1 (2022)
Doi: 10.23969/paradigmapolistaat.v5i1.5585
Abstract
Syarikat Islam (SI) is a unique phenomenon in Indonesian history. SI was the first
organization to promote Indonesian nationalism, while other organizations were still
talking about regionalism. However, in its journey to date, SI has had its ups and downs.
In fact, there have been several political shifts from Social Organizations (Ormas) to
Political Parties (Parpol) or from Political Parties to Ormas. In the period from 1971 to
2004, SI has undergone 3 (three) changes, namely from political parties to mass
organizations (1973), from mass organizations to political parties (1999), and from
political parties to mass organizations (2003). When reviewing the political shifts that
occur within the SI body through 3 (three) approaches; From ideology (Frank Distefano),
strategy (Maria Spirova), and party figures (Wellhoffer), it is concluded that the political
shift that occurred within SI was more dominant in the shift in political strategy, rather
than ideology and character..
Abstrak
Syarikat Islam (SI) adalah fenomena unik dalam sejarah Indonesia. SI adalah organisasi
pertama yang mengusung nasionalisme ke-Indonesian, disaat organisasi-organisasi lain
masih berbicara kedaerahan. Meski demikian, dalam perjalanannya hingga saat ini, SI
mengalami pasang surut. Bahkan mengalami beberapa kali pergeseran politik dari
Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) ke Partai Politik (Parpol) atau dari Parpol ke
Ormas. Dalam rentang waktu dari tahun 1971 sampai dengan 2004, SI telah mengalami
3 (tiga) kali perubahan, yaitu dari parpol ke ormas (1973), dari ormas ke parpol (1999),
dan dari parpol ke ormas (2003). Ketika mengkaji pergeseran politik yang terjadi dalam
tubuh SI dengan melalui 3 (tiga) pendekatan; dari idiologi (Frank Distefano), strategi
(Maria Spirova), dan ketokohan partai (Wellhoffer), maka didapatkan sebuah
kesimpulan, bahwa pergeseran politik yang terjadi dalam tubuh SI, lebih dominan adalah
pergeseran strategi politik, ketimbang idiologi dan ketokohan.
1. Pendahuluan
Hal yang paling mengagumkan dari pengabdiannya pada bangsa dan negara.
Syarikat Islam (SI) yang lahir pada tahun SI adalah fenomena unik dalam sejarah
1905 adalah daya tahan organisasi ini kebangkitan nasionalisme Indonesia.
dalam melewati rintangan zaman hingga Secara ideologis SI mendahului gagasan
tetap eksis melewati 117 tahun usia nasionalisme yang programatik yang
29
Vol. 5. No. 1 (2022)
30
Vol. 5. No. 1 (2022)
31
Vol. 5. No. 1 (2022)
32
Vol. 5. No. 1 (2022)
33
Vol. 5. No. 1 (2022)
34
Vol. 5. No. 1 (2022)
jauh Pimpinan Pusat juga meminta SI Matraman, dan menjadi salah satu
pengurus cabang yang terlanjur unsur pembentuk PPP. Karena itu
meyetujui fusi partai untuk konsen kajian ini adalah SI Matraman
mengundurkan diri. Sedangkan PSII yang berfusi dalam tubuh PPP, dan PPP
versi Matraman di bawah Anwar menjadi satu-satunya Organisasi Peserta
Tjokroaminoto dan M.A. Gani, lebih Pemilu (OPP) dari partai Islam yang
akomodatif dan berseberangan mengikuti pemilu tahun 1977 sampai
pemikiran dengan PSII versi Ibrahim dan 1997. Sejak fusi tersebut dan
Bustaman yang kontra dengan kebijakan ditanggalkannya fungsi politik SI, maka
fusi partai yang diambil pemerintah. melalui Mukernas Pembangunan di
PSII di bawah kepemimpinan Bogor tahun 1974 diputuskanlah secara
Anwar Tjokroaminoto memutuskan resmi PSII berganti nama menjadi SI dan
berfusi dengan PPP baik di tingkat pusat berubah wujud dari sebelumnya partai
hingga ke daerah. Perwakilan PSII hasil politik menjadi ormas. Sedangkan untuk
Pemilu 1971 yang duduk di Majelis aspirasi politiknya, sebagaimana yang
Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan telah disepakati dijalankan melalui PPP.
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hasil Idiologi SI pada saat pergeseran
pemilu 1972 kemudian di-recall dan politik dari partai ke ormas (1973), tidak
digantikan oleh tokoh-tokoh dari PSII terlalu mengalami perubahan. Namun
versi Matraman. Akhirnya tanggal 5 ada sedikit perbedaan adaptasi idiologi
Januari 1973, di Jakarta disepakati yang dilakukan oleh Ibrahim dkk, hal ini
pendirian partai dengan nama Partai terlihat dalam pidato kemenangannya
Persatuan Pembangunan (PPP). Dalam dalam MT ke-33, H.M.Ch. Ibrahim
konfederasi PPP tersebut terlihat adanya mengemukakan “Partai Syarikat Islam
kompromi yang maksimal dari partai- kedepan Insya Allah akan lebih maju
partai yang ada dengan mengacu pada karena dinasti HOS Tjokroaminoto telah
perimbangan kekuatan yang didasarkan tumbang”. Meskipun demikian, tidak
pada hasil pemilu 1971. Kesepakatan tersirat adanya perubahan idiologi dalam
tersebut yang popular dengan sebutan tubuh SI, serta kepemimpinan Ibrahim
“konsensus 1975” nantinya dipakai hanya beberapa saat, karena diambil alih
untuk mendistribusikan kekuatan yang oleh Tim Penyelamat SI, dan kemudian
dimiliki partai. Dalam hal ini secara diserahkan kembali kepada Anwar
umum dapat dikatakan NU adalah unsur Tjokroaminoto yang merupakan bagian
terbesar di PPP dan karena itu posisinya dari dinasti HOS Tjokroaminoto,
menjadi amat bergengsi dengan sehingga idiologi SI semenjak
duduknya KH. Idham Chalid sebagai dicanangkan oleh Samanhudi dan HOS
Presiden Partai dan KH. Bisri Syamsuri Tjokroaminoto dapat dikembalikan.
sebagai Ketua Majelis Syuro. Untuk Disamping itu, fusi SI kedalam PPP juga
jabatan eksekutif partai dijabat oleh tidak merubah idiologi SI, sebab marwah
H.M.S. Mintaredja dari Muslimin SI dapat dipertahankan melalui Ormas
Indonesia (pengganti Parmusi). SI, hal ini bisa terjadi karena partai-
Persoalan di sekitar unsur-unsur tersebut partai yang bergabung dalam PPP, tetap
nantinya menjadi persoalan yang pelik mempertahankan idiologi dan identitas
dan seringkali menjadi sumber konflik organisasinya, meskipun mengalami
yang paling potensial (Haris:1991). perubahan bentuk dari Parpol ke Ormas.
Selama rentang waktu dari tahun Pergeseran politik pada tahun
1973 sampai 1999, posisi SI yang resmi 1973, lebih condong merupakan
diakui pemerintah berada dalam kendali pergeseran strategi, hal ini terlihat ketika
35
Vol. 5. No. 1 (2022)
PSII bersedia berfusi dalam PPP dengan Ibrahim, MA. Gani, Muchtar Ali dan
menerapkan strategi kooperatif, demi Zubaidah Muchtar.
menyelamatkan SI dari kemungkinan
dibubarkan oleh pemerintah, pilihan ini Pergeseran Politik dari Ormas ke
adalah pilihan minimax (minimizing the Parpol (1998-2003)
maximum possible loss). Dengan Begitu rezim Orde Baru jatuh dan
perubahan dari PSII ke SI, sekaligus kekuasaan berpindah dari Soeharto ke
mengukuhkan orientasi partai, melalui 2 wakilnya B.J. Habibie, perubahan
(dua) bentuk organisasi. Orientasi politik pertama yang paling terasa adalah format
SI dititipkan melalui Partai Persatuan sistem kepartaian Indonesia. Rakyat
Pembangunan, sedangkan orientasi non- berduyun-duyun membentuk partai
politik (sosial, keagamaan dan sebagai antithesa atas pengelolaan
sebagainya) dijalankan oleh Ormas negara yang otoriter dan pelaksanaan
Syarikat Islam. Hal ini ditegaskan oleh demokrasi yang “seolah-olah”.
KH. Mulyana “yang berfusi itu hanya Kekuasaan negara dikelola secara
fungsi politik saja sementara eksistensi sentralistik dengan dukungan militer dan
keorganisasiannya tetap hidup sebagai mesin politiknya Golkar, yang tidak
Organisasi Massa Syarikat Islam”. memberikan ruang bagi munculnya
Dalam tataran pergeseran partisipasi politik masyarakat secara
ketokohan SI, saat pergeseran politik luas. Karena itu begitu kekuasaan Orde
dari tahun 1971-1973, tokoh yang berada Baru ambruk maka seketika itu pula
dibalik pergeseran tersebut adalah ledakan partisipasi politik rakyat
Anwar Tjokroaminoto (1909-1975). menemukan jalan keluarnya.
Beliau adalah putra dari HOS Habibie dalam menjawab tuntutan
Tjokroaminoto, dan merupakan seorang rakyat membuat sejumlah kebijakan
politisi dan jurnalis Indonesia. Anwar yang dinilai sejalan dengan semangat
menjabat sebagai Menteri Sosial dalam reformasi. Beberapa kebijakan
Kabinet Wilopo selama setahun dan juga politiknya memperlihatkan komitmen
merupakan Perdana Menteri Negara pada perubahan. Di zaman Habibie
Pasundan selama kurang dari sebulan inilah beberapa sendi demokrasi
pada tahun 1950. Beliau yang mewarisi diletakkan seperti penggantian lima
kepemimpinan SI dalam waktu yang paket undang-undang politik yang
cukup lama. Selama kepemimpinannya selama ini merupakan tulang punggung
dalam SI, melahirkan beberapa tokoh rezim Orde Baru, kebebasan pers,
muda, meski pada akhirnya ada yang pembebasaan tahanan politik,
menjadi penerusnya, ada pula yang penghapusan azaz tunggal dan Pedoman
menjadi penentangnya, mereka adalah Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
H.M.Ch. Ibrahim, MA. Gani, Thayeb (P4), perluasan otonomi daerah,
Gobel, Syarifuddin Harahap. Dengan komitmennya untuk menyelenggarakan
melihat dinamika interaksi politik pemilu yang dipercepat dan yang paling
diantara elite politik PSII itu, tokoh- kontroversial dan banyak di kritik orang
tokoh SI dikelompokkan menjadi dua adalah, keberaniannya untuk menantang
kelompok besar diatas. Kelompok pendapat umum rakyat Timor Timur
pertama, disebut kelompok “pragmatis” untuk bergabung dengan RI atau
diantaranya TM. Gobel, Barlianta merdeka.
Harahap dan Syarifuddin Harahap, serta Disamping itu bagi aktivis-aktivis
kelompok kedua, disebut “normatif politik anjuran Habibie pada Mei 1999
prinsipil”, terdiri dari Bustaman, HMCh agar masyarakat dapat mendirikan partai
36
Vol. 5. No. 1 (2022)
politik sebagai salah satu cara untuk pada akhirnya menjadi salah satu partai
mendemokratisasikan perpolitikan peserta Pemilu 1999, dengan Ketua
nasional, disambut dengan antusias. Umum masih dari keluarga
Sejak itulah partai politik ramai Tjokroaminoto, yaitu Taufik R.
bermunculan melebihi apa yang Tjokroaminoto (Djaja Saefullah,
dipikirkan oleh kalangan aktivis politik 2006:11). Penyelenggara pemilu kali ini,
sebelumnya. Era ini menandai Komisi Pemilihan Umum (KPU) lebih
berakhirnya sistem kepartaian seperti independen dibandingkan Lembaga
yang kita kenal di masa Orde Baru untuk Pemilihan Umum (LPU) yang dikontrol
digantikan dengan sistem multi partai. pemerintah Orde Baru. KPU
Ini adalah eksperimen kedua bangsa beranggotakan wakil-wakil dari partai
Indonesia dalam menyelenggarakan politik itu sendiri, disamping wakil dari
sistem multi partai. Kalau dulu saat pemerintah. Untuk mempercepat pemilu
Wakil Presiden Muhammad Hatta terlaksana syarat-syarat yang
mengeluarkan Maklumat No X berisi diberlakukan diperlonggar oleh UU
anjuran agar masyarakat mendirikan sebagaimana yang tertuang dalam Pasal
partai politik, maka Habibie 82 aturan peralihan UU No. 3 Tahun
melakukannya demi untuk menjawab 1999 yang mensyaratkan: a) memiliki
tuntutan reformasi. kepengurusan di sepertiga jumlah
Dengan kondisi itu, Syarikat Islam provinsi di Indonesia. b) memiliki
pun berjuang dalam membangun pengurus di setengah jumlah
eksistensinya di jalur politik dengan kabupaten/kota madya di provinsi
mengikuti Pemilu tahun 1999. Syarikat sebagaimana yang dimakhsud huruf a.
Islam dibawah kepemimpinan Taufik Ketua KPU terpilih adalah mantan
Rusjdi Tjokroaminoto kemudian Menteri Dalam Negeri, Jenderal Rudini,
mendirikan PSII dan berhasil lolos sedangkan Panitia Pelaksana Pemilu
sebagai peserta pemilu 1999, sementara (PPI) diketuai Jacob Tobing, politisi
ormasnya sendiri juga tetap hidup karena PDIP yang mantan pengurus Partai
memang tidak dibubarkan. SI Matraman Golkar.
melalui Majelis Tahkim ke-37 tahun Pemilu yang digelar dengan
1999 di Bekasi kemudian memutuskan tergesa-gesa di bawah bayang-bayang
selain ada PSII namun SI sebagai ormas konflik akhirnya terselenggara juga
juga dinyatakan tetap ada. Eksistensi dengan aman dan lancar. Dalam hal ini
ormas SI dinilai penting untuk menaungi ternyata pemerintahan Presiden Habibie
kader-kader SI yang bernaung dibawah yang awalnya dihujat, justru sukses
PPP atau partai-partai yang lain. MT mengantarkan bangsa Indonesia untuk
kemudian memilih Amrullah Ahmad menyelenggarakan pemilu demokratis
sebagai Ketua LT DPP Syarikat Islam pertama setelah 44 tahun lalu pemilu
dan Prof. Drs. Djaja Saefullah, MA, demokratis yang sama digelar (1955).
Ph.D menjadi Ketua Dewan Syarikat Keberhasilan penyelenggaraan pemilu
Islam 1999-2004 (Valina, 2017:326). kali ini dianggap sebagai kemajuan dan
Namun dalam pandangan Djaja indikasi bahwa Indonesia sedang
Saefullah reformasi juga telah melangkah ke fase berikutnya, yaitu era
memunculkan kaum oportunis di tubuh demokratisasi pasca ditinggalkannya era
SI. Selain adanya orang yang tidak jelas otoriterian.
asal-usulnya, juga ada yang ikut dalam Hasil pemilu memperlihatkan lima
partai politik di luar PSII, tetapi ingin partai besar mendominasi 417 kursi atau
menjadi pengurus PSII. PSII sendiri 90,26% dari 462 kursi yang
37
Vol. 5. No. 1 (2022)
diperebutkan, yaitu; Partai Demokrasi (Bilveer Singh dan Zuly Qodir, 2015:
Indonesia Perjuangan (PDIP) 349-350).
memperoleh 35.689.073 suara atau Dilihat dari sisi idiologi,
33,7% dengan 153 kursi ditambah 1 pergeseran politik pada tahun 1998,
kursi hasil stembus accord menurut pandangan Barna Soemantri,
(penggabungan sisa suara); Golongan tidak mengalami perubahan idiologi.
Karya (Golkar), di urutan kedua dengan Karena Program Azaz dan Program
mengantongi 23.741.758 suara atau Tandhim yang dibuat HOS
22,4% dengan perolehan 120 kursi; Tjokroaminoto di tahun 1917 sudah final
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebagai idiologi. Pergeseran politik lebih
diurutan ketiga dengan perolehan banyak di tataran strategi, apakah
13.336.982 suara atau 12,61% dengan 51 perjuangan harus melalui ormas atau
kursi; Partai Persatuan Pembangunan partai politik, tergantung dalam situasi
(PPP) dengan 11.329.905 suara atau dan kondisi yang bagaimana SI
10,71% dengan perolehan 58 kursi memerlukan kendaraan perjuangan
ditambah 1 kursi hasil stembus accord; tersebut diantara keduanya atau bahkan
dan Partai Amanat Nasional (PAN) bisa saja hadir bersamaan di kurun waktu
memperoleh 7.528.956 suara atau 7,12% yang bersamaan. Hal senada
dengan memperoleh kursi sebanyak 31 dikemukakan oleh KH. Mulyana yang
ditambah 1 kursi hasil stembus accord menguatkan bahwa bagi kaum SI, apa
(Rambe, 2009:52-55). yang telah ditetapkan dalam Program
Sedangkan bagi PSII, Pemilu Azaz dan Program Tandhim, harus
tahun 1999 ini cukup mengecewakan dijalankan. Maka pergeseran politik SI
karena hanya menduduki urutan ke-15, dari Ormas menjadi partai politik pada
dengan raihan suara 375.920 atau 0,36 % tahun 1998-1999, bukan pergeseran
pemilih dengan hanya meraih 1 kursi di idiologi, namun lebih pada tataran
DPR. Sebagai konsekwensi dari strategi.
diberlakukannya Undang-Undang No. Pergeseran politik yang dialami
12 Tahun 2003 Tentang Pemilu, setiap pada tahun 1999, lebih banyak adalah
parpol yang tidak memenuhi batas perubahan strategi SI dalam mengusung
minimal electoral threshold 2% dari dan memperjuangkan idiologi, ditengah
total suara sah yang masuk, maka untuk perubahan yang terjadi. Perubahan
pemilu selanjutnya tidak diperbolehkan tersebut adalah tumbangnya
ikut (Rambe, 2009: 77). Hal ini pemerintahan Orde Baru yang
ditenggarai karena diaspora partai politik cenderung sentralistik, korup, kolusi,
Islam, Syarikat Islam sebagai organisasi nepotisme, dan mengedepankan
yang banyak dihuni kalangan muslim kroniisme, menuju arah pemerintahan
progresif moderat tidak mampu baru yang mengedepankan demokrasi,
bertahan. Reformasi sebagai titik HAM dan political equality. Rezim
ekstrem politik Islam menemukan pengganti dibawah pimpinan B.J.
momentumnya kembali setelah dilarang Habibie, berupaya untuk mengakomodir
selama Orde Baru. Akan tetapi resikonya tuntutan reformasi yang disuarakan
terjadi perebutan suara di antara partai- rakyat. SI memanfaatkan situasi dengan
partai Islam, dan PSII kalah bersaing. merubah orientasi politiknya, dari
Hal itu dibuktikan dengan PSII yang awalnya sebagai Ormas bagian dari PPP
tidak dapat mengkuti Pemilu 2004 menjadi Parpol yang terpisah dari PPP.
dikarenakan perolehan suaranya tidak Pergeseran tersebut dipengaruhi
memenuhi batas minimal (treshold) oleh teologis, historis, sosiologis, dan
38
Vol. 5. No. 1 (2022)
39
Vol. 5. No. 1 (2022)
dalam Pemilu 2004. Aliansi yang 2004, harus melebur idiologi kearah
dibangun memperhatikan kesamaan nasionalis, karena mengakomodir partai-
cita-cita PSII dengan partai-partai lain partai lain yang diluar idiologi Islam.
yang berkoalisi. Akhirnya setelah Sementara pergeseran politik SI di
melakukan pembicaraan secara tahun 2003, lebih cenderung merupakan
mendalam kedelapan partai untuk pergeseran strategi. Hal ini tidak terlepas
bersepakat bergabung dan membentuk dari perubahan regulasi Pemilu, dengan
partai baru yang dinamakan Partai diberlakukannya Undang-Undang No. 3
Sarikat Indonesia (PSI) yang dideklarasi Tahun 1999 Tentang Pemilu, yang
di Surabaya pada 17 Desember 2002. menyatakan bahwa partai politik bisa
Terpilih sebagai Ketua Umum adalah mengikuti pemilu berikutnya bila
Ketua Umum PSII, Rahardjo melewati ambang batas electoral
Tjakraningrat. Penggabungan delapan threshold 2% dari total perolehan suara
partai ke PSI relatif berjalan mulus tanpa sah nasional di pemilu 1999. Mensikapi
banyak hambatan. Undang-Undang No. 3 Tahun 1999 ini,
Sementara kelompok yang SI kemudian mengambil pilihan
pesimistis akan sepak terjang Partai merubah bentuk dari partai ke Ormas
Sarikat Indonesia yang tidak lagi melalui Majelis Tahkim (kongres
berorientasi SI, kemudian nasional) ke-35 di Garut tahun 2003, dan
menyelenggarakan Majelis Tahkim ke- kemudian menyatakan PSII nya udzur.
35 di Garut tahun 2003. Kongres tersebut Berkaitan dengan pergeseran
memutuskan PSII beralih kembali ketokohan di tubuh SI pasca Pemilu
menjadi ormas. Sehingga ada pergeseran 1999, sepeninggal Taufik Rusjdi
politik kembalinya SI menjadi ormas SI, Tjokroaminoto di tahun 2010, maka
dan PSII yang berkontestasi dalam yang menjadi Pj. Ketua PSII adalah
Pemilu 1999, dinyatakan uzur dan Rusdi Kosim, dan selanjutnya pada
kembali diintegrasikan kedalam ormas tahun yang sama, diselenggarakan
SI. Kongres PSII di Lembang, dan terpilih
Pada tahun 2003, pergeseran menjadi Ketua Umum PSII selanjutnya
politik SI dari parpol ke ormas, juga adalah Amrullah, sebelumnya menjabat
tidak mengalami pergeseran di bidang sebagai Ketua SI. Sedangkan PSII yang
idiologi. Secara keseluruhan idiologi SI dipegang Amrullah tidak berjalan dan
masih tetap dipertahankan, sekalipun udzur, sampai akhirnya melalui MT
sarana perjuangan kaum SI berubah tahun 2003, SI kembali menjadi Ormas.
kembali dari bentuk partai menjadi Seiring dengan itu, kepimpinan keluarga
hanya sebuah ormas. Meskipun Tjokroaminoto pun berakhir.
demikian, idiologi partai sempat akan
mengalami pergeseran kearah lebih 5. Kesimpulan
nasionalis, ketika kelompok muda di Pergeseran Politik dari tahun 1971
Matraman yang tidak setuju dengan sampai dengan tahun 2003 terjadi dalam
Amrullah sebagai Ketua PSII hasil tiga fase. Pertama, dari tahun 1971 ke
kongres Lembang kemudian menggelar tahun 1973, fase dimana PSII sebagai
Kongres LB PSII di awal tahun 2002 partai yang menjadi peserta Pemilu
yang memilih Rahardjo Tjakraningrat di dalam Pemilu 1971, bergeser menjadi
Kongres LB PSII di Pondok Gede. Ormas pendukung Partai Persatuan
Pergeseran ini terjadi karena PSII tidak Pembangunan (PPP) seiring dengan
lolos electoral threshold 2%, sehingga kebijakan fusi yang dilakukan oleh
kalau ingin menjadi kontestan Pemilu pemerintah Orde Baru. Kedua, pada
40
Vol. 5. No. 1 (2022)
masa reformasi tahun 1998, SI kembali pada saat itu berbentuk partai politik
bergeser menjadi partai, dan berubah (PSII) sama dengan partai-partai lain,
wujud menjadi PSII, dan menjadi peserta dipaksa untuk mengintegrasikan
Pemilu 1999. Ketiga, pasca kekalahan kepentingan politiknya melalui fusi. Hal
dalam Pemilu tahun 1999, pada tahun ini menyebabkan langkah strategis yang
2003, SI berubah kembali menjadi dilakukan oleh SI adalah dengan
Ormas. Pengkajian dilakukan dengan mengambil langkah yang berbeda
menggunakan 3 (tiga) pendekatan, yaitu dengan strategi yang dilakukan
: Idiologi, Strategi, dan Ketokohan atau sebelumnya, ketika masih menjadi
Kepemimpinan Partai. Dari hasil analisa partai-politik. Langkah tersebut adalah
yang dilakukan, maka dapat disimpulkan dengan menerapkan strategi kooperatif
: (fusi), serta Strategi standard ganda,
Pertama, Dari ketiga periode dengan cara membagi dua orientasi,
pergeseran politik yang terjadi dalam yaitu orientasi politik SI dititipkan
tubuh SI, secara ideologis tidak melalui PPP, sedangkan orientasi non-
mengalami pergeseran, namun pada politik dijalankan oleh Ormas SI.
periode tahun 1973 sempat mengalami Sementara pada tahun 1999, strategi
perbedaan adaptasi terhadap idiologi, yang dilakukan oleh SI adalah menarik
ketika kepemimpinan PSII beralih kembali orientasi politik SI, yang selama
kepada H.M.Ch. Ibrahim, namun Orde Baru dititipkan di PPP,
kemudian kepemimpinan kembali ke dikembalikan ke PSII, meskipun PSII
tangan dinasti Tjokroaminoto (Anwar tidak sebesar sebelumnya, sebab
Tjokroaminoto), sehingga SI kembali ke kesepakatan pimpinan SI, bahwa PSII
khittahnya. Pada saat kepemimpinan dijadikan kendaraan politik kaum SI,
kembali ke Anwar Tjokroaminoto, ada namun tetap mempertahankan Ormas SI
sedikit pergeseran orientasi, mengingat mengingat kaum SI sudah terpolarisasi
adanya tekanan dari pemerintah Orde kedalam ke berbagai partai di masa Orde
Baru untuk melakukan fusi, sehingga Baru, terutama di PPP dan ada juga yang
kemudian orientasi politik SI dititipkan berpindah ke Partai Golkar, serta mereka
melalui PPP sedangkan yang sifatnya yang jenuh berpolitik praktis. Sehingga
non-politik dikelola oleh Ormas SI. dengan demikian, strategi yang
Dalam periode ini kepentingan SI diterapkan oleh SI adalah merubah
diwadahi oleh dua lembaga, yaitu Parpol orientasi politiknya, dari Ormas yang
(PPP) dan Ormas (SI). Pada periode menjadi sayap partai PPP, menjadi
tahun 1998-pun, tidak terjadi pergeseran parpol mandiri yang berorientasi pada
idiologi, karena Program Azaz dan Program Azaz dan Program Tandhim
Program Tandhim yang dirumuskan yang dirumuskan HOS Tjokroaminoto
HOS Tjokroaminoto di tahun 1917 (PSII), namun Ormasnya sendiri tidak
sudah final sebagai idiologi. Begitu pula lebur utuh, sehingga kepengurusan SI
pada tahun 2003, secara keseluruhan ada dua, yaitu PSII dan SI.
idiologi SI masih tetap dipertahankan, Pergeseran tersebut dipengaruhi oleh
sekalipun sarana perjuangan kaum SI teologis, historis, sosiologis, dan faktor
berubah dari bentuk partai (PSII) reformasi. Sedangkan pergeseran politik
menjadi Ormas (SI). yang terjadi pada tahun 2003, lebih
Kedua, Pergeseran politik dalam dipaksa oleh keadaan, karena PSII tidak
tubuh SI dalam ketiga periode diatas bisa melewati ambang batas electoral
sangat terlihat pada tataran strategi. Pada threshold 2% dari total perolehan suara
periode tahun 1973, Sarikat Islam yang sah nasional di pemilu 1999. Dengan
41
Vol. 5. No. 1 (2022)
kondisi tersebut, maka strategi yang kepemimpinan PSII dari tangan Ibrahim-
dilakukan adalah melakukan pergeseran Bustaman, pada tanggal 22 Desember
strategi dari Parpol (PSII) ke Ormas (SI). 1972, dan menyerahkannya pada Anwar
Namun meskipun keputusan MT Tjokroaminoto, dengan tujuan untuk
menyatakan sikap kembali ke Ormas SI menyelamatkan kaum PSII dari
dan juga menyatakan bahwa PSII kemungkinan yang paling buruk yitu
dinyatakan udzur, masih ada rasa dibubarkan, karena H.M.Ch. Ibrahim
kepenasaranan diantara kaum SI untuk dan Bustaman, SH, memperlihatkan
terjun ke dunia politik praktis, sehingga sikap menentang pemerintah dalam
kemudian menjadi lokomotif berdirinya usaha menyederhanakan jumlah partai-
Partai Sarikat Indonesia (PSI), bersama partai politik yang ada di Indonesia.
dengan Partai Daulat Rakyat (PDR), Disinilah ketokohan seorang Anwar
Partai Katolik Demokrat (PKD), Partai Tjokroaminoto dipertaruhkan. Sikap
Bhinneka Tunggal Ika, Partai Nasional akomodatif Anwar Tjokroaminoto
Indonesia Front Marhaenis (PNI Front dengan menerima keputusan fusi
Marhaenis), PNI Massa Marhaen, Partai kedalam tubuh PPP, telah
Persatuan (PP), dan Partai Ikatan menyelamatkan SI dari kemungkinan
Pendukung Kemerdekaan Indonesia, tenggelam dari peredaran, sehingga tidak
dengan diketuai oleh Ketua Umum PSII mampu menyuarakan idiologi kaum SI.
sebelum dinyatakan udzur, Rahardjo Dalam pergeseran politik tahun 1998,
Tjakraningrat. Akan tetapi, PSI tidak tokoh yang ada dibalik itu adalah Taufik
mencerminkan idiologi SI, karena lebih Rusjdi Tjokroaminoto, cucu dari HOS
berwatak nasionalis keIndonesiaan. Tjokroaminoto, dan putra dari Anwar
Selanjutnya pasca Pemilu 2004, dimana Tjokroaminoto. Kepemimpinan Taufik
PSI pun tidak lolos electoral threshold Rusjdi Tjokroaminoto sudah
2%, orientasi politik SI benar-benar berlangsung sejak tahun 1990,
habis, dan sekarang lebih berkonsentrasi menggantikan pamannya, Harsono
pada SI sebagai Ormas. Tjokroaminoto. Dengan demikian warna
Ketiga, Pergeseran politik dalam keluarga Tjokroaminoto dalam
tubuh SI dalam tiga periode pergeseran, kepemimpinan SI masih terus
dilihat dari ketokohan atau berlangsung, sehingga SI masih tetap
kepemimpinan partai, di 2 (dua) periode mempertahankan idiologi partai yang
awal (1973 dan 1998), masih didominasi telah ditetapkan sejak masa
oleh klan Tjokroaminoto. Pergeseran kepemimpinan HOS Tjokroaminoto,
politik SI pada tahun 1973, dari partai meskipun pada saat itu SI harus
politik (PSII) menjadi Ormas (SI), membelah diri di satu sisi SI sebagai
berada pada saat Anwar Tjokroaminoto ormas dan di sisi yang lain PSII.
memegang kepemimpinan sebagai Sedangkan pergeseran politik pada
Ketua LT. Karena itu, idiosinkretik tahun 2003, terjadi disaat kepemimpinan
Anwar Tjokroaminoto sangat mewarnai PSII dipegang oleh Rahardjo
organisasi SI. Meskipun saat Majelis Tjakraningrat. Rahardjo Tjakraningrat,
Tahkim ke-33 di Majalaya, 23-29 Juli bukan anggota tradisional kaum SI.
1972, sempat terjadi peralihan Keterlibatan Rahardjo Tjakraningrat
kepemimpinan ke tokoh-tokoh muda, dalam kepemimpinan SI, pada awalnya
H.M.Ch. Ibrahim dan Bustaman, SH, diajak serta oleh Taufik Rusjdi
namun kepemimpinan kembali lagi ke Tjokroaminoto, dan kemudian pada
Anwar Tjokroaminoto, ketika Team Kongres LB PSII di Pondok Gede,
Penyelamat Kaum PSII, mengambil alih terpilih menjadi Ketua Umum. Namun
42
Vol. 5. No. 1 (2022)
43
Vol. 5. No. 1 (2022)
44