Anda di halaman 1dari 41

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

Kampus Sekaran Gunung Pati Semarang 50229

PROPOSAL SKRIPSI

NAMA : CARDINALIA CIPTININGSIH

NIM : 2501412044

PRODI : PENDIDIKAN SENI TARI

JURUSAN : PEND. SENI DRAMA, TARI DAN MUSIK

FAKULTAS : BAHASA DAN SENI

1. JUDUL
MAKNA EDUKASI PERTUNJUKAN BAONGAN RISANG

GUNTUR SETO DI KABUPATEN BLORA


2. LATAR BELAKANG
Kabupaten Blora terletak diantara pegunungan kendeng utara dan pegunungan

kendeng selatan. Blora merupakan kabupaten di wilayah timur propinsi jawa

tengah. Batas batasnya; selatan kabupaten ngawi; timur kabupaten bojonegoro;

barat kabupaten grobogan. Blora dikenal sebagai daerah yang tandus. Kehidupan

masyarakat blora yang lekat dengan alam mempengaruhi kehidupannya. Mereka

prcaya bahwa alam yang memberi kehidupan padanya memiliki kekutan, maka

1
agar tidak menggangu kegiatanya, mereka mengadakan upacara upacara ritual.

Hal ini dikarenakan masyarakat blora mata pencaharianya sebagian besar

bercocok tanam dan berdagang, selain itu juga mencari kayu dan daun jati

sebagai tambahan penghasilan. Sebagai orang pesisir, orang blora mempunyai

jiwa terbuka. Hal ini mempengaruhi pola tingkah laku dalam kehidupan sehari

hari, yang menuntut serba keras dan tangkas dalam melakukan sesuatu termasuk

berolah seni.
Blora memiliki berbagai potensi kesenian dari seni pertunjukan, seni tari, dan

seni musik. Kesenian tersebut diantaranya, Tayub, wayang krucil dan barongan.
Kesenian barongan merupakan kesenian khas Jawa Tengah. Akan tetapi dari

beberapa daerah yang ada di Jawa Tengah Kabupaten Blora lah yang secara

kuantitas, keberadaannya lebih banyak bila dibandingkan dengan Kabupaten

lainnya. Menurut Kayam ( 1981 : 15 ) Kesenian adalah salah satu unsur yang

menyangga kebudayaan. Kesenian berkembang sesuai dengan kondisi dari

kebudayaan itu. Pandangan mengenai kesenian yang ada disekitar kita

merupakan perkembangan dari kebudayaan kita sendiri.


Kesenian merupakan unsur pengikat yang mempersatukan pedoman

pedoman bertindak yang berbeda menjadi suatu desain yang utuh, menyeluruh,

dan operasional, serta dapat diterima sebagai sesuatu yang bernilai. ( Bahari,

2008 : 45 ).
Kesenian merupakan kelengkapan manusia, dan dianggap sebagai suatu

kelebihan dalam hal keterampilan ( Jazuli, 2011 : 23 ). Keterampilan muncul

disebabkan oleh kegiatan apresiasi dan ekspresi seseorang terhadap suatu karya

seni.

2
Apresiasi dan ekspresi mendorong seseorang untuk menciptakan kreativitas

dalam mewujudkan suatu karya seni yang baru namun tidak meninggalkan unsur

keasliannya. Hal tersebut juga yang mendorong khususnya seniman Barongan

Blora yang berkembang di kalangan masyarakat Blora untuk selalu berkarya

dalam menciptakan karya baru. Perwujudan dari karya seni itu terlihat dari

kreativitas koreografi Barongan Blora.


Kreativitas merupakan kegiatan kegiatan atau laku kita yang kreatif.

Mencipta adalah batasan sederhana dari kreativitas, perbuatan yang kreatif ini, di

tuntut untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru. ( Abdurachman dan

Rusliana, 1979 : 58 ).
Kreativitas tari adalah menyangkut tentang peragaan, yaitu kemampuan dalam

mengungkapkan bentuk maupun isi tari dan menyajikan secara baik sesuai

dengan kriteria dari tari yang bersangkutan. ( Jazuli, 1994 : 108 109 ).
Kreativitas terjadi karena adanya kemauan, kemampuan serta ide kretif

seseorang untuk membuat pembaharuan suatu karya seni dengan mengikuti

perkembangan jaman tanpa meninggalkan unsur keasliannya. Kreativitas dalam

sebuah karya seni dapat terlihat dari bentuk koreografi atau penataan gerak.
Koreografi digunakan untuk menyebut sebuah susunan yang sudah

mempunyai wujud dan memiliki bentuk yang jelas. Susunan tari itu berisi

ungkapan pengalaman jiwa seseorang. ( Widyiastutieningrum dan

Wahyudiarto, 2014 : 2 ).Koreografi dilakukan dengan menata dan mengubah

gerak tari sehingga menjadi sebuah bentuk sajian karya tari.


Barongan merupakan bentuk tarian yang menggunakan topeng besar

berbentuk harimau raksasa yang disebut Singobarong. ( Mangundiharja, 2003 :

3
2 ). Kepala barongan terbuat dari kayu dhadap yangdi bentuk menyerupai kepala

harimau dan berambut gimbal. Tubuhnya menggunakan kain blaco yang di motif

kulit Harimau. Barongan dimainkan oleh dua orang penari yang disebut

Pembarong, yang masing masing bertugas dibagian depan sebagai kepala dan

dibagian belakang sebagai ekor. Dahulu Barongan di sajikan dalam bentuk arak-

arakan (Pawai) Seperti halnya dalam acara Sedekah Bumi, Ruwatan, maupun

Lamporan, namun kini Barongan sudah di tata kembali oleh para seniman Blora

menjadi sajian pertunjukan yang menarik, dan kini Barongan disajikan dalam

bentuk pertunjukan drama tari ( di panggung ). Selain di Blora Jawa Tengah,

Barongan juga berkembang dan hidup di Daerah Istimewa Yogjakarta(DIY).

Barongan Blora pada umumnya bertema cerita Panji dan banyak orang Blora

yang beranggapan Barongan adalah Jelmaan orang bernama Gembong Amijaya.

Gembong Amijaya merupakan salah satu simbol masyarakat Blora sehingga

memperkuat kepercayaan dan kedudukan tradisi masyarakat Blora. Barongan

Blora merupakan wujud kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Blora, selain

Barongan Blora masyarakat Blora juga memiliki wujud kebudayaan yang lain

seperti Wayang Krucil, Tayub, Orek orek, Kentrung dan lain sebagainya.
Barongan Blora telah mendarah daging bagi masyarakat Blora, Kenyataan ini

telah dijelaskan Mangundiharja dalam bukunya Barongan Blora ( 2003 : 2 3 )

bahwa jumlah kesenian Barongan pada tahun 1999 ada 477 grup Barongan, 1454

orang pemain Barongan. Sering dijumpai anak anak Sekolah Dasar ( SD ) di

daerah Blora banyak bermain dengan menggunakan Barongan kecil sebagai alat

4
permainannya sehari hari, dengan menirukan gerakan Barongan yang dilihat

pada acara ritual, arak arakan maupun dipanggung ( drama tari ).


Barongan sebagai cermin kreativitas budaya masyarakat memiliki ciri khas

tersendiri, berbeda dengan bentuk Barongan yang ada di daerah lainnya.

Barongan sebagai seni tontonan masyarakat selalu dikemas sesuai dengan

keadaan masyarakat sekitarnya. Grup Barongan Risang Guntur Seto atau yang

biasa dikenal dengan sebutan RGS merupakan salah satu kelompok kesenian

Barongan Blora yang selalu mencoba untuk berkreativitas dalam menata bentuk

pertunjukan Barongan Blora tanpa menghilangkan nilai-nilai estetika dalam

penataan alur pementasan Barongan. Sehingga menghasilkan bentuk tontonan

yang menghibur dan merakyat bahkan dapat diterima disemua kalangan

masyarakat. Barongan Risang Guntur Seto berada di Desa Kunden Kecamatan

Blora Kabupaten Blora, grup Barongan ini dipimpin oleh Bapak Adi Wibowo

( beliau biasa dipanggil dengan nama Om Didik ). Grup Barongan ini didirikan

pada tanggal 20 Mei 1999 malam jumat legi bulan suro. Dengan perkembangan

jaman grup kesenian ini tidak kalah eksis dengan kebudayaan baru yang ada.

Buktinya grup Barongan ini sangat dicintai oleh masyarakat Blora hal ini

dibuktikan dengan Grup Barongan RGS melakukan pementasan diacara hiburan

arak arakan, ruwatan maupun Sunatan. Seringkali grup Barongan ini juga

mendapatkan tawaran untuk pentas di acara Sedekah Bumi, hari jadi Republik

Indonesia dan hari jadi Kota Blora. Grup Barongan RGS terlihat berbeda dengan

Grup Barongan lain yang ada di Kabupaten Blora karena selalu adanya

5
kreativitas baru baik dalam penyusunan manajemen, penataan koreografi

Barongan hingga bentuk pertunjukan yang terkadang hal ini sulit untuk

dilakukan oleh Grup Barongan lain yang ada di Kabupaten Blora.


Dengan adanya kreativitas garap dalam bentuk pertunjukan kesenian

Barongan Blora, menjadikan masyarakat Blora merasa tidak bosan dalam

menonton kesenian Barongan karena telah diperindah dengan gerakan Barongan

yang lebih kreatif namun tidak meninggalkan unsur aslinya.


Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang kesenian Barongan Grup Risang Guntur Seto, karena pada dasarnya

kesenian Barongan Grup Risang Guntur Seto memiliki keunikan dan perbedaan

koreografi pada Barongan dan kreativitas garap bentuk pertunjukannya. Apabila

dibandingkan dengan kesenian Barongan Grup lain yang ada di Kabupaten Blora.

Sehingga peneliti terdorong dan tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul KESENIAN BARONGAN GRUP RISANG GUNTUR SETO DI

KABUPATEN BLORA ( KAJIAN KREATIVITAS GARAP ) .


3. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut :
3.1 Bagaimana proses dan bentuk kreativitas koreografi Barongan Grup

Risang Guntur Seto di Kabupaten Blora ?


3.2 Bagaimana nilai estetis bentuk Barongan Grup Risang Guntur Seto di

Kabupaten Blora ?
4. TUJUAN PENELITIAN

6
4.1 Untuk mengetahui, memahami dan mendiskripsikan proses dan bentuk

kreativitas koreografi Barongan Grup Risang Guntur Seto di Kabupaten

Blora.
4.2 Untuk mengetahui dan mendeskripsikan nilai estetis bentuk kreativitas

koreografi Barongan Grup Risang Guntur Seto di Kabupaten Blora.


5. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian diatas adalah sebagai

berikut:
5.1 Manfaat teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran kepada

penelitian yang lebih lanjut, yaitu dapat menambah wawasan pengetahuan

tentang kajian kreativitas garap koreografi kesenian Barongan grup Risang

Guntur Seto di Kabupaten Blora.


5.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna yaitu bagi objek yang diteliti,

Peneliti, Masyarakat dan Pemerintah.


5.2.1 Baji Objek yang diteliti
Peneliti ini merupakan dorongan khususnya bagi seniman Barongan Grup

Risang Guntur Seto agar kesenian Barongan Blora semakin berkembang dan

selalu berinovasi sehingga tercipta karya Barongan Blora yang lebih baik.
5.2.2 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuwan dan pengetahuan,

serta dapat memahami kreativitas garap koreografi khususnya kesenian Barongan

Grup Risang Guntur Seto di Kabupaten Blora.


5.2.3 Bagi masyarakat
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi yang berguna bagi

masyarakat tentang kesenian Barongan Blora, diharapkan masyarakat ikut serta

7
mengapresiasi dan melestarikan kesenian Barongan Blora yang merupakan salah

satu kebudayaan yang dimiliki Indonesia.


5.2.4 Bagi Pemerintah Kabupaten Blora
Bagi Pemerintah dapat dijadikan sebagai kesenian khas di Kabupaten Blora.

Pemerintah diharapkan dapat melakukan pembinaan bagi grup kesenian

Barongan yang ada di Kabupaten Blora, agar kehidupan berkesenian dapat terus

berjalan dan berkembang mengikuti perkembangan jaman.


6. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam sistematika penulisan skripsi terdiri dari beberapa bagian, yaitu sebagai

berikut :
6.1 Bagian awal terdiri dari lembar judul, lembar pengesahan, motto, dan

persembahan, lembar abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar table dan

daftar lampiran.
6.2 Bagian isi terdiri dari lima bab, yaitu :
BAB 1 PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.


BAB II LANDASAN TEORI
Berisi tentang kajian koreografi Barongan, proses koreografi

Barongan, bentuk koreografi dan nilai estetis bentuk koreografi.


BAB III PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Berisi tentang deskripsi data, analisis data dan pembahasan masalah.
BAB IV PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran.
6.3 Bagian akhir adalah berisi daftar pustaka serta lampiran.
7. LANDASAN TEORI
7.1 Koreografi
Koreografi merupakan istilah yang relatif baru dalam dunia tari di Indonesia,

yaitu dikenal sekitar tahun 1950-an. Istilah koreografi diambil dari bahasa Inggris

choreography. Kata tersebut berasal dari dua kata Yunani, yaitu choros berarti tarian

8
bersama atau koor dan grapho artinya tulisan atau catatan. Secara harfiah, koreografi

berarti penulisan tari kelompok. Sesungguhnya, sebelum istilah koreografi muncul

telah ada metode penulisan tari sebagaimana dikemukakan oleh An Hutchinson dalam

bukunya Labanotation or Kinetography, bahwa tahun 1588 Thoinot Arbeaunpernah

mempublisir sistem pencatatan tari dengan istilah orchesography. ( Jazuli, 2008 :

69 ).
Menurut Murgianto ( 1983 : 4 ) koreografi lebih diartikan sebagai pengetahuan

penyusunan tari atau hasil susunan tari, sedangkan seniman atau penyusunannya

dikenal dengan nama koreografer, yang dalam bahasa kita sekarang dikenal sebagai

penata tari.
Alma Hawkin, seorang ahli tari dari Amerika menyebutkan bahwa konsep

koreografi adalah berupa pemikiran pemikiran yang diterapkan untuk mewujudkan

suatu bentuk dan gaya suatu tata susunan tari. Seperti diketahui bahwa bentuk

merupakan salah satu prinsip dasar dari koregrafi yang hadir sebagai suatu organisasi

kekuatan dari hasil struktur internal dalam tari. ( Widyastutieningrum dan

Wahyudiarto, 2014 : 3 ).
7.1.1 Proses Koreografi
Koreografi adalah proses pemilihan dan pengaturan gerakan gerakan menjadi

sebuah tarian, dan di dalamnya terdapat laku kreatif. Kreatif adalah peka terhadap

lingkungan, selalu tanggap terhadap rangsangan sensoris, merupakan pengamat yang

teliti, sadar, dan penuh rasa ingin tahu. Orang orang yang kreatif bersikap tegas

terhadap hal hal yang disukai atau tidak disukai, mampu melihat lebih cermat dari

orang lain, bersifat terbuka dan sangat peka terhadap hal hal yang menarik

perhatiannya ( Murgianto, 1983 : 10 ).

9
Rangkaian gerak dapat merupakan sambungan sambungan atau tempelan

tempelan mosaik gerak yang dapat dilihat. Rangkaian gerak menjadi sebuah wujud

atau bentuk yang merupakan kesatuan dari sebuah organisasi elemen elemen, yang

dalam proses koreografi adalah bagian yang dijadikan objek garap.

( Widyastutieningrum dan Wahyudiarto, 2014 : 54 ). Proses garap koreografi terbagi

menjadi 3 yaitu : ekplorasi, improvisasi dan komposisi.


7.1.1.1 Eksplorasi
Menurut Jazuli ( 1994 : 110 - 111 ) Eksplorasi atau penjajakan : merupakan

proses berfikir, berimajinasi, merasakan, dan menanggapi / merespon dari suatu objek

untuk dijadikan bahan dalam karya tari. Wujudnya bisa berupa gerak, irama, tema,

dan sebagainya. Syarat utama dalam bereksplorasi adalah kita harus mempunyai daya

tarik terhadap objek. Dengan daya tarik tersebut kita dapat mengamati atau

menghayati objek secara cermat.


Sedangkan menurut Widyastutieningrum dan Wahyudiarto ( 2014 : 60 ).

Eksplorasi merupakan proses untuk mencari bentuk gerak dengan menjelajahi semua

organ tubuh serta keruangan ( space ). Kesadaran terhadap sumber gerak adalah

penting, mengingat bahwa penari adalah kesan dari lingkungan, sehingga apa yang

dihasilkannya adalah kesan dari lingkungannya sebagai akibat dari pengalaman, baik

pengalaman intelektual maupun fisik


Eksplorasi merupakan hal utama bagi penari maupun penata tari untuk

memunculkan ide ide atau gagasan yang berasal dari lingkungan yang ada disekitar

mereka.Pada tahap ini baru terjadi penstrukturan yang belum bersifat tetap karena

bisa saja terjadi perubahan. Penstrukturan bagi seorang koreografer berarti telah

adanya ide ide atau gagasan yang dibutuhkan.

10
7.1.1.2 Improvisasi
Menurut Widyastutieningrum dan Wahyudiarto ( 2014 : 55 ) Dalam tingkatan ini

sebuah proses masih secara spontan mencari bentuk gerak dengan menjelajahi semua

organ tubuh. Mencoba berbagai sumber gerak untuk menghasilkan sesuatu.


Ciri utama improvisasi adalah spontanitas, karena dalam berimprovisasi terdapat

kebebasan. Kreativitas melalui improvisasi sering diibaratkan terbang yang tak

diketahui . Dengan improvisasi akan hadir suatu kesadaran baru dari sifat ekspresi

gerak, dan juga munculnya suatu pengalamn pengalaman yang pernah

dipelajari( Jazuli, 1994 : 111 ).


Improvisasi adalah proses pencarian gerak yang dilakukan secara spontan,

dengan berimajinasi akan sesuatu yang diharapkan juga dapat melengkapi proses

improvisasi. Pencarian gerak dapat dilakukan bersumber dari pengalaman maupun

dari lingkungan yang ada disekitar pencipta gerak sehingga menghasilkan suatu karya

yang diinginkan.
7.1.1.3 Komposisi
Komposisi ( composition ) berasal dari kata to compose artinya meletakkan,

mengatur, dan menata bagian bagian sedemikian rupa sehingga satu dengan lainnya

saling jalin menjalin membentuk satu kesatuan yang utuh. Dalam kesenian

khususnya tari, komposisi menuntut pengetahuan, intuisi dan kepekaan yang tingga

tetapi bukan berarti tidak memerlukan peran akal. Pada dasarnya komposisi

merupakan usaha sadar suatu seniman untuk memberikan wujud estetik terhadap

pengalaman batin yang hendak diungkapkan ( Jazuli, 2008 : 95 )


Menurut Widyastutieningrum dan Wahyudiarto ( 2014 : 56 ) dalam tingkatan ini

secara kasat mata sudah dapat dilihat bentuk yang terorganisasi. Kejelihan penyusun

semakin diperlukan, terutama kepekaan dalam melihat kesatuan bentuk.

11
Komposisi atau forming : sebagai tujuan akhir pengembangan kreativitas adalah

pembentukan komposisi atau penciptaan tari. Kepentingan komposisi lahir dari hasrat

dan keinginan untuk apa yang telah ditemukan. Unsur spontan di sini masih

diperlukan, tetapi harus ada suatu pemilihan dan pemilahan serta penyatuan secara

sadar. Hal inilah yang disebut tari sebagai organisasi dari simbol yang disajikan

dengan ekspresi yang unik dari penciptanya ( Jazuli, 1994 : 98 )


Menurut Murgianto ( 1983 : 11 ) komposisi adalah bagian atau aspek dari laku

kreatif. Jika sebuah tarian diartikan sebagai perwujudan dari pengalaman emosional

dalam bentuk gerak yang ekspresif sebagai hasil panduan antara penerapan prinsip

prinsip komposisi dengan kepribadian seniman, maka komposisi adalah usaha dari

seseorang seniman untuk memberikan wujud estetik terhadap perasaan atau

pengalamn batin yang hendak diungkapkan. Prinsip prinsip yang digunakan dalam

pembentukan komposisi diantaranya yaitu :


a. Kesatuan yang Utuh ( Unity )
Prinsip bentuk seni yang paling penting dan paling mendasar dalam sebuah

koreografi, bahwa sebuah karya seni harus mempunyai kesatuan. Walaupun terdiri

dari berbagai macam elemen penyusun, didalam sebuah karya seni hubungan antara

elemen satu dengan elemen lainnya harus saling berhubungan. Sehingga tidak dapat

mengurangi atau menambahkan elemen baru tanpa merusak kesatuan yang telah

dicapai.
b. Keragaman ( Variasi )
Seorang koreografer harus selalu mengingat prinsip kesatuan, walaupun sering

melakukan perubahan dengan maksud untuk mengikuti perkembangan yang ada.

Dalam kesatuan, penyusunan variasi harus tetap menyesuaikan dengan keutuhan

12
kerangka kerja. Kepentingan variasi harus tertuju pada keutuhan karena hal tersebut

merupakan proses koreografi


c. Pengulangan ( Repetisi )
Pengulangan dapat membantu menggarisbawahi pola pola atau tema gerak

yang hendak ditonjolkan. Seorang penata tari harus berusaha membantu penonton

untuk melekatkan citra dan motif motif gerak dalam komposisinya lewat

pengulangan pengulangan. Pengulangan garis garis tubuh jelas akan membantu

desain dalam sebuah tata tari.


d. Kontras
Kontras dapat berarti menampilkan pola baru yang sama sekali berbeda sifatnya

dengan pola sebelumnya. Sebuah tarian terdiri lebih dari satu adegan, biasanya

disusun dengan memikirkan kontras antara adegan satu dengan yang lain. Kontras

semacam ini dapat diperoleh dengan pengubahan tempo, penggunaan tenaga, suasana

atau dalam beberapa hal dengan menggunakan gaya gerak tari yang berbeda.
e. Transisi
Transisi adalah cara bagaimana suatu gerakan tumbuh dari gerakan yang

mendahuluinya atau bagaimana bagian bagian dapat digabungkan menjadi bagian

yang lebih besar secara harmonis. Dengan demikian, transisi di samping merupakan

hubungan struktural, harus memberikan kondisi kelajuan pertumbuhan artistik yang

tidak tersendat sendat.


f. Urutan ( sequence )
Jika transisi erat hubungannya dengan hubungan fungsional antar bagian, maka

sequence memasalahkan penempatan logis dari bagian bagian secara kronologis

sehingga tiap tiap bagian terjalin membentuk urutan maknawi.


Sebuah komposisi, penyusunan urutan gerakan ini harus sedemikian rupa

sehingga setiap gerakan merupakan perkembangan wajar dari gerak yang

13
mendahuluinya. Dengan demikian, akan terasa adanya kesinambungan yang

membentuk kesatuan yang utuh.


g. Klimaks
Agar sebuah karya dapat memberikan kepuasan, karya itu harus memberikan

kesan akan adanya konklusi atau penyelesaian. Sebuah komposisi tari harus

mempunyai awal, perkembangan ke arah titik puncak, dan diakhiri oleh sesuatu yang

mengesankan. Klimaks adalah bagian dari sebuah komposisi yang menampilkan

puncak kekuatan emosional atau keefektifan struktural.


h. Keseimbangan ( Balance )
Prinsip keseimbangan menyangkut masalah penyusunan bagian bagian secara

proposional sehingga dicapai kondisi mantap. Keseimbangan berkaitan dengan

penyusunan bagian bagian dalam perwujudannya yang serentak. Pengaturannya

dapat dilakukan secara simetris atau asimetris.


i. Harmoni
Syarat terakhir untuk terwujudnya bentuk estetik adalah harmoni, yaitu

pengaturan kekuatan kekuatan yang saling mempengaruhi di antara berbagai

macam bagian dari sebuah komposisi. Didalam kesenian pemilihan materi serta

pengaturanya menjadi sebuah komposisi, harus dilakukan atas dasar pertimbangan

yang sama juga.


7.1.2 Bentuk Koreografi
Bentuk koreografi merupakan sebuah karya seni yang diciptakan oleh

koreografer setelah melewati seluruh tahap tahap dalam koreografi yaitu eksplorasi,

improvisasi dan komposisi. Menurut Widyastutieningrum dan Wahyudiarto ( 2014 :

68 69 ) tari diciptakan dengan tujuan untuk dikomunikasikan kepada para penikmat,

oleh karena itu, tari tidak hanya sekedar rangkaian gerak, tetapi mempunyai bentuk,

14
wujud, kesatuan, dan ciri khas. Koreografer mempunyai dua tugas pokok, yang secara

simultan menuju kesatuan artistik, yaitu :


1. Memilih isi gerak, melengkapi instrumen tubuh sebagai bahan penyusunan

karya tari
2. Menyusun gerak ke dalam kerangka konstruksional yang akan memberikan

bentuk keseluruhan.
Seorang pencipta tari harus mengetahui metode menata atau mengatur unsur

unsur gerak untuk membentuk sebuah tarian yang utuh. Masalah paling penting di

dalam bentuk adalah kontiunitas. Segala usaha yang dilakukan untuk membuat

sebuah pertunjukan memikat memang harus dilakukan : pergantian peran, pergantian

kostum, ide ide lighting, dan serta tak peduli bagaimanapun bagusnya tetapi

semuanya ini tidak boleh merusakkan kontinuitas .


Sedangkan menurut Murgiyanto ( 1983 : 30 31 ) bentuk adalah kecenderungan

kreatif yang dipengaruhi oleh hukum hukum hidup. Setiap karya seni agar

mengandung makna dan dapat menyakinkan pengamatnya, harus tumbuh dari

pengalaman batin penciptanya dan berkembang sejalan dengan mekarnya benih ide.

Ada dua macam bentuk dalam kesenian. Pertama, bentuk yang tidak terlihat, bentuk

batin, gagasan atau bentuk yang merupakan hasil pengaturan unsur unsur pemikiran

atau hal hal yang sifatnya batiniah yang kemudian tampil sebagai isi tarian. Kedua,

bentuk luar yang merupakan hasil pengaturan dan pelaksanaan elemen elemen

motorik yang teramati. Dengan perkataan lain, brntuk luar berkepentingan dengan

bagaimana kita mengolah bahan bahan kasar dan menentukan hubungan saling

mempengaruhi antar elemen elemen yang digunakan.

15
Terbentuknya konsep garap tari pasti adanya keterkaitan dengan elemen

elemen koregrafi antara lain : Tema, Alur cerita atau alur dramatik, gerak, penari, pola

lantai, ekspresi wajah, rias, musik, panggung, properti, pemcahayaan, dan seting

( Maryono, 2012 : 52 ).
Berdasarkan teori teori yang telah dikemukakan, elemen elemen koreografi

yang dapat menunjang dalam penelitian koreografi Kesenian Barongan Grup Risang

Guntur Seto di Kabupaten Blora ( Kajian kretivitas garap ) dapat dijelaskan sebagai

berikut :
7.1.2.1 Tema

Tema dalam tari merupakan makna inti yang diekspresikan lewat problematika

figur atau tokoh yang didukung peran peran yang berkompeten dalam sebuah

pertunjukan. Prinsip dasarnya tema dalam tari berorientasi pada nilai nilai

kehidupan yang spiritnya memiliki sifat keteladanan kepahlawanan, kesetiaan,

kesatuan, kebersamaan, kegotong royongan, keharmonisan, dan kebahagiaan

( Maryono, 2012 : 52 53 ).

Tema lahir dari pengalaman hidup seorang seniman tari yang telah diteliti dan

dipertimbangkan agar bisa dituangkan atau diungkapkan kedalam gerakan gerakan

tari. Tema dapat disampaikan secara literer maupun non literer. Tema literer

merupakan suatu yang digambarkan dengan cerita yang didalamnya mengandung

lakon yang ingin diungkapkan. Tema literer biasanya diungkapkan melalui gerak

gerak naratif. Tema non literer suatu yang lebih menekankan pada penggambaran

suasana emosional tertentu, tidak naratif ( Jazuli, 2008 : 18 19 ).

16
Tema terbentuk bisa bersumber dari pengalaman seorang koregrafer ataupun dari

problematika masalah yang ada disekitar lingkungan hidup koreografer. Tema dapat

mengangkat seorang tokoh yang sudah ada dalam sebuah cerita dan ingin lebih

ditonjolkan lagi perwatakannya, ataupun tema dapat berupa improvisasi sebuah tokoh

imajinasi seorang koreografer. Pada dasarnya tema yang akan dipentaskan oleh

seorang koregrafer harus memiliki sifat dan watak yang kuat sesuai dengan tokoh

yang akan dipentaskan.

7.1.2.2 Penari
Penari adalah seorang seniman yang kedudukanya dalam seni pertunjukan tari

sebagai penyaji. Kehadiran penari dalam pertunjukan tari merupakan bagian pokok

yaitu sebagai sumber dipahami bahwa penari memiliki fungsi sebagai sumber isi dan

merupakan bentuk sebagai penyampai isi. Kondisi fisik atau tubuh penari sebagai

sistem ekspresi harus dalam kondisi yang sehat dan segar sehingga sistem kelenturan,

keseimbangan, keterampilan, kecepatan, ketepatan gerak, ketepatan irama berfungsi

secara ekspresip ( Maryono, 2012 : 56 57 ).


7.1.2.3 Gerak
Menurut Maryono ( 2012 : 54 ) bagi seniman gerak tubuh menjadi media yang

sangat elementer untuk mengekspresikan jiwa. Kehadiran gerak dalam tari

merupakan media baku yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk

menyampaikan pesan seniman. Sebagai media komunikasi, tari mempunyai muatan

muatan pesan dari koreografer yang hendak dikomunikasikan dengan masyaraat

penghayat. Lewat bahasa gerak tubuh, pertunjukan tari membawa pesan yang akan

ditangkap maknanya sebagai esensi dari aktivitas berkomunikasi antara koreografer

17
dengan penghayat. Adapun pesan pesan tersebut dapat berupa pesan moral,

spiritual, dan bersifat hiburan.


Jazuli ( 2008 : 8 ) menjelaskan bahwa didalam gerak terkandung tenaga / energi

yang melibatkan ruang dan waktu. Timbulnya gerak tari berasal dari hasil proses

pengolahan yang telah mengalami stilasi ( digayakan ) dan distorti ( pengubahan ),

yang kemudian melahirkan dua jenis gerak, yaitu gerak murni dan gerak maknawi.
Gerak murni ( pure movement ) atau disebut gerak wantahadalah gerak yang

disusun dengan tujuan untuk mendapatkan bentuk artistik ( keindahan ) dan tidak

mempunyai maksud maksud tertentu. Gerak maknawi (gesture ) atau disebut gerak

tidak wantah gerak yang mengandung arti atau maksud tertentu dan telah distilasi

( dari wantah menjadi tidak wantah ).


Gerak tari terdiri dari tiga elemen dasar yang mendukungnya yaitu : tenaga,

ruang dan waktu.


7.1.2.3.1 Tenaga
Tenaga di dalam tari menggambarkan suatu usaha yang mengawali,

mengendalikan, dan menghentikan gerak ( Wiyastutieningrum dan Wahyudiarto,

2014 : 52 ). Tenaga yang tersalur di dalam tubuh penari dapat merangsang ketegangan

atau kekendoran di dalam otot otot penontonya. Pada waktu menyaksikan seorang

penari melakukan gerakan gerakan sulit, penonton akan merasakan ketegangan

dalam otot ototnya, dan setelah selesai gerakan sulit itu dilakukan, lepaslah

ketegangan dalam otot otot mereka ( Murgiyanto, 1983 : 27 ). Beberapa faktor yang

berhubungan dengan penggunaan tenaga adalah :


a. Intensitas
Intensitas ialah banyak sedikitnya tenaga yang digunakan di dalam sebuah gerak.

Dalam bergerak, seorang penari dapat menggunakan tenaga yang jumlahnya sedikit

18
atau banyak. Penampilan tenaga yang besar mengasilkan gerakan yang bersemangat

dan kuat. Sebaliknya, penggunaan tenaga yang sedikit mengurangi rasa kegairahan

dan keyakinan ( Murgiyanto, 1983 : 27 ).


b. Tekanan atau aksen
Tekanan atau aksen terjadi jika ada penggunaan tenaga yang tidak rata, artinya

ada yang sedikit dan ada pula yang banyak. Penggunaan tenaga yang lebih besar

sering dilakukan untuk mencapai kontras dengan gerakan sebelumnya dan tekanan

gerak semacam ini berguna untuk membedakan pola gerak yang satu dengan gerak

lainya. Penggunaan tenaga yang teratur menimbulkan rasa keseimbangan dan rasa

aman, sedangkan penggunaan tenaga yang tidak teratur tekanannya menciptakan

suasana yang mengganggu atau bahkan membingungkan ( Murgiyanto, 1983 : 27

28 ).
c. Kualitas
Cara menyalurkan gerak sesuai dengan desain yang dikehendaki ( Jazuli, 2008 :

100 ). Berdasarkan cara bagaimana tenaga disalurkan atau dikeluarkan, kita mengenal

berbagai macam kualitas gerak. Tenaga dapat dikeluarkan dengan cara bergetar,

menusuk dengan cepat, melawan gaya tarik bumi agar tidak jatuh, atau terus

menerus bergerak dengan tenaga yang tetap. Cara penggunaan tenagalah yang

memberikan efek dinamik dalam sebuah tarian ( Murgiyanto, 1983 : 28 ).


7.1.2.3.2 Ruang
Figur penari yang bergerak menciptakan desain di dalam ruang dan hubungan

timbal balik antara gerak dan ruang akan membangkitkan corak dan makna tertentu.

Seorang penari yang mampu mengontrol penggunaan ruang akan mempebesar

kekuatan yang ditumbuhkan oleh gerak yang dilakukanya. Hal itu disebabkan oleh

19
gerak penari berinteraksi dengan ruang ( Murgiyanto, 1983 : 23 ). Faktor faktor

yang mempengaruhi ruang terdiri dari :


a. Garis
Ketika bergerak tubuh kita dapat diatur sedemikin rupa sehingga memunculkan

suatu kesan berbagai macam garis. Desain garis pada dasarnya dapat dibedakan

menjadi dua yaitu garis lurus yang memberikan kesan istirahat, sedangkan garis

garis yang tegak lurus memberikan kesan ketenangan dan keseimbangan. Garis

melingkar atau lengkung memberikan kesan manis, sedangkan garis menyilang atau

diagional memberi kesan dinamis ( Widyastutieningrum dan Wahyudiarto, 2014 : 46).


b. Volume
Gerakan tubuh kita mempunyai ukuran besar kecil atau volume. Gerakan

melangkah ke depan misalnya, bisa dilakukan dengan langkah yang pendek, langkah

biasa, atau langka lebar. Sebuah posisi atau gerakan yang kecil bisa dikembangkan,

sementara gerakan yang besar dapat dikecilkan volumenya ( Murgiyanto, 1983 : 23 ).


c. Arah
Gerak juga memiliki arah. Seringkali dalam menari kita mengulang sebuah pola

atau rangkaian gerak dengan mengambil arah yang berbeda. Kecuali arah ke atas dan

ke bawah, sebuah gerakan dapat dilakukan ke arah depan, belakang, kiri, kanan,

serong kiri depan, serong kanan depan, serong kiri belakang, dan serong kanan

belakang. Hal lain yang masih berhubungan dengan arah adalah arah hadap penari.

Arah hadap tubuh seorang penari dapat banyak berbicara untuk mengenali tingkah

laku seorang ( Murgianto, 1983 : 23 ).


Desain tiga dimensi memiliki panjang, lebar, dari tinggi atau kedalaman yang

menghasilkan apa yang dikenal sebagai volume isi keruangan yang berhubungan

dengan besar kecilnya jangkuan gerak. Besar kecilnya gerak tari ini ada

20
hubunganya dengan perasaan, dalam keadaan gembira orang cenderung melakukan

gerakan gerakan yang besar, luas, dan ringan. Sementara itu, dalam tertekan atau

takut orang akan melakukan gerakan gerakan yang kecil kecil dan tersendat

sendat ( Widyastutieningrum dan Wahyudiarti, 2014 : 50 ).


d. Level
Unsur keruangan gerak yang lain adalah level atau tinggi rendahnya gerak. Garis

mendatar yang dibuat oleh seorang penari dengan kedua belah lengannya dapat

memiliki ketinggian yang berbeda beda. Posisi ini dapat dilakukan sambil duduk,

berjongkok, berdiri biasa, mengangkat kedua tumit, dan bahkan sambil meloncat ke

udara. Ketinggian maksimal yang dapat dicapai oleh seseorang penari adalah ketika

ia meloncat ke udara, sedang ketinggian minimal dicapi ketika rebah ke lantai

( Muriyanto, 1983 : 24 ).
e. Fokus Pandang
Menurut Murgianto ( 1983 : 25 ) bila diatas pentas terdapat delapan orang penari

dan semuanya memusatkan perhatian ke salah satu sudut pentas, maka perhatian kita

pun akan terarah ke sana, sehingga penari yang sesaat kemudian ke luar dari sudut ini

akan menjadi fokus pandang kita. Akan tetapi, jika arah pandang tiap tiap penari

berbeda beda, perhatian kitapun akan terpecah.


7.1.2.3.3 Waktu
Tari menggunakan tenaga untuk mengisi ruang, tetapi ini dapat dilakukan hanya

kalau ada waktu ( Widyastutieningrum dan Wahyudiarto, 2014 : 52 ). Kita akan lebih

memahami permasalahan waktu jika kita hayati dengan sungguh sungguh dalam

menari. Secara sadar kita harus merasakan adanya aspek cepat lambat, kontras,

berkesinambungan, dan rasa berlalunya waktu sehingga dapat dipergunakan secara

efektif ( Murgiyanto, 1983 : 25 ).

21
Elemen elemen waktu meliputi :
a. Tempo
Tempo adalah kecepatan dari gerakan tubuh kita. Jika kecepatan suatu gerak

diubah kesannya pun akan berubah ( Murgiyanto, 1983 : 25 ). Tempo atau kecepatan

sebuah tarian ditentukan oleh jangka waktu dalam mana dapat diselesaikan serentetan

gerakan gerakan tertentu, jangka waktu sebuah tubuh seorang penari menyelesaikan

sebuah rangkaian gerak. Gerakan yang cepat biasanya lebih aktif dan menggairahkan,

sedangkan gerakan yang lambat menguasai rangsangan tersebut

( Widyastutieningrum dan Wahyudiarto, 2014 : 53 ).


b. Ritme
Ritme menghendaki adanya pengaturan pola pola gerak dimana ada

serangkaian permukaan permukaan, perkembangan perkembangan, dan akhir

akhir yang mengarah ke struktur : awal klimaks akhir ( Widyastutieningrum dan

Wahyudiarto, 2014 : 53 ). Di dalam kesenian, komponen komponen pembangunan

ritme ketukan ketukan yang berbeda panjang atau pecahan pecahannya disusun

sedemikian rupa sehingga membentuk pola pola ritmis tertentu. Dengan demikian,

ritme lebih lanjut dapat didefinikan sebagai perulangan yang teratur dari kumpulan

kumpulan bagian gerak atau suara yang berbeda kecepatannya ( Murgiyanto, 1983 :

26 ).
c. Meter
Hitungan atau ketukan adalah unit waktu terkecil bagi seorang penari untuk

bergerak. Pengelompokan hitungan hitungan yang ditandai dengan tekanan ini

disebut meter. Meter dapat berarti bentuk pengaturan waktu paling sederhana dalam

sebuah tarian ( Murgiyanto, 1983 : 25 ).


7.1.2.4 Musik Tari

22
Musik merupakan salah satu cabang seni yang memiliki unsur unsur baku yang

mendasar yaitu nada, ritme, dan melodi. Dalam pertunjukannya tari hampir tidak

pernah terlepas dengan kehadiran musik. Keberhasilan pertunjukan tari sangat

ditentukan unsur medium bantunya yakni musik yang berfungsi sebagai iringan.

Musik dalam tari mampu memberikan kontribusi kekuatan rasa yang secara

komplementer menyatu dengan ekspresi tari sehingga membentuk suatu ungkapan

seni atau ungkapan estetika ( Maryono, 2012 : 64 ).


Menurut Hidajat ( 2015 : 53 ) Musik untuk koreografi kemampuan menuliskan

notasi, tetapi ide atau dasar pemikiran yang dapat mebuat koreografi memiliki daya

hidup, dinamika, dan penyuasanaan tertentu. Musik dalam koreografi bersifat

fungsional, Setidaknya ada 3 fungsi musik yaitu :


a. Musik sebagai iringan atau patner gerak
Musik sebagai iringan atau patner gerak adalah memberikan dasar irama pada

gerak, ibaratnya musik sebagai rel untuk tempat bertumpunya rangkaian gerakan.

Musik sebagai iringan tari ( bunyi instrumen ) juga dapat terpisah dari gerakan penari,

sebab gerakan tubuh penari bisa jadi dapat mengeluarkan sumber bunyi tertentu,

seperti tepukan tangan, tepukan badan, depakan kaki, teriakan atau instrumen tertentu

yang dipegang atau diikatan pada anggota badan penari. Instrumen sebagai pengiring

yang demikian itu disebut sebagai instrumen internal, sedangkan instrumen eksternal

adalah instrumen yang mengeluarkan sumber bunyi jauh dari penarinya


b. Musik sebagai penegasan gerak
Musik sebagai penegasan gerak memiliki karakteristik yang mirip dengan musik

sebagai iringan tetapi lebih bersifat teknis terhadap gerakan, artinya musik tertentu

berfungsi sebagai penumpu gerak, dan musik yang lain sebagai memberi tekanan

23
terhadap gerakan. Sehingga gerakan tangan, kaki atau bagaian tubuh yang lain

mempunyai rasa musikalitas yang mantap.


c. Musik sebagai ilustrasi
Musik sebagai ilustrasi adalah musik yang difungsikan untuk memberikan

suasana koreografi sehingga peristiwa yang digambarkan mampu terbangun dalam

persepsi penonton. Musik sebagai ilustrasi untuk membangun suasana pada umumnya

digunakan pada koreografi yang berstruktur dramatari. Adegan adegan yang

dibangun membutuhkan dukungan penyuasanaan, baik untuk menggambarkan

lingkungan tertentu atau mengungkapan suasana hati.


7.1.2.5 Tata Rias
Rias dalam seni pertunjukan tidak sekedar untuk mempercantik dan

memperindah diri tetapi merupakan kebutuhan ekspresi peran sehingga bentuknya

sangat beragam bergantung peran yang dikehendaki. Prinsip dasar merias dalam

pertunjukan tari adalah untuk mengubah wajah pribadi dengan alat alat kosmetik

yang disesuaikan dengankarekter figur atau peran supaya tampil ekspresif ( Maryono,

2012 :61 ).
Fungsi rias antara lain adalah untuk mengubah karakter pribadi menjadi karakter

tokoh yang sedang dibawakan, untuk memperkuat ekspresi, dan untuk menambah

daya tarik penampilan. Perlu diketahui bahwa tata rias panggung atau untuk

pertunjukan adalah berbeda dengan rias untuk sehari hari. Pemakaian rias sehari

hari kita harus selalu menyesuaikan dengan situasi lingkungan, misalnya cukup

dengan polesan dan garis garis tipis. Lain halnya dengan rias panggung, yakni

selain harus lebih tebal karena adanya jarak antara pemain dan penonton sering agak

berjauhan, juga harus menyesuaikan karakter tokoh atau peran yang dibawakan.

24
Jazuli ( 2008, 23 ) menyebutkan dalam tata rias panggung dibedakan menjadi

dua, yaitu tata rias panggung atau pentas biasa ( tertutup ) dan tata rias panggung

arena ( terbukaa ). Untuk penataan rias panggung tertutup dianjurkan agar lebih tegas,

jelas garis garisnya, dan lebih tebal, karena biasanya penonton melihat pertunjukan

dalam jarak yang cukup jauh. Untuk tata rias panggung arena atau terbuka seringkali

penonton berada lebih dekat dengan pertunjukannya sehingga pemakaian rias tidak

perlu terlalu tebal, dan yang lebih utama harus nampak halus atau rapi.
7.1.2.6 Tata Busana
Fungsi busana tari adalah untuk mendukung tema atau isi tari, dan untuk

memperjelas peran peran dalam suatu sajian tari. Busana tari yang baik bukan

hanya sekedar untuk menutup tubuh semata, melainkan juga harus dapat mendukung

desain ruang pada saat penari sedang menari (Jazuli 2008, 20 ).


Menurut Hidajat ( 2005 : 63 ) Pada dasarnya, penataan busana tari secara teknis

tidak berbeda dengan penataan busana pada umunya, namun tata busana untuk tari

lebih menekankan orientasi pada konsep koreografi, disamping ada pertimbangan

praktis yaitu faktor peraga tari.


Bentuk atau mode busana dalam pertunjukan tari dapat memiliki warna yang

sangat bermakna sebagai simbol simbol dalam pertunjukan. Jenis jenis simbol

bentuk dan warna busana para penari dimaksudkan mempunyai peranan sebagai : a)

identitas peran, b) karakteristik peran, dan c) ekspresi estetis. Menyikapi beragamnya

jenis tari dan tampilan tokoh atau peran dalam entitas tari perlu adanya bentuk atau

mode busana yang tepat untuk identitas peran.Warna warna dasar busana dalam

seni pertunjukan mempunyai makna simbolis yang dapat mengarahkan pada

25
pemahaman karakteristik peran atau figur tokoh. Jenis warnsa warna dasar tersebut

diantaranya : hitam, putih, merah, kuning, dan hijau ( Maryono, 2012 : 61 62 ).


7.1.2.7 Properti
Properti ( Property ) adalah istilah dalam bahasa inggris yang berarti alat alat

pertunjukan. Pengertian tersebut mempunyai dua tafsiran yaitu properti sebagai sets

dan properti sebagai alat bantu berekspresi. Humphrey dalam Hidajat ( 2005 : 59 )

mengakui bahwa secara teknis, perbedaan antara properti dan sets sering kali sangat

samar, artinya hampir tidak tampak perbedaanya. Disamping itu, properti juga

seringkali hadir sebagai kostum. Sebenarnya hal tersebut tidak perlu dirisaukan

karena nama atau istilah akan hadir sesuai dengan fungsinya sehingga nantinya maka

bentuk dan wujudnya akan sama.


7.1.2.8 Tempat Pentas
Suatu pertunjukan apapun bentuknya selalu memerlukan tempat atau ruang guna

menyelenggarakan pertunjukan itu sendiri. Pemanggungan ( staging ) merupakan

istilah yang berasal dari luar negara kita, tetapi istilah tersebut nampaknya telah

memasyarakat pada masa penjajahan Belanda. Pemanggungan digunakan untuk

menyebutkan suatu pertunjukan yang dipergelarkan atau diangkat ke atas pentas guna

dipertontonkan. Bentuk pemanggungan atau sering disebut bentuk bentuk pentas

ada bermacam macam. Misalnya bentuk proscenium yakni penonton hanya dapat

melihat dari sisi depan saja, bentuk tapal kuda yaitu pentas yang bentuknya

menyerupai tapal kuda, para penonton bisa melihat dari tiga sisi yaitu sisi depan, sisi

samping kiri, dan sisi samping kanan, bentuk pendapa, para penontonnya seperti

halnya bentuk tapal kuda, perbedaanya bangunan pendapa lebih tinggi daripada

pentas tapal kuda ( sama rata dengan tanah ) ( Jazuli, 2008 : 25 ).

26
7.2 Nilai Estetis Bentuk Koreografi Tari
7.2.1 Estetika
Menurut kamus besar bahasa Indonesia ( 2011 : 136 ) Estetika adalah cabang

filsafat yang menelaah dan membahas tentang seni dan keindahan serta tanggapan

manusia terhadapnya.
Pada umumnya apa yang kita sebut indah didalam jiwa kita dapat menimbulkan

rasa senang, rasa puas, rasa aman, nyaman dan bahagia, bila perasaan itu sangat kuat,

kita merasa terpaku, terharu, terpesona, serta menimbulkan keinginan untuk

mengalami kembali perasaan itu, walaupun sudah dinimati berkali kali ( Djelantik,

1999 : 4 5 ).
Ide, keadaan, karakter benda, dan objek seni akan tampak indah bila mempunyai

nilai dan makna bagi kita sebagai penikmatnya. Seni itu indah karena keindahan

selalu lekat dengan aktivitas kesenian jika elemen dasar tari adalah gerak, maka gerak

yang dimaksud adalah gerak yang indah . Sungguhpun demikian, keindahan pada

dasarnya bersumber dari dua faktor, yaitu faktor berasal dari kualitas objek ( benda,

peristiwa kesenian yang indah ), dan faktor berasal dari cara kita dalam menangkap,

merespon atau menanggapi keindahan.


Jazuli ( 2008, 110 ) menyebutkan di dalam tari, kita akan memproyeksikan

munculnya keindahan melalui gerakan yang bersamaan dengan rasa kepuasaan dalam

diri kita atau biasa disebut pengalaman estetik. Situasi estetik yaitu suatu keadaan

nikmat yang terjadi karena faktor kesatuan perwujudan bentuk seni yang ditangkap

oleh indra kita. Indera itulah yang bekerja untuk merespons bentuk seni sehingga

menjadi bermakna bagi kehidupan kita.


Nilai nilai keindahan suatu tari tidak terlepas dari pola budaya lingkungan

dimana tari itu berasal, tumbuh dan berkembang, untuk menilai keindahan suatu tari

27
tidak pernah terlepas dari unsur unsur wiraga, wirama dan wirasa. Wiraga

merupakan elemen yang sangat penting karena berupa wujud gerak badan. Wirama

meliputi irama musik dan instrumen musik yang digunakan, Wirasa merupakan

mimik wajah ataupun ekpresi seorang penari yang disesuaikan dengan tujuan suatu

tarian.
7.2.2 Teori Keindahan
7.2.2.1 Teori Keindahan Subjektif
Keindahan subjektif timbul merupakan hasil dari pandangan sang pengamat

mengenai suatu karya tari. Kesan yang diukur itu adalah hasil dari kegiatan budi sang

pengamat, kegiatan faculty of tastenya karena itu dalam penilaian seni terjadilah pada

sang pengamat dua kegiatan yang terpisah.


Hasil kedua kegiatan itu sangat tergantung dari kemahiran sang pengamat, bukan

saja kemahiran merasakan sifat sifat estetik yang terkandung dalam karya tersebut

tetapi juga kemahiran mengukur dirinya sendiri, mengukur reaksi yang timbul dalam

pribadinya. Disamping kemahiran hasil kegiatan itu masih dipengaruhi oleh apa yang

telah membentuk kepribadian sang pengamat, yakni pendidikan, lingkungan, dan

pengalaman umumnya, ternasuk kebudayaanya. Maka dengan itu hasil pengamat,

dalam kata lain, selalu ada hal hal yang bersifat subyektif ikut serta dalam penilaian

( Djelantik, 1999 : 169 ).


7.2.2.2 Teori Keindahan Obyektif
Keindahan secara obyektif, keindahan mengacu pada objek atau benda tertentu,

entah alam, entah karya seni, yang memiliki daya tarik atau pesona ( Maran, 2007 :

140 ).
7.3 Kerangka Berfikir
Kajian kreativitas garap kesenian barongan grup Risang Guntur Seto di

Kabupaten Blora, yang pertama dapat dilihat dari proses koreografi adapun proses

28
yang dilakukan yaitu : eksplorasi, improvisasi dan komposisi. Kedua dilihat dari

bentuk koreografi yang meliputi : tema, penari, gerak, musik iringan, tata rias, tata

busana, properti, dan tempat pentas. Ketiga dapat dilihat dari nilai estetis bentuk

koreografi. Unsur unsur pertunjukan kesenian barongan grup risang Guntur Seto

digunakan untuk mengetahui bentuk koreografi barongan grup Risang Guntur Seto di

Kabupaten Blora.

KERANGKA BERFIKIR

BARONGAN GRUP RISANG GUNTUR SETO

KAJIAN KREATIVITAS
GARAP ( KOREOGRAFI )

PROSES BENTUK
1. TEMA
KOREOGRAFI KOREOGRAFI
2. PENARI
3. GERAK
1. EKPLO
4. MUSIK
RASI 29 5. TATA RIAS
2. IMPRO 6. TATA
VISASI BUSANA
7. PROPERTI
8. TEMPAT
NILAI KEINDAHAN BENTUK
KOREOGRAFI BARONGAN GRUP
RISANG GUNTUR SETO

8. METODE KAJIAN KREATIVITAS GARAP ( KOREOGRAFI )


PENELITIAN
8.1 Pendekatan Penelitian
BARONGAN GRUP RISANG GUNTUR SETO
Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan untuk pencarian,

penyelidikan dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk

mendapatkan fakta fakta atau prinsip prinsip baru yang bertujuan untuk

mendapatkan pengertian baru dan menaikkan tingkat ilmu serta teknologi ( Margono,

2003 : 1 ).

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode penelitian merupakan cara

kerja yang sisitematis. Tujuan dari metode penelitian adalah untuk mengetahui

keadaan sebenarnya yang ada dilapangan, serta dapat digunakan sebagai informasi

khususnya untuk kepentingan peneliti dan masyarakat pada umumnya. Hasil

penelitian yang maksimal harus menggunakan metode yang benar sesuai dengan

30
kajian yang dilakukan, dalam penelitian ini penulis telah mempersiapkan cara agar

penelitian bersifat valid.

Berdasarkan pada pokok permasalahan yang dikaji, maka penelitian ini

menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan estetis dan koreografi,

data yang dihasilkan berupa data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif bertujuan untuk

mendiskripsikan Kajian kreativias garap yaitu yang dimaksud dalam hal ini adalah

koreografi Barongan Grup Risang Guntur Seto di Kabupaten Blora. Penelitian yang

bersifat kualitatif, yang diuji bukan teori yang telah dirumuskan, tetapi pengamatan

dan penelitian langsung di lapangan untuk mendapatkan data diskriptif. Data data

peneliti butuhkan berupa konsep konsep, monografi, dan buku panduan sebagai

dasar referensi otentik. Dengan ungkapan lain permasalahan yang dibahas dalam

penelitian ini merupakan data data yang terkumpul melalui kajian pustaka dan

obervasi lapangan dengan wawancara yang bertujuan menggambarkan dan

menguraikan tentang hal hal yang berkaitan dengan keadaan atau status fenomena

yang tidak berkenaan dengan angka angka ( Moleong, 2004 : 103 ).

8.2 Lokasi dan Sasaran Penelitian


8.2.1 Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi penelitian di Kelurahan Kunden

Kecamatan Blora Kabupaten Blora. Pemilihan lokasi penelitian di Kelurahan Kunden

dengan pertimbangan bahwa lokasi itu adalah tempat penggarapan Barongan Grup

Risang Guntur Seto.

31
8.2.2 Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian ini adalah kreativitas garap yang berupa bentuk koreografi

yang telah dilakukan oleh Barongan Grup Risang Guntur Seto.


8.3 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Margono ( 2003 : 158 ) penelitian, di samping perlu menggunakan

metode yang tepat, juga perlu memiliki tehnik dan alat pengumpulan data yang

relevan. Penggunaan tehnik dan alat pengumpul data yang tepat memungkinkan

diperolehnya data yang objektif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi tehnik observasi, tehnik wawancara dan tehnik dokumentasi.
8.3.1 Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian ( Margono, 2003 : 158 ).

Pengumpulan data dilakukan dengan penelitian langsung terhadap objek penelitian

serta objek penelitian yang mendukungnya. Sehingga mendapatkan gambaran yang

jelas mengenai kondisi objek penelitian tersebut dan kemudian bertujuan untuk

mendapatkan data.
Pelaksanaan pertama dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung

terhadap objek penelitian yaitu Barongan grup Risang Guntur Seto di Kabupaten

Blora dengan mengkaji kreativias garap yaitu koreografi serta unsur pendukungnya.
8.3.2 Wawancara
Menurut Moleong ( 2004 : 186 ) wawancara adalah percakapan dengan maksud

tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara ( interviewer )

yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara ( interviewee ) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu.


Teknik komunikasi adalah cara mengumpulkan data melalui kontak atau

hubungan pribadi antara pengumpul data dengan sumber data ( Margono, 2003 :

32
165 ). Jadi bisa diambil kesimpulan bahwa wawancara merupakan tehnik

pengumpulan data penelitian dengan melakukan percakapan langsung antara peneliti

dengan narasumber yang digunakan sebagai alat untuk memperoleh keterengan

mengenai tujuan suatu penelitian.


Adapun untuk memperoleh data yang akurat mengenai kreativias garap yaitu

koreografi Barongan grup Risang Guntur Seto. Peneliti memilih narasumber yang

diwawancarai adalah sebagai berikut :


1. Kepala Bidang Kebudayaan Kabupaten Blora, hal yang ditanyakan

yaitu : kondisi wilayah, sosial budaya, kebiasaan masyarakat, adat istiadat

serta keberadaan Barongan grup Risanng Guntur Seto di Kabupaten Blora


2. Koreografer atau penata tari, hal yang ditanyakan yaitu : proses

koreografer meliputi, eksplorasi, improvisasi dan komposisi. Kemudian

bentuk koreografi meliputi, tema, penari, gerak, iringan, tata busana, tata rias,

properti, dan tata pentas.


3. Pengiring dan penari, hal yang ditanyakan meliputi: pelaku, uraian

gerak, pola lantai, musik pengiring, tata busana, tata rias, dan urutan

penyajian Barongan grup Risang Guntur Seto.


8.3.3 Dokumentasi
Dokumenter merupakan cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis,

seperti arsip arsip dan termasuk juga buku buku tentang pendapat, teori, dalil atau

hukum hukum, dan lain lain yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dalam

penelitian kualitatif tehnik ini merupakan alat pengumpul data yang utama karena

pembuktian hipotesisnya yang diajukan secara logis dan rasional melalui pendapat,

teori atau hukum hukum yang diterima, baik mendukung maupun yang menolong

hipotesis tersebut (Margono, 2003 : 181 ).

33
Dokumen yang yang digunakan peneliti dalam penelitian ini berupa gambar foto

yang berkaitan dengan objek penelitian yaitu kreativitas garap ( koreografi )

Barongan grup Risang Guntur Seto di Kabupaten Blora. Adapun yang djadikan

sumber dokumentasi adalah video latihan dan pertunjukan Barongan grup Risang

Guntur Seto, foto foto tata rias dan tata busana, gerakan Barongan serta alat musik

yang digunakan.
8.4 Teknik Analisis Data
Menurut Rohidi ( 2011 : 241 ). Analisis data merupakan proses mengurutkan,

menstrukturkan, dan membuat kelompok data yang terkumpul menjadi bermakna.

Nasution dalam Sugiyono ( 2013 : 336 ) menyatakan Analisis telah mulai sejak

merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung

terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi

penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang grounded.


Menurut Adshea dkk dalam Murgiyanto ( 2002: 9 10 ) dalam bukunya Danca

Analysis: Theory and Practice, membagi proses analisa tari ke dalam empat tahap

sebgai berikut:
1. Mengenali dan mendiskripsikan komponen komponen pertunjukan

tari seperti gerak, penari, aspek visual, dan elemen elemen auditif. Peneliti

akan mengetahui dan memahami proses dan bentuk koreografi serta nilai

estetis bentuk koreografi Barongan grup Risang Guntur Seto di Kabupaten

Blora dengan melihat komponen komponen yang mendukungnya yaitu :

gerak, penari, aspek visual, dan elemen elemen auditif.

34
2. Memahami hubungan atara komponen pertunjukan dalam perjalanan

ruang dan waktu :bentuk dan struktur koreografi serta nilai estetis yang

terkandung dalam Barongan grup Risang Guntur Seto


3. Melakukan interprestasi berdasarkan konsep dan latar belakang sosial,

budaya, konteks pertunjukan, gaya dan genre, tema/isi tarian, proses

koreografi dan nilai estetis pada Barongan grup Guntur Seto di Kabupaten

Blora.
4. Melakukan evaluasi berdasarkan:
4.1 Nilai nilai yang berlaku di dalam kebudayaan dan masyarakat

pendukung bentuk koreografi Barongan grup Risan Guntur Seto


4.2 Nilai nilai khusus yang terkait dengan gaya dan genre, isi dan

pesan dalam bentuk koreografi Barongan grup Risang Guntur Seto.


4.3 Konsep konsep spesifik tarian yang mencakup efektivitas

koreografi dan efektivitas pertunjukan Barongan grup Risang Guntur

Seto.
8.3 Teknik Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan keabsahan data dapat dilakukan dengan beberapa teknik

antara lain adalah teknik triangulasi. Triangsulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu ( Moleong, 2004 :

330 ).
Triangsulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data

dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian

terdapat triangulasi sumber, tiangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu

( Sugiyono, 2002 : 372 ). Penjelasan triangulasi tersebut adalah sebagai berikut :


8.5.1 Triangulasi Sumber

35
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas dan dilakukan dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang diperoleh

tidak dapat langsung digunakan tetapi harus dibanding dulu dengan data yang berasal

dari sumber yang lain.


8.5.2 Triangulasi Teknik
Triangulasi tehnik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan tehnik yang berbeda. Misalnya data

diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau

kuesioner. Bila dengan tiga tehnik pengujian kredibiltas data tersebut, menghasilkan

data yang berbeda beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada

sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang

dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda

beda.
8.5.3 Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan

dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum

banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.

Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara

melakukan pengecekan dengan wawancara, obervasi atau tehnik lain dalam waktu

atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka

dilakukan secara berulang ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.

36
DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman Rosjid dan Rusliana Iyus. 1979. Seni Tari III. Jakarta: C. V. Angkasa.

Bahari Nooryan. 2008. Kritik Seni. Yogyakarta: Pustaka Pelajar..

Djelantik, A. A, M. 1999. Estetika. Bandung: Mayarakat Seni Pertunjukan Indonesia

Hidajat, Robby. 2005. Wawasan Seni Tari Pengetahuan Praktis Bagi Guru Seni Tari.

Malang: Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri

Malang.

Jazuli, M. 1994. TELAAH TEORITIS SENI TARI. Semarang: IKIP Semarang Press.

-----------. 2008. Pendidikan Seni Budaya Sumplemen Pembelajaran Seni Tari.

Semarang: Unnes Press.

37
-----------. 2011. Sosiologi Seni ( Pengantar dan Model Studi Seni ). Surakarta:

Program Buku Teks Lembaga Pengembangan Pendidikan Universitas

Sebelas Maret.

Kayam, Umar. 1981. Seni, Tradisi, Masyrakat. Jakarta: Sinar Harapan.

Mangundiharja, S . 2003. Barongan Blora. Surakarta: STSI Press Surakarta.

Maram, Raga , Rafael. 2007. Manusia Dan Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu

Budaya Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Margono, S. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Maryono. 2012. Analisa Tari. Surakarta: ISI Press Solo.

Murgiyanto, Sal. 1983. Koreografi. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah

Depdikbud.

Moleong, J. Lexy. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda

Karya.

Rohidi, Rohendi. Tjetjep. 2011. Metode Penelitian Seni. Semarang: Cipta Prima

Nusantara.

Sugiyono. 2013. Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan

R&D.Bandung: Alfabeta.

38
Suharso dan Retnoningsih, Ana. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang:

CV. Widya Karya.

Widyastutieningrum Rochana Sri dan Wahyudiarto Dwi. 2014. Pengantar

Koreografi. Surakarta: ISI Press Surakarta.

INSTRUMEN PENELITIAN

JUDUL :KESENIAN BARONGAN RISANG GUNTUR SETO DI

KABUPATEN BLORA ( KAJIAN KREATIVITAS GARAP )

A. Pedoman Observasi
a.Profil Kabupaten Blora
B. Pedoman Wawancara
Hal-hal pokok yang akan ditanyakan kepada nara sumber dan para

informan pendukung Barongan grup Risang Guntur Seto adalah :


a. Instrumen wawancara dengan ketua dari group kesenian Barongan

grup Risang Guntur Seto di Kabupaten Blora


1. Apa yang melatar belakangi Bapak dalam menciptakan

kesenian Barongan grup Risang Guntur Seto ?


2. Proses apa saja yang Bapak gunakan dalam menciptakan

kesenian Barongan grup Risang Guntur Seto ?

39
3. Bagaimana koreografi Barongan grup Risang Guntur Seto

yang bapak ciptakan meliputi :


a) Tema
b) Gerak
c) Iringan
d) Tata Rias
e) Tata Busana
f) Properti
g) Tata Pentas
4. Apakah ada pihak lain yang ikut serta dalam pembuatan

koreografi Barongan Grup Risang Guntur Seto


5. Hambatan apa saja yang dihadapi dalam penciptaan kesenian

Barongan grup Risang Guntur Seto ?


6. Pada acara apa saja kesenian Barongan grup Risang Guntur

Seto tampil?
b. Instrumen wawancara dengan pembuat iringan musik kesenian

Barongan grup Risang Guntur Seto


1. Alat musik apa saja yang digunakan untuk mengiringi kesenian

Barongan grup Guntur Seto ?


2. Bagaimana cara menciptakan musik iringan kesenian Barongan grup

Guntur Seto
3. Bagaimana cara menyelaraskan antara musik dengan gerakan

Barongan grup Risang Guntur Seto


4. Hambatan apa saja yang di alami dalam pembuatan musik iringan

Barongan grup Risang Guntur Seto


c. Pemain
1. Berapa kali dalam seminggu anda melakukan latihan Barongan di grup

Risang Guntur Seto ?


2. Bagaimana anda dapat mengikuti iringan musik pada saat anda

memainkan Barongan ?
3. Apa kesulitan yang anda hadapi dalam memainkan Barongan ?

40
4. Adakah strategi khusus yang anda lakukan agar anda dapat

memainkan Barongan dengan ukuran yang begitu besar dan berat ?


5. Bagaimana dengan tata rias dan tata busana yang digunakan pada saat

penampilan Barongan?
6. Kesan dan pengalaman apa saja yang telah anda dapatkan setelah

menampilkan Barongan grup Risang Guntur Seto ?


C. Pedoman Dokumentasi
a. Foto pemain Barongan grup Risang Guntur Seto.
b. Foto pada saat Barongan grup Risang Guntur Seto melakukan

latihan.
c. Foto pada saat pementasan kesenian Barongan grup Risang

Guntur Seto.
d. Foto tata rias dan tata busana yang digunakan pemain

Barongan grup Risang Guntur Seto.

41

Anda mungkin juga menyukai