Anda di halaman 1dari 6

Nama: Muhammad Farhan Pratama

NIM: 11211120000081

Partai Politik Pada Masa Reformasi

Era reformasi yang merupakan turunnya Soeharto yang menjabat menjadi presiden pada
tanggal 21 mei 1998. Sejak waktu itu pada setiap harinya pemerintah yang mendapatkan
tuntutan sehingga diadakannya sebuah pembaharuan dimana di dalam bidang politik ke bidang
yang lebih demokrasi. Sehingga konteks tersebut lah masyarakat mendapatkan kesempatan
untuk membuat suatu partai politik. Maka atas dasar itu pemerintah yang dipimpin oleh B.J
Habibie sehingga parlemen mengeluarkan UU tentang partai politik,yaitu UU No. 2 Tahun
1999 tentang partai politik.1
Pada masa ini partai politik yang sangat banyak lahir, sehingga hal ini sebagai ekspresi
dari kebebasan dan beberapa protes sekaligus sebagai keinginan rakyat untuk dapat
berpartisipasi yang di dalam sebuah perpolitikan di Indonesia dan juga sebagai akibat dari
sebuah pengekangan pada masa Orde Baru, yaitu tidak bebas dari dalam pembentukan dari
partai politik dikarekan adanya dari fusi partai pada saat itu. Sehingga pada masa Reformasi
itu lah terdapat pembentukannya sistem kepartaian yang pluralisme terbatas dan juga partai
politik itu muncul silih berganti. Kemudian faktor yang dapat mendorong memunculkannya
beragaman dalam partai politik, baik dari segi jumlah maupun dalam warna politik merupakan
timbulnya regulasi tentang partai politik, yaitu terbentuknya UU No. 2 Tahun 1999 tentang
partai-partai yang ada di dalam politik dan juga adanya suatu amandemen UUD 1945.2
Sehingga amandemen tersebut dapat mengikuti jalannya peritiwa yang paling penting bagi
partai-partai yang ada, yaitu peristiwa keluarnya Maklumat Wakil Presiden 3 November 1945
yang kemudian memicu lahirnya banyak partai politik. Dari pasca lahirnya itu lah banyak
partai politik memiliki berbagai macam ideologi atau aliran, sehingga mulai dari ideologi
nasionalisme, sosialisme, ideologi agama baik Islam maupun Kristen dan Katholik, ideologi
sekuler dan lain-lain.

Menurut Hanafie dan Suryani, setelah disahkannya dari regulasi tentang beberapa partai
politik yang merupakan lahirlah 141 partai yang dapat mendaftar ke dalam pemilihan.
Kemudian banyak partai pada ini juga dapat disebabkan dikarenakan banyak prasyarat dalam
pembetukan dari sebuah partai yang sudah dianggap tidak sulit lagi. Sehingga prasyarat
tersebut dijelaskan dalam Undang-undang.

1
Miriam, Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT gramedia Pustaka Utama 2008 hal 449
2
Sigit, Pamungkas, Partai Politik. Yogyalarta: Institute for Democracy and Welfarism. 2011 hal 155-156
Dari persyaratan tersebut, banyak terdapat syarat yang dapat sedikit memberatkan,
sehingga sekurang-kurangnya yang dapat mempunyai dari kepengurusan pada lima provinsi
dan tiga provinsi dalam masing-masing setiap provinsi yang ada.3

Menurut dari pamungkas, partai politik dengan berbagai aliran dari yang pernah ada di dalam
sebuah tampilan yang pada awal kemerdekaan yang kembali menghidupkan nya warna dalam
panggung politik. Sehingga hampir dari semua pemahamam dalam partai yang hidup pada era
sebelum reformasi, terkecuali komunis, pasca lahir kembali dan dapat mengikuti kembali
persaingan dengan partai-partai yang ada dan lebih baru. Akan tetapi ada suatu partai yang tidak
dengan jelas menunjukan sebuah alirannya atau ideologi partai tersebut dengan secara tersurat
yang merupakan partai PKB dan PAN. Dari kedua partai tersebut terbentuknya dari aliran islam
yang tradisional dan modernis yang merupakan NU dan Muhammadiyah. Kemudian kedua
partai tersebut tidak dapat sepenuhnya menunggakan nama dan simbol agama akan tetapi juga
tidak meninggalkannya. Ada juga partai dengan “aliran kelas” yaitu PRD, PBN, PSP, dan PPI.
Dan juga terdapat partai dengan aliran sosialis, yaitu PUDI dan Murba.4

Kemudian sebagaian besar dalam partai politik terbentuknya menurut dari garis politik dan
identifikasi sebuah aliran ataupun ideolgi yang seperti ada pada saat pemilu 1955. Sehingga
terdapat juga partai-partai yang dapat merupakan kelanjutan dari partai yang pernah muncul
pada saat pemilu 1955. Misalnya partai PKB yang merupakan dari kelanjutan dari Partai
Nahdlatul Ulama (NU) dikarekan pada pembentukannya yang pengurus NU, kemudian Partai
Bulan Bintang (PBB) diklaim sebagai kelanjutannya dari Masyumi karena ideoliginya dan
tanda gambarnya yang hampir sama, Partai Amanat Nasional (AN) cenderung terperangkap
sebagai wadah politik Islam modernis, Muhammadiyah yaitu unsur utama Partai Masyumi
periode 1950-an, dan PDI Perjuangan (PDIP) yang dianggap sebagai reinkarnasinya sebuah
genologis dari hasil partai PNI yang sebagai mana idelogi yang digunakan, yaitu nasionalis-
sekuler.5

Pada masa awal dari Reformasi terdapat 141 partai politik yang terdaftar pada Departemen
kehakiman, dan sebanyak 48 partai politik yang layak sebagai perserta dalam pemilu.
Sehingga pada saat Reformasi banyak sekali munculnya berbagai partai politik sebagai peserta
dalam pemilihan. Kemudian pemilihan tersebut akan masuk ke dalam bagaimana cara
penyederhanaan partai politik supaya jumlahnya tidak terlalu banyak. Dikarenakan tujuan dari
pemilihan umum pada saat itu merupakan supaya partai-partai yang ada akan dapat tersisihkan
Sehingga cara tersebut dapat mengurangi jumlah dari sebuah partai yang ada dengan
sendirinya.6

3
Haniah Hanafie dan suryani , politik Indonesia , ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah jakarta 2011. Hal 121-
122
4
Sigit, Pamungkas, Partai Politik. Yogyalarta: Institute for Democracy and Welfarism. 2011 hal 156
5
Syamsudin Haris. Partai, Pemilu, dan Parlemen Era Reformasi, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia 2014 hal 26
6
Daniel sitorus, Sistem Multi Partai Dalam Pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif di Indonesia Pasca Reformasi, Medan
Universitas Sumatera Utara. 2013 hal 8
Pada awal gerakan Reformasi 1998 tidak hanya menghasilkan keterbukaan politik dan
demokrasi saja, akan tetapi dapat menghasilkan fragmentasi dalam partai politik. Setiap
tahunnya dalam pemilihan umum jumlah partisipasi pemilu dapat berubah-ubah, dari mulai
naik, kemudian turun, bahkan sampai turun dengan secara drastis. Seperti pada tahun 1999
terdapat 48 partai yang terdaftar dalam pemilihan, kemudian pemilihan pada tahun 2004
terdapat 24 partai, pada pemilihan 2009 mengalami penurunan yaitu 38 partai, dan puncaknya
pada pemilu 2014 yang mengalami penurunan yang drastis yaitu 12 partai polik yang terdaftar.
Maka demikian ada nya sebuah fregmentasi tersebut mengidentifikasi bahwa penggambaran
dalam keragaman kekuatan politik, baik pada tingkat elite maupun pada massa. Sehingga
penyebab dalam fregmentasi kepartaian ini merupakan instabilitas dalam hubungan antara
partai politik dan massa.

Pada masa reformasi mendapatkan sebuah kebebasan dalam melakukan perpolitikan yang
mendapatkan perlindungan kedalam UU No.39 Thn 1999 tentang HAM. Maka dari itu terdapat
berkelanjutannya pembukaan pendaftaran yang dilakukan oleh partai politik untuk dapat
mengikuti pemilu pada masa era orde baru runtuh. Sehingga ketentuan tersebut dapat berada di
peraturan UU nomor 2 Thn 1999 tentang partai Politik.7 Sehingga pada pemilu 1999. Kemudian
pemilu ini diikuti oleh 48 partai politik yang ada dan dimenangi oleh 5 partai besar, merupakan
PDI-P yang meraih 153 kursi, Golkar yang mendapatkan 120 kursi, PKB
y a n g mendapatkan 51 kursi, PPP mendapatkan 58 kursi, dan PAN yang mendapatkan 34
kursi. Hal ini menunjukkan kemenangan diraih oleh kalangan Islam moderat dan Nasionalis,
yaitu 3 partai (PKB, PPP, dan PAN) kalangan Islam moderat dan 2 partai nasionalis (PDI-P dan
Golkar).8

Pada pemilihan umum selanjutnya yang dilaksankan pada 5 April 2004 dengan diikuti oleh
24 kontestan partai politik yang dapat berhasil lolos dari tahan verifikasi oleh KPU. Sehingga
sebelumnya yang telah mendafarkan partai politiknya sebanyak 150, kemudian dilakukannya
seleksi menjadi 50 partai yang termasuk ke dalam kriteria yang layak untuk mengikuti pemilu
Melalui permeriksaan akhir yang telah dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum. Sehingga
akhinya menyisihkan menjadi 24 partai politik yang mengikuti pemilu. Pada akhir pemilu
bahwa Golkar telah menunjukan mendapatkan perolehan suara terbanyak, dikarenakan
berkurangnya popularitasnya dari partai PDI-P di beberapa wilayah. kemudian terdapat 24
partai politik yang mengikuti pemilu, hanya 7 partai yang dapat di jadikan kandidat dalam
pemilu 2004 yang bisa memenuhi kriteria yaitu, partai Golkar, PDIP, PKB, PPP, PD, PKS, dan
PAN.9
Pada pemilihan umum menurut Undang-Undang No. 12 Tahun 2003 dari sistem yang telah
digunakan didalam pemilihan legislatif yang merupakan suatu sistem yang proposional secara
daftar yang terbuka masuk kedalam pasal 6 ayat (1). kemudian sistem tersebut dapat
memasukannya lambang dari partai politik, sehingga terdapat juga nama dari calon pasangan
yang ikut kedalam legislatif baik berada di pusat, provinsi, dan maupun kota/kabupaten. Oleh
karena itu sistem ini banyak sekali partai yang mencalonkan pasangannya untuk

7
Mustafa Lutfi dan Satriawan, M. Iwan. Risalah Hukum Partai Politik Di Indonesia. 2016 hal 68-69
8
Haniah Hanafie dan suryani , politik Indonesia , ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah jakarta 2011. Hal 125

9
Ibid hal 157-158
memperebutkan satu kursi yang terdapat di masing-masing daerah pemilihan. Partai dapat
mengajukan sebanyak 20% dari satu kursi tersebut10

Pada pemilihan umum 2009 yang dilaksanakan pada tanggal 5 April 2009 itu pada
awalnya diikuti oleh 34 partai politik. Akan tetapi MK menetapkan bahwa seluruh partai
politik yang ikut pastisipasi pada pemilu 2004 ini berhak menjadi peserta pemilu 2009, pada
akhirnya KPU menetapkan peserta pemilu 2009 bertambah menjadi 4 partai politik, sehingga
jumlah dari keseluruhan menjadi 38 partai politik. Kemudian pada pemilihan umum 2009 ini
yang dimenangkan oleh partai Demokrat sebesar 20,85%, kemudian partai Golkar sebesar
14,45%, dan yang terakhir Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sebesar 14,03%.11
Kemudian pada pemilu 2009 telah mengalami perubahan sistem yang tidak sama dengan
sistem pada pemilu 2004. Dimana pada pemilu 2009 yang dimulai dengan digunakannya
sistem penyederhanaan partai melalui model penerapan yang sebagaimana yang dimasukan ke
dalam pasal 202 UU No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR,DPD, dan juga DPRD.
Sehingga berdasakan parliamentary threshold pada pemilu 2009 yang mengasilkan 9 partai
yang berhak mendirikan sebuah fraksi tersendiri dalam DPR.

Pada UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum sebagai pendoman untuk
pelaksanaan pemilu yang memperebutkan kursi di Anggota DPR, DPD dan DPRD, sehingga
pelaksanan pemilu ke-4 setelah masa reformasi yang dilaksanakan pada 9 April 2014 dengan
jumlah pastisipasi sebanyak 12 partai politik dan 2 partai lokal yang dapat diharapkan
menciptakan sistem presidensial yang murni dan tidak menggunakan sistem multi partai lagi.
Hasil dari pemilu 2014 tersebut ada 5 perolehan suara terbanyak yaitu PDIP memperoleh suara
sebesar 18.95%, Golkar memperoleh suara sebesar 14,75%, Gerindra memperoleh suara
sebesar 11,81%, Demokrat memperoleh suara sebesar 10.19%, dan yang terakhir PKB
memperoleh suara sebesar 9.04%. Maka dari itu tidak adanya partai mayoritas yang
menembus ambang batas untuk dapat mencalonkan presiden sendiri maka dibutuhkannya
suatu koalisi antar partai untuk dapat mengikuti pemilihan 20%.

10
Mustafa Lutfi dan Satriawan, M. Iwan. Risalah Hukum Partai Politik Di Indonesia. 2016 hal 73
11
Haniah Hanafie dan suryani , politik Indonesia , ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah jakarta 2011. Hal 162-

163
Daftar Pustaka

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT gramedia Pustaka Utama.

Hanafie, Haniah dan Suryani. 2011. Politik Indonesia. Ciputat: Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Haris, Syamsudin. 2014. Partai, Pemilu, dan Parlemen Era Reformasi. Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.

Lutfi, Mustafa dan Satriawan, M. Iwan. 2016. Risalah Hukum Partai Politik di Indonesia.

Malang: UB Press.

Pamungkas, Sigit. 2011. Partai Politik. Yogyalarta: Institute for Democracy and Welfarism.

Sitorus, Daniel. 2013. Sistem Multi Partai Dalam Pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif
di Indonesia Pasca Reformasi. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Pakai Footnote

Tanpa pakai Footnote

Anda mungkin juga menyukai