LAPORAN
Disusun oleh :
NIS : 1163
Kelas : XII
LAPORAN TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :
ERIZA NATASYA
Mengetahui
Kepala Sekolah
SMK Negeri 1 Sale
i
Telah Dipertahankan di Hadapan Dewan Penguji dan Telah
Diterima Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Kompetensi
Keahlian Geologi Pertambangan Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 1 Sale
Hari : Senin
Tanggal : 6 April 2020
H. Bambang Susilo, ST
Ketua Penguji/Dudi
M. Zaenal Abidin, ST
Guru Penguji I
Nur Hidayah, ST
Guru Penguji II
Ika Repelita, ST
Guru Penguji II
Mengetahui
Kepala Sekolah
SMK Negeri 1 Sale
ii
KATA PENGANTAR
1. Bapak Bambang Susilo, S.T. selaku Penguji Eksternal dari PT. Sinar
Asia Fortuna (SAF)
2. Ibu Nur Hidayah, S.T. selaku Kepala Kompetensi Keahlian Geologi
Pertambangan dan penguji Internal
3. Bapak Ika Repelita, S.T. selaku Pembimbing dan Penguji Internal
4. Bapak Muhammad Zaenal Abidin, S.T. selaku Pembimbing dan
Penguji Internal
Saya menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Adapun
kekuranggan dari laporan ini, kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan
untuk perbaikan. Saya berharap laporan UKK Geologi Pertambangan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan pengalaman bagi penulis.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................I
KATA PENGANTAR.........................................................................................III
DAFTAR ISI........................................................................................................IV
DAFTAR TABEL................................................................................................VI
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................VII
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................IX
RINGKASAN........................................................................................................X
BAB I – PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan
.............................................................................................................................
2
1.3. Lokasi dan Kesampaian daerah
.............................................................................................................................
3
BAB II – DASAR TEORI
2.1. Pengertian Pemboran Inti (Coring).............................................................5
2.2. Tujuan dan Manfaat Pemboran Inti..............................................................5
2.3. Keunggulan dan Kekurangan Dari Contohh Inti Pemboran........................6
2.4. Macam- Macam Metode Pemboran Inti..............................................................6
2.5. Mesin Pemboran Inti................................................................................................ 11
2.6. Deskripsi Analisis Core............................................................................................ 12
2.7. Rock Mass Rating (RMR)........................................................................................ 14
2.7.1.Parameter RMR........................................................................................................ 14
2.8. RQD.................................................................................................................................. 14
2.9. Core Recovery............................................................................................................. 17
BAB III – METODELOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................18
iv
3.1.1. Tempat Penelitian............................................................................18
3.1.2. Waktu Penelitian..............................................................................18
3.2. Metode Penelitian......................................................................................18
3.3. Alat dan Bahan..........................................................................................30
3.4. Diagram Aliran..........................................................................................31
BAB IV – PENELITIAN
4.1. Deskripsi Analisis Core..............................................................................32
4.2. Hasil Perhitungan RQD..............................................................................35
4.3. Hasil Perhitungan Core Recovery..............................................................36
4.4. Hasil Perhitungan Kadar CaCO3.................................................................................
BAB V – PENUTUP
5.1. Kesimpulan.................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................38
LAMPIRAN.......................................................................................................
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
Gambar 3.17. Selang Isap......................................................................................27
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
RINGKASAN
1. Pemboran inti (coring) suatu usaha untuk mendapatkan contoh batuan (core)
dari formasi di bawah permukaan untuk dianalisa sifat fisik batuan secara
langsung. Sedangkan analisis core adalah kegiatan pengukuran sifat-sifat fisik
batuan yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data analisis geologi
bawah permukaan tanah (insitu testing) yang akan digunakan untuk analisis
geologi dengan melalui pengujian lapangan dan laboratorium.
2. Pada bidang geologi pertambangan, pemboran inti (Coring) dilakukan untuk
keperluan :
a. Pengambilan contoh tanah / batuan
b. Mengetahui urut - urutan perlapisan batuan
c. Mengetahui kedudukan atau formasi batuan
d. Menentukan kontak batuan
e. Memberikan informasi yang diperlukan untuk memperkirakan
besarnya fonase dan kadar endapan bijih.
f. Menguji hasil penyelidikan geofisika yang tertutup oleh lapisan yang
tebal
g. Untuk prospeksi bahan galian yang tertutup oleh lapisan penutup yang
tebal
h. Di daerah tambang dimana informasi geologi sedikit ditemukan, maka
lapisan batuan dapat ditentukan secara tebal dengan pemboran.
3. Pada prinsipnya ada dua metode coring yang umum dilakukan di lapangan :
- Bottom Hole Coring
- Sidewall Coring
A. Bottom Hole Coring
Yaitu cara pengambilan core yang dilakukan pada waktu pemboran
berlangsung. Pada metoda ini bottom hole coring mempergunakan core bit,
sejenis pahat yang ditengahnya terbuka dan mempunyai sejenis pemotong
pahat. Metode ini terdiri dari convensional drag bit coring, diamond bit
x
coring dan wire line coring.
B. Sidewall coring
Yaitu cara pengambilan core yang dilakukan setelah operasi pemboran
selesai atau pada waktu pemboran berhenti. Pengambilan core dengan
teknik sidewall coring pada dinding dari lubang bor.
4. Pada penelitian yang telah kami lakukan, proses coring di PT. SAF
menggunakan metode Bottom Hole Coring. Bottom hole coring yaitu cara
pengambilan core yang dilakukan pada waktu pemboran berlangsung. Pada
metoda ini bottom hole coring mempergunakan core bit, sejenis pahat yang
ditengahnya terbuka dan mempunyai sejenis pemotong pahat.
5. Pemboran pada PT. SAF ini merupakan pemboran pada lubang ke-9, dimana
kami mengamati hasil coring sampai pada ke meter 40. Dalam pengamatan ini
kami mendapat data- data mengenai pemboran yang diantaranya adalah :
- Batuan yang telah terambil dari pemboran inti diperoleh jenis batuan
yang berpori dan berkoral, mengandung soil, kalsit, dan untuk tingkat
kekerasannya lunak-agak keras.
- Dari pengamatan kami hasil perhitungan RQD-nya didapati perolehan
yaitu > 52%
- Sedangkan untuk perhitungan Core Recovery didapati hasil 37%-81%
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dalam kegiatan Uji Kompetensi Keahlian (UKK) ini kita melakukan
analisis terhadap sample core yang didapat dari hasil pemboran inti. Yang secara
definisi pemboran inti (Coring) adalah suatu usaha untuk mendapatkan contoh
batuan (core) dari batuan dibawah permukaan untuk dianalisa sifat fisik batuan
secara langsung. Sedangkan analisis core adalah kegiatan pengukuran sifat-sifat
fisik batuan yang dilakukan di laboratorium terhadap contoh batuan. Dengan
adanya hal tersebut, maka pekerjaan pemboran ini dilaksanakan dengan latar
belakang untuk memperoleh suatu data analisis geologi bawah permukaan tanah
(insitu testing) yang akan digunakan untuk analisa serta kepentingan analisa geologi
yang dibutuhkan. Analisa pada pemboran inti dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu melalui pengujian lapangan dan pengujian laboratorium. Untuk itu pada setiap
pemboran inti yang dilakukan diusahakan agar diperoleh contoh inti tanah (core
recovery) mencapai 100% core recovery merupakan presentasi tanah / batuan yang
diperoleh selama proses pengeboran. Untuk stratigrafi tanah yang diperoleh sangat
tergantung dari core recovery-nya. Untuk itu sangat jelas bahwa dengan
dilakukannya pemboran inti serta dilakukannya analisis terhadap hasil pemboran
inti sangat membantu dalam menginterpretasi dan analisis geologi bawah
permukaan tanah guna menunjang dalam kegiatan analisis geologi yang sedang
dilakukan.
2
berada pada koordinat 06°51’16” LS - 06°53’16” LS dan 111°31’24.28” BT -
111°32’35.72” BT dengan luas ± 2 X 2 Km.
Daerah penelitian dapat dicapai dari SMK Negeri 1 Sale dengan
menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Dari SMK Negeri 1 Sale
untuk dapat mencapai daerah penelitian dapat melewati Desa Wonokerto – Desa
Joho – Desa Mrayun – Desa Jinanten – Desa Gading – Desa Tahunan – Dukuh
Pancuran. Jarak tempuh daerah penelitian dari SMK Negeri 1 Sale adalah kurang
lebih 8 Km dengan lama perjalanan sekitar 20 menit.
3
Fisiografi Jawa Tengah dan Jawa Timur oleh van Bemmelen
(1949) dibagi berdasarkan kondisi litologi penyusun, pola struktur, dan
morfologi menjadi 7 zona fisiografi (Gambar 1.2.). Daerah pemetaan
termasuk dalam Jalur Fisiografi Zona Rembang,fisiografi Zona Rembang
meliputi pantai utara Jawa yang membentang dari Pati bagian selatan,
Rembang, Tuban ke arah timur melalui Lamongan, Gresik dan Pulau
Madura.
4
BAB II
DASAR TEORI
5
Secara garis besar tujuan dari pemboran inti yaitu untuk memperoleh data analisis
geologi bawah permukaan tanah ( insitu testing ) yang akan digunakan untuk dianalisa
analisis geologi dengan melalui pengujian lapangan dan laboratorium.
6
a. Convensional Drag Bit Coring
Adalah pengambilan sampel inti batuan secara utuh bersamaan dengan kegiatan
pemboran. Menggunakan bit khusus yang mempunyai lubang ditengah sebagai
pemotong batuan formasi
Peralatan Convensional Coring :
1. Core Bit
Merupakan pahat khusus yang akan memotong batuan berbentuk seperti
silinder. Jenis bit berpengaruh terhadap formasi yang ditembus.
2. Core Barrel
Sebagai wadah batuan core yang telah terpotong, fungsinya untuk menjaga
keutuhan core dan melindungi core dari kontaminasi “lumpur” tekanan / beban.
Barrel ini terletak di atas bit. Terdapat inner barrel dan outer barrel.
3. Core Catcher
Untuk menahan batuan core agar tidak merosot jauh ke dalam lubang sumur
ketika core telah terpotong.
4. Vent atau Float Valve
Berfungsi untuk melepaskan tekanan yang berlebih ke luar dari rangkaian drill
string. Agar batuan core tidak rusak atau berfungsi menahan aliran mud agar
tidak sampai ke dalam inner barrel.
5. Shock Absorber
Meredam hasil getaran dari pekerjaan coring agar inti batuan yang diambil
tidak rusak /pecah/terjadi fracture yang panjang.
6. Rotary Reamer
Digunakan untuk meperbesar lubang bor, dikarenakan ukuran diameter dari
outter barrel hampir sama dengan bit maka digunakan reamer untuk
menghindari sticking pada outter barrel.
Kelebihan Convensional Coring
- Tidak adanya kontaminasi yang besar yang bisa merusak core, karena
sirkulasi lumpur melewati annulus antara inner dan outter barrel.
- Biaya paling murah diantara metode yang lain.
- Di dapat diameter core yang besar 3-5 inchi dengan panjang 20-35 ft / bisa
disesuaikan.
7
Kekurangan Convensional Coring
- Pada saat akan dilakukan coring, drill string harus terlebih dahulu diangkat
ke permukaan dan peralatan harus terpasang sebelum dilakukan coring.
Dan ini tentunya menambah RIG time.
- Kegiatan drilling tidak dapat dilanjutkan selama peralatan coring yang
telah terpasang tidak diganti dengan peralatan drilling biasa.
- Tidak cocok pada well yang mempunyai sudut yang tajam / devition well.
b. Diamond Bit Coring
Keuntungan Diamond Bit Coring
- Umur bit lebih panjang
- Kemungkinan Pemotong sampai 90 ft core setiap running.
- Presentase perolehan core tinggi
- Diameter core besar
- Dapat disesuaikan untuk berbagai formasi
Kerugian Diamond Bit Coring
- Mahalnya bit dan core barrel
- Kondisi operasi yang layak dalam penggunaan metode ini
- Setiap akan mengambil core dari core barrel dilakukan round trip
- Membutuhkan operator yang mengetahui operasional diamond bit.
c. Wire Line Coring
Metode ini merupakan teknologi terbaru pada pengambilan batuan inti,
dengan menurunkan peralatan coring untuk mengambil sampel inti batuan tanpa
mengganti/mengangkat drill string, sehingga hasil core bisa diangkat ke
permukaan tanpa trip. Peralatan dari coring tools sebelumnya dipasang terlebih
dahulu. Metode ini juga di kenal coring wire drilling.
- Wireline retrievable coring bit
- Wireline retrievable coring
- Wireline cretiavable coring bit
Kelebihan wireline coring
- Mengurangi waktu trip time/seamless tripping,karena tidak perlu untuk
melakukan trip. Karena tool pada WRC di sisipkan pada bagian dalam drill
pipe.
- Dapat digunakan pada keadaan yang tidak terduga, terutama pada
perubahan pada lithologi batuan pada saat drilling berlangsung.
8
- Kekurangan wireline coring
- Karena menggunakan sistem wireline/kabel, maka pemilihan jenis wireline
sangat berpengaruh.
- Teknologi ini sangat mahal.
- Cutting yang dihasilkan kecil, sesui dengan diameter ID dari inner barrel
pada coring tool dan drillpipe.
Kekurangan Wireline coring
- Karena menggunakan sistem wireline/kabel, maka pemilihan jenis wireline
sangat berpengaruh.
- Teknologi ini sangat mahal
- Cutting yang dihasilkan kecil, sesuai dengan diameter ID dari inner barrel
pada coring tool dan drillpipe.
B. Sidewall coring
Yaitu cara pengambilan core yang dilakukan setelah operasi pemboran selesai
atau pada waktu pemboran berhenti. Pengambilan core dengan teknik sidewall coring
pada dinding dari lubang bor.
Pengeboran pada setiap lokasi akan dilaksanakan dengan distribusi dan kedalaman
yang disesuaikan dengan kondisi analisis geologinya. Tetapi jika dibutuhkan,
pengeboran dapat dilakukan lebih dalam lagi bila terjadi keraguan pengambilan
sample, misalnya terjadinya ketidak seragaman jenis tanah. Pengambilan contohh inti
pemboran dilakukan dengan peralatan tabung penginti “single”, “double” ataupun
“triple” core barrel , tergantung kebutuhannya. Mata bor yang digunakan juga
tergantug pada kondisi tanah yang akan dibor. Untuk type soil akan digunakan mata
bor tungsten atau steel bit dan untuk type batuan digunakan diamond bit.
1. Single tube core barrel
Digunakan untuk pengeboran kering pada tanah berbutir halus dan berbutir kasar
dan pada batuan yang setengah kompak.
2. Double tube core barrel
Digunakan untuk pengeboran pada batuan kompak dengan menggunakan
sirkulasi air.
3. Triple tube core barrel
Digunakan untuk pengeboran pada batuan setengah kompak dengan
menggunakan sirkulasi air.
Pada penyelidikan bawah permukaan, data geologi biasanya didasarkan atas
9
pengamatan dan pendeskripsian contoh inti bor penginti penuh (full
coring).pengambilan inti dilakukan secara penuh dari permukaan sampai kedalaman
akhir pemboran. Adapun langkah-langkah dari pelaksanaan pengeboran penginti
penuh (full coring) adalah:
1. Penginti setempat (spot coring). Pemboran dilakukan sebagai lubang terbuka
(open hole) yang kemudian diikuti dengan pengintian hanya dilakukan pada
selang kedalaman tertentu yang diinginkan, misalnya beberapa meter diatas zona
cebakan dan beberapa meter dibawahnya.
2. Pengintian sentuh (touch coring). Pengintian dimulai segera setelah mata bor
mencapai beberapa meter diatas target pengintian(bentuk pengintian tempat yang
kurang dapat dipercayai).
3. Pengintian inti Terorientasi (Oriented core sample). Dengan menggunakan alat
tertentu, dimungkinkan dimana orientasi kedudukan asli dari contoh didalam
tanah dapat ditentukan. Hal ini sering dilakukan untuk mempelajari kedudukan
struktur geologi dari lapisan maupun dari rekahan atau jalur-jalur mineralisasi.
4. Perolehan inti (core recovery). Dalam operasi pengambilan inti pemboran, tidak
selalu seluruh kedalaman dapat diwakili oleh panjang inti yang diperoleh. Hal
ini di sebabkan kemungkinan runtuhnya bagian bawah dari inti sewaktu diangkat
dalam bumbung inti (core barrel).besarnya perolehan inti (core recovery)
dinyatakan dalam persen (% core recovery), dengan mengukur panjang contohh
inti yang diperoleh dengan membandingkannya dengan panjang bumbung.
Perolehan inti yang buruk dapat disebabkan karena adanya jalur-jalur retak atau
keadaan batuan yang rapuh dapat dipakai sebagai indikator untuk keadaan
struktur dari batuan, dan menggunakan bumbung inti yang diperbaiki seperti
triple tube core barrel.
Kelebihan Sidewall Coring
1. Bisa mengambil core dari dinding lubang bor
2. Dapat mengetahui litologi batuan secara horizontal
3. Bisa digunakan pada convensional coring dan wireline retrieveable
coring.
Kekurangan Sidewall Coring
1. Tinggi bisa mengambil inti batuan pada batuan yang formasinya lemah,
seperti unconsolidate sandstone dan limestone yang secara umum
mempunyai natural fracture, kecuali digunakan dengan metode sidetrack
coring.
10
2. Kerusakan pada sidetrack tool sering terjadi macet.
Prinsip Kerja
Pada gun body, terhadap percussion/peluru peledak. Peluru silindris
berongga ini bisa kembalikan ke posisi semula, alias retrievable, berukuran
1 X 1,75 inchi yang berfungsi untuk mencuplik batuan yang ada di dinding
sumur saat ia ditambahkan. Secara sederhana prinsip kerjanya adalah sebgai
berikut :
Sidewall core tool asembly string dimasukkan ke dalam sumur dan perlahan
diturunkan menuju kedalaman tertentu yang ingin diambil sampelnya. Saat
sudah mencapai kedalaman yang diinginkan, sinyal elektrik dikirim dari
modul yang ada di kabin operator untuk menginisiasi penembakan peluru
pencuplik. Setelah peluru pencuplik ini berhasil menembus dinding formasi
batuan, perlahan tool assembly diangkat ke atas sehingga cuplikan batuan
yang tersangkut pada peluru pencuplik dapat dibawa ke permukaan. Diameter
core ¾ - 13/16 inchi dan panjang 3/4 – 1 inchi tergantung jenis gun yang
dipakai.
11
2.6 Deskripsi Analisi Core
A. Warna
Tanah dan batuan memiliki berbagai macam warna. Warna dari tanah dan batuan
merupakan karakteristik yang penting di dalam kegiatan identifikasi material ini.
Beberapa corak warna yang sering dimiliki tanah dan batuan antara lain seperti pada
tabel dibawah ini.
B. Ukuran Butir
Secara sederhana berdasarkan berdasarkan ukuran diameter butirnya, tanah
diklasifikasikan sebagai berikut (Canadian Foundation Eng.Manual-3 rd ed.) :
1. Lempung (Clay) < 0,002 mm
2. Lanau (Silt) 0,002-0,060 mm
Yang terdiri dari :
Halus 0,002-0,006 mm
Medium 0,006-0,020 mm
Kasar 0,020-0,060 mm
3. Pasir (Sand)
Yang terdiri dari :
Halus 0,060-0,200 mm
Medium 0,200-0,600 mm
Kasar 0,600-2,000 mm
12
4. Kerikil (gravel)
Yang terdiiri dari :
Halus 2,000-6,000 mm
Medium 6,000-20 mm
Kasar 20-60 mm
5. Kerakal (Cobbles) 60-200 mm
6. Bongkahan (Boulder) > 200 mm
D. Tingkat Kekompakan
Macam-macam tingkat kekompakan antara lain :
Lepas (loose) yaitu apabila dipegang, butirannya mudah terurai
Agak lepas (slighly loose) yaitu apabila ditekan dengan tangan, butirannnya
baru terurai.
Agak kompak (moderate) yaitu apabila ditekan dengan tangan akan sukar
terurai
Kompak (compact) yaitu apabila dipukul dengan palu, butirannya baru terurai.
Sangat kompak (well compact) yaitu apabila dipukuli dengan palu, butirannya
sukar terurai.
E. Tingkat Kekerasan
Macam – macam tingkat kekerasan antara lain :
Sangat lunak (very weak) yaitu bersifat plastis.
Lunak (weak) yaitu dapat digores dengan kuku.
Agak keras (moderate) yaitu tidak dapat digores dengan kuku, tetapi dapat
dengan pisau baja.
Keras (hard) yaitu bila sukar digores dengan pisau baja.
13
Sangat keras(very hard) yaitu apabila tidak dapat digores dengan pisau baja.
14
Dalam menghitung RQD, metode langsung digunakan apabila core loos tersedia.
Tata cara untuk menghitung RQD menurut Deere diilustrasikan pada gambar 1. Call &
Nicholas, Inc (CNI), konsultan geoteknik Asal Amerika, mengembangkan koreksi
perhitungan RQD untuk panjang total pengeboran yang lebih dari 1,5 m. CNI
mengusulkan nilai RQD diperoleh dari presentase total panjang inti bor utuh yang lebih
dari 2 kali diameter inti (core) terhadap panjang total pengeboran (core run).
Metode pengukuran RQD menurut CNI dilustrasikan pada gambar dibawah ini.
RQD = 84 %
15
Gambar 2.2 Metode Pengukuran RQD menurut CNI
16
Pada perhitungan nilai RMR, parameter Rock Quality Designation (RQD di beri
bobot berdasarkan nilai RQD-nya seperti tertera pada tabel 2.3.
Panjang pemboran
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada penelitian yang telah kami lakukan, proses coring di PT. SAF menggunakan
metode Bottom Hole Coring. Bottom hole coring yaitu cara pengambilan core yang
dilakukan pada waktu pemboran berlangsung. Pada metoda ini bottom hole coring
mempergunakan core bit, sejenis pahat yang ditengahnya terbuka dan mempunyai sejenis
pemotong pahat.
Pemboran pada PT. SAF ini merupakan pemboran pada lubang ke-9, dimana kami
mengamati hasil coring sampai pada ke meter 40. Dalam pengamatan ini kami mendapat
data- data mengenai pemboran yang diantaranya adalah :
A. Peralatan Coring
1. Menara
Untuk peralatan coring diperlukan sebuah menara, yang berfungsi sebagai
penopang peralatan pemboran atau sebagai tiang penyangga. Untuk jenis menara
sendiri dibagi atas tiga jenis diantaranya yaitu menara kaki tunggal (Single pole),
menara kaki tiga (Tripod), Menara kaki empat. Untuk menara yang digunakan
pada pemboran inti di PT. SAF menggunakan menara kaki tiga (Tripod)
18
Gambar 3.1 Menara
2. Kerekan/Katrol
Kerekan atau katrol yaitu bagian dari peraltan coring yang dipasang diujung atas
pada menara, yang fungsinya digunakan untuk menarik seling yang dihubungkan
pada pipa bor.
19
Gambar 3.2 Kerekan/Katrol
3. Seling
Seling atau tali yaitu peralatan yang digunakan untuk menarik pipa bor dari dalam
lubang bor.
4. Water Swivel
Yaitu peralatan yang dipasang pada bagian atas dari rangkaian pipa bor. Yang
fungsinya digunakan untuk mengalirkan air ke dalam lubang bor melalui
rangkaian-rangkaian pipa bor.
20
Gambar 3.4 Water Swivel
5. Pipa Bor
Digunakan untuk meneruskan putaran dan tekanan mesin bor ke mata bor,
meneruskan air pembilas dari pompa ke mata bor, memungkinkan naik turunnya
mata bor. Pada pemboran inti di PT. SAF panjang pipa bor yang digunakan yaitu
3 meter.
6. Casing
Casing atau pipa pelindung yaitu digunakan untuk mencegah gugurnya dinding
lubang bor. Kegunaan lain pada pipa pelindung adalah mencegah masuknya air
tanah ke dalam lubang bor.
21
Gambar 3.6 Casing
7. Core Barrel
Digunakan untuk menangkap inti (core) dari hasil pemboran dan mengangkat ke
permukaan. Jenis yang digunakan double tube corebarrel. Corebarrel yang
digunakan pada pemboran inti di PT. SAF yaitu berdiameter 7,3 cm.
8. Mata Bor
Yaitu peralatan yang digunakan untuk menghancurkan batuan. Alat ini dipasang
pada ujung bawah dari rangkaian batang bor. Pada pemboran inti di PT. SAF mata
bor yang digunakan yaitu mata bor baja widya, yaitu mata bor yang giginya
terdiri dari butir-butir baja widya atau kuningan).
22
Gambar 3.8 Mata bor baja widya
9. Mesin Bor
Mesin bor yaitu peralatan utama pada pemboran inti, dimana bagian-bagian dari
mesin bor ini, meliputi :
Spindel : untuk menggerakkan atau memutar pipa bor
Stick spindel : - bagian atas : untuk menaik-turunkan spindel
- tuas hidraulis : untuk menekan hidraulis
23
Gambar 3.9 Mesin Bor
24
Gambar 3.11 Stick Spindle
25
Gambar 3.13 Kopling
26
Gambar 3.15 Stick seling
27
Gambar 3.17 Selang isap
28
Gambar 3.19 Selang hidraulis
29
Gambar 3.21 Tabung pengunci
Alat :
- Kompas
- GPS
- Meteran
- Clip Bord
- Alat tulis
- Camera
Bahan :
- Plastik Wrap
- Peta Topografi
30
- Spidol Permanen
Mulai
Perhitungan Laporan
Selesai
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN
32
LOG CORING
Lubang : 29 - 40 Tanggal : 6 April 2020
. . . . . .
. . . . . .
Soil Pori Koral Rongga Lunak Pecah-Baik Baik
0
. . Putih kecoklatan, sisipan Putih kekuningan, lunak,
. . . soil, agak keras, berpori, berpori, kalsit.
. . kalsit.
.
5 . . 40
. . . 41
. .
. . .
. . ? ?
10 . . . 45
. .
12 Putih kecoklatan, lunak,berpori, kalsit
. . . Putih, agak keras, kalsit,
. . . berpori
15 . . . 50
16 . .
Putih kekuningan, lunak,
18 berpori, kalsit
. . . Putih, agak keras, berpori,
20 . . . kalsit 55
21 Putih, lunak, berpori, kalsit
22 Rongga
. . Putih, agak keras, berpori,
. . . kalsit
25 . . 60
26 . . .
Putih kekuningan, lunak,
berpori, kalsit
29
30 rongga 65
. . Putih, agak keras, berpori
LOGGED BY
ERIZA. N
Exploration Unit GEOMECHANICAL LOG
DATE LOGGED
DRILL HOLE NO 09
PT. SAF
33
METERAGE LITHOLOGY RQD
MEASURED RECOVERY
drill lengths
%
DESCRIPTION (Rock type, colour, grain
size alteration, etc)
29-30 1 0 0 0 0
30-31 1 0,52 52% Berwarna putih, tingkat kekrasan agak 0 0%
keras,berpori, mengandung kalsit
31-32 1 0,65 56% Berwarna putih, tingkat kekerasan agak 0,18 18%
keras,berpori, mengandung kalsit
32-33 1 0,57 57% Berwarna putih kekuningan, tingkat 0,34 34%
kekerasan lunak,berpori, mengandung
Kalsit
33-34 1 0,45 45% Berwarna putih kekuningan, tingkat 0 0
kekerasan lunak, berpori, mengandung
Kalsit
34-35 1 0,41 41% Berwarna putih, tingkat kekerasan agak 0 0
keras, berpori, mengandung kalsit
35-36 1 0,40 40% Berwarna putih kemerahan, bintik hitam 0,24 24%
mengandung kalsit
34
36-37 1 0,37 37% Berwarna putih kemerahan, bintik hitam, 0 0
tingkat kekerasan agak keras, berpori,
mengandung kalsit
37-38 1 0,44 44% Berwarna putih kekuningan, tingkat 0,12 12%
kekerasan lunak, berpori, mengandung
Kalsit
38-39 1 0,50 50% Berwarna putih kekuningan, tingkat 0 0
kekerasan lunak, berpori, mengandung
Kalsit
39-40 1 0,84 84% Berwarna putih kekuningan, tingkat 0, 51 51%
kekerasan lunak, berpori, mengandung
Kalsit
35
Tabel 4.1 Hasil Deskripsi
36
RQD
drill lengths
rumus
%
29-30 1 Rongga
30-31 1 0 0
18
31-32 1 18 18 / 100 X 100 %
%
34
32-33 1 11 + 12 + 11 = 34 34/100 X 100 %
%
33-34 1 0 0%
34-35 1 0 0%
24
35-36 1 12 + 12 = 24 24/100 X 100 %
%
36-37 1 0 0%
Tabel 4.2
12
37-38 1 12 12/100 X 100 %
%
38-39 1 0 0%
51
39-40 1 11 + 17 + 11 + 12 = 51 51/100 X 100 %
%
Perhitungan RQD
37
4.3. Hasil Perhitungan Core Recovery
38
CORE RECOVERY
MEASURED RECOVERY
drill interval
drill lengths
rumus
%
29-
1 Rongga
30
30- 52
1 52 52/100 X 100%
31 %
31- 56
1 18+8+8+10+12 = 56 56/ 100 X 100 %
32 %
32- 57
1 7+11+10+12+6+11 = 57 57/100 X 100 %
33 %
33- 45
1 45 45/100 X 100 %
34 %
34- 41
1 41 41/100 X 100 %
35 %
35- 40
1 11+12+5+12 = 40 40/100 X 100 %
36 %
36- 37
1 37 37/100 X 100 %
37 %
37- 44
1 16+12+7+9 = 44 44/100 X 100 %
38 %
38- 50
1 50 50/100 X 100 %
39 %
39- 84
1 11+17+28+11+12+5 = 84 84/100 X 100 %
40 %
39
Tabel 4.3 Perhitungan Core Recovery
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dengan adanya pemboran inti, maka kita dapat mengetahui kondisi lapisan tanah
daerah penelitian, dengan begitu dapat mengetahui aplikasi analisis geologi yang
tepat untuk daerah ini.
Pada Core 09 PT. SAF, core yang memiliki litologi berupa batugamping jenis berpori
dan berkoral. Untuk batugamping berpoti terdapat pada meter ke 0-11,meter ke 12-
16, meter ke 18-20, meter ke 22-26, meter ke 30-32, serta pada meter ke 34-35. Pada
Core 09 PT. SAF, core yang memiliki litologi berupa batugambing jenis berkoral
terdapat pada core meter ke 11-12, meter ke 16-18, meter ke 26-29, meter ke 32-34,
serta meter ke 35-40.
Pada Core 09 PT. SAF core yang memiliki litologi berupa batugamping jenis berpori,
berdasarkan hasil pengamatan serta deskripsi pada core, litologi berupa batu gamping
berpori ini memiliki karakteristik berupa, warna putih, putih kecoklatan, putih
kekuningan; terdapat sisipan soil; tingkat kekerasan yaitu agak keras; terdapat pori;
serta terdapat kalsit.
Pada Core 09 PT. SAF core yang memiliki litologi berupa batugamping jenis
berkoral, berdasarkan hasil pengamatan serta deskripsi pada core, litologi berupa
batu gamping berkoral ini memiliki karakteristik berupa, warna putih, putih
kemerahan, putih kekuningan; tingkat kekerasan yaitu lunak; terdapat pori; serta
terdapat kalsit.
40
Nilai RQD sampel core yang hanya mencapai 75% mendadak bahwa batuan
memiliki kualitas yang sedang (fair) baik berdasarkan klasifkasi Barton, 1975 dalam
Bell (1992).
Nilai Core Recovery sampel core yang mencapai 95% .
DARTAR PUSTAKA
Sukartono. 2010. Buku Pengantar Kuliah Analisis geologi. Yogyakarta : Sekolah Tinggi
Teknologi Nasional.
Zakaria, Zufialdi. 2010. Buku Panduan Praktikum Analisis geologi. Bandung : Fakultas
Teknik Geologi Universitas Padjadjaran.
41
42
LAMPIRAN
A. CORE BOX
1. Core Box 0-5 meter
43
2. Core Box 5-10
44
3. Core Box 10-15
45
4. Core Box 15-20
46
5. Core Box 20-25
47
6. Core Box 25-30
48
7. Core Box 30-35
49
8. Core Box 35-40
50
B. Dokumentasi Kegiatan
51
52
54
55