (terdapat
pengaruh gaya belajar terhadap pemahaman konsep serta
pemecahan masalah matematis)
Keterangan :
1) Gaya belajar visual
2) Gaya belajar auditorial
3) Gaya belajar kinestetik
1) Pemahaman konsep
2) Pemecahan masalah matematis
c. ( ) (tidak terdapat pengaruh model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan gaya
belajar secara bersamaan terhadap pemahaman konsep
serta pemecahan masalah matematis)
( ) untuk dan setiap
(terdapat pengaruh model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dan gaya belajar terhadap pemahaman
57
konsep serta pemecahan masalah matematis siswa)
d.
Das, Ranjan, and Das Gunendra Chandra. ―Math Anxiety : The Poor
Problem Solving Factor in School Mathematics.‖ International
Journal of Scientific and Research Publications 3, no. 4 (2013):
1–5.
Hartati, Leny. ―Pengaruh Gaya Belajar Dan Sikap Siswa Pada Hasil
Belajar Matematika.‖ Jurnal Formatif 3, no. 3 (2013): 224–35.
Nugroho, Aji Arif, Rizki Wahyu Yunian Putra, Fredi Ganda Putra,
and Muhammad Syazali. ―Pengembangan Blog Sebagai Media
Pembelajaran Matematika.‖ Al-Jabar : Jurnal Pendidikan
Matematika 8, no. 2 (2017): 197.
https://doi.org/10.24042/ajpm.v8i2.2028.