Anda di halaman 1dari 7

PERJUANGAN PARTAI ISLAM DALAM

DUNIA POLITIK

Diajukan untuk memenuhi UAS Mata Kuliah Pembangunan Politik

Dosen Pembimbing : Ferry Kurnia R, S.IP., M.Si

DISUSUN OLEH :

Yayan Karyana / 41719002

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERISTAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
2023
ABSTRAK:
Gerakan Islam politik yang ingin menegakkan partai Islam di Indonesia bergerak masif. Tetapi
pada saat bersamaan, partai politik Islam kurang menggairahkan. Terbukti, dalam beberapa
survei elektabilitas parpol menjelang Pemilu, partai Islam tak mampu menempati urutan tiga
besar. Bahkan diprediksi, partai Islam yang akan lolos parlemen pasca pemilu 2019 bisa lebih
sedikit dibandingkan dengan hasil Pemilu 2014. Keberadaan parpol Islam di Indonesia menurut
Firman Noor (2015:14) dikategorikan menjadi tiga model. Pertama, parpol Islam yang secara
terang-terangan mencantumkan asas dan ideologi Islam di dalam anggaran dasarnya. Kedua,
parpol Islam yang menggunakan atribut dan simbol yang identik dengan Islam seperti bulan,
bintang, Kabah, dan tulisan-tulisan berbahasa Arab tetapi asas parpol tersebut tidak
mencantumkan Islam. Mereka juga mengakui Pancasila sebagai dasar negara. Ketiga, parpol
Islam yang sama sekali tidak menggunakan atribut dan simbol Islam, meskipun massa
pemilinya adalah umat Islam dan mereka mengkombinasikan ideologi Islam dengan non Islam.

Kata Kunci: Partai politik,Pemilu,ideologi islam

ABSTRACT:
The political Islamic movement that wants to establish Islamic parties in Indonesia is moving massively.
But at the same time, Islamic political parties lack enthusiasm. It has been proven that in several surveys
on the electability of political parties ahead of the General Election, Islamic parties were unable to rank
in the top three. It is even predicted that fewer Islamic parties will pass parliament after the 2019
elections compared to the results of the 2014 elections. According to Firman Noor (2015:14), the
existence of Islamic political parties in Indonesia is categorized into three models. First, Islamic political
parties that openly include Islamic principles and ideology in their statutes. Second, Islamic political
parties that use attributes and symbols that are identical to Islam such as the moon, stars, Kaaba, and
Arabic writings but the principles of these political parties do not include Islam. They also recognize
Pancasila as the basis of the state. Third, Islamic political parties do not use Islamic attributes and
symbols at all, even though the mass of their owners are Muslims and they combine Islamic and non-
Islamic ideologies.

Keywords: Political parties, elections, Islamic ideology


PENDAHULUAN

Tahun 2019 menjadi tahun penting bagi perpolitikan Indonesia karena akan
dilaksanakan Pemilihan Umum secara serentak pertama kali dalam sejarah perpolitikan
Indonesia. Pemilu serentak adalah pelaksanaan pemilian anggota legislatif (DPR RI, DPD RI,
DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Kota) dan presiden-wakil presiden secara bersamaan.
Pemilu serentak adalah eksperimen baru demokrasi Indonesia.Menjelang Pemilu, seluruh
partai politik melakukan pemanasan mesin parpol. Pemanasan in dilakukan di rahun 2018
karena pada tahun tersebut terdapat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di 171 daerah,
terdiri atas 17 provinsi, 115 kabupaten, dan 39 kota.Pilkada 2018 sering disebut sebagai Pilkada
aroma Pilpres. Koalisi beberapa parpol di Pilkada juga sudah mengerucut, mengarah pada
koalisi Pilpres. Tahun 2018 pun kerap disebut sebagai "tahun politik".
Di tengah hiruk- pikuk tahun politik, parpol-parpol Islam mengalami dinamika
pergolakan baik dalam persiapan menjelang pile maupun pilpres. Dalam' sejarah perpolitikan
Indonesia, kiprah parpol Islam mewarnai perjalanan bangsa. Parpol Islam telah menunjukkan
eksistensinya sebelum kemerdekaan dan turut serta memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Hal ini, misalnya, ditandai dengan lahirnya Partai Arab Indonesia (PAI) pada tahun 1908 yang
dikeruai oleh AR Baswedan (Deliar Noer, 1987:12).
Setelah kemerdekaan, pemerintah mengeluarkan Maklumat Nomor X tanggal 3
November 1945 yang mengharuskan warga negara membentuk partai politik. Keluarnya
Maklumat ini disambut baik oleh umat Islam. Para tokoh-tokoh umat Islam kemudian
menggelar
Kongres di Yogyakarta pada tanggal 7 November 1945. Lahir dua poin penting yaitu:
"Pertama, pembentukan parpol dengan nama Masyumi. Kedua, Masyumi menjadi satu-satunya
parpol Pemilu 2019 merupakan Pemilu serentak perdana di Indonesia yang akan diikuti oleh
20 parpol. Sebanyak 16 parpol tingkat pusat°, dan 4 parpol khusus Provinsi Aceh'.
Dari jumlah tersebut, terdapat lima parpol Islam yang berlaga, yaitu Partai Kebangkitan
Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai
Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Bulan Bintang (PBB). Sebelum menghadapi Pemilu
2019, semua parpol Islam mendapat momentum pemanasan "mesin partai" karena menghadapi
Pilkada serentak di 171 daerah pada tahun 2018. Adanya Pilkada tersebut menjadi ajang
konsolidasi struktur partai dari pengurus pusat hingga daerah. Sebagian, konsolidasi parpol
Islam ini berjalan mulus, namun sebagian lainnya terjadi gejolak akibat konflik kepentingan
pencalonan. Sebagai contoh, internal PPP bergejolak akibat perbedaan pencalonan kepala
daerah di Sumatera Utara. PPP mengusung paslon tapa menempatkan kadernya sebagai calon,
dan hal ini yang ditentang kader-kader terutama di daerah mereka.

Rumusan Masalah :
1. Apa yang dimaksud dengan partai politik?
2. Bagaimana partai politik islam di indonesia?

HASIL DAN PEMBAHASAN

partai politik adalah sekelompok orang yang terorganisasir yang anggota-anggotanya


mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk
memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik (biasanya) dengan cara
konstitusional untuk melkasnakan programnya. Sedangkan menurut Giovani Sartori partai
politik adalah suatu kelompok poloitik yang mengikuti pemilihan umum dan, melalui
pemilihan umum itu mampu menempatkan calon-calonya untuk menduduki
jabatn-jabatan politik.
Menurut Edmund Burke (2005) partai politik adalah lembaga yang terdiri dari atas
orang-orang yang bersatu, untuk memperomosikan kepentingan nasional secara bersama-sama,
berdasarkan prinsip-prinsip dan hal-hal yang mereka setujuai. Menurut Lapalombara dan
Anderson (1992) partai politik adalah setiap kelompok politik yang memiliki label dan
organisasi resmi yang menghubungkan antara pusat kekuasaan dengan lokalitas, yang hadir
saat pemelihan umum, dan memiliki kemmapuan untuk menmpatkan kandidat pejabat publik
melalui kegiatan pemilihan umum, baik bebas maupun tidak bebas. Menurut Sigmund Neuman
(1963) partai politik adalah organisasi dari aktivitas-aktivitas politik yang berusaha untuk
menguasai kekuasaan pemerintah serta membuat dukungan rakyat atas dasar persaiangan
dengan suatu golongan atau golongan-goliongan lain yang mempunyai pandangan yang
berbeda.
Sedangkan menurut R.H. Soltau (1961:199)
partai politik adalah sekelompok warga negara yang terorganisasi yang bertindak sebagai
suatu kesatuan politik yang dengan memnafaatkan kekuasaannya untuk memilih dan mengusai
pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan umum mereka. partai politik adalah
sekelompok mmanusia yang terorganisir secara stabil, dengan tujuan membuat atau
mempertahankan pengusaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan
penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan
yang bersifat ideal ataupun matril
Partai politik Islam yang menjadi objek pembahasan ini adalah partai politik yang secara
tegas mencantumkan asanya adalah Islam. Pada pemilu tahun 1999, paling tidak ada delapan
partai yang berasaskan islam, antara lain yang mendapatkan kursi di DPR pada saat ini adalah
Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Keadilan (PK),
Partai Nahdatul Ummat (PNU), Partai Kebangkitan Ummat (PKU), Partai Masyumi, Partai
Syarikat Islam Indonesia (PSII) dan lain-lain. Disamping partai yang berasaskan Islam, di
Indonesia pada saat ini, ada juga partai yang bebasiskan massa Islam, yaitu antara lain Partai
Kebangkitan Bangsa dan Partai Amanat Nasional. Kedua partai yang terakhir ini massa
pendukungnya terutama berasal dari para anggota dan simpatisan Ormas Islam Nahdatul
Ulama dan Muahammadiyah, Walaupun tidak seluruhnya anggota kedua organisasi tersebut
menjadi anggota kedua partai itu.

Lahirnya partai berasaskan islam dan partai yang berbasiskan massa islam, sejak tahun
1998, yaitu setelah tumbangnya Orde Baru adalah perkembangan yang menarik untuk
dibicarakan. Paling tidak ada dua hal yang menjadi pertimbangan. Pertama, pada masa
sebelumnya baik pada masa Orde Lama maupun pada masa Orde Baru, tidak ada gejala
pembedaan yang demikian. Pada masa Orde Lama partai-partai islam berasaskan islam bersatu
padu memperjuangkan idiologi islam sebagai dasar negara. Pada masa Orde Baru yaitu yang
dimulai pada pemilu tahun 1971 (pada saat itu ada 4 partai politk islam yaitu Partai NU, PSII,
PARMUSI dan PERTI), serta Partai Persatuan Pembangunan untuk pemilu selanjutnya sampai
dengan pemilu tahun 1997, tidak menunjukan pembedaan yang demikian. Kedua, artikulasi
politik partai Islam pada era reformasi ini, menunjukkan perbedaan yang cukup tajam, terutama
tentang sifat partai dan perjuangan idiologi dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Partai yang berasaskan islam lebih tertutup, terutama dalam kepemimpinan partai
dibanding dengan partai yang berbasis massa islam. Walupun kedua partai yang berbasis massa
islam mengklaim sebagai partai terbuka, namun tidak dapat dipungkiri bahwa pemilih kedua
partai tersebut adalah massa tradisional pendukung dan anggota ormas Muhammadiyah dan
Nahdatul Ulama.
KESIMPULAN
Dengan memperhatikan pembahasan yang dikemukakan di atas maka kita dapat
mengambil kesimpulan tentang pandangan-pandangan yang ada mengenai sikap Islam dalam
menyikapi demokrasi:
Pandangan yang menandaskan bahwa antara agama Islam dan demokrasi secara asasi
tidak berhubungan sama sekali satu dengan yang lain, karena demokrasi merupakan metode
yang digunakan pada domain politik dan pemerintahan sementara agama sama sekali tidak ada
sangkut pautnya dengan masalah politik. Pandangan ini adalah pandangan yang dilontarkan
oleh orang-orang yang meyakini bahwa agama terpisah dari politik. Karena ruang lingkup dan
skop agama dalam pandangan mereka merupakan urusan pribadi yang mengurusi hubungan
antara manusia dan Tuhan serta keyakinan terhadap akhirat dan tidak ada hubungannya dengan
masalah sosial dan politik.
Partai politik Islam yang menjadi objek pembahasan ini adalah partai politik yang secara
tegas mencantumkan asanya adalah Islam. partai politik adalah sekelompok warga negara yang
terorganisasi yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik yang dengan memnafaatkan
kekuasaannya untuk memilih dan mengusai pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan
umum mereka. Dalam mewujudkan konsolidasi demokrasi di Indonesia diperlukan adanya
penataan kembali terhadap sistem pemerintahan dan kelembagaan negara yang berkiblat pada
demokrasi yang sesuai dengan tujuan awal negara ini berdiri, serta perlunya perbaikan persepsi
pada masyarakat tentang demokrasi itu sendiri yang mana tidak seperti yang selama ini terjadi
yaitu menganggap satu-satunya poin dalam demokrasi hanyalah ‘kebebasan’, karena
kebebasan tersebut jika tidak dikendalikan maka akan menimbulkan kerancuan di masyarakat
dan mengarahkan pada arah demokrasi yang tidak jelas, jadi di sini rakyat memiliki tanggung
jawab moral juga untuk mendukung terwujudnya konsolidasi demokrasi.

SARAN
1. Sistem demokrasi di Indonesia merupakan demokrasi Pancasila yang mengutamakan
permusyaratan sebagaimana yang tercantum dalam pancasila pada sila ke empat, maka dari itu
dalam menjalankan sistem demokrasi ini hendaknya sesuai dengan apa yang tercantum dalam
sila-sila yang terdapat pada Pancasila tersebut.
2. Sesuai dengan tujuan sistem demokrasi yang ada di Indonesia ini yaitu untuk
menyatukan dan memberikan kemaslahatan kepada seluruh masyarakat indonesia, oleh sebab
itu jalankanlah sistem demokrasi ini pada jalur yang menjadi tujuan tersebut, dan jangan
dilencengkan untuk tujuan dan kepentingan pribadi atau sepihak saja.
3. Hendaknya sistem demokrasi di Indonesia ini tetap bisa menjadikan ajaran agama
Islam sebagai acuan dan pedoman dalam penerapannya, karna tiada suatu hal pun yang
sempurna melainkan apa yang telah ditetapkan
4. Pihak-pihak yang berperan aktif dalam menjalankan sistem demokrasi di Indonesia
ini, hendaknya dapat terus berjuang untuk kepentingan masyarakat dan tidak mementingkan
diri sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=BxyjDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA149&dq=demokrasi
+islam+dan+konsolidasi&ots=CqIJQnNyIf&sig=23IrMiq_jccur8kcZgOSOSZDd4A&redir_esc=y#v=onep
age&q=demokrasi%20islam%20dan%20konsolidasi&f=false
https://adm.fisip.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2019/10/BAHAN-AJAR-PARPOL-DAN-PEMILU-
dikonversi.pdf
https://zoelvapartners.id/partai-politik-islam-dalam-peta-politik-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai