Anda di halaman 1dari 5

BENARKAH AKHIRAT ITU KEKAL?

Judul : Ternyata Akhirat Tidak Kekal


Penulis : Agus Mustofa
Penerbit : PADMA Press, Surabaya
Tanggal Terbit : 27 Februari 2005
Cetakan ke- : Enam
Tebal : 334 halaman
Harga : Rp. 60.000,00

‘Akhirat’ pastinya sebuah kata yang sudah tidak asing di telinga kita, baik yang
beragama islam maupun non islam. Kehidupan disekitar kita selalu mengasumsikan akhirat
dengan keabadian, namun Agus Mustofa mengejutkan para pembaca dengan buku serial
kedua diskusi tasawwuf modernnya yang ia beri judul “Ternyata Akhirat Tidak Kekal”.
Agus Mustofa lahir di Malang, 16 Agustus 1963. Ayahnya seorang guru tarekat intens
dan pernah menjadi Dewan Pembina Partai Tarekat Islam Indonesia. Maka tidaklah heran
sejak kecil ia sangat akrab dengan filsafat seputar pemikiran tasawuf. Tahun 1982 ia
meninggalkan kota Malang dan menuntut ilmu di Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Nuklir di
UGM. Selama kuliah ia banyak bersinggungan dengan ilmuwan-ilmuwan islam yang
berpikiran modern, seperti Prof. Ahmad Baiquni dan Ir. Sahirul Alim MSc. Perpaduan antara
ilmu tasawwuf dan sains ia sebut sebagai ‘Tasawwuf Modern’. Agus Mustofa sudah menulis
beberapa buku serial diskusi Tasawwuf Modern yang kebanyakan masuk kategori best seller,
yaitu: Pusaran Energi Ka’bah (diterjemahkan pula dalam bahasa Inggris dan Arab),
Terpesona di Sidratul Muntaha, Menyelam ke Samudera Jiwa dan Ruh, Bersatu dengan
Allah, Mengubah Takdir, Tahajjud Siang Hari Dhuhur Malam Hari, Dzikir Tauhid,
Membonsai Islam, Menuai Bencana, Tak Ada Adzab Kubur, Poligami Yuuk, Ternyata Adam
Dilahirkan, Indonesia Butuh Nuklir, dan Untuk Apa Berpuasa?
Pada bagian awal buku, Agus Mustofa menjelaskan tentang pengertian ghaib yang
sesungguhnya. Masyarakat umum mengartikan ghaib sebagai suatu hal yang tak dapat
terdeteksi oleh indra kita, sedangkan menurut Agus mustofa hakikat ghaib adalah sesuatu
yang tidak terdeteksi oleh sebagian orang pada masa tertentu saja. Seperti perkembangan
janin dalam kandungan yang dulu dianggap ghaib oleh masyarakatnya, tapi sekarang dengan
USG perkembangan janin dapat dideteksi. Sehingga, bisa disimpulkan bahwa sesuatu yang
ghaib tidaklah mutlak adanya, dan bukan sama sekali tidak boleh membicarakannya, begitu
pula dengan akhirat. Pertanyaannya, dimana, kapan dan seperti apa kehidupan di akhirat
kelak?

QS. Al Baqarah (2) : 29


‫هو الذي خلق لكم ما في االرض جميعا ثم استوي الي السماء فسواهن سبع سموات وهو بكل شيء عليم‬
“Dialah (Allah) yang menciptakan semua yang ada di muka bumi ini untukmu, dan Dia
berkehendak menuju langit, lalu dijadikanNya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu”

Dalam dalil di atas dapat diketahui bahwa Allah menciptakan langit alam semesta ini
bukan hanya satu, melainkan tujuh. Langit pertama dihuni oleh manusia, hewan, tumbuhan,
dan benda-benda langit seperti bintang, planet, galaksi, dll. Langit yang disebut langit dunia
ini berdimensi tiga. Langit kedua dihuni oleh jin yang diciptakan dari nyala api dan
berdimensi empat. Jin memiliki kecepatan 10 kali lipat dari manusia, tetapi jauh di bawah
kecepatan malaikat. Jin dapat merambat di berbagai jenis benda, dan melentur serta
menembus benda. Jin merupakan makhluk berdimensi empat yang hidup di lagit kedua. Jin
hidup seperti manusia, bersosial politik, berkeluarga, beragama dan adapula yang kafir.
Langit ketiga, keempat, kelima, dan keenam dihuni oleh jiwa-jiwa manusia yang telah
mati selama masa penantian di alam barzah. Langit ketujuh dihuni oleh malaikat yang
diciptakan Allah dari cahaya dan berdimensi sembilan. Malaikat adalah makhluk yang taat
dan tidak pernah membantah perintah Allah. Kecepatan malaikat adalah 300.000 km per
detik, sehingga terjadilah relatifitas waktu sebagaimana diinformasikan Allah dalam ayat
berikut ini

Al Ma’arij 70:4, 91
‫تعرج الملئكة والروح اليه في يوم كان مقداره خمسين الف سنة‬

“Naik malaikat dan ruh kepada-Nya dalam waktu sehari yang kadarnya 50.000 tahun.”

Secara eksplisit, Allah menginformasikan bahwa sehari bagi malaikat adalah seperti 50.000
tahun bagi manusia. Malaikat juga memiliki kelebihan untuk menembus dimensi-dimensi
langit pertama sampai langit ke tujuh yang berdimensi sembilan, sehingga malaikat dapat
menjelajah dunia jin dan manusia, sedangkan jin dan manusia tidak dapat memasuki dunia
malaikat.
Alam semesta ini diciptakan oleh Allah melalui enam tahapan: Tahap pertama
adalah ketika alam semesta berupa cikal bakalnya yang disebut sebagai Sop Kosmos. Zat di
dalam sop kosmos tidak bisa didefinisikan sesuai dengan ragam zat yang ada sekarang.
Semua material dan energi yang sangat ekstrim di alam ini dikompres ke dalam sebuah titik
yang berkuran hampir nol. Tahap kedua adalah sesaat setelah ledakan terjadi. Pada detik
pertama, suhu alam semesta dari tak berhingga turun menjadi 10 10derajat kelvin. 100 detik
kemudian setelah ledakan, suhu alam semesta diperkirakan turun menjadi 10 9 derajat kelvin.
Beberapa jam kemudian terbentuk partikel elementer pembentuk alam semesta, atom-atom
bermasa rendah seperti Hidrogen dan Helium. Tahap ketiga, selama jutaan tahun kemudian
alam semesta tidak mengalami perubahan yang berarti, tetapi terus mengembang ke segala
penjuru. Puluhan jenis unsur alam semesta terbentuk dan ruang alam semesta semakin besar,
waktu pun ikut bergerak maju. Tahap keempat, miliaran tahun kemudian terbentuklah
benda-benda langit akibat pengelompokan atom-atom dan molekul yang bersenyawa. Tahap
kelima, sekitar lima miliar tahun yang lalu, bumi dan planet-planet lainnya terbentuk akibat
akibat gaya putar matahari. Jadi, bumi kita sebenarnya sudah sangat tua, alam semesta sendiri
berumur lebih tua, diperkirakan 12 miliar tahun. Tahap keenam adalah tahap diciptakan-Nya
makhluk hidup di permukaan bumi, dan mulailah drama kehidupan manusia. Kehidupan
manusia di dunia ini pada hakikatnya bukanlah hidup yang sesungguhnya, kehidupan yang
sesungguhnya akan terjadi di akhirat kelak. Sebagaimana firman Allah dalam

QS. Al An’am (6): 32


‫الحيوة الدنيا اال لعب ولهو ولدار االخرة خير للذين يتقون افال تعقلونوما‬
“Dan tidaklah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan
sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah
kamu memahaminya?”

Sebelum menuju alam akhirat, terlebih dahulu alam ini mengalami kehancuran total
yang disebut kiamat.
QS. Al Mu;min (40): 59
‫الساعة الء تية الريب فيها ولكن اكثر الناس ال يؤمنونان‬
“Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang, tidak ada keraguan tentangnya, akan tetapi
kebanyakan manusia tiada beriman (mempercayainya)”

Kiamat ada dua macam, yaitu kiamat sughra dan kiamat kubra. Kiamat sughra (kecil) adalah
proses hancurnya bumi dan seluruh kehidupan di dalamnya, termasuk manusia, jin, hewan
dan binatang, kecuali malaikat. Sedangan kiamat kubra (besar) adalah kehancuran alam
semesta, termasuk matahari, galaksi, planrt dan semua yang ada dalam alam semesta, karena
terjadi proses penciutan kembali alam semesta yang kemudian musnah di pusatnya.
Setelah terjadi kiamat, kehidupan akhirat dimulai yang ditandai oleh proses
kebangkitan manusia dari dalam kuburnya. Setelah dibangkitkan, manusia akan mengalami
masa pengadilan. Bagian terakhir dari kehidupan akhirat adalah surga dan neraka. Surga
adalah tempat untuk makhluk yang beriman, sedangkan neraka adalah tempat untuk makhluk
yang berpaling dari-Nya.
QS. Al A’raaf (7): 25
‫قل فيها تحيون و فيها تموتون و منها تخرجون‬
“Katakanlah: di bumi itulah kalian hidup, dan di bumi itu kalian akan mati, dan dari bumi
itu pula kalian akan dibangkitkan”
Alam semesta ini bukan hanya terdiri dari planet bumi saja, ada triliunan meteor dan
planet lain, triliunan bintang, dan miliaran galaksi, namun Allah memilih planet bumi untuk
tempat berlangsungnya kehidupan manusia. Bahkan menurut ayat di atas, manusia juga akan
mengalami kematiannya di muka bumi, dan akhirnya suatu ketika akan dibangkitkan di bumi
pula untuk menjalani kehidupan berikutnya. Kalau memang drama kehidupan manusia di
bumi sejak Nabi Adam sampai dengan kehidupan kedua nanti, maka kita digiring pada
pemahaman bahwa Nabi Adam itu diciptakan di bumi? Padahal Nabi Adam diciptakan di
surga? Lantas dimanakah surga tersebut berada? Apakah surga berada di bumi? Apakah bumi
tempat kita hidup sekarang sama dengan tempat kehidupan kita di akhirat kelak? Allah
berfirman dalam QS. Ibrahim 14:48, 121
‫يوم تبدل االرض والسموات وبرزو هللا الواحد القهار‬
“Pada hari diganti bumi ini dengan bumi yang lain, dan (demikian pula) langit, dan mereka
menghadap kepada Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”

Lantas bagaimanakah mekanisme pergantian itu terjadi?


Diceritakan ketika perjalanan isra’ mi’raj, Nabi Muhammad bertemu jiwa para nabi
ketika menjalani mi’raj ke langit yang ke tujuh. Di langit ke tujuh inilah Nabi Muhammad
melihat surga, sebagaimana yang dijelaskan dalam surat An Najm (53): 14-15
‫عند سدرة المنتهى عندها جنة الماء وى‬
“Di Sidratul Muntaha, di dekatnya ada surga tempat tinggal”

Langit ketujuh adalah langit terbesar, sebab menurut teori dimensi, langit yang lebih
rendah dimensinya termuat oleh langit yang lebih tinggi dimensinya. Berarti langit ketujuh
memuat langit keenam, kelima, keempat, ketiga, kedua, dan kesatu. Maka ketika surga berada
di langit ketujuh, sebenrnya surga itu memang memiliki luas yang terbentang antara langit
dunia dan langit akhirat.
Bumi yang kita tempati ini berada di dalam langit pertama. Akan tetapi, karena langit
pertama menjadi komponen penyusun langit kedua, maka bumi juga berada di langit kedua.
Jika sebuah garis tersusun dari titik-titik, dan sebuah luasan tersusun dari garis-garis yang
berjajar, maka titik-titik itupun akan menjadi penyusun luasan. Demikian pula dengan bumi
sebagai komponen penyusun langit pertama, juga tetap eksis di langit kedua, ketiga sampai
ketujuh. Jadi, pada kenyataanya kita sudah berada di dalam akhirat (langit ketujuh) sejak
hidup di dunia. Hanya karena keterbatasan fisik dan indra kita saja, maka kita tidak
menyadari bahwa kita telah berada di dalam alam akhirat sejak awal.
Surga dan neraka bisa ditampakkan atau tidak ditampakkan oleh Allah kepada kita,
karena memang keduanya sudah ada. Namun, keduanya tersembunyi dari pandangan kita
dikarenakan terbatasnya dimensi manusia. Terlihatnya surga dan neraka oleh penglihatan kita
akan terjadi setelah batas-batas dimensi antar langit dilenyapkan oleh Allah. Sebagaimana
yang dijelaskan dalam surat At Takwir (81): 11-13
‫ واذالجنة ازلفتواذ‬,‫ واذالجحيم سعرت‬,‫السماء كشطت‬
“Dan apabila (batas-batas) langit dilenyapkan. Dan apabila Neraka Jahim dinyalakan. Dan
apbila surga di dekatkan.”
Jadi alam akhirat, termasuk di dalamnya surga dan neraka itu sudah ada di dekak kita, namun
belum ditampakkan oleh Allah kepada kita. Lalu apakah kita kekal di alam akhirat tersebut?
QS. Huud (11): 106-108
‫فاما الذين شقوا ففي النار لهم فيها زفير وشهيق‬
“Adapun orang-orang yang celaka, maka tempatnya adalah di dalam neraka, di dalamnya
mereka menarik dan mngeluarkan nafas”

‫خالدين فيها ما دامتالسماوت واالرض اال ما شاء ربك ان ربك فعال لما يريد‬
“Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki.
Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki”

‫واما الذين سعدوا ففي الجنة خالدين فيها ما دامت السماوت االرض اال ما شاء ربك عطا ء غير مجذوذ‬
“Adapun orang-orang yang bahagia di tempatnya adalah di dalam surga, mereka kekal di
dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu meghendaki, sebagai karunia
yang tiada putus-putusnya”

Firman di atas menjelaskan kekalnya akhirat adalah sekekal langit dan bumi. Menurut
astronomi,alam semesta memang tidak kekal. Agus Mustofa menjelaskan 12 miliar tahun
yang lalu alam semesta ini diciptakan, beberapa ribu tahun lagi bumi akan mengalami
kehancuran, kemudian sekitar 3 miliar tahun ke depan bumi akan mengalami pemulihan dan
dimulailah kehidupan akhirat. Saat itu pula alam semesta bergerak menciut yang diperkirakan
sekitar 15 miliar tahun, yaitu selama periode akhirat. Alam semesta berawal dari sebuah titik
yang mengembang selama 15 miliar tahun, dan untuk menciut kembali menuju titik awal juga
membutuhkan waktu selama 15 miliar tahun, itu artinya alam semesta akan lenyap kembali
seperti awal mulanya dalam kurun waktu 18 miliar tahun lagi. Yang ada hanya Allah, sumber
segala kedamaian di alam semesta.

QS. Al Qashash (28):88


‫ الاله اال هو كل شىء هالك اال وجهه له الحكم واليه ترجعونوال‬,‫تدع مع هللا الها ءا خر‬
“Janganlah kamu sembah di sampng Allah, Tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan
melainkan Dia. Tiap sesuatu pasti binasa, kecuali wajah-Nya. Baginya segala penentuan ,
dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan.”

Dari judulnya buku ini sudah menarik minat pembaca untuk membelinya, di dalam
buku ini juga banyak informasi-informasi baru, baik dari segi sains maupun agama. Agus
Mustofa mencantumkan lebih dari 250 ayat dalam buku ini, sebagai penguat argumen-
argumennya. Buku ini sangat tepat dimiliki oleh kalangan-kalangan yang asih bertanya-tanya
tentang kehidupan ahirat. Namun ada beberapa bagian dari buku ini yang sulit dipahami, dan
rancu dengan bagian lainnya. Banyak bantahan dari tokoh-tokoh agama tentang buku ini
yang mengugkapkan, Agus Mustofa terlalu menggunakan logikanya dalam menafsirkan
sebuah ayat Al Qur’an, padahal tidak semua ayat bisa di tafsirkan menggunakn logika.

WALLAAHU A’LAM BISHSHAWAB

Anda mungkin juga menyukai