Representasi Motif Pelaku Bullying Dalam Cipta Seni Lukis Ryzald Mahendra Putra
Representasi Motif Pelaku Bullying Dalam Cipta Seni Lukis Ryzald Mahendra Putra
Winarno
Seni Rupa Murni, Fakultas Bahasa Dan Seni, Universitas Negeri Surabaya
winn.winn@gmail.com
Abstrak
Gejolak kasus-kasus bullying fisik anak/remaja usia pelajar yang sering beredar di berita media informasi,
yang berdampak gangguan psikologi serta gangguan kesehatan fisik. Sebagaimana dampak bullying fisik
tersebut juga pernah dirasakan penulis pada masa jadi pelajar sekolah, hingga merasa frustasi dengan apa
yang menjadi motif pemicu pelaku melakukan bully fisik tersebut kepada penulis. Maka dari adanya kasus-
kasus perlakuan bullying fisik yang terus mencuat di berita media-media informasi, penulis sebagai pelaku
seni tergerak untuk menciptakan karya seni lukis dengan merepresentasikan motif pelaku bullying yang
berfokus pada perlakuan bullying fisik. Penciptaan ini bertujuan untuk ekspresi kefrustasian diri pada
perlakuan bullying fisik dan mevisualkan pemaknaan mengenai motif pelaku bullying fisik di usia pelajar.
Penciptaan ini mengacu pada kasus-kasus bullying fisik di media informasi tentang motif pelaku. Karya
berwujud seni lukis bermedia cat acrylic diatas kanvas dan mixed media kayu alfabet. Teknik penciptaan
dibuat dengan teknik impasto dan teknik opaque, begitu pula gaya yang ditampilkan mengunakan gaya pop
surealis sebagai subject matter dan abstrak ekspresionis sebagai background. Perwujudan karya ini
berjumlah 4 buah karya, 3 karya dengan ukuran 180 cm x 150 cm dan 1 karya 2 panel ukuran 100 cm x
100 cm. Pada karya pertama merepresentasikan tentang pelaku bullying fisik dengan motif emosional balas
dendam, karya kedua merepresentasikan tentang pelaku bullying fisik dengan motif reflek kebiasaan iseng
kelompok sebaya, karya ketiga merepresentasikan tentang pelaku bullying fisik dengan motif ikut jejak
teman pembully, dan yang ke empat merepresentasikan tentang pelaku bullying fisik dengan motif
kecemburuan pendapatan lawan jenis.
Kata Kunci: motif pelaku bullying fisik, cipta seni lukis, representasi visual
Abstract
The turmoil of cases of physical bullying of students who often circulate in the news media information,
which impacts psychological disorders and physical health disorders. As the impact of physical bullying
has also been felt by the author during his time as a school student, to feel frustrated with what is the
motive of triggering the perpetrator to do the physical bully to the author. Therefore, from the cases of
physical bullying treatment that continue to emerge in the news media information, the author as an art
actors moved to create a painting by representing the motives of the perpetrators of bullying that focuses
on the treatment of physical bullying. This creation aims to express self-permutation in the treatment of
physical bullying and visualize the meaning of the motives of perpetrators of physical bullying in the age of
students. This creation refers to cases of physical bullying in the media information about the motives of
the perpetrators. Works in the form of acrylic paint media painting on canvas and mixed media wood
alphabet. Creation techniques are made with impasto techniques and opaque techniques, as well as styles
displayed using surreal pop styles as subject matter and expressionist abstracts as backgrounds. The
embodiment of this work amounts to 4 works, 3 works with a size of 180 cm x 150 cm and 1 work of 2
panels size of 100 cm x 100 cm. In the first work represents the perpetrators of physical bullying with
emotional motives of revenge, the second work represents the perpetrators of physical bullying with the
motive of reflexes of the habit of pranksters of the peer group, the third work represents the perpetrators of
physical bullying with the motive of following in the footsteps of bullyfriends,and the fourth represents the
perpetrators of physical bullying with the motive of jealousy of the income of the opposite sex.
1
Representasi Motif Pelaku Bullying dalam Cipta Seni Lukis
repeated during successive encounters. Secara @denpasar.viral, remaja berkaos abu-abu bahkan diminta
terminologi bullying mengacu pada penggunaan bersujud dan mencium kaki remaja berbaju merah. Dari
kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau hasil interogasi, pelaku mengakui telah melakukan
sekelompok , sehingga korbanya merasa tertekan, trauma, pengeroyokan terhadap korban dengan motif cemburu,
dan tak berdaya. Sedangkan secara etimologi dalam yang diketahui, korban (AR) pacaran dengan seorang
bahasa indonesia, kata bullying ialah penggertak, orang cowok berinisial DA. Lantas korban malah mendatangi
yang menggangu orang yang lebih lemah. Bahasa inggris pelaku dan minta agar tidak pacaran dengan cowoknya
dari kata bullying sendiri diambil dari kata bull yang karena mereka masih menjalin hubungan. Si pelaku yang
berarti banteng yang senang menyeruduk kesan kemari. tidak terima, mencari korban ke rumahnya dan mengajak
Istilah ini akhirnya didedikasikan untuk menguraikan ke wilayah Kemenuh untuk bicarakan permasalahan
suatu tindakan destruktif (wiyani, 2012:11-12). mereka berdua," terang Iptu Winangun. "Namun, di
Bentuk perlakuan bullying memiliki tindakan yang Kemenuh sudah ada dua teman pelaku yang menunggu
berbeda-beda, menurut coloroso (2006;47-50) bullying dan keduanya memaksa korban meminta maaf pada
dibagi menjadi 4 jenis, yakni, bullying melalui gangguan pelaku. Lalu mereka melakukan penganiayaan,"
verbal yang merupakan perilaku bully berupa julukan tandasnya. (Qasanah, GridHot.id, 2019). Di tahun yang
nama penggilan, celaan, fitnah, kritikan kejam, sama munculnya kasus yang fenomenal hingga menyita
menghina, pernyataan-pernyataan yang bernuansa ajakan perhatian kalangan para artis tanah air yakni Siswi SMP
seksual atau pelecehan seksual, teror-teror yang Di Pontianak Oleh Siswi SMA Pontianak, Tahun 2019.
mengancam, surat-surat yang mengintimidasi, tuduhan- Di kutip dari Idn Times Jogja, Kasus bully ini berawal
tuduhan yang tidak benar kasak-kusuk yang keji dan karena korban dan pelaku saling sindir menyindir tentang
keliru, gosip dan sebagainya. Ke-2 bullying relasional pacar pelaku yang merupakan mantan pacar sepupu
yakni pelemahan harga diri korban secara sistematis korban," jelasnya dalam konferensi pers yang juga
melalui pengabaian dan pengucilan atau penghindaran langsung di siarkan pada akun instagram
seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan @kapolresta_ptk_kota, Rabu (10/4). Selain itu, salah satu
nafas, cibiran, tawa yang mengejek dan bahasa tubuh orangtua pelaku juga pernah meminjam uang sebesar
yang mengejek. Kemudian ke-3 bullying elektronik yang Rp500 ribu pada korban. "Meski sudah dikembalikan,
merupakan perlakuan bully yang dilakukan pelakunya tapi korban suka mengungkit kembali sehingga pelaku
melalui sarana elektronik seperti komputer, handphone, tersingggung “imbuhnya. Kombes M. Anwar
internet, website, chatting room, e-mail, SMS, dan media menerangkan, penganiayaan tersebut terjadi pada Jumat
sosial lainya. Bentuk bully ini berupa teror korban dengan (29/3) pukul 14.30 WIB, saat itu pelaku dan korban
menggunakan tulisan, animasi, gambar atau foto dan tersebut bertemu di kawasan belakang Paviliun Informa,
rekaman video yang bersifat intimidasi. Dan yang ke- 4 Jalan Sulawesi, Pontianak. Sampai di lokasi, ada tiga
ialah bullying fisik yakni memukul, menampar, pelaku EC, LL, dan TR beserta remaja lain yang tidak
mencekik, menggigit, mencakar, meludahi, dan merusak dikenal korban. Di lokasi, korban disiram air dan
serta menghancurkan barang-barang milik anak yang dianiaya. Korban sempat lari namun dikejar oleh pelaku.
tertindas. Pelaku TR memperlihatkan chat sambil memiting leher
Dari ke-4 jenis tindakan bully tersebut, ada satu dan memukul kepala korban. Kemudian pelaku LL
bully yang sering menjadi perbincangan di kalangan usia datang dan menampar wajah korban pakai sendal.
pelajar dan mudah identifikasikan perlakuannya, yakni (Suciatiningrum, jogja.idntimes.com, 2019). Adapun
bullying dengan perlakuan fisik. Bahkan bullying dengan kasus bully fisik yang membuat korban kehilangan satu
perlakuan fisik menjadi kasus yang sering viral di media- jarinya karena harus diamputasi, kasus ini datang pada
media informasi seperti pada tahun 2017 di pusat tahun 2020 yang dialami oleh siswa SMP di kota malang,
perbelanjaan di jakarta pusat Thamrin City, dengan di kutip dari Tribun News.com, Kronologi bullying yang
sembilan siswa-siswi SMP membully siswi SD, Pelaku dialami siswa di kota malang ini berawal dari 7 siswa
dan korban merupakan teman sepermainan, Mulanya, teman sepermainanya yang mengaku hanya berbuat iseng
seorang pelaku bernama F mengatai SW sombong karena pada korban saat di introgasi, kejadian pertama korban
tidak pernah main ke Kebon Kacang, Jakarta Pusat. diangkat yang kemudian dijatuhkan ke paving, ke dua hal
Selanjutnya, korban SW mengajak duel F. "Penyebabnya itu terulang tetapi di jatuhkan di dekat pepohonan dan
F (salah satu pelaku) mengeluarkan kata-kata pada SW, yang berikutnya juga hal serupa tetapi di tempat berbeda,
kok sombong sekarang nggak pernah main ke Boncang selain itu korban juga di starter oleh para pelaku. (Retno,
(Kebon Kacang). Lalu SW ngajak Duel F. Hal tersebut Pavitri w, Tribunnews.com, 2020).
diucapkan hari Selasa, (11/7/2017) lalu, pukul 09.30 WIB Dampak perlakuan bullying fisik ini tidak hanya
di Sekolah Dasar," jelas Mustakim. "Lalu, teman-teman menyerang psikologis saja, melainkan dapat berdampak
saling mengadu, selanjutnya terjadi keributan itu kerusakan pada benda atau barang milik korban. Serta
penghadangan dan keributan di Thamrin City," gangguan kesehatan tubuh, karena perlakuan tersebut
sambungnya. (Rahayu, Cici Marlina, Detik News, 2017). dapat dipastikan tidak jauh dari sentuhan fisik pelaku
Kasus berikutnya oleh Remaja Putri Di Gianyar Bali, dengan apa yang di pakai maupun yang dibawa oleh si
Tahun 2019. Di kutip dari gridhot.id, Video tersebut korban. Sebagaimana pun dampak dari segala bentuk
memperlihatkan aksi remaja wanita yang mengenakan perlakuan bullying memiliki sisi negatif pada korbanya
baju merah sedang menganiaya remaja lainnya yang yakni, kecemasan, merasa kesepian, rendah diri, tingkat
mengenakan kaos abu-abu. Dilansir dari akun Instagram kompetensi sosial yang rendah, depresi, simptom
2
SAKALA Jurnal Seni Rupa Murni, Volume 2 Nomor 1 Tahun 2021, 1–11
3
Representasi Motif Pelaku Bullying dalam Cipta Seni Lukis
Media
Media yang berarti perantara atau penengah. Biasa
dipakai untuk menyebut berbagai hal yang berhubungan
dengan bahan (Susanto, 2011:255). Media yang
digunakan penulis untuk melakukan eksekusi atau
visualisasi ada beberapa macam yakni, perlengkapan
sketsa seperti pensil, drawing pen, penghapus, rautan
sketchbook. Kemudian alat dan bahan perlengkapan Gambar 2. Sketsa Menggunakan Drawing Pen
material seperti , proyektor kaca manual, bor, gerenda, (dokumen ; putra)
amplas kain, resin beserta katalis, lem kayu, kanvas, kuas
bervariasi, pisau palet, mainan figur, alfabet kayu, clear
gloss kerajinan, clear spray dan frame kayu. Lalu yang
terakhir ialah material warna berupa cat lukis, cat dasar,
dan cat spray.
Gaya
Gaya merupakan hal yang berhubungan dengan
bentuk luar/ fisik suatu karya seni (Susanto, 2011 : 150).
Penulis menggunakan kombinasi gaya yakni, gaya pop
surealis sebagai subjek matter serta simbol yang
tervisualkan dan gaya abstrak ekspresionis sebagai
background.
4
SAKALA Jurnal Seni Rupa Murni, Volume 2 Nomor 1 Tahun 2021, 1–11
5
Representasi Motif Pelaku Bullying dalam Cipta Seni Lukis
Finishing
Finishing ini merupakan proses akhir ekseskusi dan
visualisasi penciptaan karya, proses ini dilakukan sebagai
bagian dari packaging karya serta pelapisan vernis untuk
melindungi cat yang telah di tuangkan. Proses ini antara
lain :
6
SAKALA Jurnal Seni Rupa Murni, Volume 2 Nomor 1 Tahun 2021, 1–11
didasari oleh pengalaman empiris penulis, hingga menjadi pilihan sang pelaku untuk memuaskan perasaan
membentuk sebuah konseptual untuk di representasikan. sakit hatinya.
Dengan mewujudkan karya seni lukis adalah praktik
kesenian yang penulis kembangkan dalam tema kali ini. Filosofi :
Seperti biasanya, penulis menciptakan sebuah karya Subject matter motif pelaku bullying fisik ini di
melalui beberapa proses. Menggali kronologi motif visualkan sebagai wujud figur manusia berkepala ikan
pemicu anak/remaja di usia pelajar melalui kasus bullying cupang, yang mana sifat ikan cupang sendiri cenderung
di media informasi, penggalian ingatan penulis atas tempramen dan agresif. Dari sifat ikan cupang ini di
kejadian bullying dari pengalaman menjadi korban bully interpretasikan sebagai cerminan reflek sang pelaku
dan penggalian ide melalui katalog, persiapan alat dan bullying fisik yang berkarakter tempramen dan agresif,
bahan, maupun literatur mengenai proses penggalian ide begitu juga dengan motif yang di picu dengan perasaan
para seniman terdahulu. emosi balas dendam sang pelaku mencerminkan perilaku
Referensi Praktik juga tidak lepas dari para seniman- ikan cupang yang akan emosi membalas dengan
seniman terdahulu. Dalam mengeksekusi karya ini, mengembangkan insangnya jika ada cupang yang
penulis juga terinspirasi dari beberapa karya seniman yang mengembangkan insangnya, yang mana tanda tersebut
menjadi gambaran proses kreatif untuk menyusun karya memiliki arti menantang bertarung.
penulis. Yang mana proses tersebut penulis kembangkan Kombinasi background yang cenderung berwarna
dan modifikasi sendiri, agar tidak ada kesamaan yang real merah dan alfabet “temprament” merupakan aura
dalam melakukan mimesis pada karya seniman terdahulu karakter pelaku yang diselimuti dengan jiwa agresif dan
dari local maupun mancanegara. pemarah. Kemudian pose figur yang terduduk diatas
bebatuan bersama segelintir tengkorak banteng, di artikan
Karya 1 sebagai situasi sang pelaku bullying fisik tersebut yang
pernah tersakiti dan sebelumnya menjadi korban bully
oleh korbanya sendiri. Lalu tengkorak kerbau merupakan
arti dari bullying sendiri yakni diambil dari kata bull yang
berarti banteng yang suka menyeruduk kesana-kemari.
Pesan / Makna :
Motif emosi pembalasan dendam dari sang pelaku
bullying fisik disini, di simpulkan dengan sebuah karakter
seseorang anak/remaja yang bersifat cenderung agresif
dan tempramen yang begitu tinggi, karena ditujukan
untuk kepuasan diri dan susah mengendalikan hati
maupun pikiran yang jernih saat menunjukan balas
dendam yang baik.
Sindiran dari perwujudan karya ini mengajak
seseorang yang sering melakukan tindakan bullying fisik
dan para kaula anak/remaja di usia pelajar untuk berfikir
lebih jernih lagi dalam melakukan balas dendam, karena
dendam yang baik bukan untuk memperlihatkan kekuatan
Gambar 17, “Emosional Balas Dendam”
(dokumentasi: putra) otot kita saja, melainkan menunjukan prestasi dan
perkembangan diri yang dihasikan dari mengoreksi apa
Judul : Emosional Balas Dendam yang kurang pada diri kita sehingga mendapat kritikan
Media : Acrylic Di Atas Kanvas & Kayu serta di bully seseorang.
Alfabet
Ukuran : 180 cm x 150 cm
Tahun : 2020
Deskripsi :
karya ini merepresentasikan tentang pelaku bullying
fisik anak/remaja usia pelajar dengan motif perasaan
yang emosi dan dendam dengan perilaku korbanya. Hal
ini biasanya dipicu karena si pelaku bullying fisik
tersebut pernah menjadi korban bully sebelumnya oleh
korbanya sendiri atau disakiti oleh korbanya. Adanya
sakit hati dan pengalaman menjadi korban bully
sebelumnya misalnya bullying verbal, rasional, maupun
cyberbullying atau bullying elektronik oleh si korbanya
tersebut, maka dari itu motif ini dipicu dengan ke
emosionalan balasan dendam melalui bullying fisik
7
Representasi Motif Pelaku Bullying dalam Cipta Seni Lukis
Pesan/Makna :
Kebiasaan iseng tidak harus melukai, kebiasaan
iseng terlihat sehat jika sasaran iseng teman sebaya bisa
satu sama lain didasari bercanda yang sehat tanpa
kelewat batas melukai atau merusak fisik antar sesama.
Karya 3
8
SAKALA Jurnal Seni Rupa Murni, Volume 2 Nomor 1 Tahun 2021, 1–11
Filosofi :
Ilustrasi 3 figur merupakan representasi wujud
ilustrasi motif pelaku bullying fisik yang termotif untuk Gambar 20, “Kecemburuan Pendapatan Lawan Jenis”
mengikuti jejak teman sebagai pembully, 2 figur manusia (dokumentasi: putra)
berkepala bunglon menujukan suasana aksi salah satu
pelaku bully melakukan tindakan bully fisik pada Judul : Kecemburuan Pendapatan Lawan
korbanya, 1 figur manusia berkepala banteng sebagai Jenis
provokasi teman pembully. Figur manusia berkepala Media : Acrylic Di Atas Kanvas & Kayu
bunglon berwarna hijau menginterpretasikan kesikapan Alfabet
para pelaku bullying fisik yang mengikuti jejak Ukuran : 200 cm x 100 cm ( 2 panel, 100 cm x
sekelompok teman pembully yang ia gauli sebagai 100 cm )
pertemanan dan solidaritas bersifat negatif tersebut, Tahun : 2020
sebagaimana sikap bunglon yang berkamuflase terhadap Deskripsi :
tempat atau suatu tempat yang ia pijaki. Lalu figur Karya ini merepresentasikan mengenai anak/remaja
berkepala bunglon berwarna pink menunjukan ilustrasi usia pelajar yang melakukan tindakan bullying atas dasar
seseorang menjadi korban bullying oleh para pelaku antar motif cemburu karena lawan jenis. Hal ini rata-rata
sesama. Kemudian wujud figur manusia berkepala robot terjadi pada problematika anak/remaja perempuan, yang
banteng memegang lampu oblik adalah interpretasi teman mana kehidupan percintaan tidak jauh dari penduaan
pembully yang menjadi motif dorongan pelaku bullying kekasih. Maka adanya penduaan tersebut dapat
fisik, sebagaimana artian visual banteng mengadopsi menimbulkan perselisihan, dengan itu munculah
literatur arti kata bullying yang diambil dari kata bull, perdebatan sesama jenis untuk mendapatkan lawan
yang berarti banteng suka menyeruduk kesana-kemari. jenisnya. Perdebatan biasa dilakukan secara lisan maupun
Penanda pelaku bullying fisik yang mengikut jejak teman fisik, yang mana siapa yang kuat dan mendominasi akan
pembully di simbolkan melalui baju yang dipakai, yakni diakhiri dengan perpeloncoan, seperti tindakan bullying
baju figur manusia berkepala bunglon hijau sebagai fisik, bullying fisik tersebut pelaku biasanya akan
pelaku bullying fisik dan figur manusia berkepala robot mendorong, memukul, menyuruh tunduk kebawah
banteng sebagai teman pembully yang diikuti jejaknya. dengan mempermalukan korban, kemudian biasa diakhiri
Kata “kamuflase” yang tertera adalah dengan pelaku yang meminta korban untuk meminta
penggambaran pelaku termotif pada kehidupan maaf dengan sang pelaku dengan di iringi celotehan
pertemanan yang ia gauli. Kombinasi warna hijau pada buruk serta pose permintaan maaf yang tidak layak.
background merupakan refleksi pelaku yang mengikuti
jejak teman pembully sebagai solidaritas, yang mana Filosofi :
menyelimuti warna figur bunglon berwarna hijau, Sikap pelaku bullying fisik dengan motif
kemudian background warna pink yang menyelimuti kecemburuan pendapatan lawan jenis di interpretasikan
figur bunglon berwarna pink merupakan wujud korban dalam wujud visual figur manusia berkepala komodo,
yang dijadikan media ungkapan kesolidaritas pelaku yang mana sikap dan kebiasaan komodo ketika perebutan
terhadap suatu kelompok teman pembully tersebut. lawan jenis akan melalui tahap perdebatan dengan
Wujud bunga raflesia arnoldi tersebut ialah sebuah sesama jenisnya.
penggambaran lingkup kehidupan pertemanan yang Alfabet “respons” tersebut adalah maksud dari sang
membawa arus kebusukan antar sesama. pelaku dalam melakukan bully fisik untuk mendapat
respons lawan jenisnya, yang mana tulisan tersebut
Pesan/Makna: tertera di atas background dengan kombinasi warna hijau
Bergaul dengan teman merupakan sikap bersosial dan ungu. Goresan background tersebut memiliki arti
dan pencarian pengalaman dalam menjalani kehidupan perilaku yang dilakukan pelaku bullying fisik untuk
manusia, apalagi memiliki rasa solidaritas yang tinggi mendapatkan respons maupun keuntungan sosial, yakni
antar teman sebaya. Tetapi perlunya menyaring dan pada goresan background berwarna ungu tersebut
membatasi sikap dari sekelompok teman sebaya, karena merupakan maksud si pelaku untuk mencari keuntungan
hal ini dapat berdampak pada hilangnya sikap dengan memanfaatkan korbanya. Sebagaimana dominasi
kemandirian diri sendiri dalam menjalani kehidupan warna hijau pada korban menghubungkan warna
kelak. background yang berwarna hijau, dengan diartikan
sebagai penyembuhan atau kedamaian, maka maksud
9
Representasi Motif Pelaku Bullying dalam Cipta Seni Lukis
warna ungu dengan hijau pada background merupakan publik agar menambah daya kontribusi penciptaan pada
wujud situasi sang pelaku yang mengintimidasi korban ilmu pengetahuan secara umum..
sebagai penyembuhan keuntungan mendapat lawan jenis
yang ingin ia dapatkan. Kemudian simbol plang Saran
menunjukan pendapatan lawan jenis melalui perdebatan Menciptakan karya seni tidak hanya melihat
serta perpeloncoan sesama jenis oleh sang pelaku keindahan saja, tapi juga memerlukan tujuan yang
tersebut. berkenaan dengan apa yang dirasakan lingkungan sekitar,
meskipun didasari pengalaman pribadi, karya seni yang
Pesan /Makna : baik juga bermakna untuk orang lain, agar mendapatkan
Kecemburuan sosial memang menyakitkan bagi kita pesan yang kita bawa.
semua hingga ingin bergerak melakukan perdebatan pada Referensi praktik seni juga perlu pelajari, agar teknik
sasaran kita, tetapi alangkah baiknya perdebatan itu dan bentuk karya apapun itu bisa di kuasai meski hanya
cukup dengan pikiran intelektual diri tanpa harus sebatas eksperimen, karena sebagai pelaku seni, kita
memperlihatkan kekuatan fisik diri. selalu dihadapkan dengan pertanyaan seputar seni dan
tekniknya oleh orang-orang atau audiens awam saat
PENUTUP berpameran maupun di sekitan lingkungan.
Refleksi
Setelah proses penyusunan skripsi selama tujuh DAFTAR PUSTAKA
bulan lamanya dan proses kreatif untuk menciptakan Sumber Buku
karya, akhirnya selesai dengan menghasilkan 4 karya 2 Damanjanti, Irma. 2006. Psikologi Seni. Bandung : PT
dimensi, meskipun pada pertengahan berproses, telah Kiblat Buku Utama
terjadi pandemi yang melanda aktifitas diseluruh penjuru Junaedi, Deni. 2017. Estetika. ArtCiv, Bakelan RT.2
dunia, termasuk kota kediaman penulis. Tirtonirmolo Kasihan Bantul Yogyakarta 55181
Perjalanan mewujudkan “Representasi Motif Pelaku Indonesia.
Bullying Dalam Cipta Seni Lukis” dengan fokus Kurnia, Imas. 2016. BULLYING, Aulia [R], Anggota
perlakuan bullying fisik tersebut, berawal dari gejolak IKAPI, Wirogunan, Mergangsan, Yogyakarta
kasus-kasus bullying fisik anak/remaja usia pelajar yang Priyatna, Andri .2010. Let’s End Bullying: Memahami,
tidak ada hentinya beredar di berita media informasi. Mencegah, Dan Mengatasi Bullying, PT Elex Media
Yang mana para pelaku didominasi dengan motif atau Komputindo Kelompok Gramedia-Jakarta Anggota
dorongan yang kuat untuk melakukan tindakan tersebut, IKAPI, Jakarta
motif itu tidak jauh dari adanya pengaruh lingkungan Sugiarto, Bambang. 2018. UNTUK APA SENI ?.
sosial seperti teman sebaya, geng, kelompok sebaya dll, Bandung : PUSTAKA MATAHARI.
ada pula pengaruh yang didasari oleh korbanya sendiri Susanto, Mikke. 2011. Diksi Rupa. Dictiart Lab,
hingga membuat perlakuan itu terjadi. Yogyakarta & Jagad Art Space, Bali.
Visualisasi dengan subject matter bergaya pop Wiyani, Novan Andy.2012. SAVE OUR CHILDREN
surealis berwujud figur berkepala hewan menjadikan FROM SCHOOL BULLYING, AR-RUZZ Media, Jl
pemantik dari perwujudan sifat seseorang yakni, pelaku Anggrek 126 Sambilegi, Marguwoharjo, Depok,
bullying fisik, yang mana kepala hewan dengan segala Sleman, Jogjakarta 55282
sifat alamiah maupun kebiasaan yang dilakukan dalam Sumber Artikel Internet
menjalani kehidupanya tersebut di interpretasikan sebagai DINYSABILA, 2013. DINY’S BLOG, “MAKALAH
motivasi karakter dan kelakuan pelaku bullying fisik. MOTIF SOSIAL”
Lalu begitu pula dengan goresan abstrak ekspresionis https://dinysabila.wordpress.com/2013/11/27/m/ Di
yang memberikan kesan ekspresi atau keadaan sang Akses Pada Tanggal 31 Desember 2020
pelaku bullying fisik, melibatkan gerak tubuh atau gerak Qasanah, Siti Nur, .2019. GridHot.id, “Dibully Hingga
tangan dalam proses melukis. Kemudian kemasan lukisan Diminta Sujud Cium Kaki, Ini Kronologi Remaja
atau frame tersebut selain menambah sisi artistik wujud Putri Di Gianyar Yang Viral Di Aniyaya Teman-
lukisan, juga di improvisasi dengan perpaduan modifikasi temanya” https://hot.grid.id/read/181768396/dibully-
mainan figur yang membentuk ilustrasi perlakuan bullying hingga-diminta-sujud-cium-kaki-ini-kronologi-
fisik, yakni menjadi salah satu pemantik pembahasan remaja-putri-di-gianyar-yang-viral-dianiaya-teman-
mengenai bullying berjenis bullying fisik. temannya?page=3 Di Unduh Pada Tanggal 4 Maret
Adapun pesan serta masukan dari seniman Dhanoe 2020
sebagai validator pada penciptaan karya skripsi penulis Qodar, Nafiysul, 2017, Liputan 6, “Pelaku Dan Korban
yakni, pengelolaan penggunaan media penulis sudah Bullying Di Thamrin City Teman Satu Geng”
terlatih, penggunaan gaya pribadi penulis adanya inovasi https://www.liputan6.com/news/read/3026912/pelaku
baru dari karya sebelumnya dalam pengelolahan unsur -dan-korban-bullying-di-thamrin-city-teman-satu-
dan struktur visual penulis. Saran berikutnya ialah selalu geng Di Akses Pada Tanggal 4 Maret 2020
meningkatkan mood, menjaga akselerasi mood dan Rahayu, Cici Marlina, 2017. Detik News, “Ini Alasan
menjaga feil maupun soul pada karya awal sampai Pelaku Bully Siswi SD Di Thamrin City”
seterusnya. Yang mana jika perlu di kembangkan lagi agar https://news.detik.com/berita/d-3564407/ini-alasan-
dapat selalu meningkat di tiap karya yang diciptakan pelaku-bully-siswi-sd-di-thamrin-city Di Akses Pada
penulis dan perlunya ditampilkan serta dipamerkan ke Tanggal 4 Maret 2020
10
SAKALA Jurnal Seni Rupa Murni, Volume 2 Nomor 1 Tahun 2021, 1–11
11