Anda di halaman 1dari 74

TUGAS AKHIR

ANALISA REDAMAN FIBER OPTIC PADA PEMASANGAN


DIGITALISASI SPBU PERTAMINA OLEH PT.TELKOM
WITEL SEMARANG DENGAN POWER LINK BUDGET

Disusun dalam Memenuhi


Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ( S1 )
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Semarang

Zulfikar Nur Mukhlisin


C.411.16.0032

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEMARANG
SEMARANG
2021
ABSTRAK

Pada Era yang sangat modern saat ini, perusahaan selalu berupaya
meningkatkan kualitas dalam setiap pelayanannya agar mencapai suatu tujuan
yang diinginkan, PT.Pertamina dengan PT. TELKOM INDONESIA bekerjasama
untuk membenahi sistem kinerjanya dengan pemasangan Digitalisasi SPBU
Pertamina salah satunya pemasangan perangkat berupa Fiber Optic sebagai media
transmisi data, pemasangan perangkat fiber optic ini diharapkan mampu
mengirimkan data yang lebih cepat dan akurat.
Analisa redaman jaringan fiber optic pada penelitian ini menggunakan
metode bernama OPM (Optical Power Meter) atau yang sering disebut dengan
metode power link budget untuk mengetahui besar nilai redaman dan kualitas
jaringannya.
Hasil perhitungan power link budget dari ke 3 SPBU (SPBU Fatmawati,
SPBU Ungaran dan SPBU Gedanganak) yang dianalisa menghasilkan nilai
redaman dalam proses pengukuran dan perhitungan memiliki selisih angka,
namun nilai tersebut masih dalam standar kelayakan perusahaan, selain itu metode
ini menghitung besar nilai R total yang terjadi dari ODP ke rak server,
perhitungan nilai daya terima (Pr) , nilai Margin Level dan nilai Error. Adapun
nilai Error yang dihasilkan dari perhitungan tidak lebih dari 1% yang artinya
masih layak untuk memenuhi standar.

Kata kunci : Fiber Optic, OPM (Optical Power Meter), Power Link Budget.
ABSTRACT

In today's very modern era, the company always strives to improve the
quality of its services in order to achieve a desired goal, PT Pertamina and PT.
TELKOM INDONESIA collaborates to improve its performance system by
installing digitization of Pertamina gas stations, one of which is the installation of
equipment in the form of Fiber Optics as a data transmission medium, the
installation of fiber optic devices is expected to be able to transmit data more
quickly and accurately.

Fiber optic network analysis in this study uses a method called OPM
(Optical Power Meter) or what is often called the power link budget method to
determine the attenuation value and network quality.

The results of the calculation of the power link budget from the 3 SPBU
(Fatmawati SPBU, Ungaran SPBU and Gedanganak SPBU) which were
Attenuation Annalys in the attenuation value in the measurement and calculation
process having a difference in numbers, but this value is still within the company's
eligibility standards, besides this method calculates the value of R the total that
occurs from the ODP to the server rack, the calculation of the received power
value (Pr), the Margin Level value and the Error value. The error value
generated from the calculation is not more than 1%, which means that it is still
feasible to meet the standard.

Keywords : Fiber Optic, OPM (Optical Power Meter), Power Link Budget.
KATA PENGANTAR

Pertama kami panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena-Nya penulis telah diberi kelancaran kemudahan untuk menyelesaikan

Tugas Akhir ini. Penulisan Tugas Akhir ini dimaksudkan guna memenuhi salah

satu syarat untuk menyelesaikan Jenjang Pendidikan Sarjana (S1) Program Studi

Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Semarang.

Dengan terselesainya Tugas Akhir ini yang tidak terlepas dari dukungan

dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.

Oleh karena itu, perkenenankanlah penulis menyampaikan ucapan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Mukhlis dan Ibu Ita Murdiyaningsih, Selaku orang tua tercinta yang

selalu memberikan doa, nasihat, motivasi, kasih sayang dan dukungan baik

moril maupun materi yang luar biasa. Terimakasih untuk saudara kandung

saya (Cindy Fitriani, S.Pd., dan Syarifudin Nur Mukhlisin) serta seseorang

yang tak henti-hentinya memberikan support dalam segala hal terimakasih

Anggun Nurwulan, S.E.

2. Bapak Andi Kridasusila, SE., M.M., selaku Rektor Universitas Semarang.

3. Bapak Purwanto, S.T., M.T., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Semarang.

4. Ibu Titik Nurhayati, S.T., M.Eng. selaku Ketua jurusan Program Studi S1

Teknik Elektro Fakultas Teknik USM.

5. Ibu Ari Endang Jayati, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing I yang telah

bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan, saran, dan


bimbingan materi serta berbagai kemudahan yang memungkinkan dalam

terselesaikannya penyusunan Tugas Akhir ini.

6. Ibu Roni Kartika Pramuyanti, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing II

yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan,

saran, dan bimbingan materi serta berbagai kemudahan yang

memungkinkan dalam terselesaikannya penyusunan Tugas Akhir ini.

7. Aldi Syaputra yang telah membantu dalam pengambilan Data FIber Optik.

8. Terimakasih untuk keluargaku UKM Bolabasket USM, atas semua

pengalaman dan pelajaran hidup selama penulis berkuliah di USM, serta

tak lupa terimakasih untuk coaching staff (Bapak Sukahat, Coach Vali ,

Coach Titis, dan Coach Dino)

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini belum sempurna, baik

dari segi materi maupun penyajiannya. Untuk itu saran dan Kritik yang

membangun sangat diharapkan dalam penyempurnaan tugas akhir ini.

Terakhir penulis berharap, semoga tugas akhir ini dapat memberikan hal

yang bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya

bagi penulis.

Semarang, Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….i

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………….ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS…………………………….…..iii

ABSTRAK………………………………………………………………………..iv

ABSTRACT………………………………………………………………………v

KATA PENGANTAR……………………………………………………………vi

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….viii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………......xi

DAFTAR TABEL………………………………………………………………..xii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………....1

1.1 Latar Belakang………………………………………………………...1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………..2

1.3 Tujuan………………………………………………………………....3

1.4 Batasan Masalah……………………………………………………….3

1.5 Metode Penelitian……………………………………………………...4

1.6 Sistematika Penulisan………………………………………………….5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………..7

2.1 Dasar Teori…………………………………………………………….7

2.1.1 Astinet……………………………………………………….7

2.1.2 Fiber Optic…………………………………………………..8

2.1.3 Macam Kabel Fiber Optic…………………………………11

2.1.4 Kelebihan dan KelemahanFiber Optic…………………….12


2.1.5 Sistem Komunikasi Fiber Optic……………………………14

2.2 Alat Ukur Redaman OPM ( Optical Power Meter)…………………17

2.3 Power Link Budget…………………………………………………...17

2.4 Pengertian Redaman………………………………………………….20

2.5 Media Transmisi Yang Digunakan…………………………………..23

2.5.1 Media Tembaga…………………………………………….23

2.5.2 Fiber Optic ( Optic Media )………………………………..25

2.6 Perangkat Fiber Optic………………………………………………..28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………………..30

3.1 Waktu Dan Lokasi Penelitian………………………………………..30

3.2 Jaringan Fiber Optic Astinet Di SPBU Fatmawati…………………..31

3.3 Alat Dan Bahan………………………………………………………33

3.4 Diagram Alir…………………………………………………………35

3.4.1 Flowchart Penelitian……………………………………….35

3.5 Cara Mengetahui Besar Redaman Pada Fiber Optic………………...37


3.5.1 Langkah Langkah Pengukuran Nilai Redaman……………37
3.5.2 Parameter Penelitian yang Dilakukan Pada Saat Pengukuran
di SPBU…………………………………………………….38
3.6 Standarisasi dan Data Dari PT. TELKOM ..........................………..39

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ………………………………..…..40

4.1 Proses pengukuran ……………………………………………….….40

4.2 Perhitungan Dengan Menggunakan Power Link Budget ……….…..40

4.3 Analisa Jaringan Astinet ( Fiber Optic ) ……………………………49

BAB V PENUTUP………………………………………………………………51
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………..51

5.2 Saran……………………………………………………………….…52

5.2.1 Saran Bagi Perusahaan …………………………………….52

5.2.2 Saran Bagi Penelitian Selanjutnya……………………...….52

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….……………..53

LAMPIRAN ……………………………………………………….………….…54

BIODATA PENULIS …………………………………………………………..


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Jaringan Astinet…………………………………………………..8

Gambar 2.2. Bagian – bagian Fiber Optic……………………………………10

Gambar 2.3. Jenis Fiber Optic………………………………………………...11

Gambar 2.4. Sistem Komunikasi Fiber Optic………………………………...14

Gambar 2.5. Optical Power Meter…………………………………………….17

Gambar 2.6. Link Budget …………………………………………...…...........18

Gambar 2.7. Kabel Fiber Optic ……………………………………………….21

Gambar 2.8. Blok Diagram Fungsi OLT ……………………………………...23

Gambar 2.9. Perangkat OLT Tampak Belakang ………………………………26

Gambar 3.1. Denah Lokasi SPBU Fatmawati…………………………………29

Gambar 3.2. ODP Closure……………………………………………………..30

Gambar 3.3. Rack Server………………………………………………………32

Gambar 3.4. Flowchart Penelitian Tugas Akhir……………………………….34

Gambar 3.5 Proses Pengukuran Redaman Menggunakan OPM………………38

Gambar 4.1. Grafik Redaman Total……………………………………………45

Gambar 4.2. Grafik Nilai Redaman Total……………………………………...46

Gambar 4.3. Grafik Margin Level……………………………………………..48

Gambar 4.4. Grafik Nilai Error Pada Redaman……………………………….49


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Data Nilai Redaman……………………………………………...39

Tabel 3.2. Standarisasi PT.Telkom………………………………………….39

Tabel 4.1. Nilai Redaman Berdasarkan Hasil Pengukuran dan Perhitungan..46

Tabel 4.2. Nilai Daya Terima SPBU………………………………………...47

Tabel 4.3. Nilai Margin Level ...…………………………………………….47

Tabel 4.4. Nilai Error ……………………………………………………….48


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Peningkatan akan kebutuhan masyarakat di kota kota besar seperti

halnya dikota Metropolitan tentang layanan berupa gambar, suara, dan

internet semakin meningkat, salah satu kebutuhan untuk mendapatkan

layanan tersebut dalam satu media. Salah satu cara yang dapat dilakukan

untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan dengan cara meningkatkan

kinerja perangkat yang digunakan.

PT.Pertamina dengan PT. TELKOM INDONESIA bekerjasama

untuk membenahi sistem kinerjanya dengan pemasangan Digitalisasi SPBU

Pertamina salah satunya pemasangan perangkat berupa fiber Optic sebagai

media transmisi data, pemasangan perangkat fiber optic ini diharapkan

mampu mengirimkan data yang lebih cepat dan akurat.

Secara umum sistem komunikasi fiber optic dapat dibagi dari

pemancar dan dari penerima yang difungsikan sebagai sarana untuk

melewatkan sinyal informasi pengirim bertugas untuk mengirimkan

informasi yang akan disampaikan sehingga dapat dilewatkan melalui suatu

media sehingga informasi dapat diterima dengan baik dan benar hingga ke

tujuan.

Proses transmisi yang digunakan dengan menggunakan fiber Optic

saat ini dapat mengirimkan data yang lebih cepat dan akurat dari media

transmisi yang sebelumnya digunakan. Jaringan transmisi menggunakan


fiber Optic terkadang juga mengalami kegagalan dimana data yang

dikirmkan tidak sesuai. Untuk menganalisa kegagalan yang terjadi pada

kabel fiber Optic, dimana kegagalan tidak dapat dilihat secara langsung

dan harus menggunakan suatu alat, guna mendeteksi kegagalan saat

pengiriman data yang dikirimkan. Hal ini dapat terjadi karena pemasangan

kabel fiber Optic juga dilakukan di beberapa kota yang terjadi dan jarak

yang di tempuh sangatlah jauh.

Untuk mempersingkat waktu dalam pencarian kegagalan suatu

pengiriman data dapat digunakan alat yang bernama OPM (Optical Power

Meter) adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur suatu kabel

fiber optic. Sebuah fiber optic yang telah dipasang dan berjalan dapat

diukur dengan alat OPM, baik kabel fiber optik single mode ataupun multi

mode. Alat ini juga dapat mengukur rugi rugi (LOSS) yang muncul pada

setiap titik.

Pengukuran sebuah kabel dengan alat OPM dapat dikatakan

sebagai Power Budget. Parameter atau Power Budget Fiber Optik berupa

pengukuran redaman, daya terima, serta jarak kabel.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang yang telah diuraikan telah diperoleh beberapa

rumusan masalah, diantaranya sebagai berikut :

1. Bagaimana menganalisa Redaman Jaringan (Fiber Optic) pada

Pemasangan Digitalisasi SPBU Pertamina ?

2. Bagaimana mengetahui kualitas jaringan fiber optic dengan mengukur

redamannya ?
1.3 TUJUAN

Adapun tujuan dari penyusunan dan penulisan Tugas Akhir,


diantaranya sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kualitas jaringan fiber optic dengan mengukur

redamannya pada pemasangan Digitalisasi SPBU Pertamina.

2. Untuk mengetahui apakah redaman fiber optic memenuhi standard

PT.Telkom

1.4 BATASAN MASALAH

Pada penyusunan dan penulisan tugas akhir dengan judul Analisa

Jaringan Astinet (Fiber Optik) Pada Pemasangan Digitalisasi SPBU

Pertamina oleh PT. Telkom Witel dengan Power Link Budget, penulis

memberikan batasan masalah yaitu :

1. Hanya membahas kualitas jaringan fiber optik menurut hasil dari

redaman menggunakan metode Power Link Budget.

2. Pada penulisan laporan ini hanya menganalisa performansi jaringan

fiber optic dan hanya mengukur redamannya saja pada pemasangan

Digitalisasi SPBU Pertamina oleh PT. Telkom Witel Semarang.

3. Penulis melakukan pengukuran menggunakan alat Optical Power

Meter ( OPM ), dan dilakukan pada tanggal 7 November 2020 di

SPBU Fatmawati Semarang.

4. Penulis tidak melakukan pengukuran secara total.


1.5 Metode Penelitian

Dalam pembuatan tugas akhir ini peneliti menggunakan beberapa

metode penelitian yaitu :

1. Metode Observasi :

Dengan melihat, mengamati dan mengetahui secara jelas

berbagai komponen elektronika yang akan digunakan dalam proses

analisa data redaman.

2. Metode Interview :

Dengan cara melakukan Tanya jawab untuk menambah

masukan serta menambah pengetahuan dari dosen pembimbing dan

pihak lain yang berpengalaman dalam proses perhitungan dan

pengukuran yang terjadi pada Fiber Optic.

3. Metode Studi Literatur :

Yaitu dengan mencari dan mengambil teori-teori dari semua

referensi yang berkaitan dengan tugas akhir untuk memperoleh data-

data yang dibutuhkan sehingga dapat dijadikan acuan dalam proses

perhitungan, dan penulisan laporan tugas akhir ini

4. Pengukuran :

Yaitu suatu proses dimana melakukan suatu pengukuran

dengan alat ukur untuk mengetahui besar redaman.


5. Pembuatan Laporan :

Yaitu penulisan hasil akhir dari suatu kegiatan atau penelitian dan

analisa berdasarkan data dan fakta yang telah lakukan saat pembuatan

tugas akhir.

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam laporan Tugas Akhir ini penulis menyusun tulisan dengan

menggunakan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang, maksud dan tujuan,

batasan masalah, metodelogi, dan sistematika pembahasan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini membahas tentang pengetian analisa redaman dengan

menggunakan Fiber Optic menggunakan alat ukur berupa OPM yang

dikaitkan dengan kondisi redaman pada saat pandemic berlangsung.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai metode yang digunakan dalam proses

pembuatan Tugas Akhir, yang merupakan langkah langkah untuk memperoleh

suatu data yang akan digunakan dalam proses analisa.

BAB IV ANALISA DAN HASIL

Bab ini membahas mengenai hasil yang telah di dapat dari suatu

proses perhitungan dan pengukuran dilapangan dengan berbagai macam

metode yang telah digunakan untuk menapatkan hasil sesuai yang diinginkan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi garis besar hasil dari pengerjaan Tugas Akhir dan saran serta

masukan untuk mempebaiki analisa sehingga lebih baik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Astinet

Astinet (Access Services Dedicated to Internet) layanan penyediaan akses

internet dedicated ke global dan atau domestik. Atinet adalah layanan akses

internet dan multimedia TELKOMNet untuk akses internet menuju gobal internet.

Layanan ini menyediakan fasilitas koneksi akses ke internet yang disediakan pada

port router TELKOMNet.

Dengan layanan ASTINet ini pelanggan dapat menikmati layanan akses

dengan kenyamanan akses selama 24 jam sehari. Layanan ini menyediakan

layanan akses internet secara dedicated dengan kecepatan mulai dari 1 Mbps

sampai dengan 10 Mbps.

Pada jaringan Astinet tidak ada sistem FUP (Fair Usage Policy) yaitu

batas pemakaian wajar artinya pengguna bebas menggunakan akses internet untuk

berapapun data yang diinginkan pengguna sesuai paket yang anda gunakan,

kecepatan atau bandwidth yang digunakan dijamin tetap stabil sesuai dengan

paket.

Ada 3 paket utama yang dapat dipilih sesuai kebutuhan, yaitu :

1. Astinet Standard

Merupakan layanan akses internet dedicated dengan kecepatan 1:1,

yang artinya kecepatan download dan upload yang didapatkan adalah


sama, misalnya berlangganan 1 Mbps, maka speed download sama

dengan speed upload 1 Mbps.

2. Astinet SME (Small Medium Enterprise)

Berbeda dengan Astinet Standard, pembagian bandwidth nya

adalah 1:4, yang artinya untuk 1 Mbps bandwidth download maka

bandwidth uploadnya 250 Kbps.

3. Astinet Beda Bandwidth

Layanan yang dikhususkan untuk akses internet berkecepatan

tinggi ke dalam maupun luar negeri. Yang dimaksud beda bandwidth

adalah kecepatan internet global dan domestik dapat disesuaikan

dengan kebutuhan sesuai rasio nya yaitu 1:10 dan bisa sesuai

kebutuhan. Missal 10 Mbps global : 1 Mbps domestik atau

kebalikannya.

Gambar 2.1. Jaringan Astinet


2.2. Fiber Optic

Fiber Optic Suatu jenis kabel yang terbuat dari kaca atau plastik yang

sangat halus, dan digunakan sebagai media transmisi karena dapat

mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu lokasi ke lokasi lainnya dengan

kecepatan tinggi. Fiber Optic adalah media transmisi, karena dapat

menstransmisikan sinyal cahaya dari satu lokasi ke lokasi lainnya dengan

kecepatan tinggi dan kapasitas data yang besar.

Ukuran fiber optic ini sangat kecil dan halus (diameternya hanya

120 mikrometer), bahkan lebih kecil dari helaian rambut manusia.

Komponen jaringan ini memiliki kecepatan transmisi yang tinggi dengan

menggunakan pembiasan cahaya sebagai prinsip kerjanya. Sumber cahaya

yang digunakan untuk proses transmisi adalah laser atau LED. Fiber optic

atau serat optik menjadi salah satu komponen yang cukup populer dalam

dunia telekomunikasi belakangan ini. Pasalnya, kabel jaringan tersebut

memiliki kecepatan akses yang tinggi sehingga banyak digunakan sebagai

saluran komunikasi.

Fiber Optic terdiri dari beberapa bagian yang memiliki fungsi


masing-masing. Berikut ini adalah beberapa bagian kabel fiber optic :
a. Inti (Core)

Bagian inti fiber optic terbuat dari bahan kaca dengan diameter yang
sangat kecil, diameternya sekitar 2 μm sampai 50 μm. Diameter fiber optic
yang lebih besar akan membuat performa yang lebih baik dan stabil.
b. Cladding

Bagian cladding adalah bagian pelindung yang menyelimuti fiber optic.


Ukuran cladding ini berdiameter 5 μm sampai 250 μm. Cladding terbuat
dari bahan silikon. Selain melindungi core, cladding juga berfungsi
sebagai pemandu gelombang cahaya yang merefleksikan semua cahaya
tembus kembali kepada core.

c. Coating / Buffer

Bagian coating adalah mantel dari fiber optic yang berbeda dari cladding
dan core. Lapisan coating ini terbuat dari bahan plastik yang elastis.
Coating berfungsi sebagai lapisan pelindung dari semua gangguan fisik
yang mungkin terjadi seperti lengkungan pada kabel dan kelembaban
udara dalam kabel.

d. Strength Member & Outer Jacket

Bagian Strength Member & Outer Jacket menjadi pelindung utama dari
sebuah kabel fiber optic. Lapisan strength member dan outer jacket adalah
bagian terluar dari fiber optic yang melindungi inti kabel dari berbagai
gangguan fisik secara langsung.

Gambar2.1 Bagian Bagian Fiber Optic


2.2.1 Macam Kabel Fiber Optic

Setelah memahami apa pengertian fiber optic, selanjutnya kita juga

perlu mengetahui apa saja jenisnya. Fiber optic dibedakan menjadi dua

jenis yang didasarkan pada mode transmisinya. Adapun jenis fiber optic

yaitu:

Gambar 2.2 Jenis Fiber Optic

 Fiber Optic Single Mode

Kabel fiber optic single mode yaitu kabel jaringan yang memiliki

transmisi tunggal, sehingga hanya bisa menyebarkan cahaya hanya

melalui satu inti dalam suatu waktu. Jenis serat optik ini memiliki inti

berukuran kecil dengan diameter sekitar 9 mikrometer yang

digunakan untuk mentransmisikan gelombang cahaya dari sinar

inframerah dengan panjang gelombang 1300-1550 nanometer. Single

mode memberikan tingkat transmisi hingga 50 kali lebih tinggi dan

lebih jauh daripada multimode. Single mode memiliki inti jauh lebih
kecil daripada multi mode. Biasanya kabel single mode digunakan

untuk transmisi serat optik jarak jauh.

 Fiber Optic Multimode

Pada jenis fiber optic ini penjalaran cahaya dari satu ujung ke

ujung lainnya terjadi melalui beberapa lintasan cahaya, sehingga bisa

menyebarkan beberapa cahaya melalui satu inti dalam suatu waktu.

Kabel fiber optic multimode merupakan kabel yang dapat

mentransmisikan banyak cahaya dalam waktu bersamaan karena

memiliki ukuran inti besar yang memiliki diameter sekitar 625

mikrometer.

2.2.2 Kelbihan Dan Kelemahan Fiber Optic

 Kelebihan Serat Optik

a) Serat optik mampu menyalurkan data yang lebih banyak

dengan kecepatan yang tinggi, bahkan bisa mencapai Gbps,

sehingga lebar pita (bandwidth) menjadi lebih besar.

b) Memiliki ukuran yang lebih kecil dan ringan daripada kabel

lainnya.

c) Memiliki gangguan yang sedikit, dikarenakan serat optik tidak

terpengaruh oleh sinyal elektromagnetik dan radio karena tidak

menggunakan listrik melainkan menggunakan plastik dan

cahaya.
d) Lebih aman, karena serat optik tidak mudah terbakar dan tidak

mengalirkan listrik sedikit pun.

e) Serat optik dapat mengalirkan sinyal lebih jauh jika

dibandingkan dengan kabel yang menggunakan sinyal listrik

pada umumya. Bahkan serat optik tidak memerlukan repeater

(penguat sinyal), jika diperlukan repeater, biasanya akan

diletakkan di jarak yang jauh (sekitar 50-100 km).

 Kelemahan Serat Optik

a) Perawatan dan pemasangan sulit, jika terjadi kerusakan pada

kabel serat optik untuk perawatan dan perbaikannya hanya

bisa menggunakan alat khusus untuk serat optik dan harus

memanggil orang yang sudah berpengalaman dan sudah ahli

pada bidang tersebut.

b) Harga instalasi relatif mahal jika dibandingkan dengan kabel

jenis lainnya, karena membutuhkan teknisi yang ahli dibidang

tersebut dan harga materialnya yang mahal.

c) Kabel serat optik tidak bisa diletakkan di belokan yang sangat

tajam, ini dikarenakan serat optik menggunakan cahaya

sebagai penghantar sinyal, jika kabel ditekuk maka cahaya

akan bocor dan akan mengalir ke tekukkan tersebut.

2.2.3 Sistem Komunikasi Fiber Optic

Sistem komunikasi fiber optic adalah mengubah sinyal-sinyal


listrik menjadi sinyal cahaya pada sisi pengirim dan mengubah sinyal
cahaya menjadi sinyal listrik pada sisi penerima. Fiber optic merupakan
suatu kesatuan yang terdiri dari komponen-komponen pendukung yang
membentuk suatu sistem. Hal ini dikarenakan data yang akan
ditransmisikan dalam fiber optic berupa cahaya, sehingga sebelum
informasi disalurkan terlebih dahulu informasi tersebut diubah bentuknya
menjadi cahaya.

Gambar 2.3 Sistem Komunikasi Fiber Optic

Penjelasan Gambar 2.7. Sistem Komunikasi Fiber Optic :

a) Sumber pesan

Sumber pesan berupa besaran fisik seperti suara dan gambar,


sehingga diperlukan transduser (sensor) yang merubah pesan
dari bentuk non-listrik ke bentuk listrik.

b) Modulator

Modulator memiliki 2 fungsi, pertama merubah pesan


elektrik ke dalam bentuk yang sesuai. Pada bagian Drive,
terjadi pengaturan penguatan daya (tegangan dan arus).
Kemudian sinyal listrik ditumpangkan ke bagian pembangkitan
sinyal pembawa, yaitu bagian Carrier source. Sinyal informasi
ditumpangkan pada gelombang cahaya Laser Diode (LD) atau
Light Emitting Diode (LED). Format modulasi dapat dibedakan
menjadi modulasi analog dan digital.

c) Channel Coupler

Channel coupler menyalurkan daya gelombang cahaya


yang telah termodulasi dari carrier source ke serat optik.

d) Optical Amplifier

Optical Amplifier dibutuhkan pada sambungan ratusan atau


ribuan kilometer agar didapatkan daya yang cukup pada
penerima.

e) Repeater

Repeater hanya digunakan untuk sistem digital, dimana

berfungsi merubah sinyal optik yang lemah ke bentuk listrik

kemudian dikuatkan dan dikembalikan ke bentuk sinyal optik

untuk transmisi berikutnya.

f) Detector dan Amplifier

Digunakan foto-detektor (photo-diode, photo transistor dsb)

yang berfungsi merubah sinyal optik yang diterima menjadi

sinyal listrik. Sementara Amplifier sebagai penguatan sinyal

listrik yang telah diterima.


g) Sinyal Elektrik

Sinyal output yang dihasilkan adalah output yang masih dalam

bentuk sinyal listrik. Untuk merubahnya ke sinyal informasi

yang diinginkan, harus dirubah menjadi gelombang suara atau

visual image melalui perangkat keras output.

2.3 ALAT UKUR REDAMAN OPM (Optical Power Meter)

Penelitian yang dilakukan untuk mendapat nilai redaman,

menggunakan alat ukur berupa OPM. Alat ukur ini berfungsi sebagai

pengukur kekuatan dalam Fiber Optic serta menguji daya rata rata pada Fiber

Optic. Tidak hanya itu alat ini berfungsi untuk menguji fisik kabel. OPM

merupakan alat yang digunakan untuk melakukan tes fiber optic saat

melakukan instalasi dan pemeliharaan jaringan fiber atau serat. Optical

Power Meter dipakai untuk mengukur total loss dalam sebuah link optik saat

instalasi, uji akhir atau pemelihara yang diukur dalam satuan dB atau Decible.

Gambar 2.4 Optical Power Meter


2.4 POWER LINK BUDGET

Link Power Budget merupakan metode perhitungan dengan tujuan

menghitung besaran daya yang diperlukan sehingga level daya yang diterima

tidak kurang dari level daya minimum agar dapat dideteksi oleh penerima.

Link power budget adalah perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui

batasan redaman total yang diizinkan antara daya output pemancar dan

sensitivitas. Perhitungan dan analisis power budget merupakan salah satu

metode untuk mengetahui performansi suatu jaringan.Hal ini dikarenakan

metode ini dapat digunakan untuk melihat kelayakan suatu jaringan untuk

mengirimkan sinyal dari pengirim sampai ke penerima atau dari central office

terminal ( COT ) sampai ke remote terminal (RT).

Tujuan dilakukannya perhitungan power budget adalah untuk

menentukan apakah komponen dan parameter desain yang dipilih dapat

menghasilkan daya sinyal di penerima sesuai dengan tuntutan persyaratan

performansi yang diinginkan, berikut dibawah ini merupakan gambar link

Budget.

Gambar 2.5 Link Budget


Power budget merupakan suatu hal yang sangat menentukan apakah

suatu sistem komunikasi optik dapat berjalan dengan baik atau tidak. Karena

power budget menjamin agar penerima dapat menerima daya optik sinyal

yang diperlukan untuk mendapatkan bit error rate (BER) yang diinginkan.

Perhitungan dan analisis power budget merupakan salah satu metode

untuk mengetahui performansi suatu jaringan.Hal ini dikarenakan metode ini

dapat digunakan untuk melihat kelayakan suatu jaringan untuk mengirimkan

sinyal dari pengirim sampai ke penerima.

Tujuan dilakukannya perhitungan Power Budget adalah untuk


menentukan apakah komponen dan parameter desain yang dipilih dapat
menghasilkan daya sinyal di penerima sesuai dengan tuntutan persyaratan
performansi yang diinginkan.

Dalam perhitungan Link Power Budget ada beberapa hal yang harus

dihitung yaitu perhitungan rugi-rugi berdasarkan daya yang telah diketahui,

perhitungan redaman berdasarkan spesifikasi alat yang digunakan standar

ITU.T G.948 (International Telekommunication Union Telecommunication

Standardization Sector).

Menghitung total loss pada jaringan FTTH digunakan rumus sebagai

berikut :

𝛼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐿 . 𝛼𝑠𝑒𝑟𝑎𝑡 + 𝑁𝑐 . 𝛼𝑐 + 𝑁𝑠 . 𝛼𝑠 + 𝑆𝑝………………………….........(2.1)

Keterangan Rumus : 𝛼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 : Total Loss (dB)

Nc: jumlah conector

L : Panjang kabel serat optic (km)


ɑserat : Redaman Kabel Fiber Optic / km(dB/km)

Ns : Jumlah sambungan (dB)

αc : Redaman Conector (dB)

αs : Redaman Sambungan (dB)

Sp : Redaman Splitter (dB)

Setelah didapatkan nilai loss, selanjutnya dihitung nilai daya yang diterima

pada ONT (Optical Network Termination) yang berfungsi memberi tampilan tatap

muka pengguna layanan. Sinyal optik yang ditransmisikan diubah menjadi sinyal

elektrik. Sinyal ini digunakan untuk menampilkan layanan pada para pelanggan,

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

DAYA TERIMA (Pr) : Pr = 𝑡 𝛼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙……………………….................(2.2)

Keterangan Rumus :Pr : Power Receive (dBm)

Pt: Power Transmit (dBm)

Kemudian menghitung nilai Margin daya yang diisyaratkan harus

memiliki nilai lebih dari 0 (nol). Margin daya adalah daya yang masih tersisa dari

power transmit setelah dikurangi dari loss selama proses pentransmisian,

pengurangan dengan nilai safety margin dan pengurangan dengan nilai sensitivitas

receiver.

MARGIN LEVEL : M = 𝑡 𝑠𝑒 𝑠 𝑡 𝑡𝑎𝑠 𝛼𝑡𝑜𝑡 𝑆 ..........................2.3)

Keterangan Rumus : SM: Sensitivitas Margin(6dB)


2.5 PENGERTIAN REDAMAN

REDAMAN (Rugi-rugi Serat Optik)

Pada sistem transmisi serat optik, cahaya yang merambat sepanjang

serat optik akan mengalami peredaman, sehingga diujung jauh (sisi penerima)

kekuatan cahaya akan menjadi lemah. Disisi lain kekuatan cahaya dari dioda

laser terbatas dan photodetector memiliki sensitifitas tertentu untuk dapat

mendeteksi sinyal optik.

Oleh karena itu untuk dapat mengoperasikan sistem telekomunikasi,

rugi- rugi optik (total loss) harus dibuat pada level yang lebih tinggi dari level

sensitivitas yang dimiliki oleh photodetector. Level rugi-rugi optik yang

diperbolehkan sudah ditentukan untuk masing- masing sistem telekomunikasi.

Berikut dibawah ini gambar proses perambatan cahaya pada Fiber Optic.

Gambar 2.6 Proses Perambatan Cahaya pada Fiber Optic(ayodigitalside.com)

Gambar diatas merupakan proses perambatan dan pemantulan cahaya


fiber optic pada saat transmisi sinyal melalui media Fiber Optic. Terjadinya
perambatan cahaya memicu adanya LOS yang terjadi pada Fiber Optic itu
sendiri, diantaranya:
1. Frensel Reflection , yaitu pemantulan cahaya terhadap Fiber Optic terjadi

sebelum masuk Fiber Optic, terjadi karena banyaknya konsentrasi dari

LED yang tidak sebanding dengan lebar Fiber Optic

2. Absorbtion Loss , yaitu penyerapan cahaya yang terjadi akibatfaktor media

transmisinya terjadi pada bagian core dan cladding.

3. Scattering yaitu penyebaran cahaya yang masuk dalam Fiber Optic

terdapat proses pemantulan oleh serat kaca.

4. Micro Bending Loss yaitu terjadi akibat Fiber Optic yang tertindih dengan

benda lain sehingga terdapat lekukan atau menjadi titik lentur Fiber Optic

sehingga dapat mempengaruhi arah penyebaran cahaya.

5. Radiation Loss Due To Bends yaitu radiasi cahaya yang terjadi dalam

Fiber Optic yang hilang disebabkan oleh adanya tikungan pada Fiber

Optic

6. Splicing Loss yaitu rugi rugi yang disebabkan karena penyambungan

perangkat splitter

7. Coupling Loss With Emmiting Element yaitu rugi rugi yang disebabkan

oleh perangkat pemancar.

8. Coupling Loss With Receiving Element yaitu yang disebabkan oleh

perangkat penerima.

Dalam pelaksanaan uji akhir kabel optik dimaksudkan untuk mengukur

besarnya Total loss, yaitu merupakan penjumlahan dari Cable loss, Splicing

loss dan Connector loss. Demikian juga untuk setiap sambungan harus diukur

nilai loss-nya, apakah masih dibawah standar nilai splicing loss yang
diperbolehkan. Untuk bisa mengukur total loss bisa menggunakan Optical

Power Meter.

2.6 MEDIA TRANSMISI YANG DIGUNAKAN

Kekurangan dan kelebihan menggunakan media tembaga dibanding

dengan menggunakan fiber optic.

2.6.1 Media Tembaga (Cooper Media)

Media Tembaga merupakan semua media transmisi data yang inti

media untuk mengirimkan datanya terbuat dari bahan tembaga contohnya

kabel UTP. Pada media ini, data yang dikirimkan dari satu perangkat ke

perangkat lainnya berbentuk sinyal-sinyal listrik (tegangan atau arus) digital.

Gambar dibawah ini merupakan gambar tampak dalam tembaga yang telah

dikupas dan di dalam nya terdiri dari beberapa kawat dengan beberapa warna.

Gambar 2.7 Kabel Tembaga(indonesian.alibaba.com)

Adapun Kelebihan dari media tembaga sebagai media transmisi

diantaranya adalah sebagai berikut:

 Mempunyai harga yang relatif lebih Murah


Kabel tembaga yang digunakan untuk instalasi memiliki harga yang relatif

lebih murah dibandingkan dengan kaber Fiber Optic. Kabel tembaga dapat

dibeli dengan harga Rp.200.000 sedangkan kabel Fiber Optic dapat dibeli

dengan harga Rp.600.000 harga diatas yaitu harga kabel per rol.

 Jarak jangkauan yang luas

Jarak jangkauan pada kabel tembaga lebih luas dibandingkan pemasangan

instalasi dengan menggunakan kabel Fiber optic.

 Mudah didapat

Kabel tembaga dapat dibeli di toko bangunan atau toko material listrik.

 Fleksibel

Dalam pemasangan instalasi menggunakan kabel tembaga relatif mudah

karna kabel bisa disesuaikan dengan tempat dan kondisi instalasi

pemasangan.

 Dapat digunakan untuk menyalurkan informasi sampai dengan 900 kanal

telepon

 Karena menggunakan penutup isolasi maka kecil kemungkinan terjadi

interferensi dengan system lain.

Sedangkan kekurangan dari media tembaga sebagai media transmisi

diantaranya adalah :

 Instalansi yang harus menyesuaikan bentuk dan membutuhkan tempat yang

relatif besar.

 Redaman yang relative besar, sehingga untuk hubungan perangkat yang

jaraknya jauh harus dipasang repeater-repeater.


 Jika kabel dipasang diatas tanah, rawan terhadap gangguan-gangguan fisik

yang dapat berakibat putusnya hubungan.

 Rentan terhadap gangguan frekuensi listrik dan radio yang berupa noise.

Kabel tembaga akan mengalami gangguan yang cukup terasa pada saat

transmisi.

 Kapasitas bandwithnya yang kecil

Adapun contoh dari media tembaga adalah kabel STP, Kabel UTP dan

kabel Coaxial. Sedangkan jarak maksimal pemasangan dan troughput yang

dihasilkan tergantung dari jenis kabel yang digunakan misalkan untuk kabel

UTP maksimal jarak yang diijinkan maksimal 100 meter dan kabel Coaxial

mampu mencapai jarak 500 meter.

2.6.2 Fiber Optik ( Optic Media)

Fiber optic merupakan sebuah Teknologi kabel yang menggunakan

benang serat kaca atau plastik untuk mengirimkan data agar sampai ke

tujuannya. Kabel Fiber optic terdiri dari seikat benang kaca, yang masing-masing

mampu mentransmisi pesan modulasi ke gelombang cahaya. serat kaca biasanya

memiliki diameter sekitar 120 mikrometer yang digunakan untuk

mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain hingga jarak

50km tanpa menggunakan repeater. berikut dapat dilihat gambar di bawah kabel

fiber optic tampak luar dan kabel sudah dikupas hingga nampak serabut.
Gambar 2.8 Kabel Fiber Optic(diqtio.id)

Adapun Kelebihan dari media Fiber Optic sebagai media transmisi

diantaranya adalah sebagai berikut.

 Kemampuan mengirim data dengan kapastitas yang besar dan jarak yang jauh.

Fiber optic mampu menyalurkan data yang lebih banyak dengan kecepatan

yang tinggi, bahkan bisa mencapai Gbps, sehingga lebar pita (bandwidth)

menjadi lebih besar.

 Tingkat keamanan fiber optic yang tinggi , karena serat optik tidak mudah

terbakar dan tidak mengalirkan listrik sedikitpun.

 Tahan terhadap gangguan elektromagnetik

 Ukuran dari kabel yang tipis, kecil dan juga ringkas

Ukuran untuk kabel optik berbentuk seperti serabut, oleh sebab itu telihat kecil

tipis dan ringkas.

 Lebih menghemat tempat, dibandingkan dengan kabel tembaga.

Kabel Fiber Optic memiliki diameter kabel yang kecil sehingga dapat

digunakan pada jalur yang kecil sekalipun, dan menghempat tempat ketika

pemasangan instalasi.
 Memiliki ukuran yang lebih kecil dan ringan daripada kabel lainnya, sehingga

dapat menghemat tempat.

 Memiliki gangguan yang sedikit, dikarenakan fiber optic tidak terpengaruh

oleh sinyal elektromagnetik dan radio karena tidak menggunakan listrik

melainkan menggunakan plastik dan cahaya.

 Lebih aman, Fiber optic dapat mengalirkan sinyal lebih jauh jika

dibandingkan dengan kabel yang menggunakan sinyal listrik pada umumya.

Bahkan fiber optic tidak memerlukan repeater (penguat sinyal), jika

diperlukan repeater, biasanya akan diletakkan di jarak yang jauh (sekitar 50-

100 km).

Sedangkan kekurangan dari media Fiber Optic sebagai media transmisi

diantaranya adalah :

 Perawatan dan pemasangan cukup sulit, jika terjadi kerusakan pada kabel fiber

optik, maka harus memanggil orang yang sudah berpengalaman dan sudah ahli

pada bidang tersebut dan membutuhkan alat khusus untuk memasang fiber

optik tersebut.

 Harga relatif mahal jika dibandingkan dengan kabel jenis lainnya seperti UTP

yang memiliki harga yang terjangkau.

 Kabel fiber optic tidak bisa diletakkan di belokan yang sangat tajam, ini

dikarenakan fiber optic menggunakan cahaya sebagai penghantar sinyal, jika

kabel ditekuk maka cahaya akan bocor dan akan mengalir ke tekukkan

tersebut. Fiber optic dapat disambungkan dengan kabel sehingga fiber optic

dapat menyesuaikan tempat yang akan dipasangkan agar tidak ada lagi rasa

takut akan terjadi kerusakan pada fiber optic tersebut.


2.7 Perangkat Fiber Optic

a) OLT

Optical Line Termination (OLT) adalah perangkat yang berfungsi

sebagai end-point dari layanan jaringan GPON (Gigabit Passive

Optical Network ) yaitu sebuah Teknologi transmisi Jaringan terbaru

masa kini pengganti jaringan lama tembaga, teknologi ini mengacu

kepada transmisi Fiber Optic. OLT menyediakan interface dengan

penyedia layanan (service provider) telepon, video, dan data. Fungsi

utama OLT adalah melakukan konversi sinyal listrik dalam jaringan

fiber optic yang menggunakan jaringan GPON.

b) ODC

Optical Distribution Cabinet (ODC) berfungsi sebagai tempat

instalasi sambungan jaringan fiber optic. ODC ini biasanya berbentuk

kotak atau kubah (dome) yang berisi splitter, splicing, konektor, dan

terdapat ruang manajemen kabel fiber dengan kapasitas tertentu.

Komponen splitter di dalam ODC merupakan komponen pasif yang

memisahkan daya optik dari satu input ke beberapa output fiber. Di

dalam perancangan jaringan, besarnya redaman setiap splitter

menentukan pemilihan jenis splitter.

c) ODP

Optical Distribution Point (ODP) merupakan output dari ODC

yang terhubung ke masing-masing Optical Network Termination

(ONT)/ONU. Perangkat ODP dapat berisi splitter room, konektor


adaptor, optical pigtail, dan dilengkapi ruang manajemen fiber dengan

kapasitas tertentu.

d) ONT

Optical Network Termination (ONT) merupakan perangkat pada

sisi pelanggan yang menyediakan interface, baik data, telepon,

maupun video. ONT mengubah sinyal optik yang ditransmisikan dari

OLT dan mengubahnya menjadi sinyal elektrik yang diperlukan.

e) Connector

Connector merupakan perlengkapan kabel fiber optic yang

berfungsi sebagai sambungan ujung terminal sebagai penghubung

kabel fiber optic. Connector tersedia dalam beberapa jenis yang

berbeda bentuk, yang tergantung pada kebutuhan implementasinya.

f) Splitter

Berfungsi membagikan informasi sinyal optik. Splitter mempunyai

kapasitas bermacam–macam yaitu 1:2, 1:4, 1:8, 1:32, 1:64 dan 2:32.

Di dalam ODC menggunakan kapasitas 1:4 dan di dalam ODP

menggunakan kapasitas 1:8.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN

Waktu penelitian ini berlangsung pada bulan November 2020.

Pengambilan data yang telah dilakukan pada bulan November tanggal 7 - 11

2020, dilakukan dengan didampingi dengan petugas lapangan dari PT. TELKOM.

Berikut alamat dan denah lokasi 3 SPBU yang diteliti:

 SPBU Fatmawati Semarang, beralamat di Jl. Fatmawati,

Sendangmulyo, Kec. Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Gambar 3.1 Denah Lokasi SPBU Fatmawati


 SPBU Ungaran, beralamat di Genuk Timur, Genuk, Kec. Ungaran

Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Gambar 3.1 Denah Lokasi SPBU Ungaran

 SPBU Gedanganak, beralamat di Jl. Halmahera Raya, Watububan,

Gedanganak, Kec. Ungaran Tim., Semarang, Jawa Tengah

Gambar 3.1 Denah Lokasi SPBU Gedanganak


3.2 JARINGAN FIBER OPTIC ASTINET DI SPBU FATMAWATI

Pada transmisi Fiber Optic Astinet di SPBU Fatmawati yaitu

hanya melalui ODP dan langsung menuju rack server.

 ODP

ODP adalah singkatan dari Optical Distribution Point yaitu

sebuah perangkat yang berfungsi untuk melindungi dan membagi

kabel FO/Fiber Optic (protect dan split) ke beberapa saluran.

Sedangkan Fungsi utama dari ODP adalah membagi satu core

optic dari jalur utama (provider) ke beberapa saluran, dengan

menggunakan komponen passive splitter.

Pada penelitian ini PT. Telkom menggunakan ODP dengan

jenis ODP Closure. ODP Closure merupakan suatu kotak gelap

yang terpasang pada kabel jaringan telepon utama SCPT (Single

Core Per Tube) serta kabel SSW (Self Supporting Window), serta

buat letak pemasangan dapat terletak dekat dengan tiang telepon

atapun terpasang pada pertengahan kabel diantara 2 tiang telepon.

Gambar 3.2 ODP CLOSURE


 RACK SERVER

Rack Server merupakan rack yang secara khusus memang

dirancang sebagai penempatan server atau digunakan juga sebagai

peralatan jaringan network diantaranya computer server dan switch

dan lain sebagainya. Adapun manfaat utama rack server ini adalah

sebagai ruang atau tempat yang lebih efisiensi dan menjadi

peralatan maintenance menjadi lebih mudah.

Dalam sebuah rack tunggal terdapat beberapa rack server

yang ditumpuk diatasnya. Sumber daya jaringan yang lain juga ikut

terkonsolidasi, hingga mengurangi ruang lantai sesuai yang

diperlukan. Konfigurasi rack server juga bermanfaat untuk

menyederhanakan pemasangan kabel antara komponen jaringan

yang lain.

Selain itu dalam sebuah peralatan rack server juga diisi

dengan system pendingin yang khusus digunakan untuk mencegah

panas yang berlebihan. Pasalnya jika terdapat panas yang

berlebihan akan terjadi banyak daya kmponen yang terbuang,

mengingat dalam ruang kecil memiliki daya terbatas.

Dalam satu rak server nantinya memiliki beberapa bagian

rak yang bertumpuk di bagian atasnya. Sumber daya dari jaringan

lainnya akan langsung ikut terkoneksi sampai sampai dengan

meminimalisir ruang lantai yang dibutuhkan, sehingga luas lokasi

dapat termanfaatkan.
Gambar 3.3 RACK SERVER

3.3 ALAT DAN BfAHAN

Penelitian Tugas Akhir tentang “Analisa Redaman Fiber Optic


pada Pemasangan Digitalisasi SPBU Pertamina oleh PT.TELKOM
WITEL SEMARANG Dengan “Power Link Budget” memerlukan alat dan
bahan antara lain :

1. Alat ukur OPM

Yaitu alat ukur yang digunakan dalam pengukuran suatu redaman

pada perangkat OLT yang digunakan pada proses transmisi data, alat ini

hanya dapat menghasilkan nilai redaman.

2. Kabel Patch core

Yaitu kabel yang digunakan untuk menghubungkan dari perangkat

OLT yang akan di ukur ke alat ukur untuk mendapatkan nilai suatu

redaman.
3. Connector

Yaitu alat yang dapat menguhubungkan perangkat-perangkat

jaringan ke kabel fiber optik sehingga transmisi data dapat berjalan dengan

baik.Tanpa adanya konektor kabel-kabel jaringan tidak dapat terhubung

dengan network adaptor. Secara singkatnya fungsi connector adalah

sebagai penghubung antara perangkat satu dengan perangkat yang lainnya

namun ada juga beberapa connector yang memiliki fungsi yang berbeda.

4. Splitter

Yaitu kabel fiber optic yang digunakan sebagai saluran transmisi

atau mentransmisikan sinyal cahaya dari satu lokasi ke lokasi yang lain.

Splitter tersebut memang dijadikan sebagai perangkat pasif yang dipakai

untuk membiaskan cahaya yang ada pada kabel fiber optik dalam jumlah

kabel tertentu.

5. Dropcore

Kabel drop ini berfungsi meneruskan sinyal optic dari ODP ke

SPBU, ini dimaksudkan untuk menanggulangi lokasi dimana instalasinya

banyak belokan–belokan, sehingga yang tidak sensitif terhadap tekukan

(insensitive bending)
3.4 DIAGRAM ALIR

3.4.1 Flowchat Penelitian

Pada penelitian Tugas Akir ini adapun flowchart seperti dibawah ini:

MULAI

PERUMUSAN MASALAH DAN


TUJUAN

PENENTUAN VARIABEL

1. Pengumpulan Data
(Redaman Internal,Redaman Konector, Redaman Splice,
Jumlah Splice, Redaman Bending )
2. Penentuan Alat Ukur (Menggunakan Opm)

Perhitungan Dengan Power Link Budget

Analisa Perhitungan Redaman

Apakah
Sesuai
Standar
PT.Telkom

TIDAK
YA

SELESAI

Gambar 3.4 Flowchart Penelitian Tugas Akhir


Penjelasan flowchart

1. Langkah pertama yang dilakukan untuk menganalisa data yaitu

mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan seperti alat ukur OPM

untuk mengukur besar redaman yang terjadi pada proses transmisi data

ke perangkat OLT.

2. Menentukan rumusan masalah dan tujuan dari analisa.

3. Menentukan variabel yang akan dianalisa diantaranya redaman

internal, redaman konector, redaman splice, jumlah splice, redaman

bending .

4. Setelah mendapatkan variabel yang akan dianalisa, selanjutnya

melakukan proses perhitungan dan pengukuran dengan alat ukur.

5. Mendapat hasil akhir nilai redaman yang telah dilakukan,baik dengan

perhitungan dan pengukuran yang telah dilaksanakan

6. Analisa selesai, mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan. Jika hasil

yang didapat hampir sama, proses selesai tetapi jika terjadi selisih

antara pengukuran dengan perhitungan sangat jauh, berarti kembali ke

proses: pengercekan perangkat perhitungan dan pengukuran.

7. Kesimpulan , yaitu suatu hasil akhir yang didapatkan setelah dilakukan

proses penelitian.
3.5 Cara Mengetahui Besar Redaman Pada Fiber Optic

Mengetahui besar redaman yang terjadi pada Fiber Optic yaitu bisa di

dapatkan nilai dari proses pengukuran dengan menggunakan alat ukur. Selama

penelitian berlangsung pengukuran nilai redaman pada perangkat OLT

menggunakan alat ukur OPM. Alat ukur OPM dinilai lebih akurat dan sesuai

dengan standar perusahaan yang digunakan.

Pada saat pengukuran dengan menngunakan alat ukur tersebut nilai yang

dihasilkan yaitu redaman dari pengirim hingga sampai ke penerima.

3.5.1 Langkah Langkah Pengukuran Nilai Redaman

 Mempersiapkan alat alat yang akan digunakan berupa alat ukur OPM dan

kabel Patchcore

 Pastikan alat ukur tidak rusak dan akses pengiriman data ke ODP sampe ke

pelanggan atau SPBU.

 Pasangkan kabel patchcore pada alat ukur OPM.

 Ubah satuan alat ukur menjadi dBm untuk satuan perhitungan nilai

redaman.

 Nilai redaman muncul pada layar alat ukur OPM.

 Tulis nilai redaman dan SPBU yang dituju.


Proses pengukuran besar nilai redaman dapat diliat seperti gambar dibawah ini :

Gambar 3.5 Proses Pengukuran redaman menggunakan OPM

3.5.2 Parameter Penelitian yang Dilakukan Pada Saat Pengukuran di SPBU

 jarak, disini yang dimaksud dengan jarak yaitu jarak dari ODP sampai

dengan rack server SPBU yang dituju untuk dilakukan pengukuran

nilai redaman.

 jumlah connector, yaitu banyaknya connector yang terpasang pada

sebuah OLT.

 Redaman conector yaitu nilai rugi rugi yang keluar dari connector itu

sendiri.

 Redaman splicing adalah redaman yang di dapatkan pada saat

mengukur redaman dimasing masing sambungan Splitter.

 Redaman instrinsik yaitu nilai satuan redaman rata rata per kilometer.
3.6 Standarisasi dan Data Dari PT. TELKOM

Tabel Hasil Pengukuran Nilai Redaman yang Dilakukan di SPBU

Fatmawati , Ungaran, Gedanganak.

Redaman
Panjang Redaman Redaman
No Nama Jarak
Gelombang
Connector Splice fiber
connector splicing
optic
SPBU 320 0,3
1 1310 nm 5 7 0,5 dB 0,1 dB
Fatmawati m dB/KM
SPBU 430 0,25
2 1310 nm 6 7 0,5 dB 0,1 dB
Ungaran m dB/KM
SPBU
400 0,26
3 Gedangana 1310 nm 1 14 0,5 dB 0,1 dB
m dB/KM
k
Tabel 3.1. Data Nilai Redaman

Standar Total
No Keterangan Satuan Redaman Volume Redaman
(dB) (dB)
1 Kabel Fo Km 0,35 17 5,95
2 Splitter 1:2 Buah 3,7
1:4 Buah 7,25 1 7,25
1:8 Buah 10,38 1 10,38
1:16 Buah 14,1
1:32 Buah 17,45
3 Konektor SC/UPC Buah 0,25 5 1,25
SC/APC Buah 0,35 2 0,5
4 Sambungan Di Kabel Buah 0,1 8 0,8
Feeder
Di Kabel Buah 0,1 2 0,2
Distribusi
Di Drop Buah 0,1 2 0,2
Kabel
Total Redaman Murni 26,73
Total Redaman + Toleransi (1,27dB) 28

Tabel 3.2. Standarisasi PT.Telkom


BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Proses Pengukuran
Proses pengukuran besar nilai redaman yang dilakukan, didapatkan

hasil yang berbeda beda pada tiap SPBU yang diukur.

Pengukuran dilakukan di 3 SPBU, dari hasil pengukuran di

dapatkan data berupa jarak, jumlah connector, jumlah sambungan (splice),

redaman connector, redaman splicing, redaman instrinsik, redaman

pathcore.

Pengukuran yang pertama dilakukan di SPBU Fatmawati yang

dimana jarak antara ODP ke Rak Server SPBU kisaran 320 m, selanjutnya

pengukuran redaman yang ke dua berada di SPBU Ungaran, dimana jarak

antara ODP ke Rak server SPBU kisaran 430 m, pengukuran redaman

yang ke tiga dilakukan di SPBU Gedanganak dimana jarak ODP ke Rak

Server SPBU kisaran 400 m.

4.2 Perhitungan Dengan Menggunakan Power Link Budget


 SPBU Fatmawati

Diketahui :

Daya keluaran sumber optic : 3dBm

Sensitivitas Detector : -29dBm

Redaman Fiber Optic : 0.35db/KM

Redaman Splice : 0,1 dB

Redaman conector : 0,5dB

Jumlah conector :5
Redaman Spiltter 1:4 : 7,25dB

Redaman Splitter 1:8 : 10,38dB

Jumlah splacing :7

ODP – ONT : 0,32KM

Ditanya : Besar Loss total, Pr, dan M :?

Dijawab :

total = ( ) ( ) ( )

= (0,32 x 0,35) + ( ) ( )+

=0,112 + 2,5 + 0,7 +

= 20,942 dB

Pr =

= 3 – 20,942

= - 17,942 dB

M =( )

= (3 – (-29)) – 20,942 – 6

= 5,058 dBm

( ( )
% EROR :

( )
:

=0,25%
 SPBU Ungaran

Diketahui :

Daya keluaran sumber optic : 3dBm

Sensitivitas Detector : -29dBm

Redaman Fiber Optic : 0.35db/KM

Redaman Splice : 0,1 dB

Redaman conector : 0,5 dB

Jumlah conector :6

redaman Spiltter 1:4 : 7,25 dB

Redaman Splitter 1:8 : 10,38dB

Jumlah splacing :7

ODP – ONT : 0,43 KM

Ditanya : Besar R total, Pr, dan M :?

Dijawab :

R total = ( ) ( ) ( )

= (0,43 x 0,35) + ( ) ( )+

= 0,1505 + 3 + 0,7 + 17,63

= 21,4805 dB

Pr :

: 3 – 21,4805

= - 18,4805 dB

M =( )
= (3 – (-29)) – 21,4805 – 6

= 4,5195 dBm

( ( )
% EROR :

( )
:

=0,23%

 SPBU Gedanganak

Diketahui :

Daya keluaran sumber optic : 3dBm

Sensitivitas Detector : -29dBm

Redaman Fiber Optic : 0.35db/KM

Redaman Splice : 0,1dB

Redaman conector : 0,5dB

Jumlah conector :1

Redaman Spiltter 1:4 : 7,25dB

Redaman Splitter 1:8 : 10,38dB

Jumlah splacing : 14

ODP – ONT : 0,4 KM

Ditanya : Besar R total, Pr, dan M :?

Dijawab :

R total = ( ) ( ) ( )
= (0,4 x 0,35) + ( ) ( )+

=0,14 + 0,5 + 1,4 + 17,63

= 19,67 dB

Pr =

= 3 – 19,67

= - 16,67 dB

M =

= (3 – (-29)) – 19,67 – 6

= 6,33 dBm

( ( )
% EROR :

( )
:

=0,29%
Hasil dari perhitungan yang telah dilakukan dapat dibuat tabel untuk

mepermudah dalam menganalisa, hasil nilai Loss total dapat disajikan dalam tabel

grafik.

30

25

20
Ssatuan dB

15

10

0
SPBU Fatmawati SPBU Ungaran SPBU Gedanganak
Standarisasi 28 28 28
Perhitungan 20,942 21,4805 19,67

Gambar 4.1 Grafik Loss Total

Dari grafik diatas selisih nilai perhitungan dan pengukuran mengalami

selisih yang berbeda dan tidak relatif besar dikarenakan faktor jarak pun

mempengaruhi,

Grafik yang ada diatas menunjukan hasil antara perhitungan dan

standarisasi PT. Telkom, redaman pada 3 SPBU yang telah diteliti. Nilai yang

dihasilkan dari perhitungan hampir mendekati standarisasi yang ada, kemudian

nilai yang dihasilkan dalam perhitungan berkisar antara 19,67 sampai 21,4805

perhitungan yang telah dilakukan meskipun nilai yang dihasilkan kecil tetapi

masih tetap memenuhi standar redaman.


Tabel 4.1 Nilai Redaman Berdasarkan Hasil Pengukuran dan Perhitungan

NO NAMA SPBU NILAI NILAI STATUS


SATNDARISASI PERHITUNGAN KELAYAKAN
SPBU
1 FATMAWATI 28dB 20,942dB BAIK
SPBU
2 UNGARAN 28dB 21,4805dB BAIK
SPBU
3 GEDANGANAK 28dB 19,67Db BAIK

Analisa hasil perhitungan untuk mendapatkan nilai Pr atau sering disebut

dengan daya terima transmisi dapat disajikan dalam bentuk grafik dibawah ini :

-5

-10
Satuan dBm

-15

-20

-25

-30
SPBU FATMAWATI SPBU UNGARAN SPBU GEDANGANAK
DAYA TERIMA -17,942 -18,4805 -16,67
Standarisasi -28 -28 -28

Grafik 4.2 Nilai Daya Output Terhadap Daya Terima

Grafik diatas menunjukan nilai daya terima yang dikirim dari ODP

menuju Rak server SPBU, daya keluaran sumber Optic sebesar 3dBm

menghasilkan nilai daya terima ODP sesuai dengan hasil yang telah dihitung pada

tabel dibawah ini. Nilai daya terima dari ke 3 SPBU dikatakan masih memenuhi

standar antara -8 sampai dengan -24dBm.


Tabel 4.2 Nilai daya terima SPBU

DAYA DAYA

NO NAMA SPBU OUTPUT TERIMA KELAYAKAN

(dBm) (dBm)

1 SPBU FATMAWATI 3 -17,942 BAIK

2 SPBU UNGARAN 3 -18,4805 BAIK

3 SPBU GEDANGANAK 3 -16,67 BAIK

Hasil dari perhitungan Margin Level dari ke 3 SPBU dapat dikatakan

layak dikarekan angka yang didapat tidak ada yang dibawah angka 0 melainkan

diatas 0, nilai kisaran Margin Level antara 3 sampai dengan 14, oleh sebab itu

dalam kondisi seperti ini nilai Margin Level pada Fiber Optic masih dalam

standar.

Tabel 4.3 Nilai Margin Level

NO NAMA SPBU NILAI

1 SPBU FATMAWATI 5,058

2 SPBU UNGARAN 4,5195

3 SPBU GEDANGANAK 6,33


NILAI MARGIN LEVEL
7

3 NILAI MARGIN LEVEL

0
SPBU Fatmawati SPBU Ungaran SPBU Gedanganak

Gambar 4.3 Grafik Margin Level

Hasil perhitungan nilai error pada perhitungan yang telah dilakukan pada

ke 3 SPBU yang telah diteliti didapatkan nilai error yang dapat dikatakan masih

stabil dikarenakan nilai eror tersebut tidak lebih dari 1%. Adanya error yang

diperoleh bisa dikarenakan dari beberapa faktor yaitu faktor penyambungan dan

factor pembengkongan. Berikut nilai error pada 3 SPBU dapat dilihat pada tabel.

Tabel 4.4 Nilai Error

STATUS
NO NAMA SPBU NILAI ERROR
KELAYAKAN
1 SPBU FATMAWATI 0,25% LAYAK
2 SPBU UNGARAN 0,23% LAYAK
3 SPBU GEDANGANAK 0,29% LAYAK
NILAI ERROR
0,35%

0,30%

0,25%

0,20%

0,15% NILAI ERROR

0,10%

0,05%

0,00%
SPBU FATMAWATI SPBU UNGARAN SPBU GEDANGANAK

Gambar 4.4 Grafik Nilai Error pada Redaman

4.3 Analisa Redaman Jaringan (Fiber Optic)

Dari penelitian yang telah dilkukan mendapatkan hasil analisa seperti berikut

dibawah ini :

 Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, saat ini media transmisi banyak

menggunakan Fiber Optic, hal ini ditunjukan dari perangkat transmisi

yang digunakan sudah beralih pada Fiber Optic.

 Menggunakan Fiber Optic dalam pemasangan Digitalisasi SPBU

dikarenakan agar tidak ada delay atau keterlambatan pengiriman data ke

Dashboard Pertamina

 Nilai redaman yang dihasilkan dalam proses perhitungan dan standarisasi

mempunyai selisih angka. Hal ini tidak menjadikan suatu permasalahan

dikarenakan selisih angka yang terjadi tidak membuat nilai redaman

melebihi standar kelayakan perusahaan.


 Dalam proses penelitian yang telah dilakukan serta dari data yang telah

diperoleh, perhitungan dengan metode Power Link Budget ini hanya

menghitung besar R total yang terjadi dari ODP ke rak server yang berada

di SPBU, perhitungan daya terima (Pr), dan Margin Level.

 Pada saat penelitian menghitung dan mengukur nilai redaman terdapat

nilai error yang dihasilkan, dan nilai error dapat dihitung dan didapatkan

hasil yang baik dan dapat dikatakan layak untuk memenuhi standar.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian Tugas Akhir yang telah dilaksanakan di

SPBU Fatmawati, SPBU Ungaran dan SPBU Gedanganak tentang besar nilai

redaman yang terjadi dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Nilai perhitungan redaman yang diukur pada SPBU Fatmawati, didapatkan

nilai standarisasi 28B dan hasil perhitungan sebesar 20,942dB, nilai

perhitungan yang didapat tidak jauh dari nilai standarisasi yang ditetapkan

yaitu maksimal 28dB, hal ini juga dialami oleh ke 2 SPBU yang lain.

2. Daya output yang dikeluarkan dari Fiber Optic sebesar 3 dBm dan standar

daya input sebesar -28dBm, akan tetapi masing - masing SPBU

memperoleh daya terima yang berbeda beda, perbedan nilai daya terima

yang diperoleh tiap SPBU dikarenakan jumlah perangkat dan jarak yang

berbeda beda. Nilai daya terima ke 3 SPBU yaitu, SPBU Fatmawati

sebesar -17,942 dB, SPBU Ungaran sebesar -18,4805 dB, SPBU

Gedanganak sebesar -16,67dB.

3. Nilai error yang didapat pada saat penelitian masih dapat dikatakan layak

dan baik,dikarenakan nilai error tidak lebih dari 1 % nilai error terendah

ada pada SPBU Ungaran dengan nilai 0,23% dan nilai error tertinggi ada

pada SPBU Fatmawati dan SPBU Gedanganak sebesar 0,29 %.


5.2 Saran

5.2.1 Saran Bagi Perusahaan

Adapun saran yang dapat ditemukan setelah melakukan analisa penelitian atas

hasil penelitian yang telah dilakukan sebagai berikut :

1. Perusahaan hendaknya memiliki history pengukuran nilai redaman setiap

hari, supaya lebih mudah dalam melakukan proses monitoring, serta dapat

memberikan penjelasan perbandingan menganai nilai redaman yang

mungkin bisa jadi dapat berubah sewaktu – waktu.

2. Perusahaan juga perlu memperhatikan keadaan lapangan pada saat

terjadinya gangguan, sehingga tekniksi yang ditugaskan bisa cepat dalam

menangani gangguan tersebut.

5.2.2 Saran Bagi Penelitian Selanjutnya

Dalam penelitian ini masih terdapat banyak keterbatasan dan kekurangan.

Maka dari itu, berikut ini saran yang diberikan kepada penelitian selanjutnya

antara lain :

1. Perlu adanya penelitian dari beberapa SPBU lain sehingga dapat

membandingkan hasil dengan SPBU yang telah digunakan untuk

penelitian dan juga melakukan pengukuran redaman total keseluruhan.

2. perlu menambahkan beberapa metode yang dapat menunjang perhitungan

Fiber Optic sehingga akan didapatkan hasil yang optimal, seperti halnya

metode dengan mengguanakan Rise Time Budget.


DAFTAR PUSTAKA

Fahrudin Rosanto, D. Z. (2017). “Analisis Perancangan Jaringan Fiber To The

Home Area Jakarta Garden City (Jakarta Timur) Dengan Metode Link

Power Budget Dan Rise Time Budget”. 2nd Seminar Nasional Iptek

Terapan (Senit), 105-111.

Fourman, Daniel. (2019). “Perancangan Dan Analisis Jaringan Akses Fiber To

The Home (Ftth) Dengan Teknologi Gigabit Passive Optical Network

(Gpon) Di Perumahan Grand Sharon”. E-Proceeding Of Engineering, Vol.

06, No. 01,956-963.

Ilhamirosa, Fatah. (2017). ”Link Budget Analisis Fiber To The Home Pada

Wilayah Resisdensial Untuk Perancangan Yang Efektif Dan Efisien Di

Puri Anjasmoro Kecamatan Semarang Barat Menggunakan Teknologi

Gpon”. Prosiding Konferensi Ilmiah Mahasiswa Unissula (Kimu 2) 189-

196.

Rahmania. (2019). "Analisis Power Budget Jaringan Komunikasi Serat Optik Di

Pt.Telkom Akses Makassar". Vertex Elektro, Vol. 01, No. 02, 52-64.

Subchan Mauludin, Mochamad Dan Indah Rahmawati (2017). "Analisa Jaringan

Ftth Sto Johar Ke Mg Setos Berdasarkan Teknologi Gpon Di Pt. Telkom

Akses Digital Life Regional Iv Jateng Dan D.I.Y."Media Elektrika, Vol.

10, No. 01,30-38

Wimatra, Sunardi Dan Sunardi (2019). "Analisis Serat Optik Dengan

Menggunakan Metode Power Budget". Jurnal Teknovasi. Vol. 06, No. 03,

24-34.
LAMPIRAN

Lampiran A. Hasil Data Pengukuran

SPBU Ungaran

SPBU Gedanganak
SPBU Fatmawati

Lampiran B. Jaringan Fiber Optic dari ODP – ONT

SPBU Ungaran
SPBU Gedanganak

SPBU Fatmawati Semarang

Anda mungkin juga menyukai