Anda di halaman 1dari 3

ARA 

korban gempa di Cianjur pun salat gaib untuk korban gempa Turkiye.
Setelah salat Jumat kemarin. Jumlah korban tewas di Turkiye itu sudah
mencapai 24.000 orang.
Sahabat Disway di Cianjur, Fadillah Munajat, baru tiga minggu meninggalkan
tenda. Akibat gempa Cianjur September lalu: 635 tewas. Rumahnya sendiri, di
kampung Cibeleng Hilir, RT 03/01, Desa Cikancana, sedang  diperbaiki. Belum
selesai. Tapi ia sudah merasa aman.
Hari itu tenda yang selama 3 bulan ia tempati dibongkar. Kamar atas di
rumahnya sudah ia tata. Malam itu, malam pertama pulang dari tenda, ia akan
bisa tidur nyenyak. Ia pun tidur bersama istrinya.
Ternyata pukul 03.00 dini hari Kang Fadil terbangun. Begitu juga istri dan
anak mereka. Malam pertama itu ternyata disambut gempa. Gempa tunggal.
Besarnya 4,5 skala richter.
Kang Fadil lari turun. Keluar rumah. Disertai istri dan anak. Ia tidak lagi mimpi
buruk. Gempa beneran. Tiga minggu lalu itu.
Tetangga pun meninggalkan rumah mereka. Tenda sudah telanjur dibongkar.
Meski tidak ada gempa susulan, mereka tidak ada yang kembali masuk rumah.
Sampai pagi.
Mengapa berani tidur di lantai atas?
“Kami sudah berhitung. Justru kalau di kamar bawah kami takut tertimpa
beton," katanya.
Untuk perbaikan rumahnya itu Kang Fadil dapat bantuan dari Presiden Jokowi.
Ia masuk rombongan dapat bantuan rusak sedang: Rp 30 juta. Sekarang
sudah dua kali cair. Kurang sekali lagi.
Kontrol dari kementerian PUPR kelihatannya ketat. Tahapan itu dicairkan
setelah di lapangan ada kemajuan.
Kang Fadil tidak merobohkan rumahnya yang retak berat. Tim ahli yang
datang ke rumahnya mengizinkan untuk hanya dilakukan perkotaan. Fadil
diberi brifing apa yang harus diperbaiki dan diperkuat. Setelah dapat tukang,
brifing dilakukan lagi ke yang mengerjakan itu. Terutama soal ukuran besi
tulang dan jarak besi pengikat itu. Lalu seminggu sekali penyelia PUPR datang
mengawasi pekerjaan. "Dua minggu lagi semua perbaikan selesai. Mungkin
habis Rp 50 juta," ujarnya.
Syukurlah program rehabilitasi korban gempa Cianjur berjalan dengan disiplin
ilmu bangunan.
Memang masih ada sebagian agamawan kita yang berpendapat gempa itu
bagian dari azab. Yakni bentuk hukuman dari Tuhan atas dosa umat manusia.
Tapi golongan seperti ini kian kecil. Juga kian tersudut. Kian memalukan.
Mungkin mereka terpengaruh tafsir yang mendalam tentang banjir di zaman
Nabi Nuh itu sebagai bentuk hukuman.
Meski belum seperti di Tiongkok, ilmu pengetahuan kian mendapat tempat di
kalangan agamawan. Penemuan-penemuan penyebab gempa akan terus
memperbaiki tafsir-tafsir lama.
Di sistem komunisme Tiongkok ilmu pengetahuan sudah menjadi salah satu
rukun iman mereka yang empat.
Komunisme Tiongkok terus menambah unsur dalam rukun iman mereka.
Komunisme yang asli hanya mengenal eka sila: perjuangan buruh. Melawan
majikan.
Ketika masuk Tiongkok tauhid komunisme itu dimusyrikkan. Ditambah satu:
perjuangan kaum tani. Menjadi dwi sila. Lalu di zaman Jiang Zemin ditambah
satu lagi: pengusaha. Maka sejak itu komunisme Tiongkok menjadi
komunisme tiga kaki: buruh, tani, pengusaha.
Pencipta ideologi komunis tidak bisa marah ketika buruh yang harusnya
melawan pengusaha justru disatukan dalam tiga rukun iman. Pendiri komunis
toh sudah meninggal dunia.
Rukun iman komunisme Tiongkok itu belakangan menjadi empat. Yakni di
zaman Presiden Hu Jintao: buruh, tani, pengusaha dan ilmuwan. Apa pun yang
tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan harus dilawan. Harus dianggap musyrik
komunis.
Gus Dur pernah punya ide menambah rukun iman yang enam menjadi tujuh:
ditambah keadilan sosial, atau membela Si miskin. Selama ini ayat-ayat yang
membela Si miskin sudah sangat banyak, tapi rupanya harus ditingkatkan
menjadi bagian dari rukun iman: agar dalam membela Si miskin sederajat
dengan kepercayaan pada Tuhan.
Saya pernah mewawancarai Gus Dur saat itu. Ketika masih jadi wartawan
muda majalah TEMPO. Heboh. Gus Dur cuek. Tapi kemiskinan tetap berat 40
tahun kemudian.
Agama menawarkan surga di akhirat nanti.
Ilmu pengetahuan menawarkan surga di dunia sekarang ini. Agar Turkiye dan
Cianjur tidak jadi neraka gempa. (Dahlan Iskan)
 
Komentar Pilihan Dahlan Iskan*
Edisi 11 Februari 2023
 
Jhel_ng
Indonesia memang berada di pertemuan lempeng bumi. Lempeng Australia
yang menghujam di bawah lempeng Eurasia. Pertemuan lempeng itu ada di
laut, sampai kedalaman tertentu. Selebihnya ada di bawah pulau2 namun
dalam sekali. Pertemuan lempeng yang menyebabkan gempa di Tuban (laut
jawa) sudah di kedalaman lebih dari 100 km. Gempa kuat 7 SR, tidak akan
terasa besar di darat. Pun yang di laut selatan, meskipun besar, efeknya di
darat tidak besar. Energinya sudah terbagi kemana-mana. Kalau terlalu besar
dan terlalu dangkal, terjadi Tsunami. Itupun masih ada waktu untuk mitigasi.
Dominasi gempa darat di Indonesia terjadi karena sistem sesar atau patahan.
Tidak terlalu dahsyat. Berbeda dengan yang terjadi di Turki. Atau Nepal. Atau
negara-negara arab. Pertemuan lempeng terjadi di darat. Kekuatannya besar.
Daya redamnya kecil. Energi dari pusat gempa mudah dipindah pada medium
padat. Bencana gempa ada dalam pelajaran agama. Selama masih dianggap
gempa itu adzab, peringatan, ujian, atau bahkan akal-akalan pihak "musuh",
selama itu pula manusia akan gagal memitigasi bencana gempa. Gempa bumi
adalah nature. Kawaspadaan kita adalah anugrah dari Tuhan. Selamat
berakhir pekan dalam kedukaan..
 
mz arifinuz
Nature/alam, semua alam semesta adalah ciptaan Tuhan, dikendalikan oleh
Tuhan. Manusia wajib belajar apa pun. Gempa bila tak ada bangunan tinggi,
berat, tentu tak tewaskan manusia. Manusia mencelakakan diri nya sendiri?
 
Ardi Suhamto
Sebagai orang berkatepe condet, mau koreksi: Condet itu di Jakarta Timur,
bukan Selatan Bah
 
Kang Sabarikhlas
Innalillahi wa innailaihi rojiun kolom kosong diatas mestinya blok warna hitam
sebagai ungkapan rasa belasungkawa untuk korban gempa di Turki dan
Suriah. Maaf saya ndak bisa buat blok hitam sebab hp saya ndak smart.. eh
anu saya kok yang goblik, duh. *edisi niru halaman koran yang diblok hitam
 
mz arifinuz
LINDU. Dulu sewaktu SR, Sekolah Rakyat, teman2 di kampung nyebut
orgasme dg kata2: lindu/ gempa. Maka nyebut lonte/pelacur dg samaran:
lindu. Guncangan yg penuh nikmat. Guncangan yg bisa bawa dosa, penyakit,
neraka; bisa pula bawa pahala, sehat, sorga dunia akhirat.
 
Liam Then
Saya sering terkagum-kagum tak ada habisnya. Ketika baca artikel singkat
tentang ahli-ahli peneliti. Otak dan ketekunan mereka luar biasa. Apalagi baca
artikel tentang peluncuran satelit ,atau wahana ke luar angkasa. Atau astronot
ke stasiun ruang angkasa. Betapa presisi perhitungannya, ahli matematika ,
ahli-ahli fisika. Bisa hitung secara presisi, gaya tarik gravitasi bumi,
meminjam. Gravitasi bumi untuk melontar wahana. Penyesuaian wahana.
Saya tersadar betapa hebatnya mereka, ketika sadar bahwa stasiun antariksa
itu mengorbit bumi dengan kecepatan 28.000 km/jam. Weleh, trus itu nyantol
nya gimana, bisa presisi. Nyesel tak sekolah. Hahaha
 
Liam Then
Saya pernah merasakan ikut horang kaya seperti itu, tapi masih taraf level
nasional. Aneh saja rasanya, tiba-tiba di telpon, kau besok ke Makassar,
temani si Anu. Kau besok ke Bali, dibandara ke temu si Anu. Kau besok ke
Medan ambil anu. Yang saya paling mangkel, waktu terima perintah ke Bali,
saya sudah senang duluan, akhirnya kesampaian juga keinginan ke Bali, mana
gratis lagi. Ternyata hanya sebatas sampai di bandara-nya Bali, ambil koper
yang tertinggal. Coba gondok ngga? Sekarang saya bingung kalo ditanya
orang pernah ke Bali ngga. Gimana coba jawabnya...? "Pernah, tapi hanya
sampai bandara" Jawaban seperti ini masalah, karena pasti bikin repot untuk
jawab pertanyaan su

Anda mungkin juga menyukai