Anda di halaman 1dari 85

RANGKUMAN MATERI KELAS XII SEMESTER 1 DAN 2

Nama Kelompok:

1. Narahita Radya Daneshwara (26)


2. Nasywa Asma Nadia (27)
3. Nito Yanuar Aditama (28)
4. Noviana Rizki Ramadhani (29)
5. Radinka Wastu Amanta (30)
6. Rifqi Mirza Rahman (31)
7. Samuel Perdana Anugrah Theo H. (32)
8. Shevilia Dwi Tiany (33)
9. Silma Saviira Zulfa Laela (34)
10. Trian Laksono Sumadi (35)
MATERI KELAS XII SEMESTER 1 DAN 2

BAB 1

PERUBAHAN SOSIAL DAN DAMPAKNYA

A. Pengertian dan teori perubahan sosial


1. Pengertian perubahan sosial
Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur sosial, seperti struktur
sosial, organisasi-organisasi sosial, pelapisan sosial, termasuk juga kepada sistem sosial
seperti sistem nilai dan norma sosial, serta sikap dan pola perilaku yang mengatur hubungan-
hubungan sosial warga masyarakatnya.

2. Teori-Teori Perubahan Sosial


● Teori Evolusi
Teori ini melihat perkembangan manusia sebagai proses yang sifatnya multilinear,
sebuah perkembangan dapat muncul dengan cara dan masyarakat yang berbeda.
Pendukung perspektif ini yaitu:
a) Peningkatan kemampuan. Manusia untuk menguasai alam yang diakibatkan oleh
perkembangan teknologi.
b) Peningkatan sosialisasi dan divisi unit sosial, seperti grup, organisasi dan institusil
(diferensiasi sosial).
c) peningkatan interdependensi (saling ketergantungan) antarunit-unit sosial.
● Teori Siklus

Teori ini memandang perkembangan dalam sebuah masyarakat ibarat sebuah organisme.
Ada masa kelahiran, masa kanak-kanak, kedewasaan, dan kematian. Perkembangan sebuah
masyarakat membentuk sebuah siklus.

● Teori Fungsional

Teori ini memandang masyarakat sebagai sebuah struktur dengan bagian-bagian yang
saling berhubungan. Tokoh teori ini yaitu Talcott Parson. Teori fungsional mengatakan
bahwa perubahan sosial dalam masyarakat itu selalu terjadi pada titik ekuilibrium (titik
keseimbangan).
● Teori Konflik

Tokoh teori ini yaitu Karl Marx. Teori konflik memandang perubahan sosial tidak
terjadi melalui proses penyesuaian nilai nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat
adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi
semula. Teori ini didasarkan pada pemilikan sarana-sarana produksi sebagai unsur pokok
pemisahan kelas sosial dalam masyarakat. Contoh : masuknya teknologi modern di bidang
pertanian rakyat akan mengakibatkan terjadinya konflik kepentingan antara buruh tani
dengan pemilik sawah. Akan tetapi, melalui pertumbuhan industri agribisnis, kelebihan
tenaga buruh tani ini akan terserap.

B. Bentuk-bentuk perubahan sosial


1. Perubahan sosial yang berlangsung secara lambat dan cepat
a. Perubahan Sosial yang Berlangsung secara Lambat / evolusi
Ciri- ciri perubahan evolusi:
● Perubahan itu seolah-olah tidak terjadi, berlangsung secara lambat.
● umumnya tidak menimbulkan disintegrasi kehidupan.
Contoh :
● perubahan sosial pada suku terasing atau masyarakat desa tertinggal.
b. Perubahan Sosial yang Berlangsung secara Cepat (revolusi)
Proses perubahannya berlangsung dalam waktu yang relatif cepat, menyangkut hal-hal
yang berkaitan dengan aspek-aspek kehidupan yang mendasar, baik di bidang sosial
budaya, sosial ekonomi, maupun politik kekuasaan.
Contoh :
● Revolusi kemerdekaan bangsa Indonesia yang dicetuskan melalui proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

2. Perubahan yang Pengaruhnya Kecil dan Besar


a. Perubahan yang Pengaruhnya Kecil

Perubahan semacam ini tidak berdampak luas terhadap berbagai aspek kehidupan
masyarakat serta tidak menimbulkan perubahan pada struktur sosial. Contohnya, perubahan
mode pakaian atau gaya hidup.
b. Perubahan yang Pengaruhnya Besar

Perubahan semacam ini akan berdampak luas yang akan mengakibatkan terjadinya
berbagai perubahan dalam struktur sosial. Contohnya, penerapan teknologi komunikasi dan
telekomunikasi global akan memengaruhi berbagai perubahan hubungan sosial dan lembaga
sosial.

3. Perubahan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki


a. Perubahan yang dikehendaki

Perubahan semacam ini memang direncana-kan berdasarkan kehendak dan kepentingan


orang banyak. Contohnya, pembangunan waduk serbaguna yang berfungsi untuk
membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), memperlancar irigasi pertanian rakyat,
proyek perikanan air tawar, serta rekreasi dan pariwisata.

b. Perubahan yang tidak dikehendaki

Perubahan semacam ini terjadi secara insidental dan tiba-tiba, tetapi kadang-kadang
sangat mengkhawatirkan. Contohnya, bencana alam, seperti gempa bumi dan tsunami,
letusan gunung berapi, banjir disertai tanah longsor, dan lain-lain. Penanganan cepat untuk
bencana alam seperti ini, antara lain penduduk diungsikan ke daerah bencana di-rehabilitasi.
aman, ditransmigrasikan, atau daerah.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Sosial


● Faktor Geografis
● Faktor kependudukan
● Faktor teknologi dan industri
● Faktor kepimpinandan ideologi politik

D. Faktor pendorong dan penghambat terjadinya perubahan sosial


1. Faktor Pendorong
a. Faktor Intren
● Bertambah dan berkurangnya jumlah penduduk.
● Penemuan unsur budaya baru (inovasi).
● Terjadinya konflik masyarakat.
b. Faktor ekstren
● Perubahan situasi geografis akibat bencana alam.
● Adanya peperangan.
● Adanya kontak atau pengaruh budaya asing.
2. Faktor Penghambat
a. Faktor alam, antara lain disebabkan oleh letak yang terisolasi, sehingga mengalami
hambatan hubungan dengan masyarakat luas. Daerah semacam ini disebut daerah
tertinggal.
b. Faktor kemiskinan, baik secara struktural maupun secara kultural, kemiskinan
berdampak pada pola ketidakberdayaan, berserah kepada nasib, serta cakrawala berpikir
serba sempit dan terbatas. Dampak lebih lanjut adalah rendahnya pendidikan faktor dan
buruknya kesehatan.
c. Faktor budaya tradisional, seperti faktor adat istiadat yang serba kaku dan irasional,
curiga terhadap hal-hal yang baru yang berasal dari luar, berserah diri kepada takdir, dan
lain-lain.

C. Proses perubahan Sosial

Menganalisis proses perubahan sosial diperlukan waktu yang relatif lama, yaitu dengan
jalan membandingkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada waktu yang lampau dengan
waktu sekarang. Fokus objek penelitian bersifat material dan nonmaterial yang saling terkait
dan saling ketergantungan. Dalam pelaksanaan penelitian ada sejumlah unsur sosial yang
sulit berubah dan ada sejumlah unsur yang mudah berubah. Mereka yang sulit menerima
perubahan umumnya berasal dari generasi tua. sedangkan generasi muda mudah menerima
perubahan karena mereka lebih terbuka dan memiliki kecenderungan berinovasi.
Proses perubahan sosial bisa berlangsung dalam beberapa bentuk.

1. Difusi

Difusi merupakan penyebaran unsur-unsur sosial budaya dari seorang individu kepada
individu lain dalam suatu masyarakat (intra Society diffusio)
Atau antara suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya (Inter Society diffusion).
Proses penyebaran unsur-unsur sosial budaya dalam suatu masyarakat ada beberapa cara
yaitu sebagai berikut

a. Perembesan damai (penetration pasifique)

Masuknya unsur sosial budaya asing ke dalam suatu masyarakat secara luas atau damai.
contohnya, unsur-unsur sosial budaya Budha, Hindu, dan Islam ke Indonesia.

b. Pembahasan paksa melalui kekerasan penetration violente.

Masuknya unsur-unsur sosial budaya asing ke dalam suatu masyarakat secara paksa
melalui kekerasan. Contohnya, maksudnya unsur-unsur sosial budaya barat bersama dengan
masuknya penjajahan ke Indonesia.

c. Simbiotik

Maksudnya suatu masyarakat luar ke dalam suatu masyarakat tempat Bisa berdampak;

1) Simbiotik mutualistik.

Artinya saling saling menguntungkan. Contoh, masuknya orang-orang Cina, India dan
Arab ke Indonesia melalui perdagangan dan penyebaran agama.

2) Simbiotik parasitic

Artinya masyarakat pendatang merugikan masyarakat setempat titik contohnya,


kedatangan kolonialisme barat ke Indonesia.

2. Alkulturasi

Alkulturasi adalah proses sosial budaya yang timbul apabila suatu kelompok masyarakat
yang memiliki kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur sosial budaya luar saling
membaur rupa tanpa menghilangkan ciri-ciri khas dari masing-masing kebudayaan yang
bersangkutan. Contohnya kebudayaan masyarakat Jawa yang membaur dengan kebudayaan
Hindu dan Islam.

3. Asimilasi

Asimilasi adalah proses sosial budaya yang membentuk dari dua kelompok masyarakat
yang berbeda latar belakang kebudayaannya dan membentuk kebudayaan baru.
Asimilasi mudah terbentuk karena beberapa hal berikut

A. Sifat terbuka, saling menghormati, saling toleransi, serta menghilangkan Sikap saling
curiga.
B. Saling membuka kesempatan yang setara dalam setiap akses kehidupan.
C. Memiliki tatanan dan tujuan hidup bersama.
D. Amalgamasi.

4. Akomodasi
Akomodasi merupakan proses perbedaan ketegangan dalam penyelesaian suatu konflik
atau perselisihan. Akomodatif adalah suatu keadaan tenang di mana pihak-pihak yang
berkonflik perhatikan upaya-upaya penyesuaian dan peredaan ketegangan.
Proses akomodasi dapat dilaksanakan melalui beberapa cara seperti konsiliasi arbitrasi
mediasi kompromi dan ajudikasi.

F. Dampak perubahan sosial bagi kehidupan masyarakat.


Setiap perubahan sosial akan memberikan dampak bagi kehidupan masyarakat baik yang
bersifat positif maupun bersifat negatif.
1. Dampak positif
a. Perbaikan di bidang pendidikan.
b. Perubahan di bidang teknologi.
c. Perubahan di bidang industrialisasi.
2. Dampak negatif
A. Kondisi disintegratif struktur masyarakat
1) Pengaruh perubahan sosial yang terlalu cepat
Tidak berfungsinya lembaga-lembaga pemerintah, seperti Miss manajemen
birokrasi(salah urus), KKN, hukum yang semakin lemah.
2) Kesenjangan sosial dalam pelaksanaan industrialisasi
B. Kerusuhan-kerusuhan daerah
1) Penggolongan Perusahaan Daerah.
Seperti penyimpangan dari ideologi negara, bersifat separtisme, bersifat sara.
2) Upaya untuk menanggulangi dan meminimalkan kerusuhan.
a) Tindakan hukum yang tegas
b) Melibatkan organisasi-organisasi kemasyarakatan setempat.
c) Pembangunan cara berimbang dan berkeadilan sosial
Diintensifkan nya program-program pembauran dan integritas nasional secara terarah
dan sistematis

C. Muncul paham duniawi. seperti konsumerisme, sekularisme,

G. Perubahan sosial dan pentingnya kehidupan demokratis

1. Pengertian kehidupan demokratis


Kehidupan yang demokratis merupakan kehidupan yang didasari prinsip-prinsip
demokrasi di bidang politik, ekonomi, sosial kebudayaan, dan keamanan .

2. Pentingnya kehidupan demokratis


Dalam kehidupan bermasyarakat atau batas-batas yang harus dihormati bersama
berupa hak-hak yang dimiliki orang lain sehingga batasan norma yang berlaku dapat
dipatuhi. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban mengutamakan persatuan
dan kesatuan nasional
BAB 2

GLOBALISASI DAN PERUBAHAN KOMUNITAS LOKAL

A. Globalisasi dan Perubahan Komunitas Lokal.

Globalisasi sering disebut sebagai fenomena dunia berwajah banyak. Oleh karena itu,
globalisasi sering diidentikkan dengan internasionalisasi, liberalisasi, universalisasi
westernisasi, dan de-teritorialisasi. Berikut penjelasannya satu per satu.

1. Internasionalisasi adalah hubungan antarnegara dengan ciri meluasnya arus


perdagangan dan penanaman modal.
2. Liberalisasi adalah pencabutan pembatasan-pembatasan pemerintah untuk membuka
ekonomi tanpa pagar dalam hambatan perdagangan, pembatasan keluar masuk mata
uang, kendali devisa, dan izin masuk suatu negara.
3. Westernisasi adalah ragam hidup model budaya Barat atau Amerika
4. Deteritorialisasi adalah perubahan-perubahan geografis sehingga ruang sosial dalam
pembatasan, tempat, dan jarak berubah.

a. Perubahan Sosial Sebagai Dampak Globalisasi

Perkembangan teknologi global yang sangat cepat dan memicu globalisasi berdampak
terhadap perubahan sosial yang juga sedemikian cepat.Perubahan-perubahan sosial itu ada
yang berdampak positif dan ada yang berdampak negatif. Di bawah ini merupakan dampak
positif dan negatif yang dapat kita lihat di kehidupan masyarakat

1. Dampak Positif
a. Pengiriman dan penyampaian informasi semakin mudah dan cepat. Misalnya, melalui
siaran audio visual, telepon seluler, internet, dan faksimile.
b. Melalui berbagai teknologi modern, hidup manusia lebih mudah dan lebih
menyenangkan.
c. Melalui proses industrialisasi, semakin terbuka kesempatan untuk memperoleh
pekerjaan yang lebih baik.

2. Dampak Negatif
Negara Asia Timur merembes ke negara-negara di Asia Tenggara, Krisis moneter di
Indonesia berlanjut menjadi krisis multidimensional.

b. Faktor Pendorong Globalisasi

Faktor-faktor pendorong globalisasi ini adalah sebagai berikut.

1. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi


Kemajuan mu pengetahuan dan teknologi akan menciptakan alat alat komunikasi dan
transportasi yang canggih, aman, dan murah.Sejak abad ke-19, teknologi mulai
bermunculan dan pada abad ke-20, teknologi komunikasi mulai berkembang pesat.
2. Semakin terbukanya sistem perekonomian negara-negara di dunia
Faktor yang kedua adalah semakin terbukanya sistem perekonomian suatu negara di
bidang perdagangan, produksi, maupun keuangan.
3. Mengglobalnya pasar uang
Mengglobalnya pasar uang ini muncul sebagai akibat terbukanya perekonomian
Negara di dunia.

c. Teori-Teori Globalisasi

Cochrane dan Pain menegaskan bahwa terdapat tiga posisi teoretis berkaitan dengan
globalisasi, yaitu sebagai berikut (Prihastuti, 2013).

1. Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki
konsekuensi konkret terhadap berjalannya orang atau lembaga di seluruh dunia.
2. Para tradisionalis percaya bahwa globalisasi hanyalah sebuah mitos, dan jika pun benar
adanya, fenomena tersebut hanya dibesar-besarkan.
3. Para transformalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka percaya bahwa
globalisasi adalah seperangkat hubungan yang saling berkaitan melalui sebuah kekuatan
yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung.

d. Globaliasi Menurut Para Ahli


1. George Ritzer

Ritzer membuat dua asumsi berkaitan dengan globalisasi, yaitu sebagai


a) Perkembangan awal komunikasi global berkembang melalui beragam media,
utamanya televisi dan internet.
b) Terbentuknya kesadaran global sebagai hasil akhir globalisasi.

2. Thomas Friedman
Menurut Friedman, globalisasi tidak dapat dihindari dan akan menguntungkan. Pemikiran
Thomas Friedman ini termasuk dalam teori neoliberalisme, Teori neoliberalisme memandang
bahwa globalisasi sebagai proses liberalisasi di mana setiap negara berpeluang untuk
memperoleh keuntungan apabila mampu bersaing di pasar global Di sini, mekanisme dan
hukum pasar mempunyai kekuatan, sedangkan pemerintah diharapkan tidak ikut campur.
3. Roland Robertson
Menurut Robertson, tengah terjadi pemampatan atau kompresi dunia dan penguatan
kesadaran dunia secara keseluruhan.
e. Ciri-Ciri Globalisasi

Menurut Cohen dan Kennedy, globalisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a) Perubahan dalam Konsep Jarak Ruang dan Waktu

Perubahan Konsep Jarak Ruang dan Waktu Perubahan konsep jarak ruang dan waktu
sangat dipengaruhi oleh kemajuan kompleks bidang transportasi dan komunikasi. Dengan
dukungan teknologi berupa internet, telepon dan televisi, komunikasi antar belahan dunia
dapat terjadi dengan cepat. Informasi dapat langsung diketahui oleh orang-orang yang berada
di belahan dunia lain, Kemajuan di bidang transportasi juga sama. Hal ini membuat jarak
ratusan kilometer hanya dapat ditempuh dalam waktu singkat, karena transportasi modern
seperti pesawat terbang

b) Adanya Saling Ketergantungan dalam Bidang Ekonomi dan Perdagangan

Ketergantungan antar negara dalam bidang ekonomi dan perdagangan disebabkan oleh
tumbuhnya perdagangan internasional. Hal ini membuat perdagangan antar negara di dunia
semakin terbuka lebar.

c) Adanya Peningkatan Interaksi Budaya


Dengan adanya media komunikasi seperti televisi dan internet memudahkan masyarakat
untuk mendapatkan pengetahuan baru dan lebih mengenal keragaman budaya yang ada di
luar negeri.

d) Naikkan Masalah Bersama

Di era globalisasi saat ini, permasalahan yang sedang dihadapi oleh suatu negara dapat
menjadi permasalahan atau perhatian dari negara-negara lain di dunia. Misalnya, masalah
hak asasi manusia, kejahatan internasional, kesehatan, lingkungan dan sebagainya.

f. Faktor Pendorong Globalisasi

Tentu saja globalisasi tidak muncul secara tiba-tiba, tetapi ada penyebab atau kekuatan
pendorong yang pada akhirnya memungkinkan proses globalisasi ini. Faktor penyebab
adalah sebagai berikut.

a. Perkembangan Teknologi dan Informasi

Adanya perkembangan dalam hal teknologi, salah satunya berdampak pada kemudahan
transaksi dalam hal keuangan. Saat ini kita dimudahkan untuk dapat melakukan transaksi
tidak hanya di negara pengirim tetapi juga di negara lain. Selain itu, kita dapat dengan mudah
mengetahuinya hanya melalui internet berinteraksi dengan negara lain. Informasi apa pun
yang terkait dengan negara lain. Segala informasi yang berkaitan dengan Negara lain dengan
mudah dapat kita ketahui hanya melalui internet.

b. Banyak Kerjasama Internasional

Dengan adanya kerjasama internasional ini, sangat mudah bagi suatu negara untuk
mengekspor atau mengimpor barang. Semakin terbuka pasar internasional, semakin mudah
suatu negara memenuhi kebutuhan dalam negeri dan menjual sumber daya alamnya sendiri.

c. Kemudahan Transportasi

Sistem transportasi yang semakin maju memudahkan masyarakat untuk melakukan


perjalanan dan pengiriman barang meskipun jaraknya sangat jauh. Saat ini, kita ingin pergi
ke mana saja di dunia dengan sangat mudah dan cepat karena kemauan di bidang transportasi
modern.

d. Ekonomi Terbuka

Negara-negara di seluruh belahan dunia mulai membuka diri dalam hal ekonomi,
sehingga terjadi perdagangan global. Antamegara dengan mudah menjual sumber daya alam
untuk memenuhi kebutuhan negaranya.

g. Bentuk-Bentuk Globalisasi Dalam Berbagai Aspek Kehidupan

Era globalisasi yang merupakan era tatanan global dalam kehidupan manusia telah
melibatkan seluruh umat manusia. Secara khusus gelombang globalisasi telah memasuki tiga
arena penting dalam kehidupan manusia, yaitu arena ekonomi, politik dan budaya. Jika
masyarakat atau bangsa tidak siap menghadapi tantangan global yang bersifat multidimensi
dan tidak dapat menangkap peluang, maka akan menjadi korban yang tenggelam di tengah
globalisasi.

Arus globalisasi yang tak terbendung telah memberikan pengaruh terhadap berbagai
aspek kehidupan. Pengaruh globalisasi dalam setiap aspek memiliki bentuk yang berbeda-
beda. Berikut bentuk-bentuk globalisasi dalam beberapa aspek kehidupan.

a. Globalisasi Ekonomi

Globalisasi ekonomi adalah suatu kegiatan ekonomi dan perdagangan di mana Negara
negara di seluruh dunia menjadi kekuatan pasar yang integral sehingga batas-batas wilayah
suatu negara seolah-olah tidak ada lagi. Akibat dari globalisasi ekonomi adalah sebagai
berikut:

1) Penghapusan semua pembatasan dan hambatan terhadap modal, barang dan jasa.
2) Persaingan semakin ketat karena barang modal dan jasa dari luar negeri dapat dengan
mudah masuk ke suatu negara.
3) Membuka peluang pasar produk dari dalam negeri ke pasar internasional yang
kompetitif.
4) Membuka peluang produk dunia di pasar domestik .
Menurut Tanri Abong. Pertaruhan nyata dari globalisasi ekonomi berbentuk bentuk-
bentuk berikut:

a) Globalisasi Produksi
Untuk menekan biaya, sebuah perusahaan induk melakukan produksi di beberapa
negara. Hal ini dilakukan karena beberapa faktor, misalnya upah pekerja di negara
berbiaya rendah, atau rendahnya bea masuk. Bisa juga karena infrastruktur yang tersedia
di suatu negara lebih memadai sehingga bisnis yang dimiliki suatu negara sangat
kondusif. Setan adalah contoh perusahaan yang sering terlibat dalam produksi global
adalah perusahaan manufaktur.
b) Globalisasi Pembiayaan
Perusahaan global tiba-tiba memiliki akses pembiayaan, seperti melakukan pinjaman
atau berinvestasi di semua negara di dunia, investasi dapat dilakukan secara langsung
atau melalui portofolio pribadi. Misalnya, PT Telkom dalam memperluas unit saluran
telepon. Contoh lainnya adalah PT Jasa Marg melakukan pembiayaan dengan bud-
operate-transfer (BOT) dengan mitra bisnis asing dalam upaya memperluas jaringan jalan
tol.
c) Globalisasi Tenaga Kerja
Contoh globalisasi tenaga kerja adalah adanya tenaga kerja asing di suatu negara.
Perusahaan akan menggunakan pekerja dari seluruh dunia sesuai dengan levelnya.
Penggunaan pembunuhan dengan kekerasan di negara berkembang atau staf profesional
dari tenaga kerja yang berpengalaman adalah contoh nyata yang dapat dilihat .
d) Globalisasi Jaringan Informasi
Dengan berbagai kemajuan teknologi, kini informasi di seluruh dunia dapat diterima
dengan lebih cepat dan akurat. Fasilitas informasi seperti radio, televisi, dan internet
dapat dengan mudah diakses oleh seluruh masyarakat di dunia. Dengan jaringan
informasi yang mudah akan memudahkan brand-brand ternama untuk memasarkan
produknya ke seluruh dunia. Misalnya, merek terkenal Guodi, Louis Vuitton, pizzeria,
atau restoran cepat saji sudah ada di pasar dunia. Hal ini membuat selera masyarakat baik
di pusat kota maupun di daerah berubah menjadi selera global.
e) Globalisasi Perdagangan
Dengan adanya penyeragaman dan pengurangan tarif serta penghapusan hambatan
non tarif, maka dapat dikatakan globalisasi telah terjadi di bidang perdagangan. Hal inilah
yang membuat perdagangan dunia semakin cepat dan adil. Sebagai negara peserta, ada
empat sektor di Indonesia yang mengalami dampak globalisasi ekonomi. Sektor ekspor,
impor, investasi, dan tenaga kerja merupakan sektor yang paling terkena dampak
globalisasi ekonomi.
b. Politik Globalisasi
Dalam bidang ekonomi ternyata mempengaruhi bidang politik. Dampak globalisasi
dalam bidang politik seringkali dikaitkan dengan kebebasan dalam berpolitik. Hal ini
berdampak positif bahwa suatu negara dapat membentuk suatu sistem politik. Suatu
negara bebas memilih sistem politik yang akan dijalankan dan dilaksanakan, misalnya
Indonesia yang menganut sistem politik dalam negeri yang demokratis dan politik luar
negeri yang bebas aktif.
Hubungan diplomatik dengan negara lain dapat dikatakan sebagai kerja sama antar
negara dalam bidang ekonomi, politik, budaya, dan bidang lain yang bermanfaat bagi
suatu negara. Hubungan diplomatik juga meningkat karena arus globalisasi di bidang
politik, karena globalisasi memfasilitasi kerjasama internasional antar negara.
Memang, dampak positif globalisasi terhadap politik dalam negeri dapat membentuk
demokrasi yang memberikan kebebasan. Namun kebebasan tersebut dapat
disalahgunakan sehingga dapat memicu masuknya ideologi asing ke dalam suatu negara
yang basisnya tidak sesuai dengan negara tersebut. Hal ini bisa menjadi masalah besar,
karena dapat menimbulkan konflik yang menimbulkan kekacauan dan menghancurkan
suatu negara.Tuntutan globalisasi ekonomi perdagangan yang menghendaki pertukaran
barang. jasa, dan investasi secara bebas tanpa hambatan berarti kebijaksanaan politik
negara negara di dunia harus mengakomodasi tuntutan itu .Akibatnya, pemerintah suatu
negara harus menyesuaikan kebijaksanaan politik negaranya dengan arus ekonomi
perdagangan global, yang terkadang kebijaksanaan politik itu diambil secara paksa, Jika
tidak demikian kepentingan negara tersebut akan terancam.
Setelah adanya globalisasi pemerintahan, setiap negara di dunia yang berdaulat dalam
mengatur dirinya sendiri semakin berkurang. Hal ini dikarenakan adanya aturan aturan
baru yang telah disepakati bersama dengan lembaga-lembaga global misalnya PBB, PBB
merupakan organisasi yang dikuti hamper seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia
Setiap negara mengirimkan perwakilan ke markas PBB dengan tujuan untuk menjaga
perdamaian dunia dan perbaikan kemanusiaan.
a. Globalisasi Kebudayaan
Dalam bidang kebudayaan, globalisasi mempengaruhi nilai-nilai yang ada di
masyarakat. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi memerlukan penyesuaian
tata nilai dan perilaku Perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi
pada awal abad ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui
media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antarbangsa
Perubahan tersebut menjadikan komunikasi antar bangsa lebih mudah dilakukan. Hal
ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.
Ciri berkembangnya globalisasi dalam bidang kebudayaan sebagai berikut :
● Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional
● Penyeberan prinsip multikebudayaan dan kemudahan akses suatu individu
terhadap kebudayaan lain di luar kebudayaannya.
● Berkembangnya mode berskala besar, seperti pakaian, film, dan lain-lain.
● Berkembangnya turis mancanegara dan pariwisata .
● Semakin banyaknya imigrasi dan suatu negara ke negara lain.
● Bertambah banyaknya event-event berskala global
Berkembangnya globalisasi di lingkungan masyarakat memiliki dampak dalam
kebudayaan. Hal ini dibuktikan dengan masuknya budaya budaya asing ke Indonesia.
Beberapa kebudayaan inilah yang berdampak kepada kebudayaan di tanah air.
Sebagai contoh, masuknya lagu dari boyband dan giriband Korea Selatan membuat
para remaja sangat mengidolakan mereka. Selain lagu, budaya Korea seperti makanan
pun juga tak luput dari perhatian masyarakat Terbukti dengan mulai menjamumya
restoran-restoran yang menyajikan makanan khas negeri ginseng tersebut. Bahkan
beberapa remaja juga menyisipkan bahasa Korea dalam berkomunikasi. Hal ini jika
dibiarkan terus-menerus jelas akan melunturkan bahasa Indonesia.

Contoh lainnya adalah masuknya budaya budaya negara Barat yang cenderung
terbuka dan bebas sangat berbanding terbalk dengan kebudayaan Indonesia yang
cenderung ketimuran .dapat mempertahankan kebudayaan dalam perkembangan
globalisasi? Hal yang dapat dilakukan masyarakat Indonesia dalam mempertahankan
dan mengembangkan kebudayaan dengan melestarikan kembali kebudayaan yang
hampir punah, menyelenggarakan pentas kebudayaan ke dalam maupun ke luar
negeri, mengenalkan kebudayaan sejak dini kepada generasi muda, dan masih banyak
lagi Namun, di sini yang perlu digaris bawahi adalah kita sebagai masyarakat yang
cerdas sangat perlu untuk memfilter kebudayaan-kebudayaan yang masuk ke
Indonesia Dengan demikian kebudayaan di Indonesia akan terus terjaga.

1. Tipe Komunitas
a. Komunitas Sosial & Pedesaan

Masyarakat desa adalah kumpulan orang dalam jumlah besar (2500 orang) dan
membentuk kelompok sosial yang bekerja sama untuk mencapai kepentingan bersama atau
menguasai, menempati suatu wilayah dalam waktu yang lama (dengan mata pencaharian
utama bertani) dan oleh karena itu membuat suatu hidup. suatu budaya (adat, norma, dan
nilai yang dijadikan landasan bersama, sehingga membentuk suatu sistem sosial yang dapat
memenuhi kebutuhannya sendiri, baik kebutuhan untuk mengatur diri sendiri, produk sendiri
maupun ciptaan sendiri).

Philips Pup berpendapat bahwa secara sosiologis, desa memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Wilayahnya sama dari segi geografi dan administrasi


2) Nilai-nilai sosialnya sama, artinya semua anggota masyarakat desa menganut nilai-
nilai tersebut.
3) Kegiatan yang sama terutama dalam sistem mata pencaharian, Talcot Parsons
menggambarkan masyarakat desa sebagai komunitas hachat tradisional.

Yang mengenal ciri-ciri berikut :

1) Afektifitas berkaitan dengan perasaan kasih sayang, cinta, kesetiaan, dan keintiman.
Hal itu terwujud dalam sikap dan tindakan menolong, mengungkapkan rasa simpati
atas musibah yang menimpa orang lain dan membantu mereka tanpa pamrih.
2) Orientasi kolektif dari sifat-sifat tersebut merupakan konsekuensi dari afektifitas,
yaitu peduli terhadap warga desa kebersamaan, tidak suka menonjol, tidak suka orang
yang berbeda pendapat, intinya semua harus menunjukkan keseragaman atau
persamaan.
3) Partikularisme pada dasarnya adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan
aplikasi tertentu untuk tempat atau daerah tertentu. Perasaan subjektif, perasaan
kebersamaan sejati yang hanya berlaku pada kelompok tertentu.
4) Skripsi, yang berkaitan dengan sifat atau sifat khusus yang diperoleh bukan karena
usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang sudah menjadi
kebiasaan atau diturunkan dari generasi ke generasi.
5) Diffuseness Sesuatu yang tidak jelas, terutama dalam hubungan pribadi tanpa
penegasan eksplisit Penduduk desa menggunakan bahasa tidak langsung, untuk
menunjukkan sesuatu. Dari pidato ini (pendapat Talcott Parson) terlihat di desa-desa
yang masyarakatnya masih murni tanpa pengaruh dari luar.
b. Komunitas Perkotaan

Menurut Wight, kota merupakan pemukiman yang relatif besar, padat, dan permanen,
serta dihuni oleh orang-orang dengan status sosial Masyarakat perkotaan merupakan
kebalikan dari masyarakat pedesaan. Berdasarkan pengertian tersebut, tampak bahwa
beberapa aspek yang menjadi ciri kehidupan masyarakat perkotaan yang heterogen.
Akibatnya, hubungan sosial menjadi longgar, acuh tak acuh, dan impersonal.

1) Suatu tempat disebut kota apabila penduduk atau masyarakatnya dapat memenuhi
sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal.
2) Masyarakat tutur berada pada suatu kebutuhan yang penting, yaitu ekonomi dan
pemerintahan. Tempat-tempat tersebut menjamin kelancaran transportasi,
komunikasi, dan informasi, misalnya di sepanjang jalan raya, di pesisir pantai, dan di
sekitar sungai-sungai besar.
3) Struktur kehidupan kota yang meliputi keragaman penduduk, ras, suku, dan budaya.
4) Kota merupakan kumpulan kelompok sekunder, seperti asosiasi pendidikan, partai
politik, pemerintah, ekonomi.
5) Pergaulan hidup penduduk kota bersifat individualisme, setiap orang tidak bergantung
pada orang lain. Akibatnya individu tidak saling mengenal, hubungan personal
berubah menjadi hubungan kontraktual, komunikasi dilakukan melalui media
komunikasi massa, seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, telepon, dan
sebagainya.
c. Komunitas Religius

Komunitas religius adalah bentuk kehidupan bersama yang didasarkan pada motif
keagamaan. Setiap aspek kehidupan didasarkan pada nilai-nilai yang bersumber dari ajaran
agama.

Berikut ini adalah ciri-ciri yang tampak dalam masyarakat beragama:

1) Sikap dan perilaku yang diwujudkan dalam tindakan dan interaksi sosial selalu
memperhatikan norma-norma yang sesuai dengan agama yang dianutnya.
2) Lambang-lambang yang dipakai pada pakaian, tempat ibadah dan benda-benda
lainnya termasuk dalam ajaran agamanya.
3) Menciptakan keseimbangan antara kepentingan dunia dan kepentingan akhirat.
4) Berdomisili di lingkungan tempat ibadah atau tempat belajar ilmu agama.
d. Komunitas Ekonomi

Komunitas ekonomi adalah suatu bentuk kehidupan bersama yang sebagian besar
kegiatan penduduknya berorientasi pada ekonomi. Misalnya masyarakat Cibaduyut di Kota
Bandung, hampir semua anggota masyarakatnya berprofesi sebagai pengrajin sepatu (home
industry). Konsep kelompok memiliki berbagai pengertian.

A. Dampak Globalisasi terhadap Perubahan Sosial di Tingkat Lokal.

Globalisasi di Indonesia saat ini berdampak pada masyarakat lokal. Dengan adanya
globalisasi ada orang yang telah terjadi bahwa globalisasi dapat menghancurkan komunitas
lokal yang ada sebelumnya. Namun, pada kenyataannya globalisasi tidak merusak
masyarakat lokal melainkan sebagai pembentuk masyarakat lokal. Hal ini dikarenakan
globalisasi memudahkan manusia dalam melakukan sesuatu, salah satunya adalah
berkomunikasi. Semakin mudah berkomunikasi akan mempengaruhi dan membentuk
komunitas lokal di sekitar kita, karena kita dapat berinteraksi dengan orang-orang dari
budaya yang berbeda. Dari berinteraksi dengan orang-orang dari budaya yang berbeda akan
menambah wawasan dan pengetahuan. Dengan bertambahnya ilmu dan pengetahuan maka
akan tercipta sekelompok orang yang menyukai sesuatu yang diketahui.

Ketidakberdayaan masyarakat lokal dalam beradaptasi dengan perubahan struktural


perkotaan dapat dilihat dari ciri-ciri berikut.

1. Tidak ada alternatif untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan keluarga,
karena mereka kehilangan kesempatan untuk mengakses sistem pelayanan sosial
dasar. Hal ini terjadi karena adanya ketimpangan sosial antara masyarakat lokal
dengan elit penguasaan.
2. Keterbatasan tenaga kerja dan produktivitas ekonomi yang membuat mereka dalam
keadaan tingkat subsisten (hanya mampu memenuhi kebutuhan pokok).
3. Tujuan kolektif tidak lagi dapat ditetapkan dan dicapai, meskipun masih ada dalam
bentuk komunal.
4. Semakin lama masyarakat cenderung menyerah pada perubahan dan kemajuan di
lingkungan sekitarnya.
Berbagai Masalah Sosial Akibat Perubahan Sosial di Tingkat Lokal Dampak positif
globalisasi antara lain akan membawa perubahan masyarakat menjadi lebih dinamis dan
integratif, sedangkan dampak negatifnya akan menimbulkan berbagai masalah sosial
sebagai berikut. Budaya populer adalah totalitas ide, perspektif, perilaku, meme, gambar,
dan fenomena lain yang dipilih oleh konsensus informal dalam arus utama suatu budaya,
terutama oleh budaya Barat pada awal hingga pertengahan abad ke-20 dan arus utama
global yang muncul di akhir abad ke-20. 20 dan awal abad 21. Budaya populer adalah
seperangkat alat hiburan dan merupakan produk yang diperjualbelikan untuk kepentingan
materi dengan tujuan mencari keuntungan, meskipun terkadang di sisi lain budaya
populer diciptakan untuk tujuan lain, seperti kepentingan menciptakan jenis budaya
politik. . Hal ini memberikan fakta bahwa budaya populer terkait dengan banyak aspek,
seperti konsumsi, fashion, politik, dan lain-lain.
1. Budaya Populer

Budaya populer adalah budaya yang sengaja diproduksi oleh media massa, yang
kemudian media massa menyampaikan segala sesuatu yang berkaitan dengan munculnya
budaya untuk disesuaikan dengan kondisi dan situasi, sehingga kemudian dapat
dikonsumsi oleh masyarakat. Berbicara tentang budaya pop tentu tidak lepas dari peran
media. Makna media sosial berperan sebagai pembawa budaya pop kepada masyarakat
luas. Media telah menghasilkan berbagai jenis produk budaya populer yang dipengaruhi
oleh budaya asing dan hasilnya telah disebarluaskan melalui jaringan global sehingga
masyarakat secara sadar atau tidak sadar telah menyerapnya sebagai budaya yang
berkembang.

Salah satu contoh budaya populer adalah berbelanja atau seringkal distilahkan dengan
shoping, merupakan aktivitas pengisi waktu luang yang paling populer bagi masyarak
modem Sehingga tak heran sering dengan perkembangan zaman, kian menjamur banyak
mal-mal, restoran atau foodcourt bioskop, tempat-tempat hiburan, butik, dan sebagainya
Dengan kegiatan ahoping sebagai salah satu contoh budaya populer yang berkembang di
masyarakat, menjadikan mall atau tempat berbelanja sebagai ruang publik. Dalam hal ini
keberadaan ruang publik menjadi media sekumpulan orang untuk berkumpul di pusat
perbelanjaan tidak melulu harus berbelanja atau membeli sesuatu melainkan banyak
dijumpai masyarakat hanya melihat that atau sekadar jalan-jalan aupun mencari hiburan.

2. Konsumerisme

Budaya populer juga berkaitan erat dengan budaya konsumerisme, yaitu sebuah
masyarakat yang senantiasa merasa kurang dan tidak puas secara terus-menerus, sebuah
masyarakat konsumtif dan konsumerisme, yang membeli bukan berdasarkan kebutuhan,
namun keinginan. Semua yang kita miliki hanya membuat kita semakin banyak
"membutuhkan dan semakin banyak yang kita miliki semakin banyak kebutuhan kita
untuk melindungi apa yang sudah kita miliki Misalnya, komputer membutuhkan
perangkat lunak, yang membutuhkan kapasitas memori yang lebih besar, yang
membutuhkan flashdisk dan hal-hal lain yang tidak berhenti berkembang . Ketika kita
sudah memiliki memori yang besar, kita ingin memori yang lebih besar lagi supaya
komputer kita dapat bekerja lebih cepat. Barang-barang tersebut memperbudak manusia
sepanjang hidupnya agar mendapatkannya .

3. Neokolonialisme
Neokolonialisme adalah bentuk penguasaan suatu negara terhadap negara lain yang
dilakukan secara tidak langsung dengan menggunakan cara yang halus. Bidang yang
dijajah mencakup beberapa bidang yang penting bagi suatu negara, Bidang yang menjadi
sasaran utama ialah politik dan ekonomi, kemudian akan masuk dalam bidang sosial,
militer, dan teknologi.

4. Kriminalitas/Kejahatan

Adanya globalisasi dapat mengakibatkan adanya kejahatan transnasional. Kejahatan


terorganisasi transnasional (kejahatan transnasional) adalah kejahatan terorganisasi yang
terjadi lintas perbatasan negara dan melibatkan kelompok atau jaringan yang bekerja di
lebih dari satu negara untuk merencanakan dan melaksanakan bisnis legal.

Demi mencapai tujuan mereka, kelompok penjahat menggunakan kekerasan


sistematis dan korupsi. Kejahatan terorganisasi transnasional yang paling lazim adalah
pencucian uang, penyelundupan manusia ;kejahatan siber, dan perdagangan manusia,
obat-obatan, senjata, hewan terancam punah, organ tubuh, atau material nuklir.

5. Urbanisasi

Modernisasi dan globalisasi melahirkan industrialisasi dalam aspek yang lebih maju
hal inilah yang mendorong terjadinya urbanisasi.Urbanisasi adalah proses terjadinya
perpindahan penduduk dan desa ke kota untuk mengubah hidupnya jadi lebih baik dan
lebih modern.

Dengan adanya urbanisasi penduduk kota semakin bertambah akibatnya timbulah


permasalahan baru di desa maupun di kota antara lain:

a. Semakin berkurangnya penduduk


b. Banyak sawah yang tak ter urus,desa,
c. Hasil panen menurun, tingkat kesejahteraan masyarakat menurun
6. Lunturnya Eksistensi Jati Diri
Bangsa Proses globalisasi yang berlangsung semenjak akhir abad ke-20 telah
menimbulkan berbagai problematika baru. Adapun problematika yang menjadi tantangan
global terhadap eksistensi jati diri bangsa sebagai berikut:

a. Pluralitas masyarakat Indonesia tidak hanya berkaitan dengan budaya, tetapi juga
dimensi sosial, politik dan ekonomi masyarakat sehingga proses globalisasi
informasi membawa dampak yang sangat kompleks.
b. Timbulnya krisis moneter yang kemudian berkembang menjadi krisis
multidimensi
c. Menutup kemungkinan timbul kehidupan sosial budaya dalam kondisi persaingan
yang sangat tajam, rasa solidaritas semakin menipis, manusia seolah tidak begitu
peduli lagi dengan kehidupan orang lain. Bangsa Indonesia menjadi masyarakat
yang mementingkan diri sendiri, egoisme semakin menonjol, yang mewarnai
kehidupan masyarakat .
7. Kerusakan Lingkungan

Pada umumnya kerusakan lingkungan terjadi secara alami ataupun akibat campur
tangan manusia. Kemajuan teknologi dan kompleksitas kebutuhan manusia mendorong
meningkatnya penggunaan sumber daya alam.

8. Anomie

Anomie, yatu keadaan di mana seseorang sudah tidak mempunyai pegangan apapuna
dalam menjalani kehidupan. Nilai-nilai yang ada sudah mulai luntur bahkan hilang sama
sekali, Sebagai contoh, maraknya pornografi dan pornoaksi serta munculnya berbagai
kasusa bunuh diri pada anak dan remaja akhir-akhir ini.

9. Cultural Shock

Culture shock atau kegoncangan budaya, yaitu keadaan di mana seseorang atau
masyarakat tidak siap menerima kebudayaan baru yang sifatnya asing yang tiba-tiba
datang .

10. Culture Lag


Culture lag atau ketertinggalan budaya, kondisi di mana salah satu komponen budaya.
Sidak bisa menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan komponen budaya lainnya yang
sudah mengalami perubahan terlebih dahulu Sebagai contoh, penyalahgunaan
penggunaan ponsel . Kerap kali kita lihat ponsel digunakan seseorang saat mengemudi
kendaraan bermotor, baik tu sepeda motor maupun mobil.

Ketimpangan atau kesenjangan yang muncul di dalam masyarakat sebagai berikut:

1. Kesenjangan Penguasaan Iptek


Globalisasi dapat menyebabkan kesenjangan terhadap penguasaan iptek.
Globalisasi menyebabkan terjadinya kemajuan terhadap ilmu pengetahuan dan
teknologi. Namun, tidak semua daerah turut mengalami dampak tersebut. Banyak
daerah di Indonesia yang masih minim pembangunan sehingga kemajuan iptek juga
terhambat Selain itu, jika direnungkan secara saksama, kesenjangan itu sebenarnya
akbat atau buah dan usaha, baik kuantitas dan kualitasnya berbeda. Seseorang yang
cerdas, rajin, ulet, dan memiliki kemauan untuk berprestasi, akhirnya meninggalkan
orang-orang yang tidak memiliki sifat atau usaha-usaha yang menjadikan beruntung
tersebut.
Para ilmuwan atau mereka yang menguasai teknologi hidupnya akan lebih maju
bilamana dibandingkan dengan orang yan tidak memilikinya. Berbekalkan dan
teknologi, seseorang berhasil membangun perusahaan atau menciptakan sesuatu yang
baru dan dibutuhkan oleh kalangan luas, sehingga akhirnya menjadi orang kaya.
Sementara yang tidak berilmu dan menguasai teknologi akan menerima apa adanya.
Akibatnya, terjadilah kesenjangan tersebut.
2. Kesenjangan Sosial Budaya

Seiring berjalannya waktu, zaman semakin maju dan kini tibalah zaman yang
biasa disebut era globalisasi atau ada yang mengatakan era modern. Oleh karena itu,
sangat diperlukan kesadaran generasi muda untuk menggalakkan kembali budaya-
budaya lokal agar kembali eksis di masyarakat.
3. Kesenjangan Ekonomi

Kemajuan zaman mengakibatkan terjadinya kesenjangan ekonomi inilah dampak dari


modernisasi .

Faktor-faktor yang menyebabkan kesenjangan sosial ekonomi sebagai berikut.

a. Menurut pendapatan perkapita sebagai akibat pertumbuhan penduduk yang relatif


tinggi tanpa diimbangi peningkatan produktivitas.
b. Ketidakmerataan pembangunan antardaerah sebagai akibat kebijakan politik dan
kekurangan sumber daya manusia.
c. Rendahnya mobilitas sosial.
BAB III

KETIMPANGAN SOSIAL

A. Hakikat Ketimpangan Sosial


1. Pengertian Ketimpangan Sosial

Ketimpangan (kesenjangan) ekonomi adalah keadaan yang tidak seimbang di masyarakat


yang mengakibatkan perbedaan yang mencolok terutama berkaitan dengan perbedaan
penghasilan yang sangat tinggi antara masyarakat kelas atas dan kelas bawah. Ketimpangan
sosial dapat diartikan oleh masyarakat sebagai bentuk ketidakadilan dalam status dan
kedudukan di masyarakat. Sehingga ketimpangan/kesenjangan sosial ekonomi dapat
diartikan gejala yang timbul di masyarakat karena adanya perbedaan batas kemampuan
finansial dan status sosial di antara masyarakat yang hidup di sebuah lingkungan/wilayah
tertentu.

2. Faktor Penyebab Ketimpangan Sosial

Ketimpangan sosial ekonomi atau kesenjangan sosial ekonomi sudah menjadi


permasalahan sosial di Indonesia. Hal tersebut terjadi karena semakin sulitnya masyarakat
kelas bawah menikmati akses-akses hasil pembangunan yang sudah dilaksanakan oleh
pemerintah.

Secara umum ketimpangan sosial disebabkan oleh faktor sebagai berikut.

a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang datang dari dalam diri sendiri yang memiliki dampak
sangat besar bagi perjalanan hidup seseorang, Beberapa faktor internal ini adalah tingkat
pendidikan yang rendah serta tidak adanya kemampuan dan keterampilan yang dimiliki
untuk bersaing dalam mendapatkan pekerjaan yang lebih baik untuk meningkatkan nilai
kesejahteraannya sendiri. Itulah kenapa meningkatkan taraf pendidikan dan keterampilan
seseorang masih dianggap cara terbaik dalam upaya untuk mengatasi ketimpangan sosial.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor ketimpangan sosial yang berasal dari luar diri
seseorang, yaitu berupa lingkungan hidup Lingkungan hidup adalah satu hal yang sangat
berpengaruh terhadap perkembangan seseorang yang jika lingkungannya tidak mendukung,
kesejahteraan pun akan sulit didapatkan. Salah satu contoh ketimpangan sosial yang berasal
dari faktor eksternal ini berawal dan kebijakan atau birokrasi pemerintah yang terlalu
berbelit-belit hingga akhirnya menyebabkan kemiskinan yang terstruktur Selain dua faktor di
atas, ketimpangan sosial juga dapat terjadi karena disebabkan oleh beberapa faktor berikut
ini.

a. Kondisi Ekonomi

Faktor ekonomi sendiri dianggap menjadi faktor utama munculnya ketimpangan sosial di
masyarakat. Penyebab utama ketimpangan sosial adalah pembangunan ekonomi yang tidak
merata Ketidakmerataan pembangunan dapat merugikan masyarakat yang tidak memiliki
banyak modal dan aset Daerah atau sekelompok orang yang memiliki sumber daya dan
faktor produksi terutama modal, akan punya banyak pendapatan.

b. Kondisi Pendidikan

Kondisi pendidikan juga berpengaruh terhadap terjadinya ketimpangan sosial. Pendidikan


merupakan social elevator, yaitu saluran mobilitas sosial vertikal yang efektif. Akan tetapi
jika dilihat, anak-anak yang berada di daerah terpencil memiliki semangat belajar tinggi
meskipun fasilitas kurang, sedangkan anak yang tinggal di kota dengan fasilitas pendidikan
yang mencukupi, sebagian besar terpengaruh oleh lingkungan sosial yang kurang baik
sehingga semangat belajar kurang Perbedaan ini menyebabkan ketimpangan sosial dan
ketidakadilan tersebut bisa dilihat dari fasilitas, kualitas tenaga kerja, mutu pendidikan, dan
lain sebagainya.

c. Kondisi Demografi
Demografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang masalah kependudukan dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya Kondisi demografis antara masyarakat yang satu
dengan yang lainnya memiliki perbedaan Letak perbedaan tersebut dapat dilihat dari
beberapa hal sebagai berikut.
1) Persebaran penduduk Merupakan bentuk penyebaran penduduk di suatu wilayah atau
daerah. Adanya persebaran penduduk yang tidak merata menimbulkan pembangunan
yang hanya terpusat pada satu daerah. Hal ini akan menimbulkan kemiskinan bagi
penduduk yang tidak dapat bersaing dengan perkembangan pembangunan daerah.
2) Jumlah penduduk. Jumlah penduduk yang besar tidak sebanding dengan fasilitas yang
ada, misinya lapangan pekerjaan, pelayanan umum, akan menyebabkan banyak
masyarakat memiliki tingkat kesejahteraan yang kurang.
3) Komposisi penduduk. Yaitu komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin.
Misalnya, dalam suatu daerah terdapat penduduk dengan umur 35 tahun di atas lebih
banyak, daerah tersebut dapat disimpulkan memiliki angka kelahiran rendah dan
angka kematian tinggi. Hal ini mempengaruhi pertumbuhan penduduk tersebut.
adanya ketidakseimbangan tersebut dapat mempengaruhi keadaan sosial ekonomi.
d. Perbedaan Kelas Sosial Masyarakat

Perbedaan ini terjadi karena adanya pelapisan atau stratifikasi sosial yang terbentuk
berdasarkan kualitas pribadi, entah tu kesehatan, pendidikan, atau pun kekayaan
Ketimpangan sosial ini merupakan ketimpangan yang sering terjadi di lingkungan
masyarakat. Ketimpangan ini bisa dilihat adanya perbedaan kelas sosial antara orang
kaya dengan orang miskin, penguasaan dengan rakyat, atau sarjana dengan lulusan SD.

e. Kondisi Kesehatan

Salah satu kondisi kesehatan yang menyebabkan ketimpangan sosial adalah fasilitas
kesehatan yang tidak merata Akibatnya, kualitas kesehatan masyarakat menjadi berbeda-
beda Kualitas kesehatan masyarakat yang mendapat fasilitas kesehatan yang baik akan
mengalami kondisi kesehatan yang jauh lebih baik ketimbang masyarakat yang mendapat
fasátas kesehatan buruk. Padahal, kondisi kesehatan amat penting bagi peningkatan
kualitas setiap individu masyarakat.

f. Letak Geografis

Pengaruh letak geografis ternyata berpengaruh terhadap ketimpangan sosial Secara


geografis, Indonesia terdiri atas pulau-pulau yang jumlahnya sangat banyak. Sayangnya.
pulau-pulau ini tidak bisa dikelola dengan baik, sehingga ketimpangan sosial pun
akhirnya terjadi. Pulau-pulau kecil yang tidak tertangani pemerintah akhirnya malah
tertinggal dengan pulau-pulau besar seperti Jawa, Sumatera, dan lain sebagainya.

g. Kurangnya Lapangan Pekerjaan

Kurangnya lapangan pekerjaan membuat masyarakat mengalami ketimpangan atau


kesenjangan sosial Kesenjangan antara masyarakat tenaga kerja dan pengangguran
menjadi semakin besar karena lapangan pekerjaan yang sempit. Bila upaya pemerintah
dalam mengatasi pengangguran tidak dilakukan, para pengangguran ini akan merasa
terdiskriminasi dan ketimpangan sosial pun semakin sulit diatasi.

3. Teori Teori Ketimpangan Sosial.

1. Teori Kolonialisme.

Dimulai di Inggris sekitar tahun 1750 ketika industrialisasi menyebar di seluruh Eropa Barat.
Teori ini merujuk pada satu negara yang menjadikan banyak wilayah sebagai koloninya, yang
diawali oleh negara industri (negara kapitalis). Menurut Horrison, mereka menananamkan
sebagian keuntungannya ke dalam persenjataan yang tangguh dan kapal cepat, kemudian
digunakan untuk menyerbu negara yang lemah untuk dijadikan koloninya. Setelah bangsa yang
lemah takluk, mereka akan meninggalkan kekuatan pengendali untuk mengeksploitasi tenaga
kerja dan sumber daya bangsa tersebut.

2. Teori Sistem Dunia.

Teori sistem dunia muncul sebagai kritik atas teori modernisasi dan teori dependensi. Immanuel
Wallerstein memandang bahwa dunia adalah sebuah sistem kapitalis yang mencakup seluruh
Negara di dunia tanpa kecuali. Sehingga, integrasi yang terjadi lebih banyak dikarenakan pasar
(ekonomi) daripada kepentingan politik. Dimana ada dua atau lebih Negara interdependensi yang
saling bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan seperti food, fuel, and protection. Juga, terdapat
satu atau dua persaingan politik untuk mendominasi yang dilakukan untuk menghindari hanya
ada satu Negara sentral yang muncul ke permukaan selamanya. Teori ini membagi dunia secara
geografis menjadi tiga kelompok.
1. Pertama adalah kategori Inti (Kelompok Pusat) dimana terdapat pusat-pusat
kekuasaan, kekayaan industri, dan pusat pengaruh politik dunia. Negara-negara ini secara
kuat mempengaruhi dan memaksakan aturan-aturan tatanan dunia. Negara- negar yang
masuk ke dalam kategori ini antara lain Amerika Utara, Eropa Barat dan Jepang.
2. Kedua adalah Semi Periperi (Kelompok Antara) dimana merupakan percampuran
antara sifat-sifat dari negara-negara inti seperti perindustrian, kekuatan ekspor,
kesejahteraan dan sifat kategori Periperi seperti kemiskinan, kerentanan terhadap
pengaruh keputusan asing, kepercayaan pada produk pokok. Dalam kelompok ini adalah
kelompok yang paling penuh pergolakan dimana anggotanya paling sering mengalami
naik-turun dalam hirarki dunia.Negara- negar yang masuk ke dalam kategori ini antara
lain Asia Timur, Amerika Latin, negara pecahan Uni Soviet.
3. Ketiga adalah Periperi (Kelompok Pinggiran) yang merupakan negara-negara yang
terbelakang dalam sistem dunia. Kelompok ini hanya menyediakan bahan baku mentah
bagi industri maju. Kelompok ini hidup dalam situasi kehidupan yang menyedihkan,
kemiskinan dan prospek pembangunan masa depan yang suram. Negara- negara yang
masuk ke dalam kategori ini antara lain mayoritas negara-negara di Afrika.

3. Teori Ketergantungan (Dependensi).

Keterbelakangan sebagai akibat suatu sistem kapitalis internasional yang dominan (perusahaan-
perusahaan multinasional) dan bersekutu dengan elite lokal di dunia ketiga yang menggunakan
kelebihan dan keistimewaan untuk mempertahankan kedudukan mereka. Dunia ketiga adalah
negara yang tidak masuk dunia pertama (negara kapitalis) dan dunia kedua (negara komunis).
Dunia ketiga tidak dapat mengadakan industrialisasi dan pembangunan ekonomi selama masih
dalam cengkeraman suatu sistem internasional yang diskriminatif.

4. Pendekatan Struktural

Memandang bahwa kemiskinan dan kebergantungan dunia ketiga tidak disebabkan oleh
keputusan kebijakan yang sengaja dibuat Amerika, Inggris, atau Moskow.
Namun,kebergantungan berasal dari struktur sistem internasional yang konstruksinya dibuat
sedemikian rupa sehingga bangsa-bangsa pengekspor bahan mentah kehilangan bagiannya dari
keuntungan produksi.
5. Teori Raul Prebisch, sistem perdagangan bebas mmerugikan negar-negara pengekspor
bahan mentah (negara periferi) dan menguntungkan negara-negara industri kaya yang
mengekspor hasil industri (negara-negara pusat)
6. Teori Fungsional.

Ketidaksetaraan tidak bisa dihindari dan memainkan fungsi penting dalam masyarakat. Menurut
Kingsley Davis dan Wilbert Moore, penyebab ketidaksetaraan dan stratifikasi masyarakat adalah

1. Masyarakat harus memastikan bahwa posisi-posisinya terisi


2. Beberapa posisi lebih penting daripada yang lain
3. Posisi-posisi yang lebih penting harus diisi oleh orang yang lebih berkualifikasi

Untuk memotivasi orang yang lebih berkualifikasi agar mengisi posisi-posisi ini, masyarakat
harus menawarkan imbalan lebih besar.

7. Teori Konflik.

Ketimpangan sebagai akibat dari kelompok dengan kekuatan (power) mendominasi kelompok
yang kurang kuat. Kesenjangan sosial mencegah dan mneghambat kemajuan masyarakat karena
mereka yang berkuasa akan menindas orang-orang tak berdaya untuk mempertahankan status
quo.

Ada tiga analisis dalam teori ini, yakni;

1. Karl Marx. Kapitalisme akan memperuncing perbedaan kelas antar individu


2. Lewis Coser. Perjuangan mengenai nilai serta tuntutan atas status, kekuasaan, dan sumber
daya.
3. Ralf Dahrendolf. Masyarakat yang terdiri dari organisasi yang didasarkan pada
kekuasaan atau wewenang
4. Bentuk-Bentuk Ketimpangan Sosial

Menurut Andrinof Chaniago, paling tidak terdapat enam ketimpangan yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat.

a. Ketimpangan desa dan kota.


b. Kesenjangan pembangunan diri manusia Indonesia.
c. Ketimpangan antar golongan sosial ekonomi yang diperlihatkan dengan semakin
meningkatnya kesenjangan ekonomi antara golongan-golongan dalam masyarakat.
d. Ketimpangan penyebaran aset di kalangan swasta dengan ciri sebagian besar
kepemilikan
e. aset di Indonesia terkonsentrasi pada skala besar.
f. Ketimpangan antar sektor ekonomi dengan cin sebagian sektor, misalnya properti,
mendapat tempat yang istimewa.

Ketimpangan antar wilayah dan subwilayah dengan konsentrasi ekonomi terpusat


pada wilayah perkotaan, terutama ibu kota, sehingga daerah hanya mendapatkan
konsentrasi ekonomi yang sangat kecil.

Selain bentuk ketimpangan di atas masih ada beberapa bentuk ketimpangan lainnya.
impangan sosial juga terjadi dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat Berikut ini
Ketimpangan beberapa bentuk ketimpangan sosial dalam berbagai bidang kehidupan.
Beberapa bentuk ketimpangan sosial tersebut dapat dibedakan menjadi ketimpangan
sosial-ekonomi dan ketimpangan sosial non ekonomi.

a. Ketimpangan Sosial-Ekonomi
Bentuk ketimpangan sosial yang tergolong dalam ketimpangan sosial ekonomi
merupakan ketimpangan yang muncul karena terpengaruh secara langsung ekonomi. Adapun
berbagai ketimpangan tersebut sebagai berikut.
1) Ketimpangan pembangunan Proses pembangunan yang belum merata dan hanya berpusat
di daerah tertentu dapat yang dipengaruhi kebijakan pemerintah merupakan disebut
ketimpangan pembangunan. Ketimpangan pembangunan di Indonesia tampak pada
pembangunan di daerah pedesaan dan perkotaan antara Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa,
serta antara pusat-pusat pertumbuhan dengan kawasan perbatasan.
a) Ketimpangan desa dan kota Desa merupakan bagian dari suatu negara yang wajib
menerima bentuk-bentuk pembangunan, baik pembangunan masyarakat (community
development) maupun sarana dan prasarana dasar. Akan tetapi, pada kenyataannya
bentuk-bentuk pembangunan lebih menitikberatkan pada wilayah perkotaan.
Akibatnya, terjadi ketimpangan pembangunan antara desa dan kota. Ketimpangan
pembangunan tersebut ditunjukkan oleh rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat
desa, tertinggalnya pembangunan kawasan pedesaan dibanding perkotaan, dan
tingginya ketergantungan kawasan perdesaan terhadap kawasan perkotaan. Kondisi
ini disebabkan oleh minimnya akses pada permodalan, lapangan kerja, informasi,
teknologi pendukung, dan pemasaran hasil-hasil produksi di pedesaan.
b) Ketimpangan antara Pulau Jawa dan Luar Jawa Masuknya berbagai investasi sebagai
dampak globalisasi dapat menimbulkan ketimpangan pembangunan. Pada
kenyataannya, investasi sebagian besar masih berada di Pulau Jawa. Kondisi ini
disebabkan Pulau Jawa dinilai lebih menguntungkan bagi para investor untuk
menanamkan modal. Bentuk kesenjangan pembangunan antara Pulau Jawa dan luar
Pulau Jawa antara lain tampak pada bidang industri, perdagangan dan jasa,
infrastruktur, irigasi, listrik, pendidikan, bahkan sektor pertanian. Selain hal tersebut,
terdapat beberapa faktor lain yang turut menyebabkan proses pembangunan daerah
menjadi tersendat sebagai berikut.
1) Terbatasnya akses transportasi yang menghubungkan wilayah tertinggal dan
wilayah yang relatif lebih maju.
2) Kepadatan penduduk yang relatif rendah dan tersebar.
3) Kandungan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang rendah.
4) Sebelum diprioritaskannya pembangunan di wilayah tertinggal oleh pemerintah
daerah.
5) Belum optimálnya dukungan sektor terkait untuk pengembangan wilayah.
b. Ketimpangan sosial antara kelompok masyarakat kaya dan masyrakat miskin
Ketimpangan sosial antara masyarakat kaya dan masyarakat miskin dapat Anda. Lihatt
secara fisik. Hal tersebut terjadi karena sedikit banyak mendapat pengaruh dari globalisasi.
Pada dasarnya globalisasi menimbulkan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Globalisasi mendorong integrasi ekonomi di seluruh dunia dan pertumbuhan ekonomi
signifikan. Pengintegrasian ekonomi internasional mendorong negara maju menanamkan
investasi ke negara berkembang dan pada akhirnya akan mensejahterakan negara
berkembang. Kenyataannya, globalisasi tidak benar-benar mampu menyelesaikan masalah
kemiskinan karena industri kecil kalah bersaing dengan industri besar milik negara maju.
Akibatnya, perputaran modal hanya terjadi dalam masyarakat kaya, sementara kaum miskin
tidak mendapatkan keuntungan. Oleh karena itu, sukses globalisasi belum mampu menyentuh
hingga ke pemerataan ekonomi. Akibatnya, ketimpangan sosial antara kelompok masyarakat
kaya dan masyarakat miskin semakin meningkat.
c. Ketimpangan antara pemilik modal dan buruh

Globalisasi berperan besar terhadap terjadinya ketimpangan antara pemilik modal dan
kaum bunuh di Indonesia Adanya pengaruh globalisasi di Indonesia mengakibatkan banyak
investor asing masuk untuk menanamkan modal Selain itu banyak perusahaan luar negeri
yang membuka cabang di Indonesia. Keberadaan perusahaan-perusahaan asing melibatkan
banyak tenaga kerja indonesia sehingga dapat menekan jumlah pengangguran. Akan tetapi,
salah satu tujuan perusahaan-perusahaan transnasional menjalankan usahanya di negara.
berkembang karena melimpahnya jumlah tenaga kerja yang bersedia dibayar murah. Oleh
karena itu, mereka mampu menekan biaya produksi untuk mendapatkan keuntungan besar.
Tidak diperhatikannya upah buruh ini, memunculkan ketimpangan dalam masyarakat
Meskipun buruh mendapat upah dan kadang harus bekerja lembur untuk memenuhi target
produksi, kecilnya upah yang diterima sulit meningkatkan taraf hidup mereka Realitas ini
berbanding terbalik dengan para pemilik perusahaan dan pemegang saham. Setiap keuntungan
perusahaan dan naiknya permintaan pasar, semakin bertambah pula kekayaan yang mereka
miliki

d. Ketimpangan Sosial Non Ekonomi

Bentuk ketimpangan sosial yang tergolong dalam ketimpangan sosial non ekonomi
merupakan ketimpangan yang tidak terpengaruh secara langsung oleh faktor ekonomi

Adapun berbagai ketimpangan tersebut sebagai berikut.

1) Ketimpangan pendidikan

Ketimpangan sosial terbagi dalam beberapa bidang salah satunya ketimpangan di bidang
pendidikan Karena pendidikan merupakan keharusan mutlak bagi manusia, maka perlu
disadari semua pihak siapa sesungguhnya yang harus bertanggung jawab terhadap
penyelenggaraan pendidikan. Ketimpangan pendidikan sangat terlihat perbedaannya di desa
dan di kota, Pendidikan di kota memang sangat berbeda dibandingkan dengan di desa, di
mana kota banyaknya terdapat informasi yang ada, dan juga adanya internet yang mendunia
saat ini. Sedangkan di desa tidak seperti itu bahkan sebaliknya. Di desa mempunyai
komitmen untuk memperoleh pendidikan meskipun mereka jarang memperoleh informasi
tentang kejadian yang ada pada saat ini. Adapun bentuk-bentuk ketimpangan pendidikan
sebagai berikut.

a) Sarana dan prasarana pendidikan belum merata di seluruh wilayah Indonesia sebagian
besar wilayah di perkotaan memiliki gedung sekolah yang bersih dan kukuh serta
memiliki fasilitas yang memadai. Hal tersebut berbeda dengan kondisi sekolah yang
ada di pelosok daerah di mana fasilitas pendidikannya masih sangat minim.
b) Dilihat dan keterjangkauan akses pendidikan. Adanya globalisasi mendorong terjadi
peningkatan mutu dan standar pendidikan Peningkatan tersebut berdampak pada
biaya untuk mengakses pendidikan. Kondisi ini menyebabkan masyarakat miskin
semakin sulit mengakses dan mengenyam pendidikan yang lebih tinggi.
c) Dilihat dari tujuan pokoknya, globalisasi mendorong pendidikan untuk menyesuaikan
standar internasional, misalnya penggunaan bahasa asing dalam setiap kegiatan
pembelajaran Banyak lembaga pendidikan disyaratkan menerapkan penggunaan
bahasa asing, tetapi realitanya terkendala pada keterbatasan tenaga pengajar, sarana
dan prasarana.
2) Ketimpangan antara budaya global dan budaya lokal

Masuknya budaya asing ke suatu negara merupakan sesuatu yang wajar seca akibat
globalisasi dan modernisasi. Hanya saja, fakta tentang semakin budaya luar (budaya global)
dibanding budaya lokal sudah merajalela masyarakat, terutama pada kaum remaja. Hal
tersebut menyebabkan budaya lokal yang beraneka ragam miliki bangsa Indonesia terancam
punah. Selain pengaruh globalisasi, lunturnya kebudayaan lokal juga dipengaruhi berbagai
faktor, baik dari dalam masyarakat maupun pemerintah sebagai berikut.

a) Keengganan generasi muda mempelajari budaya daerah dan kurangnya sosial budaya
daerah oleh generasi tua
b) Adanya perasaan gengsi ketika menggunakan hasil budaya local
c) Pemerintah daerah kurang mengupayakan pelestarian budaya.
d) Sedikitnya pengetahuan yang dimiliki generasi muda terhadap kebudayaan local
e) Menggejalanya sikap individualisme menimbulkan sikap ketidakpedulian
3) Ketimpangan Sosial di Bidang Kesehatan

Kesehatan adalah hal yang berikatan erat dengan kehidupan manusia. Dalam keseharian,
ada banyak faktor sosial yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia Faktor-faktor
tersebut dapat berkontribusi dalam terjadinya ketidakseimbangan ata ketimpangan kesehatan
di antara kelompok sosial. Faktor-faktor sosial yang berpengant dalam kesehatan ini disebut
dengan istilah sosial determinants of health (SDH). Menurut WHO, social determinants of
health adalah kondisi sosial yang mempengaruhi kesempatan seseorang untuk memperoleh
kesehatan. Faktor-faktor seperti kemiskinan, kekurangan pangan, ketimpangan sosial dan
diskriminasi, kondisi masa kanak-kanak yang tidak sehat serta rendahnya status pekerjaan
merupakan penentu penting dari terjadinya penyak kematian, dan ketidakseimbangan
kesehatan antar maupun di dalam sebuah negara.

4) Ketimpangan Gender

Ketimpangan gender terjadi bila terdapat ketidaksamaan hak dan perlakuan antara laki-
laki dan perempuan, baik itu dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, maupun
bernegara. Ketimpangan ini bisa dilihat dari sedikitnya jumlah perempuan yang diber
kesempatan bekerja di sektor industri. Selain itu, jumlah perempuan yang bersekolah hingga
ke jenjang yang paling tinggi pun masih terhitung sedikit dibanding dengan lak laki.
Ketimpangan ini masih terjadi karena masih adanya tabu yang menyatakan bahwa tidak
sepatutnya wanita melakukan pekerjaan kasar atau bersekolah hingga ke jenjang tertinggi
atau doktoral.

B. Dampak dan Upaya Mengatasi Ketimpangan Sosial dalam Masyarakat

Ketimpangan yang terjadi di masyarakat dapat menimbulkan dampak yang beragam bag
masyarakat itu sendiri. Dampak tersebut dapat berupa dampak positif dan dampak negatif.

1. Dampak Negatif Ketimpangan Sosial dalam Masyarakat Global

a. Diskriminasi Sosial
Ketimpangan sosial dapat menyebabkan terjadinya diskriminasi sosial. Diskriminasi sosial
adalah pembedaan sikap dan perlakuan terhadap sesama manusia berdasarkan kedudukan
sosialnya. Adanya faktor yang tidak seimbang dalam masyarakat menghasilkan kelas-kelas
sosial baik disengaja maupun tidak disengaja. Sifat dari tiap-tiap kelas tersebut berjenjang namun
masih dapat melakukan interaksi sosial. Diskriminasi ini dapat muncul ketika terdapat perbedaan
perlakukan di antara tiap kelas. Pembedaan ini biasanya terletak pada pelayanan, perlakukan,
serta pemberian hak akses. Sebagai contoh, terjadinya demo masyarakat miskin menuntut
keadilan dalam mengakses sarana kesehatan. Selain itu, muncul ungkapan bahwa orang miskin
dilarang sakit hal ini terjadi disebabkan sulitnya masyarakat golongan bawah dalam mendapat
pelayanan kesehatan yang layak, mulai dari semakin mahalnya berobat ke rumah sakit,
mahalnya obat yang harus ditebus pasion sehingga memaksa mereka agar jangan sakit Belum
lagi tindakan diskriminatif pihak pelayan kesehatan yang menomorduakan masyarakat miskin
mendapat pelayanan. Sebenarnya masyarakat ingin dapat merasakan fasilitas kesehatan yang
memadai. yang di dalamnya tidak ada perbedaan antara pelayanan bagi orang kaya maupun
orang miskin.

b. Kecemburuan Sosial

Kemiskinan dan pengangguran dapat membuat masyarakat berpendapatan rendah mulai


membandingkan diri dengan masyarakat berkecukupan. Jika dibiarkan, sikap tersebut bisa
mengarah pada kecemburuan sosial. Kecemburuan sosial merupakan suatu kondisi munculnya
perasaan atau sikap yang kurang senang dari suatu kelas sosial karena adanya perbedaan-
perbedaan dalam kehidupan bermasyarakat. Kecemburuan sosial dapat muncul melalui dua sisi
kemungkinan. Sisi pertama, melalui prasangka, yaitu sikap perasaan orang-orang terhadap
golongan manusia tertentu. Pada awalnya muncul prasangka berupa perasaan negatif setelah
terjadi ketidakadilan dalam hidup mereka, Akhirnya, dari prasangka tersebut, mereka
memandang orang yang hidup lebih baik dari mereka dianggap sebagai penyebabnya. Sisi kedua,
akibat perlakukan yang diterima oleh kelompok masyarakat yang dibeda-bedakan atau terjadi
pembedaan terhadap kelompok masyarakat lainnya ketika mengakses sesuatu. Sebagai contoh,
kecemburuan sosial yang terjadi antara warga asli pribumi dengan warga pendatang/transmigran.
Kecemburuan sosial mereka disebabkan warga transmigran mendapat bantuan dari pemerintah
berupa hewan temak secara cuma cuma, sedangkan warga asli tidak mendapatkannya. Akibatnya
masyarakat setempat melakukan unjuk rasa menuntut keadilan.

c. Konflik Sosial

Sebagaimana pembahasan sebelumnya, kita mengetahui bahwa kecemburuan sosial merupakan


sikap yang negatif dan dapat merusak hubungan sosial antarindividu atau kelompok. Sikap
kecemburuan sosial yang tidak ditangani akan menyebabkan terjadinya konflik sosial. Konflik
sosial adalah salah satu bentuk hubungan antarindividu ataupun antarkelompok dalam
masyarakat yang diikuti dengan tindakan saling mengancam dan kekerasan satu sama lain.
Sebagai akibat ketimpangan sosial, wujud konflik yang tercipta dapat dibedakan menjadi dua
bentuk, yaitu konflik laten dan manifes. Konflik laten merupakan konflik yang tidak tampak,
misalnya ketimpangan yang terjadi antara buruh dan pemilik modal. Kejadian ini menimbulkan
kecemburuan sosial, kekecewaan, dan prasangka negatif para karyawan terhadap perusahaan.
Kondisi inilah yang disebut konflik laten. Adapun konflik manifes merupakan konflik yang
tampak, berwujud, dan berpengaruh besar terhadap masyarakat luas. Wujud konflik manifes
adalah terjadinya kekerasan, perang. kerusuhan, dan perusakan Konflik manifes merupakan
perkembangan dari konflik laten yang menjadi gejala Konflik yang sudah terjadi, bila tidak
segera dicari penyelesaiannya akan mudah berkembang dan merembet pada masalah-masalah
yang lebih besar.

d. Terjadi Kriminalitas

Masyarakat miskin karena ketimpangan sosial harus berusaha keras memenuhi kebutuhan
hidupnya di era globalisasi ini. Beberapa dari mereka terpaksa menghalalkan segala cara agar
dapat memenuhi hidupnya, yaitu dengan melakukan berbagai macam tindakan kriminal seperti
mencuri, merampok, berjudi, penodongan, dan tindakan kriminal lainnya.

e. Melemahnya Minat untuk Berwirausaha/Berwiraswasta

Beberapa ahli mengatakan bahwa globalisasi adalah sebuah strategi jitu bagi kepentingan
perusahaan multinasional, seperti, pajak yang lebih rendah dan peraturan yang Dengan demikian,
banyak perusahaan (memiliki modal yang besar). Hal tersebut secara perlahan dapat
menyisihkan pengusaha kecil yang tidak mampu bersaing dari segi modal maupun teknologi.
Pada selanjutnya masyarakat ketimpangan sosial. Ketimpangan sosial menghambat minat untuk
berwirausaha, khususnya masyarakat yang memiliki modal kecil. Bahkan bagi masyarakat yang
sudah berwirausaha kemungkinan menjadi tidak bersemangat untuk mengembangkan usahanya
untuk lebih maju. Hal-hal tersebut terjadi karena ketimpangan sosial membuat merasa pesimis
bersaing dengan perusahaan yang lebih besar.

f. Terjadinya Monopoli

Ketimpangan sosial menyebabkan seseorang yang kaya menjadi semakin kaya dan seseorang
yang miskin menjadi semakin miskin. Hal tersebut disebabkan, seseorang yang mempunyai
kekuatan baik dari segi ekonomi, hukum, politik, dan bidang lainnya akan berupaya untuk bisa
lebih menguasai bidang masing-masing dengan melebarkan sayap kekuasaan mereka. Hal
tersebut membuat rakyat miskin semakin tertindas karena mereka tidak punya kemampuan untuk
melawannya. Misalnya, maraknya pembangunan mal-mal kota-kota besar atau pembangunan
swalayan kota-kota kecil sedikit demi sedikit akan mematikan pedagang pasar tradisional.

2. Dampak Positif Ketimpangan Sosial

Dampak positif adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat yang positif. Adapun

dampak positif ketimpangan sosial bagi kehidupan masyarakat sebagai berikut.

a. Mengajarkan pada masyarakat mengenai arti tentang kehidupan beragama, dengan begini
maka mentalitas keterbukaan serta pengertian akan lebih mudah untuk diterapkan lebih nyata
secara.

b. Mendorong manusia untuk lebih pandai bersyukur atas apa yang dimilikinya beserta
menjadikan mereka lebih berserah yang disertai dengan harapan untuk berusaha ikhlas dalam
mengusahakan apa-apa yang mereka harapkan.
c. Ketimpangan sosial juga dapat menumbuhkan rasa empati antar golongan untuk membantu
yang lain demi mendapatkan kesetaraan yang sudah semestinya.

d. Ketimpangan sosial dapat menjadi suatu stimulasi ampuh beberapa wilayah untuk terus
memaksimalkan potensi mereka demi menuju arah yang senantiasa lebih baik lagi.

e. Ketimpangan sosial meminimalisir mental individu yang biasanya gampang cepat puas.
dengan ini mereka akan terus didorong untuk mengkontribusikan yang lebih baik dari diri

mereka masing-masing.

3. Upaya Mengatasi Ketimpangan Sosial Masyarakat

Pada uraian sebelumnya telah dijelaskan berbagai dampak negatif ketimpangan sosial. Dampak
negatif tersebut perlu mendapatkan penanganan apabila tidak akan menimbulkan permasalahan
sosial. Adapun beberapa upaya dalam mengatasi ketimpangan sosial sebagai berikut.

a. Peningkatan Kualitas Penduduk

Peningkatan kualitas penduduk dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1) Memperbaiki kualitas pendidikan. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka ketimpangan
sosial dapat diminimalkan. Oleh karenanya pemerintah wajib mengutamakan pendidikan dalam
segala hal sehingga setiap warga negara mempunyai kesempatan yang sama dalam memperoleh
pendidikan. Upaya yang dapat dilakukan untuk menghadapi globalisasi agar tidak terjadi
ketimpangan pendidikan sebagai berikut.

a) Meningkatkan mutu SDM terutama guru dalam penguasaan metode pembelajaran.

b) Peningkatan mutu guru dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi.

c) Peningkatan mutu manajemen sekolah dan manajemen pelayanan pendidikan.

d) Peningkatan mutu sarana dan prasarana.

e) Penanaman nilai-nilai keteladanan.

f) Pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan.


g) Penelitian dan pengembangan pendidikan.

2) Meningkatkan fasilitas kesehatan, baik tenaga medis maupun peningkatan pelayanan


kesehatan.

3) Melakukan pemberdayaan kelompok masyarakat, misalnya dengan memberikan penyuluhan


atau pengarahan pada masyarakat.

b. Menciptakan Peluang Kerja

Indonesia merupakan negara berkembang dengan memiliki kepadatan penduduk yang tinggi.
Jumlah penduduk yang besar tidak dimbangi dengan lapangan pekerjaan akan menimbulkan
pengangguran. Untuk itu pemerintah dan masyarakat dapat menciptakan peluang kerja bagi
mereka, dengan berbagai cara antara lain mengadakan proyek padat karya, mendirikan lebih
banyak UKM-UKM, memberlakukan inpres desa tertinggal.

c. Meningkatkan Sistem Peradilan di Indonesia

Meningkatkan sistem peradilan di di Indonesia dan melakukan dari mafia peradilan. Adanya
mafia hukum yang merajalela di Indonesia, membuat ketimpangan sosial di Indonesia semakin
mencolok.

d. Meminimalkan Korupsi dan Memberantas Korupsi

Pemerintah telah membentuk suatu lembaga yang bertugas memberantas (KKN) di Indonesia,
Lembaga yang dimaksud adalah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam menjalankan
tugas untuk memberantas KKN, terdapat beberapa kendala yang dihadapi KPK. Oleh sebab itu,
pemerintah harus selalu berbenah diri karena dengan meminimalkan KKN yang terjadi mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan dana yang ada.

e. Mobilitas Geografis

Mobilitas geografis adalah perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain. Pemerintah
mengadakan program tersebut dengan tujuan mengendalikan jumlah penduduk di suatu daerah,
Adanya pemerataan penduduk juga harus diikuti dengan pembangunan.
C. Penguatan Posisi Komunitas Lokal dalam Merespon Perubahan Sosial

Kehidupan di pedesaan didominasi dengan cara hidup berkelompok. Misalnya saja para
kelompok nelayan, petani, atau pekerja pabrik yang merantau dari daerah lain. Di dalam ilmu
sosiologi, kelompok ini dinamakan dengan komunitas lokal. Hubungan antar sesamanya sangat
erat namun perkembangan kelompoknya justru cenderung lambat. Selain itu, kehidupan
komunitas lokal pun masih terikat dengan adat istiadatnya. Komunitas lokal sangat rentan dalam
menghadapi perubahan sosial. Oleh karena itu, perlu dilakukan beberapa upaya untuk
memberikan penguatan. Salah satu bentuk penguatan yang dapat dilakukan ialah pemberdayaan,
agar dapat memperbaiki kualitas hidup mereka. Proses yang perlu dilakukan yaitu dengan cara
pembangunan partisipatif. Misalnya, kelompok petani hutan akan mendapat dukungan moril jika
ikut dalam proses pembangunan dan pelestarian hutan. Kelompok petani tidak sekadar mengikuti
program yang sudah dirancang oleh pihak lain. Akan tetapi, mereka juga ikut merencanakan,
kemudian melaksanakannya bersama-sama, Setelah kelompok petani bersama-sama melakukan
kegiatan pemberdayaan, mereka bisa menggunakan hasil pembangunan tersebut, yaitu
melestarikan hasil dari hutan. Menurut Soedijanto, hal ini diakibatkan adanya penerapan
karakteristik yang ideal untuk merespon perubahan sosial bagi komunitas lokal sebagai berikut.

1. Otonom: pemberdayaan yang membuat komunitas menjadi mandiri, agar bebas dari berbagai
ketergantungan.

2. Egaliter: proses pemberdayaan untuk menyamaratakan status semua pihak yang terlibat

di dalamnya.

3. Kesukarelaan: keikutsertaan komunitas lokal bukan karena paksaan, tetapi didasari oleh
kesadaran din untuk mencari solusi dari masalah komunitas tersebut.

4. Kebersamaan: mengutamakan sikap gotong royong untuk mencapai tujuan bersama.

5. Partisipatif: melibatkan seluruh anggota komunitas secara aktif, untuk membuat ide rencana
pembangunan bersama-sama.

6. Akuntabilitas: kegiatan terbuka untuk diawasi pihak-pihak yang berkepentingan


(transparan).

7. Keswadayaan: sikap inisiatif tiap individu dalam pengambilan keputusan yang disertai
keputusan penuh tanggung jawab.

8. Demokrasi pemberian hak bagi anggota komunitas untuk menyampaikan pendapat.

9. Keterbukaan: dilandasi rasa jujur, saling percaya, dan peduli. Hal ini perlu, agar kegiatan
mampu membawa manfaat bagi semua pihak.

D. Menjalin Relasi Antar Komunitas Lokal

Dalam menjalin relasi/hubungan antar komunitas, penekanan ada pada tiga prinsip
pengembangan masyarakat luas, Pertama, penekanan yang diarahkan pada fungsi kemandirian,
termasuk sumber-sumber dan tenaga setempat, serta kemampuan manajemen lokal. Kedua,
penekanan pada penyatuan masyarakat sebagai suatu kesatuan. Hal tersebut terlihat dari adanya
pembentukan organisasi-organisasi lokal yang termasuk di dalamnya lembaga-lembaga yang
bertanggung ung jawab dalam mengurusi kegiatan. Ketiga, keyakinan umum mengenai situasi
dan arah perubahan sosial serta masalah-masalah yang ditimbulkan. Agar relasi antar komunitas
lokal dapat memperkuat posisi tawar, diperlukan hal sebagai berikut.

1. Membangun dan mengembangkan jejaring sosial sebagai wahana pengembang partisipasi

dan aspirasi masyarakat.

2. Peranan pemerintah lokal sebagai fasilitator dalam pengembangan partisipasi dan aspirasi
masyarakat.
Apersepsi

Globalisasi mendatangkan manfaat positif seperti semakin terbukanya akses informasi


dari berbagai belahan dunia. Selain itu juga memudahkan komunikasi manusia. Selain dampak
positif rupanya globalisasi juga membawa akibat negatif, yaitu terkikisnya nilai-nilai budaya
lokal. Budaya dalam masyarakat terwujud dalam adalah nilai yang diwariskan secara turun-
temurun. Budaya yang ada saat ini adalah hasil pemikiran positif orang terdahulu sebelum kita.
Budaya memiliki nilai luhur yang t aturan, laku, dan aturan n perbuatan. Eksistensi budaya dan
keragaman nilai-nilai luhur kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia merupakan sarana
dalam membangun karakter warga negara. Oleh karena itu, dalam menghadapi globalisasi kita
harus mampu menguatkan kembali karakter bangsa kita melalui pelaksanaan pemberdayaan
komunitas berdasarkan nilai kearifan lokal. Kearifan lokal tidak hanya dijadikan slogan saja
melainkan dijiwai dan dimaknai dalam setiap perbuatan kita. Bangsa yang tangguh adalah
bangsa yang mampu bertahan di era global.

Materi Pembelajaran

A. Hakikat Kearifan Lokal

Kearifan lokal adalah identitas atau kepribadian budaya sebuah bangsa yang
menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap, bahkan mengolah kebudayaan yang berasal
dari luar/ bangsa lain menjadi watak dan kemampuan sendiri. Identitas dan kepribadian tersebut
tentunya menyesuaikan dengan pandangan hidup masyarakat sekitar agar tidak terjadi pergeseran
nilai-nilai.

Kearifan lokal adalah salah satu sarana dalam mengolah kebudayaan. dan
mempertahankan diri dari kebudayaan asing yang tidak baik. Kearifan lokal adalah pandangan
hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang
dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan
kebutuhan mereka. Dalam bahasa asing sering juga dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat
local wisdom atau pengetahuan setempat "local knowledge atau kecerdasan setempat.

Hal senada juga diungkapkan oleh Alfian (2013: 428) kearifan lokal diartikan sebagai
pandangan hidup dan pengetahuan serta sebagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang
dilakukan oleh masyarakat lokal dalam memenuhi kebutuhan mereka. Berdasarkan pendapat
Alfian itu dapat diartikan bahwa kearifan lokal merupakan adat dan kebiasan yang telah
mentradisi dilakukan oleh sekelompok masyarakat secara turun-temurun yang hingga saat ini
masih dipertahankan keberadaannya oleh masyarakat hukum adat tertentu di daerah tertentu.
Selanjutnya Istiawati (2016:5) berpandangan bahwa kearifan lokal merupakan cara orang
bersikap dan bertindak dalam menanggapi perubahan dalam lingkungan fisik dan budaya. Suatu
gagasan konseptual yang hidup dalam masyarakat, tumbuh dan berkembang secara terus-
menerus dalam kesadaran masyarakat dari yang sifatnya berkaitan dengan kehidupan yang sakral
sampai dengan yang profan (bagian keseharian dari hidup dan sifatnya biasa-biasa saja).
Kearifan lokal atau local wisdom dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat lokal yang
bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota
masyarakatnya,

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti dapat mengambil benang merah bahwa kearifan
lokal merupakan gagasan yang timbul dan berkembang secara terus-menerus di dalam sebuah
masyarakat berupa adat istiadat, tata aturan/norma, budaya, bahasa, kepercayaan, dan kebiasaan
sehari-hari.

1. Bentuk Kearifan Lokal

Bentuk kearifan lokal dapat dikategorikan ke dalam dua aspek, yaitu kearifan lokal yang
berwujud nyata (tangible) dan yang tidak berwujud (intangible).

a. Kearifan Lokal yang Berwujud Nyata (Tangible)

1) Tekstual, misalnya sistem nilai, tata cara, ketentuan khusus yang dituangkan ke dalam
bentuk catatan tertulis seperti yang ditemui dalam kitab tradisional primbon, kalender dan
prasi (budaya tulis di atas lembaran daun lontar).

2) Bangunan/arsitektural, misalnya candi, arsitektur rumah tradisional.

3) Benda cagar budaya/tradisional (karya seni), misalnya keris, batik.

b. Kearifan Lokal yang Tidak Berwujud (Intangible)

Selain bentuk kearifan lokal yang berwujud, ada juga bentuk kearifan lokal yang tidak
berwujud seperti petuah yang disampaikan secara verbal dan turun-temurun yang dapat berupa
nyanyian dan kidung yang mengandung nilai-nilai ajaran tradisional. Melalui petuah atau bentuk
kearifan lokal yang tidak berwujud lainnya, nilai sosial disampaikan secara oral/verbal dari
generasi ke generasi. Misalnya kearifan lokal yang mengandung etika lingkungan sunda yaitu
Hirup katungkul ku pati, paeh teu nyaho di mangsa, yang artinya segala sesuatu ada batasnya,
termasuk sumber daya alam dan lingkungan. Kudu inget ka bali geusan ngajadi yang artinya
manusia bagian dari alam, harus mencintai alam, tidak terpisahkan dari alam.

2. Karakteristik Kearifan Lokal

Beberapa karakteristik kearifan lokal atau pengetahuan tradisional dari masyarakat adat,
sebagai berikut.

a. Adanya keterkaitan dengan budaya atau masyarakat tertentu.

b. Jangka waktu penciptaan dan pengembangan yang cukup lama, biasanya melalui
tradisi lisan.

c. Bersifat dinamis dan senantiasa berubah seiring waktu dan perubahan kondisi alam.

d. Terdapat dalam bentuk yang tertulis/terkodifikasi maupun tidak tertulis/tidak


terkodifikasi seperti bentuk tutur kata, mitos, dan bentuk lainnya (folklore). e.
Disampaikan secara turun-temurun dari generasi ke generasi (inter-generation).

f. Bersifat lokal dan sering kali diungkapkan dalam bahasa setempat..

g. Diciptakan melalui proses yang unik dan kreatif seperti lahir dari mimpi, kepercayaan/
religi, dan akibat bencana alam.

h. Seringkali sulit untuk dapat mengidentifikasi pencipta asalnya.

3. Fungsi Kearifan Lokal

Menurut Sirtha, kearifan lokal memiliki berbagai fungsi dan makna sebagai berikut.

a. Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam.

b. Berfungsi untuk pengembangan sumber daya manusia, misalnya berkaitan dengan


upacara daur hidup.
c. Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

d. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan.

e. Bermakna sosial misalnya upacara integrasi komunal/kerabat serta upacara daur


pertanian.

f. Bermakna etika dan moral, seperti yang terwujud dalam upacara Ngaben dan
penyucian roh leluhur.

g. Bermakna politik, misalnya dalam upacara ngangkuk merana dan kekuasaan patron
client.

Seiring dengan dinamika peradaban yang terus bergerak menuju arus modernisasi dan
globalisasi, nilal-nilai kearifan lokal yang merupakan kultural itu mulai tergerus zaman.
Kerenggangan hubungan antara manusia dengan alam, disadari atau tidak, telah mengurangi
intensitas nilal kearifan lokal dalam berbagai ranah komunitas dan paguyuban sosial.

4. Dimensi Kearifan Lokal

Menurut Mitchell (2003), kearifan lokal memiliki enam dimensi sebagai berikut.

a. Dimensi Pengetahuan Lokal

Setiap masyarakat memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan


hidupnya karena masyarakat memiliki pengetahuan lokal dalam menguasal alam. Seperti
halnya pengetahuan masyarakat mengenai perubahan iklim dan sejumlah gejala-gejala alam
lainnya.

b. Dimensi Nilai Lokal

Setiap masyarakat memiliki aturan atau nilai-nilai lokal mengenai perbuatan atau
tingkah laku yang ditaati dan disepakati bersama oleh seluruh anggotanya tetapinilai-nilai
tersebut akan mengalami perubahan sesuai dengan kemajuan masyarakatnya. Nilai-nilai
perbuatan atau tingkah laku yang ada di suatu kelompok belum tentu disepakati atau diterima
dalam kelompok masyarakat yang lain, terdapat keunikan. Seperti halnya suku Dayak dengan
tradisi tato dan menindik di beberapa bagian tubuh.
c. Dimensi Keterampilan Lokal

Setiap masyarakat memiliki kemampuan untuk bertahan hidup (survival) untuk


memenuhi kebutuhan kekeluargaan masing-masing atau disebut dengan ekonomi substa Hal
ini merupakan cara mempertahankan kehidupan manusia yang bergantung dengan alam mulai
dari cara berburu, meramu, bercocok tanam, hingga industri rumah tangga.

d. Dimensi Sumber Daya Lokal

Setiap masyarakat akan menggunakan sumber daya lokal sesuai dengan kebutuhannya
dan tidak akan mengeksploitasi secara besar-besar atau dikomersialkan. Masyarakat dituntut
untuk menyimbangkan keseimbangan alam agar tidak berdampak bahaya baginya.

e. Dmensi Mekanisme Pengambilan Keputusan Lokal

Setiap masyarakat pada dasarnya memiliki pemerintahan lokal sendiri atau disebut
pemerintahan kesukuan. Suku merupakan kesatuan hukum yang memerintah warganya untuk
bertindak sesuai dengan aturan yang telah disepakati sejak lama. Kemudian jika seseorang
melanggar aturan tersebut, dia akan diberi sanksi tertentu melalui kepala suku sebagai
pengambil keputusan.

f. Dimensi Solidaritas Kelompok Lokal

Manusia adalah, makhluk sosial yang membutuhkan bantuan orang melakukan


pekerjaannya, karena manusia tidak bisa hidup sendirian. Seperti halnya manusia
bergotong royong dalam menjaga lingkungan sekitarnya lain dalam.
B. Pemberdayaan Komunitas

Istilah pemberdayaan nampaknya sudah tidak asing lagi dalarn kehidupan, khususnya
dalam kehidupan sosial masyarakat. Seiring perkembangan zaman yang kian berkembang,
mendorong meluasnya pemberdayaan dalam mencapai tujuan, yaitu mengupayakan
kesejahteraan. Pemberdayaan merupakan suatu proses yang menyangkut pribadi maupun
kelompok dalam lingkup ruang sosial yang di dalamnya terdapat beberapa aspek yang
terindikasi, meliput persaingan, pengembangan ide-ide kreatif, inovasí, kebebasan perilaku,
dan lain-lain.

Adapun pengertian komunitas adalah sekelompok individu dalam lingkup kehidupan


bersama pada suatu wilayah dengan kesamaan kepentingan serta tujuan, sehingga dapat
saling melengkapi dan terintegrasi. Dengan demikian secara umum, pemberdayaan
komunitas dapat diartikan sebagai upaya peningkatkan kesejahteraan diri individu atau
kelompok dalam tujuan untuk meningkatkan kedudukan, serta taraf kehidupannya yang lebih
maju, juga meningkatkan kapasitas dari suatu komunitas, mendukung pembangunan
berkelanjutan, dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Konsep pemberdayaan dapat dipahami juga dengan dua perspektif yang berlainan.
Pertama, pemberdayaan dimaknai dalam kerangka penempatan posisi kedudukan
masyarakat. Dalam hal ini kedudukannya untuk definisi masyarakat bukanlah objek yang
menerima kebermanfaatan (beneficiaries), di dalamnya dijumpai ketergantungan terhadap
pemberian dari pihak luar seperti pemerintah, melainkan dalam kedudukan sebagai subjek,
yaitu keberadaan partisipan sebagai pelaku yang bertindak secara mandiri.

Bertindak secara mandiri dimaknai dalam perspektif tidak serta-merta lepas dari
tanggung jawab negara. Pemberian layanan publik dalam berbagai aspek meliputi pelayanan
kesehatan, pendidikan, hunian atau tempat tinggal, transportasi dan lain sebagainya kepada
masyarakat, merupakan tugas negara.

Pemberdayaan komunitas adalah program yang diupayakan dengan tujuan untuk


membentuk sikap dan perilaku individu dan masyarakat yang mandiri. Kemandirian tersebut
dipandang dari berbagai sisi, meliputi kemandirian dalam berpikir, berperilaku,
mengendalikan apa yang dilakukan serta mampu memecahkan masalah yang dihadapi
dengan menggunakan potensi yang melekat pada diri.

Pemberdayaan komunitas menjadi salah satu program yang terus diupayakan pemerintah
dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam lingkup negara. Program
pemberdayaan ini juga diupayakan oleh pemerintah Indonesia yang merata pada seluruh
wilayah Nusantara.
1. Tujuan Pemberdayaan Komunitas

Tujuan pemberdayaan komunitas adalah memampukan dan memandirikan masyarakat


dari perspektif kemiskinan maupun keterbelakangan, kesenjangan serta ketidakberdayaan
yang berkembang pesat dalam kehidupan. Di sisi lain, pemberdayaan dilaksanakan bertujuan
untuk membentuk karakteristik individu maupun kesatuan masyarakat yang mandiri. Dengan
kemandirian yang melekat pada diri individu dan masyarakat, diupayakan mampu
meningkatkan standar hidup dan peningkatan kebebasan setiap orang dalam kehidupan.
Pemberdayaan juga bertujuan meminimalisasi beragam permasalah serta kesenjangan
kesenjangan.

Setiap pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh LSM atau pemerintah, pada
dasarnya selalu merujuk pada upaya perbaikan, terutama perbaikan pada mutu hidup
manusia, baik secara fisik, mental, ekonomi maupun sosial budayanya Mengacu pada hal
tersebut, tujuan pemberdayaan sebagaimana yang dikemukakan oleh Totok Mardikanto,
sebagai berikut

a. Perbaikan Pendidikan (Better Education)

Dalam hal ini, pemberdayaan harus dirancang sebagai suatu bentuk pendidikan yang
lebih baik. Perbaikan pendidikan tidak hanya terbatas pada perbaikan materi, perbaikan
metode, maupun perbaikan yang menyangkut tempat dan waktu serta hubungan fasilitator
dan penerima manfaat Akan tetapi, yang lebih penting adalah perbaikan pendidikan yang
mampu menumbuhkan semangat belajar seumur hidup.

b. Perbaikan Aksesibilitas (Better Accessibility)

Dengan tumbuhnya semangat belajar seumur hidup, diharapkan akan memperbaiki


aksesibilitasnya, terutama mengenal aksesibilitas dengan sumber informasi/inovasi, sumber
pembiayaan, penyedia produk, dan peralatan, lembaga pemasaran, dan lain lain.

c. Perbaikan Tindakan (Better Action)


Setelah adanya perbaikan pendidikan maupun aksesibilitas serta dengan beragamnya
sumber daya yang lebih baik, diharapkan akan lebih baik terjadi tindakan-tindakan yang
semakin lebih baik.

d. Perbaikan Kelembagaan (Better Institution)

Dengan terjadinya tindakan-tindakan yang semakin lebih baik, diharapkan akan


memperbaiki kelembagaan termasuk pengembangan jejaring kemitraan usaha.

e. Perbaikan Usaha (Better Business)

Perbaikan pendidikan, perbaikan aksesibilitas, kegiatan, dan perbaikan kelembagaan,


diharapkan akan memperbaiki bisnis yang dilakukan.

f. Perbaikan Pendapatan (Better Income)

Dengan terjadinya perbaikan bisnis yang dilakukan, diharapkan akan dapat memperbaiki
pendapatan yang diperolehnya, termasuk pendapatan keluarga dan masyarakatnya.

g. Perbaikan Lingkungan (Better Environment)

Kerusakan lingkungan seringkali disebabkan oleh kemiskinan atau pendapatan yang


terbatas. Dengan demikian, adanya perbaikan pendapatan dapat memperbaiki lingkungan
baik fisik maupun sosial

h. Perbaikan Kehidupan (Better Living)

Tingkat pendapatan dan keadaan lingkungan memperbaiki keadaan kehidupan setiap


keluarga dan masyarakat.

i. Perbaikan Masyarakat (Better Community)

Keadaan kehidupan yang lebih baik, yang didukung oleh lingkungan (fisik dan sosial)
yang lebih baik, diharapkan akan terwujud kehidupan masyarakat yang lebih baik pula.

2. Prinsip-Prinsip Pemberdayaan
Terdapat empat prinsip yang sering digunakan untuk suksesnya program pemberdayaan.
Adapun keempat prinsip yang dimaksud sebagai berikut.

a. Keswadayaan atau Kemandirian

Prinsip keswadayaan adalah menghargai dan mengedepankan kemampuan masyarakat


daripada bantuan pihak lain Konsep ini tidak memandang orang miskin sebagai objek yang
tidak berkemampuan (the have not), melainkan sebagai subjek yang memiliki kemampuan
sedikit (the have little) Mereka memiliki kemampuan untuk menabung, pengetahuan yang
mendalam tentang kendala-kendala usahanya, mengetahui kondisi lingkungannya, memiliki
tenaga kerja dan kemauan, serta memiliki norma-norma bermasyarakat yang sudah lama
dipatuhi. Semua itu harus digali dan dijadikan modal dasar bagi proses pemberdayaan
Bantuan dari orang lain yang bersifat materiel harus dipandang sebagai penunjang, sehingga
pemberian bantuan tidak justru melemahkan tingkat keswadayaannya.

b. Prinsip Kesetaraan

Prinsip utama yang harus dipegang dalam proses pemberdayaan masyarakat adalah
adanya kesetaraan atau kesejajaran kedudukan antara masyarakat dengan lembaga yang
melakukan program-program pemberdayaan masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan
Dinamika yang dibangun adalah hubungan kesetaraan dengan mengembangkan mekanisme
berbagai pengetahuan, pengalaman, serta keahlian satu sama lain. Masing-masing saling
mengakui kelebihan dan kekurangan, sehingga terjadi proses saling belajar

c. Partisipasi

Program pemberdayaan yang dapat menstimulasi kemandirian masyarakat adalah


program yang sifatnya partisipatif direncanakan dilaksanakan, diawasi, dan dievaluasi oleh
masyarakat. Namun, untuk sampai pada tingkat tersebut perlu waktu dan proses
pendampingan yang melibatkan pendamping yang berkomitmen tinggi terhadap
pemberdayaan masyarakat.

d. Berkelanjutan
Program pemberdayaan perlu dirancang untuk berkelanjutan, sekalipun pada awalnya
peran pendamping lebih dominan dibanding masyarakat sendiri. Tapi secara perlahan dan
pasti, peran pendamping akan makin berkurang, bahkan akhirnya dihapus, karena masyarakat
sudah mampu mengelola kegiatannya sendiri.

3. Aktor Pemberdayaan Komunitas

Aktor pemberdayaan komunitas terdiri dari pemerintah, swasta, dan masyarakat. Kegiatan
dari ketiga aktor tersebut perlu dirancang untuk memberikan kontribusi sehingga terbentuk
kemitraan yang diharapkan. Berikut tabel peran aktor pemberdayaan komunitas.

Aktor Peran dalam Bentuk Output Peran Fasilitasi


Pemberdayaan

Pemerintah − Menetapkan Kebijakan, misalnya Dana, jaminan, alat,


kebijakan dalam menetapkan teknologi,
− Formulasi peraturan dan managemen, dan
− Implementasi penyelesaian edukasi.
− Monitoring sengketa.
− Evaluasi

Swasta Kontribusi pada Konsultasi dan Dana, alat, teknologi,


formulasi, rekomendasi tenaga terampil, dan
implementasi, kebijakan, investasi. sangat terampil.
monitoring, dan
evaluasi.

Masyarakat Pertisipasi dalam setiap Saran, kritik, dan Tenaga terdidik,


kegiatan. dukungan terhadap tenaga terlatih,
kebijakan. Bisa juga setengah terdidik,
menjadi, objek, dan dan setengah terlatih.
partisipan.
4. Tugas Agen Pemberdayaan

Pelaku pemberdayaan masyarakat adalah seorang agen pemberdayaan atau dapat disebut
juga sebagai agen perubahan, di mana agen perubahan bertindak sebagai penghubung dan
penggerak masyarakat sasaran pemberdayaan Havelock mengungkapkan bahwa agen
perubahan adalah seseorang yang membantu terlaksananya perubahan Peran agen perubahan
menurut Havelock adalah sebagai pembantu proses perubahan dan sebagai penghubung
(linker), sebagai katalisator dan sebagai pemberi solusi. Tugas agen perubahan sebagai
berikut

a. Menumbuhkan keinginan masyarakat untuk melakukan perubahan.


b. Membina hubungan baik dengan masyarakat.
c. Menganalisis masalah masyarakat.
d. Menciptakan keinginan klien untuk berubah.
e. Mengubah keinginan masyarakat menjadi sebuah tindakan nyata.
f. Menjaga kestabilan perubahan.
g. Mencapai suatu terminal hubungan

5. Kompetensi Agen Pemberdayaan

Setiap agen pemberdayaan perlu memiliki kompetensi yang berguna dalam proses
pemberdayaan tersebut. Menurut Wibowo, kompetensi diartikan sebagai kemampuan untuk
melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi oleh keterampilan
dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut.
Berkaitan dengan hal tersebut, Anwas menyebutkan bahwa kompetensi-kompetensi yang
harus dimiliki oleh agen pemberdayaan di era globalisasi sebagai berikut.

a. Kompetensi Pengelolaan Pembaharuan

Kompetensi pengelolaan pembaharuan dapat diartikan sebagai kemampuan agen


pemberdayaan dalam memfasilitasi masyarakat agar dapat menyesuaikan dengan lingkungan
yang terus berubah. Oleh karena itu, agen pemberdayaan dituntut untuk selalu dinamis atau
peka terhadap perubahan.
b. Kompetensi Komunikasi Inovasi

Kompetensi komunikasi inovasi merupakan kemampuan agen pemberdayaan dalam


memfasilitasi kebutuhan masyarakat guna meningkatkan kualitas kehidupan yang lebih baik
sesuai dengan potensi dan kebutuhannya, kompetensi ini dimulai dari kemampuan dalam
mencari informasi inovasi.

c. Kompetensi Menumbuhkan Kesadaran

Menumbuhkan kesadaran merupakan bagian inti dalam pemberdayaan masyarakat atau


komunitas. Menumbuhkan kesadaran berarti memberikan pemahaman kepada masyarakat
bahwa dalam dirinya memiliki peluang dan potensi untuk menghasilkan perubahan ke arah
yang lebih baik dalam meningkatkan kualitas kehidupan dan kesejahteraannya.

d. Kompetensi Pemahaman Sasaran

Kompetensi dalam pemahaman potensi sasaran adalah kemampuan individu dalam


mengidentifikasi sumber daya (alam, sosial, dan budaya) yang dapat dikembangkan sesuai
dengan tuntutan masyarakat sebagai sasaran pemberdayaan Selain itu, dalam kompetensi
juga diperlukan kemampuan mengidentifikasi dan memahami permasalahan real yang
dihadapi oleh masyarakat di lapangan.

e. Kompetensi Pengelolaan Pelatihan

Dalam suatu organisasi, kegiatan pelatihan merupakan aspek penting sebagal upaya
meningkatkan kinerja pegawainya. Begitu pula dalam pemberdayaan masyarakat diperlukan
pelatihan-pelatihan sebagai upaya meningkatkan kemampuan masyarakat terkait.

f. Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran

Kompetensi pengelolaan pembelajaran, yaitu kemampuan agen pemberdayaan dalam


menciptakan proses belajar kepada masyarakat dalam mengubah perilakunya, yaitu
meningkatkan kemampuan kualitas hidup, dan kesejahteraannya

g. Kompetensi Pendampingan
Kompetensi lainnya yang harus dimiliki oleh seorang agen pemberdayaan adalah
kompetensi pendampingan Dalam hal ini pendampingan yang dimaksud bukanlah menggurul
tetapi lebih tepatnya sebagai fasilitator, komunikator, dinamisator, dan pembimbing
masyarakat di lapangan.

h. Kompetensi Menumbuhkembangkan Kelembagaan

Kompetensi menumbuhkembangkan kelembagaan sangat penting dimiliki oleh agen


pemberdayaan masyarakat atau komunitas di era global seperti sekarang ini Kelembagaan
dalam masyarakat misalnya PAUD koperasi, posyandu. PKK, dan posdaya.

i. Kompetensi Pengembangan Kewirausahaan

Dalam hal ini berarti agen pemberdayaan perlu memiliki kemampuan dalam
menanamkan sikap dan perilaku masyarakat dalam menangani sesuatu untuk mencari
peluang. menerapkan cara kerja atau inovasi baru kreatif dan memiliki kepemimpinan dalam
memberikan pelayanan yang lebih baik dan memperoleh keuntungan yang lebih besar.

j. Kompetensi Pemandu Sistem Jaringan

Kompetensi pemandu sistem jaringan adalah kemampuan agen pemberdayaan dalam


melakukan hubungan kerja sama yang sinergis antarpihak terkait. Jaringan koordinasi dan
kerja sama ini dapat dimulai dari masyarakat organisasi sosial, lembaga bisnis, perguruan
tinggi. lembaga penelitian LSM serta berbagai lembaga terkait lainnya.

k. Kompetensi Melek Teknologi Informasi dan Komunikasi

Di era globalisasi saat ini konten konten TIK yang dapat menunjang kegiatan
pemberdayaan sangatlah banyak Oleh karena itu, agen pemberdayaan dituntut kreatif untuk
lebih dinamis melek teknologi informasi dan komunikasi ini untuk keperluan pemberdayaan.

l. Kompetensi Mencari Sponsorship

Dukungan atau sponsorship juga diperlukan dalam menyukseskan kegiatan


pemberdayaan Dukungan tersebut dapat berupa tenaga, ide/pemikiran, fasilitas kerja sama,
dan dukungan dalam bentuk finansial Sponsorship dapat diperoleh melalui organisasi
pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dunia usaha, yayasan, lembaga-lembaga
donor, atau individu. Dalam kenyataannya mencari dukungan atau sponsorship tidaklah
mudah Oleh karenanya, agen pemberdayaan perlu memiliki kemampuan dalam mencari atau
menarik sponsorship untuk mendukung kegiatan pemberdayaan yang akan dilakukan.

m. Kompetensi Memengaruhi Media Massa

Kegiatan pemberdayaan hendaknya melibatkan pihak dan media massa Peran media
massa ini sangat penting sebagai wahana kampanye pemberdayaan. Oleh karena itu, agen
pemberdayaan perlu memiliki kemampuan memengaruhi media massa untuk mendukung
kegiatan pemberdayaan.

6. Lingkup Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat

Secara umum, ruang lingkup pemberdayaan didasarkan pada bidang-bidang yang sering
menjadi objek dalam pemberdayaan masyarakat Ndraha dan Supriyatna menentukan bahwa
lingkup pemberdayaan masyarakat terdiri atas empat bidang sebagai berikut.

a. Pemberdayaan pada Lingkup Politik

Pemberdayaan pada lingkup politik diorientasikan agar masyarakat mempunyai


bargaining position (daya tawar) yang tinggi apabila berhadapan dengan pihak-pihak terkait,
baik pemerintah, kalangan LSM, maupun kalangan swasta yang mempunyai agenda atau
proyek di wilayah masyarakat Daya tawar ini sangat dibutuhkan agar posisi masyarakat tidak
menjadi subordinat di hadapan stake holder yang lain.

b. Pemberdayaan pada Lingkup Ekonomi

Pemberdayaan pada lingkup ekonomi, biasanya berhubungan dengan kemandirian dalam


penghidupan masyarakat. Dalam hal ini upaya-upaya produktif yang dapat menjadi sumber
pendapatan atau menjadi gantungan hidup menjadi fokus dalam lingkup pemberdayaan
bidang ekonomi.

c. Pemberdayaan pada Lingkup Sosial Budaya


Pemberdayaan pada lingkup sosial budaya berhubungan dengan peningkatan kapasitas
masyarakat, baik yang bersifat individual maupun kolektif Orientasi pemberdayaan pada
lingkup sosial budaya ini berkisar pada penguatan soliditas masyarakat, pengurangan
kerentanan terhadap konflik, serta penguatan solidaritas sosial Dalam lingkup ini termasuk
juga kesadaran masyarakat terhadap kondisi masyarakat yang plural, baik secara etnik,
kepercayaan/agama maupun status sosialnya.

d. Pemberdayaan pada Lingkup Lingkungan

Pemberdayaan pada lingkup lingkungan berfokus pada upaya-upaya perlindungan dan


pengelolaan lingkungan agar terjaga kelestariannya Upaya-upaya ini ini hanya bisa dilakukan
apabila masyarakat memahami dan peduli terhadap kondisi lingkungan dan
keberlanjutannya. Pemahaman dan kepedulian masyarakat ini hanya dapat tumbuh dan
berkembang melalui upaya-upaya pemberdayaan.

Pemberdayaan pada lingkup agrania pertanahan dan tata ruang sebetulnya bukanlah lingkup
yang umum, namun disisipkan untuk menunjukkan bahwa lingkup pemberdayaan masyarakat
perlu dikontekskan dengan tugas pokok dan fungsi kelembagaan yang mengatur tentang agraria,
tata ruang, dan pertanahan Apabila lingkup ini dipersempit maka lingkup pemberdayaan bidang
pertanahan menjadi hal yang urgent Dalam konteks ini pemberdayaan pada lingkup pertanahan
diorientasikan agar masyarakat menjadi berdaya ketika berhadapan dengan persoalan-persoalan
pertanahan Keberdayaan ini menjadikan masyarakat terbebas dari dominasi aparatur pemerintah
di bidang pertanahan yang berujung pada pelayanan pertanahan yang egaliter, adil, dan bebas
pungli.

Apabila lingkup pemberdayaan masyarakat didasarkan pada proses, dapat dikategorikan


ke dalam tiga hal, yakni:

a. prapemberdayaan, yang berupa menciptakan ruang interaksi yang kondusif agar


masyarakat merasa percaya diri dan mampu untuk menjadi pelaku pembangunan;
b. pelaksanaan pemberdayaan, yang menempatkan masyarakat sebagai subjek
pembangunan yang setara dengan pemangku kepentingan lainnya;
c. pasca pemberdayaan, dimaksudkan bahwa lingkup ini memberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk terus berproses dalam pemberdayaan meskipun keterlibatan pemangku
kepentingan lain sudah berakhir, karena keterbatasan waktu, penganggaran dan kegiatan.
Dalam konteks ini, pemangku kepentingan di luar masyarakat secara institusional tetap
terlibat dalam mendukung dan memfasilitasi dalam proses-proses pemberdayaan
masyarakat yang terus-menerus berlangsung.

7. Materi Pemberdayaan Masyarakat


Menurut Rahim ada dua macam tipe pesan, yaitu pesan ideologis dan pesan informative
a. Pesan Ideologis

Pesan ideologis adalah konsep dasar yang melandasi dan dijadikan alasan untuk
melaksanakan perubahan-perubahan atau pembangunan yang direncanakan demi
terwujudnya perbaikan mutu hidup Sebagai contoh, terwujudnya masyarakat adil dan
makmur, materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila sebagai pesan ideologis
pembangunan di Indonesia.

b. Pesan Informatif

Pesan informatif ialah segala bentuk informasi yang berkaitan dengan dan bergantung
pada pesan ideologisnya. Pesan informatif dapat berbentuk kebijakan pembangunan,
nilai-nilai sosial budaya, dan semua informasi yang berkaitan dengan tujuan yang ingin
dicapai serta segala macam upaya yang ingin dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan
pembangunan yang direncanakan, seperti ide-ide, metode, petunjuk teknis, dan informasi
teknologi baru.

8. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemberdayaan Komunitas


Menurut Sumaryadi terdapat delapan faktor yang memengaruhi keberhasilan
pemberdayaan komunitas sebagai berikut.
a. Kesediaan suatu komunitas untuk menerima pemberdayaan bergantung pada situasi
yang dihadapi.
b. Adanya pemikiran bahwa pemberdayaan tidak untuk semua orang, dan adanya
persepsi dari pemegang kekuasaan dalam komunitas tersebut bahwa pemberdayaan
dapat mengorbankan diri mereka sendiri.
c. Ketergantungan adalah budaya dengan keadaan masyarakat yang sudah terbiasa
dengan hierarki, birokrasi, dan kontrol manajemen yang tegas sehingga membuat
mereka terpola dalam berpikir dan berbuat dalam rutinitas.
d. Dorongan dari pemimpin setiap komunitas untuk tidak mau melepaskan
kekuasaannya karena inti dari pemberdayaan adalah diserahkan kepada masyarakat
adalah berupa pelepasan sebagian kewenangan untuk diserahkan kepada masyarakat.
e. Adanya batas pemberdayaan, terutama terkait dengan siklus pemberdayaan
kemampuan dan motivasi setiap orang berbeda-beda.
f. Adanya kepercayaan para pemimpin komunitas untuk mengembangkan
pemberdayaan dan mengubah persepsi mereka tentang anggota komunitasnya.
g. Pemberdayaan tidak kondusif bagi perusahaan.
h. Pemberdayaan membutuhkan dukungan sumber daya (resource) yang besar, baik dari
segi pembiayaan maupun waktu.

9. Partisipasi Komunitas dalam Pemberdayaan


Menurut Didien Rostika, seseorang bisa berpartisipasi apabila menemukan
dirinya dengan kelompok lain melalui proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai,
tradisi, perasaan, kepatuhan, dan tanggung jawab bersama Eugen Ericson menyatakan
bahwa partisipasi terdiri dari dua sisi, yaitu sisi internal dan sisi eksternal. Partisipasi
secara internal berarti adanya rasa memiliki terhadap komunitas. Secara eksternal terkait
dengan bagaimana individu melibatkan diri dengan komunitas luar Kesimpulannya
bahwa partisipasi merupakan manifestasi tanggung jawab sosial dari individu terhadap
komunitasnya sendiri maupun dengan komunitas luar.
Adapun maksud pengembangan partisipasi komunitas dalam proses pembangunan
menurut Juliantara sebagai berikut.
a. Partisipasi akan memungkinkan masyarakat secara mandin (otonom) mengorganisasi
diri dan dengan demikian akan memudahkan rakyat/masyarakat menghadapi situasi-
situasi sulit serta mampu menolak berbagai kecenderungan pembangunan yang
merugikan.
b. Partisipasi tidak saja menjadi cermin kret peluang ekspresi aspirasi
memperjuangkannya tetapi yang lebih penting lagi bahwa partisipasi menjadi
semacam garansi bagi tidak diabaikannya kepentingan rakyat.
c. Persoalan-persoalan dalam dinamika pembangunan akan dapat diatasi dengan adanya
partisipasi masyarakat.
d. Keterlibatan masyarakat dalam setiap proses penyelenggaraan pemerintahan dan ada
sikap yang terbuka dari penyelenggara pemerintahan tentu saja akan menjadi basis
bagi suatu kepercayaan sosial politik yang dengan demikian akan meningkatkan suatu
proses penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis.

Selain itu, Ericson juga mengemukakan bahwa bentuk partisipasi dalam


pembangunan terdiri dari tiga tahap, sebagai berikut

a. Partisipasi pada tahap perencanaan (idea planning stage), masyarakat ikut


berpartisipasi atau berperan dalam hal memberikan usulan, saran, dan kritik dalam
pertemuan-pertemuan yang diadakan.
b. Partisipasi pada tahap pelaksanaan (implementation stage), masyarakat terlibat dalam
pelaksanaan proyek.
c. Partisipasi pada tahap pemanfaatan (utilitazion stage), keterlibatan masyarakat dalam
pemanfaatan sebuah proyek yang telah selesai dikerjakan.

C. Pemberdayaan Komunitas Berbasis Kearifan Lokal

Indonesia menjadi negara dengan populasi terbanyak ke-4 di dunia Ratusan juta
masyarakatnya tersebar di ribuan pulau yang masuk ke dalam wilayah teritori Republik
Indonesia Persebaran masyarakat itu, kemudian membentuk kelompok-kelompok yang
memiliki tradisi, bahasa, budaya, dan kepercayaan yang berbeda-beda. Meski begitu, ragam
budaya yang tersebar di Indonesia, selalu memiliki nilai-nilai yang baik untuk menjaga
kedaulatan bangsa.

Setiap suku bangsa memiliki kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai sosial budaya
yang harus dilestarikan. Mulai dari pendidikan, kesehatan, serta nasihat-nasihat leluhur untuk
selalu berbuat baik kepada sesama manusia, bahkan alam tempat tinggalnya.
Keberlangsungan kearifan lokal bisa tercermin di dalam nilai-nilai yang berlaku dalam suatu
kelompok masyarakat tersebut. Misalnya melalui pepatah, nyanyian, petuah-petuah, tarian,
atau bahkan semboyan Nilai-nilai kearifan lokal yang tertanam di dalam kelompok
masyarakat, akan menjadi bagian hidup yang tidak dapat terpisahkan Kita bisa melihatnya
melalui perilaku sehari-sehari mereka.

Jika kearifan lokal ibaratkan sebagai pegangan hidup secara turun-temurun, maka
pemberdayaan komunitas merupakan suatu alat untuk merekatkan kehidupan bermasyarakat
Pemberdayaan komunitas yang dimaksud di sini adalah suatu proses pembangunan di mana
masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial guna memperbaiki situasi dan
kondisi din sendin Dengan terlibat dalam pemberdayaan komunitas, setiap anggota
masyarakat akan merasa lebih dekat dan peduli dengan sesama anggota di lingkungan
masyarakatnya.

Melalui nilai-nilai kearifan lokal, pemberdayaan komunitas dapat dilakukan dengan lebih
efektif dan sesuai dengan karakter masyarakat sasaran. Oleh karena itu, penting bagi kita
untuk memahami apa yang menjadi akar budaya di masyarakat masing-masing Tujuannya
agar komunitas di masyarakat kita bisa berkembang sesuai dengan akar dan karakteristiknya
sesuai dengan perkembangan zaman. Kearifan lokal dapat memiliki sifat antarbudaya dan
antaretnik yang ada. Jika sifat-sifat tersebut sudah menjadi satu, maka kearifan lokal tersebut
dapat membentuk tingkat tatanan nilai yang baru yakni nilai budaya yang bersifat nasional.

Model pemberdayaan komunitas berbasis kearifan lokal mengandung arti penempatan


nilai-nilai setempat (lokal) sebagai input pembangunan sosial serta penanggulangan masalah
masalah sosial seperti pengangguran dan kemiskinan. Adapun nilai-nilai setempat (lokal)
tersebut merupakan cerminan dari nilai kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai yang baik
yang telah diyakini serta diamalkan oleh masyarakat setempat dan menjadi gambaran dari
masyarakat tersebut. Nilai-nilai luhur tersebut meliputi gotong royong, musyawarah untuk
mufakat, toleransi (tepa selira), dan etos kerja.

Sehingga adanya model pemberdayaan komunitas berbasis nilai-nilai kearifan lokal akan
menciptakan masyarakat yang berdaya, yakni masyarakat yang mampu memahami diri dan
potensinya dan mampu merencanakan (mengantisipasi kondisi perubahan ke depan), mampu
mengarahkan dirinya sendiri, memiliki kekuatan untuk berunding, memiliki bargaining
power yang memadai dalam melakukan kerja sama yang saling menguntungkan, serta
bertanggung jawab atas tindakannya.

D. Pentingnya Kelestarian Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan


1. Pembangunan Berkelanjutan dan Lingkungan Hidup

Pembangunan merupakan upaya yang secara sadar dilaksanakan oleh suatu bangsa,
negara, dan pemerintah dalam rangka pencapaian tujuan nasional melalui pertumbuhan dan
perubahan secara terencana menuju masyarakat modern (S.P. Siagian: 2012). Dari definisi
tersebut terlihat bahwa tidak ada satu negara yang akan mencapai tujuan nasionalnya tanpa
melakukan berbagai kegiatan pembangunan. Juga terlihat bahwa proses pembangunan harus
terus berlanjut karena tingkat kemakmuran, keadilan dan kesejahteraan rakyat bersifat relatif
dan tidak akan pernah tercapai secara absolut.

Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya terencana dan terprogram yang dilakuka
secara terus-menerus oleh suatu negara untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik.
Setiap individu (society) atau negara (state) akan selalu bekerja keras untuk melakukan
pembangunan demi kelangsungan hidupnya untuk masa ini dan masa yang akan datang
Pembangunan merupakan proses dinamis untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. proses
kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengembangan kegiatan ekonomi dan peningkatan
taraf hidup masyarakat. Tiap-tiap negara selalu mengejar dengan yang namanya
pembangunan Akan tetapi pembangunan tidak hanya berdampak positif bagi masyarakat,
melainkan juga dampak negatif. Adapun dampak positif dan negatif pembangunan sebagai
berikut.

a. Dampak Positif
1) Menambah penghasilan penduduk sehingga dapat meningkatkan kemakmuran
Pembangunan sangat dibutuhkan negara berkembang untuk kemakmuran
penduduknya khusus di Indonesia, salah satu upaya Indonesia menjadi negara maju
adalah meningkatkan pembangunan di daerah terpencil atau daerah perbatasan Bila
ini berhasil, lapangan kerja di daerah tersebut akan melimpah dan menghasilkan
penghasilan yang tinggi. Bukan tidak mungkin, bila kemakmuran penduduk kian
meningkat Bila hal itu terjadi, tujuan pembangunan untuk taraf hidup penduduk yang
lebih baik telah terwujud. Selain itu, pendapatan perkapita penduduk dan negara pun
menjadi lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sukirno yang menyatakan
bahwa pembangunan adalah upaya yang dapat membantu meningkatkan pendapatan
perkapita penduduknya.
2) Menghasilkan barang yang dibutuhkan masyarakat, khususnya pembangunan sektor
industry
Manfaat sektor industri bukan hanya bagi sektor pertanian, tetapi juga penting bagi
masyarakat atau penduduk. Barang-barang seperti pakaian, makanan kendaraan
pribadi dan sebagainya adalah macam-macam kebutuhan manusia yang dihasilkan
dari sektor industri, terutama sektor industri barang. Tak hanya sektor industri barang,
sektor industrijasa juga dapat memberi manfaat untuk penduduk. Jasa transportasi,
jasa produksi, dan jasa konsumen adalah beberapa jenis industri jasa Industri jasa
transportasi dapat memberikan kebutuhan penduduk berupa angkutan umum.
Sementara itu, jasa produksi dapat memberikan jasa pergudangan dan bank untuk
kebutuhan penduduk Jasa konsumen dapat memberi jasa berupa pengacara penjahit,
dan sebagainya yang memang ditujukan langsung untuk konsumen atau penduduk
3) Pembangunan sektor industri dapat memperbesar kegunaan bahan mentah
Dampak positif ini masih ada kaitannya dengan poin yang ke-2. Bahan mentah adalah
bahan baku yang belum mengalami proses pengolahan. Bahan ini bisa berbentuk
bahan tambang (bijih emas, minyak, bijih besi dan lain-lain) atau hasil perkebunan
dan pertanian seperti padi jagung, kopi, dan tembakau. Sektor-sektor industri dalam
hal ini pabrik atau perusahaan bisa memanfaatkan bahan-bahan mentah tersebut
supaya kegunaannya lebih besar. Sebongkah emas, minyak goreng dan kendaraan
bermotor adalah barang-barang yang bisa dihasilkan dari bahan mentah
pertambangan. Keripik beras, tahu dan bubuk kopi adalah barang-barang yang bisa
dihasilkan dari barang mentah hasil pertanian dan perkebunan.

4) Mengurangi ketergantungan negara terhadap luar negeri


Pembangunan yang menghasilkan sektor lapangan industri yang melimpah membuat
lapangan kerja meningkat dan produksi pun melimpah. Barang mentah yang diolah
oleh industri bisa menjadi barang-barang yang dibutuhkan masyarakat. Bila jumlah
barang ini melimpah, negara dipastikan mempunyai persediaan kebutuhan yang
banyak dan tidak perlu repot-repot mengimpor kebutuhan-kebutuhan masyarakat dari
negara lain. Selain itu, pendapatan per kapita masyarakat pun juga tinggi Bila sebuah
negara mengalami hal-hal tersebut, bisa dipastikan bahwa negara tersebut memiliki
ciri-ciri negara maju di bidang ekonomi.
5) Pembangunan dapat mendorong masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan
seputar dunia industri
Sektor-sektor industri yang menyebar akan menarik perhatian masyarakat awam
untuk tahu lebih dalam. Mereka bisa mempelajari sejarah industri, potensi industri di
dalamnya, serta industri apa yang cocok dengan mereka. Perlahan, mereka pun akan
tertarik bekerja di industri-industri tersebut. Dengan demikian, sektor-sektor industry
tidak perlu repot mempromosikan diri atau mengajak masyarakat untuk bekerja di
bawah naungan mereka.
6) Terbukanya sarana dan prasarana baru
Selain kebutuhan masyarakat pembangunan juga dapat menambah sarana dan
prasarana baru di suatu daerah. Mesin-mesin pabrik, kantor, dan traktor adalah
beberapa di antaranya. Bila dioptimalkan sarana dan prasarana tersebut bisa
bermanfaat untuk masyarakat
7) Terbentuknya jalur transportasi baru
Pembangunan tak hanya dalam ranah industri Ranah transportasi juga perlu
diperhatikan dalam proses pembangunan. Dengan adanya jalur transportasi baru jarak
antarwilayah yang jauh bisa semakin dekat Alau, dua daerah yang terpisah bisa
semakin terjangkau. Dengan demikian, biaya perjalanan pun jadi lebih hemat.
Pembangunan Jembatan Suramadu adalah salah satu contohnya. Pembangunan
Jembatan ini mampu menghubungkan Pulau Jawa (khususnya Surabaya) dan Madura
yang terpisah oleh lautan luas.
b. Dampak Positif

Selain dampak positif, pembangunan juga mempunyai dampak negatif untuk lingkungan
Dampak-dampak tersebut antara lain

1) Limbah yang dihasilkan industri dapat menimbulkan pencemaran lingkungan


Pengolahan limbah industri yang buruk dapat menimbulkan pencemaran lingkungan
entah itu pencemaran air, tanah, maupun udara. Akibatnya, warga yang tinggal di
lingkungan sekitar akan ikut tercemar dan terserang berbagai macam penyakit Tak
hanya masyarakat, hewan dan tumbuhan pun akan ikut terpapar dampak buruk polusi
tersebut. Pembuangan dan pengolahan limbah yang tepat akan mengurangi dampak
negatif satu ini.
2) Adanya polusi udara
Polusi udara ini ditimbulkan oleh asap pabrik industri. Polusi ini akan menimbulkan
pencemaran udara dan berbagai macam penyakit yang diderita manusia Asma TBC,
dan lain sebagainya adalah penyakit yang diderita masyarakat akibat polusi ini
Hewan-hewan dan tumbuhan yang terkena polusi ini akan mengalami risiko kematian
yang cukup tinggi.
3) Menimbulkan berbagai macam penyakit
Pencemaran-pencemaran yang terjadi akibat limbah industri akan menimbulkan
sejumlah penyakit TBC, asma, hingga penyakit kanker adalah penyakit-penyakit yang
berpotensi diidap oleh masyarakat akibat pencemaran limbah industri. Tidak jarang
penyakit-penyakit tersebut dapat menimbulkan kematian bagi penderitanya Bila tidak
ditangani, tingkat kematian masyarakat akan tinggi dan akan mengurangi jumlah
tenaga kerja
4) Rusaknya alam
Proses pembangunan memerlukan banyak lahan yang dibutuhkan. Tak jarang, lahan
lahan di perhutanan dan perbukitan pun digunakan untuk pembangunan Akibatnya,
alam di sekitar hutan dan perbukitan pun menjadi rusak, serta dapat memantau
berbagai bencana alam yang merugikan masyarakat sendiri. Banjir, kebakaran hutan,
dan erosi adalah bencana alam yang dapat ditimbulkan oleh kerusakan alam tersebut.
5) Daerah Daerah resapan air berkurang
Tidak hanya menimbulkan bencana pembangunan yang dilakukan di hutan dan
perbukitan akan mengurangi daerah resapan air Sebab, keduanya adalah daerah
resapan air yang mampu menyerap air dalam jumlah banyak. Bila daerah ini tandus
atau rusak, maka air dalam hal ini air hujan tidak akan bisa ditampung dalam jumlah
banyak dan akan menimbulkan banjir.
6) Lahan pertanian akan berkurang
Tak hanya di hutan atau pun perbukitan, lahan pertanian pun tidak jarang dijadikan
objek pembangunan Seharusnya, pembangunan mampu membantu sektor pertanian,
bukan malah mengurangi lahan pertanian Bila lahan pertanian berkurang, maka
ketersediaan beras pun akan berkurang. Hal ini tentu akan merugikan masyarakat dan
negara. Tak hanya itu, para petani pun akan kehilangan pekerjaannya. Bila
dipaksakan untuk beralih profesi tentu akan memakan waktu lama Belum lagi jika
ternyata para petani tidak siap atau enggan berganti profesi.
7) Lahan terbuka hijau berubah menjadi lahan tertutup
Lahan terbuka hijau turut menjadi korban pembangunan. Akibatnya, lahan yang
mestinya terbuka bagi semua orang kini malah menjadi milik perseorangan. Hal ini
tentu akan mengurangi wilayah-wilayah untuk publik dan berpotensi menimbulkan
penyalahgunaan lahan terbuka hijau. Padahal, lahan terbuka sangat dibutuhkan oleh
masyarakat. Sebab, lahan tersebut bisa digunakan masyarakat untuk bersosialisasi
atau pun rekreasi Anak-anak juga diuntungkan dengan adanya lahan terbuka hijau
Sebab, meroka mempunyai tempat terbuka yang cocok untuk bermain.

Kearifan lokal menjadi bahan wacana dalam berbagai dimensi kehidupan manusia.
Beberapa dampak negatif pembangunan yang telah dipaparkan menimbulkan kesadaran terhadap
pentingnya kearifan lokal Akibat industrialisasi yang terus berekspansi secara cepat, terjadilah
kerusakan lingkungan Eksploitasi sumber daya alam atas nama pembangunan ternyata
menimbulkan penderitaan di banyak tempat. Itu semu menggambarkan bagaimana parahnya
kerusakan lingkungan yang menimbulkan penderitaan masyarakat lokal akibat pembangunan
yang tidak berorientasi pada kearifan lokal. Oleh karena itu, dalam pembangunan maupun
pemberdayaan perlu mengutamakan prinsip pembangunan berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan dalam UU No. 32 Tahun 2009 diartikan sebagai upaya saddr
dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi
pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan,
kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Adapun ciri-ciri
pembangunan berkelanjutan sebagai berikut.

1) Menjamin pemerataan dan keadila keadilan.


2) Menghargai dan melestarikan keanekaragaman hayati, spesies, habitat, dan ekosistem
agar tercipta keseimbangan lingkungan.
3) Menggunakan pendekatan integratif sehingga terjadi keterkaitan yang kompleks
antara manusia dengan lingkungan untuk masa kini dan mendatang.
4) Menggunakan pandangan jangka panjang untuk merencanakan pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya yang mendukung pembangunan.
5) Meningkatkan kesejahteraan melalui pemanfaatan sumber daya alam secara
bijaksana.
6) Memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa membahayakan pemenuhan kebutuhan
generasi mendatang dan mengaitkan bahwa pembangunan ekonomi harus seimbang
dengan konservasi lingkungan.

2. Pembangunan Komunitas yang Menerapkan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan


Terdapat empat prinsip etika berkelanjutan untuk mendasari etika sustainable
society, sebagai berikut.
a. Sustainable society memegang teguh etika bahwa bumi ini memiliki sumber-sumber
yang terbatas dan digunakan oleh semua organisme.
b. Manusia merupakan bagian dari alam dan juga subjek dari hukum-hukum alam dan
tidak kebal terhadap hukum alam.
c. Manusia yang berhasil merupakan manusia yang mampu bekerja sama dengan
kekuatan kekuatan alam bukan manusia yang mendominasi alam.
d. Memegang prinsip yang tegas bahwa ekosistem yang sehat yang berfungsi baik
adalah sangat penting untuk semua bentuk kehidupan.
Selain empat prinsip di atas, terdapat berbagai faktor untuk menentukan terwujudnya
masyarakat yang berkelanjutan (sustainable society). Menurut James Garbarino, faktor
faktor tersebut sebagai berikut.

a. Koreksi terhadap pola kependudukan yang kurang mendukung.


b. Adanya keadaan yang menawarkan prospek jangka panjang bagi terciptanya keadilan.
c. Gaya hidup masyarakat kota yang industri harus disesuaikan guna pengembangan
manusia jangka panjang.
d. Mengarahkan Inovasi teknologi danganya adalah ptakan substansi yang melimpah
dari sumber daya alam yang langka. Tujuannya adalah untuk mengurangi faktor
pembatasan sumber daya alam.

Menurut Salim, pembangunan berkelanjutan tidak terbatas pada pengelolaan sumber


daya alam secara berkelanjutan saja, tetapi juga menyangkut keberlanjutan sosial dan
ketahanan sosial. Dalam hal ini potensi komunitas masyarakat perlu dikembangkan. Oleh
karena itu, diperlukan dorongan dari lembaga kemasyarakatan agar pembangunan
berkelanjutan dapat berjalan dengan kondusif sehingga tercipta komunitas masyarakat
yang mandin. Dalam hal ini lembaga kemasyarakatan hanya memberikan pelayanan dan
bantuan materi, sedangkan yang merencanakan, melaksanakan, mengelola dan
melestarikan adalah komunitas masyarakat itu sendiri.

E. Perencanaan Pemberdayaan Komunitas

Perencanaan adalah sebuah proses yang penting dan menentukan keberhasilan suatu
tindakan Perencanaan pada hakikatnya merupakan usaha secara sadar, terorganisir dan terus-
menerus dilakukan guna memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif yang ada
untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan juga dapat diartikan sebagai kegiatan imiah
yang melibatkan pengolahan fakta dan situasi sebagaimana adanya yang ditunjukkan untuk
mencari jalan keluar dan memecahkan masalah.

1. Arti Penting Perencanaan Program Pemberdayaan Komunitas


Perencanaan program pemberdayaan komunitas penting untuk dilakukan demi
keberhasilan program tersebut. Beberapa alasan yang melatarbelakangi diperlukannya
perencanaan program tersebut sebagai berikut.
a. Memberikan acuan dalam mempertimbangkan secara saksama tentang apa yang
harus dilakukan dan bagaimana cara melaksanakannya.
b. Tersedianya acuan tertulis yang dapat digunakan oleh masyarakat (umum).
c. Sebagai pedoman pengambilan keputusan terhadap adanya usul/saran
penyempumaan yang "baru".
d. Memantapkan tujuan tujuan yang ingin dan harus dicapai, yang perkembangannya
dapat diukur dan dievaluasi.
e. Memberikan peringatan yang jelas terhadap pilihan tentang :
1) kepentingan dan masalah-masalah insidental (yang dinilai akan menuntut
perlunya revisi program).
2) pemantapan dari perubahan-perubahan sementara (jika memang
diperlukan revisi terhadap program).
f. Mencegah kesalahartian dari tujuan akhir, mengembangkan kebutuhan-kebutuhan
yang dirasakan maupun yang tidak dirasakan.
g. Memberikan kelangsungan dalam diri personel, selama proses perubahan
berlangsung artinya, setiap personel yang terlibat dalam pelaksanaan dan evaluasi
program selalu merasakan perlunya kontinuitas program sampai tercapainya
tujuan yang diharapkan.
h. Membantu pengembangan kepemimpinan.
i. Menghindarkan pemborosan sumber daya (tenaga, biaya, dan waktu), dan
menstimulus efisiensi pada umumnya.
j. Menjamin kelayakan kegiatan yang dilakukan di dalam masyarakat dan yang
dilaksanakan sendiri oleh masyarakat setempat.
2. Ukuran Perencanaan Program yang Baik

Untuk mengetahui seberapa jauh perencanaan program yang dirumuskan itu telah
baik, menurut Totok Mardikanto (2010) terdapat beberapa acuan tentang pengukurannya
sebagai berikut.

a. Analisis fakta dan keadaan Perencanaan program yang baik harus


mengungkapkan hasil analisis fakta dan keadaan yang lengkap" yang
menyangkut: keadaan sumber daya alam, sumber daya manusia, kelembagaan,
tersedianya sarana/prasarana, dan dukungan kebijaksanaan, keadaan sosial
keamanan, dan stabilitas politik Untuk keperluan tersebut, pengumpulan data
dapat dilakukan dengan menghubungi beberapa pihak (seperti lembaga/aparat
pemerintah, tokoh-tokoh masyarakat, organisasi profesi) dengan menggunakan
berbagai teknik pengumpulan data (wawancara, pengamatan, pencatatan data
sekunder, pengalaman empirik, agar data yang terkumpul tidak saja cukup
lengkap tetapi juga dijamin kebenarannya.
b. Pemilihan masalah berlandaskan pada kebutuhan. Hasil analisis fakta dan keadaan
biasanya menghasilkan berbagai masalah (baik masalah yang sudah dirasakan
maupun belum dirasakan masyarakat setempat) Sehubungan dengan hal ini,
perumusan masalah perlu dipusatkan pada masalah-masalah nyata (real problems)
yang telah dirasakan masyarakat (felt problems) Artinya perumusan masalah
hendaknya dipusatkan pada masalah-masalah yang dinilai sebagai penyebab tidak
terpenuhinya kebutuhan nyata (real needs) masyarakat yang telah dapat dirasakan
(felt needs) oleh mereka.
c. Jelas dan menjamin keluwesan. Perencanaan program harus dengan jelas dan
tegas sehingga tidak menimbulkan keragu-raguan atau kesalahpengertian dalam
pelak sanaannya Akan tetapi, di dalam kenyataannya, seringkali selama proses
pelaksanaan dijumpai hal-hal khusus yang menuntut modifikasi perencanaan yang
telah ditetapkan Sehubungan dengan hal ini, setiap perencanaan harus luwes
(memberikan peluang untuk dimodifikasi), sebab jika tidak, program tersebut
tidak dapat dilaksanakan, dan pada gilirannya justru tidak dapat mencapai tujuan
untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan masyarakatnya Karena itu selain jelas
dan tegas, harus berpandangan jauh ke depan.
d. Merumuskan tujuan dan pemecahan masalah yang menjanjikan kepuasan. Tujuan
yang ingin dicapai haruslah menjanjikan perbaikan kesejahteraan atau kepuasan
masyarakat sasarannya. Jika tidak, program semacam ini tidak mungkin dapat
menggerakkan motivasi masyarakat untuk berpartisipasi di dalamnya. Dengan
demikian, masyarakat harus tahu betul tentang manfaat apa yang dapat mereka
rasakan setelah tujuan program tersebut tercapai Seringkali, untuk keperluan ini,
tujuan-tujuan dinyatakan secara sederhana, tetapi didramatisir sehingga mampu
menggerakkan partisipasi masyarakat bagi tercapainya tujuan.
e. Menjaga keseimbangan, setiap perencanaan program harus mampu mencakup
kepentingan sebagian besar masyarakat, dan bukannya demi kepentingan
sekelompok kecil masyarakat saja. Karena itu, setiap pengambilan keputusan
harus ditekankan kepada kebutuhan yang harus diutamakan, yang mencakup
kebutuhan orang banyak Efisiensi, harus diarahkan demi pemerataan kegiatan dan
waktu pelaksanaan, dan harap dihindari kegiatan-kegiatan yang terlalu besar
menumpuk pada penyuluh atau pada masyarakat sasarannya.
f. Pekerjaan yang jelas, perencanaan program harus merumuskan prosedur dan
tujuan serta sasaran kegiatan yang jelas, yang mencakup :
1) Masyarakat sasarannya,
2) tujuan, waktu, dan tempatnya,
3) metode yang akan digunakan,
4) tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak yang terkait (termasuk
tenaga sukarela),
5) pembagian tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan oleh setiap
kelompok personel (penyuluh, masyarakat).
6) ukuran-ukuran yang digunakan untuk evaluasi kegiatannya.
g. Proses yang berkelanjutan, perumusan masalah, pemecahan masalah, dan tindak
lanjut (kegiatan yang harus dilakukan) pada tahapan berikutnya harus dinyatakan
dalam suatu rangkaian kegiatan yang berkelanjutan Termasuk di dalam hal ini
adalah perubahan perubahan yang perlu dilakukan, selaras dengan perubahan
kebutuhan dan masalah yang akan dihadapi.
h. Merupakan proses belajar dan mengajar Semua pihak yang terlibat dalam
perumusan, pelaksanaan, dan evaluasi program perlu mendapat kesempatan
"belajar dan "mengajar" Artinya masyarakat harus diberi kesempatan untuk
belajar mengumpulkan fakta dan keadaan, serta merumuskan sendiri masalah dan
cara pemecahan masalahnya Sebaliknya, penyuluh dan aparat pemerintah yang
lain harus mampu memanfaatkan kesempatan tersebut sebagai upaya belajar dari
pengalaman masyarakat setempat.
i. Merupakan proses koordinasi. Perumusan masalah tujuan, dan cara mencapai
tujuan, harus melibatkan dan mau mendengarkan kepentingan semua pihak di
dalam masyarakat. Oleh sebab itu, penting adanya koordinasi untuk
menggerakkan semua pihak untuk berpartisipasi di dalamnya. Di lain pihak,
koordinasi juga sangat diperlukan dalam proses pelaksanaan kegiatan Tanpa
adanya koordinasi yang baik, tujuan kegiatan tidak akan dapat tercapai seperti
yang diharapkan.
j. Memberikan kesempatan evaluasi proses dan hasilnya. Evaluasi sebenarnya
merupakan proses yang berkelanjutan dan melekat (builtin) dalam perencanaan
program. Oleh sebab itu, perencanaan program itu sendiri harus memuat dan
memberi kesempatan untuk dapat dilaksanakannya evaluasi, baik evaluasi
terhadap proses maupun hasilnya.
3. Tahapan Perencanaan Program Pemberdayaan Masyarakat

Totok Mardikanto (2010) menjelaskan tahapan-tahapan dalam perencanaan program


pemberdayaan, sebagai berikut.

a. Pengumpulan Data Keadaan

Pengumpulan data keadaan merupakan kegiatan pengumpulan data dasar (database) yang
diperlukan untuk menentukan masalah, tujuan, dan cara mencapai tujuan atau kegiatan
yang direncanakan Data yang dikumpulkan mencakup keadaan sumber daya (sumber
daya alam dan manusia), kelembagaan (sosial dan ekonomi), sarana dan prasarana yang
diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan, teknologi yang telah digunakan, peraturan atau
kebijakan-kebijakan pembangunan yang sudah ditetapkan.

b. Analisis Data Keadaan

Analisis data keadaan merupakan kegiatan penilaian atau evaluasi tentang fakta fakta
keadaan yang diperoleh melalui kegiatan pengumpulan data Adapun analisis data
keadaan mencakup hal-hal sebagai berikut

1) Analisis tentang deskripsi data keadaan.


2) Penilaian atas keadaan sumber daya, teknologi, dan peraturan yang ada.
3) Pengelompokan data keadaan ke dalam :
a) data aktual dan data potensial;
b) keadaan yang ingin dicapai dan yang sudah dapat dicapai.
c) teknologi yang dapat digunakan/dikembangkan dan yang sudah
digunakan;
d) peraturan-peraturan yang sudah berlaku dan yang dapat diberlakukan.
c. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah upaya yang dilakukan untuk merumuskan hal-hal
yang tidak dikehendaki atau faktor-faktor yang menyebabkan tidak tercapainya tujuan
yang dikehendaki Kegiatan identifikasi masalah dapat dilakukan dengan menganalisis
berbagai kesenjangan, di antaranya :
1) kesenjangan antara data potensial dengan data aktual,
2) kesenjangan antara keadaan yang ingin dicapai dengan yang sudah dicapai,
3) kesenjangan antara teknologi yang seharusnya dilakukan/diterapkan dengan yang
sudah diterapkan;
4) kesenjangan antara peraturan yang harus dilaksanakan/diberlakukan dengan
praktik atau kenyataan yang dijumpai dalam penerapan peraturan-peraturan
tersebut.
d. Pemilihan Masalah Ingin yang Dipecahkan
Setelah melakukan identifikasi masalah kita dapat menemukan masalah yang
bersifat umum dan masalah yang bersifat khusus Masalah umum merupakan masalah
yang melibatkan banyak pihak (sektor) dan pemecahannya memerlukan waktu yang
relatif lama Sedangkan masalah khusus adalah masalah yang dapat dipecahkan oleh
pihak pihak tertentu dan pemecahannya tidak memerlukan waktu yang lama.
Oleh karena itu terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan yang
ingin dipecahkan, sebagai berikut.
1) Pemilihan pemecahan masalah yang benar-benar menyangkut kebutuhan nyata
yang masalah sudah dirasakan masyarakat.
2) Pemilihan pemecahan masalah yang segera harus diupayakan.
3) Pemilihan pemecahan masalah-masalah strategis yang berkaitan dengan banyak.
hal yang harus ditangani bersama-sama oleh banyak pihak secara terpadu, serta
memiliki pengaruh yang besar demi keberhasilan pembangunan dan
pembangunan masyarakat pada umumnya.
4) Perlunya dilakukan analisis terhadap masalah-masalah strategis yang relatif
mudah dilaksanakan dengan biaya/korbanan sumber daya yang relatif murah,
tetapi mampu memberikan manfaat yang sangat besar ditinjau dari segi perubahan
perilaku. peningkatan produktivitas, dan perbaikan pendapatan serta mutu hidup
masyarakat banyak.
e. Perumusan Tujuan-Tujuan
Dalam perumusan tujuan-tujuan, hendaknya tujuan yang akan dicapai tersebut
adalah realistis serta dirumuskan secara bertahap. Realistis baik dalam hal
kemampuan sumber daya (biaya, jumlah dan kualitas tenang) maupun kemampuan
untuk dapat memecahkan masalah sampai tuntas. Oleh karena itu, setiap fasilitator
seharusnya selalu berpikir realistis sesuai dengan kemampuan-kemampuan yang
dimilikinya. Sehingga perumusan tujuan tidak dilandasi oleh pemikiran untuk
mencapai penerima manfaat yang terbaik yang diinginkan, tetapi sekadar yang terbaik
yang dapat dilaksanakan sesuai dengan kemampuan sumber daya dengan dukungan
teknologi, peraturan, dan waktu yang tersedia.
f. Perumusan Alternatif Pemecahan Masalah
Pada dasarnya setiap masalah dapat dipecahkan melalui beberapa alternatif yang
dapat dilakukan, yang masing-masing menuntut kondisi yang berbeda-beda.
Berkaitan dengan hal itu, Bredfield memberikan acuan untuk perumusan alternatif
pemecahan masalah, sebagai berikut.
1) Pertimbangkan semua kemungkinan yang dapat diusahakan untuk memecahkan
masalah.
2) Kesampingkan pemecahan-pemecahan masalah yang di luar kemampuan
fasilitatornya sendiri atau di luar batas kewenangan lingkup kegiatan fasilitator.
3) Rumuskan hasil atau penerima manfaat kegiatan yang akan dapat dicapai dari
setiap alternatif pemecahan masalah, dengan mempertimbangkan:
a) tingkat kemudahan dan kompleksitas pemecahan masalah;
b) tingkat penerimaan masyarakat atas pemecahan masalah yang direncanakan
dan ingin dicapai;
c) apakah pemecahan masalah tersebut dapat dilaksanakan atau tidak.
g. Penetapan Cara Mencapai Tujuan (Rencana Kegiatan)
Perumusan cara mencapai tujuan, biasanya dirumuskan dalam suatu bentuk
Kegiatan yang mencakup sebagai berikut.
1) Data keadaan
2) Rumusan masalah
3) Tujuan dan penerima manfaat yang hendak dicapai
4) Cara mencapai tujuan yang berisi:
a) deskripsi program/kegiatan yang akan dilakukan;
b) jumlah unit, frekuensi dan volume kegiatan,
c) metode pelaksanaan kegiatan,
d) lokasi pelaksanaan kegiatan;
e) waktu pelaksanaan kegiatan,
f) bahan dan peralatan/perlengkapan yang diperlukan,
g) pihak-pihak yang dilibatkan;
h) jumlah dan sumber dana yang diperlukan

Berkaitan dengan perumusan cara mencapai tujuan ini, sejauh mungkin


diupayakan agar :

1) metode yang dipilih haruslah benar-benar efektif dengan jumlah korbanan (modal,
tenaga, dan waktu) yang paling kecil;
2) menggunakan bahan dan peralatan yang sudah tersedia atau mudah disediakan serta
mudah dioperasionalkan;
3) jumlah unit dan frekuensi kegiatan disesuaikan dengan kebutuhan, dengan
memperhatikan tingkat efektivitas kegiatan dan sumber daya yang tersedia
4) pihak-pihak yang dilibatkan (terutama fasilitator) dipilih dari sumber yang terpercaya,
terlatih, dan komunikatif;
5) lokasi kegiatan disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, dengan selalu
mempertimbangkan sumber daya yang tersedia;
6) waktu kegiatan tidak terlalu menganggu kegiatan penerima manfaat dan disesuaikan
dengan kebutuhan/pemanfaatannya oleh penerima manfaat;
7) jumlah dana sekecil mungkin, dan sumber dana sejauh mungkin memanfaatkan
swadaya masyarakat.
h. Pengesahan Program Pemberdayaan Masyarakat

Sebelum program pemberdayaan masyarakat yang telah dirumuskan dilaksanakan,


terlebih dahulu harus memperoleh pengesahan Pengesahan program pemberdayaan
masyarakat itu, tidak cukup hanya diberikan oleh pejabat pemerintah sebagai penentu
kebijakan pembangunan, tetapi lebih penting dari itu, harus memperoleh pengesahan dari
tokoh-tokoh masyarakat penerima manfaat pemberdayaan masyarakat, agar di dalam
pelaksanaannya nanti benar-benar mampu memecahkan masalah yang dihadapi,
mencapai tujuan yang diharapkan, memenuhi kebutuhan yang dirasakan, serta
memperoleh dukungan dan partisipasi masyarakat penerima manfaatnya.

i. Perumusan Rencana Evaluasi


Untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan telah mencapai
tujuan yang diinginkan, maka diperlukan adanya kegiatan evaluasi Sehubungan
dengan itu, rencana evaluasi harus mencakup beberapa hal berikut.
1) Evaluasi awal (perencanaan), evaluasi selama pelaksanaan kegiatan (on-going
evaluation), dan evaluasi akhir.
2) Evaluasi fisik dan nonfisik (pengelolaan admisitrasi dan keuangan).
3) Evaluasi tujuan dan proses untuk mencapai tujuan, baik yang berkaitan dengan
penerima manfaat fisik (produktivitas) maupun nonfisik (perubahan perilaku
penerima manfaat, efektivitas kelembagaan).
j. Rekonsiderasi
Rekonsiderasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mempertimbangkan kembali
rumusan perencanaan program yang ada, baik yang dilakukan sebelum pelaksanaan
maupun selama proses pelaksanaan kegiatannya Rekonsiderasi ini diperlukan apabila
menghadapi keadaan-keadaan yang abnormal, misalnya terjadi bencana alam,
kenaikan harga, adanya kebijaksaan baru, dan lain-lain. Oleh karena itu, rekonsiderasi
harus dijaga agar tetap menjamin tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
F. Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas
Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu perubahan berencana karena
pemberdayaan merupakan suatu proses menuju perubahan yang telah direncanakan atau
dikehendaki oleh agen perubahan Dalam rangka menumbuhkan perubahan yang sesuai
dengan apa yang dikehendaki, maka harus dilakukan dengan menggunakan strategi
pemberdayaan masyarakat yang baik.
1. Strategi Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas

Adapun strategi yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan pemberdayaan komunitas,


sebagai berikut.

a. Mempertimbangkan Potensi Masyarakat


Pemberdayaan komunitas hendaknya dimulai dengan mempertimbangkan potensi
yang dimiliki oleh masyarakat terkait Artinya agen pemberdayaan atau fasilitator
hendaknya menghargai segala potensi pada komunitas tersebut. Misalnya, agen
pemberdayaan menerima pandangan pendapat pengalaman, dan pengetahuan yang
dapat dimanfaatkan untuk mendukung upaya pemberdayaan.
Mengingat bahwa tujuan pemberdayaan adalah menekankan penguatan
(empowening) anggota komunitas untuk mandini, maka pengakomodasian
sumbangan apapun dari masyarakat diperlukan demi kelancaran pemberdayaan.
Dalam mempertimbangkan potensi masyarakat, perlu melokalisasi kearifan lokal
masyarakat Kearifan lokal dapat digunakan sebagai batu loncatan upaya
pemberdayaan masyarakat Dengan demikian, masyarakat akan lebih mudah
menerima berbagai perubahan dalam proses pemberdayaan.
b. Mengangkat Kearifan Lokal
Pada dasarnya, tidak semua norma dan kebiasaan yang menjadi bagian kearifan
lokal menghambat perubahan. Agen pemberdayaan perlu mengangkat kearifan-
kearifan lokal dalam upaya pemberdayaan komunitas. Sebagai contoh, masyarakat
suku Laut di perairan Riau memiliki kearifan lokal berupa larangan mengambil hasil
laut secara berlebihan. Bagi pemerintah atau pihak swasta yang ingin melakukan
pemberdayaan dapat memanfaatkan kearifan lokal tersebut sebagai pijakan dalam
penyusunan program, seperti mengajarkan masyarakat untuk membuat dan mengelola
tambak ikan.
c. Memberikan Pendampingan secara Berkelompok
Pelaksanaan pemberdayaan akan lebih efektif jika dilakukan dalam sebuah
kelompok Selain mempertimbangkan efisiensi dan keterbatasan waktu serta biaya,
pemberdayaan dalam sebuah kelompok dinilai lebih efektif. Individu yang tergabung
dalam komunitas nantinya diberdayakan bersama-sama agar pemaparan program
pemberdayaan dapat dirasakan setiap individu Sebagai contoh, untuk melakukan
pemberdayaan pemuda dalam suatu dusun tidak perlu mendatangi pemuda satu per
satu. Agen pemberdayaan dapat masuk dalam organisasi karang taruna untuk
melakukan sosialisasi.
d. Memberikan Bantuan Sarana
Penerapan program pemberdayaan masyarakat tidak dapat diterapkan oleh warga
masyarakat jika hanya dengan instruksi dan mendengarkan sosialisasi dari agen
pemberdayaan. Meskipun tujuan program pemberdayaan menginginkan masyarakat
dapat mandiri sebagai proses awal memperkuat kemampuan masyarakat diperlukan
pemberian bantuan berupa sarana dan prasarana
Misalnya untuk menyukseskan program penghijauan warga perlu dibantu dengan
menyediakan alat-alat pertanian, benih tanaman pupuk, dan polybag. Adapun wujud
bantuan sarana dari pihak agen pemberdayaan di antaranya modal peralatan yang
digunakan selama program berlangsung, bantuan hukum seperti pembebasan lahan,
atau bantuan perizinan seperti menggunakan bangunan dan fasilitas umum.
e. Memberikan Pelatihan Khusus
Agen pemberdayaan perlu mengakomodasi usulan anggota masyarakat yang
meminta dilakukan pelatihan tertentu luar program pemberdayaan. Mengakomodasi
usulan tersebut dirasa baik bagi kelangsungan pemberdayaan karena membuktikan
bahwa masyarakat mampu menganalisis hal-hal yang sebenarnya diinginkan. Sebagai
contoh dalam pelatihan kekriyaan pemuda karang taruna, terdapat beberapa pemuda
yang menginginkan diberi pelatihan pembuatan kerajinan tangan.
f. Melaksanakan Pemberdayaan secara Bertahap
Pemberdayaan masyarakat bukanlah proses yang instan. Meskipun pemberdayaan
merupakan bagian dan perubahan, hasil dan tujuan yang ingin dicapai tidak dapat
dilihat dan dirasakan secara cepat Oleh karena itu, ditekankan upaya pemberdayaan
yang dilaksanakan secara bertahap. Adapun tahapan dalam pelaksanaan
pemberdayaan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

2. Metode Pemberdayaan Komunitas


Dalam praktik pemberdayaan masyarakat banyak menggunakan metode partisipatif,
yaitu:
a. RRA (Rapid Rural Appraisal)
RRA (Rapid Rural Appraisal merupakan metode penilaian keadaan desa secara
cepat, yang dalam praktik kegiatan RRA lebih banyak dilakukan oleh orang luar
dengan tanpa atau sedikit melibatkan masyarakat setempat. Meskipun sering
dikatakan sebagai teknik penelitian yang cepat dan kasar/kotor tetapi RRA dinilai
masih lebih baik dibanding teknik teknik kuantitatif klasik. Metode RRA digunakan
untuk pengumpulan informasi secara akurat dalam waktu yang terbatas ketika
keputusan tentang pembangunan perdesaan harus diambil segera.
b. PRA (Participatory Rural Appraisal)
PRA merupakan penyempurnaan dari RRA PRA dilakukan dengan lebih banyak
melibatkan orang dalam yang terdiri atas semua stakeholders dengan difasilitasi oleh
instruktur atau guru yang menggurui. PRA adalah suatu metode pendekatan untuk
orang luar yang lebih berfungsi sebagai narasumber atau fasilitator dibanding sebagai
mempelajari kondisi dan kehidupan pedesaan dari, dengan, dan oleh masyarakat desa.
Atau dengan kata lain dapat disebut sebagai kelompok metode pendekatan yang
memungkinkan masyarakat desa untuk saling berbagi, meningkatkan, dan
menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan desa, membuat
rencana dan bertindak.
c. FGD (Focus Group Discussion) atau diskusi
Kelompok Terarah Merupakan interaksi individu-individu yang diarahkan untuk
pemahaman dan atau pengalaman tentang program atau kegiatan yang dikuti.
d. PLA (Participatory Learning And Action)
Merupakan metode pemberdayaan masyarakat yang terdiri atas proses belajar
tentang suatu topik dan selanjutnya diikuti dengan aksi riil yang relevan dengan
materi pemberdayaan.
e. SL atau Sekolah Lapangan (Farmers Field School/FFC)
Merupakan pertemuan berkala yang dilakukan oleh sekelompok anggota
masyarakat untuk membahas persoalan yang dihadapi berbagi pengalaman, dan
pemilihan cara pemecahan masalah yang efektif dan efisien sesuai dengan sumber
daya yang dimiliki.
f. Pelatihan Partisipatif.

3. Tahapan-Tahapan Pemberdayaan Masyarakat


Dalam upaya agar masyarakat berdaya maka memerlukan intervensi. Ada
beberapa tahapan intervensi yang direncanakan agar tercapai keberhasilan
pemberdayaan tersebut. Tahapan yang dilakukan lebih dekat sebagai upaya
pengembangan masyarakat. Pengembangan masyarakat yang dilakukan diharapkan
berujung pada terrealisasinya proses pemberdayaan masyarakat. Menurut Adi (2013)
tahapan dalam proses pemberdayaan masyarakat sebagai berikut.
a. Tahap Persiapan (Engagement)
Tahap persiapan dalam kegiatan pengembangan masyarakat terdiri dua
hal, yaitu persiapan petugas dan persiapan lapangan Persiapan petugas diperlukan
untuk menyamakan persepsi antaranggota tim sebagai pelaku perubahan
mengenal pendekatan apa yang akan dipilih dalam melakukan pengembangan
masyarakat. Sedangkan persiapan lapangan dilakukan melalui studi kelayakan
terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran, baik dilakukan secara formal
maupun informal Bila sudah ditemukan daerah yang ingin dikembangkan petugas
harus mencoba menerobos jalur formal untuk mendapat perizinan dari pihak
terkait. Di samping itu, petugas juga harus menjalin kontak dengan tokoh-tokoh
informal agar hubungan dengan masyarakat dapat terjalin dengan baik.
b. Tahap Pengkajian (Assessment)
Proses pengkajian yang dilakukan dengan mengidentifikasi masalah atau
kebutuhan yang diekspresikan dan sumber daya yang dimiliki komunitas sasaran.
Masyarakat dilibatkan secara aktif agar permasalahan yang keluar adalah dari
pandangan mereka sendiri, dan petugas memfasilitasi warga untuk menyusun
prioritas dari permasalahan yang mereka sampaikan. Hasil pengkajian ini akan
ditindaklanjuti pada tahap. berikutnya, yaitu tahap perencanaan.
c. Tahap Perencanaan Alternatif Kegiatan (Planning)
Pada tahap ini petugas secara partisipatif mencoba melibatkan warga
untuk berpikir tentang masalah yang mereka hadapi, bagaimana cara
mengatasinya serta memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan yang
dapat dilakukan.
d. Tahap Formulasi Rencana Aksi (Formulation Action Plan)
Pada tahap ini petugas membantu masing-masing kelompok untuk
merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang akan mereka
lakukan guna mengadaptasi permasalahan yang ada Pada tahap ini diharapkan
petugas dan masyarakat sudah dapat membayangkan dan menuliskan tujuan
jangka pendek tentang apa yang akan dicapai dan bagaimana mencapai tujuan
tersebut.
e. Tahap Implementasi Kegiatan (Implementation)
Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling penting
dalam proses pengembangan masyarakat, karena sesuatu yang sudah
direncanakan dengan baik dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila
tidak ada kerja sama antara pelaku perubahan dan warga masyarakat, maupun
kerja sama antarwarga.
f. Tahap Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap
program yang sedang berjalan Pada tahap ini sebaiknya melibatkan warga untuk
melakukan pengawasan secara internal agar dalam jangka panjang diharapkan
membentuk suatu sistem dalam masyarakat yang lebih mandiri dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada. Evaluasi dimaksudkan untuk memberikan
umpan balik bagi perbaikan kegiatan.
g. Tahap Terminasi (Termination)
Tahap ini merupakan tahap perpisahan hubungan secara formal dengan
komunitas sasaran Terminasi dilakukan seringkali bukan karena masyarakat
sudah dianggap mandiri, tetapi karena proyek sudah harus dihentikan karena
sudah melebihi jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya, atau karena anggaran
sudah selesai dan tidak ada penyandang dana yang dapat dan mau meneruskan
program tersebut Ketujuh tahapan intervensi di atas merupakan proses siklikal
yang dapat berputar guna mencapai perubahan yang lebih baik, terutama setelah
dilakukan evaluasi proses (monitoring) terhadap pelaksanaan kegiatan yang ada.
Siklus dapat berbalik di beberapa tahapan yang lainnya, misalnya ketika akan
memformulasikan rencana aksi, ternyata petugas dan masyarakat merasakan ada
keanehan atau perkembangan baru di masyarakat sehingga mereka memutus kan
untuk melakukan pengkajian kembali (reassessment) terhadap apa yang sudah
dilakukan sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai