dylanpasulu98@gmail.com
ABSTRAK
PT. Harmak Indonesia merupakan salah satu perusahaan pertambangan yang mengelola kekayaan alam berupa batuan
andesit. Sistem penambangan yang dilakukan adalah sistem tambang terbuka (Surface Mining) dengan metode quarry
yang terletak di Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Produksi yang dilakukan tidak terlepas dari masalah-masalah yang berkaitan dengan efektivitas mesin dan peralatan.
Sistem perawatan yang diterapkan oleh perusahaan ini bersifat perawatan reaktif. Sistem perawatan ini berorientasi
pada perbaikan kerusakan yang telah terjadi, hal ini menyebabkan banyaknya waktu delay karena sistem yang
diterapkan tidak seharusnya diterapkan pada mesin yang rentan terhadap kerusakan. Berdasarkan hasil penelitian,
factor-faktor yang mempengaruhi penyebab kurangnya efektivitas unit alat peremuk adalah waktu jam kerja efektif
yang kurang baik, nilai persentase kesediaan dan penggunaan alat yang kurang baik serta banyaknya waktu hambatan
kerja baik yang dapat dihindari seperti waktu persiapan, gangguan atau perbaikan pada alat maupun waktu hambatan
yang tidak dapat dihindari seperti waktu-waktu yang hilang contohnya kehilangan waktu akibat dari keterlambatan
masuk kerja, kehilangan waktu akibat istirahat, pulang kerja lebih awal. Penyelesaian masalah yang dapat dilakukan
yaitu dengan menggunakan alternatif perbaikan, antara lain, mengupayakan pengurangan atau penekanan waktu
hambatan kerja pada rangkaian unit alat peremuk yang awalnya 90,7 menit menjadi 47,7 menit, melakukan perbaiakan
waktu kerja efektif dari yang awalnya hanya 329,25 menit atau 5,4875 jam menjadi 432,3 menit atau 7,21 jam dan
memiliki persentase awal sebesar 78,39% yang menjadi 90,6%, dan melakukan perbaikan perhitungan kesediaan dan
penggunaan alat untuk memperoleh nilai kesediaan dan penggunaan alat yang baik.
ABSTRACT
PT. Harmak Indonesia is one of the mining companies that manage natural wealth in the form of andesite rock. The
mining system used is an open-pit mining system (Surface Mining) with the quarry method located in Hargowilis
Village, Kokap District, Kulon Progo Regency, Special Region of Yogyakarta. The production carried out cannot be
separated from problems related to the effectiveness of machines and equipment. The maintenance system
implemented by this company is reactive maintenance. This maintenance system is oriented towards repairing the
damage that has occurred, this causes a lot of delay time because the system that is applied should not be applied to
machines that are prone to damage. Based on the results of the study, the factors that influence the cause of the lack
of effectiveness of the crusher unit are the effective working hours that are not good, the percentage value of the
willingness and use of the tool is not good and the number of good work barriers that can be avoided such as
preparation time, interference or repairs on tools and time constraints that cannot be avoided, such as lost time, for
example lost time due to being late for work, lost time due to rest, leaving work early. Problem solving that can be
done is by using alternative repairs, among others, seeking to reduce or suppress the work resistance time on a series
of crusher units from 90.7 minutes to 47.7 minutes, improving the effective working time from the initial 329.25
minutes or 5.4875 hours to 432.3 minutes or 7.21 hours and has an initial percentage of 78.39% which becomes
90.6%, and improves the calculation of willingness and use of tools to obtain good values of willingness and use of
tools.
2.1.6 Ayakan Getar (Vibrating Screen) 3. Centering device, untuk mencegah agar sabuk tidak
meleset dari rollers.
Vibrating Screen memiliki penampang
berbentuk persegi panjang sehingga oversize umpan 4. Drive units, alat penggerak pulley belt conveyor.
akan menuju ke sisi pinggir. Vibrating Screen dapat 5. Take ups, untuk mengatur tegangan sabuk dan
melakukan pemisahan ukuran material. Vibrating mencegah selip antara sabuk dengan pulley
Screen dapat memproduksi dengan lebih dari satu penggerak karena bertambah panjangnya sabuk.
deck screen. Pada sistem multi-deck, umpan masuk 6. Kerangka / frame, sebagai tempat belt conveyor.
permukaan atas, kemudian ukuran material yang lebih
kecil dari ukuran lubang bukaan deck akan jatuh 7. Motor penggerak, untuk menggerakkan drive
menuju deck screen yang lebih rendah, sehingga pulley.
menghasilkan berbagai fraksi ukuran pada satu layar 2.2 Efisiensi Kerja
(Nathan Menair, 2003). Efisiensi kerja merupakan penilaian terhadap
Faktor – faktor yang mempengaruhi kecepatan pelaksanaan suatu pekerjaan atau merupakan
material untuk menerobos lubang ayakan adalah: perbandingan antara waktu yang dipakai untuk
1. Ukuran bukaan ayakan bekerja dengan waktu yang tersedia. Dalam
Semakin besar diameter lubang bukaan, semakin perhitungannya digunakan pengertian persentase kerja
banyak material yang lolos. efektif (%). Beberapa faktor yang mempengaruhi
2. Ukuran Partikel efisiensi kerja adalah:
Material yang mempunyai diameter sama akan 1. Kondisi tempat kerja
memiliki kecepatan dan kesempatan masuk yang Kondisi tempat kerja dalam hal ini adalah lokasi
berbeda bila posisinya berbeda, yaitu satu daerah penambangan dan kondisi jalan angkut sangat
melintang dan satu membujur. berpengaruh pada efisiensi kerja peralatan mekanis
3. Pantulan dari material dalam kegiatan penambangan. Dengan kondisi tempat
Pada waktu material jatuh ke screen maka material kerja yang baik maka alat mekanis dapat bekerja
akan membentur kisi-kisi screen sehingga akan dengan optimal, lain halnya dengan kondisi tempat
terpental ke atas dan jatuh pada posisi yang tidak kerja yang buruk akan mengakibatkan alat tidak dapat
teratur. bekerja secara optimal.
2. Kondisi cuaca 2) Berhenti kerja sebelum jam istirahat dan jam
Dalam keadaan cuaca yang panas dan banyak debu kerja selesai
sangat mengganggu kerja dari operator, sehingga 3) Keterlambatan kerja setelah istirahat
dapat mempengaruhi kelincahan gerak peralatannya. Sedangkan hambatan yang disebabkan karena
Pada waktu musim hujan, kondisi tempat kerja dan faktor alat (teknis) adalah waktu hambatan yang
jalan angkut yang tidak diperkeras akan menjadi terjadi karena kerusakan alat sehingga alat berhenti
berlumpur, sehingga peralatan mekanis yang beroperasi dan membutuhkan waktu perbaikan.
dioperasikan tidak dapat bekerja secara optimal. Terjadinya hambatan ini menyebabkan pengurangan
3. Faktor manusia dalam waktu kerja sehingga menurunkan waktu
Faktor manusia sangat mempengaruhi effisiensi produksi efektif alat yang menyebabkan efesiensi
kerja penambangan, dalam hal ini adalah kedisiplinan kerja alat rendah
dalam kegiatan pekerjaan. Dengan bekerja pada waktu b. Hambatan yang tidak dapat dihindari
yang telah ditentukan sesuai dengan jadwal yang telah Hambatan ini umumnya terjadi pada saat
ditentukan sesuai dengan jadwal yang diharapkan rangkaian peralatan beroperasi yang menyebabkan
efisiensi akan semakin meningkat. Sebaliknya dengan tidak dapat beroperasinya unit peremuk meskipun
pekerja yang tidak disiplin maka efisiensi sangat kondisi alat dalam keadaan baik dan siap beroperasi.
berkurang sehingga sasaran produksi tidak tercapai. Hambatan ini disebabkan karena proses pemeliharaan
Selain itu operator yang terampil dan terlatih akan alat (preventive maintenance), Faktor alam (cuaca dan
lebih pandai mengoperasikan dan menempatkan alat bencana) atau dihentikannya operasi karena
pada posisi yang benar, sehingga alat yang pertimbangan faktor keselamatan kerja.
dioperasikan dapat leluasa bergerak dan tidak Adapun rumus persamaannya adalah sebagai berikut:
menggangu alat lain yang sedang dioperasikan. We = Wt – (Wtd + Whd)
Peralatan mekanis akan menghasilkan efisiensi yang Keterangan:
tinggi apabila alat tersebut dioperasikan oleh operator We = Waktu kerja efektif, menit
yang terampil dan berpengalaman. Wt = Waktu kerja tersedia, menit
4. Waktu Tunda Wtd = Waktu hambatan yang tidak dapat
dihindari, menit
Waktu tunda dapat meliputi hambatan yang terjadi
Whd = Waktu hambatan yang dapat dihindari,
selama dilakukan kegiatan penambangan. Hal tersebut
menit
dapat mempengaruhi waktu kerja efektif. Waktu kerja
Efisiensi kerja adalah penilaian terhadap pelaksanaan
efektif adalah waktu kerja yang digunakan untuk
suatu pekerjaan atau merupakan perbandingan antara
melakukan kerja atau waktu kerja yang tersedia yang
waktu yang dipakai untuk bekerja (waktu kerja efektif)
sudah dikurangai dengan hambatan kerja. Sedangkan
dengan waktu kerja yang tersedia dan dinyatakan
waktu kerja tersedia adalah waktu yang di berikan
dalam persen.
dalam satu shift kerja secara keseluruhan tanpa We
memperhitungkan hambatan yang terjadi. Efisiensi kerja (Ek) = x100%...........................(3-1)
Wt
Hambatan kerja yang terjadi pada perusahaan Keterangan:
peremuk terbagi menjadi dua yaitu hambatan yang Ek = Efisiensi kerjai, %.
dapat dihindari dan hambatan yang tidak dapat We = Waktu kerja efektif, menit.
dihindari. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu Wt = Waktu Kerja yang tersedia, menit.
hambatan yang dapat dihindari dan tidak dapat
dihindari yaitu: (Apriyanto,2016) 2.3 Ketersediaan Alat Mekanis
a.Hambatan yang dapat dihindari Ketersediaan alat mekanis juga sering disebut
Hambatan ini disebabkan karena faktor dengan availability suatu alat mekanis. Beberapa jenis
kerusakan alat (faktor teknis) dan beberapa faktor availability alat yang dapat menunjukkan keadaan alat
manusia yang dilakukan oleh operator terhadap waktu mekanis dan keefektifan penggunaannya antara lain
kerja yang telah dijadwalkan. Faktor-faktor yang seperti pada table dibawah ini:
disebabkan oleh manusia (operator) diantaranya: Tabel 2.1 Standar Nilai Unjuk Kerja Peralatan
1) Keterlambatan pada awal kerja Utama Pengolahan
Faktor Standar Nilai % Delay time juga dianggap sebagai bagian dari
Physical Availability (PA) 90% operating cost dan digunakan dalam menghitung
Mechanical Availability (MA) 90% produktivitas alat, masuknya delay time ini kedalam
Utilization of Availability (UA) 90% hours worked mempermudah pencatatan.
Jika Delay time tidak diperhitungkan pada hours
Effective Utilization (EU) 80%
worked, akan menyebabkan percent availability
(Sumber:KeputusanESDM, No 1827K/30/MEME/2018)
menjadi naik.
S = Stand by hours, waktu dimana alat siap pakai
2.3.1 Physical Availability (PA)
(tidak rusak), tetapi karena suatu hal tidak
Ketersediaan alat mekanik Physical Availability
dipergunakan ketika operasi sedang
merupakan variabel untuk mengetahui ketersediaan
berlangsung. Perlu diingat bahwa of shift tidak
keadaan atau kondisi fisik dari sebuah alat yang
diperhitungkan dalam stanby time.
sedang di pergunakan. Nilai kesediaan fisik ini
R = Repairs hours, jumlah jam untuk perbaikan
menunjukkan persentase kesediaan alat untuk
actual, waktu yang hilang karena menunggu
berproduksi tanpa hilangnya waktu akibat selain
saat perbaikan, waktu untuk penyediaan suku
kerusakan mekanis.
cadang serta waktu untuk
Ketersediaan fisik atau physical availability (PA)
maintenance/perawatan.
peralatan tambang paling kurang 90%
W + S + R = Merupakan total waktu tersedia untuk
W+S beroperasi.
PA = x 100%..............................................(1)
W+S+R
2.3.4 Mechanical Availability (MA)
Dimana: Ketersediaan mekanis Ketersediaan Mekanis
W = Working hours, total jam aktual kerja alat merupakan waktu efektif crusher yang digunakan
beroperasi, yaitu waktu yang dibebankan untuk beroperasi. Nilai kesediaan mekanis ini
kepada suatu alat yang dalam kondisi yang menunjukkan persentase kesediaan alat pada saaat
dapat dioperasikan (mesin dan bagian-bagian menjalankan pekerjaan tanpa kerusaknan mekanis.
lain siap dipakai operasi). Hours worked ini Mechanical availability berguna dalam mendapatkan
termasuk delay time. kondisi real alat yang sedang digunakan dari alat yang
Delay time meliputi: kita pakai.
- Kehilangan waktu saat dari dan menuju tempat kerja Ketersediaan mekanik atau mechanical
- Moving time availability (MA) peralatan tambang paling kurang
- Waktu untuk lubrikasi, pengisian bensin dan 90%
pemeliharaan alat
- Kehilangan waktu dikarenakan kondisi cuaca W
MA= x 100%..................................................(2)
- Waktu-waktu untuk safety meeting W+R
3.2 Pembahasan
3.2.1 Mengupayakan Pengurangan Waktu
Hambatan Kerja
Gambar 3.1 Perbandingan Waktu Hambatan Kerja
Penyebab dari kurangnya efektivitas unit alat
Sebelum dan Setelah Perbaikan
peremuk adalah banyaknya waktu hambatan kerja
baik yang dapat dihindari seperti waktu persiapan,
3.2.2 Penambahan Mekanik dan Helper
gangguan atau perbaikan pada alat maupun hambatan
Penambahan mekanik dan helper Tabel 3.6
yang tidak dapat dihindari seperti waktu-waktu yang
diperlukan untuk memaksimalkan waktu keja efektif
hilang contohnya kehilangan waktu akibat dari
dan memnimalisir waktu hilang yang ada. Sebelum
keterlambatan masuk kerja, kehilangan waktu akibat
perbaikan jumlah mekanik adalah 4 orang dan helper
istirahat, pulang kerja lebih awal. Sebelum dilakukan
berjumlah 7 orang. Dengan jumlah pekerja yang ada
perbaikan, hambatan kerja yang tidak dapat dihindari
tersebut diketahui belum dapat memaksimalkan maktu
pada rangkaiaan unit alat peremuk yaitu 42,75 menit
keja efektif yang ada terbukti dengan julmah waktu
sedangkan hambatan kerja yang dapat dihindari pada
hilang yang masih sangat berpengaruh terhadap waktu
rangkaiaan unit alat peremuk yaitu 48 menit Jika
hambatan kerja, oleh sebab itu untuk mengatasinya
dilihat dari banyaknya waktu standby dari alat dan
dibuat 2 tim kerja dan tambahan 2 mekanik dan 1
kondisi alat yang masih sangat baik, maka dapat
helper untuk memkasimalkan waktu kerja efektif yang
dilakukan penambahan jam kerja agar lebih efektif.
ada dan diharapkan dapat mengurangi waktu hilang
Waktu rata-rata hambatan kerja setelah ditekan dapat
yang sangat berpengaruh terhadap hambatan kerja.
dilihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.6 Jumlah Mekanik Setelah Perbaikan
Tabel 3.5 Waktu Hambatan Kerja Crushing plant Jumlah
Setelah Ditekan No Pekerjaan Waktu Waktu
Kerja 1 Kerja 2
1 Mekanik 3 3
2 Helper 4 4
7 7
Total
14