Anda di halaman 1dari 11

JEMS (Jurnal Edukasi Matematika dan Sains), x(x), 20xx, xx-xx

DOI:10.25273/jems.vxix.xxxx

Analisis Kemampuan Koneksi Matematis Koneksi Matematis


Siswa SMP N 1 Tebing Tinggi Pada Materi Persamaan dan
Pertidaksamaan Linear Satu Variabel
M.Adhityo Oktamajaya, Misdalina, Tika Dwi Nopriyanti

© 2022 JEMS (Jurnal Edukasi Matematika dan Sains)

This is an open access article under the CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-


sa/4.0/) ISSN 2337-9049 (print), ISSN 2502-4671 (online)

Abstrak: Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana This study aims to determine how the mathematical connection
kemampuan koneksi matematis siswa SMP pada materi ability of junior high school students on the material equation
persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. Metode variable and the inequality of one variable. The method used in
yang digunakan dalam penelitian ini metode deskriptif this research is descriptive quantitative method. The subjects in
kuantitatif. Subjek pada penelitian adalah siswa kelas VII.A the study were students of class VII.A who collected 30 students.
yang berjumlah 30 siswa. Teknik pengumpulan data The data collection technique used a test of students'
menggunakan soal tes kemampuan koneksi matematis siswa. mathematical connection ability. The data analysis technique in
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif this research is descriptive quantitative. From the results of data
kuantitatif. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa analysis shows that students' mathematical connection abilities
kemampuan koneksi matematis siswa termasuk dalam are included in the low category with an average value of
kategori rendah dengan nilai rata-rata sebesar 58,83%. 58.83%.

Kata Kunci : Kemampuan Koneksi Matematis, Persamaan Keywords : Mathematical Connection Ability, Equations and
dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel. Inequality Of One Variable Linear.

M.Adhityo Oktamajaya, Universitas PGRI Palembang


iwitarpainehv@gmail.com

Misdalina, Universitas PGRI Palembang


misdalina@univpgri-palembang.ac.id

Tika Dwi Nopriyanti, Universitas PGRI Palembang


tikadwinopriyanti@univpgri-palembang.ac.id

1
M.Adhityo Oktamajaya, Misdalina, Tika Dwi Nopriyanti.

Pendahuluan
Pendidikan merupakan suatu proses interaksi manusia dengan lingkungannya dalam
rangka mengembangkan segala potensinya, baik jasmani dan ruhani yang menimbulkan
perubahan positif dan kemajuan, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang berlangsung
secara terus-menerus guna mancapai tujuan hidup. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu
dilakukan pembelajaran yang terus-menerus. Salah satu pembelajaran yang diajarkan di
sekolah yaitu pembelajaran matematika (Ahmadi, 2017).
Matematika adalah cabang pengetahuan eksak dan terorganisasi, ilmu deduktif tentang
keluasan atau pengukuran dan letak tentang bilangan-bilangan dan hubungan-hubungannya,
ide-ide, struktur-struktur, dan hubungannya diatur menurut aturan yang logis, tentang
struktur logika mengenai bentuk yang terorganisasi atau sususan besaran dan konsep-konsep.
Mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau
postulat akhirnya ke dalil atau teorema, dan terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis,
dan geometri. Oleh karena itu, matematika dipelajari pada setiap jenjang pendidikan, mulai
dari pendidikan tingkat dasar, menengah maupun pada perguruan tinggi (Hamzah, 2014).
National Council of Teachers of Mathematics dalam Ni’mah (2017) menyatakan bahwa
dalam pembelajaran matematika terdapat lima kemampuan dasar, yaitu (1) kemampuan
pemecahan masalah, (2) kemampuan penalaran, (3) kemampuan koneksi, (4) kemampuan
komunikasi, (5) kemampuan representasi. Kelima kemampuan tersebut disebut sebagai daya
matematika. Salah satu kemampuan yang penting dalam pembelajaran matematika yang harus
dikuasai siswa adalah kemampun koneksi matematis.
Kusuma dalam Hasanah (2017); Nopriyanti dan Retta (2020); Ruspiani dalam Adni
(2018) menyatakan bahwa kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan seseorang
dalam memperlihatkan hubungan internal dan eksternal matematika, yang meliputi koneksi
antar topik matematika, koneksi dengan disiplin ilmu lain, dan koneksi dengan kehidupan
sehari-hari.
Namun pada kenyataanya menurut Linto dalam Kenedi (2018) dalam pembelajaran
terlihat siswa masih sulit menghubungkan materi yang mereka pelajari dengan materi
prasyarat yang sudah mereka kuasai. Konsep-konsep yang telah dipelajari tidak bertahan lama
dalam ingatan siswa, akibatnya kemampuan koneksi mereka belum optimal. Menurut Ni'mah
(2017) Tinggi rendahnya kemampuan koneksi matematis siswa dalam mengkaitkan konsep-
konsep matematika menjadi salah satu indikator pengajaran matematika di sekolah, khususnya
sekolah menengah pertama. Pembelajaran matematika disekolah diharapkan tidak hanya
sebatas membuat catatan, tetapi siswa mampu menangkap arti dan makna dan pembelajaran
yang diberikan oleh guru. Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan bahwa
kemampuan koneksi matematis siswa masih tergolong rendah dengan nilai rata-rata persentase
sebesar 58,83%. Dalam pembelajaran matematika kemampuan koneksi matematis sangat
penting dengan adanya kemampuan koneksi matematis siswa dapat memperlihatkan
hubungan internal dan eksternal matematika, yang meliputi koneksi antar topik matematika,
koneksi dengan disiplin ilmu lain, dan koneksi dengan kehidupan sehari-hari. Maka, dapat
disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematis merupakan kemampuan koneksi
matematis adalah kemampuan siswa dalam mengetahui, memahami, serta mampu
menghubungkan pokok bahasan yang berbeda pada matematika, dan siswa mampu

2
M.Adhityo Oktamajaya, Misdalina, Tika Dwi Nopriyanti.

menggunakan serta menerapkan matematika dengan studi lain serta mengaitkan matematika
dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, Nugraha (2018) menunjukkan bahwa
kemampuan koneksi matematis siswa masih rendah. Hal ini selaras dengan penelitian yang
dilakukan oleh Warih, Parta dan Rahardjo (2016) bahwa kemampuan koneksi matematis siswa
kelas VIII MTsN Kota Probolinggo dalam menyelesaikan soal Teorema Pythagoras masih
rendah. Maka peneliti melakukan keterbaharuan penelitian analisis kemampuan konesi
matematis dengan materi persamaan dan pertidaksamaan liear satu variabel. Dari uraian
tersebut maka tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Kemampuan Koneksi Matematis
Siswa SMP N 1 Tebing Tinggi Pada Materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu
Variabel.

Metode
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini
dilakukan di SMP N 1 Tebing Tinggi pada semester genap tahun ajaran 2021/2022. Subjek dari
penelitian ini adalah siswa kelasVII SMP N 1 Tebing Tinggi yang berjumlah 30 siswa. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes kemampuan koneksi matematis berupa soal
uraian yang terdiri dari 4 soal. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif yang
digunakan untuk menganalisis data yang sudah diperoleh dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan sebagaimana adanya dan bermaksud membuat suatu kesimpulan atau
generalisasi (Sugiyono, 2016).
Indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan koneksi matematis dalam
penelitian ini adalah indikator yang telah dikemukakan oleh Coxford dalam Aspuri (2019)
sebagai berikut : (1) Menggunakan hubungan antar topik matematika, (2) Menggunakan
matematika dalam mata pelajaran lain, (3) Menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-
hari (4) Memahami representasi ekuivalen konsep yang sama.
Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dimana hasil dikelompokkan
berdasarkan kategori sebagai berikut.
Tabel 1. Kategori Keampuan Koneksi Matematis Siswa
Nilai (%) Kategori
75 −¿ 100 Tinggi
60 −¿ 74 Sedang
0 −¿ 59 Rendah
sumber : (Maryanasari & Zhanty, 2018)

Hasil dan Pembahasan

3
M.Adhityo Oktamajaya, Misdalina, Tika Dwi Nopriyanti.

Adapun hasil penelitian tes kemampuan koneksi matematis siswa yang diberikan kepada
30 siswa kelas VII A SMP N 1 Tebing Tinggi adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Kategori Hasil Tes Kemampuan Koneksi Matematis Siswa


Kategori Jumlah siswa Persentase
Tinggi 5 16,66%
Sedang 7 23,33%
Rendah 18 60%
Jumlah 30 100%

Pada tabel 2 bahwa hasil tes kemampuan koneksi matematis menunjukkan terdapat 5
siswa (16,66%) dengan kemampuan koneksi matematis tinggi, kemudian terdapat 7 siswa
(23,33%) yang memiliki kemampuan koneksi matematis dengan kategori sedang dan sebanyak
18 siswa (60%) dengan kategori rendah.

Berikut ini hasil analisis tabel perindikator kemampuan koneksi matematis dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3. Persentase Tiap Indikator Tes Kemampuan Koneksi Matematis

Indikator Kemampuan Koneksi Matematis Persentase


Menggunakan hubungan antar topik matematika 64,66%
Menggunakan matematika dalam mata pelajaran lain 57,33%
Menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari 52,66%
Memahami representasi ekuivalen konsep yang sama 60,66%

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa kemampuan koneksi matematis pada kelas VII
A termasuk kategori rendah. Dapat dilihat pada tabel 3 diatas bahwa pada indikator
menggunakan hubungan antar topik matematika memperoleh persentase sebesar 64,66%
termasuk dalam kategori sedang. Pada indikator menggunakan hubungan antar matematika
hanya ada beberapa siswa yang jawabannya sesuai dengan persoalan dan masalah secara
lengkap dan kebanyak siswa memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan atau masalah dan
koneksinya jelas tetapi tidak lengkap. Menurut Maryanasari dan Zhanty (2018) bahwa siswa
yang berkemampuan sedang sudah mampu untuk menuliskan apa yang diketahui dari soal
tetapi tidak bisa menjabarkan secara berkelanjutan serta siswa tidak mengingat akan materi
sehingga hal tersebut menyulitkan siswa pada saat menjawab soal tersebut.
Untuk indikator menggunakan matematika dalam mata pelajaran lain memperoleh
persentase 57,33% dengan kategori rendah. Pada indikator menggunakan matematika dalam
mata pelajaran lain sebagian siswa sudah dapat memberikan jawaban yang sesuai dengan
pertanyaan dan masalah secara lengkap, sebagian lagi menjawab dengan kurang lengkap dan
ada juga jawaban siswa yang hampir tidak sesuai dengan persoalan atau masalah, kebanyakan
siswa memberikan jawaban yang sesuai dengan pertanyaan atau masalah pada soal dengan
koneksi yang jelas tetapi tidak lengkap. Menurut Nuryatin dan Zanthy (2018) menyatakan
bahwa siswa tidak mampu untuk mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui dan yang
dinyatakan pada permasalahan soal sehingga siswa melakukan kesalahan konseptual.

4
M.Adhityo Oktamajaya, Misdalina, Tika Dwi Nopriyanti.

Untuk indikator menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari didapat hasil


persentase sebesar 52,66% termasuk dalam kategori rendah. Pada indikator menggunakan
matematika dalam kehidupan sehari-hari masih banyak siswa yang memberikan jawaban
sesuai dengan pertanyaan atau masalah dengan koneksi yang jelas tetapi tidak lengkap,
sebagian siswa sudah dapat menerapkan konsep, rumusan masalah matematika pada
permasalahan soal dan ada juga yang tidak memberikan jawaban sama sekali. Menurut
Nugraha (2018) menyatakan bahwa siswa hanya dapat menerapkan ide-ide matematis yaitu
mendeskripsikan apa yang diketahui dan ditanyakan pada permasalahan soal, siswa terkadang
kurang teliti dan kurang paham dengan apa yang dikerjakannya.
Untuk Indikator memahami representasi ekuivalen konsep yang sama diperoleh hasil
persentase sebesar 60,66% termasuk dalam kategori sedang. Pada indikator ini, sudah banyak
siswa yang dapat memahami representasi ekuivalen konsep yang sama dengan memberikan
jawaban yang sesuai dengan pertanyaan atau masalah secara lengkap dan siswa juga masih
memberikan jawaban yang kurang lengkap dan tidak benar. Menurut Isnaeni, Ansori, Akbar,
dan Bernard (2019) yang dilihat dari hasil jawaban bahwa siswa masih keliru dalam
menyelesaikan soal yang telah disajikan dikarenakan siswa kurang memahami materi.

1. Indikator Menggunakan Hubungan Antar Konsep Matematika.

Gambar 1. Hasil jawaban benar untuk indikator


menggunaan hubungan antar topik matematika
Pada indikator 1 soal nomor 1 siswa diharapkan menggunakan hubungan antar topik
matematika. Rohendi dan Dulpaja (2013) menyatakan bahwa koneksi matematis siswa sangat
diperlukan agar siswa mampu menggabungkan koneksi antar matematika dan matematika itu
sendiri. Selain itu menurut Abdollah (2011) dengan menggunakan koneksi matematis yang
meliputi hubungan antar konsep matematika siswa mampu memahami dan menyelesaikan
permasalahan matematika dengan konsep matematika lain. Berdasarkan gambar 1 terlihat
bahwa siswa dapat menyelesaikan soal tersebut dengan benar dengan menjabarkan apa yang
diketahui dari permasalahan soal sampai mendapatkan hasil yang tepat sehingga siswa
tersebut diberi skor 5. Indikator hubungan antar topik matematika disini adalah menggunakan
hasil dari keliling persegi panjang yang dihubungkan untuk mencari luas persegi panjang.
Siswa terlebih dahulu mencari keliling persegi panjang dengan rumus yang benar, selanjutnya
siswa mencari nilai variabel a yang dibutuhkan untuk mencari nilai panjang dan lebar, lalu

5
M.Adhityo Oktamajaya, Misdalina, Tika Dwi Nopriyanti.

setelah didapat hasil panjang dan lebarnya siswa mencari luas dengan rumus yang tepat
sehingga ditemukan hasil jawabanya.

Gambar 2. Hasil jawaban salah untuk indikator


menggunaan hubungan antar topik matematika
Berdasarkan dari data yang diperoleh pada gambar 2 siswa belum mampu memahami
hubungan antar topik matematika. Terlihat siswa mengerjakan dengan rumus yang benar
namun tidak mencari nilai panjang dan lebar terlebih dahulu dengan menggunakan rumus
keliling. Siswa tidak dapat menjawab dengan lengkap, siswa hanya menjabarkan jawaban apa
yang diketahui dari permasalahan soal dan tidak lengkap sehingga tidak dapat ditemukan
kebenaran hasil jawabannya. Hal ini selaras dengan hasil penelitian Adni, Nurfauziah, dan
Rohaeti (2018) bahwa siswa masih belum mengerti konsep dari soal, siswa lebih cenderung
mengerjakan hanya melihat soal secara umum dan tidak dianalisis dahulu, siswa masih
kesulitan untuk memahami soal dan masih bingung dalam memaknai permasalahan pada soal,
dan tidak dapat memilih konsep yang harus digunakan dalam menyelesaikan soal terkait
konsep luas dan keliling
2. Indikator Menggunakan Matematika Dalam Mata Pelajaran Lain.

Gambar 3. Hasil jawaban benar untuk indikator


menggunaan matematika dalam mata pelajaran lain
Pada indikator 2 soal nomor 2 siswa diharapkan dapat menggunakan matematika pada
mata pelajaran lain untuk menyelesaikan permasalahan yang ada pada soal. Menurut
Meylinda, Surya (2017) koneksi matematika adalah keterkaitan antar matematika dengan
6
M.Adhityo Oktamajaya, Misdalina, Tika Dwi Nopriyanti.

disiplin ilmu lain. Bila siswa dapat mengaitkan ide-ide matematis dengan mata pelajaran lain,
maka pemahaman siswa akan menjadi lebih dalam dan bertahan lama. Berlandaskan gambar 3
terlihat bahwa dalam menyelesaikan soal nomor 2, siswa dapat menerjemahkan pertanyaan
dengan baik. Siswa paham dengan maksud soal sehingga dapat mengetahui apa yang
diketahui, apa yang ditanyakan dan bagaimana menyelesaikan soal tersebut. Hal ini terbukti
dengan siswa mengerjakan soal dengan runtut jelas dan sistematis sehingga memperoleh skor
5. Siswa memahami soal dengan baik sehingga dapat mencari hubungan matematika dalam
pelajaran lain yaitu rumus kecepatan, jarak dan waktu untuk mencari jarak anatara kota A ke
kota B, sehingga apa yang ditanyakan pada soal dapat ditemukan hasil permasalahannya. Jadi,
dapat disimpulkan siswa mampu menjawab pertanyaan dengan benar menggunakan
hubungan rumus mata pelajaran lain.

Gambar 4. Hasil jawaban salah untuk indikator


menggunaan matematika dalam mata pelajaran lain
Berdasarkan gambar 4 siswa tidak dapat menerjemahkan pertanyaan dengan baik
sehingga siswa tersebut tidak dapat memahami hubungan antara soal yang diberikan dengan
konsep mata pelajaran lain. Dari jawaban diatas, terlihat siswa kesulitan dalam mencari rumus
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan soal, siswa tersebut hanya menuliskan
apa yang diketahui dari soal, sehingga siswa tersebut tidak dapat menemukan hasil
jawabannya, dikarenakan siswa tersebut tidak dapat mengingat rumus yang akan digunakan
untuk menjawab permaslahan yang berbentuk mata pelajaran lain dalam ilmu fisika. Meylinda,
Surya (2017) menunjukkan bahwa matematika sebagai suatu disiplin ilmu, selain dapat
berguna untuk pengembangan disiplin yang lain, juga dapat berguna untuk menyelesaikan
suatu permasalahan yang berkaitan dengan bidang studi fisika pada permasalahan yang
berkaitan dengan gerak parabola. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh
Widyawati, Septian, dan Inayah (2020) bahwa siswa tidak mampu untuk mengidentifikasikan
unsur-unsur yang diketahui dan yang ditanyakan pada permasalahan soal sehingga siswa
melakukan kesalahan konseptual, kebanyakan siswa tidak dapat menggunakan matematika
yang dikaitkan dengan mata pelajaran lain seperti fisika, kimia dan bidang lainnya.

3. Indikator Menggunakan Matematika Dalam Kehidupan Sehari-hari.

7
M.Adhityo Oktamajaya, Misdalina, Tika Dwi Nopriyanti.

Gambar 5. Hasil jawaban benar untuk indikator


menggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari
Pada indikator 3 soal nomor 3 siswa diharapkan dapat menggunakan matematika
dalam kehidupan sehari-hari untuk menyelesaikan permasalahan yang ada pada soal. Menurut
Maisyarah, Surya (2017) kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan untuk
mengaitkan antara konsep-konsep matematika secara eksternal, yaitu matematika dengan
kehidupan sehari-hari. Berdasarkan gambar 5 siswa dapat memahami pertanyaan soal dengan
baik, siswa tersebut dapat menuliskan langkah-langkah serta jawaban dengan benar
menggunakan rumus yang sesuai. Pada soal 3 siswa dapat mencari permisalan panjang dan
lebar menjadi variabel x sehingga dapat mencari keliling persegi panjang kolam dengan tepat.
Setelah mendapatkan hasil keliling persegi panjang, siswa mencari nilai panjang dan lebar
dengan mengganti persamaan x menjadi nilai panjang dan lebar kolam dengan tepat, sehingga
mendapatkan hasil dari ukuran panjang dan lebar kolam.

Gambar 6. Hasil jawaban salah untuk indikator


menggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari
Berdasarkan data yang diperoleh pada soal nomer 3 indikator 3 ada beberapa siswa
yang menjawab benar dan ada beberapa siswa yang menjawab kurang tepat. Dari hasil jawab
siswa pada gambar 6, siswa tersebut kurang memahami permasalahan pada soal sehingga pada
saat menjabarkan jawabannya kurang lengkap. Siswa hanya menjawab keliling dan tidak
menyelesaikan permasalahan soal, sehingga ukuran panjang dan lebar kolam tidak ditemukan
hasil. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Nuryatin dan Zanthy (2018) bahwa
siswa hanya dapat menerapkan ide-ide matematis yaitu mendeskripsikan apa yang diketahui
dan ditanyakan pada permasalahan soal, siswa terkadang kurang teliti dan kurang paham
dengan apa yang dikerjakannya bahwa siswa masih melakukan kesalahan konseptual dan
sebelum menyelesaikan soal seharusnya siswa mengidentifikasi konsep dasar terlebih dahulu
kemudian mengidentifikasi hubungan konsep panjang dan lebar untuk mencari keliling kolam.
8
M.Adhityo Oktamajaya, Misdalina, Tika Dwi Nopriyanti.

4. Indikator memahami representasi ekuivalen konsep yang sama

Gambar 7. Hasil jawaban benar untuk indikator memahami


representasi ekuivalen konsep yang sama
Berlandaskan jawaban siswa pada gambar 7 diatas merupakan salah satu siswa yang
menjawab dengan benar, siswa tersebut dapat memahami representasi ekuivalen konsep yang
sama. Widarti (2013) menyatakan bahwa pada kemampuan representasi, siswa
mempresentasikan hasilnya baik dalam bentuk grafik, tabel, diagram, gambar, rumus, dan
materi yang konkrit. Representasi konsep yakni menjelaskan secara ulang sebuah konsep.
Terlihat siswa mengulang konsep pertidaksamaan untuk mencari himpunan penyelesaian
bilangan asli, siswa mencari penyelesaian dari pertidaksamaan dengan mencari nilai x
sehingga didapat hasil himpunan penyelesaiannya.

Gambar 8. Hasil jawaban salah untuk indikator memahami


representasi ekuivalen konsep yang sama
Hasil jawaban siswa pada gambar 8 diatas merupakan jawaban yang kurang lengkap,
siswa tersebut menjabarkan penyelesaian dari pertidaksamaan 15−2 x >10 dengan tidak
lengkap. Nilai x yang didapat kurang tepat, seharusnya nilai x kurang dari bukan lebih dari
sehingga himpunan penyelesaiannya tidak ditemukan hasil. Selaras dengan penelitian
Nuryatin dan Zanthy (2018) bahwa siswa melakukan kesalahan dalam menyusun langkah-
langkah penyelesaian pada permasalahan soal sehingga siswa melakukan kesalahan
9
M.Adhityo Oktamajaya, Misdalina, Tika Dwi Nopriyanti.

prosedural, dan dilihat dari hasil jawaban bahwa siswa masih keliru dalam menyelesaikan soal
yang telah disajikan dikarenakan siswa kurang memahami materi.

Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, telah diperoleh kesimpulan rata-rata
persentase kemampuan koneksi matematis siswa dari keempat indikator yang meliputi :
Menggunakan hubungan antar topik matematika 64,66%, menggunakan matematika dalam
mata pelajaran lain 57,33%, menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari 52,66%,
memahami representasi ekuivalen konsep yang sama 60,66%. Secara keseluruhan kemampuan
koneksi matematis siswa pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel
termasuk dalam kategori rendah dengan nilai rata-rata persentase sebesar 58,83%. Dalam
penelitian ini siswa masih sulit menghubungkan materi yang mereka pelajari dengan materi
prasyarat yang sudah siswa kuasai.

Daftar Rujukan
Adni, D. N., Nurfauziah, P., & Rohaeti, E. E. (2018). Analisis Kemampuan Koneksi Matematis
Siswa SMP Ditinjau Dari Self Efficacy siswa. JPMI (Jurnal Pembelajaran Matematika
Inovatif), 1(5), 957-964.
Aspuri, A. (2019). Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP Dalam Menyelesaikan Soal
Cerita: Studi Kasus di SMP Negeri 3 Cibadak. JIPM (Jurnal Ilmiah Pendidikan
Matematika), 7(2), 124-131.
Hamzah, A. (2014). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Hasanah, H. (2017). Pembelajaran Mind Mapping Dalam Meningkatkan Motivasi Dan
Kemampuan Koneksi Matematis Siswa. Pasundan Journal of Mathematics Education Jurnal
Pendidikan Matematika, 7(1), 20-30.
Kenedi, A. K., Hendri, S., Ladiva, H. B., & Nelliarti, N. (2018). Kemampuan Koneksi Matematis
Siswa Sekolah Dasar Dalam Memecahkan Masalah Matematika. Numeracy Journal, 5(2),
226-235.
Isnaeni, S., Ansori, A., Akbar, P., & Bernard, M. (2019). Analisis Kemampuan Koneksi
Matematis Siswa Smp Pada Materi Persamaan Dan Pertidaksamaan Linear Satu
Variabel. Journal on Education, 1(2), 309-316.

Maisyarah, R., & Surya, E. (2017). Kemampuan Koneksi Matematis (Connecting Mathematics
Ability) Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika. ResearchGate, December.
Maryanasari, R., & Zhanty, L. S. (2018). Analisis Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMPA
dengan Pendekatan Model-Elictng Activities. Jurnal On Education , 01 (02).
Meylinda, D., & Surya, E. (2017). Kemampuan koneksi dalam pembelajaran matematika di
sekolah. Jurnal Pendidikan Matematika.
Ni'mah, A. F., Setiawani, S., & Oktavianingtyas, E. (2017). Analisis Kemampuan Koneksi
Matematika Siswa Kelas IX A MTs Negeri 1 Jember Subpokok Bahasan Kubus dan
Balok. Jurnal Edukasi, 4(1), 30-33.

10
M.Adhityo Oktamajaya, Misdalina, Tika Dwi Nopriyanti.

Nopriyanti, T. D., & Retta, A. M. (2020). Pembelajaran Berbasis Reciprocal Teaching untuk
Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Matematika
RAFA.
Nugraha, A. A. (2018). Analisis koneksi matematis siswa pada materi SPLDV. Suska Journal of
Mathematics Education, 4(1), 59-64.
Nuryatin, S., & Zanthy, L. S. (2018). Analisis Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP
Dalam Menyelesaian Soal Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel.
Rohendi, D., & Dulpaja, J. (2013). Connected Mathematics Project (CMP) model based on
presentation media to the mathematical connection ability of junior high school
student. Journal of education and practice, 4(4).
Sugiyono.(2016). Metode Penelitian Pendidikan.Bandung:Alfabeta.
Warih S, P. D., Parta, I. N., & Rahardjo, S. (2016). Analisis kemampuan koneksi matematis siswa
kelas VIII pada materi teorema Pythagoras.
Widarti, A. (2013). Kemampuan koneksi matematis dalam menyelesaikan masalah kontekstual
ditinjau dari kemampuan matematis siswa. Skripsi. Jombang. STKIP PGRI Jombang.

11

Anda mungkin juga menyukai