Indah Yustika Fix
Indah Yustika Fix
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter agronomi, laju fotosintesis, korelasi antara
komponen pertumbuhan, laju fotosintesis dan hasil tanaman sorgum. Penelitian ini juga bertujuan untuk
mengetahui pengaruh dan tak langsung laju fotosintesis terhadap komponen pertumbuhan dan komponen hasil
beberapa genotipe sorgum. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Universitas Lampung dari Januari-
Mei 2019. Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok
Lengkap (RAKL) yang terdiri atas 4 perlakuan dengan 3 ulangan. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah empat genotipe sorgum yaitu GH-13, GH-7, Super-2, dan P/F 5 193 C. Berdasarkan hasil penelitian,
terdapat variasi karakter agronomi dan laju fotosintesis pada empat genotipe sorgum. Super-2 memiliki
penampilan agronomi dan hasil yang lebih tinggi diantara genotipe lainnya, sedangkan GH-13 merupakan
genotipe dengan laju fotosintesis tertinggi (29,21 µmol CO2 m⁻² s⁻¹) dibanding genotipe lainnya. Laju
fotosintesis tidak berkorelasi dan tidak berpengaruh langsung terhadap bobot dompolan beberapa genotipe
sorgum. Jumlah biji adalah variabel yang memiliki nilai koefisien korelasi tertinggi dengan bobot dompolan
(r=0,945**), dan nilai koefisien pengaruh langsung terhadap bobot dompolan tertinggi yaitu sebesar 0,938. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa jumlah biji dapat dijadikan kriteria seleksi pemuliaan pada penelitian yang
selanjutnya.
Abstract: The experiment aimed to investigate agronomic characteristic and photosynthetic rate of some
sorghum genotypes (Sorghum bicolor [L.] Moench), correlation between growth components, yield components,
and photosynthetic rate. Not only that, the experiment also aimed to investigate the direct and indirect effect
photosynthetic rate to growth components and yield components of some sorghum genotype. The experiment
was conducted in Lapangan Terpadu University of Lampung from January-Mei 2019. The treatment was
arranged by single factor in completely randomized block design (CRBD) with three reps. The treatment was
four sorghum genotypes, namely GH-13, GH-7, Super-2, and P/F 5 193 C. The results showed that among the
genotypes in this experiment, the best agronomic characteristic and best grain producer was Super-2, while for
the highest photosynthetic rate was GH-13 (29,21 µmol CO 2 m⁻² s⁻¹). Result of this experiment showed that
photosynthetic did not correlate with growth components and yield components. Among the variables observed,
number of seed (grain) had the highest correlation with head weight (r=0,945**). The number of seed (grain)
also had the highest direct coefficient to head weight (0,938). It indicates that number of seed (grain) can be a
good criteria of selection in the next experiment.
Keywords: Agronomic chracteristic, genotypes , photosynthetic rate.
1994). Keunggulan tanaman sorgum yang Karakter hasil suatu tanaman akan
tahan kering ini dapat menjadi salah satu memiliki hubungan dengan karakter
upaya untuk membantu optimalisasi lahan- pertumbuhan tanaman, hal tersebut sejalan
lahan pertanian dengan curah hujan yang dengan Kang et al. (1983) yang
rendah (Kamal et al., 2020). melaporkan bahwa korelasi positif antara
hasil jagung dan tinggi tanaman sebesar r=
Pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum 0,67* dan berat tongkol sebesar r = 0,78*.
ditentukan oleh genetik dan Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan
lingkungannya. Genotipe menyatakan bahwa adanya korelasi dan perlu
keadaan genetik suatu tanaman. Setiap dilakukannya analisis lintas untuk
genotipe memiliki pertumbuhan dan hasil mengetahui pengaruh langsung dan tidak
yang berbeda- beda hal ini dapat dilihat langsung.
dari karakter agronomi (generatif dan Analisis lintas adalah suatu metode
vegetatif). Salah satu upaya untuk yang digunakan untuk memperlihatkan
meningkatkan pertumbuhan tanaman hubungan dan pengaruh antar karakter,
sorgum yaitu dengan menanam genotipe baik pengaruh langsung maupun pengaruh
yang sesuai dengan kondisi lingkungannya tidak langsung melalui karakter lain.
sehingga mendapatkan hasil yang Kartina et al. (2016), melaporkan bahwa
maksimal. hasil analisis lintas menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh langsung positif
Salah satu bagian dari proses kehidupan antarkomponen hasil dan hasil tanaman
tanaman adalah fotosintesis. Fotosintesis padi. Karakter jumlah anakan produktif
merupakan suatu proses dimana tanaman dan jumlah gabah total memiliki pengaruh
melakukan sintesis senyawa anorganik langsung nyata dan positif terhadap hasil
(CO2 dan H2O) menjadi senyawa organik gabah dengan nilai koefisien lintasan
berupa gula. Laju fotosintesis sangat sebesar 0,4028 dan 0,2153. Karakter
bergantung pada fungsi fisiologis dan panjang malai juga memiliki pengaruh
morfologi suatu tanaman. Oleh karena itu, langsung nyata dan positif terhadap hasil
laju fotosintesis akan berbeda pada tiap gabah dengan nilai koefisien 0,095. Pada
tanaman. karakter jumlah gabah hampa, tinggi
tanaman, dan umur berbunga memberikan
Karakter daya hasil sangat dipengaruhi pengaruh langsung yang negatif yaitu
oleh karakter pertumbuhan dan karakter sebesar -0,165, -0,2828, dan -0,1911.
komponen hasil. Sehingga karakter daya
hasil, pertumbuhan, dan komponen hasil Pada tanaman sorgum komponen
memiliki hubungan yang sangat erat. pertumbuhan dan komponen hasil
Keeratan hubungan antar karakter tersebut memiliki pengaruh langsung, hal ini
dapat diketahui dengan analisis korelasi. disampaikan oleh (Pramono et al., 2019)
Metode ini digunakan untuk mengetahui bahwa tinggi tanaman yang merupakan
ada tidaknya hubungan antara karakter komponen pertumbuhan tanaman sorgum
yang ada dan karakter utama yaitu hasil, berpengaruh langsung terhadap bobot biji
sehingga berguna untuk memperbaiki per tanaman yang merupakan komponen
respon ikutan (correlated respon). Namun, hasil tanaman sorgum. Penelitian Pramono
tingkat korelasi tersebut tidak dapat et al. (2019) menunjukkan bahwa terdapat
menggambarkan hubungan langsung dan lima variabel yang memiliki nilai
tidak langsung antara fase pertumbuhan signifikan (P<0,005) dan tinggi tanaman
dan produksi suatu tanaman. Kelemahan memiliki nilai koefisien pengaruh langsung
tersebut dapat diatasi dengan tertinggi yaitu 0,74. Bobot kering daun
menggunakan analisis lintas (path juga berpengaruh langsung terhadap bobot
analysis) (Falconer, 1996). biji per tanaman dengan nilai
Hasil analisis sidik lintas menunjukkan perbedaan laju fotosintesis tersebut. Selain
bahwa tidak terdapat pengaruh langsung faktor internal tanaman, laju fotosintesis
pada laju fotosintesis terhadap bobot akan berbeda pula tergantung dengan
dompolan, namun terdapat pengaruh tidak faktor eksternal atau faktor lingkungan
langsung laju fotosintesis melalui bobot seperti suhu, udara, kelembapan udara,
kering daun sebesar 0,0021. Pengaruh intensitas cahaya, pH tanah, air tanah, dan
tidak langsung juga terdapat pada laju CO2 di sekitar lingkungan. Dalam
fotosintesis melalui bobot kering batang penelitian Mansur (2011), perbedaan laju
(0,00003) dan melalui jumlah biji sebesar fotosintesis juga ditemukan pada 20 jenis
0,1321. Hal tersebut dapat lebih jelas pohon di Taman Nasional Gunung
dilihat pada Gambar 2. Bobot kering daun Halimun-Salak. Perbedaan laju
juga memiliki pengaruh tidak langsung fotosintesis juga terlihat dalam penelitian
terhadap bobot dompolan melalui bobot yang dilakukan Juliarina
kering batang sebesar 0,0061, selain
memiliki pengaruh tidak langsung bobot
kering batang juga memiliki pengaruh (2012). Berdasarkan hasil penelitiannya,
langsung terhadap bobot dompolan yaitu laju fotosintesis pada lima varietas kacang
0,0011. Pada Gambar 4 juga menunjukkan tanah berbeda-beda. Varietas kelinci
bahwa terdapat pengaruh tidak langsung merupakan varietas yang memiliki laju
jumlah biji terhadap bobot dompolan fotosintesis tertinggi (9,92 µmol
melalui bobot 1000 butir dan bobot kering CO2/m /s).
2
Perbedaan laju fotosintesis
batang. Berdasarkan analisis sidik lintas juga dipengaruhi oleh faktor eksternal
menunjukkan bahwa terdapat tiga variabel tanaman salah satunya adalah CO2. Hal ini
yang memiliki pengaruh langsung terhadap sesuai dengan penelitian yang dilakukan
bobot dompolan yaitu jumlah biji, bobot Raden et al. (2008), penelitian tersebut
kering batang,dan bobot 1000 butir. menunjukkan bahwa laju fotosintesis
Analisis sidik lintas juga menunjukkan secara signifikan dipengaruhi oleh
bahwa veriabel dengan nilai koefesien besarnya selisih konsentrasi CO2 yang
pengaruh langsung terbesar yaitu pada mengalir ke dalam dan keluar daun, suhu
jumlah biji (0,9384). daun, jumlah stomata yang terbuka, dan
radiasi aktif fotosintesis daun (PAR).
0,0061 0,01145
BKD BKB BD
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di Lapangan Terpadu, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung. Keempat
0, DB
LF
0,1321
JB
0,0120
B1000
genotipe yaitu GH-7, GH-13, Super-2, dan
P/F 5 193 C memiliki perbedaan karakter
agronomi. Selain itu, Laju fotosintesis
pada empat genotipe tersebut juga berbeda.
Gambar 2. Diagram jalur pengaruh Genotipe sorgum memiliki pengaruh
langsung dan tidak langsung laju terhadap laju fotosintesis dan komponen
fotosintesis terhadap bobot dompolan. pertumbuhan dan juga terdapat perbedaan
komponen hasil pada masing-masing
Komponen pertumbuhan dan hasil suatu genotipe tanaman sorgum yang diamati.
tanaman juga akan dipengaruhi oleh suatu
proses penting yang disebut fotosintesis.
Menurut Mansur (2011) setiap jenis atau D. Perbedaan karakter agronomi dan
genotipe tanaman akan memiliki laju laju fotosintesis beberapa genotipe
fotosintesis yang berbeda-beda. Perbedaan sorgum
karekter, anatomi dan fisiologi suatu Genotipe sorgum memiliki pengaruh
tanaman yang menjadi penyebab terhadap beberapa karakter agronomi dan
memiliki tingkat kehijauan daun yang pada daun relatif berkorelasi positif
tinggi. terhadap fotosintesis.
Laju fotosintesis pada empat genotipe Proses terjadinya transpirasi diawali
sorgum yang diamati dipengaruhi oleh dengan penyerapan air melalui akar
genotipe. Genotipe berpengaruh sangat kemudian melewati bagian batang dan
nyata terhadap laju fotosintesis. Laju ditranportasikan ke daun. Setelah itu akan
fotosintesis dipengaruhi oleh beberapa terjadi penguapan air melalui stomata ke
faktor diantaranya adalah umur daun, atmosfir. Proses terjadinya transpirasi
genotipe, besarnya kebutuhan sink tiap yang melibatkan bagian-bagian tanaman
tanaman, dan pengaruh lingkungan itulah yang menyebabkan setiap tanaman
lainnya. Sesuai dengan hasil penelitian akan menghasilkan laju transpirasi yang
yang telah dilakukan, penelitian berbeda (Abercrombie et al., 1993).
Sulistiowati (2016) juga menunjukkan Dalam penelitian ini, pengukuran laju
bahwa genotipe berpengaruh nyata transpirasi juga dilakukan pada dua daun
terhadap laju fotosintesis. Pengukuran laju tanaman sorgum, yaitu daun bendera dan
fotosintesis dilakukan dengan daun yang berada di bawah daun bendera.
menggunakan LI-6800 Portable Berdasarkan hasil penelitian, empat
Photosynthesis System dengan mengukur genotipe sorgum menunjukkan adanya
dua bagian daun yaitu daun bendera dan perbedaan laju transpirasi dan berpengaruh
daun yang berada di bawah daun bendera. sangat nyata terhadap laju transpirasi
Berdasarkan hasil penelitian, GH-13 tanaman sorgum. Hal ini sesuai dengan
merupakan genotipe yang memiliki laju penelitian Wijayanto et al. (2015) bahwa
fotosintesis terbaik bila dibandingkan klon-klon asamika dan klon-klon sinensis
dengan genotipe lainnya. Terdapat memiliki laju transpirasi yang berbeda .
perbedaan laju fotosintesis antara daun Berdasarkan penelitiannya, klon teh
bendera dan daun yang berada di bawah sinensis memiliki laju transpirasi yang
daun bendera. Laju fotosintesis pada cendrung lebih lambat apabila
penelitian ini menunjukkan bahwa daun dibandingkan dengan klon teh asamika.
yang berada di bawah daun bendera Perbedaan laju transpirasi juga terlihat
memiliki laju fotosintesis yang lebih tinggi pada empat varietas tanaman nilam dengan
apabila dibandingkan dengan laju rata-rata laju transpirasi tertinggi yaitu
fotosintesis yang berada di daun bendera. pada Varietas Sidikilang (0,827 mmol H2O
Mansur et al. (2011) mengemukakan m -2 s -1) (Setiawan et al., 2013).
bahwa daun yang lebih dahulu tumbuh Pada komponen hasil, genotipe
akan memiliki warna daun yang lebih berpengaruh nyata terhadap panjang malai
hijau. Warna daun berkaitan dengan tanaman sorgum. Perbedaan panjang malai
jumlah klorofil yang ada di daun. Jumlah suatu tanaman dipengaruhi oleh genetik
klorofil menjadi salah satu faktor yang dan lingkungannya. Penelitian Khasanah
akan mempengaruhi laju fotosintesis. et al. (2016) juga menunjukkan adanya
Menurut Taiz and Zeiger (2006) perbedaan panjang malai pada empat
kandungan klorofil menjadi tolok ukur genotipe sorgum yang diamati. GH-7
pertumbuhan yang berkaitan dengan menjadi genotipe dengan panjang malai
produksi suatu tanaman. Hal tersebut tertinggi yaitu 19,56 cm.
karena klorofil menjadi salah satu bagian
yang penting dalam penyerapan cahaya Komponen hasil tanaman merupakan
yang kemudian digunakan sebagai energi aspek yang sangat penting dalam
untuk reaksi-reaksi fotosintesis. melakukan seleksi guna mendapatkan
Kandungan kloroplas yang paling utama varietas yang unggul. Berdasarkan hasil
adalah klorofil. Li et al. (2006) penelitian, GH-13 dan Super-2 memiliki
mengemukakan bahwa kandungan klorofil komponen hasil yang lebih baik
dompolan (head). Bobot kering tanaman Bobot kering daun berkorelasi dengan
yang meliputi bobot kering batang dan bobot dompolan (head) dan bobot kering
bobot kering daun berkorelasi nyata batang. Daun merupakan organ tanaman
dengan hasil tanaman yang dalam hal ini yang berperan penting dalam melakukan
adalah bobot dompolan. Hal ini juga fotosintesis. Hasil fotosintesis akan
terjadi pada penelitian Rahmawati et al. ditranslokasikan ke seluruh bagian
(2016) bahwa bobot kering tanaman tanaman diantaranya adalah batang dan
berkorelasi positif terhadap bobot polong biji. Bobot kering daun merupakan
basah dan bobot polong hijau. Korelasi gambaran hasil fotosintat tanaman dimana
positif nyata tersebut memiliki arti bahwa semakin besar bobot kering daun maka
semakin banyak fotosintat yang akan semakin besar pula hasil
ditranslokasikan ke bagian batang dan fotosintatnya. Dalam penelitian ini,
daun maka akan semakin banyak juga menunjukkan bahwa bobot kering daun
fotosintat yang ditranslokasikan ke bagian berkorelasi dan bobot dompolan (head)
hasil yang berupa biji dan polong. dan bobot kering batang dengan nilai
koefisien berturut-turut sebesar r=0,37*
Diameter batang berkorelasi dengan
dan sebesar r=0,53**.
bobot dompolan (head) dan jumlah biji
dengan nilai koefisien korelasi berturut
turut adalah r=0,44* dan r=0,48**. Hal ini F. Hasil analisis lintas beberapa
menunjukkan bahwa semakin besar komponen terhadap bobot dompolan
diameter batang makan akan menghasilkan (head)
bobot dompolan (head) dan jumlah biji Analisis lintas menunjukan bahwa tidak
yang semakin besar juga. Winarni et al. terdapat pengaruh langsung laju
(2004) melaporkan bahwa diameter batang fotosintesis terhadap bobot dompolan,
berkorelasi dengan biji tanaman yang namun terdapat pengaruh langsung laju
dihasilkan dalam satuan kilogram. Hal ini fotosintesis melalui bobot kering daun,
terjadi karena diameter yang semakin besar bobot kering batang dan jumlah biji.
akan berpengaruh terhadap proses Pengaruh tidak langsung laju fotosintesis
pengangkutan air dan zat hara yang terhadap bobot dompolan melalui bobot
semakin maksimal. Kuantitas fotosintesis kering daun menandakan bahwa produk
akan semakin tinggi sehingga akan hasil asimilat juga ditranslokasikan ke
menghasilkan bunga dan biji yang semakin bagian hasil tanaman secara baik. Hal ini
banyak. berarti laju fotosintesis memiliki pengaruh
terhadap hasil yang berupa bobot
dompolan walaupun secara tidak
langsung.
Terdapat pula pengaruh tidak langsung
laju fotosintesis terhadap bobot dompolan
yaitu melalui bobot kering batang.
Berdasarkan analisis korelasi, bobot kering
batang berkorelasi dengan diameter batang,
hal tersebut berarti semakin berat bobot
kering batang maka akan diikuti pula
diameter batang yang semakin besar.
Menurut Muniarti dan Sjarif (2013)
asimilat yang berasal dari fotosintesis
harus didistribusikan ke bagian organ-
organ penerima (sink), sehingga perlu
adanya sistem pengangkutan yang baik.
Laju asimilat tersebut bergantung pada Berbeda dengan penelitian Krisanto et al.
bagian batang dalam hal ini adalah (2014) yang melaporkan bahwa laju
diameter batang. Semakin besar diameter fotosintesis yang tinggi akan diikuti
batang maka akan memiliki luas potongan dengan bobot kering tanaman yang tinggi
floem yang lebih besar. Hal tersebut juga pula. Pada penelitiannya menuunjukkan
didukung dengan adanya korelasi antara bahwa tanaman sorgum varietas sorgama 5
diameter batang 9 MST dan bobot memiliki laju fotosintesis yang tinggi dan
dompolan. Selain itu, laju fotosintesis juga diikuti dengan bobot kering tanaman yang
memiliki pengaruh tidak langsung terhadap berat pula, namun pada penelitian ini,
bobot dompolan melalui jumlah biji. tingginya laju fotosintesis pada GH-13
tidak diikuti dengan tingginya pula bobot
Beradasarkan analisis sidik litas,
kering tanaman. Oleh karena itu, laju
terdapat 3 variabel yang berpengaruh
fotosintesis tidak berpengaruh langsung
langsung terhadap bobot dompolan yaitu
terhadap bobot dompolan pada penelitian
jumlah biji, bobot 1000 butir, dan bobot
ini.
kering batang. Jumlah biji memiliki nilai
koefisien pengaruh langsung yang paling Pengaruh langsung positif juga
tinggi yaitu 0,938. Berdasarkan penelitian ditemukan pada bobot kering batang
Wirnas et al. (2006) tanaman dengan dengan nilai koefisien pengaruh langsung
jumlah polong banyak akan menghasilkan yaitu 0,011. Bobot kering batang
bobot biji pertanaman yang berat. Bobot mencerminkan fotosintat pada suatu
1000 butir memiliki nilai koefisien tanaman. Semakin berat bobot kering
pengaruh langsung sebesar 0,172, hal batang maka akan berpengaruh terhadap
tersebut menunjukkan bahwa bobot 1000 bobot dompolan tanaman sorgum. Hal
butir berpengaruh langsung terhadap bobot tersebut juga dapat dilihat dari koefisien
dompolan. Hal ini mungkin terjadi karena korelasi yang cukup tinggi antara bobot
ukuran biji yang dihasilkan oleh tanaman dompolan dan bobot kering batang sebesar
memiliki ukuran yang besar, sehingga r=0,479**. Nilai koefisien korelasi
berpengaruh terhadap bobot 1000 butir. tersebut manandakan bahwa semakin berat
Bobot 1000 butir yang semakin besar maka bobot kering batang maka akan semakin
bobot dompolan akan semakin besar pula. berat pula bobot dompolan tanaman
Selain ukuran biji, hal ini juga diduga sorgum. Bobot kering batang juga
karena adanya perbedaan kadar air pada berpengaruh tidak langsung terhadap bobot
biji tiap genotipe tanaman sorgum. dompolan malalui jumlah biji dengan
koefisien pengaruh tidak langsung sebesar
Tidak adanya pengaruh langsung laju
0,438.
fotosintesis terhadap bobot dompolan
diduga kerena tidak adanya korelasi antara Terdapat pengaruh tidak langsung pada
bobot kering tanaman dan laju fotosintesis. bobot 1000 butir biji kering terhadap bobot
Apabila dilihat pada Gambar 3, rasio dompolan melalui bobot kering daun
fotosintesis tertinggi yaitu pada Super-2 dengan nilai koefisien pengaruh tidak
yang juga memiliki bobot kering tanaman langsung sebesar 0,001. Meskipun laju
yang lebih tinggi dibandingkan dengan fotosintesis tidak bepengaruh langsung
genotipe lainnya sehingga dapat dikatakan dalam penelitian ini, namun pengaruh tidak
bahwa yang memiliki hubungan dengan langsung pada bobot 1000 butir melalui
bobot kering tanaman adalah rasio bobot kering batang menandakan bahwa
fotosintesis. Dalam penelitian ini diduga hasil fotosintesis yang berupa bobot kering
bahwa yang mendorong fotosintat bukan tanaman memiliki pengaruh terhadap
laju fotosintesis melainkan rasio bobot dompolan. Hal tersebut juga dapat
fotosintesis yang berupa perbandingan laju dilihat pada Tabel 6 yang menunjukkan
fotosintesis dan transpirasi tanaman. bahwa terdapat korelasi antara bobot
dompolan dan bobot kering daun sebesar hasil tanaman sorgum. Selain itu, laju
r=0,38*. fotosintesis juga tidak memiliki
pengaruh langsung terhadap bobot
Berdasarkan hasil analisis lintas yang
dompolan. Nilai koefisien korelasi dan
disajikan pada Tabel 7, menunjukkan
pengaruh langsung tertinggi yaitu pada
bahwa jumlah biji memiliki pengaruh
jumlah biji dengan koefesien korelasi
langsung yang hampir setara dengan
sebesar r=0,945** dan pengaruh
korelasinya. Hal ini menandakan bahwa
langsung sebesar 0,938.
jumlah biji yang menjadi faktor penyebab
dan bobot dompolan yang menjadi faktor
akibat benar-benar menerangkan tata DAFTAR PUSTAKA
hubungan yang sesungguhnya (Singh dan
Chaudary, 1979). Melakukan seleksi Abercrombie, M., Hickman, M., Johnson,
langsung terhadap jumlah biji untuk M. L., dan Thain, M. 1993. Kamus
mendapatkan bobot dompolan yang berat Lengkap Biologi Edisi ke 8
akan efektif karena jumlah biji memiliki diterjemahkan oleh: Sutarmi, T. S
pengaruh langsung yang paling besar dan Nawangsari, S. Erlangga.
(0,938). Pemilihan jumlah biji sebagai Jakarta. 676 hlm.
kriteria seleksi juga karena jumlah biji dan
bobot dompolan memiliki nilai koefisien Falconer, D.S. 1963. Qualitatively
korelasi yang tinggi yaitu r=0,945**. Different Responses Selection in
Opposite Direction in Statistical
Genetics and Plant Breeding (Eds).
KESIMPULAN National Academy of Science-
National Research Council.
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang Wangsinton D.C. 982 p.
telah diuraikan maka dapat diambil
simpulan bahwa: Falconer, D.S. 1996. Introduction to
1. Terdapat perbedaan karakter agronomi Quantitative Genetics. Long Man.
pada empat genotipe sorgum. Super-2 England. 480 p.
merupakan genotipe dengan diameter
batang (12,63 mm) dan panjang batang Juliarina, N.W. 2012. Kapasitas
(248,90 cm) yang lebih tinggi fotosintesis lima varietas kacang
dibandingkan tiga genotipe lainnya. tanah (Arachis hypogea L.) dalam
Selain itu, Super-2 merupakan salah hubungannya dengan produktivitas.
satu genotipe dengan hasil tertinggi Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
setelah GH-13 dalam hal bobot 1000 Bogor. 115 hlm.
butir biji kering (27,06 g) dan jumlah
biji (1178 butir). Kamal, M., Hadi, M.S., Pramono, E. 2020.
2. Terdapat perbedaan laju fotosintesis Teknologi Budidaya dan
pada empat genotipe sorgum, GH-13 Penyimpanan Benih Sorgum
(29,21 µmolCO2 m⁻² s⁻¹) merupakan (Sorghum bicolor [L.] Moench).
genotipe yang memiliki laju fotosintesis Anugrah Utama Raharja. Bandar
tertinggi dibandingkan dengan tiga Lampung.
genotipe lainnya yaitu GH-7 (18,86
µmolCO2 m⁻² s⁻¹), Super-2 (12,74 Kang , M.S., Zuber, M.S. dan Krause, G.F.
µmolCO2 m⁻² s⁻¹), dan P/F 5 193 C 1983. Path coefficient analysis of
grain yield and harvest grain
(14,04 µmolCO2 m⁻² s⁻¹).
moisture in maize. Tropics
3. Laju fotosintesis tidak berkorelasi
Agriculture (Trinidad). 60(4): 253-
terhadap komponen pertumbuhan dan
256.
Halaman Kosong