Anda di halaman 1dari 22

yang jatuh ke bu

sebUah novel
OY CAN
bertahan dengan Casa sakit di tempat yang sama.
melihat orang yang sama, seseorang yang tidak lags
memlllkl perasaan yang sama kepadamu. hanya
akan mentmDulkan sesak oan rasa pilu.

Lelaki itu pernah begitu dalam mencintai.


Menyerahkan seluruh perasaannya. Menanam
harapan setinggi mungkin. Menciptakan rencana
rencana baik untuk masa depan. Namun, tidak dengan
kekasihnya. Perempuan Itu menyuaahi sendiri.
Mengatur rencana tanpa ia sadar, sudah tertusuk
saja dadanya. Tak berdarah, tetapi hampir
menghilangkan waras. Tak berbekas, namun
menyesakan napas.

Elya Rahma, begitu ia memanggilnya. Gadis 21


tahun beram but Gurus dengan kulit bersih. Memiliki
tinggi 166 cm. Dengan senyuman yang tak akan
perna h mengisyarat kalau dia mampu mematahkan
hati lelaki. Kenyataannya tidak seperti itu. Tidak semua
bunga yang indah menawarkan madu, ada yang
menyimpan racun. Membunuh perlahan. Menikam
dengan pelan. Lelaki itu terluka. Terlalu dalam. Luka
yang kini mengantarkan nya bergelantungan ai
tebing batu gran t terjal. Batu-batu peng hilang
rasa sa kit dengan cara yang menyakitkan.
Sudah tiga hari ia meninggalkan kota dan
kampusnya. Tebing Likunggavali adalah tebing
keseklan yang ia Ingln taklukan sejak seta hun terakh I r.
Rock clim bang adalah bentuk pelarian dari rasa
sa kitnya. DI desa Marantala, Pargi, Gorontalo, di
pagi yang memu kau. Embun meng uap perlahan.
udara masih terlalu dingin. Pagi datang dengan malas.
Juned, lelaki bernama lengkap Juned Ardi itu membu
ka mata, ia mencoba bang kit dari tidur, Tubuh nya
masih terasa lela h. Namun, hatinya menolak rasa
lelah itu. ia tahu kenapa dia sampai di sini. la ingin
memulih kan hati.

’l‹atau jatuh dari tebing. Paling langsung mati.


Atau mungkin pat a h dan cacat seumur hidup. Dan
itu enggak sesakit yang kamu lakukan ppdaku.“
la meng ingat perempuan itu. Matanya menatap
panorama alam yang berada di sekel lingnya.

Beberapa meter di hadapannya terlihat


Likunggavalt seolah memanggil untuk segera
d jamahi.

“Juned.” Boni menepuk bahunya.

“Kamu siap?” tanya Farid.


’ Siap!’

Bonidibantu Farid membawaransel berisi


peralatan rock clim bing. Mereka berjalan mendekati
tebing setinggi 100 meter dari permukaan tanah
itu.Sۥsampai di depan tebing, mata Juned
menengadah menatap tebing Likunggavali. Batuan
kapur yang tajam bisa saja menca bik kulitnya.
Namun, pengalaman setahun belakangan sudah
mengajarkan banyak hal. la yakin bisa menaklukan
Likunggavall. Menaklukan batu-batu tajam itu
dengan kepalan tangannya. Menggenggam dengan
rasa sa kit yang ia simpan di dada.

"Mumpung kamu sudah di sini. Gimana kalau nanti


sore, saya antar ke Air Terjun dekat sini?" tanya
Boni sambil mempersiapkan peralatan memanjat.
Lelaki itu mengangguk, pertanda setuju untuk ikut ke
air terjun.

Belakangan Juned tidak terlalu peduli pada


penampilannya. Ptpinya mulai ditumbuhi jambang
tipis. Kulitnya semakin cokelat. Dengan warna kulit
seperti itu, tinggi 170 cm, dan berotot, sehingga
Juned terlihat lebih maskulin. Apalagi saat menaiki
tebing, urat d lengan dan otot ototnya muncul. Mesk
begitu, di balik tubuh yang kekar dan tatapan yang
kelas itu tersimpan jiwa yang rapuh. Butuh satu
tahun untuk membentuk tubuh yang sekaFang. Dulu
Juned hanyalah lelakl tinggl yang tidak terlalu
berotot.

”Kita naik sekarang?” tanya Farid.

’Sip!” jawab Juned mantap.

Setela h memasang segala perleng kapan keaman-


an, Juned pun mulai menaikkan langkah pertama
menuju puncak tebing Likunggavali. la merasakan
terjalnya tebing yang sedang dinaikinya. Lebih terjal
dari beberapa tebing yang biasa ia panjat. Sesekali
terdengar sorakan Boni dari bawah, menanyakan
apaka h Juned baik-baik saja. Lantas Juned membalas
dengan kode pertanda ia masih a man.

Sewaktu Juned memanjat Likunggavali, beberapa


orang pemanjat dari luar negeri juga sedang
melakukan hal yang sama. Mereka datang dari Asia
Tenggara dan Australia. Sesekali Juned menebar
senyum pada mereka. Menunjukkan keramahan
orang I ndonesia. Angin berembus menerpa wa|ah
Juned, menger ingkan keringat yang mengali F d i lekuk
pipinya.
Tebing setinggi 1O0 veteran itu mampu ia
taklukan kurang dari 4O menit. Pelan-pelan Juned
dan Farid turun. Bonl memegangi tall pengaman
dari bawah. Pengalaman kali ini sangat berarti bag
Juned. Pertama kalinya ia ke Gorontalo dan hanya
untuk menaklukan tebing Likunggavali. la berhasil
menaklukan tebing untuk kesekian kalinya. Meski
masih gagal memulihkan hati sepenuhnya.

Angin Gorontalo menyapu lembut wajahnya, sekall


lagi ia rasakan tenang melebihi apa yang pernah
ia bayang kan. Satu hal yang selalu menjadi alasan
baginya untuk terus melanjutkan petualangan. la
meyakin i bahwa setiap tempat baru akan selalu
menghadiahi pengalaman baru.

Seusai menjalani kegiatan seharian. Juned


mengenang perjalanan selama setahun terakhir. Dulu
dia hobi bermain musik, sebab patah hati mengu
bah alur menjadi seorang peman|at tebing. ia yang
biasanya ditenangkan musik rock, kini lebih memilih
menenang kan diri dengan mendekat pada alam.
Beruntung ia punya banyak teman yang bisa dia temui
di mana-mana.
Pengalaman nya sebagai anak Sispala sewaktu
SMA la h yang menjadi modal baginya untuk
menjelajahi alam. Tidak begltu sulit baglnya untuk
menaklu kkan tebing berbatu tajam itu. Lengannya
yang cukup kekar, dan juga badan yang sudah
terlatih menjadi modal utama untuk melakukan hobi
barunya itu.

la menikmati suasana malam di beranda rumah


meng hadap halaman. Di taman ada bunga dan lampu,
pemandangan itu membuatnya merasa tenang.
lngatan tentang Likunggavali masih melekat basah d i
kepala. Seminggu sudah ia meninggalkan Gorontalo
dan membekaskan kenangan tersendiri. Udara malam
terasa dingin, ia menegu k kopi yang dibuatkan
adik perempuannya. Lalu melemaskan otot di atas
kursl. Menyandarkan punggung, setengah reba han.
Kebiasaan lain, selain memanjat tebing. Setahun
tera khir jikalau sedang di rumah orangtuanya. Juned
sering menikmati malam di beranda. diri
berjam-jam menatap halaman.

Sesekali juga mengotak-atik motor antik. Honda


CB yang diwariskan ayah nya sejak awal ia kuliah. Tiga
tahun lalu. Benda yang selalu meng ngatkan kepada
Elya. MOtDr ‹tu ia beri nama Bacon. Dulu, la
sering menghabiskan petang harl bersama Enya
dengan Baron. Menyusuri jalan pinggir pantai atau
memutari kota. Setelah perempuan itu pergi, ia bern
at menjual Baron. Namun, niat itu ia urungkan. ada
kenangan lain, selain kenangan dengan mantan
kekasihnya pada motor tua itu.

Motor tua Itu salah satu benoa kesayangan


ayahnya. la ttda k mung kin menj ual benda
kenangan dari ayahnya. la menelan pahit luka.
Tidak semua kenangan harus dilenyapkan. ia tidak
ingin membuat ayahnya juga ikut kecewa dengan
menjual motor itu. itulah mengapa, Juned masih
menjadikan Baron sebagai kendaraan yang
mengantarnya ke mana mana. Meski kenangan
demi kenangan selalu memburunya.

Salah satu hal paling melelah kan di dunia ini.


Saat kita ingin melepaskan sesuatu. Namun, ia tetap
saja mengejar kita. Meski klta tela h men auh, ia
tetap saja terasa oekat. Saat kita berharap segera
mampu melupakan, di sisi lain kita tetap harus
bertahan dengan segala hal yang menjaga ia
dalam ingatan.
Seperti ingin mati, tetapi takut menemui kematian.
Seperti ladang-ladang kering yang butuh hujan.
Namun, saat human datang tanah merasa cemas akan
kebanjiran. Rasanya penuh cemas. Hioup tidak pernah
seim bang setelah patah hati datang merusak sem
ua rencana yang pernah ia kemas.

“Juned.” Perempuan lima puluh tahunan datang


menghampirinya. Juned bangkit badan dari kursi.
Mengatur poslsi duduknya.

“lya. Bu,” jawabnya lembut.

Perempuan itu duduk d sebela h kirinya.


beberapa saat ia terdiam menatap Juned. Sepert
sedang memikirkan sesuatu. Lalu perlahan mengem
buskan napas yang sengaja setengah ditahan.
Juned terlihat bing ung. la mulai menerka apa yang
ingin dikatakan oleh sang Ibu.

“Mau sampai kapan sih kamu kaya gini, Nak?”


tanya ibunya.

Juned menatap ke arah taman. Tatap matanya


begitu dalam. Belum menjawa b pertanyaan ibunya.
Lampu-lampu dengan cahaya remang Btu seDlah
menyatakan kepadanya. Suda h begitu lama ia
menenggelam kan diri dalam kesakitan. Pertanyaan
Ibunya semakin meneBaskan semua itu. Seolah
pelarian setahun belakangan tidak berarti. la seakan
terlihat masih saja menyedih kan. Juned
sedikit
mendekat pada ibunya. Menatap perempuan itu,
tetapi belum juga mengeluarkan sepatah kata pun. la
tahu betul apa maksud ibunya. Pelan-pelan ia peluk
perempuan yang terlihot semakin men ua itu. Ibunya
masih menunggu jawa ban. Namun, Juned di detik
kesekian tidak juga menemu kan kata-kata yang
pas. Tidak aa callmat yang mampu ia ucapkan
pada ibunya. Hanya pelukan dingin, Tidak ada yang
lebih sakit bagi Juned, selain melihat betapa sedih
mata ibunya melihat kesedihan yang dialaminya.

”Ibu. ngga k ngelarang kamu untuk melakukan


apa pun. Tapi kamu juga harus menyadari.
Melarikan dirt dari rasa sakit hati, nBaak akan
membuat hati
kamu menjadi lebih baik. Kadang, patah hati
memang harus dinikmati. Rasa sakit bukan untuk
dibunuh. Rasa sakit akan mati saat kita berusaha
memberikan kebahag iaan pada diri kita. Bukan
menumbuhkan rasa Denci di dada,” ucap ibunya.
Juned mem I ki ikatan emosi yang dekat dengan
ibunya. Dibanding dengan ayahnya. Juned tidak
begitu sering bicara. Aya h Juned tlpe Drang yang
gila kerja. Urusan mengurusi rumah dan ana k-anak
diserahkan pada istrinya. Jadi, secara interaksi Juned
dengan ayahnya tidak begitu dekat. Namun Juned
paham, aya hnya bekerja keras untuk memenuhi
kebutuhan keluarga mereka.

Sewaktu tahu Juned begltu patah ditinggal Elya,


Ibu Juned ingin rasanya menem ui Elya, dan
meminta penjelasan kepada gadis itu kenapa begitu
tega menya kiti anaknya. Namun Juned melarang,
rasa cinta itu masih ada di antara hati yang terluka. Hal
yang sulit dipphpmi manusia: mengapa saat hati
sudah disakiti, masih saja ada rasa sayang di
dalamnya?

M€'ngapa saat manusia sudah sadar bahwa


ia dilukai, paham pada kenyataannya ia adalah
seseorang yang dicampakkan. Orang yang merasa
kecewa atas keputusan seseorang yang lain.
Namun entah bagaimana prosesnya, perasaan
cinta tetap saja lebih kuat. Mengalahkan logtka dan
akal sehat. Hal yang membuat orang-orang yang
sedang patah hatinya bersikeras sendiri. Padahal
ia tahu, tidak
mungkin kembali meng ulang kisah lama. Namun,
enggan menerima ba hwa ia tidak lagi diterima.

lbulah yang menjadi teman saat hati Juned


berantakan. Adik perempuannya hanya diam melihat
betapa kacaunya Juned dttinggalkan Elya. Dari
sekian perempuan yang perna h bersamanya, Elya
perempuan yang menempat tingkatan teratas dat
cara Juned mencintai. Perlakuan yang berlebih akan
perasaan ltu, membuat la merasakan luka yang leDih
juga saat tida k menjadi pilihan sepenuhnya.

”Suda hlah! Kamu nggak perlu mlkiFin perempuan


jalang itu!” Kalimat itu begitu tajam, kalimat yang
bahkan tidak pernah Juned dengar dari ibunya
seumur hidup.

'Bu, Juned mencoba membela.

”Untu k apalagi kamu bela perempuan


pengkhianat itu. Nak!” Kemarahan itu semakin berapi-
api.

"Bu!” suara Juned meninggi. Sesaat kemudian ia


menyesal tela h mengeluarkan nada suara yang
ttnggt pada ibunya.
Satu hal yang akhirnya meredakan emosi Juned.
la menyadari betapa sayang Sang I bu kepadanya.
lbunya benar, la memang tidak selayaknya
menyedlhl perempuan yang menusuknya dari
belakang. Seseorang yang membakar dalam lipatan.
Seseorang yang mengg unting taxi ikatan.
Perempuan yang akhirnya menyadar k an, ba hwa
yang dicintai sepenuh jiwa belum tentu mem balas
seutuh hati, Jantung hatinyo remuk karena pengokuan
Elya.

”Aku hamil...”

Ucapan ltu membuat Juned tidak percaya.


Bagaimana mungkin kekasih yang dijaga sepenuh
hati itu hamil. la mencintat Elya dengan baik. Tidak
mungkin ia merusak kesucian perempuan itu.

”..., oleh Ikmal.

Melebur sudah hatinya mendengar nama


seseorang yang disebut Elya kemudian. Berkeping.
Remu k tak berbentuk. lkmal adalah sahabat Juned
-dan Elya kekasihnya. DUa orang yanB 'a anggap
manusia terbaik, k ni menghancurkan hidupnya.
Juned terhempas mendengar penga kuan itu. la
tidak pernah menduga betapa kejam cinta. ia sama
sekali tidak pernah mem bayangkan betapa pedih
kehidupan. Dikhianatl dan dItusuk kekasl h, mungkin
bisa ia pahami, tetapi dikhianati kekasih dan ditusuk
oleh sahabat sendiri adalah hal yang tidak perna h ia
bayangkan. Bahkan pada pikiran terjahat sekali pun ia
tidak pernah membayangkan kehidupan yang sesa kit
itu. Namun, kenyataannya begttulah yang ia
dapatkan,

Ia tldak pernah menyadari. Sepasang peng khlanat


telah bersem bunyi di balik cerita-cerita baik yang
ia miliki. Penyamar ulung yang menjelma pemberi
kasih sayang. Lalu pelan-pelan men usukkan belati.
Semakin dalam merobek jantung hati. Mati saja yang
tidak, sekarat sudah Juned waktu itu. ia benar-benar
menola k ingin percaya. Tida k mungkin rasanya
semua itu terjadi. Sebelum ia akhirnya terpaksa
menerima dirinya yang penuh luka tusuk di dada.
Lula-luka tanpa bekas di kulit namun begltu sakit.

”Kamu pasti bisa mendapatkan perempuan


yang lebih bait” bisik Ibunya membuyarkan
semua ingatan yang menyakitkan itu. Juned
memeluk lebih erat ibunya. Madam semakin larut.
Kopi yang tanggal setengah gelas di meja itu juga
semakin dingin.
“Ibu mau istirahat dulu. Kamu tangan begadang
terus! Ingat, kamu harus menjaga kesehatanmu.
Jangan lupa masa depanmu maslh panjang."

Perempuan itu kemudian bangkit dan pergi.


Juned menatap punggung ibunya yang perlahan
meng hilang dt balik ptntu. la mengerti maksud
Ibunya. Seta hun terakhir, ia tidak begitu fokus pada
kuliahnya. Tidur tidak teratur. Ia lebih banyak
menghabiskan waktu untuk keluar daerah,
memanjat teblng. Dan meng ha biskan waktu untuk
berpetualang. Ba hkan tidak jarang ia hampir
sebulan tidak pulang. Setahun belakangan ibu
membiarkan Juned mengobati luka hati. la mengerti
betapa patah hati Juned. Pernah suatu kali di hari lalu
Juned mengutarakan keinginan pada Ibunya. Kelak
setelah tamat kuliah, ia ingin melamar Elya -menjadi
istri.

Ibu hanya tersenyum mendengar anak lelaki


yang telah berpikir dewasa. Waktu itu, bagi Juned.
Elya la h perempuan yang ingin a jadikan pendamp
ng hidup. Sebelum akhirnya, pengakuan Elya
mengakhirl segalanya. Menghancurkan impian dan
sebongkah hatinya. Mengacau kan segala rencana
baik dan merusak segalanya.
Jika kini Juned mulai bang kit. i bula h yang
selalu memberikan perhatian penuh pada Juned.
Meski Juned jarang dI rumah, tetapi ibunya tetap
tldak perna h lengah memberikan perhatian.
Perempuan itulah yang sibuk menelepon Juned
setiap hari. Memastikan anaknya baik-baik saja.
Meski dari jauh. Kasih sayang i bu membuat Juned
mengerti. Hidup tidak seharusnya disesali hanya
karena kita patah hati. Tidak seharusnya
menghentikan longka h meski kita pernah Salah.
Walau pelan-pelan, kita tetap harus berjalan. Juned
berusaha memulihkan luka di dada. Menebas segala
kesakitan yanBmenumpu kkan duka.

Diteguknya kopi yang semakin dingin di gelas. la


menyadari, ip harus kembali ke kampus. Sudah cukup
jauh ia membuang kesakitan. Satu hal yang harus ia
perjuang kan selain conta, adalah keluarga yang begitu
mencintainya. Keluarga adalah bagian penting
dalam per alanan hidup manusia. KeluarBa adala h
tempat
pulang dari segala tualang. Tempat kembali saat
senang dan sedih hati. Tempat di mana hidup selalu
menemu kan arti saat dunia membuat bingung apa
yang sedang kita cari.
Setela h perjalanan |auh. Setelah tualang
panjang yang tak kunjung mem bu atnya benar-
benar utuh. unea menem ukan dirinya yang akan
seialu pulang. Sejauh apa
pun langkah pergi memulihkan hati.
Sepahit apa pun kota tempat ia kem bali. Ia selalu rindu
rumah.
Satan satu na! paling
melelahkan di aunia ini.
Saas kota ingin me!eoasKan
sesualu. Namun ia tetap
saja mengejar kota

IB I'.'data ill c IJro nie i '.' era'.new buy mrs k.ni

Anda mungkin juga menyukai