Anda di halaman 1dari 12

PERJANJIAN KERJA SAMA

ANTARA

DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN


PROVINSI MALUKU UTARA
DENGAN

PT. EDMAR MANDIRI JAYA


NOMOR: 523/930/DKP
NOMOR: 001/EKS-EMJ/XI/2021

TENTANG

PEMANFAATAN COLD STORAGE KAPASITAS 80 TON


DAN AIR BLAST FREEZER (ABF) KAPASITAS 2,5 TON
DI PELABUHAN PERIKANAN DUFA-DUFA - TERNATE

Pada hari ini Senin, Tanggal Satu Bulan November Tahun Dua Ribu Dua Puluh Satu
(01-11-2021), kami yang bertanda tangan di bawah ini:

I. ABDULLAH ASSAGAF : Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi


Maluku Utara, berdasarkan Surat Keputusan
Gubernur Maluku Utara Nomor :
821.2.22/KEP/JPTP125/VIII/2021, berkedudukan di
Jl. Raya Tuna, Sofifi, Tidore Kepulauan, Maluku
Utara, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama
Pemerintah Provinsi Maluku Utara, selanjutnya
disebut PIHAK KESATU.
II. ENDAR ADI NUGROHO : Pimpinan Cabang Ternate PT. Edmar Mandiri Jaya,
berkedudukan di Jl. Kepiting, RT. 003/RW. 002, Kel.
Dufa-Dufa, Kec. Kota Ternate Utara, Kota Ternate,
Provinsi Maluku Utara, berdasarkan Anggaran
Dasar PT. Edmar Jaya Mandiri yang dibuat di
hadapan Notaris Istianah, S.H., M.Kn. nomor 7
tanggal 27 Januari 2012, yang telah disahkan oleh
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia nomor AHU-0948472.AH.01.02. Tahun
2015, Tanggal 21 Desember 2015 selanjutnya
disebut PIHAK KEDUA.
PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA selanjutnya secara bersama-sama dalam Perjanjian
Kerja Sama ini disebut PARA PIHAK, dan secara sendiri-sendiri disebut PIHAK.
PARA PIHAK terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut:
a. bahwa PIHAK KESATU adalah Kepala Perangkat Daerah yang berwenang dan
bertanggung jawab dalam pengelolaan kegiatan Perikanan Tangkap, Perikanan
Budidaya, Peningkatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, Pemberdayaan
Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan
Perikanan, serta Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan
Provinsi Maluku Utara;
b. bahwa PIHAK KEDUA adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau
badan hukum dengan melandaskan kegiatannya atas dasar prinsip yang bergerak
dalam bidang usaha perikanan, berdasarkan Akta Notaris Istianah, S.H., M.Kn.
nomor 7 tanggal 27 Januari 2012; dan
c. bahwa dalam rangka melaksanakan program Sistim Logistik Ikan di Provinsi Maluku
Utara khususnya di wilayah Kota Ternate dan sekitarnya, PARA PIHAK sepakat untuk
menjalin kerjasama di bidang pengolahan ikan dan pemasaran produk hasil perikanan
dengan pemanfaatan sarana pengolahan ikan milik PIHAK KESATU.

Dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan sebagai berikut:


1. Undang-Undang Nomor 46 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Maluku Utara,
Kabupaten Buru dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Lembaran Negara Tahun
1999 Nomor 174, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3895);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5587),
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5679);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan (Lembaran Negara Tahun
2014 Nomor 294, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5603);
4. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 8 Tahun 2012, Tentang
Kepelabuhanan Perikanan;
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Milik Daerah;
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2020 tentang Tata Cara Kerja
Sama Daerah Dengan Daerah Lain dan Kerja Sama Daerah Dengan Pihak Ketiga
(Berita Negara Tahun 2020 Nomor 371);
7. Peraturan Daerah Provinsi Maluku Utara Nomor 5 Tahun 2017 tentang Retribusi
Daerah;
8. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 6 Tahun 2018, tentang Rencana
Induk Pelabuhan Perikanan Nasional;
9. Keputusan Gubernur Maluku Utara Nomor ……../KPTS/MU/2021 tentang Penetapan
Pengelola Fasilitas Barang Milik Daerah di Balai Pengelolaan Pelabuhan Perikanan
Daerah (BP3D) Wilayah III Ternate.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, sesuai dengan kedudukan masing-masing,


PARA PIHAK setuju dan sepakat untuk melaksanakan Perjanjian Kerja Sama ini tentang
Pemanfaatan Cold Storage kapasitas 80 ton dan ABF kapasitas 2,5 ton dengan ketentuan
dan syarat-syarat sebagai berikut:

Pasal 1
MAKSUD DAN TUJUAN

1. Maksud diadakannya Perjanjian Kerja Sama ini adalah untuk melakukan kerja sama
pemanfaatan Cold Storage kapasitas 80 ton dan ABF kapasitas 2,5 ton yang dimiliki
oleh PIHAK KESATU sebagai salah satu implementasi pelaksanaan program sistem
logistik ikan di Provinsi Maluku Utara.
2. Tujuan Perjanjian Kerja Sama ini adalah untuk menjalin kerja Sama yang saling
menguntungkan bagi PARA PIHAK.

Pasal 2
OBJEK DAN RUANG LINGKUP

1. PIHAK KESATU dengan ini sepakat untuk memberikan hak pemanfaatan kepada
PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA dengan ini pula sepakat untuk menerima hak
pemanfaatan atas Sarana Rantai Dingin/Unit Pengolahan Ikan (UPI) berupa
Cold Storage dan ABF dari PIHAK KESATU untuk kegiatan pengolahan ikan berlokasi
di BP3D Wilayah III Ternate, Provinsi Maluku Utara sesuai dengan ketentuan dalam
Perjanjian Kerja Sama ini.
2. Sarana Rantai Dingin/UPI (Unit Pengolahan Ikan) yang menjadi objek perjanjian ini
berupa:
a. 1 (satu) unit Gedung Beku/Cold storage kapasitas 80 ton;
b. 1 (satu) unit Pembekuan/ABF kapasitas 2,5 ton;
3. PIHAK KEDUA akan menanggung semua biaya penggunaan listrik untuk kebutuhan
pemanfaatan sarana pengolahan ikan.

Pasal 3
KONTRIBUSI PIHAK KEDUA

1. PIHAK KEDUA memberikan kontribusi jasa penggunaan pemanfataan berupa:


a. 1 (satu) unit Gedung Beku/Cold Storage kapasitas 80 ton;
b. 1 (satu) unit Pembekuan/ABF kapasitas 2,5 ton.

Kepada PIHAK KESATU sesuai kesepakatan bersama yang tertuang dalam


Peraturan Daerah Maluku Utara Nomor 05 Tahun 2017 tentang Retribusi Daerah
akan dipungut setiap bulan dan dievaluasi setiap tahun selama jangka waktu
perjanjian kerja sama ini.
2. Pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara
disetor langsung oleh PIHAK KEDUA ke rekening kas daerah Provinsi Maluku Utara
melalui Bank Negara Indonesia (BNI) dengan nomor rekening: 000.861.294.46
atas nama Sekretaris Daerah Provinsi Maluku Utara.
3. PIHAK KEDUA wajib menyampaikan bukti setoran retribusi jasa penggunaan
pemanfaatan sebagimana dimaksud pada ayat (2) ke Bendahara Penerima Pembantu
UPTD BP3D Wilayah III Ternate sebagai bukti laporan ke Bendahara Penerimaan
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku Utara di Sofifi.

Pasal 4
JANGKA WAKTU
1. Jangka waktu Perjanjian Kerja Sama ini adalah selama 5 (lima) tahun terhitung sejak
ditandatanganinya perjanjian ini.
2. Perjanjian Kerja Sama ini dapat diperpanjang kembali berdasarkan kesepakatan
PARA PIHAK sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Permohonan perpanjangan jangka waktu perjanjian dapat diajukan PIHAK KEDUA
kepada PIHAK KESATU paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya jangka
waktu perjanjian dengan melampirkan:
a. Surat permohonan perpanjangan perjanjian kerja sama; dan
b. Data terkait kondisi objek perjanjian kerja sama.

Pasal 5
PEMELIHARAAN

1. Untuk menjaga agar pengunaan Cold Storage dan ABF dapat digunakan,
PIHAK KEDUA wajib merawat dan memelihara semua komponen yang ada dengan
sebaik-baiknya;
2. Semua aset yang diserahkan oleh PIHAK KESATU kepada PIHAK KEDUA menjadi
tanggungjawab PIHAK KEDUA;
3. Tanggung jawab sebagimana dimaksud pada ayat (2), meliputi pemeliharaan aset,
perbaikan, pergantian suku cadang sesuai merek atau spesifikasi standar
yang sama, pemeliharaan jaringan listrik dan lain-lain yang berhubungan dengan
pemanfaatan dan pengoperasian aset yang diserahkan;
4. Semua biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemanfaatan pengoperasian aset,
menjadi tanggungjawab PIHAK KEDUA;
5. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) perbaikan
dilakukan berdasarkan kesepakatan antara PIHAK KESATU dengan PIHAK KEDUA
apabila kerusakan atas sarana dan prasarana yang dikerjasamakan diakibatkan
oleh keadaan kahar (force majeure).

Pasal 6
PENGAWASAN

1. PIHAK KESATU berhak melakukan monitoring dan pengawasan pengoperasional


penggunaan Cold Storage dan ABF yang dikelola oleh PIHAK KEDUA
2. PIHAK KEDUA wajib memberikan kesempatan kepada PIHAK KESATU untuk
melakukan monitoring dan pengawasan sebagimanana yang dimaksud pada Ayat (1)
Pasal 7
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK KESATU

1. PIHAK KESATU, berhak:


a. Menerima jasa penggunaan dari pemanfaatan Cold Storage dan ABF
sebagaimana yang dimaksud pasal 4;
b. Melakukan Monitoring dan pengawasan terhadap pengoperasian Cold Storage
dan ABF yang dikelola oleh PIHAK KEDUA;
c. Menegur/memberikan peringatan tertulis kepada PIHAK KEDUA bila melakukan
penyimpangan terhadap surat perjanjian ini;
d. Memutuskan secara sepihak surat perjanjian jika PIHAK KEDUA melakukan
pelanggaran atas ketentuan yang tercantum dalam perjanjian ini.

2. PIHAK KESATU berkewajiban:


a. Menyediakan bangunan dan perangkat pendukung Cold Storage dan ABF yang
siap dipakai kepada PIHAK KEDUA;
b. Menerima kembali Cold Storage dan ABF serta sarana dan prasarana beserta
perubahannya (bila ada) dari PIHAK KEDUA dalam keadaan baik tanpa ganti rugi
setelah berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja sama ini.

Pasal 8
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK KEDUA

1. Hak PIHAK KEDUA:


a. Menerima Sarana yang terdiri dari:
a) 1 (satu) unit Gedung Beku/Cold Storage kapasitas 80 ton;
b) 1 (satu) unit Pembekuan/ABF kapasitas 2,5 ton.
b. Memperoleh jaminan keamanan kepada PIHAK KEDUA dalam melaksanakan
kegiatan operasional pembelian, pengolahan dan perdagangan.
c. Memperoleh bantuan dan koordinasi dengan PIHAK KESATU terhadap hal
permasalahan serta kendala yang ditemui pada aktifitas operasional kedua belah
pihak dalam lingkup kerja sama.
2. Kewajiban PIHAK KEDUA:
a. Membayar Jasa Penggunaan/Retribusi pemanfaaatan Cold Storage dan ABF
sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Maluku Utara Nomor 05 Tahun 2017
Tentang Retribusi Daerah;
b. Tarif Jasa Penggunaan yang dikenakan terhadap PIHAK KEDUA terdiri dari:
No Jasa Penggunaan Satuan Volume
1 Gedung Beku (cold storage) Per Kg /hari Rp. 20,00 + Tarif PLN
2 Pembekuan/ABF Per Kg /hari Rp. 500,00 + Tarif PLN

c. Mengacu pada pasal 2 ayat (3), PIHAK KEDUA yang akan membayar seluruh
tagihan listrik bulanan selama operasional, maka untuk tarif listrik tidak dipungut
oleh PIHAK KESATU.
d. Melakukan pengajuan sertifikasi terhadap semua sarana yang menjadi objek
kerjasama sesuai standar dan peraturan yang berlaku atas nama PIHAK KEDUA.
e. Merawat dan memelihara sarana rantai dingin dengan sebaik-baiknya
dan membayar segala biaya yang ditimbulkan berkenaan dengan
pemeliharaan/perawatan dan penggunaan sarana pengolahan ikan.
f. Menggunakan sarana dan peralatan produksi dalam proses produksi sesuai
standar higenitas dan spesifikasi teknis produksi.
g. PIHAK KEDUA, berkewajiban melaporkan hasil produksi penggunaan
pemanfaatan Cold Storage dan ABF setiap bulan berjalan ke Dinas Kelautan
dan Perikanan Provinsi Maluku Utara/UPTD BP3D Wilayah III Ternate.

Pasal 9
TATA CARA PEMBAYARAN
1. Pembayaran Jasa Penggunaan Bangunan Permanen dan Jasa Pemanfaatan
Cold Storage dan ABF dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pembayaran Jasa:
1. Pembayaran Jasa Penggunaan Cold Storage dan ABF disetor langsung ke
rekening kas daerah Provinsi Maluku Utara Bank Negara Indonesia (BNI)
dengan nomor rekening: 000.861.294.46 atas nama Sekretaris Daerah
Provinsi Maluku Utara;
2. Pembayaran Jasa Penggunaan Cold Storage dan ABF dilakukan paling
lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berjalan.
b. Bukti Pembayaran:
1. Bukti Pembayaran Jasa Penggunaan Cold Storage dan ABF dari PIHAK
KEDUA diserahkan ke Bendahara Penerima Pembantu di UPTD BP3D
Wilayah III Ternate sebagai bukti laporan pembayaran ke Bendahara Penerima
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku Utara di Sofifi;
2. Bukti Pembayaran meliputi: Slip Setoran dari Bank, Surat Tanda Setoran (STS)
dari PIHAK KEDUA sebagimana sesuai dengan poin (1).

2. Apabila terjadi kelalaian atau keterlambatan dalam hal pembayaran oleh PIHAK
KEDUA yang disebabkan oleh keterlambatan dokumen pembayaran/invoice dari
PIHAK KESATU maka keterlambatan tersebut bukan merupakan tanggung jawab
PIHAK KEDUA.

Pasal 10
SYARAT DAN KETENTUAN OPERASIONAL

Syarat dan ketentuan operasional dalam Kerja Sama ini harus sesuai dengan spesifikasi
teknis dan kapasitas terpasang yang merupakan beban serta tanggung jawab masing-
masing pihak antara lain:
1. Operasional pembuatan, pengolahan dan perdagangan produk pada Unit Pengolahan
Ikan (Sarana Rantai Dingin) untuk pasar lokal (domestic) maupun untuk tujuan pasar
luar negeri (export) harus mengacu pada ketentuan serta peraturan yang berlaku.
Hal tersebut sepenuhnya tanggung jawab dari PIHAK KEDUA termasuk segala resiko
dan beban biaya yang harus dibayarkan.
2. PIHAK KEDUA dalam melaksanakan aktifitasnya (Pembuatan, penyimpanan dan
penjualan) harus mempertimbangkan kemampuan peralatan sesuai kapasitas
terpasang sesuai dengan alur proses masing-masing unit sebagaimana terlampir dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini.
3. Dalam hal pemanfaatan sarana yang menjadi objek dalam kerjasama ini melebihi
kapasitas yang terpasang, maka segala resiko yang terjadi terhadap produk hasil
olahan milik PIHAK KEDUA bukan merupakan tanggungjawab PIHAK KESATU.
4. PIHAK KEDUA berkewajiban melakukan service secara berkala dan perbaikan
apabila terdapat kerusakan selama masa waktu perjanjian.
5. PIHAK KEDUA tidak akan meminta segala biaya ganti rugi perbaikan kerusakan
sarana dan prasarana yang digunakan kepada PIHAK KESATU apabila terjadi
pemutusan perjanjian kontrak atau telah berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja
sama ini.

Pasal 11
PEMBATASAN
1. PIHAK KEDUA tidak dibenarkan menyerahkan asset objek perjanjian untuk sebagian
atau keseluruhannya kepada Pihak Lain tanpa persetujuan PIHAK KESATU.
2. PIHAK KEDUA dilarang menggunakan Sarana rantai dingin ini untuk kegiatan-
kegiatan yang melanggar hukum dan perundang-undangan Indonesia.

Pasal 12
KEADAAN KAHAR (FORCE MAJEURE)
1. PARA PIHAK dibebaskan dari tanggung jawab atas kegagalan atau keterlambatan
dalam melaksanakan kewajibannya berdasarkan perjanjian ini, yang disebabkan
hal-hal di luar kemampuan yang wajar dari PARA PIHAK dan bukan disebabkan
kesalahan PARA PIHAK, yang selanjutnya dalam perjanjian ini disebut keadaan kahar
(force majeure), kecuali kewajiban untuk melakukan pembayaran yang ditimbulkan
sebelum terjadinya keadaan kahar tersebut.
2. Yang dimaksud keadaan kahar (force majeure) adalah peristiwa bencana alam,
kebakaran, kerusuhan, huru-hara, pemberontakan, pemogokan, peperangan,
embargo, blockade, peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan/atau
keputusan pemerintah/instansi berwenang yang berkaitan langsung dengan
pelaksanaan perjanjian.
3. Apabila terjadi keadaan kahar (force majeure), maka pihak yang terkena harus
melakukan usaha-usaha dan mengambil tindakan yang terbaik dan maksimal untuk
menanggulangi dan/atau mengurangi dampak yang merugikan.
4. Dalam hal terjadi keadaan kahar (force majeure), pihak yang mengalami keadaan
kahar (force majeure) harus segera memberitahukan kepada pihak lainnya secara
tertulis selambat-lambatnya 3 x 24 jam setelah hari pertama keadaan kahar (force
majeure) tersebut disertai dengan bukti atau keterangan resmi dari instansi
berwenang dan perkiraan atau upaya-upaya yang telah dan/atau akan dilakukan
dalam rangka mengatasi keadaan kahar (force majeure) tersebut. Atas pemberitahuan
dimaksud, pihak yang diberitahukan dapat menolak atau menyetujui keadaan kahar
(force majeure) secara tertulis selambat-lambatnya dalam waktu 3 x 24 jam sejak
menerima pemberitahuan.
5. Apabila keadaan kahar berlangsung lebih dari 30 (tiga puluh) hari kalender, maka
PARA PIHAK dapat merundingkan kembali mengenai penyelesaiannya dan
pelaksanaan perjanjian ini. Apabila tidak diperoleh penyelesaian, maka PARA PIHAK
dimungkinkan untuk mengakhiri perjanjian ini

Pasal 13
SANKSI
Apabila dalam pelaksanaannya sebagaimana dimaksud dalam perjanjian ini terdapat
salah satu pihak yang lalai dan/atau tidak mematuhi satu atau lebih ketentuan-ketentuan
yang tercantum dalam perjanjian ini, maka pihak lainnya dapat memutus perjanjian ini
secara sepihak dan pihak yang lalai wajib membayar segala kerugian yang ditimbulkan
akibat kelalainnya tersebut.

Pasal 14
PENYELESAIAN PERSELISIHAN

1. Apabila terjadi perbedaan pendapat atau perselisihan dalam pelaksanaan perjanjian,


para pihak sepakat untuk mengadakan musyawarah guna menyelesaikan perbedaan
atau perselisihan tersebut.
2. Apabila penyelesaian secara musyawarah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
pasal ini tidak dicapai dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak
tanggal pelaksanaan musyawarah untuk pertama kalinya, maka PARA PIHAK
sepakat untuk menyelesaikan perselisihan tersebut dengan menggunakan forum
Arbitrase yang akan dilakukan oleh Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI)
di Jakarta sesuai dengan ketentuan atau prosedur yang berlaku pada BANI
yang keputusannya bersifat final mengikat PARA PIHAK.
3. PARA PIHAK tidak berhak untuk mengajukan proses pengadilan sehubungan dengan
segala perselisihan sampai perselisihan tersebut diputuskan oleh majelis arbitrase
sebagaimana diatur dalam pasal ini, kecuali proses tersebut dilakukan dalam rangka
pelaksanaan keputusan arbitrase.
4. Segala perselisihan, pertentangan atau berbedaaan yang mungkin timbul atara
PARA PIHAK baik di luar maupun berkaitan dengan perjanjian ini, akan diselesaikan
secara damai antara PARA PIHAK.
5. Dalam hal perdamaian tidak bisa tercapai pada waktu yang wajar, maka sengketa
yang timbul dari Perjanjian ini akan diselesaikan dalam tingkat pertama dan terakhir
menurut peraturan prosedur BANI oleh arbitrator yang ditunjuk menurut
peraturan tersebut.

Pasal 15
BERAKHIRNYA PERJANJIAN
PARA PIHAK sepakat untuk mengesampingkan ketentuan Pasal 1266 dan 1267 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) mengenai persyaratan adanya keputusan
pengadilan untuk pengakhiran perjanjian, dalam hal berakhirnya perjanjian sebagai
berikut:
1. Berakhirnya jangka waktu perjanjian sebagaimana tertuang dalam perjanjian ini.
2. Pengakhiran perjanjian secara sepihak oleh PIHAK KESATU, apabila PIHAK KEDUA
tidak membayar harga sewa selama 3 (tiga) bulan berturut-turut.

Pasal 16
KORESPONDENSI
1. Semua surat menyurat atau pemberitahuan yang harus dikirim oleh masing-masing
PIHAK kepada PIHAK lainnya dalam Perjanjian Kerja Sama ini dapat dilakukan
melalui surat elektronik, faksmili, pos tercatat, komunikasi lain yang disepakati
masing-masing PIHAK ke alamat yang disebutkan di bawah ini:

PIHAK KESATU
PEMERINTAH PROVINSI MALUKU UTARA
u.p. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku Utara
Alamat : Jl. Raya Tuna, Nomor 06 Sofifi, Kota Tidore Kepulauan
Telepon : (0921) 31233073, 3125963
Email/Faks : (0921) 3123073

Anda mungkin juga menyukai