Anda di halaman 1dari 3

JOGJA: Universitas Gadjah Mada (UGM) meminta aset Gama Plaza atau Gama Bookstore

dinilai secara profesional dengan melibatkan tenaga ahli, menyusul dikalahkannya universitas
plat merah itu oleh Pengadilan Negeri Sleman dalam perkara gugatan dari investor Gama
Plaza, PT Neocilindo Intibeton.

Dalam putusan bernomor 40/Pdt.G/PN Sleman tertanggal 2 September, majelis hakim PN


Sleman yang dipimpin Sri Andini memutuskan UGM harus membayar Rp44 miliar lebih
kepada PT Neocelindo. Menurut Kabid Hukum dan Tata Laksana UGM Enny Nurbaningsih,
putusan PN Sleman itu tidak adil dan mengesampingkan pendapat dan kesaksian UGM.

“Kita dengan persetujuan rektor akan banding,” ujar dia. Putusan hakim itu, lanjut dia, tidak
menggunakan pertimbangan pendapat dan kesaksian yang diberikan UGM. Perihal nilai
asset, Enny dengan senang hati mengajak untuk dilakukan pengecekan ke lapangan.
Pengecekan itu sebisa mungkin didasarkan kajian teknis, termasuk dibandingkan dengan
rencana pembangunan pada mulanya.

“Silakan cek di lapangan,” ujarnya, seolah menjawab keberatan pihak penggugat yang
menilai putusan PN Sleman tidak setara dengan nilai aset yang ada. Pengecekan bersama
sekaligus berfungsi mengecek nilai riil bangunan yang belum diserahkan tersebut.
Disinggung soal status tanah, Enny menjelaskan, Gama Plaza berdiri di atas tanah pemerintah
di bawah pengelolaan Depdiknas. Posisi UGM terhadap status tanah ini sebagai pemegang
hak pakai. “Status ini tentu sudah diketahui investor dari awal,” ujarnya. Menurutnya, UGM
tidak pernah menutupi status tanah itu, terlebih nilai investasi mencapai miliaran rupiah.

Seperti diberitakan, PN Sleman memenangkan PT Neocelindo selaku investor Gama Plaza


dalam putusannya 2 September kemarin. Majelis hakim menghukum UGM membayar Rp44
miliar pada PT Neocelindo plus membayar bunga Rp2,3 miliar per tahun terhitung sejak
gugatan didaftarkan.

Meski dimenangkan, PT Neo celindo sebagai penggugat prinsipil dan UGM sebagai tergugat
menyatakan tidak puas. Kedua belah pihak menyatakan banding terhadap putusan itu. Kuasa
Hukum PT Neocelindo Dimas Aryanta menyatakan akan mengajukan banding meski ia
sendiri belum bisa memerinci memori banding yang akan disorongkan pada Majelis Hakim
Pengadilan Tinggi nantinya. Yang jelas, PN Sleman hanya mengabulkan sebagian gugatan.
Sebab dalam gugatannya, Neocelindo menuntut UGM membayar ganti rugi sebesar Rp67,9
miliar. “Kami minta naik banding,” ujarnya singkat. 

Sebaliknya, UGM juga merasa tidak puas dengan putusan itu. Dalam gugatan balik
(rekonpensi), UGM menuntut balik PT Neocelindo membayar Rp251,2 miliar. Hitungan itu
merupakan total kerugian yang timbul akibat gugatan Neocelindo yang telah menimbulkan
kerugian materiil dan moril bagi UGM.

Oleh Miftahul Ulum


HARIAN JOGJA
UGM Menangkan Kasasi atas Gugatan PT
Neocelindo
 15 Juni 2011, 14:01 WIB
 Oleh: Agung

Universitas Gadjah Mada (UGM) yang digugat PT Neocelindo Intibeton Jakarta terkait
dengan masalah wanprestasi yang mengakibatkan kerugian biaya pembangunan gedung
Gama Bookstore sebesar 94,7 miliar rupiah berhasil memenangkan kasasi melalui keputusan
Mahkamah Agung. Menurut kuasa hukum UGM, Jeremias Lemek, S.H., di Ruang Stana
Parahita, Rabu (15/6), putusan majelis hakim yang diketuai Dr. Harifin A. Tumpa, S.H.,
M.H. yang memenangkan kliennya dibacakan pada 29 November 2010 lalu.

Dengan keputusan ini, pada prinsipnya UGM tidak melakukan penipuan terhadap PT
Neocelindo Intibeton terkait dengan pengelolaan gedung Gama Bookstore. Meski begitu,
UGM tetap membuka perdamaian kepada PT Neocelindo demi kelanjutan pengelolaan Gama
Bookstore. "Untuk meneruskan pembangunan agar Gama Bookstore siap operasional
memang tidak seindah yang diharapkan karena telah didahului masalah hukum," ujar
Jeremias selaku kuasa hukum UGM.

Hal yang sama disampaikan oleh Dr. Enny Nurbaningsih, S.H., M.Hum., Kepala Bidang
Hukum dan Tata Laksana UGM. Dikatakannya bahwa keputusan Mahkamah Agung
membuktikan UGM tidak melakukan penipuan sebagaimana yang dituduhkan PT Neocelindo
Intibeton. Tuntutan PT Neocelindo terlalu besar dan tidak mendasar. Di samping itu, status
tanah Gama Bookstore merupakan tanah negara, sementara pembangunan belum diserahkan
kepada UGM. "Tanah itu bagaimanapun tanah negara sehingga tuduhan tersebut tidaklah
benar, apalagi UGM melakukan proses yang tercela," ujarnya.
Dengan terkabulnya permohonan kasasi ini, keputusan Mahkamah Agung yang
memenangkan UGM sekaligus membatalkan keputusan Pengadilan Tinggi Yogyakarta
Nomor 10/Pdt/2010/PT.Y tanggal 16 Februari 2010 dan keputusan Pengadilan Negeri
Sleman Nomor 40/Pdt.G/2009/PN.Slmn tertanggal 2 September 2009. (Humas UGM/
Agung)

Anda mungkin juga menyukai