GERAKAN
MASYARAKAT
HIDUP SEHAT
2017
Diterbitkan oleh:
Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementerian PPN/Bappenas
Jalan Taman Suropati No 2,
Jakarta Pusat 10310
GERAKAN
MASYARAKAT
HIDUP SEHAT
2017
TIM PENYUSUN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ix
BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
BAB IV PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41
v
vi
KATA PENGANTAR
Sejalan dengan arah kebijakan RPJMN 2015-2019, upaya promotif dan preventif
merupakan intervensi kunci untuk mencegah peningkatan kematian dan kesakitan
akibat penyakit menular dan tidak menular. Pemerintah melalui Instruksi Presiden
(Inpres) Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas)
berupaya menggerakkan seluruh komponen bangsa untuk berkontribusi dan
bersinergi dalam mendorong perilaku hidup sehat masyarakat. Upaya tersebut
difokuskan pada peningkatan aktivitas fisik, peningkatan perilaku hidup
sehat, penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi, peningkatan
pencegahan dan deteksi dini penyakit, peningkatan kualitas lingkungan, dan
peningkatan edukasi hidup sehat.
vii
serta memberikan sumbangan pemikiran dan saran dalam penyusunan laporan
ini. Kami berharap laporan ini dapat menjadi bahan masukan upaya perbaikan
pelaksanaan Germas ke depan.
viii
TIM PENYUSUN
ix
x
DAFTAR GAMBAR
xi
Gambar 17 Penerapan Germas di PT. Nutrifood . . . . . . . . . . . . . . 30
xii
RINGKASAN EKSEKUTIF
xiii
kegiatan lainnya. Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menyelenggarakan olahraga
wisata, sedangkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaksanakan sosialisasi
gemar beraktivitas fisik dengan melibatkan masyarakat.
Edukasi dan perilaku hidup sehat dilaksanakan melalui advokasi di pusat dan
daerah oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen PANRB), dan Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT). Selain melalui
advokasi, edukasi dan perilaku hidup sehat pun dilakukan melalui diseminasi
informasi melalui berbagai media yang dimotori oleh Kementerian Komunikasi dan
Informatika (Kemenkominfo), Kemenkes, Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) dan juga pemerintah daerah. Berbagai
bentuk bantuan dan dukungan diberikan oleh Kemendikbud dan Kemenag untuk
mendukung dan optimalisasi pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) untuk
mewujudkan perilaku hidup sehat di sekolah. Sementara itu, penerapan kebijakan
xiv
kawasan tanpa rokok (KTR) merupakan upaya untuk melindungi para perokok
pasif dari bahaya asap rokok dan juga mencegah perilaku merokok pada penduduk
usia muda. Penerapannya dilaksanakan secara luas di berbagai institusi dengan
dukungan Kemendikbud, Kemenag, Kemenkes, Kemenristekdikti, Kemenaker,
Kementerian Keuangan (Kemenkeu), dan juga tentunya pemerintah daerah sesuai
dengan kewenangan masing-masing.
Fokus kegiatan ini adalah untuk memastikan setiap individu sejak bayi sampai
usia lanjut dapat mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi seimbang.
Bentuk kegiatan yang dilaksanakan antara lain melalui pemberian air susu ibu
(ASI) secara eksklusif sampai bayi berusia enam bulan, pembudayaan konsumsi
pangan sehat, dan pengawasan keamanan pangan, termasuk kemananan pangan di
sekolah. Kemenkes telah melakukan kegiatan pekan ASI sedunia, penyebarluasan
informasi dan pelatihan/konseling terkait ASI eksklusif. Bagi ibu yang bekerja untuk
memastikan mereka tetap memberikan ASI eksklusif pada bayinya, Kemenaker
mendorong agar perusahaan memiliki ruangan khusus untuk menyusui.
xv
bimbingan pada industri. Sementara itu, peningkatan keamanan pangan di sekolah
dilakukan oleh Kemendikbud bekerja sama dengan BPOM.
Deteksi dini penyakit yang sudah dilakukan secara aktif adalah deteksi dini penyakit
kanker payudara dan leher rahim dan juga pemeriksaan kesehatan berkala.
Beberapa kementerian/Lembaga seperti Kemenkes, Kemenaker, Kementerian
Pertahanan (Kemenhan/TNI), dan juga Kepolisian RI (POLRI) sudah berperan
aktif dalam program deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim. BPJS
Kesehatan juga telah memfasilitasi pemeriksaan deteksi dini kanker payudara dan
leher rahim bagi perempuan peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Kemenhan/
TNI dan POLRI juga turut aktif dalam penyuluhan kesehatan dan vaksinasi bagi
para anggotanya. Kemen PPPA juga turut ambil bagian dengan melakukan kegiatan
promosi terutama untuk perempuan dalam hal pencegahan penyakit dan upaya
deteksi dini faktor risiko PTM.
xvi
Berdasarkan hasil evaluasi, tantangan-tantangan dalam pelaksanaan Germas di
antaranya (1) publikasi dan sosialisasi Germas masih belum optimal; (2) koordinasi
antar-pemangku kepentingan masih belum efektif; (3) belum seluruh provinsi
dan kabupaten/kota menetapkan kebijakan Germas; (4) belum seluruh kepala
daerah memiliki pemahaman dan komitmen yang tinggi terhadap Germas; (5)
Germas belum tersosialisasi secara efektif sampai tingkat akar rumput; (6) masih
ada persepsi bahwa Germas hanya urusan kesehatan sehingga peran lintas sektor
lainnya belum optimal; dan (7) skala kegiatan Germas yang masih terbatas karena
terkendala keterbatasan pendanaan.
xvii
xviii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Selain melalui penetapan Inpres Nomor 1 Tahun 2017, untuk memastikan perencanaan
dan penganggaran kegiatan yang mendukung Germas oleh Kementerian/Lembaga
(K/L), pemerintah telah memprioritaskan Penguatan Promotif dan Preventif:
“Gerakan Masyarakat Hidup Sehat” sebagai salah satu program prioritas dari
02
Prioritas Nasional Kesehatan pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017
yang ditetapkan dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 45 Tahun 2016.
Dalam RKP 2017, kegiatan prioritas yang mendukung Germas mencakup advokasi
regulasi Germas, kampanye hidup sehat, konsumsi pangan sehat, lingkungan sehat,
pencegahan penyakit dan deteksi dini, aktivitas fisik dan konektivitas antarmoda
transportasi, kawasan tanpa rokok, narkoba dan minuman keras, serta penurunan
stress dan keselamatan berkendara. Ruang lingkup tersebut lebih luas dari apa
yang tercantum pada Inpres Nomor 1 Tahun 2017. Hal ini disebabkan karena RKP
2017 ditetapkan sebelum Inpres Germas keluar. Selain kegiatan yang tercantum
dalam RKP, K/L melakukan optimalisasi terhadap kegiatan eksisting yang sudah
dianggarkan di tahun 2017 untuk melaksanakan amanat/penugasan Inpres Germas.
PENGUATAN
Kawasan tanpa UPAYA PROMOTIF
BPOM, KKP,
Kemenkes, rokok, narkoba DAN PREVENTIF Konsumsi
7 3 Kementars,
Kemenkeu dan minuman “GERAKAN pangan sehat
Kemenkes
keras MASYARAKAT HIDUP
SEHAT”
Aktivitas fisik
dan konektivitas
Lingkungan sehat
antarmoda
transportasi
6 Pencegahan 4
Kemenkes, Kemenpora, penyakit dan Kemenkes, Kemen 03
Kemenpar, Kemen BUMN deteksi dini LHK, Kemen PUPR,
Kemenpar
BAB I PENDAHULUAN
memperoleh informasi perkembangan pelaksanaan Germas di daerah juga telah
dilaksanakan pada tanggal 6 September 2018 (regional barat) dan tanggal 20
September 2018 (regional tengah dan timur) yang dihadiri oleh perwakilan K/L,
organisasi perangkat daerah (OPD) dari 34 provinsi, dan pemangku kepentingan
terkait.
PERILAKU SEHAT
Kemendagri, Kemendikbud, Kemenag, Kemenristek Dikti, Kemenkeu, Kemenkes,
Kemenaker, Kemendag K/L lain yang terkait, Pemda, Pemangku Kepentingan lainnya
06
Dalam upaya mewujudkan Germas, kampanye dan upaya peningkatan aktivitas fisik
masyarakat dilakukan secara lintas sektor. Terdapat 10 K/L yang memiliki kegiatan
untuk mendorong dan memfasilitasi masyarakat beraktivitas fisik secara aktif dan
berolahraga secara rutin, yaitu Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora),
Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Kementerian Kesehatan (Kemenkes),
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kementerian Agama
(Kemenag), Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti),
Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (Kemen PUPR), Kementerian Badan Usaha Milik Negara (Kemen
BUMN), dan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker). Kegiatan pembudayaan
aktivitas fisik ini dilaksanakan secara luas baik di institusi pendidikan, instansi
pemerintah, perusahaan, lingkungan pemukiman, dan destinasi wisata.
Tidak hanya pada institusi pendidikan dasar dan menengah, upaya peningkatan
aktivitas fisik juga dilaksanakan di tingkat Perguruan Tinggi (PT) melalui fasilitasi
Kemenristekdikti. Sampai saat ini, sebanyak 97 PT sudah memiliki sarana prasarana
khusus untuk olahraga, seperti gedung gymnasium, stadion sepakbola, arena wall
climbing, dan kolam renang. Selain itu, juga terdapat ruang terbuka hijau untuk
memfasilitasi aktivitas fisik mahasiswa dan civitas academica. Untuk kompetisi
olahraga, beberapa PT juga sudah secara rutin menyelenggarakan perlombaan
olahraga antarfakultas maupun antarprogram studi, acara Dies Natalies, Pekan
Olah Raga Mahasiswa Nasional (POMNAS), kegiatan senam, dan sebagainya.
Sarana prasarana yang tidak kalah penting adalah ruang terbuka hijau (RTH) untuk
publik di perkotaan. Pada tahun 2017, Kemen PUPR telah melaksanakan Program
Pengembangan Kota Hijau (P2KH) di 15 lokasi dengan luas sebesar 30,5 ha, Program
RTH di 9 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), dan 7 lokasi Pos Lintas Batas
Negara (PLBN), dan Program Ruang Terbuka Publik di 66 lokasi. Tersedianya ruang
terbuka publik diharapkan dapat menarik minat dan memudahkan masyarakat
untuk beraktivitas fisik secara rutin.
12
Komitmen yang sama ditunjukkan oleh Wali Kota Makassar. Untuk mendukung
aktivitas fisik masyarakat, pemerintah memperluas dan meningkatkan kualitas
ruang terbuka hijau kota menuju target RTH 30 persen. Saat ini, Kota Makassar
memiliki 37 taman dengan luas keseluruhan 53.364,7 m2. Kegiatan lain untuk
memasyarakatkan olahraga di Kota Makassar antara lain car free day rutin
dan Senam Lorong untuk menggerakkan senam jantung sehat di lorong-lorong
pemukiman padat penduduk.
BOX 1
FORMI
Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) sebagai
induk dari organisasi olahraga rekreasi yang tumbuh dan berkembang di
masyarakat, baik tingkat nasional maupun daerah, menjadi mitra strategis
dari pemerintah dan masyarakat dalam mendorong, menggerakkan
pembinaan, dan pengembangan olahraga rekreasi. Potensi FORMI
dengan jejaringnya yang luas mulai tingkat provinsi sampai kabupaten/
kota dan kecamatan dapat diberdayakan untuk mendukung Germas agar
tujuan peningkatan aktivitas fisik dan olahraga masyarakat dapat segera
diimplementasikan di tingkat akar rumput.
14
Di tingkat pusat, kegiatan untuk meningkatkan edukasi dan perilaku hidup sehat
dilaksanakan oleh 13 K/L termasuk Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi (Kemen PANRB), Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri),
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Kemenkes, Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT),
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Kemendikbud,
Kemenag, Kemenristekdikti, Kemenaker, Kementerian Keuangan (Kemenkeu),
Badan Narkotika Nasional (BNN), dan Kementerian Sosial (Kemensos).
15
Seluruh provinsi telah teradvokasi mengenai Inpres Germas dan berdasarkan hasil
pemantauan Kementerian Dalam Negeri sampai dengan Juli 2018 terhadap 30
provinsi, penetapan regulasi terkait pelaksanaan Germas di daerah adalah sebagai
berikut:
(a) 13 Provinsi menetapkan Peraturan Gubernur (Sumatera Selatan, Lampung, DI
Yogyakarta, Jawa Tengah, NTB, Sulawesi Utara, Gorontalo, Riau, Bali, Kalimantan
Timur, Jambi, Kalimantan Selatan, dan Jawa Timur);
(b) 7 provinsi menetapkan Surat Edaran (Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat, Kep.
Bangka Belitung, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, dan
Bengkulu);
(c) 4 provinsi menetapkan Instruksi Gubernur (Maluku, DKI Jakarta, Jawa Barat,
dan Kepulauan Riau);
(d) 2 provinsi menetapkan Keputusan Gubernur (Sulawesi Barat dan Sulawesi
Tengah); dan
(e) 4 provinsi (Aceh, Papua Barat, Kalimantan Utara, dan Banten) masih dalam
proses penyusunan kebijakan.
Edukasi hidup sehat tidak terlepas dari peran upaya kesehatan berbasis masyarakat
(UKBM) dalam menyebarluaskan informasi kesehatan kepada masyarakat. Upaya
untuk meningkatkan efektivitas UKBM dalam promotif dan preventif kesehatan
termasuk pendidikan kesehatan antara lain dilakukan melalui Posyandu aktif
(Posyandu yang mampu melaksanakan kegiatan pelayanan secara rutin setiap
bulan). Sampai dengan akhir 2017, sebanyak 57 persen Posyandu terkategori
Diseminasi informasi hidup sehat juga dilakukan oleh BKKBN untuk topik
khusus terkait kesehatan reproduksi dan perencanaan kehidupan berkeluarga.
Sampai dengan Desember 2017, sebanyak 28.863 kelompok kegiatan (poktan)
mendapatkan promosi dan konseling kesehatan reproduksi dan 24.173 fasilitas
kesehatan melakukan kegiatan promosi dan konseling kesehatan reproduksi dan
hak-hak reproduksi. Capaian tersebut didudukung pengembangan promosi dan
konseling kesehatan reproduksi sesuai kearifan budaya lokal dan penyediaan
materi promosi dan konseling kesehatan reproduksi di poktan.
20
Sumber: Pemprov Jawa Timur, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur, 2018
Gambar 13 Kondisi UKS di SD, SMP, SMA, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan
Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PKLK)
21
Upaya lain yang dilakukan oleh Kemendikbud dan Kemenag adalah penerapan
kawasan tanpa rokok (KTR) di lingkungan sekolah/madrasah untuk mencegah
perilaku merokok pada usia muda. Dukungan regulasi penerapan KTR sudah
cukup memadai dengan diterbitkannya Permendikbud No. 64 tahun 2015 tentang
Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah dan Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kemenag
tentang Penerapan Kawasan Tanpa Rokok di Tempat Belajar Mengajar. Regulasi
mengatur pelarangan merokok, penjualan rokok, dan sponsor dari perusahaan
rokok. Sesuai regulasi tersebut, KTR diterapkan di seluruh sekolah/madrasah.
Namun, pemantauan dan evaluasi terhadap efektivitas pelaksanaan KTR di
22
BOX 2
24
Kebijakan cukai juga dilakukan dalam bentuk penegakan hukum yang lebih 25
intensif untuk meminimalkan jumlah peredaran rokok ilegal. Tingginya intensitas
penindakan yang dilakukan Direktur Jenderal Bea dan Cukai berhasil menekan
pertumbuhan jumlah rokok ilegal di 2016, bahkan di tahun 2017, angka rokok ilegal
turun menjadi 10,8 persen.
Gambar 16. Buku Seri Edukasi Pengasuhan 1000 HPK untuk Orangtua
BOX 3 29
30
31
Sumber: KKP, 2018
Dalam mendorong konsumsi buah dan sayur pada tingkat rumah tangga, Kementan
melaksanakan kegiatan pemanfaatan pekarangan sebagai sumber pangan dan gizi
keluarga atau yang dikenal dengan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Pada
tahun 2017, kegiatan ini telah dilakukan di 1.690 desa. Dukungan yang diberikan
antara lain meliputi pembangunan kebun bibit, kebun percontohan, pengembangan
lahan pekarangan anggota, dan pendampingan.
Bazar buah dan sayur di Kaltara Bazar buah dan sayur di Kalsel
33
Lomba mewarnai buah dan sayur di Sumsel Snack buah dan sayur pada saat rapat di Sumsel
Sumber: Pemprov Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, dan Sumatera Selatan, 2018
Jika KKP dan Kementan mengawasi pangan segar, pengawasan pangan olahan
menjadi tugas dari Badan POM antara lain melalui intervensi keamanan pangan ke
desa (desa pangan aman) dan ke pasar (pasar aman dari bahan berbahaya). Pada
tahun 2017, intervensi dilakukan kepada 100 desa di 32 provinsi dengan kegiatan
meliputi advokasi, pelatihan keamanan pangan kepada 1.450 kader keamanan
pangan desa (ibu PKK, guru, pramuka, dan karang taruna), bimbingan teknis
keamanan pangan kepada 5.246 komunitas desa oleh kader terlatih, dan fasilitasi
34
keamanan pangan di sarana produksi pangan yang dimiliki komunitas. Untuk pasar
aman dari bahan berbahaya, intervensi dilakukan kepada 139 pasar di 31 provinsi
dan 10 pasar di destinasi wisata. Kegiatan yang dilakukan antara lain pemberian
rapid test kit (pengawet dan pewarna makanan) kepada petugas pengawas di 141
pasar dan 43 paket untuk anggota ASPARINDO, advokasi kepada 45 pemerintah
kabupaten/kota, bimbingan teknis pengujian kepada petugas dari 41 pasar,
penyuluhan kepada komunitas, training of trainer untuk 149 fasilitator pasar aman,
dan monitoring dan evaluasi pasar aman. Data menunjukkan persentase pangan
yang tidak memenuhi syarat adalah sebesar 6 persen pada tahun 2017.
Upaya yang tidak kalah penting dilakukan oleh Kemendag melalui pengawasan
bahan berbahaya seperti pengawet dan pewarna sejak dari hulu yaitu perizinan
dan distribusi. Kemendag melalui Direktorat Tertib Niaga melakukan pengawasan
terhadap 49 pelaku usaha di 13 daerah. Dari hasil pengawasan, enam pelaku usaha
diberikan surat peringatan, lima diberikan pembinaan, 10 dilakukan pengamanan
setempat, enam membuat surat pernyataan, dan enam dilakukan pemanggilan.
Tantangan yang dihadapi dalam penyediaan pangan sehat dan perbaikan gizi
antara lain (a) komitmen K/L dan perusahaan untuk mendukung ASI eksklusif bagi
ibu pekerja yang masih perlu ditingkatkan termasuk dalam menyediakan sarana
prasarananya; (b) produksi materi/storyboard untuk penyebarluasan informasi
mengenai pola makan sehat dan bergizi seimbang yang tepat, menarik, dan mudah
dimengerti; (c) kebun bibit dan pekarangan anggota belum dimanfaatkan secara
optimal pada kegiatan KRPL; (d) cakupan wilayah pengawasan yang cukup luas
dan beragamnya jenis pangan yang harus diawasi; (e) rendahnya pengetahuan dan
keterampilan produsen untuk memproduksi pangan yang aman dan bermutu; (f)
keterbatasan jumlah dan kapasitas SDM pengawas; (g) koordinasi pengawasan
antara KKP, Kementan, Kemendag, BPOM, PD Pasar Jaya, YLKI, dan mitra lain perlu
ditingkatkan; (h) kemandirian masyarakat desa untuk implementasi keamanan
pangan; (i) terbatasnya replikasi kegiatan pasar aman secara mandiri oleh
Dinas yang membawahi pasar maupun oleh swasta; (j) ketersediaan fortifikan
dalam negeri dan belum adanya kajian dampak pemberian fortifikan vitamin
Untuk menjangkau masyarakat yang lebih luas, pemeriksaan rutin kanker payudara
dan kanker leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun pada tahun 2017 juga
dilakukan di tingkat Puskesmas. Sampai dengan akhir tahun 2017, sebanyak 2.616
Puskesmas telah melakukan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim secara
rutin dengan capaian sebanyak 3.040.116 perempuan (baru sekitar 8 persen dari
total perempuan usia 30-50 tahun). Hal ini menunjukkan perlunya upaya yang 37
lebih intensif untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk
melakukan deteksi dini.
BPJS Kesehatan juga telah memfasilitasi pemeriksaan deteksi dini kanker payudara
dan leher rahim bagi perempuan peserta JKN yang sudah pernah menikah dengan
metode Sadanis, tes IVA, dan pap smear. Pelaksanaan skrining IVA mencapai
238.010 peserta sementara pap smear mencapai 315.835 peserta. Hasil pemeriksaan
IVA positif dapat ditindaklanjuti dengan krioterapi di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP). Sementara hasil pemeriksaan Pap Smear stadium 1, 2, 3, atau 4
dilakukan pemeriksaan lanjutan di FKTP untuk dirujuk ke Fasilitas Kesehatan
Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) sesuai indikasi medis.
Kegiatan deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim juga dilakukan oleh
Kemenaker bekerja sama dengan OASE terhadap pekerja perempuan di PT. Bina
Busana Internusa dan PT. Sai Apparel Industries di Provinsi Jawa Tengah dengan
peserta sekitar 4.000 karyawati. Hasil pemeriksaan tersebut selanjutnya perlu
dikoordinasikan dengan Dinas Kesehatan setempat untuk penanganan lebih lanjut.
Kegiatan deteksi dini yang dilakukan Kemenaker cakupannya masih sangat terbatas,
ke depan diperlukan upaya untuk mendorong perusahaan melakukan deteksi dini
bagi pekerjanya secara mandiri dengan bekerja sama dengan Puskesmas setempat.
Penyuluhan Kesehatan
Untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat, terutama perempuan
akan pentingnya pencegahan penyakit, Kemen PPPA melakukan kegiatan promosi
untuk mengerakkan partisipasi kaum perempuan dalam upaya deteksi dini faktor
39
risiko PTM. Promosi dilakukan dalam bentuk penyebarluasan buku KIE tentang
peran perempuan dalam penanggulangan PTM dan penayangan video penyakit
tidak menular di media elektronik salah satunya di Commuter Line. Selain Kemen
PPPA, Kemenhan/TNI melaksanakan penyuluhan kesehatan di Kesatuan Jajaran
TNI yang dihadiri oleh 48.855 orang. Sementara itu, Pusdokkes POLRI, Biddokkes
POLDA, Pusat Pendidikan Administrasi Polri dan Pusat Pendidikan Inteligen Polri
juga telah melaksanakan penyuluhan penyakit degeneratif seperti hipertensi,
hiperkolesterolemia, penyakit jantung koroner, dan diabetes melitus kepada 21.307
personel.
Vaksinasi
Selain kegiatan yang diamanatkan dalam Inpres Germas, Kemenhan/TNI juga
menyelenggarakan vaksinasi Hepatitis B untuk anggota Pasukan Pengamanan
Presiden (Paspampres) TNI sebanyak 400 orang, Komando Pembina Doktrin,
Pendidikan dan Latihan (Kodiklat) TNI sebanyak 320 orang, dan Komando
Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) sebanyak 300 orang. POLRI
melaksanakan kegiatan vaksinasi Hepatitis B untuk 5.167 orang, vaksinasi Difteri
untuk 6.200 orang, vaksinasi influenza untuk 4.740 orang, vaksinasi Tetanus untuk
2.551 orang, vaksinasi Thypoid untuk 2.096 orang, dan vaksinasi Rabies untuk 152
orang.
Selain itu, Kemen PUPR juga melakukan perluasan SPAM jaringan perpipaan di
kawasan strategis melalui pembangunan jaringan perpipaan untuk memanfaatkan
kapasitas yang belum termanfaatkan (idle capacity) dari SPAM yang sudah
terbangun. Kegiatan ini dilaksanakan di 10 kawasan pusat olahraga di Gelora Bung
Karno dan Kemayoran (DKI Jakarta) dan kawasan RSUD di Kabupaten Bengkulu
Selatan, Kota Bengkulu, Kabupaten Rejang Lebong (Bengkulu), Kabupaten
Tangerang (Banten), Kabupaten Tolitoli (Sulawesi Tengah), Kota Kupang (NTT),
Kabupaten Merauke, Kabupaten Nabire, dan Kota Jayapura (Papua). Sementara
terkait akses sanitasi layak, Kemen PUPR melalui kegiatan SANIMAS melaksanakan
pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal, tangki septik
individual, kombinasi tangki septik individual, dan komunal di 120 lokasi di 110
kabupaten/kota dengan penerima manfaat mencakup 32.825 kepala keluarga atau
sekitar 131.300 jiwa.
Penyediaan akses air bersih dan sanitasi layak di atas tidaklah cukup, diperlukan
upaya untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk 41
berperilaku hidup bersih dan sehat. Pada tahun 2017, Kemenkes telah melaksanakan
sosialisasi lima pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yaitu (1) Stop
Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS); (2) Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS);
(3) Pengelolaan Air Minum-Makanan Rumah Tangga (PAMM RT); (4) Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga (PS RT); dan (5) Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga
(PLC RT). Penggalangan komitmen pemerintah daerah untuk melaksanakan 5 pilar
STBM dilakukan pada saat sosialisasi Germas bersama TA Komisi IX di 133 lokasi di
23 provinsi.
Fasilitasi penyediaan sarana akses air bersih dan sanitasi juga dilakukan oleh
Kemensos dengan fokus sasaran kepada masyarakat fakir miskin. Program yang
dikenal dengan nama sarana lingkungan (sarling) merupakan pemberian bantuan
42 untuk perbaikan sarana mandi cuci dan kakus (MCK), jalan setapak, bak sampah,
saluran air, sarana air bersih, pos keamanan kelililing (Poskamling), dan sarana
pertemuan warga. Pada tahun 2017, sebanyak 37 kelompok masyarakat telah
mendapatkan bantuan program sarling. Selain program sarling, Kemensos juga
telah melakukan rehabilitasi terhadap 1.730 unit rumah tidak layak huni melalui
Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH). Jenis bantuan
yang diberikan meliputi perbaikan atap rumah, lantai, dinding, dan MCK dengan
nilai bantuan sebesar Rp15 juta per kepala keluarga dan pelaksanaannya dilakukan
secara bergotong-royong oleh warga.
Fasilitas umum lain yang tidak kalah penting untuk ditingkatkan kualitas
lingkungannya adalah rumah ibadah. Kemenag telah memfasilitasi kegiatan rumah
ibadah sehat di 416 lokasi rumah ibadah. Kegiatan yang dilaksanakan berupa
pemberian bantuan pembangunan/perbaikan dan operasional masjid dan musala.
Selain itu memfasilitasi kegiatan rumah ibadah sehat 203 lokasi pura dengan
kegiatan perbaikan saluran pembuangan air, tempat pembuangan sampah, dan
toilet.
Selanjutnya, Kemenpar juga memiliki Gerakan Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona
yang ditujukan untuk menumbuhkan kesadaran, meningkatkan peran serta dan
menggalang sikap dan perilaku masyarakat untuk menjadi tuan rumah yang baik
dalam mewujudkan destinasi wisata yang aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah,
dan kenangan. Kegiatan yang dilakukan meliputi sosialisasi Sadar Wisata dan Aksi
Sapta Pesona, sosialisasi pengelolaan toilet bersih dan sampah, dan pelaksanaan
Gerakan Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona di 71 lokasi dengan sasaran sebanyak
20.350 orang perwakilan dari Dinas Pariwisata, camat, kepala desa, OPD terkait,
pelaku pariwisata/asosiasi pariwisata, pengelola daya tarik wisata, kelompok sadar
wisata, aparat kepolisian, dan tokoh masyarakat.
Selain itu, Kemen LHK juga mendorong penghapusan penggunaan merkuri pada
pengolahan emas skala kecil melalui pembangunan fasilitas/teknologi pengolahan
emas nonmerkuri di Kabupaten Lebak. Dengan demikian, dampak negatif
penggunaan merkuri pada lingkungan dan kesehatan masyarakat dapat dicegah.
RENCANA TINDAK
LANJUT
Peningkatan
Lingkungan
Sehat
Penguatan
Upaya Promotif
dan Preventif
“Gerakan
Masyarakat Hidup
3 Sehat” 2
Peningkatan Peningkatan
Pemahaman Konsumsi
Hidup Sehat Pangan Sehat
48
PENUTUP
52
Bujjirao IG and Ratna Kumar PL. 2013. “Anti-obese therapeutics from medicinal
plants: a review.” Int J Bioassays, 2:1399-1406.
World Health Organisation. 2016. “Media centre: Obesity and Overweight.” Available
at http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/
World Health Organisation EMRO. 2018. “Health Promotion dan Disease Prevention.”
Available at http://www.emro.who.int/about-who/public-health-functions/
health-promotion-disease-prevention.html