Anda di halaman 1dari 2

NAMA : USMAN RAZAK PUTRA ACHSAN

NIM : E1A116002
KELAS : D/PARALEL
ANGKATAN : 2016
Kasus
SP penggusuran warga Bukit Duri
Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta, Kamis
(5/1), mengabulkan gugatan warga Bukit Duri atas surat peringatan satu
(SP1) penggusuran yang dikeluarkan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja
Jakarta Selatan.
Pada putusannya, majelis hakim meminta Kepala Satpol PP itu mencabut
surat peringatan tersebut. Dalam pertimbangannya, majelis hakim menyebut
warga Bukit Duri secara sah mendiami tanah mereka secara turun temurun.
Merujuk putusan tersebut, kuasa hukum warga, Vera Soemarwi,
mengatakan Pemerintah Kotamadya Jakarta Selatan wajib membayar ganti
rugi kepada kliennya. September lalu, Pemkot telah mengambil alih tanah
itu.
"Warga berhak mendapatkan ganti rugi berupa pemulihan hak atas
perumahan, pendidikan, dan pekerjaan," ujar Vera
Majelis hakim, kata Vera, juga menyatakan bahwa kepemilikan surat warga
atas tanah tersebut telah sesuai dengan Undang-Undang 2/2012 tentang
pengadaan tanah dan Peraturan Presiden Nomor 71/2012 tentang
penyelenggaraan pengadaan tanah bagi pembangunan.
"Jadi tidak ada alasan bagi Pemkot untuk menolak memberikan ganti rugi,"
ujar Vera.
Warga Bukit Duri menggugat SP1 yang diterbitkan Kepala Satpol PP
Jakarta Selatan ke PTUN, Oktober silam. Sebelum itu, mereka telah
mengajukan gugatan class action ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Proses
pemeriksaan gugatan itu masih berlangsung hingga saat ini.
Mengutip detikcom, SP1 tersebut berisi perintah bagi warga untuk secara
swadaya membongkar bangunan tempat tinggal mereka dalam kurun waktu
7x24 jam setelah surat dilayangkan.
Pada sidang putusan sela Selasa lalu, majelis hakim memutuskan untuk
melanjutkan perkara ke tahap pembuktian. Majelis hakim yang diketuai
Mas'ud menolak poin keberatan Pemkot Jakarta Selatan sebagai tergugat
yang menganggap PN Jakarta Pusat tak berwenang mengadili perkara itu.
Analisis
Pada dasarnya tindak pemerintah didasari oleh 3 aspek yaitu, Wewenang,
Prosedur, dan substansi. Dalam kasus ini SP1 yang dikeluarkan kepala
Satpol PP jaksel tidak memenuhi aspek substansi.
Maksud dari substansi adalah isi atau materi dari putusan yang dikeluarkan
harus sesuai dengan keadaan dan peraturan. Dalam kasus ini SP yang
dikeluarkan kepala Satpol PP jaksel mengindikasikan bahwa kepemilikan
surat warga atas tanah yang berada di wilayah Bukit duri tidak sesuai
dengan Undang-Undang 2/2012 tentang pengadaan tanah dan Peraturan
Presiden Nomor 71/2012 tentang penyelenggaraan pengadaan tanah bagi
pembangunan, namun nyatanya kepemilikan surat warga atas tanah warga
Bukit duri tersebut telah sesuai.
Selain tidak sesuai dengan aspek substansi, SP yang dikeluarkan kepala
Satpol PP Jaksel juga tidak sesuai dengan Asas akuntabilitas dalam Asas
Umum Penyelengaraan Negara dalam UU No.28 Tahun 1999 pasal 3.
Dimana Asas akuntabilitas berarti setiap kegiatan dan hasil akhir dari
kegiatan Penyelenggara Negara harus dapat dipertanggung jawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Namun
kenyataannya walaupun sudah sesuai dengan Undang-Undang 2/2012
tentang pengadaan tanah dan Peraturan Presiden Nomor 71/2012 tentang
penyelenggaraan pengadaan tanah bagi pembangunan, SP tersebut masih
tetap diterbitkan.
Menurut asas legalitas Hukum administrasi negara, setiap tindakan
pemerintah harus mendasarkan pada aturan hukum yang berlaku baik aturan
tertulis maupun tidak tertulis, maka selain melandaskan putusan terhadap
peraturan perundang-undangan maka putusan tersebut juga harus mendasar
pada AUPD. Dapat disimpulkan bahwa SP yang dikeluarkan kepala Satpol
PP Jaksel tidak didasari aspek substansi tidak mendasarkan juga dengan
asas akuntabilitas, Asas Umum penyelengaraan Negara.

Anda mungkin juga menyukai