Anda di halaman 1dari 3

Nama :Karina Aprila

Kelas :2 Pagi G
Nim :223309010476
M.K :Hukum Kepailitan

ANALISIS KASUS KEPAILITAN P.T IGLAS (Persero)

PT. INTERCHEM PLASAGRO JAYA/Pemohon pailit, mempunyai tagihan kepada PT. IGLAS (Persero)/
Termohon pailit yang bersumber pada adanya kesepakatan mengadakan kerjasama pembelian
Chemical. Termohon/PT. IGLAS (Persero) sebagai pemesan Chemical dan Pemohon/PT.
INTERCHEM PLASAGRO JAYA yang mengadakan dan mengirimkan Chemical, harga Chemical telah
disepakati berdasarkan Purchase order dan Chemical yang telah dipesan sudah dikirimkan,
pembayaran harga yang telah disepakati tersebut dalam rupiah sebesar Rp 102.531.936.000,- dan
dalam dollar sebesar US$ 165,816.38. Utang tersebut diakui dengan tegas oleh termohon.

Telah dilakukan berbagai upaya agar termohon dapat menyelesaikan pembayaran hutangnya
kepada Pemohon, dengan jalan musyawarah mufakat, baik melalui pertemuan langsung dengan
Termohon maupun kuasa hukum Pemohon melalui surat Somasi tanggal 22 Desember 2008,
namun hingga tanggal 9 Februari 2009 ketika permohonan didaftarkan belum ada itikad baik dari
termohon untuk membayar hutang tersebut.

Pengadilan Niaga Surabaya telah memutuskan dalam Putusan Nomor 01/Pailit/ 2009/PN. Niaga
Sby. , menyatakan eksepsi dari Termohon tidak dapat diterima, dan dalam Pokok Perkara:
Menolak permohonan pemohon pailit PT. INTERCHEM PLASAGRO JAYA. Majelis Hakim yang
memutuskan perkara tersebut terdiri dari Hj. Rr. Suryadani (Ketua Majelis), Mulyanto dan H. Ali
Makki sebagai hakim anggota, dibantu panitera pengganti H. Muhammad Isa, pada tanggal 30
Maret 2009 diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum dengan dihadiri oleh Kuasa Pemohon
pailit dan Kuasa Termohon pailit.

Putusan Mahkamah Agung RI dalam Kasasi:

a) mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon PT. INTERCHEM PLASAGRO JAYA


tersebut;
b) membatalkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Suarabaya Nomor.
01/pailit/2009/PN. Niaga. Sby, tanggal 31 Maret 2009
Mengadili sendiri:

Dalam eksepsi: Menyatakan bahwa eksepsi dari termohon tidak dapat diterima;

Dalam Pokok Perkara:

1) mengabulkan permohonan pernyataan pailit Pemohon Kasasi/ pemohon untuk sebagian


2) menyatakan Termohon/PT. IGLAS (Persero) berkantor pusat di Jl. Ngagel 153, Surabaya,
dalam keadaan pailit dengan segala akibat hukumnya

3) menunjuk dan mengangkat saudara Binsar Pamopo Pakpahan, hakim niaga pada
Pengadilan Negeri Surabaya sebagai Hakim Pengawas, dst..

Majelis Hakim yang memutuskan PT. IGLAS (Persero) tersebut pailit adalah H. Mohammad Saleh,
Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis dan hakim
anggota terdiri dari Takdir Rahmadi dan Syamsul Ma’arif, panitera pengganti Reza Fauzi dan
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada tanggal 30 Juli 2009, dengan tidak dihadiri oleh
para pihak.

Terhadap putusan Pengadilan Niaga Surabaya, dengan Hakim majelis yang beranggotakan
Mulyanto dan H. Ali Makki, dengan Ketua Majelis Rr. Suryadani, telah menolak permohonan pailit
yang diajukan oleh Pemohon pailit PT. INTERCHEM PLASAGRO JAYA melawan PT. IGLAS (Persero)
pada 31 Maret 2009.

Yang menjadi dasar pertimbangan (ratio decidendi) majelis hakim dalam memutuskan perkara
tersebut yaitu karena seluruh asset/harta kekayaan dari Termohon (dalam hal ini PT. IGLAS
(Persero) adalah “milik negara” dan sesuai dengan ketentuan UU No. 37 Tahun 2004 permohonan
pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan. Karena Pemohon dalam mengajukan
permohonan pailit tersebut tidak memiliki kuasa dari Menteri Keuangan, maka menurut majelis
tidak ada dasar hukum dari Pemohon untuk memohon agar pihak Termohon dinyatakan pailit .
Sekalipun permohonan Pemohon pailit telah nyata dan terbukti memenuhi syarat untuk
dinyatakan pailit sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 2 Ayat (1) UUK dan PKPU 2004 . Selain itu
majelis hakim juga berpedoman pada adanya Putusan Mahkamah Agung R.I. No. 075
K/Pdt.Sus/2007 tertanggal 22 Oktober 2007.
Majelis Hakim juga menyimpulkan yang alur pikirnya adalah bahwa PT. IGLAS (Persero) merupakan
BUMN yang bergerak di bidang publik, yang berarti sesuai dengan penjelasan dalam Pasal 2 Ayat
(5) UUK dan PKPU 2004, maka Pemohon pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan dan
tidak dapat diajukan oleh pihak lain atau siapapun juga. Dan kenyataan yang ada melarang adanya
penyitaan terhadap aset/harta kekayaan negara sebagaimana diatur dalam Pasal 50 UU No.1
tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Sementara menunjuk kepada UUK dan PKPU Pasal 1
angka 1 bahwa kepailitan semua kekayaan debitur pailit harus dilakukan sita umum, maka apabila
debitor pailit (in cassu/ dalam perkara ini), maka seluruh harta kekayaannya milik negara akan
terbentur pada Pasal 50 UU No. 1 tahun 2004, kecuali permohonan pailit diajukan oleh Menteri
Keuangan selaku wakil pemerintah dalam otoritas sebagai pemilik kekayaan negara yang
dipisahkan dari Bendahara Umum Negara .

Anda mungkin juga menyukai