Anda di halaman 1dari 2

TUGAS HAPTUN

Ravee Jevon Susanto

02118012

1. Jakarta, CNN Indonesia -- Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta, Kamis
(5/1), mengabulkan gugatan warga Bukit Duri atas surat peringatan satu (SP1) penggusuran yang
dikeluarkan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Jakarta Selatan.

Pada putusannya, majelis hakim meminta Kepala Satpol PP itu mencabut surat peringatan tersebut.
Dalam pertimbangannya, majelis hakim menyebut warga Bukit Duri secara sah mendiami tanah
mereka secara turun temurun.

Merujuk putusan tersebut, kuasa hukum warga, Vera Soemarwi, mengatakan Pemerintah
Kotamadya Jakarta Selatan wajib membayar ganti rugi kepada kliennya. September lalu, Pemkot
telah mengambil alih tanah itu.

"Warga berhak mendapatkan ganti rugi berupa pemulihan hak atas perumahan, pendidikan, dan
pekerjaan," ujar Vera kepada CNNIndonesia.com.

Lihat juga:Janji Manis Jokowi yang Hilang di Bukit Duri

Majelis hakim, kata Vera, juga menyatakan bahwa kepemilikan surat warga atas tanah tersebut telah
sesuai dengan Undang-Undang 2/2012 tentang pengadaan tanah dan Peraturan Presiden Nomor
71/2012 tentang penyelenggaraan pengadaan tanah bagi pembangunan.

"Jadi tidak ada alasan bagi Pemkot untuk menolak memberikan ganti rugi," ujar Vera.

Warga Bukit Duri menggugat SP1 yang diterbitkan Kepala Satpol PP Jakarta Selatan ke PTUN,
Oktober silam. Sebelum itu, mereka telah mengajukan gugatan class action ke Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat. Proses pemeriksaan gugatan itu masih berlangsung hingga saat ini.

Mengutip detikcom, SP1 tersebut berisi perintah bagi warga untuk secara swadaya membongkar
bangunan tempat tinggal mereka dalam kurun waktu 7x24 jam setelah surat dilayangkan.

Pada sidang putusan sela Selasa lalu, majelis hakim memutuskan untuk melanjutkan perkara ke
tahap pembuktian. Majelis hakim yang diketuai Mas'ud menolak poin keberatan Pemkot Jakarta
Selatan sebagai tergugat yang menganggap PN Jakarta Pusat tak berwenang mengadili perkara itu.

Anda mungkin juga menyukai