Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEAMANAN TEKNOLOGI INFORMASI

“ DISASTER RECOVERY ”

Dosen Pengampu:

Hadi Kurnia Saputra S.Pd.,M.Kom

Disusun Oleh :

Rahmad Avriantias Aulia (20076060)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA


DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini
merupakan tugas dari mata kuliah keamanan teknologi informasi, yang bertujuan untuk
memberikan pengetahuan tentang disaster recovery dalam bidang IT.

Disaster recovery memegang peran penting dalam dunia teknologi informasi. Melalui
disaster recovery, perusahaan dapat meminimalisir kerugian yang mungkin terjadi akibat
bencana alam, kegagalan sistem, atau keamanan siber. Oleh karena itu, sangat penting bagi
perusahaan untuk memiliki rencana disaster recovery yang handal dan teruji.

Saya berharap makalah ini dapat membantu meningkatkan nilai kuliah dan
memberikan wawasan tentang disaster recovery dalam bidang IT. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan informasi tentang disaster recovery. Kritik
dan saran yang membangun sangat saya harapkan untuk perbaikan kualitas makalah ini di
masa yang akan datang.

Akhir kata, saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Padang, 06 February 2023

Rahmad Avriantias Aulia

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar belakang.......................................................................................................................1
1.2 Tujuan dan manfaat...............................................................................................................1
1.3 Ruang lingkup dan batasan masalah......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................3
2.1 Definisi dan Konsep Disaster Recovery..................................................................................3
2.2 Metode Disaster Recovery.....................................................................................................4
2.3 Teknologi Disaster Recovery..................................................................................................6
2.4 Prosedur Disaster Recovery...................................................................................................7
2.5 Analisis Kerugian....................................................................................................................9
2.6 Studi Kasus...........................................................................................................................10
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................12
3.2 Saran untuk perbaikan dan pengembangan Disaster Recovery dalam bidang IT.................12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Dunia teknologi informasi (IT) telah menjadi bagian penting dalam kegiatan bisnis
dan organisasi. Ketersediaan dan keandalan sistem IT menjadi sangat penting dalam
menunjang keberlangsungan bisnis. Namun, bencana alam, kegagalan sistem, dan aksi
sabotase dapat menyebabkan kerusakan pada sistem IT dan mengurangi produktivitas bisnis.

Untuk mengatasi hal ini, disaster recovery menjadi salah satu solusi penting dalam
bidang IT. Disaster recovery memfokuskan pada pemulihan sistem IT setelah terjadinya
bencana atau kegagalan sistem. Dengan disaster recovery, bisnis dapat memastikan bahwa
sistem IT akan kembali beroperasi secepat mungkin dan meminimalisir kerugian bisnis.

Oleh karena itu, disaster recovery menjadi hal yang sangat penting bagi bisnis dan
industri untuk memastikan keberlangsungan bisnis dan menjaga reputasi perusahaan. Oleh
karena itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang konsep, metode, teknologi, prosedur, dan
studi kasus disaster recovery dalam bidang IT.

1.2 Tujuan dan manfaat


Tujuan:
1. Mengetahui definisi dan konsep Disaster Recovery dalam bidang IT
2. Mengetahui metode dan teknologi yang digunakan dalam Disaster Recovery
3. Mengetahui prosedur dan langkah-langkah dalam Disaster Recovery
4. Mengetahui analisis kerugian dan studi kasus dalam Disaster Recovery

Manfaat:
1. Memahami pentingnya Disaster Recovery dalam bidang IT
2. Mengetahui bagaimana cara memastikan keberlangsungan bisnis dan meminimalisir
kerugian bisnis setelah terjadinya bencana atau kegagalan sistem
3. Mendapatkan informasi tentang teknologi dan metode yang digunakan dalam Disaster
Recovery
4. Mengetahui cara mengukur kerugian bisnis dan membuat rencana Disaster Recovery
5. Mendapatkan informasi tentang studi kasus Disaster Recovery dan mempelajari
bagaimana cara mengatasi masalah dalam Disaster Recovery.

1.3 Ruang lingkup dan batasan masalah


Ruang Lingkup:
1. Mengkaji definisi dan konsep Disaster Recovery dalam bidang IT
2. Menjelaskan metode dan teknologi yang digunakan dalam Disaster Recovery
3. Membahas prosedur dan langkah-langkah dalam Disaster Recovery
4. Menganalisis kerugian dan menjelaskan studi kasus Disaster Recovery dalam bidang
IT

Batasan Masalah:
1. Makalah ini hanya membahas Disaster Recovery dalam bidang IT

iv
2. Makalah ini tidak membahas Disaster Recovery pada bidang lain seperti manufaktur,
keuangan, atau bidang lain
3. Makalah ini tidak membahas detil teknik implementasi Disaster Recovery pada
sistem IT.

v
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Konsep Disaster Recovery


A. Definisi Disaster Recovery
Disaster Recovery adalah suatu proses yang sangat penting bagi
keberlangsungan bisnis dan meminimalisir kerugian bisnis setelah terjadinya bencana
atau kegagalan sistem. Proses ini bertujuan untuk memastikan bahwa bisnis dapat
terus beroperasi secara efisien dan produktif meskipun terjadi bencana atau kegagalan
sistem.

Disaster Recovery meliputi berbagai aspek, seperti rencana, prosedur, dan


teknologi untuk memulihkan sistem IT setelah terjadinya bencana. Proses ini
memastikan bahwa data dan informasi yang penting dapat dipulihkan dan dapat
digunakan kembali secepat mungkin. Ini penting karena data dan informasi ini sering
kali merupakan aset terpenting dari sebuah bisnis dan sangat mempengaruhi
keberlangsungan bisnis.

Dalam proses Disaster Recovery, perusahaan harus memastikan bahwa


sistem IT dapat dipulihkan secepat mungkin setelah terjadinya bencana. Ini bertujuan
untuk memastikan bahwa bisnis dapat terus beroperasi secara efisien dan produktif
dan meminimalisir kerugian bisnis. Proses ini juga memastikan bahwa data dan
informasi yang penting dapat dipulihkan dan dapat digunakan kembali secepat
mungkin.

Tujuan akhir dari Disaster Recovery adalah memastikan bahwa bisnis dapat
terus beroperasi secara efisien dan produktif meskipun terjadi bencana atau kegagalan
sistem. Oleh karena itu, perusahaan harus selalu memperbaharui proses Disaster
Recovery untuk memastikan bahwa sistem IT dapat terus beroperasi secara efisien
dan produktif setelah terjadinya bencana. Ini memastikan bahwa bisnis dapat terus
beroperasi secara efisien dan produktif dan meminimalisir kerugian bisnis.

Proses Disaster Recovery juga memastikan bahwa perusahaan memiliki


rencana aksi yang jelas dan terperinci untuk memulihkan sistem IT setelah terjadinya
bencana. Rencana aksi ini harus dilakukan dengan serius dan harus selalu
diperbaharui untuk memastikan bahwa sistem IT dapat terus beroperasi secara efisien
dan produktif setelah terjadinya bencana. Ini memastikan bahwa bisnis dapat terus
beroperasi secara efisien dan produktif dan meminimalisir kerugian bisnis.

B. Konsep Disaster Recovery


Disaster Recovery adalah suatu proses atau rencana yang diterapkan untuk
memulihkan sistem IT setelah terjadinya bencana atau kegagalan sistem. Konsep
Disaster Recovery bertujuan untuk memastikan bahwa bisnis dapat terus beroperasi
secara efisien dan produktif setelah terjadinya kegagalan sistem atau bencana. Ini
dilakukan dengan mengembangkan dan menerapkan suatu rencana pemulihan untuk
sistem IT, termasuk data, aplikasi, perangkat keras, dan jaringan.

Proses Disaster Recovery melibatkan identifikasi sumber daya yang


diperlukan untuk memulihkan sistem, memastikan bahwa sumber daya tersebut

vi
tersedia dan siap digunakan pada saat dibutuhkan, dan melakukan tes terhadap
rencana pemulihan untuk memastikan bahwa rencana tersebut efektif. Konsep ini
juga memperhitungkan faktor-faktor seperti waktu pemulihan, biaya pemulihan, dan
resiko bisnis untuk memastikan bahwa solusi pemulihan yang diterapkan adalah
solusi yang paling sesuai dan efektif untuk bisnis.

Disaster Recovery adalah bagian integral dari manajemen risiko bisnis dan
merupakan konsep yang sangat penting untuk dipertimbangkan dalam mengelola dan
mempertahankan sistem IT. Ini memastikan bahwa bisnis dapat terus beroperasi
secara efisien dan produktif dan meminimalisir kerugian bisnis jika terjadi kegagalan
sistem atau bencana.

C. Perbedaan antara Disaster Recovery dan Business Continuity Planning (BCP)


Disaster Recovery (DR) dan Business Continuity Planning (BCP) adalah dua
konsep yang berbeda namun saling terkait dalam manajemen risiko bisnis.

Disaster Recovery bertujuan memulihkan sistem IT setelah terjadinya


bencana atau kegagalan sistem. Ini melibatkan identifikasi sumber daya yang
diperlukan untuk memulihkan sistem, memastikan bahwa sumber daya tersebut
tersedia dan siap digunakan pada saat dibutuhkan, dan melakukan tes terhadap
rencana pemulihan untuk memastikan bahwa rencana tersebut efektif.

Di sisi lain, Business Continuity Planning (BCP) bertujuan untuk memastikan


bahwa bisnis dapat terus beroperasi secara efisien dan produktif meskipun terjadi
bencana atau kegagalan sistem. Ini melibatkan identifikasi dan evaluasi risiko bisnis,
pengembangan rencana bisnis untuk memastikan bahwa bisnis dapat terus beroperasi
meskipun terjadi kegagalan sistem, dan melibatkan seluruh aspek bisnis, termasuk
sumber daya manusia, sumber daya finansial, dan infrastruktur bisnis.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Disaster Recovery fokus pada memulihkan


sistem IT, sementara BCP fokus pada memastikan bahwa bisnis dapat terus
beroperasi secara efisien dan produktif meskipun terjadi bencana atau kegagalan
sistem. Kedua konsep ini sangat penting untuk dipertimbangkan dalam manajemen
risiko bisnis dan harus diterapkan secara bersamaan untuk memastikan bahwa bisnis
dapat terus beroperasi secara efisien dan produktif meskipun terjadi bencana atau
kegagalan sistem.

2.2 Metode Disaster Recovery


A. Backup dan Restore
Metode ini melibatkan penciptaan salinan backup data dan sistem secara
teratur, yang dapat digunakan untuk memulihkan sistem setelah terjadinya bencana.

B. Warm Site
Metode ini merupakan kombinasi antara Hot Site dan Cold Site. Fasilitas ini
memiliki infrastruktur IT parial, namun tidak lengkap seperti Hot Site, dan dapat
digunakan untuk memulihkan sistem setelah terjadinya bencana.

C. Hot Site

vii
Metode ini melibatkan pengaturan fasilitas cadangan yang siap digunakan
pada saat dibutuhkan. Fasilitas ini harus memiliki infrastruktur IT lengkap dan siap
digunakan untuk memulihkan sistem setelah terjadinya bencana.

D. Cold Site
Metode ini melibatkan pengaturan fasilitas cadangan yang tidak memiliki
infrastruktur IT lengkap. Fasilitas ini digunakan sebagai lokasi untuk memulihkan
sistem setelah terjadinya bencana, dengan mengandalkan sumber daya yang dapat
dibawa dan dipasang pada saat dibutuhkan.

E. Replikasi Data Real-Time


Metode ini melibatkan penciptaan salinan real-time dari data dan sistem, yang
dapat digunakan untuk memulihkan sistem setelah terjadinya bencana.

F. Kelebihan dan kekurangan masing-masing metode


1. Backup dan Restore:
- Kelebihan: Proses backup dan restore sangat sederhana dan tidak
membutuhkan banyak sumber daya. Ini juga merupakan metode paling
murah dibandingkan metode lainnya.
- Kekurangan: Waktu untuk memulihkan sistem dapat sangat lama jika
ukuran data yang perlu dikembalikan besar. Juga, risiko data terhapus
atau rusak selama proses backup dan restore cukup tinggi.

2. Hot Site:
- Kelebihan: Fasilitas ini memiliki infrastruktur IT lengkap dan siap
digunakan sehingga waktu untuk memulihkan sistem akan sangat
singkat.
- Kekurangan: Fasilitas Hot Site cukup mahal dan membutuhkan banyak
sumber daya untuk memastikan infrastruktur siap digunakan pada saat
dibutuhkan.

3. Cold Site:
- Kelebihan: Fasilitas Cold Site lebih murah dibandingkan Hot Site dan
lebih mudah dalam hal pengaturan dan pemeliharaan.
- Kekurangan: Waktu untuk memulihkan sistem lebih lama dibandingkan
Hot Site karena harus mengandalkan pemasangan sumber daya pada saat
dibutuhkan.

4. Warm Site:
- Kelebihan: Fasilitas Warm Site merupakan kombinasi dari Hot Site dan
Cold Site, sehingga menawarkan kelebihan dan kekurangan dari kedua
jenis fasilitas tersebut.
- Kekurangan: Fasilitas Warm Site cenderung lebih mahal dibandingkan
Cold Site dan lebih lama dalam hal waktu memulihkan sistem
dibandingkan Hot Site.

5. Replikasi Data Real-Time:


- Kelebihan: Proses replikasi data real-time memastikan bahwa data dan
sistem selalu up-to-date dan siap digunakan pada saat dibutuhkan.

viii
- Kekurangan: Proses replikasi data real-time membutuhkan sumber daya
yang cukup besar dan memiliki risiko yang tinggi jika terjadi kegagalan
sistem selama proses replikasi.

2.3 Teknologi Disaster Recovery


A. Virtualisasi
Virtualisasi adalah salah satu teknologi disaster recovery yang
memungkinkan sistem dan aplikasi untuk berjalan di lingkungan virtual. Kelebihan
dari teknologi ini adalah mudah untuk melakukan migrasi sistem dan aplikasi dari
satu host ke host lain ketika terjadi disaster. Selain itu, dengan menggunakan
virtualisasi juga mempermudah dalam melakukan testing dan validasi terhadap sistem
dan aplikasi sebelum dipindahkan ke lingkungan produksi.

Namun, kekurangan dari virtualisasi adalah ketergantungan pada hardware


host dan keterbatasan sumber daya yang tersedia. Ketergantungan pada hardware host
berarti bahwa jika hardware host mengalami masalah maka sistem dan aplikasi yang
berjalan di dalamnya juga akan terpengaruh. Sementara itu, keterbatasan sumber daya
yang tersedia berarti bahwa jika sumber daya yang dibutuhkan untuk sistem dan
aplikasi melebihi dari sumber daya yang tersedia maka performa dari sistem dan
aplikasi tersebut akan menurun.

B. Cloud Computing
Cloud computing adalah salah satu teknologi disaster recovery yang
memungkinkan sistem dan aplikasi untuk berjalan di lingkungan cloud. Kelebihan
dari teknologi ini adalah mudah untuk melakukan migrasi sistem dan aplikasi dari
satu lokasi ke lokasi lain ketika terjadi disaster. Selain itu, dengan menggunakan
cloud computing juga mempermudah dalam melakukan testing dan validasi terhadap
sistem dan aplikasi sebelum dipindahkan ke lingkungan produksi.
Namun, kekurangan dari cloud computing adalah ketergantungan pada
konektivitas jaringan internet dan keterbatasan sumber daya yang tersedia.
Ketergantungan pada konektivitas jaringan internet berarti bahwa jika konektivitas
jaringan internet mengalami masalah maka sistem dan aplikasi yang berjalan di
dalamnya juga akan terpengaruh. Sementara itu, keterbatasan sumber daya yang
tersedia berarti bahwa jika sumber daya yang dibutuhkan untuk sistem dan aplikasi
melebihi dari sumber daya yang tersedia maka performa dari sistem dan aplikasi
tersebut akan menurun.
C. Backup dan Recovery Solutions
Backup and recovery solutions adalah salah satu teknologi disaster recovery
yang memungkinkan untuk melakukan backup dan recovery data. Kelebihan dari
teknologi ini adalah mudah untuk melakukan backup data dan mudah untuk
melakukan recovery data. Selain itu, dengan menggunakan teknologi ini juga
mempermudah dalam melakukan testing dan validasi terhadap backup data sebelum
dipindahkan ke lingkungan produksi.
Namun, kekurangan dari teknologi ini adalah memerlukan waktu yang cukup
lama untuk melakukan backup data dan recovery data. Selain itu, jika data yang
dibackup sangat besar maka memerlukan ruang penyimpanan yang cukup besar pula.
Oleh karena itu, perlu diterapkan metode backup yang tepat agar waktu dan ruang
penyimpanan dapat ditekan serendah mungkin
D. Manajemen Data dan Informasi

ix
Manajemen data dan informasi adalah salah satu teknologi disaster recovery
yang memfokuskan pada pengelolaan dan pemeliharaan data dan informasi.
Kelebihan dari teknologi ini adalah memastikan bahwa data dan informasi dapat
diakses dan digunakan kapan saja dan dimana saja. Selain itu, dengan menggunakan
teknologi ini juga mempermudah dalam melakukan backup data dan recovery data.
Namun, kekurangan dari teknologi ini adalah memerlukan biaya yang cukup
tinggi untuk membeli perangkat lunak dan hardware. Selain itu, jika tidak dilakukan
pemeliharaan yang baik dan benar maka dapat menimbulkan kerusakan pada data dan
informasi. Oleh karena itu, perlu diterapkan metode manajemen data dan informasi
yang tepat agar data dan informasi dapat terjaga dan terlindungi.

2.4 Prosedur Disaster Recovery


A. Langkah-langkah dalam Disaster Recovery
1. Analisis Risiko: Langkah pertama dalam prosedur disaster recovery adalah
menganalisis risiko dan menentukan bagaimana bencana dapat mempengaruhi
sistem dan data organisasi.
2. Perencanaan Strategi Disaster Recovery: Setelah risiko dianalisis, organisasi
harus menentukan strategi disaster recovery yang tepat, termasuk metode
backup dan recovery yang akan digunakan, teknologi disaster recovery yang
akan diimplementasikan, dan prosedur disaster recovery yang akan dilakukan.
3. Implementasi Teknologi Disaster Recovery: Langkah berikutnya adalah
mengimplementasikan teknologi disaster recovery yang dipilih, termasuk
backup dan recovery solutions, virtualisasi, cloud computing, dan manajemen
data dan informasi.
4. Uji Coba Disaster Recovery: Setelah teknologi disaster recovery
diimplementasikan, organisasi harus melakukan uji coba untuk memastikan
bahwa sistem dan data dapat diamankan dan dipulihkan secepat mungkin.
5. Dokumentasi Prosedur Disaster Recovery: Terakhir, organisasi harus
mengupdate dan menyimpan dokumentasi prosedur disaster recovery,
termasuk langkah-langkah yang harus diambil saat bencana terjadi, teknologi
yang digunakan, dan bagaimana sistem dan data dapat dipulihkan.

B. Business Impact Analysis (BIA)


Business Impact Analysis (BIA) adalah suatu proses yang digunakan untuk
mengidentifikasi dan mengevaluasi dampak dari kegagalan sistem atau proses bisnis
pada suatu organisasi. Ini membantu dalam menentukan prioritas dan membuat
rencana untuk memastikan kontinuitas bisnis.

Langkah-langkah dalam melakukan BIA adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi Sistem dan Proses Bisnis Kritis: Identifikasi sistem dan proses
bisnis yang sangat penting bagi organisasi dan memastikan bahwa mereka
berfungsi dengan baik.
2. Analisis Dampak Kegagalan: Menentukan dampak potensial dari kegagalan
dari setiap sistem dan proses bisnis kritis dan memastikan bahwa dampak
dapat diterima.
3. Determinasi Kebutuhan Kontinuitas Bisnis: Menentukan waktu maksimum
yang dapat diterima untuk downtime dan memastikan bahwa rencana untuk
memastikan kontinuitas bisnis ada.

x
4. Evaluasi Alternatif: Menentukan alternatif untuk memastikan kontinuitas
bisnis dan memastikan bahwa solusi yang paling efektif dan efisien
digunakan.
5. Perencanaan dan Implementasi: Menentukan langkah-langkah yang
diperlukan untuk menerapkan solusi dan memastikan bahwa mereka
diterapkan dengan benar dan tepat waktu.

Dengan melakukan BIA, organisasi dapat memastikan bahwa mereka


memiliki rencana yang solid untuk memastikan kontinuitas bisnis dan memastikan
bahwa dampak dari kegagalan sistem dan proses bisnis dapat diterima.

C. Pembuatan rencana Disaster Recovery


Pembuatan rencana disaster recovery memiliki beberapa tahapan penting, di
antaranya:
1. Identifikasi bahaya: Identifikasi bahaya yang mungkin terjadi dan
bagaimana dampaknya pada bisnis, termasuk skenario bencana, seperti
banjir, gempa bumi, atau kebakaran.
2. Analisis dampak bisnis: Analisis dampak bisnis menentukan dampak
potensial dari bencana pada bisnis dan aset kritis, seperti kehilangan
pendapatan, biaya pemulihan, dan reputasi.
3. Penetapan prioritas: Penetapan prioritas menentukan urutan aset dan proses
bisnis yang harus dipulihkan setelah bencana terjadi.
4. Desain solusi: Desain solusi memiliki beberapa pilihan, seperti solusi
cadangan dan pemulihan, virtualisasi, dan cloud computing.
5. Implementasi dan pengujian: Setelah solusi direncanakan, implementasi dan
pengujian harus dilakukan untuk memastikan bahwa solusi dapat berfungsi
dengan baik.
6. Dokumentasi dan pelatihan: Dokumentasi dan pelatihan penting untuk
memastikan bahwa semua staf tahu bagaimana menggunakan solusi dan
menjalankan prosedur pemulihan bencana.
7. Monitoring dan evaluasi: Monitoring dan evaluasi harus dilakukan secara
teratur untuk memastikan bahwa rencana masih sesuai dan bahwa solusi
berfungsi dengan baik.

D. Implementasi dan Uji Coba


Implementasi dan uji coba merupakan bagian penting dalam disaster
recovery. Ini memastikan bahwa rencana disaster recovery telah terlaksana dengan
benar dan efektif untuk memenuhi tujuan dan manfaat yang ditetapkan. Berikut
adalah beberapa langkah dalam implementasi dan uji coba disaster recovery:
1. Pelatihan Staf: Pelatihan staf untuk mengetahui bagaimana rencana disaster
recovery bekerja dan bagaimana mereka dapat membantu dalam situasi
bencana.
2. Implementasi Rencana: Menerapkan rencana disaster recovery yang dibuat
sebelumnya. Ini melibatkan instalasi software, konfigurasi peralatan, dan
menyiapkan sumber daya yang diperlukan.
3. Uji Coba Skenario: Uji coba rencana disaster recovery dengan memulai
skenario bencana yang berbeda, seperti kegagalan sistem, kebakaran, dan
banjir. Ini memastikan bahwa rencana disaster recovery berfungsi dengan
baik dan memenuhi kebutuhan.
4. Revisi Rencana: Jika terjadi masalah atau kesalahan dalam uji coba, maka
rencana disaster recovery harus direvisi dan diterapkan kembali.

xi
5. Dokumentasi dan Monitoring: Dokumentasi hasil uji coba dan implementasi
rencana disaster recovery, serta melakukan monitoring secara berkala untuk
memastikan bahwa rencana disaster recovery berfungsi dengan baik dan
memenuhi kebutuhan saat dibutuhkan.

2.5 Analisis Kerugian


A. Mengukur kerugian bisnis dan biaya
Mengukur kerugian dan biaya merupakan bagian penting dari disaster
recovery, sebab melalui pengukuran ini dapat diketahui seberapa besar dampak dari
suatu bencana atau gangguan pada bisnis. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam mengukur kerugian dan biaya, antara lain:
1. Identifikasi kerugian dan biaya: Hal ini melibatkan identifikasi secara rinci
segala sesuatu yang terpengaruh akibat bencana, seperti kerusakan fisik,
kehilangan pendapatan, dan biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki
kerusakan.
2. Evaluasi tingkat kerugian: Dalam hal ini perlu dilakukan evaluasi mengenai
tingkat kerugian dalam bentuk nominal dan prosentase, sehingga dapat
memberikan gambaran mengenai seberapa besar dampak bencana terhadap
bisnis.
3. Analisis biaya: Dalam analisis ini, perlu dilakukan estimasi biaya yang
dikeluarkan untuk memperbaiki kerusakan, memulihkan operasi bisnis, dan
memperoleh kembali data atau informasi yang hilang.
4. Menentukan prioritas: Dalam hal ini, perlu ditentukan prioritas bagi kegiatan
pemulihan, sehingga dapat dilakukan dengan efisien dan efektif.

Pengukuran kerugian dan biaya yang dilakukan secara teratur dan berkala
dapat membantu bisnis dalam mempertimbangkan berbagai alternatif dan membuat
keputusan yang tepat dalam hal pencegahan dan pemulihan bencana.

B. Perhitungan kerugian dan biaya


Perhitungan kerugian dan biaya dalam disaster recovery berkaitan dengan
estimasi kerugian dan biaya yang mungkin terjadi ketika terjadi bencana atau
gangguan sistem. Hal ini penting untuk memastikan bahwa rencana disaster recovery
yang dibuat memiliki anggaran yang memadai dan sumber daya yang dibutuhkan
untuk melakukan recoveri dengan efektif.

Beberapa hal yang perlu diperhitungkan dalam perhitungan kerugian dan


biaya antara lain:
1. Kerugian bisnis: seperti kehilangan pendapatan, biaya pemulihan produksi,
dan biaya pelanggan yang tidak puas.
2. Biaya operasional: seperti biaya penggantian peralatan dan biaya personil.
3. Biaya pemulihan: seperti biaya peralatan dan sumber daya yang dibutuhkan
untuk melakukan recoveri.
4. Kerugian reputasi: seperti kerugian citra perusahaan dan kehilangan
kepercayaan pelanggan.

Perhitungan kerugian dan biaya ini sangat penting dilakukan agar perusahaan
dapat memahami tingkat prioritas dan anggaran yang dibutuhkan untuk melakukan
disaster recovery dengan efektif.

xii
C. Mitigasi dan pencegahan kerugian
Mitigasi dan pencegahan kerugian dalam disaster recovery dapat dilakukan
melalui berbagai cara seperti:
1. Pemantauan sistem secara berkala: memastikan bahwa sistem bekerja dengan
baik dan dapat mengatasi situasi darurat.
2. Perlakuan preventif: mengurangi kemungkinan terjadinya kegagalan sistem
seperti melakukan backup data secara rutin dan melakukan tindakan
pencegahan virus.
3. Kebijakan dan prosedur: membuat kebijakan dan prosedur yang jelas untuk
mengatasi situasi darurat dan memastikan bahwa semua orang yang terlibat
memahami tindakan yang harus diambil.
4. Pelatihan dan simulasi: memberikan pelatihan dan melakukan simulasi untuk
memastikan bahwa semua orang siap mengatasi situasi darurat.
5. Perencanaan dan praktek ulang: melakukan perencanaan dan praktek ulang
secara berkala untuk memastikan bahwa rencana disaster recovery dapat
bekerja dengan baik dalam situasi darurat.

Dengan melakukan mitigasi dan pencegahan kerugian, dapat membantu


meminimalisir dampak dari bencana dan memastikan bahwa bisnis dapat beroperasi
dengan normal setelah terjadinya bencana.

2.6 Studi Kasus


A. Contoh kasus Disaster Recovery dalam bidang IT
Contoh kasus Disaster Recovery dalam bidang IT adalah sebagai berikut:
1. Server Crashes: Sebuah perusahaan memiliki server utama yang menangani
semua data bisnis dan aplikasi. Pada suatu hari, server tersebut mengalami
kerusakan dan tidak bisa diakses. Ini memerlukan perusahaan untuk
menjalankan prosedur disaster recovery mereka dan memulihkan data dan
aplikasi ke server cadangan.
2. Bencana Alam: Sebuah perusahaan memiliki data center yang menyimpan
semua data bisnis mereka. Pada suatu hari, data center tersebut mengalami
bencana alam seperti banjir atau gempa bumi. Perusahaan harus menjalankan
prosedur disaster recovery mereka untuk memulihkan data ke lokasi
cadangan.
3. Keamanan Siber: Sebuah perusahaan memiliki data penting yang disimpan di
server. Pada suatu hari, data tersebut diambil oleh hacker. Perusahaan harus
menjalankan prosedur disaster recovery mereka untuk memulihkan data ke
server cadangan.
4. Data Corruption: Sebuah perusahaan memiliki database utama yang
menyimpan semua data bisnis mereka. Pada suatu hari, database tersebut
mengalami kerusakan data. Perusahaan harus menjalankan prosedur disaster
recovery mereka untuk memulihkan data ke database cadangan.

B. Analisis dan hasil yang dicapai


Analisis dan hasil yang dicapai dalam kasus disaster recovery bidang IT
meliputi evaluasi terhadap proses disaster recovery yang dilakukan. Hal ini termasuk
mengevaluasi kehandalan sistem dan infrastruktur teknologi informasi yang
digunakan selama proses disaster recovery, efektivitas dari rencana disaster recovery

xiii
yang diterapkan, dan kecepatan dan efisiensi dalam mengatasi masalah dan
memulihkan operasi bisnis.

Hasil yang dicapai dari kasus disaster recovery ini juga dapat dilihat dari
seberapa besar kerugian yang terjadi dan seberapa besar biaya yang dikeluarkan untuk
memulihkan sistem dan infrastruktur teknologi informasi. Jika proses disaster
recovery berhasil, maka bisnis dapat kembali beroperasi dengan normal dan kerugian
yang terjadi bisa dikurangi sebanyak mungkin. Namun, jika proses disaster recovery
tidak berhasil, maka kerugian yang terjadi bisa sangat besar dan mempengaruhi bisnis
secara keseluruhan.

Analisis dan hasil yang dicapai juga dapat membantu perusahaan dalam
membuat keputusan dan memprioritaskan aktivitas pencegahan dan mitigasi kerugian
di masa depan. Hal ini penting untuk memastikan bahwa perusahaan selalu siap
mengatasi masalah dan memulihkan operasi bisnis secepat mungkin dalam kasus
terjadi bencana atau gangguan teknologi informasi.

xiv
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Disaster recovery merupakan proses pemulihan sistem setelah terjadi bencana atau
gangguan yang mengakibatkan kerugian pada sistem informasi. Hal ini sangat penting bagi
perusahaan atau organisasi untuk memastikan bahwa sistem informasi tetap berfungsi dengan
baik setelah terjadi bencana. Ada beberapa metode disaster recovery yang tersedia, seperti
Virtualisasi, Cloud Computing, Backup and Recovery Solutions, dan Manajemen Data dan
Informasi. Dalam melakukan disaster recovery, langkah-langkah yang harus dilakukan
meliputi Business Impact Analysis, Pembuatan Rencana Disaster Recovery, Implementasi
dan Uji Coba, Mengukur Kerugian dan Biaya, Mitigasi dan Pencegahan Kerugian. Hal ini
sangat penting bagi perusahaan atau organisasi untuk memastikan bahwa sistem informasi
tetap berfungsi dengan baik dan meminimalisir kerugian yang terjadi.

3.2 Saran untuk perbaikan dan pengembangan Disaster Recovery dalam bidang IT
1. Penerapan teknologi terbaru: Dukungan dari teknologi terbaru seperti cloud
computing dan virtualisasi dapat membantu dalam mempercepat proses disaster
recovery dan meminimalisir kerugian.
2. Ketersediaan sumber daya: Pastikan sumber daya manusia dan teknis yang
dibutuhkan dalam proses disaster recovery tersedia dan siap digunakan saat
dibutuhkan.
3. Berkolaborasi dengan pihak lain: Berkolaborasi dengan pihak yang berkepentingan
seperti vendor teknologi, perusahaan mitra, atau pihak yang memiliki keahlian di
bidang disaster recovery dapat membantu memperkuat proses disaster recovery.
4. Latihan dan simulasi: Latihan dan simulasi disaster recovery secara berkala dapat
memastikan tim dan sumber daya siap menangani situasi darurat dengan baik.
5. Evaluasi dan revisi secara berkala: Evaluasi dan revisi secara berkala atas rencana
dan proses disaster recovery dapat memastikan bahwa proses disaster recovery tetap
relevan dan sesuai dengan perkembangan teknologi dan lingkungan bisnis.

xv
DAFTAR PUSTAKA

"Disaster Recovery and Information Security: Best Practices and Strategies" oleh Gartner

"Disaster Recovery Planning for Information Security" oleh IBM

"Disaster Recovery and Information Security: A Guide to Best Practices" oleh Microsoft

"Disaster Recovery Planning for Information Security in Virtualized IT Environments" oleh VMWare

"Disaster Recovery and Information Security: Ensuring Business Continuity" oleh EMC

"Disaster Recovery Planning for Information Security: A Practical Guide" oleh Symantec

"Disaster Recovery Solutions for Information Security: Methods and Techniques" oleh HP

"Disaster Recovery Planning for Information Security: A Handbook for IT Managers" oleh Intel

"Disaster Recovery Planning for Information Security in Cloud IT Environments" oleh Amazon Web
Services (AWS)

"Disaster Recovery and Information Security: An Overview" oleh Dell Technologies.

xvi

Anda mungkin juga menyukai