Anda di halaman 1dari 14

jurnal.balitbangda.lampungprov.go.

id/ P-ISSN 2354-5704 | E-ISSN 2622-190X


April 2021

EVALUASI KARAKTER AGRONOMI DAN LAJU FOTOSINTESIS


EMPAT GENOTIPE SORGUM (Sorghum bicolor [L.] Moench)

EVALUATION OF AGRONOMIC CHARACTERISTIC AND


PHOTOSYNTHETIC RATE FOUR SORGHUM GENOTYPES (Sorghum
bicolor [L.] Moench)

Indah Yustika Putriˡ, M. Syamsoel Hadi², Kukuh Setiawan³, M. Kamal⁴


ˡMahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
E-mail: indahystika@gmail.com

Dikirim 5 Januari 2021, Direvisi 12 Maret 2021, Disetujui 29 Maret 2021

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter agronomi, laju fotosintesis, korelasi antara
komponen pertumbuhan, laju fotosintesis dan hasil tanaman sorgum. Penelitian ini juga bertujuan untuk
mengetahui pengaruh dan tak langsung laju fotosintesis terhadap komponen pertumbuhan dan komponen hasil
beberapa genotipe sorgum. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Universitas Lampung dari Januari-
Mei 2019. Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok
Lengkap (RAKL) yang terdiri atas 4 perlakuan dengan 3 ulangan. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah empat genotipe sorgum yaitu GH-13, GH-7, Super-2, dan P/F 5 193 C. Berdasarkan hasil penelitian,
terdapat variasi karakter agronomi dan laju fotosintesis pada empat genotipe sorgum. Super-2 memiliki
penampilan agronomi dan hasil yang lebih tinggi diantara genotipe lainnya, sedangkan GH-13 merupakan
genotipe dengan laju fotosintesis tertinggi (29,21 µmol CO2 m⁻² s⁻¹) dibanding genotipe lainnya. Laju
fotosintesis tidak berkorelasi dan tidak berpengaruh langsung terhadap bobot dompolan beberapa genotipe
sorgum. Jumlah biji adalah variabel yang memiliki nilai koefisien korelasi tertinggi dengan bobot dompolan
(r=0,945**), dan nilai koefisien pengaruh langsung terhadap bobot dompolan tertinggi yaitu sebesar 0,938. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa jumlah biji dapat dijadikan kriteria seleksi pemuliaan pada penelitian yang
selanjutnya.

Kata Kunci : Genotipe, karakter agronomi, laju fotosintesis.

Abstract: The experiment aimed to investigate agronomic characteristic and photosynthetic rate of some
sorghum genotypes (Sorghum bicolor [L.] Moench), correlation between growth components, yield components,
and photosynthetic rate. Not only that, the experiment also aimed to investigate the direct and indirect effect
photosynthetic rate to growth components and yield components of some sorghum genotype. The experiment
was conducted in Lapangan Terpadu University of Lampung from January-Mei 2019. The treatment was
arranged by single factor in completely randomized block design (CRBD) with three reps. The treatment was
four sorghum genotypes, namely GH-13, GH-7, Super-2, and P/F 5 193 C. The results showed that among the
genotypes in this experiment, the best agronomic characteristic and best grain producer was Super-2, while for
the highest photosynthetic rate was GH-13 (29,21 µmol CO 2 m⁻² s⁻¹). Result of this experiment showed that
photosynthetic did not correlate with growth components and yield components. Among the variables observed,
number of seed (grain) had the highest correlation with head weight (r=0,945**). The number of seed (grain)
also had the highest direct coefficient to head weight (0,938). It indicates that number of seed (grain) can be a
good criteria of selection in the next experiment.
Keywords: Agronomic chracteristic, genotypes , photosynthetic rate.

PENDAHULUAN ternak dan sebagai bahan industri


bioetanol. Tanaman sorgum merupakan
Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) tanaman yang memiliki daya adaptasi yang
merupakan tanaman serealia potensial luas, sehingga tanaman sorgum dapat
untuk dibudidayakan dan dikembangkan di tumbuh pada berbagai kondisi lingkungan.
Indonesia. Sorgum dapat digunakan Keunggulan dari tanaman sorgum yaitu
sebagai bahan pangan pengganti, pakan dapat tumbuh pada lahan yang marginal.
ternak, dan bahan industri. Di Indonesia Hal ini karena tanaman sorgum merupakan
biasanya sorgum digunakan sebagai pakan tanaman yang tahan kering (Kartasapoetra,

INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN | VOLUME 9 NO. 1 1


[EVALUASI KARAKTER AGRONOMI DAN LAJU FOTOSINTESIS EMPAT GENOTIPE SORGUM (Sorghum bicolor [L.] Moench)]
- Indah Yustika Putri, M. Syamsoel Hadi, Kukuh Setiawan, M. Kamal

1994). Keunggulan tanaman sorgum yang Karakter hasil suatu tanaman akan
tahan kering ini dapat menjadi salah satu memiliki hubungan dengan karakter
upaya untuk membantu optimalisasi lahan- pertumbuhan tanaman, hal tersebut sejalan
lahan pertanian dengan curah hujan yang dengan Kang et al. (1983) yang
rendah (Kamal et al., 2020). melaporkan bahwa korelasi positif antara
hasil jagung dan tinggi tanaman sebesar r=
Pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum 0,67* dan berat tongkol sebesar r = 0,78*.
ditentukan oleh genetik dan Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan
lingkungannya. Genotipe menyatakan bahwa adanya korelasi dan perlu
keadaan genetik suatu tanaman. Setiap dilakukannya analisis lintas untuk
genotipe memiliki pertumbuhan dan hasil mengetahui pengaruh langsung dan tidak
yang berbeda- beda hal ini dapat dilihat langsung.
dari karakter agronomi (generatif dan Analisis lintas adalah suatu metode
vegetatif). Salah satu upaya untuk yang digunakan untuk memperlihatkan
meningkatkan pertumbuhan tanaman hubungan dan pengaruh antar karakter,
sorgum yaitu dengan menanam genotipe baik pengaruh langsung maupun pengaruh
yang sesuai dengan kondisi lingkungannya tidak langsung melalui karakter lain.
sehingga mendapatkan hasil yang Kartina et al. (2016), melaporkan bahwa
maksimal. hasil analisis lintas menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh langsung positif
Salah satu bagian dari proses kehidupan antarkomponen hasil dan hasil tanaman
tanaman adalah fotosintesis. Fotosintesis padi. Karakter jumlah anakan produktif
merupakan suatu proses dimana tanaman dan jumlah gabah total memiliki pengaruh
melakukan sintesis senyawa anorganik langsung nyata dan positif terhadap hasil
(CO2 dan H2O) menjadi senyawa organik gabah dengan nilai koefisien lintasan
berupa gula. Laju fotosintesis sangat sebesar 0,4028 dan 0,2153. Karakter
bergantung pada fungsi fisiologis dan panjang malai juga memiliki pengaruh
morfologi suatu tanaman. Oleh karena itu, langsung nyata dan positif terhadap hasil
laju fotosintesis akan berbeda pada tiap gabah dengan nilai koefisien 0,095. Pada
tanaman. karakter jumlah gabah hampa, tinggi
tanaman, dan umur berbunga memberikan
Karakter daya hasil sangat dipengaruhi pengaruh langsung yang negatif yaitu
oleh karakter pertumbuhan dan karakter sebesar -0,165, -0,2828, dan -0,1911.
komponen hasil. Sehingga karakter daya
hasil, pertumbuhan, dan komponen hasil Pada tanaman sorgum komponen
memiliki hubungan yang sangat erat. pertumbuhan dan komponen hasil
Keeratan hubungan antar karakter tersebut memiliki pengaruh langsung, hal ini
dapat diketahui dengan analisis korelasi. disampaikan oleh (Pramono et al., 2019)
Metode ini digunakan untuk mengetahui bahwa tinggi tanaman yang merupakan
ada tidaknya hubungan antara karakter komponen pertumbuhan tanaman sorgum
yang ada dan karakter utama yaitu hasil, berpengaruh langsung terhadap bobot biji
sehingga berguna untuk memperbaiki per tanaman yang merupakan komponen
respon ikutan (correlated respon). Namun, hasil tanaman sorgum. Penelitian Pramono
tingkat korelasi tersebut tidak dapat et al. (2019) menunjukkan bahwa terdapat
menggambarkan hubungan langsung dan lima variabel yang memiliki nilai
tidak langsung antara fase pertumbuhan signifikan (P<0,005) dan tinggi tanaman
dan produksi suatu tanaman. Kelemahan memiliki nilai koefisien pengaruh langsung
tersebut dapat diatasi dengan tertinggi yaitu 0,74. Bobot kering daun
menggunakan analisis lintas (path juga berpengaruh langsung terhadap bobot
analysis) (Falconer, 1996). biji per tanaman dengan nilai

2 VOLUME 9 NO. 1 | INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN


[EVALUASI KARAKTER AGRONOMI DAN LAJU FOTOSINTESIS EMPAT GENOTIPE SORGUM (Sorghum bicolor [L.]
Moench)]
- Indah Yustika Putri, M. Syamsoel Hadi, Kukuh Setiawan, M. Kamal

koefisienpengaruh langsung 0,67. transpirasi (mol H2O m⁻² s⁻¹) dilakukan


Berdasarkan hal tersebut, maka perlu pada 9 MST. Pengamatan juga dilakukan
dilakukan penelitian mengenai evaluasi pada bobot kering tanaman yaitu bobot
karakter agronomi dan laju fotosintesis kering batang (g) dan bobot kering daun
beberapa genotipe tanaman sorgum. (g). Pengamatan mengenai komponen hasil
tanaman juga dilakukan yaitu pada saat
panen yaitu pada 17 MST. Adapun
METODOLOGI komponen hasil pada penelitian ini yaitu
Penelitian ini dilakukan di Lapangan panjang malai (cm), bobot dompolan (g),
Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas bobot dompolan tanpa biji (g), bobot biji
Lampung. Penelitian ini menggunakan (g), bobot 1000 butir biji kering (g), dan
empat genotipe sorgum yaitu GH-13, GH- jumlah biji (g).
7, Super-2, dan P/F 5 193 C. Penelitian ini Homogenitas ragam diuji dengan uji
dilakukan pada Januari- Mei 2020. Alat- bartlett dan aditivitas data dengan
alat yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji tukey. Apabila kedua
adalah meteran, SPAD 500, dan asumsi tersebut terpenuhi maka dilakukan
timbangan. Pengkuran laju fotosintesis dan uji lanjut dengan menggunakan uji BNT
laju transpirasi dengan menggunakan alat (Beda Nyata Terkecil) pada taraf 5%.
LI-6800 Photosynthesis Portable System. Setelah itu menganalisis hubungan pada
Penelitian ini dilakukan dengan variabel pengamatan dengan menggunakan
menggunakan rancangan acak kelompok analisis korelasi. Kemudian dilakukan
lengkap dengan 3 ulangan. Adapun analisis mengenai pengaruh langsung dan
perlakuan yang digunakan yaitu genotipe tak langsung antar variabel dengan
(GH-13, GH-7, Super-2, dan P/F 5 193 C). menggunakan analisis lintas. Analisis data
Jumlah petakan dalam penelitian ini yaitu dilakukan dengan menggunakan Minitab
12 petakan. Diambil sebanyak 5 sampel versi 17.
pada setiap petakan. Persiapan lahan
dilakukan dengan lahan dibersihkan dari
gulma kemudian dilakukan pengolahan HASIL DAN PEMBAHASAN
lahan. Tanah diolah dengan menggunakan Genotipe tanaman pada penelitian ini
cangkul, hingga pecahan tanah menjadi berpengaruh terhadap beberapa variabel
gembur. Setelah tanah diolah kemudian pengamatan (Tabel 1). Adapun variabel
dilakukan pembuatan petakan dengan pengamatan tersebut adalah panjang
ukuran 2,5 m x 4 m. Jarak antar petakan batang pada umur 9 MST dan 17 MST,
yaitu 0,5 m. Pemupukan dilakukan dengan laju fotosintesis daun bendera dan daun di
menggunakan urea dengan dosis 200 bawah daun bendera, transpirasi daun
kg/ha, TSP 100 kg/ha, dan KCL 100 kg/ha, bendera dan daun di bawah daun bendera,
dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada diameter batang pada umur 17 MST,
satu minggu setelah tanam dan empat jumlah daun pada umur 17 MST, jumlah
minggu setelah tanam. ruas, panjang malai, bobot dompolan
Pengamatan dilakukan mulai dari 6 (head), jumlah biji , bobot biji, bobot 1000
Minggu Setelah Tanam (MST) hingga 17 butir, dan bobot kering daun. Terdapat
MST. Pengamatan pertumbuhan tanaman variasi atau keragaman dalam penelitian ini
sorgum dilakukan dengan mengamati terlihat pada beberapa variabel
panjang batang (cm), jumlah daun (helai), pengamatan. Variasi atau keragaman
kehijauan daun (unit), dan diameter batang tersebut menunjukkan bahwa empat
(mm) dimulai dari 6 hingga 9 MST. genotipe sorgum memiliki penampilan
Sedangkan untuk pengukuran laju agronomi dan komponen fotosintesis yang
fotosintesis (µmol CO2 m⁻² s⁻¹ ) dan laju beragam.

INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN | VOLUME 9 NO. 1 3


[EVALUASI KARAKTER AGRONOMI DAN LAJU FOTOSINTESIS EMPAT GENOTIPE SORGUM (Sorghum bicolor [L.] Moench)]
- Indah Yustika Putri, M. Syamsoel Hadi, Kukuh Setiawan, M. Kamal

GH-13 memiliki laju fotosintesis sebesar


27,61 µmol CO2 m⁻² s⁻¹ dan di bawah
daun bendera sebesar 30,81 µmol CO2 m⁻²
Tabel 1. Rekapitulasi hasil analisis ragam s⁻¹. Apabila dirataratakan laju fotosintesis
pengaruh genotipe terhadap GH-13 yaitu sebesar 29,21 µmol CO2 m⁻²
karakter agronomi dan Laju s⁻¹. Genotipe dengan laju fotosintesis
fotosintesis empat genotipe terendah yaitu Super-2 dengan laju
sorgum. fotosintesis daun bendera dan di bawah
daun bendera berturut-turut adalah 13,15
µmol CO2 m⁻² s⁻¹dan 12,33 µmol CO2
m⁻² s⁻¹. Rata rata laju fotosintesis pada
Super-2 yaitu sebesar 12,74 µmol CO2 m⁻²
s⁻¹.
Berdasarkan hasil analisis ragam yang
disajikan pada Tabel 1, laju transpirasi juga
dipengaruhi oleh genotipe. Super-2 juga
memiliki laju transpirasi terendah
dibandingkan dengan tiga genotipe lainnya
dengan rata-rata laju transpirasi sebesar
0,0032 mol H2O m⁻² s⁻¹. GH-13
* : Nyata pada α = 0,05 merupakan genotipe dengan laju
** : Nyata pada α = 0,01
transpirasi tertinggi yaitu sebesar 0,0071
A. Komponen pertumbuhan, mol H2O m⁻² s⁻¹ pada daun bendera dan
fotosintesis, dan komponen hasil 0,0077 mol H2O m⁻² s⁻¹ di bawah daun
beberapa genotipe sorgum bendera.
Komponen pertumbuhan tanaman Tabel 2. Komponen pertumbuhan pada
sorgum pada saat 9 MST (Tabel 2) saat 9 MST empat genotipe
menunjukkan bahwa pada empat genotipe sorgum.
tanaman sorgum memiliki komponen PB JD KD DB
Genotipe Jumlah notasi a
pertumbuhan yang berbeda. Hasil GH-13
(cm)
135,03 b
(helai)
8,13 ab
(unit)
48,22 a
(mm)
9,34 a 3
penelitian menunjukkan bahwa GH-7 GH-7 157,33 a 8,23 a 46,57 ab 11,95 a 4
merupakan genotipe dengan komponen Super-2 144,56 ab 7,53 b 45,50 ab 10,91 a 3
P/F 5 193 C 137,40 b 7,70 ab 44,41 b 10,39 a 2
pertumbuhan yang lebih tinggi BNT 5% 14,01 0,64 3,556,17 2,76
dibandingkan dengan tiga genotipe lainnya
yang ditandai dengan jumlah notasi a yang Keterangan : PB: Panjang batang ; JD: Jumlah
daun; KD: Kehijauan daun; DB: Diameter
lebih banyak. GH-13 dan Super-2
batang; BNT: Beda nyata terkecil; Angka yang
memiliki komponen pertumbuhan pada tercantum dalam tabel merupakan hasil
saat 9 MST yang lebih tinggi apabila pengukuran per tanaman ;Angka yang diikuti
dibandingkan dengan P/F 5 193 C. huruf yang sama pada kolom yang sama
Penampilan komponen pertumbuhan menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan
tanaman sorgum pada saat 9 MST. uji BNT 5 %.
Berdasarkan hasil analisis ragam,
genotipe memiliki pengaruh terhadap laju
Tabel 3. Laju fotosintesis dan laju
fotosintesis daun bendera dan daun di
transpirasi empat genotipe sorgum
bawah daun bendera. Hasil pengukuran
yang dilakukan pada dua daun yang
berbeda menunjukkan bahwa GH-13
merupakan genotipe dengan laju
fotosintesis tertinggi. Pada daun bendera

4 VOLUME 9 NO. 1 | INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN


[EVALUASI KARAKTER AGRONOMI DAN LAJU FOTOSINTESIS EMPAT GENOTIPE SORGUM (Sorghum bicolor [L.]
Moench)]
- Indah Yustika Putri, M. Syamsoel Hadi, Kukuh Setiawan, M. Kamal

Genotipe LF DB LF BDB T DB T BDB


Jumlah
Tabel 4. Penampilan komponen hasil pada
µmolCO2 m⁻² µmolCO2 molH2O m⁻² molH2O m⁻² fase masak fisiologis beberapa
notasi a
s⁻¹ m⁻² s⁻¹ s⁻¹ s⁻¹
GH-13 27,61 a 30,81 a 0,0071 a 0,0077 a 3 genotipe sorgum
GH-7 20,05 b 17,68 b 0,0056 a 0,0051 b 1 Genotipe PM BD BDTB BB B1000 JB Jumlah
Super-2 13,15 c 12,33 b 0,0029 c 0,0035 c 0
P/F 5 193C 12,27 c 15,82 b 0,0048 b 0,0059 b 0 ..cm.. .................g............... notasi a
BNT 5% 6,05 5,94 0,001 0,002 GH-13 18,33 ab 51,10 a 12,24 ab 38,40 a 27,19 a 1268,07 ab 6
GH-7 19,56 a 52,78 a 13,91 a 39,27 a 24,37 b 1559,20 a 5
Super-2 17,76 ab 45,46 ab 11,01 ab 34,44 ab 27, 06 a 1178,00 ab 6
Berdasarkan laju fotosintesis dan laju P/F 5 193C 16,43 b 32,14 b 8,62 b 24,18 b 23, 82 b 909,40 b 0
transpirasi pada empat genotipe tanaman BNT(0,05) 2,14 13,70 4,09 10,43 2,67 396,36
sorgum, kemudian diperoleh rasio yang
Keterangan : PM : Panjang Malai ; BD :
disajikan dalam bentuk grafik (Gambar 1).
Bobot Dompolan (Head) ; BDTB : Bobot
Rasio tersebut juga dapat disebut dengan
Dompolan (Head) Tanpa Biji ; BB: Bobot
efesiensi penggunaan air. Efesiensi
Biji ; B1000: Bobot 1000 Butir; JB:
penggunaan air pada penelitian ini yaitu
Jumlah Biji ; BNT: Beda Nyata
dengan membandingkan antara laju
Terkecil ;Angka yang tercantum dalam
fotosintesis dan laju transpirasi. Pada
tabel merupakan hasil pengukuran per
Gambar 1 dapat dilihat bahwa Super-2
tanaman;Angka yang diikuti huruf yang
memiliki efesiensi penggunaan air tertinggi
sama pada kolom yang sama
sedangkan GH-13 merupakan genotipe
menunjukkan tidak berbeda nyata
dengan efesiensi penggunaan air terendah.
berdasarkan uji BNT 5 %.
0.0100 Daun bendera
0.0080 Di bawah daun B. Analisis Korelasi
bendera
0.0060 Analisis korelasi menunjukkan bahwa
Fotosintesis efesiensi
Penggunaan air (mol

0.0040 tidak terdapat korelasi antara laju


H2OCO2m⁻² s⁻¹)

0.0020 fotosintesis dan seluruh variabel, namun


0.0000
terdapat korelasi yang nyata positif antara
GH-13 GH-7 Super 2 P/F -5-
193 C
komponen pertumbuhan dan hasil
Genotipe beberapa genotipe sorgum. Adapun
komponen pertumbuhan yang berkorelasi
Gambar 1. Fotosintesis efesiensi dengan bobot dompolan yaitu diameter
penggunaan air beberapa genotipe sorgum batang 9 MST sebesar r=0,445**, bobot
Hasil analisis ragam menunjukkan kering batang sebesar r=0,479**, dan
bahwa seluruh komponen hasil beberapa bobot kering daun sebesar r=0,377**.
genotipe sorgum dipengaruhi oleh genotipe Korelasi nyata positif juga ditemukan
kecuali pada bobot dompolan (head) tanpa antara jumlah biji dan bobot kering batang
biji . Tabel 5 menunjukkan bahwa GH-13 sebesar r=0,482**, jumlah biji dan bobot
dan Super-2 adalah genotype yang kering daun sebesar r=0,385**. Bobot
memiliki komponen hasil yang lebih baik kering batang dan bobot kering daun
dibandingkan dengan GH-7 dan P/F 5 memiliki korelasi yaitu sebesar r=0,535**.
193C. Hal ini karena banyaknya jumlah Berdasarkan hasil analisis korelasi, jumlah
notasi a pada genotipe GH-13 dan Super-2. biji dan bobot dompolan merupakan
Adapun penampilan komponen hasil pada variabel yang memiliki nilai koefesien
fase masak fisiologis beberapa genotipe tertinggi yaitu sebesar r=0,945**.
tanaman sorgum dapat dilihat pada Tabel
4. C. Analisis lintas laju fotosintesis
terhadap beberapa komponen
pertumbuhan dan hasil

INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN | VOLUME 9 NO. 1 5


[EVALUASI KARAKTER AGRONOMI DAN LAJU FOTOSINTESIS EMPAT GENOTIPE SORGUM (Sorghum bicolor [L.] Moench)]
- Indah Yustika Putri, M. Syamsoel Hadi, Kukuh Setiawan, M. Kamal

Hasil analisis sidik lintas menunjukkan perbedaan laju fotosintesis tersebut. Selain
bahwa tidak terdapat pengaruh langsung faktor internal tanaman, laju fotosintesis
pada laju fotosintesis terhadap bobot akan berbeda pula tergantung dengan
dompolan, namun terdapat pengaruh tidak faktor eksternal atau faktor lingkungan
langsung laju fotosintesis melalui bobot seperti suhu, udara, kelembapan udara,
kering daun sebesar 0,0021. Pengaruh intensitas cahaya, pH tanah, air tanah, dan
tidak langsung juga terdapat pada laju CO2 di sekitar lingkungan. Dalam
fotosintesis melalui bobot kering batang penelitian Mansur (2011), perbedaan laju
(0,00003) dan melalui jumlah biji sebesar fotosintesis juga ditemukan pada 20 jenis
0,1321. Hal tersebut dapat lebih jelas pohon di Taman Nasional Gunung
dilihat pada Gambar 2. Bobot kering daun Halimun-Salak. Perbedaan laju
juga memiliki pengaruh tidak langsung fotosintesis juga terlihat dalam penelitian
terhadap bobot dompolan melalui bobot yang dilakukan Juliarina
kering batang sebesar 0,0061, selain
memiliki pengaruh tidak langsung bobot
kering batang juga memiliki pengaruh (2012). Berdasarkan hasil penelitiannya,
langsung terhadap bobot dompolan yaitu laju fotosintesis pada lima varietas kacang
0,0011. Pada Gambar 4 juga menunjukkan tanah berbeda-beda. Varietas kelinci
bahwa terdapat pengaruh tidak langsung merupakan varietas yang memiliki laju
jumlah biji terhadap bobot dompolan fotosintesis tertinggi (9,92 µmol
melalui bobot 1000 butir dan bobot kering CO2/m /s).
2
Perbedaan laju fotosintesis
batang. Berdasarkan analisis sidik lintas juga dipengaruhi oleh faktor eksternal
menunjukkan bahwa terdapat tiga variabel tanaman salah satunya adalah CO2. Hal ini
yang memiliki pengaruh langsung terhadap sesuai dengan penelitian yang dilakukan
bobot dompolan yaitu jumlah biji, bobot Raden et al. (2008), penelitian tersebut
kering batang,dan bobot 1000 butir. menunjukkan bahwa laju fotosintesis
Analisis sidik lintas juga menunjukkan secara signifikan dipengaruhi oleh
bahwa veriabel dengan nilai koefesien besarnya selisih konsentrasi CO2 yang
pengaruh langsung terbesar yaitu pada mengalir ke dalam dan keluar daun, suhu
jumlah biji (0,9384). daun, jumlah stomata yang terbuka, dan
radiasi aktif fotosintesis daun (PAR).
0,0061 0,01145
BKD BKB BD
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di Lapangan Terpadu, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung. Keempat
0, DB
LF
0,1321
JB
0,0120
B1000
genotipe yaitu GH-7, GH-13, Super-2, dan
P/F 5 193 C memiliki perbedaan karakter
agronomi. Selain itu, Laju fotosintesis
pada empat genotipe tersebut juga berbeda.
Gambar 2. Diagram jalur pengaruh Genotipe sorgum memiliki pengaruh
langsung dan tidak langsung laju terhadap laju fotosintesis dan komponen
fotosintesis terhadap bobot dompolan. pertumbuhan dan juga terdapat perbedaan
komponen hasil pada masing-masing
Komponen pertumbuhan dan hasil suatu genotipe tanaman sorgum yang diamati.
tanaman juga akan dipengaruhi oleh suatu
proses penting yang disebut fotosintesis.
Menurut Mansur (2011) setiap jenis atau D. Perbedaan karakter agronomi dan
genotipe tanaman akan memiliki laju laju fotosintesis beberapa genotipe
fotosintesis yang berbeda-beda. Perbedaan sorgum
karekter, anatomi dan fisiologi suatu Genotipe sorgum memiliki pengaruh
tanaman yang menjadi penyebab terhadap beberapa karakter agronomi dan

6 VOLUME 9 NO. 1 | INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN


[EVALUASI KARAKTER AGRONOMI DAN LAJU FOTOSINTESIS EMPAT GENOTIPE SORGUM (Sorghum bicolor [L.]
Moench)]
- Indah Yustika Putri, M. Syamsoel Hadi, Kukuh Setiawan, M. Kamal

laju fotosintesis tanaman sorgum. Dalam batang tanaman sorgum. Penurunan


penelitian ini komponen pertumbuhan diameter batang juga terjadi pada bibit
sorgum dibagi ke dalam dua yaitu tanaman nyamplung , penurunan diameter
komponen pertumbuhan fase vegetatif dan batang terjadi diakibatkan karena adanya
komponen pertumbuhan pada fase masak kekeringan. Pertumbuhan sel tanaman
fisiologis. Seluruh komponen sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air,
pertumbuhan vegetatif kecuali kehijuan karena ketersediaan air yang rendah
daun 9 MST dipengaruhi oleh genotipe, mengakibatkan diameter sebagai salah satu
sedangkan komponen pertumbuhan pada komponen pertumbuhan juga ikut
fase masak fisiologis yang dipengaruhi menurun (Hidayati et al., 2017).
genotipe adalah panjang batang 17 MST, Berdasarkan hasil penelitian, genotipe
jumlah daun 17 MST, diameter batang 17 berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah
MST, bobot 1000 butir, dan bobot kering ruas sorgum. Jumlah ruas pada empat
daun. Penampilan karakter agronomi genotipe sorgum yang diamati memiliki
beberapa genotipe sorgum disajikan pada perbedaan yang berarti jumlah ruas pada
Tabel 1. empat genotipe tersebut bervariasi. Irvatia
Pertumbuhan merupakan penambahan et al. (2014) mengemukakan bahwa pada
jumlah sel yang disertai penambahan setek cabang bambu hitam yang memiliki
ukuran, jumlah, dan volume yang bersifat jumlah ruas terbanyak (4 ruas) memiliki
irrevesible atau tidak dapat kembali. jumlah daun yang lebih banyak. Hal ini
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan sejalan dengan penelitian yang telah
bahwa pertumbuhan tanaman sorgum yang dilakukan bahwa semakin banyak jumlah
diamati seperti panjang batang dan jumlah ruas maka akan semakin banyak pula
daun mengalami peningkatan setiap jumlah daun pada suatu genotipe. P/F 5
minggunya. Pada fase vegetatif, tepatnya 193 C merupakan genotipe dengan jumlah
pada minggu ke- 6,7,8, dan 9 bagian- ruas dan jumlah daun 17 MST terbanyak.
bagian dari tanaman sorgum sedang aktif Jumlah daun merupakan salah satu faktor
tumbuh sehingga akan ada penambahan penentu laju fotosintesis, dengan adanya
jumlah dan tinggi suatu tanaman (Gerik peningkatan laju fotosintesis maka hasil
and Vanderlip, 2003). Hal tersebut juga dari suatu tanaman juga akan meningkat.
sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tabel 2 menunjukkan bahwa GH-7
Siregar et al. (2016) bahwa pada minggu merupakan genotipe dengan komponen
ke- 5,6,7,dan 8 tanaman sorgum pertumbuhan vegetatif yang lebih baik
mengalami peningkatan setiap minggunya dibandingkan dengan empat genotipe
pada bagian panjang batang dan jumlah lainnya. Namun, hasil penelitian
daun. menunjukkan bahwa genotipe Super-2 dan
Diameter batang tanaman sorgum juga P/F 5 193 C memiliki komponen
mengalami peningkatan dari minggu ke 9 pertumbuhan yang lebih baik pada fase
hingga minggu ke 17 setelah tanam. masak fisiologis. Hal tersebut sejalan
Peningkatan diameter batang terjadi pada dengan penelitian yang telah dilakukan
genotipe GH-13 dan Super-2. Genotipe oleh Paramita (2018), bahwa Super-2
GH-7 dan P/F 5 193 C mengalami menjadi salah satu genotipe yang memiliki
penurunan diameter batang. Hal tersebut komponen pertumbuhan yang lebih baik
mungkin terjadi karena dipengaruhi oleh dari 15 genotipe sorgum yang diamati. Hal
lingkungan. Pada 17 minggu setelah ini karena genotipe Super-2 memiliki
tanam curah hujan berkurang sehingga panjang batang yang tinggi, jumlah daun
berpengaruh terhadap ketersediaan air yang banyak, dan diameter batang yang
yang berada dalam tanah. Ketersedian air besar. Selain itu, genotipe Super-2 juga
tersebut akan mempengaruhi diameter

INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN | VOLUME 9 NO. 1 7


[EVALUASI KARAKTER AGRONOMI DAN LAJU FOTOSINTESIS EMPAT GENOTIPE SORGUM (Sorghum bicolor [L.] Moench)]
- Indah Yustika Putri, M. Syamsoel Hadi, Kukuh Setiawan, M. Kamal

memiliki tingkat kehijauan daun yang pada daun relatif berkorelasi positif
tinggi. terhadap fotosintesis.
Laju fotosintesis pada empat genotipe Proses terjadinya transpirasi diawali
sorgum yang diamati dipengaruhi oleh dengan penyerapan air melalui akar
genotipe. Genotipe berpengaruh sangat kemudian melewati bagian batang dan
nyata terhadap laju fotosintesis. Laju ditranportasikan ke daun. Setelah itu akan
fotosintesis dipengaruhi oleh beberapa terjadi penguapan air melalui stomata ke
faktor diantaranya adalah umur daun, atmosfir. Proses terjadinya transpirasi
genotipe, besarnya kebutuhan sink tiap yang melibatkan bagian-bagian tanaman
tanaman, dan pengaruh lingkungan itulah yang menyebabkan setiap tanaman
lainnya. Sesuai dengan hasil penelitian akan menghasilkan laju transpirasi yang
yang telah dilakukan, penelitian berbeda (Abercrombie et al., 1993).
Sulistiowati (2016) juga menunjukkan Dalam penelitian ini, pengukuran laju
bahwa genotipe berpengaruh nyata transpirasi juga dilakukan pada dua daun
terhadap laju fotosintesis. Pengukuran laju tanaman sorgum, yaitu daun bendera dan
fotosintesis dilakukan dengan daun yang berada di bawah daun bendera.
menggunakan LI-6800 Portable Berdasarkan hasil penelitian, empat
Photosynthesis System dengan mengukur genotipe sorgum menunjukkan adanya
dua bagian daun yaitu daun bendera dan perbedaan laju transpirasi dan berpengaruh
daun yang berada di bawah daun bendera. sangat nyata terhadap laju transpirasi
Berdasarkan hasil penelitian, GH-13 tanaman sorgum. Hal ini sesuai dengan
merupakan genotipe yang memiliki laju penelitian Wijayanto et al. (2015) bahwa
fotosintesis terbaik bila dibandingkan klon-klon asamika dan klon-klon sinensis
dengan genotipe lainnya. Terdapat memiliki laju transpirasi yang berbeda .
perbedaan laju fotosintesis antara daun Berdasarkan penelitiannya, klon teh
bendera dan daun yang berada di bawah sinensis memiliki laju transpirasi yang
daun bendera. Laju fotosintesis pada cendrung lebih lambat apabila
penelitian ini menunjukkan bahwa daun dibandingkan dengan klon teh asamika.
yang berada di bawah daun bendera Perbedaan laju transpirasi juga terlihat
memiliki laju fotosintesis yang lebih tinggi pada empat varietas tanaman nilam dengan
apabila dibandingkan dengan laju rata-rata laju transpirasi tertinggi yaitu
fotosintesis yang berada di daun bendera. pada Varietas Sidikilang (0,827 mmol H2O
Mansur et al. (2011) mengemukakan m -2 s -1) (Setiawan et al., 2013).
bahwa daun yang lebih dahulu tumbuh Pada komponen hasil, genotipe
akan memiliki warna daun yang lebih berpengaruh nyata terhadap panjang malai
hijau. Warna daun berkaitan dengan tanaman sorgum. Perbedaan panjang malai
jumlah klorofil yang ada di daun. Jumlah suatu tanaman dipengaruhi oleh genetik
klorofil menjadi salah satu faktor yang dan lingkungannya. Penelitian Khasanah
akan mempengaruhi laju fotosintesis. et al. (2016) juga menunjukkan adanya
Menurut Taiz and Zeiger (2006) perbedaan panjang malai pada empat
kandungan klorofil menjadi tolok ukur genotipe sorgum yang diamati. GH-7
pertumbuhan yang berkaitan dengan menjadi genotipe dengan panjang malai
produksi suatu tanaman. Hal tersebut tertinggi yaitu 19,56 cm.
karena klorofil menjadi salah satu bagian
yang penting dalam penyerapan cahaya Komponen hasil tanaman merupakan
yang kemudian digunakan sebagai energi aspek yang sangat penting dalam
untuk reaksi-reaksi fotosintesis. melakukan seleksi guna mendapatkan
Kandungan kloroplas yang paling utama varietas yang unggul. Berdasarkan hasil
adalah klorofil. Li et al. (2006) penelitian, GH-13 dan Super-2 memiliki
mengemukakan bahwa kandungan klorofil komponen hasil yang lebih baik

8 VOLUME 9 NO. 1 | INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN


[EVALUASI KARAKTER AGRONOMI DAN LAJU FOTOSINTESIS EMPAT GENOTIPE SORGUM (Sorghum bicolor [L.]
Moench)]
- Indah Yustika Putri, M. Syamsoel Hadi, Kukuh Setiawan, M. Kamal

dibandingkan dengan dua genotipe lainnya. genotipe Super-2 memberikan tanggapan


Hal ini ditandai dengan banyaknya jumlah fisiologis dengan mengurangi kebutuhan
notasi a pada komponen hasil beberapa air. Pada Gambar 3 menunjukkan bahwa
genotipe sorgum. Gambar 4 menunjukkan Super-2 memiliki efisiensi penggunaan air
bahwa Super-2 memiliki laju fotosintesis terbaik dari empat genotipe yang diamati.
terendah yaitu dengan rata-rata 12,74 µmol Pengurangan kebutuhan air tersebut
CO2 m⁻² s⁻1. Meskipun demikian, Super-2 dilakukan dengan peningkatan efisiensi
mampu menghasilkan hasil yang lebih baik penggunaan air. Hal tersebut sesuai
apabila dibandingkan dengan genotipe dengan penelitian yang dilakukan Suryanti
GH-13 yang memiliki laju fotosintesis et al. (2015) bahwa terdapat korelasi antara
tertinggi yaitu 29,21 µmol CO2 m⁻² s⁻1. kebutuhan air tanaman dan efisiensi
Hal tersebut diduga karena Super-2 penggunaan air sebesar r=-0,70*. Korelasi
memiliki kemampuan yang lebih baik tersebut berarti semakin kecil kebutuhan
dalam hal mendistribusikan fotosintat. air tanaman maka akan meningkatkan
Pola distribusi fotosintat akan bergantung efisiensi penggunaan air suatu tanaman.
sesuai dengan kemampuan sumber E. Analisis korelasi antara komponen
(source) untuk memproduksi dan pertumbuhan dan hasil beberapa
kemampuan (sink) untuk menampung genotipe sorgum
fotosintat. Hasil fotosintesis pada genotipe
Super-2 tidak hanya distribusikan ke Uji korelasi dilakukan dengan
bagian hasil tanaman saja, namun genotipe menggunakan beberapa pertumbuhan dan
ini juga mendistribusikan hasil komponen hasil tanaman sorgum.
fotosintesisnya ke bagian komponen Berdasarkan uji korelasi, terdapat 8
pertumbuhan yang meliputi panjang komponen yang berkorelasi nyata positif
batang, jumlah daun, dan diameter batang. diantaranya adalah bobot dompolan dan
biji sebesar r=0,94**, bobot dompolan dan
Bobot kering tanaman memiliki bobot kering batang sebesar r=0,47**,
hubungan yang erat dengan hasil bobot dompolan dan bobot kering daun
fotosintesis. Sitompul dan Guritno (1995) sebesar r= 0,37**, jumlah biji dan bobot
mengemukakan bahwa semakin berat kering daun sebesar r=0,38**, jumlah biji
bobot kering tanaman maka akan semakin dan diameter batang 9 MST sebesar
banyak pula energi cahaya matahari yang r=0,48**, bobot kering batang dan bobot
dikonversi menjadi fotosintat. Dalam kering daun sebesar r=0,53**, bobot kering
penelitian ini, Super-2 merupakan genotipe batang dan diameter batang sebesar r=
dengan bobot kering tanaman paling berat 0,37*, bobot dompolan dan diameter
yang menandakan bahwa genotipe ini batang sebesar r=0,44**.
memiliki kemampuan yang lebih baik
dalam mengubah energi cahaya matahari Koefisien korelasi komponen
menjadi fotosintat. Genotipe Super-2 pertumbuhan dan komponen hasil yang
memiliki kemampuan mengubah air paling besar yaitu korelasi antara jumlah
menjadi bahan kering lebih baik apabila biji dan bobot dompolan sebesar
dibandingkan dengan genotipe lainnya. Hal r=0,945**. Korelasi positif yang sangat
tersebut dapat dilihat dari laju fotosintesis, nyata ini berarti semakin banyak jumlah
laju transpirasi, dan bobot kering tanaman biji maka bobot dompolan akan semakin
pada genotipe Super-2 dimana meskipun berat pula. Hal ini sejalan dengan
genotipe ini memiliki laju fotosintesis yang Ruchjaningsih et al. (2009) bahwa bobot
rendah namun didukung dengan laju malai akan semakin bertambah seiring
transpirasi yang rendah juga, sehingga dengan bertambahnya jumlah biji.
menghasilkan bobot kerin tanaman yang Bobot kering tanaman memiliki
lebih berat dibandingkan dengan genotipe koefisien korelasi positif terhadap bobot
lainnya. Saat ketersediaan air berkurang,

INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN | VOLUME 9 NO. 1 9


[EVALUASI KARAKTER AGRONOMI DAN LAJU FOTOSINTESIS EMPAT GENOTIPE SORGUM (Sorghum bicolor [L.] Moench)]
- Indah Yustika Putri, M. Syamsoel Hadi, Kukuh Setiawan, M. Kamal

dompolan (head). Bobot kering tanaman Bobot kering daun berkorelasi dengan
yang meliputi bobot kering batang dan bobot dompolan (head) dan bobot kering
bobot kering daun berkorelasi nyata batang. Daun merupakan organ tanaman
dengan hasil tanaman yang dalam hal ini yang berperan penting dalam melakukan
adalah bobot dompolan. Hal ini juga fotosintesis. Hasil fotosintesis akan
terjadi pada penelitian Rahmawati et al. ditranslokasikan ke seluruh bagian
(2016) bahwa bobot kering tanaman tanaman diantaranya adalah batang dan
berkorelasi positif terhadap bobot polong biji. Bobot kering daun merupakan
basah dan bobot polong hijau. Korelasi gambaran hasil fotosintat tanaman dimana
positif nyata tersebut memiliki arti bahwa semakin besar bobot kering daun maka
semakin banyak fotosintat yang akan semakin besar pula hasil
ditranslokasikan ke bagian batang dan fotosintatnya. Dalam penelitian ini,
daun maka akan semakin banyak juga menunjukkan bahwa bobot kering daun
fotosintat yang ditranslokasikan ke bagian berkorelasi dan bobot dompolan (head)
hasil yang berupa biji dan polong. dan bobot kering batang dengan nilai
koefisien berturut-turut sebesar r=0,37*
Diameter batang berkorelasi dengan
dan sebesar r=0,53**.
bobot dompolan (head) dan jumlah biji
dengan nilai koefisien korelasi berturut
turut adalah r=0,44* dan r=0,48**. Hal ini F. Hasil analisis lintas beberapa
menunjukkan bahwa semakin besar komponen terhadap bobot dompolan
diameter batang makan akan menghasilkan (head)
bobot dompolan (head) dan jumlah biji Analisis lintas menunjukan bahwa tidak
yang semakin besar juga. Winarni et al. terdapat pengaruh langsung laju
(2004) melaporkan bahwa diameter batang fotosintesis terhadap bobot dompolan,
berkorelasi dengan biji tanaman yang namun terdapat pengaruh langsung laju
dihasilkan dalam satuan kilogram. Hal ini fotosintesis melalui bobot kering daun,
terjadi karena diameter yang semakin besar bobot kering batang dan jumlah biji.
akan berpengaruh terhadap proses Pengaruh tidak langsung laju fotosintesis
pengangkutan air dan zat hara yang terhadap bobot dompolan melalui bobot
semakin maksimal. Kuantitas fotosintesis kering daun menandakan bahwa produk
akan semakin tinggi sehingga akan hasil asimilat juga ditranslokasikan ke
menghasilkan bunga dan biji yang semakin bagian hasil tanaman secara baik. Hal ini
banyak. berarti laju fotosintesis memiliki pengaruh
terhadap hasil yang berupa bobot
dompolan walaupun secara tidak
langsung.
Terdapat pula pengaruh tidak langsung
laju fotosintesis terhadap bobot dompolan
yaitu melalui bobot kering batang.
Berdasarkan analisis korelasi, bobot kering
batang berkorelasi dengan diameter batang,
hal tersebut berarti semakin berat bobot
kering batang maka akan diikuti pula
diameter batang yang semakin besar.
Menurut Muniarti dan Sjarif (2013)
asimilat yang berasal dari fotosintesis
harus didistribusikan ke bagian organ-
organ penerima (sink), sehingga perlu
adanya sistem pengangkutan yang baik.

10 VOLUME 9 NO. 1 | INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN


[EVALUASI KARAKTER AGRONOMI DAN LAJU FOTOSINTESIS EMPAT GENOTIPE SORGUM (Sorghum bicolor [L.]
Moench)]
- Indah Yustika Putri, M. Syamsoel Hadi, Kukuh Setiawan, M. Kamal

Laju asimilat tersebut bergantung pada Berbeda dengan penelitian Krisanto et al.
bagian batang dalam hal ini adalah (2014) yang melaporkan bahwa laju
diameter batang. Semakin besar diameter fotosintesis yang tinggi akan diikuti
batang maka akan memiliki luas potongan dengan bobot kering tanaman yang tinggi
floem yang lebih besar. Hal tersebut juga pula. Pada penelitiannya menuunjukkan
didukung dengan adanya korelasi antara bahwa tanaman sorgum varietas sorgama 5
diameter batang 9 MST dan bobot memiliki laju fotosintesis yang tinggi dan
dompolan. Selain itu, laju fotosintesis juga diikuti dengan bobot kering tanaman yang
memiliki pengaruh tidak langsung terhadap berat pula, namun pada penelitian ini,
bobot dompolan melalui jumlah biji. tingginya laju fotosintesis pada GH-13
tidak diikuti dengan tingginya pula bobot
Beradasarkan analisis sidik litas,
kering tanaman. Oleh karena itu, laju
terdapat 3 variabel yang berpengaruh
fotosintesis tidak berpengaruh langsung
langsung terhadap bobot dompolan yaitu
terhadap bobot dompolan pada penelitian
jumlah biji, bobot 1000 butir, dan bobot
ini.
kering batang. Jumlah biji memiliki nilai
koefisien pengaruh langsung yang paling Pengaruh langsung positif juga
tinggi yaitu 0,938. Berdasarkan penelitian ditemukan pada bobot kering batang
Wirnas et al. (2006) tanaman dengan dengan nilai koefisien pengaruh langsung
jumlah polong banyak akan menghasilkan yaitu 0,011. Bobot kering batang
bobot biji pertanaman yang berat. Bobot mencerminkan fotosintat pada suatu
1000 butir memiliki nilai koefisien tanaman. Semakin berat bobot kering
pengaruh langsung sebesar 0,172, hal batang maka akan berpengaruh terhadap
tersebut menunjukkan bahwa bobot 1000 bobot dompolan tanaman sorgum. Hal
butir berpengaruh langsung terhadap bobot tersebut juga dapat dilihat dari koefisien
dompolan. Hal ini mungkin terjadi karena korelasi yang cukup tinggi antara bobot
ukuran biji yang dihasilkan oleh tanaman dompolan dan bobot kering batang sebesar
memiliki ukuran yang besar, sehingga r=0,479**. Nilai koefisien korelasi
berpengaruh terhadap bobot 1000 butir. tersebut manandakan bahwa semakin berat
Bobot 1000 butir yang semakin besar maka bobot kering batang maka akan semakin
bobot dompolan akan semakin besar pula. berat pula bobot dompolan tanaman
Selain ukuran biji, hal ini juga diduga sorgum. Bobot kering batang juga
karena adanya perbedaan kadar air pada berpengaruh tidak langsung terhadap bobot
biji tiap genotipe tanaman sorgum. dompolan malalui jumlah biji dengan
koefisien pengaruh tidak langsung sebesar
Tidak adanya pengaruh langsung laju
0,438.
fotosintesis terhadap bobot dompolan
diduga kerena tidak adanya korelasi antara Terdapat pengaruh tidak langsung pada
bobot kering tanaman dan laju fotosintesis. bobot 1000 butir biji kering terhadap bobot
Apabila dilihat pada Gambar 3, rasio dompolan melalui bobot kering daun
fotosintesis tertinggi yaitu pada Super-2 dengan nilai koefisien pengaruh tidak
yang juga memiliki bobot kering tanaman langsung sebesar 0,001. Meskipun laju
yang lebih tinggi dibandingkan dengan fotosintesis tidak bepengaruh langsung
genotipe lainnya sehingga dapat dikatakan dalam penelitian ini, namun pengaruh tidak
bahwa yang memiliki hubungan dengan langsung pada bobot 1000 butir melalui
bobot kering tanaman adalah rasio bobot kering batang menandakan bahwa
fotosintesis. Dalam penelitian ini diduga hasil fotosintesis yang berupa bobot kering
bahwa yang mendorong fotosintat bukan tanaman memiliki pengaruh terhadap
laju fotosintesis melainkan rasio bobot dompolan. Hal tersebut juga dapat
fotosintesis yang berupa perbandingan laju dilihat pada Tabel 6 yang menunjukkan
fotosintesis dan transpirasi tanaman. bahwa terdapat korelasi antara bobot

INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN | VOLUME 9 NO. 1 11


[EVALUASI KARAKTER AGRONOMI DAN LAJU FOTOSINTESIS EMPAT GENOTIPE SORGUM (Sorghum bicolor [L.] Moench)]
- Indah Yustika Putri, M. Syamsoel Hadi, Kukuh Setiawan, M. Kamal

dompolan dan bobot kering daun sebesar hasil tanaman sorgum. Selain itu, laju
r=0,38*. fotosintesis juga tidak memiliki
pengaruh langsung terhadap bobot
Berdasarkan hasil analisis lintas yang
dompolan. Nilai koefisien korelasi dan
disajikan pada Tabel 7, menunjukkan
pengaruh langsung tertinggi yaitu pada
bahwa jumlah biji memiliki pengaruh
jumlah biji dengan koefesien korelasi
langsung yang hampir setara dengan
sebesar r=0,945** dan pengaruh
korelasinya. Hal ini menandakan bahwa
langsung sebesar 0,938.
jumlah biji yang menjadi faktor penyebab
dan bobot dompolan yang menjadi faktor
akibat benar-benar menerangkan tata DAFTAR PUSTAKA
hubungan yang sesungguhnya (Singh dan
Chaudary, 1979). Melakukan seleksi Abercrombie, M., Hickman, M., Johnson,
langsung terhadap jumlah biji untuk M. L., dan Thain, M. 1993. Kamus
mendapatkan bobot dompolan yang berat Lengkap Biologi Edisi ke 8
akan efektif karena jumlah biji memiliki diterjemahkan oleh: Sutarmi, T. S
pengaruh langsung yang paling besar dan Nawangsari, S. Erlangga.
(0,938). Pemilihan jumlah biji sebagai Jakarta. 676 hlm.
kriteria seleksi juga karena jumlah biji dan
bobot dompolan memiliki nilai koefisien Falconer, D.S. 1963. Qualitatively
korelasi yang tinggi yaitu r=0,945**. Different Responses Selection in
Opposite Direction in Statistical
Genetics and Plant Breeding (Eds).
KESIMPULAN National Academy of Science-
National Research Council.
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang Wangsinton D.C. 982 p.
telah diuraikan maka dapat diambil
simpulan bahwa: Falconer, D.S. 1996. Introduction to
1. Terdapat perbedaan karakter agronomi Quantitative Genetics. Long Man.
pada empat genotipe sorgum. Super-2 England. 480 p.
merupakan genotipe dengan diameter
batang (12,63 mm) dan panjang batang Juliarina, N.W. 2012. Kapasitas
(248,90 cm) yang lebih tinggi fotosintesis lima varietas kacang
dibandingkan tiga genotipe lainnya. tanah (Arachis hypogea L.) dalam
Selain itu, Super-2 merupakan salah hubungannya dengan produktivitas.
satu genotipe dengan hasil tertinggi Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
setelah GH-13 dalam hal bobot 1000 Bogor. 115 hlm.
butir biji kering (27,06 g) dan jumlah
biji (1178 butir). Kamal, M., Hadi, M.S., Pramono, E. 2020.
2. Terdapat perbedaan laju fotosintesis Teknologi Budidaya dan
pada empat genotipe sorgum, GH-13 Penyimpanan Benih Sorgum
(29,21 µmolCO2 m⁻² s⁻¹) merupakan (Sorghum bicolor [L.] Moench).
genotipe yang memiliki laju fotosintesis Anugrah Utama Raharja. Bandar
tertinggi dibandingkan dengan tiga Lampung.
genotipe lainnya yaitu GH-7 (18,86
µmolCO2 m⁻² s⁻¹), Super-2 (12,74 Kang , M.S., Zuber, M.S. dan Krause, G.F.
µmolCO2 m⁻² s⁻¹), dan P/F 5 193 C 1983. Path coefficient analysis of
grain yield and harvest grain
(14,04 µmolCO2 m⁻² s⁻¹).
moisture in maize. Tropics
3. Laju fotosintesis tidak berkorelasi
Agriculture (Trinidad). 60(4): 253-
terhadap komponen pertumbuhan dan
256.

12 VOLUME 9 NO. 1 | INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN


[EVALUASI KARAKTER AGRONOMI DAN LAJU FOTOSINTESIS EMPAT GENOTIPE SORGUM (Sorghum bicolor [L.]
Moench)]
- Indah Yustika Putri, M. Syamsoel Hadi, Kukuh Setiawan, M. Kamal

benth). Jurnal Penelitian Tanaman


Kartasapoetra, G. A. 1994. Teknologi Industri. 19(3): 108-116.
Penanganan Pasca Panen. PT
Rineka. Jakarta. 134 hlm. Singh, R.K. dan Chaudhary, B.D. 1979.
Biometrical Methods in
Kartina, N., Wibowo, B.P., Widiastuti, Y., Quantitative Genetic Analysis
Rumanti, A.I., dan Satoto. 2016. Revised Edition. Kalyani Publ.
Korelasi dan sidik lintas karakter New Delhi. 304 p.
agronomi padi hibrida. Jurnal Ilmu
Pertanian. 21(2): 76-83. Sitompul, M. dan Guritno, B. 1995.
Analisis Pertumbuhan Tanaman.
Li, R., Guo, P., Baum, M., Grando, S., dan Gadjah Mada University Press.
Ceccarelli, S. 2006. Evaluation of Yogyakarta. 412 hlm.
chlorophyll content and fluorescence
parameters as indicators of drought Sulistiowati, D., Muhammad, A.C.,
tolerance in barley. Agricultural Muhammad, S., Maya, M., dan
Sciences in China. 5(10): 751-757. Dwi, G. 2016. Karakter
fotosintesis genotipe tomat senang
Mansur, M. 2011. Laju fotosintesis jenis- naungan pada intensitas cahaya
jenis pohon pionir hutan sekunder rendah. Jurnal Hortikultura.
di taman nasional gunung halimun- 26(2): 181-188.
salak jawa barat. Jurnal Teknologi
Lingkungan. 12(1): 35-42. Suryanti, S., Indradewa, D., Putu, S., dan
Jaka, W. 2015. Kebutuhan air,
Paramita, A.I. 2018. Pengaruh beberapa efesiensi penggunaan air dan
genotipe sorgum terhadap ketahanan kekeringan kultivar
pertumbuhan dan hasil sorgum kedelai. Agritech. 35 (1): 115-120.
(Sorghum bicolor [ L.] Moench).
Skripsi. Fakultas Pertanian
Universitas Lampung. Bandar Taiz, L. dan Zeiger, E. 1998. Plant
Lampung. 66 hlm. Physiology-Second Edition. Sinauer
Pramono, E., Kamal, M., Susilo, F.X., dan Associates, Inc Publishers.
Timotiwu, P.B. 2019. Model
Massachussetts. 792 p.
hubungan karakter agronomi
berbagai genotipe sorgum (Sorghum Wijayanto, A., Didik, I., dan Eka, T.S.P.
bicolor [ L.] Moench) dengan 2015. Kuantitas dan kualitas hasil
produktivitas benihnya. Makalah pucuk enam klon teh sinensis
Seminar Nasional Peragi. 13 hlm. (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze
var Sinensis) di bagian kebun kayu
Raden, I., Bambang, S.P., Hariyadi., landak, pt. pagilaran. Jurnal
Munif, G., dan Edi, S. 2008. Vegatika. 4(3): 42-56.
Karakteristik daun jarak pagar
(Jatropha curcas L.) dan Winarni, I., Sumbadiwangsa, E.S., dan
hubungannya dengan fotosintesis. Setiawan, D. 2004. Pengaruh tempat
Bul. Agron. 36 (2): 168-175. tumbuh dan diameter batang terhadap
produktivitas pohon penghasil biji
Setiawan, T. dan Dja’far, S. 2013. tengkawang. Jurnal Penelitian Hasil
Pengaruh cekaman kurang air Hutan. 22(1): 23-33.
terhadap beberapa karakter fisiologis
tanaman nilam (Pogostemon cablin

INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN | VOLUME 9 NO. 1 13


[EVALUASI KARAKTER AGRONOMI DAN LAJU FOTOSINTESIS EMPAT GENOTIPE SORGUM (Sorghum bicolor [L.] Moench)]
- Indah Yustika Putri, M. Syamsoel Hadi, Kukuh Setiawan, M. Kamal

Halaman Kosong

14 VOLUME 9 NO. 1 | INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN

Anda mungkin juga menyukai