OLEH:
A
13.03.0.013
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat Rahmat,
Karunia dan Hidayah-Nya jualah Penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktik ini dengan
baik. Laporan kerja praktik elektris ini disusun berdasarkan hasil orientasi dan kegiatan kerja
praktik elektris yang telah dilaksanakan di PT. PLN (PERSERO) WS2JB PALEMBANG
RAYON KENTEN yang dilaksanakan sejak tanggal 24 januari 2011 19 maret 2011.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam bimbingan, bantuan data, dan motivasi sehingga laporan kerja
praktik elektris ini dapat diselesaikan. Dan juga Penulis tak lupa mengucapkan rasa terimakasih
kepada yang terhormat :
1. Bapak Ir. Sariman, MS., selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas Sriwijaya
2. Bapak Bhakti Yudho S., ST, MT, selaku Sekretasis Jurusan Teknik Elektro Universitas
Sriwijaya
3. Ibu Caroline, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing Akademik
4. Bapak Ir. Rajasa Gauthama, MM, selaku Manager PT. PLN (PERSERO) WILAYAH S2JB
PALEMBANG
5. Bapak Badron, SE selaku Manager PT. PLN (PERSERO) RAYON KENTEN
6. Bapak Yuspan Kornedi selaku Pembimbing kerja paraktek PT. PLN (PERSERO) RAYON
KENTEN
7. Operator PLN RAYON KENTEN beserta seluruh karyawan.
8. Orang Tua yang telah memberikan dukungan mora, materi, dan doanya.
9. Teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian laporan kerja praktik elektris ini.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan kerja praktik elektris ini.
Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT.
Akhirnya penulis berharap mudah mudahan laporan kerja praktik elektris ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi mahasiswa Teknik Elektro Universitas Sriwijaya.
Dalam penulisan laporan ini mungkin terdapat kekurangan-kekurangan baik dalam penulisan
maupun isi dari laporan, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran sehingga berguna bagi
kita semua.
Batam, Mei 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...i
LEMBAR PENILAIAN.................................................................................iii
BAB III
SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI PT. PLN (PERSERO) W. S2JB......15
3.1 Sistem Keadaan Kelistrikan di Kota Palembang........................................15
3.3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam hal ini pihak Jurusan Teknik Elektro telah menyiapkan suatu program
berupa mata kuliah Kerja Praktek yang wajib diikuti setiap mahasiswa Teknik Elektro.
Melalui mata kuliah Kerja Praktek ini mahasiswa diharapkan mampu memahami ilmu
elektronik secara terarah karena pada dasarnya ilmu yang diperoleh di bangku kuliah bersifat
teoritis.
1.2 Tujuan Kerja Praktek
Pelaksanaan Kerja Praktek ini bertujuan sebagai syarat untuk melengkapi mata
kuliah Kerja Praktek yang berjumlah 2 (dua) SKS di Jurusan Teknik Elektro Universitas
Sriwijaya, sekaligus agar mahasiswa memahami aplikasi dari disiplin ilmu elektro yang
selama ini telah dipelajari secara teoritis dalam perkuliahan.
1.3 Manfaat Kerja Praktek
Dengan mengikuti program Kerja Praktek di PT. PLN (Persero) WS2JB Cabang
Palembang, maka saya sebagai mahasiswa Kerja Praktek dan pihak Universitas Sriwijaya
serta PT. PLN (Persero) WS2JB Cabang Palembang memperoleh masukan masukan dan
manfaat sebagai berikut :
Bagi Mahasiswa Kerja Praktek :
1. Telah menyelesaikan mata kuliah Kerja Praktek di Jurusan Teknik Elektro sebanyak 2
(dua) SKS.
BAB V:
Berisi tentang peralatan sistem pengaman yang terdiri dari Pemutus Tenaga, Relay
Arus Lebih (OCR), Pemutus Balik Otomatis (Sectionaliser), Pelebur (Fuse cut
Out), Load Break Switch (LBS)
KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan dan saran yang mungkin berguna bagi penulis dan PLN.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN UMUM
SEJARAH SINGKAT PT. PLN (PERSERO) WS2JB
2.1 Sejarah Berdirinya PLN di Sumatera
PERIODE I (1924-1942)
Pada tahun 1924 sudah berdiri perusahaan swasta Belanda yang mengelola
kelistrikan di kota Palembang yaitu NV. Nederland Indische Gas Electriciteits Maatschapij
yang disingkat menjadi NV. NIGEM yang memiliki mesin pembangkit tenaga listrik merk
SULZER sebanyak 2 (dua) unit mulai dioperasikan pada tahun 1927 dan mempunyai anak
perusahaan di Tanjung Karang berdiri tahun 1927 yang mulai dioperasikan tahun 1929.
Mesin pembangkit tenaga listrik yang dimiliki adalah SLM WINTHERTOUR 4
DN sebanyak 2 (dua) unit dengan daya terpasang 180 KW kemudian ditambah dengan mesin
KLM WITHERTOUR 6 DN daya terpasang 400 KW yang mulai dioperasikan tahun 1939,
Lahat tahun 1931, Muara Enim tahun 1931, Baturaja dan Bengkulu tahun 1931 (Berdasarkan
data data tanah yang memiliki perusahaan tersebut). Sebelum pecah Perang Dunia II NV.
NIGEM berubah namanya menjadi NV. Overzeeche Gas EN Electriciteits Maatschapij yang
disingkat NV. OGEM. Daerah kerjanya tidak berubah (pusat perusahaannya berada di
Amsterdam Belanda).
PERIODE II (1942-1945)
Pada masa pecahnya Perang Dunia II, dimana tentara Jepang banyak mendapat
kemenangan dalam peperangan di Asia termasuk Indonesia dapat dikuasai Jepang, dengan
demikian perusahaan listrik di kota Palembang dikuasai pula oleh Jepang dan diberi nama
Denky Kyoky. Denky Kyoky tidak bertahan lama sebab Jepang menyerah ketika kota
Hirosima dan Nagasaki dibom oleh Sekutu.
Selama dikuasai Jepang, kelistrikan di daerah Sumatera bagian Selatan tidak
mengalami perkembangan kecuali di Tanjung Karang di mana sentral pembangkit listrik
yang diledakkan Belanda dapat diperbaiki oleh Jepang. Belanda kembali masuk ke Indonesia
dan perusahaan listrik Denky Kyoky diserahkan kepada Belanda dengan nama NV. OGEM.
PERIODE III (1945-1959)
Setelah Indonesia merdeka dan berdaulat penuh sejak tanggal 17 Agustus 1945
Belanda masih menguasai dan mengelola perusahaan listrik (NV. OGEM). Pada tahun 1958
tanggal 27 Desember 1958 tentang nasionalisasi perusahaan milik Belanda termasuk NV.
OGEM diambil alih oleh Republik Indonesia yang dikelola oleh P3LG (Pemerintah
Indonesia dan Langsung dibawah Pengawasan Listrik dan Gas). Sumatera Selatan yang
diatur dalam PP No. 16 tahun 1959 kemudian P3LG dialihkan di bawah naungan
Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga (DPUT). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum dan Tenaga nomor : Ment. I/U/24 tanggal 16 Juni 1959 Listrik dikelola
oleh Perusahaan Listrik Negara Djakarta (PLND).
PERIODE IV (1960)
Setelah terbit Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga nomor :
Ment.16/4/10 tanggal 6 Juni 1960 maka terbentuklah struktur organisasi perusahaan umum
listrik negara Exploitasi yang meliputi daerah kerja Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu
dan Riau.
PERIODE V (1965)
serta SDM & ADM sesuai dengan kebijakan atau kebijaksanaan PLN serta membawahi
Ranting dan Rayon.
Asisten Manager
Asisten Manager Distribusi, membawahi :
- Ahli Teknik Muda Perencanaan Distribusi
- Ahli Teknik Muda Konstruksi Distribusi
- Supervisor Operasi Distribusi
- Supervisor Pemeliharaan Distribusi
Asisten Manager Pemasaran, membawahi :
- Ahli Teknik Muda Riset Pasar
- Ahli Teknik Muda Kebutuhan Tenaga Listrik
Asisten Manager Komersial, membawahi :
- Ahli Teknik Muda Pelayanan Pelanggan
- Ahli Teknik Muda Cater
- Ahli Teknik Muda Penagihan
- Supervisor Cater
- Supervisor TU Langganan
- Supervisor Sistem Informasi
Asisten Manager Keuangan, membawahi :
- Supervisor Pengendalian Anggaran dan Keuangan
- Supervisor Pengendalian Pendapatan
- Supervisor Akuntansi
Asisten Manager SDM & ADM, membawahi :
- Ahli Teknik Muda Komunikasi
- Ahli Teknik Muda Hukum
- Supervisor SDM
- Supervisor Sekretariat
- Supervisor Perbekalan
Asisten Manager Proteksi dan Pengukuran, membawahi :
- Ahli Teknik Muda Rele dan Proteksi
- Ahli Teknik Muda Tera
- Supervisor Prakitan alat pengukur dan Pembatas (APP)
- Supervisor Automotic Meter Reading (AMR)
- Supervisor Pemakaian Penertiban pemakaian organisasi Listrik (P2TL)
2.3 Pembagian Tugas Asisten Manager Distribusi
Mempunyai tugas pokok mengkoordinir, memberi petunjuk dan mengarahkan
bawahan di lingkungan distribusi.
Ahli Teknik Muda Perencanaan Distribusi
Mempunyai
tugas
pokok
mengatur
penyusunan
rencana
kerja,
BAB III
SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI PT PLN (PERSERO) WS2JB
3.1 Keadaan Kelistrikan di Kota Palembang
Pengadaan tenaga listrik untuk kota Palembang dan sekitarnya dipasok oleh
beberapa pusat pembangkit, yaitu pusat pembangkit yang dikelola oleh PLN sektor
Keramasan dan pusat pembangkit yang dikelola oleh PLN Sektor Bukit Asam.
Semua pembangkit tenaga listrik tersebut tersebar dan dihubungkan satu dengan
yang lain menjadi satu sistem interkoneksi (Interkoneksi Sumbagsel). Pemakaian tenaga
listrik di kota Palembang dan sekitarnya sebagian besar digunakan untuk rumah tangga dan
sebagian lain untuk industri dan bisnis.
1. Pembangkit Tenaga Listrik Yang Dikelola Oleh PT. PLN
PLN sektor Keramasan mempunyai pusat-pusat pembangkit tenaga listrik
yang tersebar dalam kota Palembang, yaitu:
Pusat Pembangkit Tenaga Listrik di Keramasan, terdiri dari :
PLTU I dan II (2 x 12,5 MW)
PLTG II dan III (2 x 14,779 MW)
PLTG IV (1 x 21,35 MW)
Pembangkit Tenaga Listrik di Boombaru terdiri dari :
PLTG I (1 x 14 MW)
Pembangkit Tenaga Listrik di Sungai Juaro terdiri dari :
PLTD I dan II Hitachi (2 x 12,6MW)
Daya listrik yang dikirim dari pusat-pusat beban dari pembangkit dikirimkan melalui
saluran transmisi yang bertegangan 70 KV untuk dalam kota dan 150 KV dari Tanjung
Enim. Saluran 70 KV dalam kota memakai saluran berbentuk ring yang melintasi
pinggiran kota Palembang. Saluran transmisi ini mulai beroperasi tahun 1974 dan
menginterkoneksikan antara pembangkit tenaga listrik yang berada di Boombaru, Sungai
Juaro dan Keramasan. Sistem Transmisi yang ada sekarang adalah menggunakan sistem
Ring. Saluran Transmisi tersebut menggunakan kawat penghantar udara ASCR dengan luas
penampang 120 mm2 dan kabel tanah GSWR dengan luas penampang 35 mm2 . Tegangan
70 KV ini didapat dengan menaikkan tegangan pada pusat pembangkit melalui Step Up
Transformer lalu disalurkan melalui saluran transmisi ke gardu-gardu induk. Pada gardu
induk 70 KV diturunkan menjadi 12/20 KV melalui Step Down Transformer. Jumlah gardu
induk yang dioperasikan di kota Palembang adalah 7 buah, seperti terlihat pada tabel 3.1.
Kemudian tegangan 12 KV dari masing-masing gardu induk yang dikirimkan melalui
gardu-gardu hubung (distribusi primer) dengan menggunakan saluran udara tegangan
menengah (SUTM) dan saluran kabel tegangan menengah (SKTM). Dari gardu-gardu
hubung langsung menuju ke gardu distribusi untuk diturunkan tegangannya menjadi
tegangan rendah (127/231 V atau 231/400).
Tabel 3.1. Jumlah Gardu Induk
Gardu Induk
Lokasi
Kapasitas
Bukit Siguntang
2 x 15 MVA
II
Talang Ratu
2 x 5 MVA, 2 x 10 MVA
III
Boombaru
2 x 20 MVA, 1 x 10 MVA
IV
Seduduk Putih
2 x 15 MVA
Sungai Juaro
2 x 15 MVA
VI
Borang
1 x 30 MVA
VII
Talang Kelapa
1 x 30 MVA
VIII
Keramasan
2 x 30 MVA
IX
Betung
1 x 30 MVA
Simpang Tiga
1 x 30 MVA
bangunan-bangunan
yang
lokasinya
ramai
dam
membahayakan
apabila
mempergunakan hantaran udara (overhead lines), tapi gardu distribusi yang terbuat dari
beton dan metal clad, kabel tanah dipakai untuk saluran dari rak pembagi tegangan rendah ke
tiang pertama. Penggunaan hantaran udara (overhead lines) sangat cocok dan sesuai untuk
gardu tiang, karena pemasangan gardu tiang tidak memerlukan tempat yang luas.
Beberapa keuntungan dan kerugian sistem hantaran udara :
Keuntungan :
Pemasangan lebih mudah dibandingkan dengan sistem hantaran kabel bawah tanah.
Pemeliharaan jaringan lebih mudah dibandingkan dengan sistem kabel bawah tanah.
Biaya pemasangan jauh lebih murah.
Lokasi gangguan langsung dapat dideteksi.
Mudah untuk perluasan jaringan.
Kerugian
Mudah mendapat gangguan
Pencurian melalui jaringan mudah dilakukan.
Beberapa keuntungan dan kerugian hantaran bawah tanah:
Keuntungan :
Tidak mudah mengalami gangguan.
Faktor keindahan lingkungan tidak terganggu.
Tidak mudah dipengaruhi keadaan cuaca, seperti : cuaca buruk, taufan, hujan angin,
bahaya petir dan sebagainya.
Faktor terhadap keselamatan jiwa terjamin.
Kerugian :
Biaya pembuatan mahal.
Gangguan biasanya bersifat permanent.
Pencarian lokasi gangguan jauh lebih sulit dibandingkan menggunakan sistem
hantaran udara.
3.3.1. Jaringan Tegangan Menengah
Tiang penyangga
Tiang sudut
Tiang Peregang / tiang tarik
Tiang Topang
b. Cross Arm (Lengan Tiang)
Cross Arm dipakai untuk menjaga penghantar dan peralatan yang perlu
dipasang diatas tiang. Material Cross Arm terbuat dari besi. Cross Arm dipasang
pada tiang. Pemasangan dapat dengan memasang klem-klem, disekrup dengan baut
dan mur secara langsung. Pada Cross Arm dipasang baut-baut penyangga isolator
dan peralatan lainnya, biasanya Cross Arm ini dibor terlebih dahulu untuk membuat
lubang-lubang baut seperti terlihat pada gambar 3.1.
1000 mm
mm
1000 mm
mm
2000 mm
c. Isolator
Isolator adalah alat untuk mengisolasi penghantar dari tiang listrik atau
Cross Arm. Jenis-jenis isolator yang digunakan biasanya dipakai untuk SUTM
adalah isolator tumpu. Isolator tarik biasanya dipasang di tiang tarik atau akhir dan
isolator tumpu biasanya dipasang pada tiang penyangga.
3.3.2. Jenis Gardu Yang Digunakan Untuk Tegangan Menegah
Gardu Hubung (GH)
Gardu hubung ini berfungsi sebagai penyalur daya dari gardu induk ke
gardu distribusi tanpa penurunan tegangan. Untuik membagi feeder menjadi beberapa
jurusan dan bias juga untuk pertemuan beberapa feeder dimana dapat digunakan
manuver jaringan apabila diperlukan.
Gardu Distribusi (GD)
Gardu Distribusi pada dasarnya adalah transformator atau trafo yang
berfungsi sebagai pengubah tegangan. Trafo ini dapat berupa trafo satu fasa atau tiga
fasa dengan kapasitas antara 400 5000 KVA. Selain trafo terdapat juga peralatan
penunjang lainnya., yaitu arrester, fuse (pelebur) serta panel tegangan rendah.
Ada tiga jenis Gardu Distribusi, yaitu :
a. Gardu Tiang
Sesuai namanya, gardu tiang merupakan gardu distribusi yang dipasang di
tiang pada jaringan distribusi. Gardu tiang ini ada dua macam, yaitu :
Gardu Cantol yang dicantolkan pada tiang
Gardu yang menggunakan Platform
Trafo pada Gardu Cantol dapat berupa trafo satu fasa atau 1 buah trafo 3 fasa.
Pada gardu distribusi yang menggunakan trafo satu fasa, gardu jenis ini telah
dilengkapi pengaman yang berupa pelebur (fuse) TM dan pemutus (circuit
Breaker) TR. Gardu Tiang sangat cocok digunakan untuk beban-beban daerah
yang sangat padat seperti perumahan-perumahan, pertokoan, dan lain-lain.
Kapasitas Gardu Tiang lebih kecil dibandingkan dengan Gardu Beton
maupun Gardu Metal Clad. Kapasitas Gardu Tiang biasanya dibatasi sampai 250
kVA. Pembangunan Gardu Tiang lebih cepat, mudah dan biayanya lebih murah
dibandingkan Gardu Beton dan Gardu Metal Clad.
b. Gardu Beton
Gardu Distribusi jenis beton merupakan peralatan Gardu Distribusi yang
dipasang dalam bangunan dari beton. Gardu beton memiliki kapasitas lebih besar
dari Gardu Tiang dan gardu Metal Clad dan dapat juga dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan.
luas dan biaya lebih mahal serta pembangunannya yang lebih mahal. Gardu ini
pada umumnya digunakan untuk daya yang besar, sehingga pada Gardu Beton ini
dapat diletakkan beberapa trafo. Keuntungannya adalah peralatan yang ada
didalamnya terlindungi dari cuaca dan pengamanannya lebih mudah.
c. Gardu Metal Clad (MC)
Gardu Metal Clad (MC) sebagian besar kontruksinya terbuat dari plat besi
dengan bentuk menyerupai kios. Pembuatan gardu MC lebih cepat dibandingkan
gardu Beton dan peralatannya merupakan satuan set lengkap.
3.3.3 Peralatan Yang Digunakan Pada Gardu Distribusi
Transformator Distribusi
Cut Out berfungsi sebagai pengaman lebur, jika ganguan arus lebih yang melebihi
kapasitas hantaran Cut Out, maka hantaran tersebut akan melebur dan beban trafo
distribusi akan terlepas dari sistem yang bertegangan dari saluran pengirim daya.
Berbeda halnya dengan pemutus tenaga yang terdapat pada GI terdapat banyak
macam pemutus beban yang dikenal, antara lain :
1. Pemutus beban minyak volume kecil, adalah jenis pemutus tenaga minyak yang kontakkontak pemutusnya ada di dalam tabung isolator porselin.
2. Pemutus beban udara dan pemutus beban semburan udara, adalah sejenis pemutus
ketika busur api terjadi dipadamkan dengan menghembuskan udara kepadanya dan
mendorongnya ke ruang pemadam busur. Berbeda dengan pemutus minyak, pemutus
semburan udara ( air blast ) tidak membutuhkan penggantian minyak yang biasanya
cukup merepotkan.
3. Pemutus gas SF6, adalah sejenis pemutus yang menggunakan gas SF6 (sulfur
Hexafluoride) sebagai bahan pemadam busur api yang mengguna-kan udara tekan.
Pemutus ini memiliki keuntungan tidak terpengaruh oleh keadaan cuaca, tidak
membahayakan manusia, hampir tidak memerlukan pemeliharaan dan mudah
dipasang.
Dalam
Perkembangan
teknologinya
memberikan
harapan
yang
Bila terjadi tegangan lebih akibat petir pada jaringan, maka arrester be-kerja
dengan menggalirkan arus surja ke tanah, kemudian setelah itu tegangan normal kembali.
Pada tegangan operasai normal, arrester harus mempunyai impedansi sangat
tinggi. Bila mendapat tegangan transien abnormal di atas harga tegangan tembusnya,
maka harus menembus dengan cepat. Arus pelepasan selama waktu tembus tidak boleh
melebihi arus pelepasan nominal supaya tidak merusak Arrester. Arus dengan frekuensi
normal harus diputuskan dengan segera apabila tegangan transien telah turun di bawah
tegangan tembusnya.
3.3.4 Jaringan Tegangan Rendah
Jaringan tegangan rendah berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari Gardu
Distribusi ke Konsumen tegangan rendah. Tegangan rendah yang digunakan PT. PLN
( persero) adalah 127/220 V dan 220/380 V.
Konstruksi Jaringan Tegangan Rendah (JTR) Konstruksi JTR terbagi atas :
a. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR)
SUTR merupakan jaringan kawat yang berisolasi maupun tidak berisolasi. Bagian
utama dari SUTR kawat tak berisolasi adalah tiang listrik (besi, beton), Cross Arm,
Isolator dan penghantar Aluminium / Tembaga (Cu)
b. Saluran Kabel Udara Tegangan Rendah (SKUTR)
Kabel yang digunakan adalah jenis XLPE yang lebih dikenal dengan nama LVTC
( Low Voltage Twisted Cable). Jenis kabel ini direntangkan di antara tiang penyangga.
Bagian utama adalah tiang, kabel dan suspension Clamp Bracket, yang berfungsi
untuk menahan kabel pada tiang. Kabel jenis ini sekarang banyak digunakan dalam
pemasangan JTR baru karena dianggap kontruksi jenis ini lebih handal.
Dalam kondisi normal struktur jaringan ring ini merupakan dua struktur radial. Pada
umumnya penghantar dari struktur ini mempunyai ukuran yang sama. Ukuran konduktor
ini dipilah sehingga dapat menyalurkan seluruh daya listrik beban struktur ring yang
merupakan jumlah daya listrik beban dari kedua struktur radial. Struktur jaringan ini
mempunyai keandalan yang cukup, sedangkan biaya pembangunan lebih mahal
dibandingkan dengan biaya pembangunan struktur jaringan radial.
c. Spindel
Spindel adalah suatu pola jaringan khusus yang ditandai dengan ciri adanya
sejumlah kabel keluar dari suatu Gardu Induk / Gardu Hubung yang disebut Out Going
Cable menuju kearah suatu titik temu yang disebut Gardu refleksi. Kumpulan kabel
( dalam satu Spindel ) tersebut dimaksudkan untuk menyalurkan energi listrik ke suatu
daerah pelayanan meliputi luas daerah antara 10 hingga 25 km . Satu spindle terdiri dari
maksimum 6 (enam) buah kabel. Kabel kerja sepanjang kabel ini tersambung dengan
Gardu Distribusi dan satu kabel cadangan (exspress feeder) sama sekali tidak
tersambung dengan Gardu Distribusi.
Kabel kerja disebut Working Cable atau Feeder, sedangkan kabel cadangan disebut
Express feeder. Kabel cadangan ini digunakan untuk menormalkan kembali penyaluran
energi listrik ke seluruh bagian feeder yang mengalami ganggguan setelah bagian yang
terganggu diketahui dan dipisahkan (diisolasikan) terhadap jaringan opeasi. Kabel
cadangan ini harus selalu diberi tegangan sehingga jika terjadi gangguan dapat segera
dioperasikan bila sewaktu-waktu terjadi gangguan. Seandainya kabel cadangan ini tidak
diberi tegangan sebelum pada saat diperlukan sebagai penyalur energi darurat, maka
kerusakan sewaktu-waktu pada kabel tersebut baru akan diketahui pada saat pemutusan
tenaga kabel tersebut di Gardu Induk.
Syarat utama untuk menjamin bekerjanya sistem darurat (emergency system)
sebagaimana seharusnya adalah dengan membiarkan instalasi cadangan tetap pada posisi
ON terus-menerus. Mengingat perkembangan dasar Spindel adalah Loop terpisah,
tanpa kabel cadangan tetapi kedua kabel tersebut masing-masing kemampuan minimal
penyalurannya sehingga satu sama lain mampu sebagai cadangan apabila diperlukan.
Apabila beban dari salah satu kabel bertambah besar melampaui harga 50% dari
kemampuannya, maka sebuah kabel baru harus ditarik. Keadaan ini adalah langkah
kedua dari Spindel. Kabel baru yang ditarik merupakan kabel cadangan terhadap kabel
kerja lainnya. Sistem ini tidak terdapat di Cabang Palembang.
3.3.6 Rencana Pengembangan Sistem Palembang
Untuk mengembangkan sistem yang ada di Palembang, PT. PLN melakukan serangkaian
perencanaan, antara lain :
1. Melakukan sistem radial menjadi sistem terbuka.
2. Perubahan tegangan menengah (PTM), yaitu semua sistem 12 KV menjadi 20 KV.
3. Perubahan tegangan rendah (PTR), yaitu semua tegangan 127/231 V menjadi tegangan
231/400 V.
4. Penambahan jalur penyulang.
5. Perbaikan tegangan drop.
6. Pembangunan pembangkit baru untuk mengatasi kenaikan beban.
3.3.7 . Rencana Kerja Bagian Distribusi
Rencana kerja bagian Distribusi adalah :
BAB IV
SISTEM PENGAMANAN PADA JARINGAN SUTM 20 KV 3 FASA
Sistem pengamanan pada jaringan SUTM ini perlu dikoordinasikan dengan baik,
agar keamanan jaringan dapat terpelihara dengan baik sehingga jika terjadi gangguan dapat
dilakukan perbaikan dengan cepat. Adapun tujuan dari system pengamanan ini ialah
terpeliharanya distribusi pasokan tenaga listrik kepada pelanggan. Sistem yang digunakan
pada pengamanan jaringan ini adalah sebagai berikut :
4.1 Pemutus Tenaga
Pemutus
Tenaga
(PMT)
adalah
alat
pemutus
otomatis
yang
mampu
memutus/menutup rangkaian pada semua kondisi, yaitu pada kondisi normal ataupun
gangguan. Secara singkat tugas pokok pemutus tenaga adalah :
1. Keadaan normal, membuka / menutup rangkaian listrik.
2. Keadaan tidak normal, dengan bantuan relay, PMT dapat membuka
sehingga gangguan dapat dihilangkan.
4.2 Relay Arus Lebih (OCR)
Relay arus lebih adalah relay yang bekerja terhadap arus lebih, ia akan bekerja bila
arus yang mengalir melebihi nilai settingnya ( I set ).
a. Prinsip Kerja
Pada dasarnya relay arus lebih adalah suatu alat yang mendeteksi besaran arus yang
melalui suatu jaringan dengan bantuan trafo arus. Harga atau besaran yang boleh
melewatinya disebut dengan setting.
Relay arus lebih memiliki 2 jenis pengamanan yang berbeda antara lain:
1. Pengamanan hubung singkat fasa
Relay mendeteksi arus fasa. Oleh karena itu, disebut pula Relay fasa. Karena pada relay
tersebut dialiri oleh arus fasa, maka settingnya (Is) harus lebih besar dari arus beban
maksimum. Ditetapkan Is = 1,2 x In (In = arus nominal peralatan terlemah).
2. Pengamanan hubung tanah
Arus gangguan satu fasa tanah ada kemungkinan lebih kecil dari arus beban, ini
disebabkan karena salah satu atau dari kedua hal berikut:
1. Gangguan tanah ini melalui tahanan gangguan yang masih cukup tinggi.
2. Pentanahan netral sistemnya melalui impedansi/tahanan yang tinggi,
atau bahkan tidak ditanahkan.
Pada kondisi tersebut, relay pegaman hubung singkat (relay fasa) tidak dapat mendeteksi
gangguan tanah tersebut. Agar relay sensitif terhadap gangguan tersebut dan tidak salah
kerja oleh arus beban, maka relay dipasang tidak pada
kawat fasa melainkan kawat netral pada sekunder trafo arusnya. Dengan demikian relay ini
dialiri oleh arus netralnya, berdasarkan komponen simetrisnya arus netral adalah jumlah
dari arus ketiga fasanya. Arus urutan nol dirangkaian primernya baru dapat mengalir jika
terdapat jalan kembali melalui tanah (melalui kawat netral)
Gambar.4.1 Sambungan relay GFR dan 2 OCR
Macam-macam karakteristik relay arus lebih :
a. Relay waktu seketika (Instantaneous relay)
b. Relay arus lebih waktu tertentu (Definite time relay)
c. Relay arus lebih waktu terbalik
d. Relay Waktu Seketika (Instantaneous relay)
Relay ini bekerja seketika (tanpa waktu tunda) ketika arus yang mengalir melebihi nilai
settingnya, maka relay akan bekerja dalam waktu beberapa mili detik (10 20 ms).
Karakterisik dari relay ini dapat dilihat seperti pada gambar dibawah ini :
Gambar.4.2 Karakteristik relay waktu seketika
c. Relay arus lebih waktu tertentu (definite time relay)
Relay ini akan memberikan perintah pada PMT pada saat terjadi gangguan hubung singkat
dan besarnya arus gangguan melampaui settingnya (Is), dan jangka waktu kerja relay mulai pick
up sampai kerja relay diperpanjang dengan waktu tertentu tidak tergantung besarnya arus yang
mengerjakan relay, seperti karakteristiknya pada gambar dibawah ini :
Gambar.4.3 Karakteristik relay waktu definite
d. Relay arus lebih waktu terbalik.
Relay ini akan bekerja dengan waktu tunda yang tergantung dari besarnya arus secara
terbalik (inverse time), makin besar arus makin kecil waktu tundanya. Karakteristik ini
bermacam macam. Setiap pabrik dapat membuat karakteristik yang berbeda-beda, karakteristik
waktunya dibedakan dalam tiga kelompok, yaitu Standar invers, Very invers dan Extreemly
inverse.
Gambar.4.4 Karakteristik relay waktu inverse
4.3 Pemutus Balik Otomatis (Recloser)
Pemutus balik otomatis (Automatic circuit recloser = Recloser) ini secara fisik
mempunyai kemampuan seperti pemutus beban, yang dapat bekerja secara otomatis untuk
mengamankan sistem dari arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan hubung singkat.
4.4. Saklar Seksi Otomatis (sectionaliser)
Sectionaliser adalah alat perlindungan terhadap arus lebih, hanya dipasang bersamasama dengan PBO yang berfungsi sebagai pengaman back-upnya. Alat ini menghitung
jumlah operasi pemutusan yang dilakukan oleh perlindungan back-upnya secara otomatis
disisi hulu dan SSO ini membuka pada saat peralatan pengaman disisi hulunya sedang
dalam posisi terbuka, pada penggunaan SSO ini biasanya dikoordinasikan dengan peralatan
lain, seperti yang diilustrasikan pada gambar dibawah ini :
Gambar.4.5 Koordinasi Sistem pengamanan Jaringan
Dari penjelasan gambar diatas, cara kerja dari SSO ini ialah digabungkan dengan
PMT (Pemutus tegangan yang biasanya digabung dengan Relay arus lebih) ditempatkan
disisi hulu / awal saat jaringan keluar dari penyulang lalu dihubungkan dengan SSO
(Saklar Seksi Otomatis / Sectionalizer) yang dihubungkan pula dengan PBO (Pemutus
Balik Otomatis / Recloser) sebagai pengaman back-upnya. Sistem pengaman seperti ini
bekerja saat terjadi gangguan, dimana PBO melakukan pemutus balik tegangan secara
otomatis dan SSO ini menghitung berapa kali PBO ini melakukan tugasnya. Saat jumlah
operasi pemutus balik melewati batas jumlah yang ditetapkan oleh SSO ini maka secara
otomatis SSO ini akan memerintahkan PMT untuk memutuskan tegangan secara permanen
dan gangguan tersebut harus segera diperbaiki oleh petugas pemeliharaan jaringan agar
tidak sampai mengganggu pelayanan listrik kepada pelanggan.
4.5. Pelebur (fuse cut out)
Adalah suatu alat pemutus, dimana dengan meleburnya bagian dari komponen yang
telah dirancang khusus dan disesuaiakan ukurannya untuk membuka rangkaian dimana
pelebur tersebut dipasang dan memutuskan arus bila arus tersebut melebihi suatu nilai
dalam waktu tertentu. Oleh karena pelebur ditujukan untuk menghilangkan gangguan
permanen, maka pelebur dirancang meleleh pada waktu tertentu pada nilai arus gangguan
tertentu. Dalam menentukan besarnya Ampere sikring / fuse yang dipasang pada jaringan,
dapat dihitung dengan suatu persamaan :
4.6. LBS (Load Breake Switch)
Adalah suatu alat pemutus tegangan pada jaringan dengan kondisi diberi beban. Alat
ini memungkinkan perbaikan jaringan saat terjadi gangguan ditengahtengah jalur jaringan,
sehingga tidak sampai memutuskan aliran listrik. Dalam pendistribusian tenaga listrik dari
satu jaringan ke jaringan yang lain, akan dijumpai suatu titik temu yang disebut gardu
hubung / Key Point. Hal ini memungkinkan untuk mengisi dan menerima distribusi tenaga
listrik dari satu penyulang ke penyulang lain yang mengalami gangguan. Dalam
pendistribusian tenaga listrik ini, ada yang dikenal dengan istilah :
1. Jaringan Spindel : Sistem pendistribusian tenaga listrik yang bisa menyalurkan dan
menerima aliran listrik dari satu penyulang ke penyulang lain yang mengalami gangguan.
2. Jaringan Radial : Sistem pendistribusian tenaga listrik yang hanya bisa menerima aliran
listrik dari penyulang lain saat penyulang utamanya mengalami gangguan.
Adapun sistem pendistribusian jaringan listrik pola Radial dan Spindel seperti
diilustrasikan pada gambar dibawah ini :
Gambar.4.6 Sistem Pendistribusian Tenaga Listrik
Dari gambar diatas dapat dijabarkan penjelasannya bahwa Gardu Hubung B dapat
menerima pasokan tenaga listrik dari penyulang utamanya (Penyulang B) dan dapat pula
menyalurkan tenaga listril ke Gardu Hubung A dan Gardu Hubung C saat penyulang
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kerja Praktek ( KP ) adalah salah satu bentuk pendidikan dengan cara memberikan
pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk hidup ditengah tengah masyarakat
(perusahaan atau instansi pemerintah atau swasta ) diluar kampus, dan secara langsung
mengidentifikasi serta menangani masalahmasalah yang dihadapi. KP dilaksanakan oleh
perguruan tinggi dalam upaya meningkatkan isi dan bobot pendidikan bagi mahasiswa dan
untuk mendapatkan nilai tambah yang lebih besar pada pendidikan tinggi. Dan Kerja
praktek merupakan salah satu bukti adanya interaksi antara industri dengan lembaga
pendidikan yang merupakan jembatan bagi mahasiswa khususnya, yaitu mengenal dan
memahami bagaimana dunia industri itu sebenarnya, sebelum nanti masuk ke dunia
industri tersebut. Dari hasil praktek secara
langsung dan data-data yang telah diperoleh selama melaksanakan Kerja Praktek di PT.
PLN (Persero) Cabang Palembang yang meliputi pengamatan langsung kelapangan, analisa
proses kerja alat serta kegiatan lain sebagai bagian integral dalam pelaksanaannya.
Maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa sistem tenaga listrik terdiri atas tiga bagian
utama yaitu, sistem pembangkitan, sistem transmisi dan system distribusi. Sistem distribusi
tenaga listrik terdiri dari Gardu Induk Distribusi, Jaringan Primer (JTM), Transformator
Distribusi, Jaringan Sekunder (JTR). Sistem pengamanan jaringan dilakukan dengan
perencanaan koordinasi Pemutus Tenaga (PMT), dengan pengindera OCR dan GRF,
Recloser dengan pengindera OCR (Over Current Relay), Sectionaliser dengan pengindera
jumlah tegangan hilang / CTO (Count To Open), FCO dengan fuse pelebur untuk pemutus
rangkaian akibat hubung singkat karena gangguan atau beban lebih, LBS (Load Breake
Switch) yaitu pemutus tegangan pada jaringan dengan kondisi diberi beban. Jaringan
SUTM adalah jaringan distribusi tenaga listrik 3 fasa 20 KV yang merupakan jaringan
pendistribusian tenaga listrik tegangan menengah yang keluar dari Gardu induk (GI) dan
masuk ke Gardu distribusi.
Sistem pengamanan pada jaringan SUTM ini perlu dikoordinasikan dengan baik, agar
keamanan jaringan dapat terpelihara dengan baik sehingga jika terjadi gangguan dapat
dilakukan perbaikan dengan cepat. Adapun tujuan dari system pengamanan ini ialah
terpeliharanya distribusi pasokan tenaga listrik kepada pelanggan. Sedangkan untuk
penanganan pemeliharaan gangguan dan perbaikan gangguan dilakukan dengan
menggunakan radio komunikasi sebagai alat komunikasi dengan gardu induk saat terjadi
gangguan jadi tidak diketahui secara langsung pemantauan jaringannya sehingga harus
dipantau dari GI dan APJ terkait lalu dilaporkan statusnya kepada UPJ.
5.2. Saran
Sebaiknya PT. PLN (Persero) memperbaiki kondisi manajemennya sendiri yang harus
dimonitor, ditinjau kembali dan dikembangkan yang bertujuan untuk memantapkan
DAFTAR PUSTAKA
Arsip dan Dokumentasi PT. PLN (Persero) W.S2JB CABANG PALEMBANG RAYON
KENTEN.
Sifa, Insan. 2011. Sistem Jaringan Distribusi Tenaga Listrik.
(http://www.docstoc.com/docs/9459991/jaringan-distribusi) diakses tanggal 1 Juni
2011.