Anda di halaman 1dari 6

Proposal Penelitian

Analisis Terhadap Stigma Erotis Goyang Karawang (Studi


Kualitatif pada Kampung Ronggeng Kabupaten
Karawang)

Ilmu Sosial dan Humaniora

Nama Peneliti: Risma Amelia, Siti syapa Maulida


Asal Madrasah: MTs Negeri 5 Karawang
Latar Belakang Masalah

Semangat masyarakat Karawang dalam perjuangan untuk menggoyang


kedudukan para penjajah tercermin dalam gaya menari yang khas dengan goyang
pinggulnya. Eksplorasi gerak pinggul yang dominan menyebabkan goyang Karawang
cenderung erotis. Tradisi Topeng Banjet, Pencak Silat, seni Kliningan dan Ketuk Tilu
menjadi akar terbentuknya Goyang Karawang, meskipun semakin kesini Goyang
Karawang lebih identik dengan tari Jaipong.

Perbedaan gaya tari Karawang dengan daerah lainnya di Tatar Pasundan


dipengaruhi oleh lingkungan, profesi dan gaya hidup masyarakat Karawang zaman dahulu
yang sederhana, jujur, terbuka dan apa adanya. Kesederhanaan ini pula yang
mempengaruhi proses berfikir kreatif masyarakat Karawang yang kemudian terkristalisasi
dalam cara mereka berkreasi seni tari

Masyarakat Karawang menciptakan seni tari untuk diri mereka sendiri, tidak untuk
mendapat kehormatan atau pengakuan dari pihak lain. Karena itulah seni tari yang tercipta
penuh keakraban, tarian pergaulan, tanpa memperhatikan rumusan etika pertunjukan di
muka umum yang santun, sopan menurut pandangan masyakat priangan pada umumnya.
Dan ketika seni tari ini semakin ramai sehingga banyak permintaan untuk menghibur
masyarakat lahirlah kelompok seni dan para penarinya yang disebut Ronggeng

Berbeda dengan penari keraton, para Ronggeng ini tdak mendapat didikan etika
dalam menari, mereka tak lebih dari perempuan desa yang karena tuntutan ekonomi
akhirnya memilih menjadi penari Ronggeng. Pada umumnya mereka belajar menari dari
para penari senior tanpa konsep tari rumusan para pujangga. Saking khasnya gerak tari
asal Karawang ini, maka munculah istilah Goyang Karawang.

Pada mulanya Ronggeng adalah profesi mulia bagi perempuan desa. Mereka yang
menjadi ronggeng adalah perempuan-perempuan terpilih, sehingga lahirlah ronggeng
ronggeng legendaris. Tapi karena banyak ronggeng yang dianggap merusak
keharmonisan rumah tangga maka timbullah persepsi negatif pada Goyang Karawang.
Pandangan negatif tentang ronggeng berujung pada negativitas Goyang Karawang, dan

1
menjadi stigma yang berlangsung sampai sekarang

Para Ronggeng sangat berjasa dalam mewariskan seni tari Karawang sebagai
delegasi sejarah masa lalu, hal ini dapat dilihat dari situs peninggalannya di banyak tempat
di Karawang seperti di Batu Ronggeng Kebon Jambe, Pasir Ronggeng Telukjambe, Leuwi
Ronggeng Klari dan lainnya. Meski Jasa Para Ronggeng ini pupus oleh stigma negatif
yang terlanjur melekat pada goyang Karawang. Stigma ini pula yang mengaburkan nilai-
nilai moral yang terkandung pada tari khas Karawang yang turut andil dalam sejarah
perjuangan kemerdekaan. dimana melalui pembacaan utuh terhadap eksistensinya kita
bisa mengenal pandangan, tata nilai, pola hidup dan aktualisasi diri masyarakat Karawang
dahulu. Hal inilah yang kemudian menarik peneliti untuk melakukan penelitian dengan
judul: Analisis Terhadap Stigma Erotis Goyang Karawang (Studi Kualitatif pada Kampung
Ronggeng Kabupaten Karawang)

Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan antara Ronggeng dengan stigma erotis Goyang karawang?
2. Apa nilai-nilai moral yang terkandung pada Goyang Karawang?

Tujuan Penelitian
1. Mengetahui hubungan antara Ronggeng dan stigma erotis Goyang Karawang
2. Mengetahui nilai-nilai moral yang terkandung pada Goyang Karawang

Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.    Secara teoritis
1. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
pengembangan kesenian daerah, khususnya kesenian daerah Karawang
2. Diharapkan dapat memperkaya kajian budaya terutama kesenian tari daerah
b.   Secara Praktis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya ilmu budaya dan kesenian
daerah
2. Untuk membantu masyarakat agar terhindar dari kesalahpahaman persepsi
terhadap pesan-pesan moral yang terkandung dalam sebuah seni tari,
khususnya Goyang Karawang.
3. Untuk memberikan dorongan bagi para pelaku seni agar tetap bersemangat
melestarikan dan mewariskan kesenian daerah, khususnya Goyang
Karawang
4. Untuk generasi muda Karawang, menambah rasa bangga dan cintanya
budayanya sendiri

2
Kajian Teori
a. Stigma
Menurut KBBI stigma dapat diartikan sebagai ciri negatif yang menempel
pada sesuatu karena pengaruh lingkungan. Definisi lain dari stigma adalah suatu
usaha untuk label tertentu sebagai sekelompok orang yang kurang patut dihormati
daripada yang lain (Sane Research, 2009). Menurut (Rahman, 2013) terdapat
beberapa bentuk stigma di masyarakat, yaitu:

1. Labeling
Label diberikan menurut perbedaan anggota komunitas. Sebagian
besar perbedaan pada individu tidak dianggap relevan secara sosial, tetapi
perbedaan tersebut terasa menonjol di masyarakat.
2. Stereotip
Stereotipe adalah keyakinan tentang karakteristik, yaitu tentang atribut
pribadi yang dimiliki oleh orang-orang dalam kelompok atau kategori sosial
tertentu. keyakinan.
3. Separation
Pemisahan adalah pemisahan kita (sebagai pihak yang tidak
distigmatisasi atau distigmatisasi) dari mereka (kelompok yang
distigmatisasi).

b. Erotis
Secara etimologis, erotis berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata eros
yang merupakan nama seorang dewa, tepatnya dewa cinta, putera Aphrodite"
(Hoed: 168-169). Eros dipercaya sebagai penyambung antara dunia yang bersifat
indrawi dengan dunia yang terbuka bagi rasio. Erotisme tidak selalu bermakna
sensualitas jasmaniyah tetapi juga meliputi aspek mental dalam seksualitas serta
pengembangan rangsangan yang ditimbulkan oleh seksualitas seperti yang tertuang
dalam dunia seni dan dunia sastra.

c. Goyang Karawang

Goyang Karawang merupakan sebutan bagi seni tari yang berasal dari
kabupaten Karawang. Karawang sendiri merupakan nama sebuah kabupaten di
Jawa Barat. Tari merupakan bentuk gerak yang indah, lahir dari tubuh yang
bergerak, berirama dan berjiwa sesuai dengan maksud dan tujuan tari (Jazuli, 2008:
7). Goyang merupakan ayunan pinggul tanpa hentakan, sedangkan gitek adalah
adalah gerakan pinggul yang menghentak dan mengayun. Seperti halnya Jaipong,
Goyang karawang juga memiliki ciri khas 3G (Goyang, gitek, geol}

Tinjauan Pustaka / Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang dilakukan oleh Risnawati Sumarlin, Een Nurhasanah, Slamet Triyadi

3
berjudul “Rekonstruksi Cerita Rakyat “Goyang Karawang” berdasarkan Analisis
Struktur dan Nilai Budaya. Persamaan penelitian terdapat pada penggunaan metode
deskriftif dan pendekatan kualitatif. Sementara perbedaannya terletak pada fokus
analisis.
2. Penelitian yang diakukan oleh Yousef Bani Ahmad, Novi Anoegrajeti, dan Siti gomo
Attas, berjudul “Peran Seni dalam Pemberdayaan Masyarakat: Goyang Karawang
Sebagai Identitas Buidaya Lokal. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada
penggunaan metode deskriptif dan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa Goyang Karawang melekat dalam kehidupan masyarakat
Karawang sebagai identitas budaya lokal.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Citra Aryadani dengan judul “Goyang Karawang:
Exploration of Woman’s Body Between Rites and Fiesta”. Persamaannya terletak
pada penggunaan metode penelitian, sedangkan perbedaannya terletak pada fokus
penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa Goyang Karawang adalh sebuah teks
budaya yang tidak dapat dipisahkan dari kajian musik, sejarah, gender dan sosial

Metode Penelitian

1. Metode
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. MenurutSugiono,
penelitian kualitatif adalah penelitian dimana peneliti ditempatkansebagai instrument
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secarapenggabungan dan analisis data
bersifat induktif ( Kirkdan Miller (dalam Moloeng) mendefinisikan penelitian kkualitatif
sebagacara untuk melakukan pengamatan langsung pada individu dan
berhubungandengan orang-orang tersebut untuk mendapatkan data yang
digalinya(Moleong, J.L.2002 : 3).dasar pemikiran digunakannya metode ini adalah
karena penelitian iniingin mengetahui tentang fenomena yang ada dan dalam kondisi
yangalamiah, bukan dalam kondisi terkendali, labolatoris atau eksperimen. Disamping
itu, karena peneliti perlu untuk langsung terjun ke lapangan bersama objek penelitian
sehingga jenis penelitian kualitatif deskripstif kiranya dianggap tepat.

2. Subyek Penelitian
Wilayah penelitian yang dijadikan subyek penelitian adalah masyarakat di
kampung Cironggeng yang juga berjuluk kampung Ronggeng. Alasan pemilihan
kampung ini adalah karena kampung ini dipercaya sebagai kediaman para penari
Ronggeng dimasa lalu dan juga anak keturunannya masa kini yang meneruskan jejak
leluhur mereka, dimana sososk Ronggeng ini sangat berkaitan erat dengan muculnya
stigma erotis Goyang Karawang.
3. Teknik dan Alat Pengumpul Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Wawancara Mendalam (Indept Interview).
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab
sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan

4
penyelidikan (Rahayu, Iin Tri. Tanpa Tahun: 63). Pada saat wawancara,
dilakukan pengamatan terhadap kata-kata dan juga tindakan sebagai sumber
utama. Sumber data utama dicatat melalui cacatan tertulis atau melalui
perekaman video / audio tapes, pengambilan foto.

b. Observasi
Metode ini menggunakan pengamatan atau penginderaan langsung
terhadap suatu benda, kondisi, situasi, proses atau perilaku. Pengumpulan data
dengan menggunakan alat indera dan diikuti dengan pencatatan secara
sistematis terhadap gejala-gejala/fenomena yang diteliti
c. Studi Dokumentasi
Teknik dokumentasi ini juga digunakan untuk mendapatkan informasi dan
data-data sekunder yang berhubungan dengan fokus penelitian.

4. Rencana Analisis Data


Analisis dalam penelitian ini terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan (Matthew B.Miles dan A Michael Huberman,1992: 16 -17).Tahap analisis
data dalam penelitian kualitatif secara umum di mulai sejak pengumpulan data 1)
reduksi data, yang diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan; 2) penyajian data (display data) dilakukan dengan
menggunakan bentuk teks naratif dan 3) penarikan kesimpulan serta verifikasi

Jadwal Penelitian
Kegiatan Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Persiapan dan
pengajuan judul
penelitian
Pengumpulan literatur
dan prasurvei di lokasi
penelitian
Penulisan proposal
penelitian dan
pendaftaran MYRES
Tahap pembuatan
instrumen penelitian
Pelaksanaan
penelitian dan
pengumpulan data
penelitian
Melakukan validasi
data penelitian
Menulis laporan
penelitian
Presentasi hasil
penelitian

Daftar Pustaka
5
Ahmad, Y. B., Anoegrajekti, N., & Attas, S. G. (2021, December). Peran Seni dalam Pemberdayaan
Masyarakat: Goyang Karawang sebagai Identitas Budaya Lokal. In Prosiding Seminar
Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni (Vol. 1, pp. 172-175).

Aviantini, U. (2015). EKSPLOITASI PEREMPUAN DALAM FILM HOROR Analisis Isi Pada


Film Arwah Goyang Karawang Jupe-Depe Karya Helfi Kardit (Doctoral dissertation,
University of Muhammadiyah Malang).

Humardani, S. D., & Roth, A. R. (1985). The problem of development in Javanese karawitan

Hasan Bisri, Cik dan Rufaida, Eva, Model Penelitian Agama dan Dinamika Sosial Jakarta: Raja
Gravindo Persada, 2002

Iqbal Hasan, M., Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Cet. 1, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2002

Koencoroningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1981


Juwita, D. T., Cahyono, A., & Jazuli, M. (2017). Nilai-nilai Piil Pesenggiri pada Tari
Melinting di Desa Wana Lampung Timur. Catharsis, 6(1), 82-90.

Lexy, J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. 13 Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002

Lull, James, Media, Komunikasi dan Kebudayaan Jakarta, Yayasan Obor Indonesia :1998

Mulyana, Deddy, Komunikasi Antar Pribadi Bandung, PT Remaja Rosda Karya:1990

Narbuko Cholid, & Achmadi, Abu, Metodologi Penelitian ,Jakarta, Bumi aksara, 1997

Nasution, S., Metode Research, Edisi 1 Bandung: Jemmars, 1982

Anda mungkin juga menyukai