Anda di halaman 1dari 55

Jingga Sastrawala.

Penulis: Muhamad Dzaki Is'af


Penyunting: suka
Penyunting Akhir: duka
Desainer Cover: saya sendiri
Penata Letak: jari jemari
Diterbitkan pertama kali oleh: geoprintbsd

Rumah penulis:
Jl.Gurame Komp Depag No.19
Pamulang,Tangerang Selatan,Banten 1510
Telp: 0895622730853
E-mail: ajahzekwan@gmail.com

Cetakan pertama,2022
Hak cipta dilindungi diri sendiri.

1
Daftar isi

2
Kata Pengantar.

Kisah yang tertulis ini,sebagian ku ambil dari kisah


nyata dan lalu kujadikan sebuah karya hanya untuk
menghilangkan kesepian yang kian menyiksa keadaan
disepanjang nya malam. Perihal dirimu yang sampai kini
masih kuanggap sebagai tokoh penting dalam hidupku
diwaktu pada masanya. dirimu kini telah menjadi bukti
bahwasanya manusia seperti dirimu sangatlah sulit jika
untuk dicari.

Terima kasih telah hadir dihidupku walau hadirmu


hanyalah seperti halnya senja,namun untukku kini tak
masalah karena aku bersyukur pernah berwarna cerah
merona karena keberadaanmu yang dahulu senantiasa
menenangkan jiwa dan raga layaknya indah warna
senja yaitu Jingga mempesona.

Kepedihan lenyap seketika dikala kau datang dengan


sepenggal kebahagiaan yang tanpa batas,hingga pada
akhirnya mengisi ruang sunyi didiri ini serta menghapus
segala luka yang tengah tergores didalam hati.

Kuharap kau mengizinkan aku menulis kisah kita,yang


kukenang sebagai pelajaran berharga,bahwa kita
pernah mempunyai mimpi bersama,duduk dibawah
sinar senja yang kian mempesona dan mencoba untuk
tetap bersama.

3
Oktober yang dahulu pernah ada sebuah cerita tentang
pertemuan tak terduga dengan sesosok perempuan
istimewa disertai keindahan pesonanya,yang pernah
memabukkan hati seorang pria yang bernama Jingga
Sastrawala.

Mata berbinar layaknya bintang yang sedang


menari-nari didalamnya disertai dengan senyumannya
semanis kopi senja,yang kian menenangkan jiwa hingga
terasa jelas nyamannya suasana.

Sebuah cerita dengan adanya pertemuan yang


berlangsung sementara hanya untuk mengenang
sesosok perempuan yang teramat mempesona dikala
pada masanya,hingga kini masih tertera jelas betapa
istimewanya ia dihidup seorang pria bernama Jingga
Sastrawala.

Selamat membaca.
Muhamad dzaki is'af
@mhmddzkyy1

4
Kau adalah cahaya ditengah gelapnya jalan yang dikala itu
tengah ku telusuri,kau rembulan di panjangnya malam dan
kau adalah cinta yang ujungnya harus aku lepaskan.

Sebelum kau dan aku menjadi kita,banyak peristiwa buruk


yang kualami hingga menimbulkan luka. Perasaan bimbang
menyiksaku kian berjalannya waktu,keterpaksaan
menghabisiku sampai tak mampu lagi ku memilih jalan dan
penyesalan akibat kesalahan telah berhasil menerkamku
disertai kenestapaan yang tak kunjung usai,hingga pada
akhirnya kau datang membawa sepenggal harapan untukku
kembali merasakan kebahagiaan.

Jingga Sastrawala.

5
"Memilih jalan yang salah,terpaksa sebab tak terarah
dan pada akhirnya terdiam karena kehilangan celah,
disertai lenyapnya pertemanan yang dahulu cerah."

6
Keterpaksaan.
( Agustus,2018)

Suatu kisah rumit yang dialami si lelaki Kumal dengan


lesung pipi disertai senyum yang melengkung layaknya
pelangi.
Dimasa itu,ia belum bertemu dengan salah seorang
perempuan yang mampu membuat senyumannya terus
tertera dipermukaan wajahnya.
Dimasa itu,ia sedang berada didalam kebimbangan atas
perbuatan yang ia jalani tersebab rasa keterpaksaan.

Suatu peristiwa diakhir bulan Agustus.


Pada hari itu bumi tengah diguyur rerintik hujan gerimis.
Lelaki sedikit Kumal disertai rambut yang ikal dan
dibalut oleh seragam sekolahnya,sedang berjalan
menuju pulang kearah tempat tinggal ia berada.
Sendirian layaknya matahari diwaktu siang.
Tidak tergesa-gesa ia terus berjalan.
Menikmati rerintik hujan yang turun diwaktu senja.
Iya.. lelaki itu sangat menyukai senja karena keindahan
warnanya yang merona.
Mungkin sebab itu ia memiliki nama Jingga Sastrawala.

7
Ditengah perjalanan,Jingga mampir ketempat ia biasa
membeli rokok diwaktu sepulangnya ia dari sekolah.
Dihari itu,rokok yang biasa ia beli telah habis terjual oleh
orang-orang yang sudah datang lebih dahulu kewarung
yang dikala itu tengah ia datangi. Jingga memutar balik
dan langsung kembali melangkahkan kakinya berjalan
dibawah rerintik gerimis untuk segera menuju ketempat
tinggalnya. Sesampainya dirumahnya,pagar berwarna
kuning serta dinding hijau layaknya warna dedaunan,
seperti biasa sang ibundanya selalu menyambut
kedatangannya dengan hangat. Mawar Harum ialah
nama dari Ibundanya Jingga sekaligus hanya beliau lah
yang mampu mengerti Jingga dengan sangat.

"Eh udah pulang gga.. makan tuh gga,bunda masak


banyak hari ini" ujar bundanya sembari menyapu teras
rumahnya.

"Iya Bun nanti aja,aku belum laper" jawab jingga dengan


suara lembut.

Jingga langsung memasuki kamarnya,merebahkan


dirinya diatas ranjang tidurnya yang bermotif bulan dan
bintang seperti halnya sesuatu yang kian masih ia
rindukan. Jingga adalah sesosok lelaki yang terlahir
pada 1 April 2002,dahulu ia sangat dimanja oleh kedua
orang tuanya,hingga pada akhirnya kini ia didewasakan
oleh keadaan yang terkadang menyiksa dirinya. Diwaktu
ia tengah mengejamkan mata,terdengar dering telfon
ponselnya yang kian sedikit membuat dirinya kesal
karena menganggu waktu ia tengah beristirahat.

8
Jingga mengangkat telfon dari temannya sembari
menyenderkan kepalanya diatas bantal yang tertera
menyamping diujung dinding.

"Halo.. knapa"
Ujar jingga yang masih tetap mengejamkan matanya.

"Cuman mau ingetin gga,nanti malem jadi ikut kan


ketemu sama cewek-cewek kelas sebelah?"
Tanya salah seorang temannya yang bernama ibal.

"Liat nanti aja"


Jawab Jingga dan langsung mematikan telfonnya.

Jingga kembali merebahkan tubuhnya sembari


mendengarkan lagu kesukaannya. Tertidur lelap hingga
gelapnya malam datang menyelinap dengan perlahan.
Temannya ia yang bernama ibal menghampiri ia
kerumahnya untuk segera mengajaknya pergi bertemu
dengan perempuan selaku teman satu sekolahnya juga.
Jingga terbangun dari tidurnya karena sang ibunda yang
membangunkannya dan ia langsung segera bersiap
untuk pergi bersama kawannya.

Dimalam yang dingin karena usai diguyur oleh


hujan,Jingga dan salah seorang temannya sampailah
mereka berdua disana,ditempat yang telah ditentukan
oleh beberapa teman-temannya yang lain. Berjabat
tangan mereka disana dan lalu duduk melingkar
sembari bercengkrama dengan ramainya suasana.
Jingga yang pada dasarnya tidak menyukai kerumunan,

9
tetap terlihat biasa saja bahkan tak banyak ia berbicara
dikala tengah ditanya-tanya oleh beberapa teman lelaki
serta teman perempuannya.

Susi Kinanti selaku teman satu sekolahnya Jingga


namun berbeda kelasnya,terlihat mempunyai perasaan
lebih dari sebatas teman pada Jingga. Disaat Jingga
sedang menyalakan korek api untuk membakar
sebatang rokok yang kelak ia akan hisap,Susi datang
menghampirinya sembari membawa secangkir es kopi
yang ia buat sendiri dengan sepenuh hati.

Jingga menoleh kebelakang kearah Susi yang tengah


berjalan menghampirinya dengan tatapan mata sinisnya
sembari mengeluarkan asap rokok yang usai ia hisap.

Langkah kaki Susi pun terhenti,terlihat ia telah sampai


tepat didepan Jingga,Susi mengulurkan tangannya
sembari memegang minuman yang usai ia buat.

"Nih gga buat lu,gua bikin sendiri loh ini tadi"


Ujar Susi sembari tersenyum.

Jingga menerima pemberian dari Susi dan langsung


membalas ucapan yang tengah diujarkan olehnya.

"Makasih sus,warna kopi nya bagus"


Ujar Jingga sembari memegang minuman dari Susi.

"Sama-sama gga,gua balik ketempat gua lagi ya"


Balas Susi dan lalu memutar arah dari Jingga.

10
Jingga tak berbalas dengan berbicara lagi pada susi,ia
hanya menganggukkan kepalanya dan lalu menaruh es
kopi dari Susi tepat didepannya. Salah seorang teman
jingga yang duduk disebelahnya bertanya padanya.

"Keliatannya enak tuh gga"


Ujar temannya yang bernama Arif sembari melirik
minuman yang berada dihadapan Jingga.

"Minum aja kalo lu mau"


Balas Jingga tanpa menoleh kearahnya.

Ibal selaku temannya Jingga,memanggil ia lewat


pesan digital didalam ponsel untuk segera menemuinya
diluar ruangan yng pada saat itu sedang jingga tempati.
Jingga tak membalas pesan dari ibal,melainkan ia
langsung berdiri dari duduknya dan langsung bergegas
menemui ibal yang sedang berada diluar ruangan.

"Kenapa nyuruh gua nemuin lu diluar? Kenapa gak


didalem aja?" Tanya Jingga sembari berjalan maju
kearah ibal.

"Gimana Susi? Cantik kan dia malem ini?"


Balas ibal padanya sembari tersenyum.

"Cantik kenapa emangnya?"

"Lu gak ada niatan buat nembak dia gga?"


Tanya lagi ibal padanya dengan wajah serius.

11
Jingga memutar arah dan berjalan sedikit menuju
kearah ruangan yang sebelumnya tengah ia tempati.
Ibal berjalan cepat dan langsung menghadang langkah
jingga yang disaat itu sedang berjalan perlahan.

"Kenapa gga? Jawab dulu dong,tadi kan gua nanya"


Ujar ibal sembari menyenderkan tubuh kanannya
kepintu ruangan yang didalamnya terdapat beberapa
temannya yang lain.

"Harus banget gua jawab pertanyaan lu?"


Balas Jingga padanya.

"Minggir lu,gua mau masuk"

Ibal masih tetap menghadang Jingga yang disaat itu


tengah ingin memasuki ruangan.

"Heh lu sadar gak si,Susi udah suka banget sama lu


gga,dia ngasih es kopi tadi ke lu tujuannya buat bikin lu
peka,kalo dia punya perasaan lebih ke lu!"
Ujar ibal dengan nada meninggi.

"Gua gak suka sama dia,udah minggir lu"


Jawab Jingga dengan santai nya.

Jingga menarik bahu kiri ibal yang disaat itu sedang


berada dihadapannya untuk segera menyingkir dari
langkah kakinya yang ingin menuju kedalam ruangan
tersebut.

12
"Asal lu tau ya!! Susi mutusin pacar nya cuman demi lu
gga!! Masa lu tega si ngebiarin orang yang jelas-jelas
tulus sama lu!"
Ujar ibal dengan emosinya sedikit yang disaat itu tidak
lagi berada dihadapan Jingga.

Langkah kaki Jingga terhenti sejenak,menoleh sedikit


kebelakang mengarah ibal yang usai sudah mendengar
perkataannya barusan.

Jingga berdiri tepat dihadapan ibal disertai kedua


tangannya yang disaat itu tengah ia kepal sekencang
mungkin,terlihat jingga ingin memukul temannya.

"Mana kunci motor lu"


Ujar Jingga padanya disertai tatapan mata sinisnya.

Ibal memberikan kunci motornya dan tak lagi berbicara


dengan nada meninggi pada Jingga yang dikala itu
tengah sedikit terkejut atas perkataanya.

Jingga kembali berpaling dari hadapannya ibal dan


langsung bergegas berjalan maju menuju kedalam
ruangan untuk menemui Susi,yang disaat itu sedang
bercengkrama dengan teman-temannya yang lain.

"Ikut gua sebentar" ujar Jingga pada Susi yang disaat itu
sedang berada tepat dihadapannya.

"Mau kemana?" Balas Susi pada jingga.

13
"Udah ikut aja" jawab jingga sembari bersiap
melangkahkan kakinya kembali menuju keluar ruangan.

Perihal malam yang terasa dingin,karena usai sudah


diguyur oleh hujan walau tidak terlalu deras,jingga dan
Susi sedang berada diatas sepeda motor milik ibal.
Menyusuri jalan yang tengah ingin jingga tuju.
Disepanjang jalan, Jingga hanya terdiam tak
bersuara,kesunyian menyertai mereka berdua hanya
karena tak ada sepatah kata pun yang bisa diobrolkan
oleh mereka. Deru angin memekakkan telinga
mereka,bising kendaraan lain pun juga ikut serta untuk
mengusik telinga mereka berdua,hingga pada akhirnya
Susi berbicara pada Jingga.

"Ini kita mau kemana gga?"


Ujar Susi tepat disamping telinga Jingga.

Jingga memberhentikan sepeda motor yang dikala itu


sedang ia tunggangi bersama Susi. Jingga turun dari
sepeda motor tersebut dan lalu menatap Susi sembari
terdiam.

"Kenapa kok malah berhenti?"


Tanya Susi padanya karena heran.

"Mulai sekarang kita jadian"


Ujar Jingga sembari menatapnya.

"EHH??"
Terkejut Susi mendengar perkataan darinya.

14
"Kenapa gak mau? Yaudah gpp santai"
Ujar jingga sembari menaiki sepeda motornya lagi.

"Kaget"
Ujar Susi sembari melongo mengarahnya.

"Besok-besok jangan kaget"

Jingga menyalakan sepeda motor milik ibal kembali dan


langsung mengendarainya menyusuri jalan dimalam
yang dingin. Tak jauh dari tempat ia terhenti
sejenak,terlihat ada kedai kopi dipersimpangan
jalan,jingga memberhentikan sepeda motornya dan lalu
berjalan menuju kedai kopi itu untuk memesan
secangkir kopi hangat.

"Eh nak jingga.. mau pesan rasa apa nih gga?


Cappucino creamy latte masih ada nih gga,mau??"
Ujar pria berkumis selaku orang yang mempunyai kedai
kopi tersebut.

"Kurang tau juga saya om mau pesan rasa apa,tanya


cewek disamping saya aja nih om"
Balas Jingga sembari menoleh kearah Susi yang tepat
berada disampingnya.

"Kok gua?"

"Udah pilih aja yang lu suka,nanti gua yang bayar.. gua


tunggu didepan,mau ngecek bensin motornya ibal"
Ujar jingga sembari memutar arah.

15
Susi hanya menganggukkan kepalanya dan menoleh
kearah pria berkumis selaku orang pemilik kedai kopi
tersebut.

"Jadi mau pesen rasa apa neng?"


Tanya pria berkumis sembari memegang secangkir
gelas ditangan kanannya.

"Yang paling enak aja deh om"


Jawab Susi disertai senyuman paksa diwajahnya.

Susi mengampiri Jingga yang tengah berada


dipersimpangan jalan,terlihat jingga sedang duduk
ditrotoar sembari menghisap rokok dengan pandangan
nya yang mengarah ke langit-langit malam.

"Jingga"
Sapa Susi dari belakangnya.

Jingga menoleh kearahnya dan segera berdiri tepat


dihadapannya sembari melihatnya.

"Udah jadi kopi nya? Bentar ya gua bayar dulu"


Ujar Jingga padanya sembari melangkahkan kakinya
menuju kedai kopi tersebut.

Susi memegang tangan Jingga dan Jingga langsung


terhenti dari langkah kakinya sembari menoleh lagi
kearahnya.

16
"Kenapa tadi pas berhenti dipertengahan jalan,lu bilang
mulai sekarang kita jadian?"
Tanya Susi padanya sembari tetap memikat tangannya.

"Gua suka sama lu,gua mau bayar dulu ya sus"


Jawab Jingga sembari menatapnya.

Susi hanya terdiam sembari tersipu malu karena


mendengar perkataan Jingga barusan. Tak tersangka
mungkin bahwasanya kini mereka telah menjalin
hubungan,Susi memang sangat menyukai Jingga maka
dari itu tanpa alasan ia menerima ajakan Jingga untuk
segera berjadian. Terlihat jelas Jingga berubah pesat
usai sudah mendengar perkataan ibal.Tak terduga kini
jingga memacari Susi entah itu karena alasan apa yang
jelas ini ada secara tiba-tiba.

Mereka kembali berdua diatas motor sembari


menyusuri jalan disertai terlihat cantik lentera toko-toko
kecil yang berwarna-warni berada dikiri jalur jalan yang
disaat itu sedang mereka lewati. Tak sesekali pun
Jingga menghiraukan itu,penampilan wajah Jingga
dikala itu masih tetap terlihat biasa saja,tetap terlihat
bahwasanya lentera malam tak begitu menarik
dibandingkan senja. Susi tersenyum gembira dimalam
itu,terlihat jelas bahwasanya ia sangat bersyukur karena
lelaki yang sangat ia sukai sukses menjadi miliknya
dengan adanya waktu yang tidak terduga. Rerintik hujan
pun kembali turun membasahi sedikit malam sunyi itu.
Tak lama dari itu,akhirnya Jingga dan Susi pun sampai
ketempat pertama mereka,yang didalam ruangan nya

17
masih ada beberapa temannya yang sedang asik
bercengkrama. Jingga dan Susi memasuki tempat itu
dan duduk bersebelahan. Jingga menyenderkan
tubuhnya Kedinding yang berada dibelakangnya. Susi
menoleh kearahnya sembari berbicara.

"Makasih gga,aku suka kopi nya"


Ujar Susi sembari tersenyum.

"Sama-sama"
Jawab Jingga tanpa menoleh kearahnya.

Beberapa teman mereka berdua yang lain,mendengar


bicara Susi yang barusan saja ia ucapkan pada Jingga.

"Aku? Tumben lu sus aku kamu an"


Ujar teman Susi yang bernama Putri.

"Udah jadian ya lu ngaku gga"


Ujar ibal sembari tertawa mengarah Jingga.

"Berisik berisik.. dah ya gua cabut duluan"


Ujar Jingga sembari terbangun dari duduknya.

"Lu balik sama siapa gga? Bukanya lu bareng ibal?"


Tanya Arip pada jingga.

"Motor lu gua bawa dulu bal,besok disekolah gua


balikin.. dah ya gua cabut.." ujar jingga sembari
menoleh kearah Susi. "..gua cabut duluan sus"

18
"Iya, hati-hati dijalan"
Ujar Susi sembari tersenyum.

Jingga mengiyakan perkataan Susi barusan dan lalu


bergegas maju menuju keluar ruangan untuk segera
berpulang kerumahnya.

Sesampainya Jingga dirumahnya,ia memasuki kamar


dan langsung merebahkan tubuhnya di ranjangnya.
Jingga menoleh kekanan,terlihat ada buku catatan
harian beserta pena yang tengah tergeletak diatas meja.
Ia mengulurkan tangannya dan membuka buku catatan
miliknya serta menuliskan kembali tentang peristiwa
yang dihari itu baru saja ia alami.

Jingga terlahir pada tanggal 1 April 2002,terlihat jelas


dari waktu kelahirannya yaitu ialah hari jahil sedunia.
Jingga ialah sesosok lelaki yang sangat petakilan dibalik
penampilannya yang kini lebih banyak diam,dingin
membeku layaknya es batu. Sesuatu hal telah merubah
nya hingga menjadi seperti itu,seringkali ia merasakan
kepedihan disertai kerinduan masa kecilnya yang
terlihat sangatlah bahagia. Kenestapaan menghampiri
nya hampir disetiap malam. Dibalik diamnya,kini
seringkali jingga menuliskan kisahnya sendiri dibuku
catatan miliknya,yang hanya bertujuan untuk
mengenang masa-masa berharga dalam hidupnya.
Jingga ialah anak pertama dan memiliki adik perempuan
satu-satunya. Kehidupannya yang lalu sangatlah riang
gembira,hingga pada akhirnya kesenduan datang
menghampirinya dengan sangat mencekam.

19
Orang tuanya masih lengkap,sang ayah dan ibunda
yang kini masih tinggal bersamanya. Kakek neneknya
selaku orang tua dari ayahnya pun juga ikut serta
tinggal bersamanya dirumah yang kini ia tempati.
Namun hidup itu bukan hanya soal berbahagia,hidup
juga tidak bisa apabila hanya bergembira,melainkan
hidup juga mempunyai maknanya tersendiri,kini
hidupnya bukan hanya soal merindukan masa
kecilnya,akan tetapi kini ia tengah berada layaknya
didasar samudra,tenggelam hingga tak berdaya,tak
mampu lagi ia untuk berbicara serta kini ia tak tau lagi
harus berbuat apa untuk bisa menghilangkan segala
kesenduannya yang kian makin menyiksa.

Kini Jingga sudah mempunyai pasangan. Susi ialah


sesosok perempuan yang dahulu ialah temannya jingga.
Rumah mereka bersampingan dan hampir disetiap
malam mereka bermain bersama diteras rumah salah
seorang teman mereka yang lain. Memainkan
permainan sederhana seperti ular tangga ataupun stick
eskrim dan yang lainnya. Jingga hanya menganggap
Susi teman,sejak dahulu awal ia bertemu hingga kini ia
mengenalnya,hanyalah sebatas teman,akan tetapi Susi
tidaklah sama seperti apa yang dirasakan jingga
terhadap dirinya. Susi menyukainya lebih dari sebatas
rasa yang kini bisa dibilang bahwasanya ia benar-benar
jatuh cinta pada Jingga. Susi rela mengakhiri hubungan
ia dengan pacarnya hanya demi untuk bersanding
dengan lelaki yang benar-benar ia cinta,hingga pada
akhirnya keinginannya tercapai. Dipersimpangan jalan,
Jingga telah memenuhi keinginannya.

20
Terkejut diri ini mendengar kabar dari salah seorang
kawan, bahwasanya teman lamaku kini
mengorbankan perasaan manusia lain hanya demi
diriku yang sedang menyendiri.

Meninggalkan satu insan demi insan yang lainnya


ialah hal yang teramat buruk.
Namun ku mengerti bahwasanya perasaan tak dapat
dipungkiri,maka dari itu aku membantu dirinya
untuk menggapai keinginannya yang selama ini
ia pendam sendiri.

Walau kuanggap dirinya hanya sebatas teman tidak


lebih dan tidaklah kurang,tetap saja aku tidak bisa
tinggal diam apabila sedang melihat seseorang
sedang berkorban hanya demi diri ini.

Ku berjuang disela-sela waktu untuk bisa membalas


perasaanmu mulai dini hari,hingga nanti diwaktu
keberhasilanku tergapai dan kau tak akan
merasakan kepedihan yang teramat menyiksa.
Pilihanmu salah karena telah meninggalkan
seseorang dan aku juga,karena telah sembrono
mengajakmu menjalin hubungan dengan perasaan
yang hanya menganggapmu sebatas teman.

Jingga Sastrawala.
Bab pertama untuk kebersamaan.

21
Kesalahan.
(September,2018)

Sepi tetap terasa kian sunyi.


Bila malam tiba,
Tak ada yang lebih riang menghinaku
daripada duka.
Yang datang serupa mendung,
Tapi enggan hujan
Serupa senja,
Namun enggan merona.
Serupa bintang,
Namun enggan bercahaya.
Kau yang kini,
Bukanlah yang kemarin
Dan bukan pula esok.
Terima kasih telah mencintaiku dengan
tulus apa adanya..
Dan aku meminta maaf telah membalasmu
dengan keterpaksaan yang kini terasa
menjadi sebuah kesalahan.

22
Kala itu dibawah sinar cakrawala pagi,Jingga sedang
berangkat kesekolahnya menggunakan sepeda motor milik
kawannya yang semalam ia pinjam untuk pulang lebih dahulu
kerumahnya. Jalanan yang ia lewati sedikit terlihat padat
layaknya semut-semut yang sedang berkumpul ramai.
Klakson kendaraan disana pun terdengar sangat bising,
terlihat mereka semua tengah tidak sabar menunggu redanya
kemacetan itu. Disamping kanan Jingga terlihat ada dua
orang pria yang tubuhnya lebih besar dibandingkan
tubuhnya,rambut ikal panjang serta lebat dan sedikit terlihat
tato bergambar harimau dilengan kirinya. Jingga menoleh
kearahnya sembari melihat penampilan dua pria tersebut
dengan mata sinisnya.

"Ngapain Lo liat-liat gua"


Ucap pria yang tengah dibonceng oleh kawannya pada jingga
sembari mengeluarkan asap roko yang usai ia hisap.

Jingga hanya tersenyum sedikit kepada pria besar itu disertai


alis kanan yang ia taikan sedikit keatas. Perlahan akhirnya
kemacetan pun mulai reda,Jingga kembali menancap gas
dengan tidak tergesa-gesa untuk menuju kesekolahnya. Tepat
didepan toko minimarket, Jingga dihadang oleh pria berbadan
besar yang usai tadi ia lirik disela-sela kemacetan. Dihadang
Jingga hingga pada akhirnya terhenti dipersimpangan jalan.

Tertawa Jingga sembari melepaskan jaket kulit yang tengah ia


pakai dan lalu disampirkan keatas sepeda motor milik ibal.

"Ngapain lu cengar-cengir,mendingan lu bagi gue duit"


Ucap salah seorang pria besar tersebut dengan tegas.

"Maaf nih om sebelumnya.. pengangguran ya? Hhha"


Balas Jingga sembari meledeknya.

23
"Tengil juga nih bocah,hantem ae udah ayo"
Ujar pria besar tersebut sembari berlari mengarah jingga dan
langsung memukul jingga tepat diwajah kanannya.

"Muka doang serem hhhha"


"Tampilan lu lembek bangsat!!"
Ujar Jingga sembari tertawa dan langsung membalas salah
seorang pria tersebut dengan pukulan yang sangat keras
tepat ditengah wajahnya.

Beberapa orang yang melewati jalur Jingga yang sedang


berkelahi itu pun,ikut serta untuk segera memisahinya.

"Bubar bubar,masih pagi lu yang badan gede gak tau malu


mukulin anak masih sekolah begini!!"
Ucap salah seorang pria yang baru saja datang.

Jingga berjalan mengarah kedua pria tersebut sembari


mengulurkan tangannya tepat dihadapan salah seorang pria
yang baru saja ia pukul dengan keras.

"Makasih bro udah ngehibur suasa pagi gua.. kalo mau lanjut
nanti aja kalo gua udah pulang sekolah,kalo lu mau cari gua,
nama sekolah gua SMA Bhineka tunggal Ika."
Ujar Jingga sembari tersenyum.

Salah seorang pria yang usai saling pukul dengan Jingga itu
pun,membalas jabat tangan dari Jingga sembari terpelongo
atas perkataannya.

"Badan nya kaya serem,cuman kok Ama anak sekolahan ciut


ya bang" ujar salah seorang warga yang dikala itu tengah
melihat Jingga berjabat tangan dengan salah seorang pria
besar tersebut.

24
Jingga kembali menaiki sepeda motor milik ibal sembari
mengenakan jaket kulit dan langsung bergegas kembali
menuju ke sekolahnya. Sesampainya ia disekolah,terlihat
gerbang telah ditutup disertai sepi nya halaman sekolah yang
disaat itu tak ada seorang pun yang tengah berkeliaran.
Satpam sekolahnya pun bergegas menemui Jingga yang
dikala itu tengah berada tepat didepan gerbang.

"Kalo dihukum jangan salahin saya"


Ujar satpam sekolah itu sembari membuka gerbang.

"Makasih pak"
Jawab Jingga dan langsung memasuki sekolahnya.

Dengan perlahan Jingga berjalan sembari memerhatikan


sekelilingnya,suasana disana telah sunyi,terlihat semua murid
yang berada disekolah itu sedang berada dikelasnya masing
masing. Dipertigaan lorong sekolah dikala ia tengah ingin
menuju kekelasnya,Jingga berpas-pas an dengan guru selaku
wali kelasnya. Jingga terkejut sembari memasang senyuman
manis diwajahnya,terlihat ia tengah panik karena ketahuan
terlambat masuk sekolah oleh wali kelasnya sendiri.

Wali kelas Jingga yang biasa dipanggil Bu Ainun itu,menjewer


telinga Jingga dengan keras dan menyeretnya ke halaman
sekolah. Jingga menjerit kesakitan,hingga meminta ampun
kepadanya.

"Berdiri kamu dilapangan sampai waktu istirahat pertama


datang,ngerti kamu Jingga!"
Ucap Bu Ainun dengan tegas.

"Iya Bu iya"
Jawab Jingga sembari tersenyum paksa.

25
Disaat sedang berdiri ditengah lapangan,tepat didepan
bendera kebangsaan merah putih Indonesia,Jingga menoleh
ke kiri, terlihat ada beberapa teman satu sekolahnya sedang
berlatih bela diri karena tak lama lagi akan ada pertandingan
pencak silat antar sekolah. Terlihat ada salah satu teman
sekelasnya yang bernama Wulan Sheilkatari. Dari kejauhan
Wulan juga melihat Jingga yang disaat itu sedang berdiri
seorang diri ditengah lapangan sekolah.

"Ngapain tuh orang ngeliatin gua"


Menggerutu Jingga karena heran melihat Wulan.

Terlihat ada salah seorang perempuan yaitu teman satu eskul


nya sedang berjalan tepat dibelakangnya. Wulan memanggil
nya dan langsung segera bertanya pada temannya.

"Laras… kamu tau gak,itu siapa? Kasian tau panas-panasan


ditengah lapangan sekolah"
Tanya Wulan pada temannya.

"Itu temen sekelas kamu lan,masa kamu gak tau? eta teh
Jingga Sastrawala,palingan juga lagi dihukum sama guru
gara-gara terlambat"
Jawab Laras dengan suara halus.

"Owhh Jingga,mata aku rada burem kalo ngeliat jauh,jadinya


ga engeh haha" ujar Wulan dengan sedikit tawa dan lalu
kembali melihat ketengah lapangan.

"Loh?? Mana si dia yang tadi lagi berdiri.. ko ilang"


Ucap Wulan karena heran.

"Ngomongin gua lu ya?"


Tanya Jingga yang tiba-tiba berada disamping Wulan.

26
"EHH…" Terkejut Wulan. ".. ko tiba-tiba disini,perasaan tadi
ada ditengah lapangan"

Jingga tertawa karena melihat ekspresi Wulan yang disaat itu


sedang terkejut. Jingga melihat ada sebotol air putih jernih
yang dipegang Wulan ditangan kanannya.

"Tumben baik lan"


Ucap Jingga sembari melirik kearah botol air wulan.

"Ha?" Wulan bingung atas perkataan Jingga barusan.

"Itu botol airnya buat gua kan?"

"Dih engga hahaha,geer banget si lu,udah mending sono lu


berdiri lagi dilapangan,nanti ketauan guru diomelin lu"
Balas Wulan sembari menertawainya.

Jingga memalingkan pandangannya dari hadapan Wulan


karena malu dan langsung bergegas menuju ketengah
lapangan lagi,untuk segera kembali menerima hukuman yang
usai sudah diberi oleh wali kelasnya. Disaat jingga sedang
kembali berdiri ditengah lapangan,Wulan datang menghampiri
nya dengan perlahan.

"Nih,luka nya kompres dulu"


Ucap Wulan sembari memberi es batu yang ia letakan diatas
kotak kecil,beserta handuk kecil berwarna kuning.

Jingga menoleh kebelakang dan menerima pemberian yang


baru saja diberikan oleh Wulan.

"Makasih lan"
Ujar Jingga padanya.

27
"Sama-sama,kompres dulu luka nya sekarang,nanti keburu es
batu nya cair"

"Iya cerewet"
Jawab Jingga sembari tersenyum sedikit..

Wulan kembali memutar arah membelakangi hadapannya


dari Jingga dan langsung bergegas maju menuju kelasnya.
Jingga tidak menyadari bahwasanya pukulan dari pria besar
itu mampu membuat wajahnya terlihat membiru,Jingga juga
baru kali ini kembali merasakan rasanya diperhatikan dengan
seseorang yang sebelumnya tidak dekat dengannya,namun
secara tiba-tiba Wulan terlihat begitu memperhatikannya,
walau hanya sebatas membantu dirinya yang tengah dilanda
oleh hukuman dari wali kelas sekolahnya. Jingga duduk
dibawah tiang bendera sembari mengobati luka yang ada
diwajahnya menggunakan es batu pemberian dari Wulan.
Jelang beberapa menit,terdengarlah Bell istirahat pertama.
Seluruh siswa disekolah keluar dari kelasnya masing-masing
untuk segera pergi kekantin membeli beberapa makanan atau
minuman yang sudah disediakan. Pada saat itu Jingga
sedang berada dikantin sekolah beserta beberapa temannya
disana. Susi pun melihat Jingga yang tengah duduk dibangku
Kanti dan ia langsung segera menghampirinya sembari
membawa roti coklat untuk Jingga. Jingga melirik kearah Susi
yang tengah berada tepat didepannya.

"Kamu berantem?"
Tanya Susi seakan tengah khawatir.

"Engga,tadi dirumah kejedot pintu"


Jawab Jingga dengan senyum sedikit kepadanya.

"Udah diobatin?"

28
"Udah tadi santai aja."

"Boong,coba sini aku liat"


Ucap Susi sembari menjamah luka diwajah jingga.

Terlihat dengan jarak yang tidak terlalu dekat serta tidak


terlalu jauh,Wulan dan beberapa temannya sedang menuju
kekantin. Wulan melihat jingga yang wajahnya tengah
dijamah oleh Susi. Jingga juga melihat Wulan yang pada saat
itu untuk kedua kalinya memandangnya dengan diam. Jingga
menyingkirkan jemari Susi dari wajahnya dengan perlahan
dan langsung menghampiri Wulan.

"Nih kotak yang bekas es batu tadi sama handuk punya lu


lan,btw lu mau jajan apa? Biar gua yang traktir, itung-itung
buat ngebales bantuan dari lu"
Ucap Jingga sembari memberikan kotak beserta handuk
kepada Wulan.

"Sama-sama gga,engga gausah repot-repot,santai aja"


Jawab Wulan dengan tawaan,sembari menerima kotak dan
handuknya kembali.

Wulan kembali berjalan menyusul beberapa temannya yang


sedang berada dikantin. Jingga kembali duduk ketempatnya
yang bersebelahan dengan Susi. Susi bertanya-tanya banyak
hal pada Jingga tentang luka diwajahnya yang kian membiru.
Terlihat jelas bahwasanya Susi sangat mengkhawatirkan
Jingga dengan sangat,akan tetapi Jingga tetap terlihat biasa
saja. Jingga menyadari bahwasanya Susi memanglah tulus
pada dirinya,akan tetapi semakin tak mampu ia untuk
membalas perasaannya kepada Susi. Sampai dihari itu,jingga
masih tetap tidak ada perasaan lebih dari sebatas teman
terhadap Susi,dan sangat membuat jingga merasa bimbang.

29
Jelang beberapa hari,kebimbangan yang sedang
menggejolak jingga,semakin kejam menerkamnya kian hari
berjalannya waktu. Kala itu pada malam,Jingga sedang
menemani sang adik perempuannya yang bernama Mawar
laraswati,tertidur lelap dikamar sang ibundanya. Jemari jingga
mengusap kepala sang adik dengan sangat halus,sembari
menatapnya dengan perasaan teramat tulus. Terlihat
ibundanya yang sedang membuat beberapa kue untuk
dijualnya esok dikala cakrawala pagi datang. Mata Jingga
berkaca-kaca layaknya awan mendung diangkasa,dadanya
sesak seperti sedang ditikam tombak. Jingga kembali lagi
menatap wajah sang adik yang sedang tertidur,adiknya
tersenyum seperti sedang mendapatkan mimpi indah,Jingga
terhibur disaat melihat senyuman menggemaskan milik
adiknya. Jingga ikut serta untuk tertawa ditengah matanya
yang sedang berkaca-kaca karena meratapi kondisi
keluarganya yang kini masih memburuk. Beberapa menit,
ibundanya memasuki kamarnya dan lalu berganti posisi
dengan Jingga yang dikala itu sedang menemani adiknya
tertidur lelap. Jingga keluar kamar bundanya dan lalu segera
memasuki kamar tidurnya sendiri.

"Dirumah lu ada lowongan kerja gak? Buat bantu-bantu


bersihin sekeliling rumah aja" Tanya Jingga kepada salah
seorang temannya,melewati pesan singkat yang ada
diponselnya.

"Yah gak ada gga,sorry ya"

"Owh okei,gpp"

Jingga mengembalikan posisi ponselnya diatas meja dekat


kasur tidurnya,lalu ia menatap langit-langit kamarnya sembari
terdiam,berfikir keras bagaimana caranya agar ia dapat mem-

30
bantu ekonomi keluarganya disertai tak ingin lagi ia melihat
sang ibundanya membanting tulang,begadang semalaman
hanya untuk membuat kue yang akan dijual esok demi
menghidupkan dirinya beserta putra dan putrinya.

Ponsel Jingga berdering hingga getaran suaranya terdengar.


"Halo,kenapa sus?" Tanya Jingga sembari menyenderkan
tubuhnya didinding kamar.

"Lagi dimana?kok chat dari aku gak dibales?"

"Dirumah,lagi males ngobrol,tadi cuma liat status-status orang


aja makanya online"

"Udah dulu ya sus,ngantuk mau tidur" ujar Jingga,kemudian


mematikan telfonnya bersama Susi.

Kacau karut pikirannya,suasana rumahnya yang kian tidak


terlihat indah,ditambah dengan ia yang menjalin hubungan
dengan seseorang dengan adanya rasa keterpaksaan.
Perihal logika yang ada pada seisi kepalanya ialah,terlalu
banyak ketidakpastian,sebentuk sedikit kepastian akan bisa
melegakan pikirannya. Betapa jingga ingin terbangun dipagi
hari dengan tenang,kemudian suasana disaat sedang
disekolahnya yang terasa nyaman. Sejak ia berpacaran
dengan Susi tanpa adanya sedikit perasaan lebih
terhadapnya,segala suasana baik yang dahulu sedang
disekolah berubah pesat menjadi buruk. Setiap memandang
Susi secara langsung menggunakan kedua matanya
sendiri,Jingga selalu merasa bersalah sebab dirinya yang
telah mengambil jalur tujuan yang tak ada sedikit pun arah.
Kesalahan telah membuat dirinya semakin merasakan
keberadaan gundah. Penyesalan tiada arti disaat itu,jingga
hanya ingin memutar waktu dan tidak berkata bahwasanya ia

31
menyukai Susi diwaktu malam dingin disertai bersamanya ia
dan susi dipersimpangan jalan,dikanan kedai kopi kemudian
ia mengungkapkan sedikit perasaannya terhadap Susi yang
dipedalamnya ialah kebohongan. Kebingungan akibat
keterpaksaan menyertai sunyinya dikala malam,sendiri
didalam ruangan kamarnya,kacau karut pikirannya hingga
tertampar keras oleh segala masalah hidupnya yang kian
membuatnya merasa tak mampu lagi untuk bertahan.

Sinar mentari tiba kembali hingga membangunkan Jingga


dari tidur malamnya. Jingga melirik ke jam yang ada didinding
kamarnya,terlihat jelas jarum pendek mengarah ke angka 7
disertai jarum panjang yang tepat berada diangka 12. Jingga
panik karena ia yang mungkin akan kembali terlambat masuk
sekolah. Segera ia berlari menuju kamar mandinya,kemudian
jelang beberapa saat dengan cepat ia berlari kejalan raya
yang tidak terlalu jauh dari rumahnya. Memberhentikan
angkunan umum yang tengah melewatinya,hingga pada
akhirnya sampailah ia tepat didepan gerbang sekolahnya.
Gerbang sekolah nyaris saja kembali ditutup rapat,berlari
kembali jingga dengan kencang hingga pada akhirnya
sampailah ia dengan tepat waktu. Dipertigaan lorong sekolah
menuju kearah kelasnya,jingga bertabrakan dengan Wulan
tidak terlalu kencang. Jingga membangunkan Wulan dengan
menarik tangannya hingga Wulan terbangun kembali dari
jatuhnya,dan lalu jingga kembali berlari menuju kelasnya.

"Woy Jingga!!" Sorak Wulan seakan kesal.

"Maap lan,lagi buru-buru" balas Jingga yang sedang kembali


berlari menuju kelasnya.

"Tumben banget tuh orang buru-buru" ujar Wulan yang


tengah heran.

32
"Assalamualaikum" ujar jingga yang tengah sampai
dikelasnya sembari melemparkan tasnya kemeja yang berada
didepan temannya.

"Eh copot.. eh copot…" terkejut gino selaku teman sekelas


Jingga akibat tas yang usai dilemparkan olehnya.
"Waalaikumsam, pelan-pelan ngapa gga"

"Sorry-sorry gua lagi buru-buru"

Berlari lagi ia menuju keruang guru yang tak jauh dari


kelasnya. Sesampainya disana,terlihat beberapa teman satu
kelasnya beserta Susi dan beberapa teman sekelasnya
sedang diklarifikasi oleh para guru yang tengah berada
disana.

"Nah ini Bu yang dicari-cari.." ujar salah seorang guru


disekolahnya. "Duduk kamu jingga!"

Jingga ikut serta bercampur bersama beberapa temannya


yang sedang berada disana l,sembari menunduk akibat telah
melakukan suatu kesalahan yang teramat memalukan.

"Udah tau apa kesalahan kalian?" Ujar walikelas Jingga


sembari melirik mengarahnya.

Serentak jingga beserta temannya yang lain mengiyakan


pertanyaan yang usai sudah mereka dengar.

"Apa pantas,anak sekolah berfoto-foto mesra berpelukan


seperti yang kalian lakukan dan lalu dipost kemedia sosial?"
Tanyanya sekali lagi dengan tegas.

"Ayo jawab!"

33
"Kami cuma-cuma foto-foto doang Bu,engga lebih dari
itu,saya berani bersumpah."
Jawab Jingga seakan tengah meyakinkan para guru.

"Tetap saja tidak pantas apabila anak sekolah memamerkan


foto seperti itu kedepan banyak orang. Kalian itu masih kelas
1 SMA paham?"

"Okey.. ini ada surat panggilan untuk orang kalian masing


masing,tolong disampaikan segera nanti disaat sudah pulang
kerumah." Ujar walikelas Jingga sembari membagikan surat
panggilan orang tua kepada mereka.

Susi menoleh kearah Jingga yang tengah kesal akan selaksa


yang kian buruk menimpanya kembali lagi,lagi dan lagi. Susi
menghampiri jingga di jam istirahat pertama sekolahnya.
Berjalan seorang diri menuju warung yang tidak terlalu jauh
dari sekolahnya. Terlihat jingga sedang menghisap sebatang
rokok yang usai ia bakar dan lalu ia hisap dalam-dalam
sembari menatap langit-langit yang dikala itu tengah terang
benderang.

"Maaf gga.." ujar Susi yang sedang berada tepat dibelakang


jingga sembari membawakan botol minum untuknya.

Jingga menoleh sedikit kebelakang.


"Disini semuanya yang salah,jadi gak usah minta maaf"
Jawabnya kemudian kembali menatap langit.

"Tapi kan.."

"Udah gausah dibahas,semuanya udah terlanjut,jadi terima


apa adanya aja" ujar Jingga sembari menoleh tepat
kehadapan Susi yang tengah ingin berbicara.

34
"Kalo mau ngobrol nanti aja ya sus,gua lagi mau sendiri"
Ucapnya sekali lagi,kemudian pergi.

Susi hanya terdiam dengan matanya yang berkaca-kaca,


penyesalan terasa dengan sangat dibenaknya. 3 hari
sebelum mereka terkena kasus,ada sesuatu kesalahan yang
kini tengah dipermasalahkan oleh pihak sekolahnya.
Berfoto-foto mesra hanya untuk kesenangan dan untuk
dikenang dikemudian hari selanjutnya. Susi merasa bersalah
karena telah melakukan hal itu bersama Jingga. Susi tau
bahwasanya Jingga ialah lelaki dingin serta sedikitnya ia
dikala tengah berbicara padanya,namun Susi juga tau tentang
Jingga yang tidak bisa menahan keinginannya hanya karena
tentang perasaan terhadap dirinya.

Jingga ialah sesosok manusia yang dikala itu,tak bisa


menolak keinginan Susi hanya karena rasa kasihan
terhadapnya. Realitanya Jingga memang tidak memiliki
perasaan lebih kepada Susi,namun ia tetap manusia. Wajar
wajar saja bukan apabila kita mengeri manusia lain. Jingga
tau bahwasanya Susi sangat menyukainya menggunakan
perasaan,maka dari itu ia mengiyakannya hingga pada
akhirnya,kesalahan pun terlintas hingga memalukan orang
tuanya dihadapan beberapa guru disekolahnya. Sang ibunda
jingga menangis tersedu-sedu dikala tengah mendengarkan
pengaduan dari salah seorang guru tentang kelakuan
putranya yang kian tak sengaja berhasil membuat air
matanya jatuh membasahi sedikit pakaian yang sedang ia
kenakan dikala itu. Jingga menyesal telah membuat sang
ibundanya kecewa,turun sudah layaknya hujan dari kedua
pelupuk mata ibundanya dengan sangat deras. Jingga
menyesal hingga memohon maaf dengan sangat pada
bundanya,dikala itu yang sedang berada diruang kepala
sekolahnya.

35
Waktu terus berjalan tanpa adanya jeda,rasa kasihan jingga
terhadap Susi mulai memudar akibat beberapa kesalahan
kesalahan yang tak sengaja telah ia perbuat,hingga pada
akhirnya pernah membuat sang ibundanya menjatuhkan air
mata. Lambat laun akhirnya Jingga mempunyai keputusan
untuk menyudahi hubungan keterpaksaannya bersama Susi.
Terlalu lelah jingga meratapi kesalahan yang kian
menyiksanya sebab munculnya kebimbangan disela sunyinya
malam. Perlahan demi perlahan,jingga memikirkan cara
supaya ia bisa menyudahi hubungannya tanpa ada
permasalahan yang dapat melukai Susi maupun dirinya.
Namun tetap saja perpisahan bukanlah hal yang mudah.
Seperti apapun caranya akan tetap saja menyakitkan. Jingga
bukanlah seorang lelaki yang hanya mementingkan dirinya
sendiri,maka dari itu ia tetap berpikir keras untuk segera bisa
menyudahi hubungannya ia dan susi,serta berupaya agar
salah seorang diantara mereka berdua tidak ada yang
merasakan pedihnya luka.

—––––––––––––––––––—–––––––––––––––––––––––––––

"Besok izinin gua,besok gua gak masuk sekolah"


Ujar Jingga yang sedang menelfon sekretaris kelasnya.

"Kenapa?" Jawabnya dengan nada suara halus.

"Ada urusan"
Balas jingga,kemudian mematikan telfonnya.

Berbaring Jingga dikasur tidurnya sembari menatap langit


langit kamarnya. Terlihat sekeliling mata nya berwarna
gelap,bertanda bahwasanya ia tengah mengantuk usai sudah
melakukan kegiatan dihari itu yang mungkin baginya terasa
berat.

36
Menjalin hubungan dengan tidak adanya perasaan yang
sama ialah hal yang teramat buruk. Meninggalkan satu insan
demi insan yang lainnya pun juga tak kalah buruk. Bukan soal
tentang kesetiaan,namun hidup memang memiliki kenyataan.
Semua yang kita perbuat pasti akan kembali kepada diri kita
sendiri. Membuat kecewa seseorang yang benar-benar
mencintai kita ialah bentuk untuk kita merasakan hal yang
sama nanti dikemudian hari. Semuanya sudah berada
didalam jalur garis edarnya. Kesalahan tetaplah kesalahan
dan tidak dapat dibenarkan. Jangan heran apabila nanti
rumitnya kesenduan menghampiri kita dikesunyian malam
ataupun disela-sela kegembiraan,terkadang sakit hati itu ialah
bentuk untuk kita berkaca pada diri kita sendiri. Tidak mudah
untuk kita menyadari semua hal yang telah kita lalui dimasa
masa yang usai sudah berlalu,maka dari itu siap tak siap kita
harus bisa menghadapinya,yang entah itu senang ataupun
susah. Hidup tidak semudah imajinasi,hidup juga tidak terlalu
sulit apabila kita yang tidak menganggapnya menjadi rumit,
semuanya hanya butuh waktu serta proses dan lalu kita akan
tersadar bahwasannya,kesusahan serta kesedihan ialah guru
dari kehidupan yang bertujuan untuk membuat diri kita
menjadi tersadar akan hal buruk yang usai sudah kita lakukan
walaupun dengan adanya ketidaksengajaan.

37
Kesalahan membuat diri ini mati langkah.
Walau tetap berjalan diatas jalur yang tidak memiliki arah.
Aku menyalahkan realita dikala itu,
Padahal semua itu ialah Perbuatanku.
Memaksakan sesuatu tanpa memikirkan diri sendiri,
serta tidak memikirkan hari hari selanjutnya ialah hal
yang tidak bisa dibilang semua akan baik-baik saja.
Karena rasa kasihan,diri ini kini telah sukses melukai
perasaan insan lain disertai bimbang yang kian menyiksa diri
sendiri disela-sela waktu dengan sangat mencekam.
Kesalahan akan terbungkam,kesalahan juga tak bisa terus
dipendam dalam-dalam,hingga tiba nanti saatnya,alam
semesta akan membawakan suatu hal yang tidak
menyenangkan,yang hanya bertujuan untuk menyadarkan.

Soal hati,aku menyukaimu namun tidak sama sekali ada


untuk memilikimu sebagai seorang kekasih.
Perempuan seperti dirimu ialah sulit jika untuk dicari.
Kau tulus mencintaiku tanpa karena.
Namun yang masih kujadikan pertanyaan ialah,
Kenapa kau menerima satu insan sebelum kemudian
kau hempaskan ia karena keegoisanmu.
meninggalkannya hanya karena ingin bersanding denganku.

Sudahlah..
Ini bukan waktu untuk memikirkannya kembali.
Kini kusadari bahwasanya semua harus kubumkam
sendiri,walau ku tau diantara kita pasti akan
ada yang tersakiti.

Jingga Sastrawala.

38
Pilihan.
( Ujung September,2018 )

Lengkaplah sudah sepi ini mengurung sendiriku


Terkulai dikunyah nelangsa yang berapi-api
Menyusuri jalanan lengang
Bersimbah angan tanpa tujuan
Bersamamu membuat diri ini mengerti
dengan adanya rasa ditemani.
Satu hal yang kini telah tersadari
Perasaan tak dapat dibohongi.
Sebatas hujan dan tak ingin sedikit pun
memunculkan pelangi dilangit-langit senja.
Sebatas teman hidup tidak lebih
dan tidaklah kurang.
Hadirmu memberi sedikit pelajaran akan
pentingnya,sesekali melihat diri sendiri.
terdiam sembari meratapi,akibat rasa
keterpaksaan yang tak kunjung pergi.

39
Kala itu,dibawah sinar cakrawala pagi yang menyinari seisi
bumi,disekolahnya Jingga sedang berjalan disisi kiri
lapangan. Seorang diri berjalan perlahan,sedikit demi sedikit
kakinya melangkah, sampai pada akhirnya terhenti karena
ada salah seorang yang memanggilnya dari kejauhan
disebrang lapangan.

"Jingga" Sorak Wulan dengan kencang memanggil jingga dan


kemudia berlari.

"Katanya hari ini ga masuk sekolah,untung gua belom izin ke


Bu Ainun"

"Kenapa emangnya kalo gua gak jadi gak masuk sekolah?"


Tanya jingga sembari menatapnya.

"Iya gapapa,emangnya kenapa? Salah kalo gua cuma


nanya?" Balas Wulan padanya.

"Ngga, gua duluan ya,laper mau kekantin"


Jawab jingga dan lantas kembali melangkah.

Terdiam Wulan sembari terus melihat jingga yang sedang


pergi dari hadapannya. Jelang beberapa langkah,Jingga
kembali menoleh kearah Wulan.

"Kenapa ngeliatin gua?" Ujar jingga pada Wulan.


Wulan mengelak sembari memalingkan mata nya yang dikala
itu sedang melihat Jingga.

"Engga,geer banget lu yeu" jawabnya,kemudian berbalik arah


dan langsung pergi.

"Cewe aneh" ujar jingga sembari tersenyum.

40
Bell masuk pun terdengar,seluruh siswa disekolah jingga
segera memasuki kelasnya masing-masing. Wulan yang
disaat itu sedang menuju kelasnya, bertemu langsung saling
berhadapan dengan ibunda Jingga disertai adik perempuan
nya.

"Hei permisi nak" ucap bundanya mengapa Wulan.

"Iya.. ada apa Bu?" Balas Wulan dengan suara halus.

"Kenal sama Jingga Sastrawala gak?"

"Owh jingga,itu temen sekelas saya Bu,kenapa emangnya


Bu? Mau ketemu sama jingga?"

"Oalah temen sekelasnya,pas banget deh,ini ibu mau nitip


makanan buat dia,kasian dia belum sarapan tadi
dirumah,tolong kasih dia ya"
Ucap bundanya yang tengah tersenyum, sembari
memberikan bekal makanan untuk putranya kepada Wulan.

"Owh ibu,bundanya jingga.. okei Bu nanti saya kasihin ke


jingga nya,aku masuk duluan ya ibunya jingga,udah masuk
bel jam pertama soalnya, permisi ibunya jingga sama adiknya
juga"
Ucap Wulan kepada bunda jingga,kemudia tersenyum melirik
adiknya yang sedang melihatnya dengan wajah
menggemaskan.

"Iya.. terima kasih ya" balas bunda jingga dan lalu berjalan
menuju keluar sekolah untuk pulang.

41
Dikala itu,terlihat Jingga sedang berada diujung sudut
kelasnya. Jingga menjejerkan beberapa bangku dikelasnya
dan lalu ia jadikan tempat untuk merebahkan tubuhnya. Kursi
serta meja yang terbuat jadi kayu ialah suatu fasilitasnya
disekolah,papan tulis persegi panjang berwarna putih ialah
bentuk untuk ia mencatat beberapa materi tentang pelajaran
yang sedang disampaikan oleh guru,serta dinding berwarna
biru yang menjadi dasar dari seisi ruangan kelasnya. Saat itu
Jingga sedang melihat langit-langit kelasnya,sembari terdiam.
Wulan menaruh titipan dari sang ibunda nya diatas meja yang
berada dikiri jingga,yang tengah terlentang.

"Apa itu?" Tanya jingga sembari melirik.

"Titipan dari ibu lu,katanya lu belum sarapan"


Jawab Wulan,kemudian berbalik arah yang seakan ingin
kembali berjalan menuju tempat duduknya.

"Lu abis dari rumah gua? Kok bisa ketemu sama ibu gua?"
Tanya Jingga sekali lagi,sembari membangunkan dirinya.

"Tadi ketemu ibu lu didepan perpustakaan,terus dia nitipin ini


buat lu.. makanya besok-besok tuh sarapan,kasian bunda lu
pagi-pagi kesekolah cuma buat nitipin ini" jawab Wulan
dengan nada meninggi.

Tersenyum jingga sedikit padanya.


"Pagi-pagi gausah berisik,jangan ngomel nanti seisi muka lu
jadi keriput mau?"

"Wah ngajak ribut.." ujar Wulan seakan kesal.

"Makasih lan" tersenyum jingga sembari menatapnya.

42
"Sama-sama nah gitu kan enak,gua kira lu gatau cara
berterima kasih" jawab Wulan disertai membalas
senyum,kemudian pergi.

Sesosok perempuan yang sifatnya seperti halnya anak


kecil,akan tetapi pemikirannya sangatlah dewasa dikala
sedang bertindak. Perempuan itu bernama Wulan Sheilkatari.
Lahir dikota bandung,pada tanggal 24 Juni 2003. ia adalah
teman sekelas Jingga,namun tak banyak mereka saling
berbicara dikala bertemu dikelasnya. Wulan juga gemar
menulis serta ia sangat pandai melukis hingga mewarnai seisi
sketsanya.

Gradasi warna antara merah dan kuning ialah bentuk alasan


ia menjadi gemar melukis. Baginya melukis serta
mewarnainya ialah hal menyenangkan,tak jeduh ia
melakukan hal seperti itu diwaktu sepi sedang menghampiri
dirinya. Karya seni memanglah candu,jingga gemar menulis
karena ia yang senang membaca artikel-artikel bertemakan
puisi hingga menjadi sajak. Buku catatannya kini pun
dianggap penting dalam hidupnya,tidak mudah rasanya
apabila merangkai kata hanya untuk bercerita tentang suka
dan duka yang ia rasakan. Mewarnai pun juga tidak kalah
sulitnya,laut berwarna biru,langit senja berwarna jingga dan
malam berwarna hitam gelap. Semua dasar pun butuh
hiasan,lautnya diberi ombak,senjanya diberi beberapa burung
yang sedang terbang dan malam nya diberi bulan dan
beberapa bintang.
_________________________________________________

"Dirumah lu butuh orang buat bersih-bersih gak?"


Tanya Jingga pada Wulan lewat pesan digital didalam
ponselnya.

43
"Udah ada gga,nanti gua coba tanya mama gua dulu ya. Btw
knapa emangnya? Tumben" Jawabnya usai beberapa saat.

"Lagi butuh uang"

"Buat apa?"

"Hidup"

"Ha? Maksutnya gimana?"

"Hahaha,gpp lan, kalo kata mama lu ada,kabarin gua lagi ya


nanti" ujar Jingga,kemudian mematikan ponselnya.

Jingga sangat ingin membantu ekonomi keluarga nya,maka


dari itu ia terus menanyakan kepada beberapa
teman-temannya soal pekerjaan ringan yang baginya tidak
terlalu berat. Bukan karena malas ia tidak membantu
ibundanya membuat kue, tidak membantu bukan berarti ia
tidak menyayangi bundanya,akan tetapi memang dirinya ingin
menghasilkan uang dengan cara yang berbeda.

Keesokan harinya,diwaktu usai sudah ia menuntut ilmu


disekolahnya,ditengah jalan ia teringat jaket kulit berwarna
hitamnya ketinggalan dikelasnya, lantas ia langsung berbalik
arah untuk segera kembali kesekolahnya. Sesampainya
disana,melirik jingga mengarah lapangan sekolahnya,terlihat
ada beberapa Siswa sedang melakukan latihan pencak silat
disana. Usai sudah ia mengambil jaketnya dikelas,ia duduk
ditepi lapangan sembari melihat kegiatan latihan pencak silat.

"Itu jingga bukan si tar?" Tanya Wulan kepada Tara


temannya,sembari melirik kearah jingga yang sedang duduk
ditepi lapangan.

44
"Iya deh kayanya.." jawab Tara padanya,kemudian memanggil
jingga. "Woy Jingga"

Terdengar suara Tara dari tengah lapangan,dan lalu jingga


melirik kearahnya dengan mata sinisnya disertai tak kunjung
ia membalas sapa dari Tara.

Jingga berdiri,kemudian berjalan menuju keluar sekolahnya.

"Jingga" sorak Wulan sedang memanggilnya.

Jingga menoleh kembali ketengah lapangan.


Wulan melambaikan tangannya, sebagai isyarat untuk jingga
segera menghampiri dirinya,akan tetapi jingga tetap tidak
menghiraukan nya, kemudian kembali berjalan keluar
sekolah. Wulan berlari menuju jingga yang disaat itu sudah
sampai diujung gerbang sekolahnya.

"Mau kemana,cepet ikut gua latihan"

"Gak ah,gua mau pulang"

"Udah cepet ikut" Wulan menarik lengan jingga untuk segera


ikut serta bersama dirinya dan beberapa temannya mengikuti
kegiatan latihan pencak silat.

Wulan kembali kebarisannya disertai jingga yang berada


disamping kirinya.

"Hey kamu yang disamping Wulan" ujar sang guru pengajar


pencak silat didepan barisan,memanggil jingga.

"Iya kamu yang baru datang"

45
"Gua?" Ujar jingga sembari melongok mengarah Wulan yang
berada disamping nya.

"Hahaha,udah cepet maju" tertawa Wulan disertai mata nya


yang berbinar.

"Awas lu ya lan" menggerutu jingga sembari berjalan


melangkahkan kakinya menuju kearah guru yang usai
memanggilnya.

"Kenapa terlamat?" Tanya guru pengajarnya dengan tegas.

"Niat saya kesini cuma mau ngambil jaket saya yang


ketinggalan dikelas"

"Terus orang yang baris disamping kanan saya, ngajakin saya


ikut latihan ini"
Jawab jingga,kemudian melirik mengarah Wulan.

"Ya sudah cepat,baris lagi" ujar guru nya dan jingga kembali
kebarisannya.

"Ko lu jujur banget si gga hahaha" ujar Wulan disertai


senyuman tanpa menoleh kearahnya.

"Berisik lu,liat aja nanti gua bales" balas jingga yang seakan
sedang kesal.

Jelang beberapa saat,akhirnya latihan pencak silat itu pun


selesai. Langit senja sedang merona diatas Jingga yang
disaat itu sedang duduk ditepi lapangannya. Wulan datang
menghampiri jingga yang disaat itu sedang melihat

46
langit-langit indah yang tengah merona. Duduk Wulan
disampingnya.

"Pantesan namanya jingga,anak senja ternyata"


Ujar Wulan sembari mengikat tali sepatunya disamping
jingga.

"Sesekali lu harus bisa ngerasain sensasi nya,biar lu tau arti


dari gua yang suka sama senja"
Jawab jingga tanpa menoleh.

Terdiam Wulan sembari menahan tawa.

"Gua pulang duluan ya gga,bye"


Ujar Wulan, kemudian pergi dari hadapan Jingga.

"Biar gua anter" berdiri jingga sembari berjalan menyusul


Wulan yang tengah melangkahkan kakinya dengan perlahan.

"Rumah gua Deket,udah gausah" terhenti langkah kakinya


sembari menoleh mengarah jingga yang sedang berjalan
dibelakangnya.

"Gua maksa,udah ayo" ujar jingga tanpa menoleh,


disertai tetap melangkahkan kakinya.

Berdua mereka diatas motor tua milik Jingga yang baru saja
pulih. Menyusuri jalanan dibawah sinar senja yang kian
merona hingga pada akhirnya sampailah mereka berdua
didepan rumah wulan dengan gerbangnya berwarna
hitam,dinding putih disertai beberapa Vespa yang terjejer
diteras rumahnya.

47
"Makasih gga,btw sorry ya tadi udah maksa lu ikut latihan
silat,abisnya kasian liat lu nonton sendirian, yaudah gua ada
inisiatif ngajak lu aja"

Ujar Wulan yang sudah tidak lagi berada diatas sepeda motor
milik Jingga.

"Sama-sama lan.." jawabnya,kemudian melirik ke teras rumah


Wulan. "..lu suka Vespa?" Tanya jingga sembari
mengembalikan pandangannya menuju Wulan.

"Punya aa itu,tapi gua juga suka,kenapa emangnya?"

"Engga nanya aja,yaudah gua pulang ya lan"


Ujar jingga sembari menyalakan motornya.

"Iya gga, hati-hati." jawabnya dan lantas pergi memasuki


rumahnya.

Sedari itu,Jingga baru tau bahwasanya Wulan pun juga


menyukai motor-motor klasik,serta ia juga baru tau Wulan
ialah sesosok perempuan yang terkadang menyebalkan.
Mereka memanglah satu kelas,akan tetapi tidak sering
mereka saling berbicara apabila sedang bertemu disekolah.
Jingga ialah lelaki dingin dan sedikit ia dalam berbicara
secara langsung kepada seseorang yang belum ia begitu
kenal,sementara Wulan ialah sesosok perempuan yang
sifatnya masih kekanak-kanakan,namun dewasa
pemikirannya, serta gengsi nya tidaklah terlalu tinggi maka
dari itu ia lebih percaya diri untuk menegur jingga lebih dahulu
dan juga terkadang mengejeknya.

48
Sesampai jingga dirumahnya,duduk ia diteras rumahnya
seraya melepaskan sepatu yang sedang membaluti kedua
kakinya.

"Bisa tolongin bunda gak?"


Ujar bundanya seraya menggendong putri kecilnya.

"Bisa Bun" jawabnya tanpa menoleh.

"Tolong beliin obat buat ayah di apotik"

Menoleh jingga mengarah bundanya tanpa berbalas bicara


yang usai sudah ia dengar.

"Bunda ambil uangnya dulu" ujar bundanya,kemudian masuk


kedalam rumah.

Jingga menghela nafas disertai wajahnya yang terlihat


pasrah. Tak mampu ia menolak ucapan dari bundanya,yang
disaat itu sedang meminta pertolongan untuk membelikan
obat untuk ayahnya diapotik tidak jauh dari rumahnya.

Sedikit Jingga membenci ayahnya namun ia tetap mengerti


bahwasanya itu tetap orang tua nya. Rudy Wijaya ialah nama
dari ayahnya. Ayah jingga hanya bisa terbaring dikasur kamar
nya karena menderita penyakit diabetes serta tak mampu
untuk berjalan,hingga pada akhirnya terpaksa istri nya harus
bekerja demi menghidupkan seisi keluarganya,serta terus
berupaya dan berdoa,agar kekasih nya sembuh dari penyakit
yang disaat itu masih terus menyiksanya. 2 tahun ayah jingga
tak mampu beranjak pergi dari ranjang tidurnya,selama itu ia
hanya bisa terbaring tak berdaya. Jingga merasa kasihan
apabila mengingat penyakit yang sedang menyiksa ayahnya
walau kebencian sedikit menyelimuti dirinya.

49
Alasan Jingga ingin membantu ekonomi keluarganya ialah
karena tak tega melihat kondisi kedua orang tua nya yang
dikala itu tengah tidak baik-baik saja. Hidup jingga dahulu
sangatlah terpenuhi,sebelum ayahnya terjangkit penyakit
yang kian menyiksa dirinya diseberjalannya waktu. Namun
pada saat ia menduduki bangku SMP kelas 2,perlahan segala
cobaan hidup menghampirinya dirinya,hingga pada akhirnya
kesulitan datang menyergapnya. Hidupnya berubah pesat
akibat dahulu dirinya yang sedang tersesat. Jingga sangat
gemar meminum-minuman alkohol,serta banyak nya ia
menghisap rokok yang hanya bertujuan untuk kesenangan
nya dan juga melampiaskan segala rasa benci nya kepada
ayahnya. Semua perbuatan buruk yang ia lakukan dimasa
lampau itu pun memiliki alasan tersendiri. Jingga sangat ingin
diperlakukan sama layaknya teman-teman nya yang lain,ia
sangat ingin akrab dengan ayahnya sendiri,namun segala
upaya nya untuk bisa sangat dekat dengan ayahnya sia-sia.
Ayahnya dahulu lebih mementingkan pekerjaan dibandingkan
untuk bisa mengerti perasaan anak putranya. Kekerasan dari
sang ayah seringkali jingga rasakan dimasa lalu. Jingga tak
kunjung menyerah untuk membuat ayahnya mengerti.

pada dasarnya Jingga ialah sesosok lelaki yang dipenuhi


dengan rasa gengsi,sehingga tak mampu ia menjelaskan
tentang keinginan perasaan nya kepada ayahnya.Ayah nya
tidak beda jauh dari sifat putranya,dingin layaknya es yang
membeku serta sedikitnya dalam berbicara,hingga pada
akhirnya kekacauan pun datang menyelimuti mereka berdua.
Cara jingga untuk membuat ayah nya tersadar ialah salah,
merusak diri sendiri hanya untuk keinginannya ialah hal yang
tidak layak untuk dilakukan. Tidak seharusnya ia berbuat
seperti itu,namun apa daya? Setiap manusia itu pasti memiliki
caranya masing-masing dalam mencapai angan-angan nya
yang sudah terlanjur menjadi harapan.

50
Usia sudah membeli obat dari apotik,Jingga bersiap siap
untuk segera bermain bersama teman-temannya ditempat
biasa ia berkumpul. Warung kopi lumayan luas milik dari
salah seorang temannya,disertai toko buku bekas tepat
berada disamping warkop tersebut. Melirik Jingga ke jam
tangan yang melekat ditangan kanannya,terlihat pukul 20:00
kemudian ia segera bergegas menuju kewarkop milik dari
salah seorang temannya. Jelang beberapa saat,akhirnya
Jingga sampailah disana. Masuk lah ia kedalam untuk segera
ikut serta berkumpul bersama beberapa temannya.

"Teh anget 1 mpo" ujar Jingga seraya memakan gorengan


yang baru saja matang,kemudian duduklah ia disamping
temannya.

"Buku novel Garis waktu baru sampe tuh gga ditoko


sebelah,ORI baru Dateng tadi sore lagi promo juga itu"
Ujar Syarif pada jingga yang baru saja duduk.

"Demi apa?" Jawab jingga yang sedang menyalakan


sebatang rokok,kemudian berlari cepat menuju toko buku
yang berada disamping warung kopi milik temannya.

Terlihat sangat senang jingga usai sudah mendengar


perkataan dari salah seorang kawannya. Dibalik ia yang suka
menulis,ia juga termasuk seseorang pecandu buku-buku
bertema sajak. Fiersa bersari ialah seseorang yang membuat
dirinya kembali menulis sedari lama nya ia berhenti membuat
karya berbentuk tulisan dengan kosa kata indah yang bisa
dibilang itu ialah puisi.

Sesampainya ditoko buku itu,jingga bertabrakan dengan


seseorang perempuan sehingga terjatuhnya beberapa buku
milik perempuan itu.

51
"Eh sorry ya.." ujar jingga,lantas membantu mengambil
beberapa buku yang tengah tergeletak dilantai.

"Jingga?" ujar perempuan itu yang seakan mengenalinya.

Jingga melirik kehadapannya. "Wulan?" Balasnya,kemudian


kembali berdiri tegak.

"Ngapain lu disini?" Tanya Wulan.

"Beli buku" jawabnya dan lalu kembali berlari mencari buku


yang sangat ia gemari itu.

Wulan menatap heran,tidak biasanya Jingga se sigap itu.


lantas Wulan mengikutinya dari belakang agar perasaan
penasarannya terhadap jingga bisa mereda serta lega.

"Mana si, jangan-jangan sisyarip boongin gua nih sialan"


Menggurutu jingga seraya melihat buku yang tertera berjejer
diatas lemari satu persatu.

"Nyari buku apa gga?"


Tanya Wulan,sesampainya ia disebelah jingga.

"Novel garis waktu,lu liat gak tadi pas udah disini duluan"
jawabnya tanpa menoleh.

"Yang ini maksut lu gga?" ujar Wulan seraya memegang


novel yang diinginkan jingga persis didepan hadapannya.

"Cuman satu?" Menoleh jingga mengarah Wulan sembari


melongo dengan tatapan matanya yang tak lagi sinis.

"Ada 3 tadi,terus udah dibeli sama orang lain hahaha nice try"

52
"Gua bayarin punya lu lan"

"Gamau,dah gua mau pulang"

Jingga berjalan cepat untuk segera menghadang Wulan,


sehingga langkah kaki Wulan pun terhenti.

"Kita bisa omongin baik-baik,ayo ikut gua"


ujar Jingga,kemudian menarik tangannya keluar toko untuk
menuju warung kopi milik temannya.

Sesampainya diwarkop itu,duduk lah mereka berdua dengan


saling berhadapan.

"Oke,gua bakal kasih lu apa aja,yang penting itu novel jadi


milik gua" rayu jingga sembari menatapnya.

"Pengen banget yaa hahahha" tertawa Wulan seakan sedang


mengejeknya.

"Plis lan"

Wulan terbangun dari duduknya, "jangan sampe rusak" ucap


Wulan semari memberikan novel itu pada Jingga.

"Makasih lan,sumpah lu temen gua paling baik serius"


Terngiang jingga seraya menerima novel dari Wulan dan lalu
menundukkan kepalanya,hingga mendaratlah dahinya tepat
diatas tangan kanan milik Wulan.

"EHH!" Terkejut Wulan karena kembali heran.

"Jangan kaya gitu,kita kan seumuran,masa lu Salim ke gua"

53
"Hahaha maap lan" jawabnya sembari tertawa.

"Yaudah gua pulang ya gga" pamit Wulan padanya.

"Mau gua ante…" bicara jingga terjeda karena Wulan yang


menyalipnya, "gua bawa motor gga,santai aja.. dah yaa gua
duluan" ujar Wulan,kemudian pergi dari hadapannya.

"Hati-hati.. lan" berbisik perlahan Jingga seraya tersenyum.

"Widihh,dapet juga tuh novel akhirnya gga" ujar Syarif yang


seakan ikut senang melihat jingga yang tengah riang.

Jingga hanya tertawa tanpa berbalas. Wulan ialah sesosok


perempuan baik walau terkadang seringkali ia meledek
Jingga hingga kesal. Sifat menggemaskannya juga seringkali
membuat Jingga tertawa dan untuk pertama kali jingga
memohon-mohon meminta sesuatu kepada orang lain yang
belum lama ia kenal. Hanya tersebabkan untuk memenuhi
keinginannya memiliki sesuatu yang telah ia tuju.

54

Anda mungkin juga menyukai