Anda di halaman 1dari 4

MODUL EDP AUDIT

PERTEMUAN 8

KONTINUITAS BISNIS DAN


PEMULIHAN BENCANA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Kontinuitas Bisnis dan Pemulihan Bencana. Melalui
pembelajaran kali ini, diharapkan mahasiswa harus mampu:
1. Mampu menjelaskan kontinuitas bisnis
2. Mampu menjelaskan cara meminimalkan resiko
3. Mampu menjelaskan BCP (Business Continuity Plan)

B. URAIAN MATERI

Bencana (disaster) merupakan resiko yang tidak diharapkan untuk terjadi, terlebih bencana
yang menimbulkan dampak negatif signifikan bagi keberlangsungan organisasi.
Timbulnya resiko bencana dapat mengakibatkan terganggunya operasional bisnis,
berdampak pada peningkatan biaya, munculnya permasalahan penyediaan layanan ke
pengguna, turunnya produktivitas lingkungan kerja, hingga memburuknya citra perusahaan
di mata customer. Timbulnya bencana memang tidak dapat diperkirakan secara pasti.
Akan tetapi untuk mencegah dan meminimalisasi dampak negatif di atas, organisasi dapat
melakukan upaya persiapan untuk dapat bertahan hidup dalam keadaan darurat.

Dalam konteks teknologi informasi, diantara upaya persiapan yang dimaksud adalah
mengkondisikan sistem IT (information technology) untuk senantiasa tersedia ketika
dibutuhkan oleh proses bisnis organisasi. Sistem IT perlu dipersiapkan untuk tetap dapat
menunjang bisnis, bahkan ketika dampak yang ditimbulkan bencana mengancam
operasional sistem dan layanan IT itu sendiri. Rencana Pemulihan Bencana atau dikenal
pula sebagai Disaster Recovery Plan (DRP), hadir sebagai solusi komprehensif untuk
membantu organisasi melakukan antisipasi dan penanggulangan terhadap bencana yang
berpotensi mengganggu operasional sistem IT yang menunjang operasional bisnis penting
dalam organisasi.

JULIAN MARADINA, S.E., M.SI., AK., CA 1


MODUL EDP AUDIT

Lebih lanjut, solusi DRP menjawab kebutuhan organisasi untuk:


• Meningkatkan kemampuan / kapabilitas dalam menghadapi bencana dan
hal-hal lain yang tidak terduga dengan mempersiapkan seluruh aspek yang terkait
dengan sistem IT.
• Meminimalisasi kerusakan atau kerugian terhadap operasional organisasi,
yang ditimbulkan oleh resiko bencana, baik oleh faktor alam maupun faktor
manusia.
• Menunjang pemulihan proses bisnis pasca bencana dalam waktu yang
terukur.
• Melindungi organisasi terhadap kejadian yang menyebabkan tidak dapat
beroperasinya sebagian atau seluruh sistem IT pada data center.
• Memastikan kestabilan organisasi ketika terjadi bencana pada tingkat yang
masih dapat diterima (tolerable), sekaligus memberikan rasa aman kepada
stakeholder.
• Menjamin dijalankannya tahapan upaya pemulihan pasca terjadinya
bencana, termasuk kehandalan sistem IT cadangan (alternate system) ketika
dibutuhkan.
• Meminimalkan aktivitas pengambilan keputusan saat terjadi disaster, yang
dapat mengakibatkan tertundanya upaya pemulihan atau bahkan kerugian yang
lebih besar.

Sebuah rencana pemulihan bencana yang komprehensif meliputi:


• analisis resiko dan dampak bencana,
• strategi penyediaan sistem IT dalam keadaan darurat,
• rumusan prosedur antisipasi dan penanggulangan bencana terhadap sistem IT
• serta perencanaan kebutuhan disaster recovery center (DRC).

Untuk memastikan setiap strategi maupun prosedur dalam DRP sesuai dengan kondisi
organisasi dan untuk memastikannya dapat berfungsi optimal ketika bencana terjadi, DRP
juga dilengkapi dengan kebijakan review, pemutakhiran, pengujian, serta pelatihan yang
berkelanjutan. Seiring dengan meningkatnya dependensi proses bisnis terhadap sistem IT,
kebutuhan terhadap DRP semakin meningkat dan menjadi sebuah keniscayaan untuk
mendukung keberlangsungan aktivitas bisnis organisasi. Berbagai framework dan best

JULIAN MARADINA, S.E., M.SI., AK., CA 2


MODUL EDP AUDIT

practice internasional terkait IT management, memasukkan konsep kontinuitas layanan IT


untuk menghadapi berbagai macam kemungkinan resiko interupsi sistem. Control
objective for Information and related technology (COBIT) memasukkan “Ensure
Continuous Service” sebagai proses keempat dalam domain “Deliver and Support”. IT
Infrastructure Library (ITIL) memasukkan proses “IT Service Continuity Management”
baik dalam publikasi Service Delivery (versi 2) maupun dalam publikasi Service
Operation (versi 3). ISO 27000 sebagai standar internasional manajemen keamanan
informasi mempersyaratkan pula kebutuhan sistem informasi dalam rencana kontinuitas
bisnis.

Business Continuity Planning (BCP), merupakan keadaan dimana kondisi bisnis harus
dapat terus berjalan pasca terjadinya bencana. BCP dikaitkan dengan bagaimana posisi
suatu organisasi dalam merencanakan dan membuat rencana kerja untuk mengantisipasi
kondisi organisasi tersebut saat terjadinya bencana dan memastikan bisnis dapat berjalan
minimal organisasi masih dapat memberikan layanannya setelah pasca bencana terjadi.
Pada dasarnya BCP di rancang pada posisi pencegahan (preventive), dimana bencana dapat
timbul sewaktu-waktu sehingga proses bisnis akan terhambat. Menurut standar CISSP
(Certified Information System Security Proffesional), proses BCP meliputi 4 fase, yaitu :

1. Penetapan Ruang lingkup dan perencanaan

2. Penetapan Business Impact Assessment (BIA)

3. Pengembangan Business Continuity Plan

4. Persetujuan rencana dan implementasi

Proses penyusunan BCP terdiri dari: pembentukan kebijakan kontinuitas bisnis dan
pemulihan bencana, analisis dampak bisnis, klasifikasi analisis dampak bisnis, klasifikasi
analisis operasional dan kritis, pengembangan prosedur kontinuitas bisnis dan pemulihan
bencana, program pelatihan, pengetesan dan rencana implementasi serta pengawasan.

JULIAN MARADINA, S.E., M.SI., AK., CA 3


MODUL EDP AUDIT

C. SOAL LATIHAN/TUGAS

1. Jelaskan apa pengertian dari BCP?


2. Sebutkan dan jelaskan proses penyusunan BCP?
3. Sebutkan peran audit dalam BCP?

JULIAN MARADINA, S.E., M.SI., AK., CA 4

Anda mungkin juga menyukai