Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi usia kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Prawirohardjo, S, 2014).
Abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan disebut Abortus Provocatus
(Prawirohardjo, S, 2014). Abortus Provocatus Criminalis adalah abortus yang
terjadi karena tindakan yang ilegal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
Ketakutan calon ibu dan pandangan negatif masyarakat menuntut calon ibu
melakukan Abortus Provocatus Criminalis secara tersembunyi tanpa
memperhatikan resikonya (Alexander, 2017).
Lima ratus ribu perempuan meninggal akibat kehamilan, persalinan
maupun Abortus Provocatus Criminalis dan sekitar dua puluh juta pertahun
terjadi Unsafe Abortion di dunia (Langie, Y.N, 2014). Tingginya angka abortus
semakin meningkat setiap tahunnya. Di Indonesia, angka abortus atau
pengguguran janin per tahun sudah mencapai tiga juta kasus (Tanti Kirana
Utami, 2015). Meskipun abortus secara hukum terlarang, tetapi kenyataannya
abortus masih banyak dilakukan. Peraturan dan hukum yang ada kurang
akomodatif terhadap alasan-alasan yang memaksa perempuan melakukan
tindakan abortus (Langie, Y.N, 2014). Alasan dilakukannya Abortus
Provocatus Criminalis untuk menggugurkan janin sebagai akibat hubungan
seksual diluar pernikahan, korban perkosaan dan kegagalan alat kontrasepsi
(Susanti, 2012).
Abortus Provocatus Criminalis yang terjadi dewasa ini sudah menjadi hal
yang aktual dan peristiwanya dapat terjadi dimana-mana. Abortus Provocatus
Criminalis dilakukan oleh berbagai kalangan, termasuk wanita dewasa muda
(Langie, Y.N, 2014). Menurut Hurlock pada tahun 1997 dalam buku Psikologi

1
2

Perkembangan Fungsi & Teori tahun 2014, dewasa muda merupakan periode
dimulainya hubungan secara dekat dengan lawan jenis (Rahma Khairani,
2008).
Menurut Sigmund Freud tahun 1923 dalam buku Psikologi Perkembangan
Fungsi & Teori tahun 2014, sejak awal kehidupan manusia dimotivasi oleh
dorongan irrasional untuk mendapatkan kepuasan. Dorongan ini merupakan
ekspresi dari libido, yaitu dorongan hidup atau energi psikis yang memotivasi
perilaku manusia. Usia dewasa muda masuk kedalam tahap genital pada teori
ini. Perubahan fisik yang terjadi pada masa ini membangunkan kembali libido
yang berisi energi dorongan seksual (Sumanto, 2014).
Menurut Budi Utomo dkk pada tahun 1983 dalam buku Psikologi
Perkembangan Fungsi & Teori tahun 2014, banyak komplikasi yang
disebabkan oleh Abortus Provocatus Criminalis dengan sistem pijat dan
memasukkan benda tertentu ke dalam rongga rahim tanpa memenuhi
persyaratan kebersihan (Singarimbun, 2016) ditambah dengan higiene vagina
yang tidak baik menyebabkan terjadinya infeksi (Aep Gunarsa, 2009).
Wanita yang melakukan Abortus Provocatus Criminalis beresiko tinggi
dan kematian (Langie, Y.N , 2014). Kematangan psikologi umumnya telah
dicapai oleh wanita dewasa muda. Salah satu kematangan psikologinya adalah
mempunyai tujuan yang jelas dan tahu antara yang baik dan tidak. Melakukan
kebiasaan kerja yang efisien dan terbimbing menuju pencapaian baik yang
diharapkan (Sumanto, 2014).
Menurut R.J. Havighrust pada tahun 1978 dalam buku Psikologi
Perkembangan Fungsi dan Teori Tahun 2014, dewasa muda yang memiliki
kematangan fisiologis (seksual), sehingga siap melakukan tugas reproduksi.
Informasi mengenai Abortus Provocatus Criminalis yang terbatas di
masyarakat menjadi kendala perawat dalam penanganan pasien dengan kasus
Abortus Provocatus Criminalis (Langie, Y.N , 2014).
Nn. T telah melakukan abortus provocatus criminalis pada tanggal 29
Maret 2019. Nn. T mengalami kehamilan di luar pernikahan dengan
pasangannya. Fenomena tersebut menjadi stressor yang akhirnya membuat Nn.
3

T berniat untuk melakukan abortus provocatus criminalis dengan


menyalahgunakan obat cytotec.
Penyalahgunaan obat cytotec tersebut didasarkan atas informasi dan saran
dari teman Nn. T. Informasi tersebut menjadi salah stimulus yang mencetuskan
perilaku abortus provocatus criminalis. Perilaku abortus provocatus
criminalis ini dirahasiakan dari masyarakat umum dan petugas kesehatan,
khusunya pihak hukum. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti tentang
gambaran perilaku wanita usia dewasa muda terhadap Abortus Provocatus
Criminalis.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana gambaran perilaku wanita dewasa muda terhadap abortus
provocatus criminalis?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah:

1.3.1 Tujuan Umum


Membahas atau mengkaji tentang gambaran perilaku wanita dewasa
muda terhadap Abortus Provacatus Criminalis.

1.3.2 Tujuan Khusus


Meneliti bagaimana perilaku wanita dewasa muda terhadap Abortus
Provacatus Criminalis.
4

1.4 Manfaat Penelitian


1.41 Manfaat Bagi Pasien
Penelitian Manfaat studi kasus ini bagi pasien dapat mengetahui
gambaran perilaku wanita dewasa muda terhadap Abortus Provacatus
Criminalis.

1.4.2 Manfaat Bagi Praktik Keperawatan


Menambah wawasan bagi perawat, agar dapat lebih memahami
gambaran perilaku wanita dewasa muda terhadap Abortus Provacatus
Criminalis.

1.4.3 Manfaat Bagi Lembaga


Manfaat dari studi kasus ini untuk pelayanan kesehatan yaitu sebagai
studi kasus aktual mengenai kejadian Abortus Provocatus Criminalis
pada wanita dewasa muda.

Anda mungkin juga menyukai