Anda di halaman 1dari 11

SAKALA Jurnal Seni Rupa Murni, Volume 2 Nomor 1 Tahun 2021, 1–11

REPRESENTASI MOTIF PELAKU BULLYING DALAM CIPTA SENI LUKIS

Ryzald Mahendra Putra


Seni Rupa Murni, Fakultas Bahasa Dan Seni, Universitas Negeri Surabaya
ryzaldmahendra@gmail.com

Winarno
Seni Rupa Murni, Fakultas Bahasa Dan Seni, Universitas Negeri Surabaya
winn.winn@gmail.com

Abstrak
Gejolak kasus-kasus bullying fisik anak/remaja usia pelajar yang sering beredar di berita media informasi,
yang berdampak gangguan psikologi serta gangguan kesehatan fisik. Sebagaimana dampak bullying fisik
tersebut juga pernah dirasakan penulis pada masa jadi pelajar sekolah, hingga merasa frustasi dengan apa
yang menjadi motif pemicu pelaku melakukan bully fisik tersebut kepada penulis. Maka dari adanya kasus-
kasus perlakuan bullying fisik yang terus mencuat di berita media-media informasi, penulis sebagai pelaku
seni tergerak untuk menciptakan karya seni lukis dengan merepresentasikan motif pelaku bullying yang
berfokus pada perlakuan bullying fisik. Penciptaan ini bertujuan untuk ekspresi kefrustasian diri pada
perlakuan bullying fisik dan mevisualkan pemaknaan mengenai motif pelaku bullying fisik di usia pelajar.
Penciptaan ini mengacu pada kasus-kasus bullying fisik di media informasi tentang motif pelaku. Karya
berwujud seni lukis bermedia cat acrylic diatas kanvas dan mixed media kayu alfabet. Teknik penciptaan
dibuat dengan teknik impasto dan teknik opaque, begitu pula gaya yang ditampilkan mengunakan gaya pop
surealis sebagai subject matter dan abstrak ekspresionis sebagai background. Perwujudan karya ini
berjumlah 4 buah karya, 3 karya dengan ukuran 180 cm x 150 cm dan 1 karya 2 panel ukuran 100 cm x
100 cm. Pada karya pertama merepresentasikan tentang pelaku bullying fisik dengan motif emosional balas
dendam, karya kedua merepresentasikan tentang pelaku bullying fisik dengan motif reflek kebiasaan iseng
kelompok sebaya, karya ketiga merepresentasikan tentang pelaku bullying fisik dengan motif ikut jejak
teman pembully, dan yang ke empat merepresentasikan tentang pelaku bullying fisik dengan motif
kecemburuan pendapatan lawan jenis.

Kata Kunci: motif pelaku bullying fisik, cipta seni lukis, representasi visual

Abstract
The turmoil of cases of physical bullying of students who often circulate in the news media information,
which impacts psychological disorders and physical health disorders. As the impact of physical bullying
has also been felt by the author during his time as a school student, to feel frustrated with what is the
motive of triggering the perpetrator to do the physical bully to the author. Therefore, from the cases of
physical bullying treatment that continue to emerge in the news media information, the author as an art
actors moved to create a painting by representing the motives of the perpetrators of bullying that focuses
on the treatment of physical bullying. This creation aims to express self-permutation in the treatment of
physical bullying and visualize the meaning of the motives of perpetrators of physical bullying in the age of
students. This creation refers to cases of physical bullying in the media information about the motives of
the perpetrators. Works in the form of acrylic paint media painting on canvas and mixed media wood
alphabet. Creation techniques are made with impasto techniques and opaque techniques, as well as styles
displayed using surreal pop styles as subject matter and expressionist abstracts as backgrounds. The
embodiment of this work amounts to 4 works, 3 works with a size of 180 cm x 150 cm and 1 work of 2
panels size of 100 cm x 100 cm. In the first work represents the perpetrators of physical bullying with
emotional motives of revenge, the second work represents the perpetrators of physical bullying with the
motive of reflexes of the habit of pranksters of the peer group, the third work represents the perpetrators of
physical bullying with the motive of following in the footsteps of bullyfriends,and the fourth represents the
perpetrators of physical bullying with the motive of jealousy of the income of the opposite sex.

Keywords : of perpetrators of physical bullying, copyright painting, visual representation

PENDAHULUAN trauma. Profesor dari Universitas Of Bergen yang


Secara umum bullying merupakan perlakuan bernama Dan Olweus juga mengatakan hal yang serupa,
intimidasi terhadap orang yang lebih lemah secara bahwa bullying adalah perilaku negatif yang
berulang-ulang sehingga merasa terusik dan dapat mengakibatkan seseorang dalam keadaan tidak
mengkibatkan cidera hingga gangguan depresi maupun nyaman/terluka dan biasanya terjadi berulang-ulang,

1
Representasi Motif Pelaku Bullying dalam Cipta Seni Lukis

repeated during successive encounters. Secara @denpasar.viral, remaja berkaos abu-abu bahkan diminta
terminologi bullying mengacu pada penggunaan bersujud dan mencium kaki remaja berbaju merah. Dari
kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau hasil interogasi, pelaku mengakui telah melakukan
sekelompok , sehingga korbanya merasa tertekan, trauma, pengeroyokan terhadap korban dengan motif cemburu,
dan tak berdaya. Sedangkan secara etimologi dalam yang diketahui, korban (AR) pacaran dengan seorang
bahasa indonesia, kata bullying ialah penggertak, orang cowok berinisial DA. Lantas korban malah mendatangi
yang menggangu orang yang lebih lemah. Bahasa inggris pelaku dan minta agar tidak pacaran dengan cowoknya
dari kata bullying sendiri diambil dari kata bull yang karena mereka masih menjalin hubungan. Si pelaku yang
berarti banteng yang senang menyeruduk kesan kemari. tidak terima, mencari korban ke rumahnya dan mengajak
Istilah ini akhirnya didedikasikan untuk menguraikan ke wilayah Kemenuh untuk bicarakan permasalahan
suatu tindakan destruktif (wiyani, 2012:11-12). mereka berdua," terang Iptu Winangun. "Namun, di
Bentuk perlakuan bullying memiliki tindakan yang Kemenuh sudah ada dua teman pelaku yang menunggu
berbeda-beda, menurut coloroso (2006;47-50) bullying dan keduanya memaksa korban meminta maaf pada
dibagi menjadi 4 jenis, yakni, bullying melalui gangguan pelaku. Lalu mereka melakukan penganiayaan,"
verbal yang merupakan perilaku bully berupa julukan tandasnya. (Qasanah, GridHot.id, 2019). Di tahun yang
nama penggilan, celaan, fitnah, kritikan kejam, sama munculnya kasus yang fenomenal hingga menyita
menghina, pernyataan-pernyataan yang bernuansa ajakan perhatian kalangan para artis tanah air yakni Siswi SMP
seksual atau pelecehan seksual, teror-teror yang Di Pontianak Oleh Siswi SMA Pontianak, Tahun 2019.
mengancam, surat-surat yang mengintimidasi, tuduhan- Di kutip dari Idn Times Jogja, Kasus bully ini berawal
tuduhan yang tidak benar kasak-kusuk yang keji dan karena korban dan pelaku saling sindir menyindir tentang
keliru, gosip dan sebagainya. Ke-2 bullying relasional pacar pelaku yang merupakan mantan pacar sepupu
yakni pelemahan harga diri korban secara sistematis korban," jelasnya dalam konferensi pers yang juga
melalui pengabaian dan pengucilan atau penghindaran langsung di siarkan pada akun instagram
seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan @kapolresta_ptk_kota, Rabu (10/4). Selain itu, salah satu
nafas, cibiran, tawa yang mengejek dan bahasa tubuh orangtua pelaku juga pernah meminjam uang sebesar
yang mengejek. Kemudian ke-3 bullying elektronik yang Rp500 ribu pada korban. "Meski sudah dikembalikan,
merupakan perlakuan bully yang dilakukan pelakunya tapi korban suka mengungkit kembali sehingga pelaku
melalui sarana elektronik seperti komputer, handphone, tersingggung “imbuhnya. Kombes M. Anwar
internet, website, chatting room, e-mail, SMS, dan media menerangkan, penganiayaan tersebut terjadi pada Jumat
sosial lainya. Bentuk bully ini berupa teror korban dengan (29/3) pukul 14.30 WIB, saat itu pelaku dan korban
menggunakan tulisan, animasi, gambar atau foto dan tersebut bertemu di kawasan belakang Paviliun Informa,
rekaman video yang bersifat intimidasi. Dan yang ke- 4 Jalan Sulawesi, Pontianak. Sampai di lokasi, ada tiga
ialah bullying fisik yakni memukul, menampar, pelaku EC, LL, dan TR beserta remaja lain yang tidak
mencekik, menggigit, mencakar, meludahi, dan merusak dikenal korban. Di lokasi, korban disiram air dan
serta menghancurkan barang-barang milik anak yang dianiaya. Korban sempat lari namun dikejar oleh pelaku.
tertindas. Pelaku TR memperlihatkan chat sambil memiting leher
Dari ke-4 jenis tindakan bully tersebut, ada satu dan memukul kepala korban. Kemudian pelaku LL
bully yang sering menjadi perbincangan di kalangan usia datang dan menampar wajah korban pakai sendal.
pelajar dan mudah identifikasikan perlakuannya, yakni (Suciatiningrum, jogja.idntimes.com, 2019). Adapun
bullying dengan perlakuan fisik. Bahkan bullying dengan kasus bully fisik yang membuat korban kehilangan satu
perlakuan fisik menjadi kasus yang sering viral di media- jarinya karena harus diamputasi, kasus ini datang pada
media informasi seperti pada tahun 2017 di pusat tahun 2020 yang dialami oleh siswa SMP di kota malang,
perbelanjaan di jakarta pusat Thamrin City, dengan di kutip dari Tribun News.com, Kronologi bullying yang
sembilan siswa-siswi SMP membully siswi SD, Pelaku dialami siswa di kota malang ini berawal dari 7 siswa
dan korban merupakan teman sepermainan, Mulanya, teman sepermainanya yang mengaku hanya berbuat iseng
seorang pelaku bernama F mengatai SW sombong karena pada korban saat di introgasi, kejadian pertama korban
tidak pernah main ke Kebon Kacang, Jakarta Pusat. diangkat yang kemudian dijatuhkan ke paving, ke dua hal
Selanjutnya, korban SW mengajak duel F. "Penyebabnya itu terulang tetapi di jatuhkan di dekat pepohonan dan
F (salah satu pelaku) mengeluarkan kata-kata pada SW, yang berikutnya juga hal serupa tetapi di tempat berbeda,
kok sombong sekarang nggak pernah main ke Boncang selain itu korban juga di starter oleh para pelaku. (Retno,
(Kebon Kacang). Lalu SW ngajak Duel F. Hal tersebut Pavitri w, Tribunnews.com, 2020).
diucapkan hari Selasa, (11/7/2017) lalu, pukul 09.30 WIB Dampak perlakuan bullying fisik ini tidak hanya
di Sekolah Dasar," jelas Mustakim. "Lalu, teman-teman menyerang psikologis saja, melainkan dapat berdampak
saling mengadu, selanjutnya terjadi keributan itu kerusakan pada benda atau barang milik korban. Serta
penghadangan dan keributan di Thamrin City," gangguan kesehatan tubuh, karena perlakuan tersebut
sambungnya. (Rahayu, Cici Marlina, Detik News, 2017). dapat dipastikan tidak jauh dari sentuhan fisik pelaku
Kasus berikutnya oleh Remaja Putri Di Gianyar Bali, dengan apa yang di pakai maupun yang dibawa oleh si
Tahun 2019. Di kutip dari gridhot.id, Video tersebut korban. Sebagaimana pun dampak dari segala bentuk
memperlihatkan aksi remaja wanita yang mengenakan perlakuan bullying memiliki sisi negatif pada korbanya
baju merah sedang menganiaya remaja lainnya yang yakni, kecemasan, merasa kesepian, rendah diri, tingkat
mengenakan kaos abu-abu. Dilansir dari akun Instagram kompetensi sosial yang rendah, depresi, simptom

2
SAKALA Jurnal Seni Rupa Murni, Volume 2 Nomor 1 Tahun 2021, 1–11

psikomatik, penarikan sosial, keluhan pada kesehatan Ide Penciptaan


fisik, minggat dari rumah, potensi penggunaan alkohol Ide penciptaan penulis terinspirasi dari kasus
dan obat terlarang (Priyatna, 2010:4). bullying fisik di usia pelajar yang sering mencuat melalui
Beberapa dampak perbuatan bully fisik pun juga kabar berita di media informasi inilah membuat reflek
pernah dirasakan penulis. Karena penulis saat menjadi akan pengalaman frustasi masa lalu penulis mengenai
pelajar sekolah pernah mengalami perlakuan bullying motif para pelaku melakukan tindakan bullying fisik
fisik dari teman sebaya, hingga merasa frustasi dengan tersebut hingga dampak negatif yang dirasakan penulis
apa yang menjadi motif pemicu mereka melakukan bully saat itu, yang akhirnya motif pelaku pada kasus bullying
fisik tersebut kepada penulis. Tindakan-tindakan fisik di usia pelajar itulah menjadi ide gagasan penciptaan
Problematika para anak/remaja usia pelajar menjadi penulis melalui tema “Representasi Motif Pelaku Bullying
pelaku bullying fisik yang bersifat destruktif ini, pasti Dalam Cipta Seni Lukis” yang berfokus pada perlakuan
adanya motif pemicu perlakuan tersebut. Motif bullying fisik.
merupakan suatu pengertian yang melengkapi semua
penggerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam Konsep Penciptaan
diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu Konsep merupakan pokok pertama/utama yang
(Gerungan, 1975). Motif pemicu pelaku bully dalam mendasari keseluruhan pemikiran, konsep biasanya hanya
pelatihan yang pernah diselenggarakan oleh Yayasan ada dalam pikiran atau kadang-kadang tertulis secara
Sejiwa (2007), telah terangkum beberapa pendapat orang singkat (susanto, 2011:227).
tua tentang alasan anak mejadi pelaku bullying, Setelah tahap pencarian ide penciptaan, penulis
diantaranya pernah menjadi korban bullying, menunjukan melakukan penentuan konsep penciptaan berupa struktur
eksistensi, keinginan diakui, pengaruh TV yang negatif, wujud visual yang terdapat pada penciptaan karya lukis
senioritas atau kedudukan yang lebih, upaya menutupi penulis.
kekurangan, cari perhatian, membalas dendam, reflek Konsep penciptaan karya seni lukis penulis bertema
adanya iseng, sering mendapat perlakuan kasar dari pihak “Representasi Motif Pelaku Bullying Dalam Cipta Seni
lain, keinginan terkenal atau dikenal, dan ikut-ikutan oleh Lukis” yang berfokus pada tindakan bullying fisik ini,
beberapa pembully. Sebagaimana kefrustasian penulis menyajikan figur manusia berseragam ala institusi
dengan apa yang menjadi motif pemicu para anak/remaja pendidikan disajikan berkepala hewan, yakni ilustrasi
di usia pelajar menjadi pelaku bullying fisik, yang kasus- kesifatan dari motif sang pelaku bullying fisik, hal ini di
kasus perlakuanya terus mencuat di media-media intrepretasikan sebagai sindiran terhadap kalangan anak
informasi, dengan hal itu penulis sebagai pelaku seni usia pelajar yang menjadi pelaku bullying fisik agar
tergerak untuk menciptakan karya seni lukis melalui intropeksi diri. Komponen diluar figur sebagai makna-
representasi motif pelaku bullying fisik. makna yang terkandung dalam ilustrasi figur utama
Penciptaan karya seni lukis ini berfokus pada motif tersebut, seperti simbol, kalimat dengan kayu alfabet,
pelaku bullying fisik, menggunakan media kain kanvas, warna background serta figur tambahan. Adapun figur
mixed media alfabet kayu dan custom frame dengan yang di ilustrasikan serupa tetapi beda warna kostum
mainan figur, dan menghasilkan 4 buah karya cipta karya dengan figur pelaku, yakni merupakan gambaran korban
seni lukis dengan ukuran 180 cm x 150 cm tiga buah dan yang di bullying secara fisik antar sesama. Kemudian
satu karya 200cm x 100 cm dalam bentuk dua panel yang terakhir penyajian bingkai yang telah di modifikasi
masing-masing berukuran 100 cm x 100 cm. Melalui dengan kombinasi mainan figur merupakan petunjuk
tema “Representasi Motif Pelaku Bullying Dalam Cipta bahwa karya lukis ini membicarakan tentang bullying
Seni Lukis”. Yang berfokus pada perlakuan bullying fisik, dengan ditandai penataan mainan figur yang
fisik. Adapun tujuan dan manfaat penciptaan ini yakni, menyerupai tindakan kekerasan bullying fisik. Dari
mengekspresikan rasa frustasi penulis pada kasus perwujudan karya ini penulis menentukan judul, ukuran,
perlakuan bullying fisik yang terus beredar di media deskripsi karya, filosofi, serta pesan atau makna yang
informasi melalui tema “Representasi Motif Pelaku terkandung.
Bullying Fisik Dalam Cipta Seni Lukis”. Dan juga
visualisasi pemaknaan mengenai motif pelaku bullying Pendekatan Penciptaan
fisik dalam wujud cipta seni lukis untuk memahami dan Proses pendekatan penciptaan ini merupakan tahap
mengetahui pemaknaan motif pelaku bullying fisik. penting sebelum tahap eksekusi, tahap pendekatan
penciptaan tersebut antara lain :
METODE
Menciptakan sebuah karya seni tentu adanya Bentuk
beberapa proses tahap dan langkah-langkah untuk Bentuk objek visual karya seni lukis penulis
terwujudnya sebuah karya, proses tahapan pembentukan mengkombinasikan objek-objek nyata dengan objek
cipta karya seni ini sebagai berikut : fantasi, yang mana menurut pandangan penulis dirasa
komposisi dan objeknya pas, akan digunakan sebagai
Pengalaman Artistik perwujudan bentuk objek visual karya seni lukis penulis.
Pengalaman artistik merupakan hal-hal yang
dipikirkan, dirasakan, maupun dikerjakan seniman terkait Teknik
dengan penciptaan karya seni sebagai objek etetis. Teknik penciptaan karya seni lukis ini menggunakan
(Junaedi, 2017:130). teknik (Impasto) dan teknik opak (opaque). Teknik

3
Representasi Motif Pelaku Bullying dalam Cipta Seni Lukis

Impasto adalah teknik melukis dengan menggunakan cat


yang tebal, berlapis hingga menimbulkan efek goresan
yang membekas. Sedangkan teknik opaque merupakan
teknik lukis yang dilakukan dengan mencampurkan cat
pada permukaan kanvas dengan sedikit pengencer
sehingga warna sebelumnya tertutup atau tercampur
(Susanto,2011:282).

Media
Media yang berarti perantara atau penengah. Biasa
dipakai untuk menyebut berbagai hal yang berhubungan
dengan bahan (Susanto, 2011:255). Media yang
digunakan penulis untuk melakukan eksekusi atau
visualisasi ada beberapa macam yakni, perlengkapan
sketsa seperti pensil, drawing pen, penghapus, rautan
sketchbook. Kemudian alat dan bahan perlengkapan Gambar 2. Sketsa Menggunakan Drawing Pen
material seperti , proyektor kaca manual, bor, gerenda, (dokumen ; putra)
amplas kain, resin beserta katalis, lem kayu, kanvas, kuas
bervariasi, pisau palet, mainan figur, alfabet kayu, clear
gloss kerajinan, clear spray dan frame kayu. Lalu yang
terakhir ialah material warna berupa cat lukis, cat dasar,
dan cat spray.

Gaya
Gaya merupakan hal yang berhubungan dengan
bentuk luar/ fisik suatu karya seni (Susanto, 2011 : 150).
Penulis menggunakan kombinasi gaya yakni, gaya pop
surealis sebagai subjek matter serta simbol yang
tervisualkan dan gaya abstrak ekspresionis sebagai
background.

Eksekusi Dan Visualisasi


Sebagaimana tahap pendekatan penciptaan yang
telah di rancang dan di pahami, tahap berikutnya ialah Gambar 3, Pengeblatan Sketsa Dikertas Pada Kaca
tahap eksekusi dan visuali karya, proses ini melalui tahap Proyektor Manual
sebagai berikut : (dokumen ; putra)

Sketsa Penyiapan Bidang Lukis


Tahap sketsa ini melalui sketsa dengan pensil, sketsa Penyiapan bidang lukis ini berupa mendasari kanvas
dengan drawing pen dan sketsa pada kaca proyektor yang kemudian dilanjut dengan pemindahan sketsa ke
manual. kanvas dengan menggunakan proyektor kaca manual.

Gambar 4, Proses Mendasari Kanvas


(dokumentasi: putra)

Gambar 1, Sketsa Menggunakan Pensil 2B


(dokumen ; putra)

4
SAKALA Jurnal Seni Rupa Murni, Volume 2 Nomor 1 Tahun 2021, 1–11

Gambar 4, Pemindahan Sketsa Dengan Proyektor


Manual (dokumentasi: putra)
Gambar 7, Proses Pembentukan Object Visual
Proses Melukis Dan Eksekusi Pada Kanvas (dokumentasi: putra)
Proses ini melalui beberapa langkah yakni,
pembuatan background, penataan warna pada objek
visual, pembentukan objek visual, pewarnaan kayu
alfabet, perekatan kayu alfabet, dan detail keseluruhan
visual pada kanvas.

Gambar 8, Pewarnaan Alfabet Kayu


Gambar 5, proses Pembuatan Background (dokumentasi: putra)
(dokumentasi: putra)

Gambar 6, Proses Penataan Warna Pada Object Visual


(dokumentasi: putra) Gambar 9, Perekatan Alfabet Kayu Pada Kanvas
(dokumentasi: putra)

5
Representasi Motif Pelaku Bullying dalam Cipta Seni Lukis

Gambar 13, Pewarnaan Frame


(dokumentasi: putra)
Gambar 10, Proses Detail Kesluruhan Visual Pada
Kanvas (dokumentasi: putra)

Finishing
Finishing ini merupakan proses akhir ekseskusi dan
visualisasi penciptaan karya, proses ini dilakukan sebagai
bagian dari packaging karya serta pelapisan vernis untuk
melindungi cat yang telah di tuangkan. Proses ini antara
lain :

Gambar 14, Pelapisan Clear Spray Pada Frame


(dokumentasi: putra)

Gambar 11, Penghalusan Frame Dengan Gerenda


(dokumentasi: putra)

Gambar 15, Pemasangan Frame Pada Kanvas


(dokumentasi: putra)

Gambar 12, Memodifikasi Mainan Figur


(dokumen ; putra)

Gambar 16, Pelapisan Clear Pada Lukisan


(dokumentasi: putra)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Proses perkembangan gagasan untuk merealisasikan
penciptaan karya berawal dari sebuah kasus yang kerap
terjadi di usia pelajar, yang mana kasus tersebut juga

6
SAKALA Jurnal Seni Rupa Murni, Volume 2 Nomor 1 Tahun 2021, 1–11

didasari oleh pengalaman empiris penulis, hingga menjadi pilihan sang pelaku untuk memuaskan perasaan
membentuk sebuah konseptual untuk di representasikan. sakit hatinya.
Dengan mewujudkan karya seni lukis adalah praktik
kesenian yang penulis kembangkan dalam tema kali ini. Filosofi :
Seperti biasanya, penulis menciptakan sebuah karya Subject matter motif pelaku bullying fisik ini di
melalui beberapa proses. Menggali kronologi motif visualkan sebagai wujud figur manusia berkepala ikan
pemicu anak/remaja di usia pelajar melalui kasus bullying cupang, yang mana sifat ikan cupang sendiri cenderung
di media informasi, penggalian ingatan penulis atas tempramen dan agresif. Dari sifat ikan cupang ini di
kejadian bullying dari pengalaman menjadi korban bully interpretasikan sebagai cerminan reflek sang pelaku
dan penggalian ide melalui katalog, persiapan alat dan bullying fisik yang berkarakter tempramen dan agresif,
bahan, maupun literatur mengenai proses penggalian ide begitu juga dengan motif yang di picu dengan perasaan
para seniman terdahulu. emosi balas dendam sang pelaku mencerminkan perilaku
Referensi Praktik juga tidak lepas dari para seniman- ikan cupang yang akan emosi membalas dengan
seniman terdahulu. Dalam mengeksekusi karya ini, mengembangkan insangnya jika ada cupang yang
penulis juga terinspirasi dari beberapa karya seniman yang mengembangkan insangnya, yang mana tanda tersebut
menjadi gambaran proses kreatif untuk menyusun karya memiliki arti menantang bertarung.
penulis. Yang mana proses tersebut penulis kembangkan Kombinasi background yang cenderung berwarna
dan modifikasi sendiri, agar tidak ada kesamaan yang real merah dan alfabet “temprament” merupakan aura
dalam melakukan mimesis pada karya seniman terdahulu karakter pelaku yang diselimuti dengan jiwa agresif dan
dari local maupun mancanegara. pemarah. Kemudian pose figur yang terduduk diatas
bebatuan bersama segelintir tengkorak banteng, di artikan
Karya 1 sebagai situasi sang pelaku bullying fisik tersebut yang
pernah tersakiti dan sebelumnya menjadi korban bully
oleh korbanya sendiri. Lalu tengkorak kerbau merupakan
arti dari bullying sendiri yakni diambil dari kata bull yang
berarti banteng yang suka menyeruduk kesana-kemari.

Pesan / Makna :
Motif emosi pembalasan dendam dari sang pelaku
bullying fisik disini, di simpulkan dengan sebuah karakter
seseorang anak/remaja yang bersifat cenderung agresif
dan tempramen yang begitu tinggi, karena ditujukan
untuk kepuasan diri dan susah mengendalikan hati
maupun pikiran yang jernih saat menunjukan balas
dendam yang baik.
Sindiran dari perwujudan karya ini mengajak
seseorang yang sering melakukan tindakan bullying fisik
dan para kaula anak/remaja di usia pelajar untuk berfikir
lebih jernih lagi dalam melakukan balas dendam, karena
dendam yang baik bukan untuk memperlihatkan kekuatan
Gambar 17, “Emosional Balas Dendam”
(dokumentasi: putra) otot kita saja, melainkan menunjukan prestasi dan
perkembangan diri yang dihasikan dari mengoreksi apa
Judul : Emosional Balas Dendam yang kurang pada diri kita sehingga mendapat kritikan
Media : Acrylic Di Atas Kanvas & Kayu serta di bully seseorang.
Alfabet
Ukuran : 180 cm x 150 cm
Tahun : 2020
Deskripsi :
karya ini merepresentasikan tentang pelaku bullying
fisik anak/remaja usia pelajar dengan motif perasaan
yang emosi dan dendam dengan perilaku korbanya. Hal
ini biasanya dipicu karena si pelaku bullying fisik
tersebut pernah menjadi korban bully sebelumnya oleh
korbanya sendiri atau disakiti oleh korbanya. Adanya
sakit hati dan pengalaman menjadi korban bully
sebelumnya misalnya bullying verbal, rasional, maupun
cyberbullying atau bullying elektronik oleh si korbanya
tersebut, maka dari itu motif ini dipicu dengan ke
emosionalan balasan dendam melalui bullying fisik

7
Representasi Motif Pelaku Bullying dalam Cipta Seni Lukis

Karya 2 oleh korbanya sebagai sasaran bully, goresan ungu ini


juga menyelimuti sosok korban pada ilustrasi figur
manusia berkepala semut rang-rang.
Alfabet “For LOL In Difference” merupakan simbol
motivasi perbuatan yang dilakukan pelaku, yakni untuk
bahan tertawaan sebagai wujud kesenangan semata di
dalam perbedaan dan kalahnya dominasi korbanya , kata
“For;” yang berarti “untuk”,kata “LOL” yang berarti
“Tertawa Terbahak-bahak” dan kata “In Difference”yang
berati dalam perbedaan . Kemudian wujud bulu berwarna
pink menyimbolkan kenyamanan bagi para pelaku untuk
melakukan bullying fisik tersebut pada korbanya.

Pesan/Makna :
Kebiasaan iseng tidak harus melukai, kebiasaan
iseng terlihat sehat jika sasaran iseng teman sebaya bisa
satu sama lain didasari bercanda yang sehat tanpa
kelewat batas melukai atau merusak fisik antar sesama.

Karya 3

Gambar 18, “Reflek Kebiasaan Iseng Sebaya”


(dokumentasi: putra)

Judul : Reflek Kebiasaan Iseng Sebaya


Media : Acrylic Di Atas Kanvas & Kayu
Alfabet
Ukuran : 180 cm x 150 cm
Tahun : 2020
Deskripsi :
“Reflek Kebiasaan Iseng Sebaya” yang berarti
sebuah perlakuan spontan yang menjadi kebiasan
keisengan teman sebaya. Hal ini merupakan motif pelaku
bullying fisik yang paling sering terjadi di usia pelajar,
sebagaimana sang pelaku bully menciptakan tradisi
hiburan semata dihadapan sebayanya tanpa melihat
penderitaan si korbanya. Hal ini biasanya dipicu oleh
keperbedaan antara kondisi dan kalahnya dominasi
kedudukan suatu kelompok sebaya yang dimiliki korban
dengan para pelaku, keperbedaan tersebut berupa kondisi
gestur tubuh korban, latar belakang kehidupan korban, Gambar 19, “Ikut Jejak Teman Pembully”
keperbedaan ras, agama, kurangnya dominasi jumlah (dokumentasi: putra)
pendukung pertemanan dan tingkah laku korban.
Judul : Ikut Jejak Teman Pembully
Filosofi : Media : Acrylic Di Atas Kanvas & Kayu
Interpretasi anak/remaja usia sekolah yang menjadi Alfabet
pelaku dengan motif reflek kebiasaan iseng kelompok Ukuran : 180 cm x 150 cm
sebaya sebaya, diwujudkan dalam figur manusia Tahun : 2020
berkepala semut rang-rang, yang mana kebiasaan Deskripsi :
sekelompok semut rang-rang jika bertemu dengan semut Karya ini merepresentasikan tentang motif
rang-rang yang berbeda koloni akan saling menyerang anak/remaja usia pelajar tergerak melakukan bullying
karna sudah menjadi reflek dan kebiasaan di suatu koloni fisik dengan motif mengikuti jejak teman yang menjadi
itu sendiri. pembully sebelumnya. Dimana suatu aktivitas yang
Goresan warna kuning pada background dengan dilakukan salah satu dari kelompok teman sebaya
perpaduan warna ungu merupakan simbol tujuan yang terkadang memancing sifat solidaritas teman lain untuk
menyelimuti motif para pelaku bullying fisik, ikut andil di dalam aktivitas tersebut. Perilaku tindakan
sebagaimana warna kuning mengartikan kebahagiaan bullying fisik salah seorang teman pun juga dapat
yang didapat oleh sang pelaku dan warna ungu memancing teman lain untuk membantu perlakuan
mengartikan sebagai menarik perhatian yang dimiliki tersebut, hal ini biasa dipicu karena salah satu dari

8
SAKALA Jurnal Seni Rupa Murni, Volume 2 Nomor 1 Tahun 2021, 1–11

mereka memprovokasi sebagai wujud pertemanan dalam Karya 4


satu kelompok yang ia gauli. Kejadian seperti ini pun
juga menjadi dasar motif para pelaku bullying fisik untuk
melakukan tindakan tersebut, yang mana rasa solidaritas
dan perilaku di sekelompok pertemanan dapat membawa
pengaruh satu sama lain. Maka dari itu, jika ada
sekelompok teman menjadi pembully, teman yang lain
akan berpotensi terpengaruh mengikuti jejaknya.

Filosofi :
Ilustrasi 3 figur merupakan representasi wujud
ilustrasi motif pelaku bullying fisik yang termotif untuk Gambar 20, “Kecemburuan Pendapatan Lawan Jenis”
mengikuti jejak teman sebagai pembully, 2 figur manusia (dokumentasi: putra)
berkepala bunglon menujukan suasana aksi salah satu
pelaku bully melakukan tindakan bully fisik pada Judul : Kecemburuan Pendapatan Lawan
korbanya, 1 figur manusia berkepala banteng sebagai Jenis
provokasi teman pembully. Figur manusia berkepala Media : Acrylic Di Atas Kanvas & Kayu
bunglon berwarna hijau menginterpretasikan kesikapan Alfabet
para pelaku bullying fisik yang mengikuti jejak Ukuran : 200 cm x 100 cm ( 2 panel, 100 cm x
sekelompok teman pembully yang ia gauli sebagai 100 cm )
pertemanan dan solidaritas bersifat negatif tersebut, Tahun : 2020
sebagaimana sikap bunglon yang berkamuflase terhadap Deskripsi :
tempat atau suatu tempat yang ia pijaki. Lalu figur Karya ini merepresentasikan mengenai anak/remaja
berkepala bunglon berwarna pink menunjukan ilustrasi usia pelajar yang melakukan tindakan bullying atas dasar
seseorang menjadi korban bullying oleh para pelaku antar motif cemburu karena lawan jenis. Hal ini rata-rata
sesama. Kemudian wujud figur manusia berkepala robot terjadi pada problematika anak/remaja perempuan, yang
banteng memegang lampu oblik adalah interpretasi teman mana kehidupan percintaan tidak jauh dari penduaan
pembully yang menjadi motif dorongan pelaku bullying kekasih. Maka adanya penduaan tersebut dapat
fisik, sebagaimana artian visual banteng mengadopsi menimbulkan perselisihan, dengan itu munculah
literatur arti kata bullying yang diambil dari kata bull, perdebatan sesama jenis untuk mendapatkan lawan
yang berarti banteng suka menyeruduk kesana-kemari. jenisnya. Perdebatan biasa dilakukan secara lisan maupun
Penanda pelaku bullying fisik yang mengikut jejak teman fisik, yang mana siapa yang kuat dan mendominasi akan
pembully di simbolkan melalui baju yang dipakai, yakni diakhiri dengan perpeloncoan, seperti tindakan bullying
baju figur manusia berkepala bunglon hijau sebagai fisik, bullying fisik tersebut pelaku biasanya akan
pelaku bullying fisik dan figur manusia berkepala robot mendorong, memukul, menyuruh tunduk kebawah
banteng sebagai teman pembully yang diikuti jejaknya. dengan mempermalukan korban, kemudian biasa diakhiri
Kata “kamuflase” yang tertera adalah dengan pelaku yang meminta korban untuk meminta
penggambaran pelaku termotif pada kehidupan maaf dengan sang pelaku dengan di iringi celotehan
pertemanan yang ia gauli. Kombinasi warna hijau pada buruk serta pose permintaan maaf yang tidak layak.
background merupakan refleksi pelaku yang mengikuti
jejak teman pembully sebagai solidaritas, yang mana Filosofi :
menyelimuti warna figur bunglon berwarna hijau, Sikap pelaku bullying fisik dengan motif
kemudian background warna pink yang menyelimuti kecemburuan pendapatan lawan jenis di interpretasikan
figur bunglon berwarna pink merupakan wujud korban dalam wujud visual figur manusia berkepala komodo,
yang dijadikan media ungkapan kesolidaritas pelaku yang mana sikap dan kebiasaan komodo ketika perebutan
terhadap suatu kelompok teman pembully tersebut. lawan jenis akan melalui tahap perdebatan dengan
Wujud bunga raflesia arnoldi tersebut ialah sebuah sesama jenisnya.
penggambaran lingkup kehidupan pertemanan yang Alfabet “respons” tersebut adalah maksud dari sang
membawa arus kebusukan antar sesama. pelaku dalam melakukan bully fisik untuk mendapat
respons lawan jenisnya, yang mana tulisan tersebut
Pesan/Makna: tertera di atas background dengan kombinasi warna hijau
Bergaul dengan teman merupakan sikap bersosial dan ungu. Goresan background tersebut memiliki arti
dan pencarian pengalaman dalam menjalani kehidupan perilaku yang dilakukan pelaku bullying fisik untuk
manusia, apalagi memiliki rasa solidaritas yang tinggi mendapatkan respons maupun keuntungan sosial, yakni
antar teman sebaya. Tetapi perlunya menyaring dan pada goresan background berwarna ungu tersebut
membatasi sikap dari sekelompok teman sebaya, karena merupakan maksud si pelaku untuk mencari keuntungan
hal ini dapat berdampak pada hilangnya sikap dengan memanfaatkan korbanya. Sebagaimana dominasi
kemandirian diri sendiri dalam menjalani kehidupan warna hijau pada korban menghubungkan warna
kelak. background yang berwarna hijau, dengan diartikan
sebagai penyembuhan atau kedamaian, maka maksud

9
Representasi Motif Pelaku Bullying dalam Cipta Seni Lukis

warna ungu dengan hijau pada background merupakan publik agar menambah daya kontribusi penciptaan pada
wujud situasi sang pelaku yang mengintimidasi korban ilmu pengetahuan secara umum..
sebagai penyembuhan keuntungan mendapat lawan jenis
yang ingin ia dapatkan. Kemudian simbol plang Saran
menunjukan pendapatan lawan jenis melalui perdebatan Menciptakan karya seni tidak hanya melihat
serta perpeloncoan sesama jenis oleh sang pelaku keindahan saja, tapi juga memerlukan tujuan yang
tersebut. berkenaan dengan apa yang dirasakan lingkungan sekitar,
meskipun didasari pengalaman pribadi, karya seni yang
Pesan /Makna : baik juga bermakna untuk orang lain, agar mendapatkan
Kecemburuan sosial memang menyakitkan bagi kita pesan yang kita bawa.
semua hingga ingin bergerak melakukan perdebatan pada Referensi praktik seni juga perlu pelajari, agar teknik
sasaran kita, tetapi alangkah baiknya perdebatan itu dan bentuk karya apapun itu bisa di kuasai meski hanya
cukup dengan pikiran intelektual diri tanpa harus sebatas eksperimen, karena sebagai pelaku seni, kita
memperlihatkan kekuatan fisik diri. selalu dihadapkan dengan pertanyaan seputar seni dan
tekniknya oleh orang-orang atau audiens awam saat
PENUTUP berpameran maupun di sekitan lingkungan.
Refleksi
Setelah proses penyusunan skripsi selama tujuh DAFTAR PUSTAKA
bulan lamanya dan proses kreatif untuk menciptakan Sumber Buku
karya, akhirnya selesai dengan menghasilkan 4 karya 2 Damanjanti, Irma. 2006. Psikologi Seni. Bandung : PT
dimensi, meskipun pada pertengahan berproses, telah Kiblat Buku Utama
terjadi pandemi yang melanda aktifitas diseluruh penjuru Junaedi, Deni. 2017. Estetika. ArtCiv, Bakelan RT.2
dunia, termasuk kota kediaman penulis. Tirtonirmolo Kasihan Bantul Yogyakarta 55181
Perjalanan mewujudkan “Representasi Motif Pelaku Indonesia.
Bullying Dalam Cipta Seni Lukis” dengan fokus Kurnia, Imas. 2016. BULLYING, Aulia [R], Anggota
perlakuan bullying fisik tersebut, berawal dari gejolak IKAPI, Wirogunan, Mergangsan, Yogyakarta
kasus-kasus bullying fisik anak/remaja usia pelajar yang Priyatna, Andri .2010. Let’s End Bullying: Memahami,
tidak ada hentinya beredar di berita media informasi. Mencegah, Dan Mengatasi Bullying, PT Elex Media
Yang mana para pelaku didominasi dengan motif atau Komputindo Kelompok Gramedia-Jakarta Anggota
dorongan yang kuat untuk melakukan tindakan tersebut, IKAPI, Jakarta
motif itu tidak jauh dari adanya pengaruh lingkungan Sugiarto, Bambang. 2018. UNTUK APA SENI ?.
sosial seperti teman sebaya, geng, kelompok sebaya dll, Bandung : PUSTAKA MATAHARI.
ada pula pengaruh yang didasari oleh korbanya sendiri Susanto, Mikke. 2011. Diksi Rupa. Dictiart Lab,
hingga membuat perlakuan itu terjadi. Yogyakarta & Jagad Art Space, Bali.
Visualisasi dengan subject matter bergaya pop Wiyani, Novan Andy.2012. SAVE OUR CHILDREN
surealis berwujud figur berkepala hewan menjadikan FROM SCHOOL BULLYING, AR-RUZZ Media, Jl
pemantik dari perwujudan sifat seseorang yakni, pelaku Anggrek 126 Sambilegi, Marguwoharjo, Depok,
bullying fisik, yang mana kepala hewan dengan segala Sleman, Jogjakarta 55282
sifat alamiah maupun kebiasaan yang dilakukan dalam Sumber Artikel Internet
menjalani kehidupanya tersebut di interpretasikan sebagai DINYSABILA, 2013. DINY’S BLOG, “MAKALAH
motivasi karakter dan kelakuan pelaku bullying fisik. MOTIF SOSIAL”
Lalu begitu pula dengan goresan abstrak ekspresionis https://dinysabila.wordpress.com/2013/11/27/m/ Di
yang memberikan kesan ekspresi atau keadaan sang Akses Pada Tanggal 31 Desember 2020
pelaku bullying fisik, melibatkan gerak tubuh atau gerak Qasanah, Siti Nur, .2019. GridHot.id, “Dibully Hingga
tangan dalam proses melukis. Kemudian kemasan lukisan Diminta Sujud Cium Kaki, Ini Kronologi Remaja
atau frame tersebut selain menambah sisi artistik wujud Putri Di Gianyar Yang Viral Di Aniyaya Teman-
lukisan, juga di improvisasi dengan perpaduan modifikasi temanya” https://hot.grid.id/read/181768396/dibully-
mainan figur yang membentuk ilustrasi perlakuan bullying hingga-diminta-sujud-cium-kaki-ini-kronologi-
fisik, yakni menjadi salah satu pemantik pembahasan remaja-putri-di-gianyar-yang-viral-dianiaya-teman-
mengenai bullying berjenis bullying fisik. temannya?page=3 Di Unduh Pada Tanggal 4 Maret
Adapun pesan serta masukan dari seniman Dhanoe 2020
sebagai validator pada penciptaan karya skripsi penulis Qodar, Nafiysul, 2017, Liputan 6, “Pelaku Dan Korban
yakni, pengelolaan penggunaan media penulis sudah Bullying Di Thamrin City Teman Satu Geng”
terlatih, penggunaan gaya pribadi penulis adanya inovasi https://www.liputan6.com/news/read/3026912/pelaku
baru dari karya sebelumnya dalam pengelolahan unsur -dan-korban-bullying-di-thamrin-city-teman-satu-
dan struktur visual penulis. Saran berikutnya ialah selalu geng Di Akses Pada Tanggal 4 Maret 2020
meningkatkan mood, menjaga akselerasi mood dan Rahayu, Cici Marlina, 2017. Detik News, “Ini Alasan
menjaga feil maupun soul pada karya awal sampai Pelaku Bully Siswi SD Di Thamrin City”
seterusnya. Yang mana jika perlu di kembangkan lagi agar https://news.detik.com/berita/d-3564407/ini-alasan-
dapat selalu meningkat di tiap karya yang diciptakan pelaku-bully-siswi-sd-di-thamrin-city Di Akses Pada
penulis dan perlunya ditampilkan serta dipamerkan ke Tanggal 4 Maret 2020

10
SAKALA Jurnal Seni Rupa Murni, Volume 2 Nomor 1 Tahun 2021, 1–11

Retno, Pavitri w .2020. Tribunnews.com, “Kronologi


Siswa SMPN 16 Malang Jadi Korban Bully hingga
Dirawat, Jari Tengahnya Diamputasi.
https://www.tribunnews.com/regional/2020/02/05/kro
nologi-siswa-smpn-16-malang-jadi-korban-bully-
hingga-dirawat-jari-tengahnya-diamputasi?page=all
Di Akses Pada Tanggal 20 Februari 2020
Sitinjak, Marlen .2019. tribunpontianak.co.id. BABAK
AKHIR Kasus Audrey | Sempat Memanas Seusai 3
Terdakwa Divonis Bersalah, Ini Rekam Kasus
Audrey, https://pontianak.tribunnews.com/2019/09/03
/babak-akhir-kasus-audrey-sempat-memanas-seusai-
3-terdakwa-divonis-bersalah-ini-rekam-kasus-
audrey?page=all Di Akses Pada Tanggal 14 Oktober
2019
Suciatiningrum, Dini, 2019. jogja.idntimes.com, “7 Fakta
Dalam Kasus Pengeroyokan Audrey, Bikin Mengelus
Dada”https://jogja.idntimes.com/news/indonesia/dini-
suciatiningrum/miris-ini-7-fakta-dalam-kasus-
pengeroyokan-audrey-regional-jogja/1 Di Akses Pada
tanggal 14 Oktober 2019
Sudin, Sakinah .2019. tribunpontianak.co.id. Sederet
Fakta dan Hoaks Kasus Penganiayaan Audrey Siswi
SMP Pontianak oleh Siswi SMA, 3Tersangka
https://makassar.tribunnews.com/2019/04/12/sederet-
fakta-dan-hoaks-kasus-penganiayaan-audrey-siswi-
smp-pontianak-oleh-siswi-sma-3-tersangka?page=all.
Di Akses Pada tanggal 14 Oktober 2019

11

Anda mungkin juga menyukai