Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu aspek yang ikut berperan dalam pengembangan Desa adalah

Keuangan Desa dan Aset Desa. Keuangan desa berkaitan dengan hak dan kewajiban

desa yang dapat dinilai dengan uang, sedangkan aset desa adalah barang milik desa

yang berasal dari kekayaan asli desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah. Dalam hal

keuangan dan aset desa, ada dua hal yang perlu mendapatkan perhatian serius dari desa

yaitu pendapatan desa dan belanja desa. Pendapatan desa berasal dari berbagai sumber

pendapatan yang terdapat pada desa tersebut dan pendapatan desa ini digunakan oleh

desa untuk membiayai berbagai jenis belanja desa dimana belanja desa diprioritaskan

untuk memenuhi kebutuhan pembangunan yang disepakati dalam musyawarah

desa.Tentu saja tiap desa memiliki sumber pendapatan desa yang berbeda-beda sesuai

dengan besarnya potensi desa yang bersangkutan. Begitu pula dengan belanja desa

tentunya harus disesuaikan dengan besarnya pendapatan desa yang diperoleh. Makin

besar pendapatan desa maka akan makin besar pula belanja desa yang bisa digunakan

untuk pembangunan desa. Belanja desa harus ada prioritas utama sesuai dengan

besarnya pendapatan desa yang tersedia. Desa harus bisa membuat Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa dengan baik dan benar sehingga dapat mencapai tujuan

pembangunan desa dan tidak terjadi pemborosan dalam usaha untuk mengembangkan

desa.

1
Sasaran dalam penelitian ini adalah Desa-Desa Di Kabupaten Nagekeo yang

pada umumnya sektor ekonomi yang dominan dalam perekonomian Kabupaten

Nagekeo adalah sektor yang bergerak dibidang pertanian dan Peternakan.

Tabel 1.1

Wilayah Administrasi Kabupaten Nagekeo

Banyaknya
No Kecamatan Luas(KM²)
Desa Kelurahan

1
Mauponggo 20 1 105.88

2 Keotengah 15 - 64.3

3 Nangaroro 19 1 243.38

4 Boawae 19 8 326.91

5 Aesesa Selatan 7 - 87.97

6 Aesesa 12 6 422.94

7 Wolowae 5 - 158.98

Jumlah 97 16 1410.36

Sumber:Bagian AdministrasiPemerintahan Setda Nagekeo, 2017

Berdasarkan Permendagri No.113 Tahun 2014 desa memiliki sumber-sumber

pendapatan sebagai hak yang dimiliki desa yang harus dikelola dengan baik untuk

mewujudkan kewajiban desa berupa Pendapatan Asli Desa (PADes). Salah satu

Sumber Pendapatan Desa adalah Pendapatan Asli Desa (PADes) yaitu pendapatan

yang berasal dari desa itu sendiri dan terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa,

hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong, serta lain-lain pendapatan desa yang

sah.

Pendapatan Asli Desa digunakan untuk memperkuat keuangan desa dalam

pengelolaan dan pembangunan desa. Oleh karena itu peningkatan Pendapatan Asli

2
Desa menjadi hal yang sangat penting jika Pendapatan Asli Desa meningkat maka

pemasukan untuk belanja desa ,dana pengelolaan desa, dan pembiayaan pembangunan

desa menjadi meningkat. Sehingga, akan terwujud kemandirian desa dalam memenuhi

kebutuhan pembangunan fasilitas-fasilitas umum di Desa. Dalam pelaksanaan upaya

tersebut dibutuhkan dana yang berasal dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah

Daerah salah satunya adalah Dana Desa(DD), dana yang bersumber dari APBN yang

digunakan untuk mendanai penyelenggaraan Pemerintahan, pelaksanaan

pembangunan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan

pemberdayaan Kemasyarakatan.

Undang-undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa (UU Desa) menyebutkan

bahwa Alokasi Dana Desa (ADD) adalah bagian keuangan yang diperoleh dari Dana

Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh Kabupaten untuk

dibagikan kepada tiap-tiap Desa guna untuk meningkatkan pembangunan di Desa dan

kesejahteraan masyarakat Desa. Dengan adanya pemberian Alokasi Dana Desa(ADD)

ini diharapkan bantuan atau dana untuk membiayai dan mewujudkan program

Pemerintah Desa dalam melaksanakan kegiatan Pemerintahan dan Pemberdayaan

Masyarakat Desa dapat terwujud dengan baik guna untuk meningkatkan pembangunan

di desa dan kesejahteraan masyarakat desa, yang ditunjukkan dalam data LRA

Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Nagekeo tahun 2017, pada tabel dibawah.

3
Tabel 1.2
Laporan Realisasi Anggaran
Kabupaten Nagekeo
No Uraian Anggaran Realisasi %

PENDAPATAN:  

Pendapatan Asli Daerah:

1 Pendapatan Pajak Daerah 3.141.592.500,00 3.861.828.983,00 122,93

2 Pendapatan Retribusi Daerah 3.594.367.700,00 2.848.254.837,75 79,24

Pendapatan Hasil KekayaanDaerah yang


4.347.398.602,00 4.347.398.602,00
3 dipisahkan 100,00

4 Lain-lain PADYang Sah 35.077.250.499,00 35.106.120.931,21 100,08

5 Jumlah Pendapatan AsliDaerah 46.160.609.301,00 46.163.603.353,96  100,01

  Pendapatan Transfer:      

6 Transfer Pemerintah Pusat -Dana Perimbangan:    

7 Dana BagiHasilPajak 9.747.931.183,00 7.908.197.999,00 81,13

8 Dana BagiHasilSumber DayaAlam 1.578.830.000,00 715.762.654,00 45,34

9 Dana AlokasiUmum 429.644.584.000,00 429.644.584.000,00 100,00

10 Dana AlokasiKhusus 151.164.851.000,00 137.837.055.382,00 91,18

Jumlah Pendapatan TransferDana Perimbangan

  (10 s.d.13) 592.136.196.183,00 576.105.600.035,00 97,29

12 Transfer Pemerintah Pusat Lainnya:    

13 Dana Penyesuaian 45.504.203.000,00 45.504.203.000,00 100,00

14 Dana Desa 76.055.147.000,00 76.055.147.000,00 100,00

Jumlah Pendapatan TransferPemerintahPusat -

Lainnya

(16 s.d.17) 121.559.350.000,00 121.559.350.000,00 100,00

4
BELANJA:

BelanjaOperasi:

BelanjaPegawai 241.675.932.237,21 221.958.082.531,00 91,84

BelanjaModal:

  Belanja Tanah 4.276.937.000,00 4.276.937.000,00 100,00

Sumberdata: LaporanRealisasi APBDKabupaten Nagekeo,2017

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.6 Tahun 2014 tentang

Desa, menyatakan belanja desa diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan

pembangunan desa yang telah disepakati dalam musyawarah desa dan sesuai dengan

prioritas Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, Pemerintah Daerah Provinsi dan

Pemerintah. Rendahnya tingkat kemampuan keuangan yang dimiliki Pemerintah Desa,

maka desa memperoleh bantuan dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Kabupaten/Kota.

Kabupaten Nagekeo memiliki sumber kekayaan alam komoditi terutama

dibidang pertanian, serta mayoritas masyarakatnya bermata pencarian di sektor

pertanian dan peternakan. Tetapi sumber daya alam tersebut belum mampu

mendongkrak Pendapatan Asli Daerah dan Desa khususnya, sedangkan permintaan

Alokasi Dana Desa terus meningkat setiap waktu yang akan berpengaruh terhadap

tingginya permintaan Akan Alokasi Belanja Desa dalam suatu wilayah.

Rendahnya pendapatan pada Desa-Desa di Kabupaten Nagekeo, maka ketergantungan

Pemerintah Desa di Kabupaten Nagekeo akan bantuan dana dari pusat dan Pemerintah

Kabupaten/Kota cukup tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa Pemerintah Daerah

Nagekeo belum efisien dan efektif dalam meningkatkan kinerja keuangan Daerah dan

Desa khususnya.

5
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Lia Sulistiyoningtyas, tentang Pengaruh Alokasi Dana Desa dan Pendapatan Asli

Desa Terhadap Belanja Desa di Kecamatan Baron. Hasil penelitian menunjukkan

Pendapatan Asli Desa dan Alokasi Dana berpengaruh signifikan Terhadap Belanja

Desa, Pendapatan Asli Dan Alokasi Dana Desa berpengaruh terhadap Belanja Desa..

Penelitian yang dilakukan oleh Reina Shafira Murti, tentang Pengaruh

Pendapatan Asli Desa (PADesa), Dana Desa (DD), Alokasi Dana Desa (ADD), Bagi

Hasil Pajak Retribusi (BHPR) Dan jumlah Sawah Terhadap Alokasi Belanja Desa

Bidang Pertanian Tahun 2017 (Studi Empiris Di Desa-Desa Kabupaten Wonogiri ).

Hasil penelitian menunjukkan Alokasi Dana Desa mempunyai pengaruh negatif

signifikan terhadap Alokasi Belanja Desa Bidang Pertanian. Sedangkan Pendapatan

Asli Desa, Dana Desa, Bagi Hasil Pajak Retribusi , dan Jumlah Sawah tidak

berpengaruh signifikan terhadap Alokasi Belanja Desa Bidang Pertanian.

Penelitian yang dilakukan oleh Nancy Mayriski, tentang Pengaruh Pendapatan

Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Daerah

Pada Pemerintahan Kabupaten dan Kota Di Propinsi Jambi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana

Alokasi Khusus berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota di

Provinsi Jambi.

Penelitian yang dilakukan oleh Devi Maulinda Agustin, tentang Pengaruh

Pendapatan Asli Daerah Terhadap Alokasi Belanja Modal di Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Timur Tahun 2014-2016. Hasil penelitian

menunjukkan hasil penelitian ini adalah Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan


6
Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan Lain-lain PAD berpengaruh signifikan

terhadap alokasi belanja modal, sedangkan Pajak Daerah tidak berpengaruh signifikan

terhadap Alokasi Belanja Modal. Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan Lain-lain PAD yang berpengaruh signifikan

terhadap Alokasi Belanja Modal.

Perbedaan penelitian ini dengan peneliti terdahulu yaitu penelitian terdahulu

jenis penelitian hanya menggunakan metode analisis kuantitatif, sedangkan peneliti

menggunakan metode analisis kuantitatif dan kualitatif. Populasi pada tingkat

Kecamatan dan Kabupaten, sedangkan Peneliti pada Desa. Lokasi penelitian, dan tahun

penelitian, Variabel lebih cenderung membahas tentang Daerah sedangkan peneliti

fokus pada Desa

Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yakni teknik analisis data, teknik

pengumpulan data, Judul proposal dengan judul Pengaruh Pendapatan Asli Desa,

Dana Desa, Alokasi Dana Desa, Terhadap Belanja Desa di Kabupaten Nagekeo Tahun

2017, dengan menambahkan beberapa variabel

Sedangkan Peneliti akan meneliti pada Desa-desa di Kabupaten Nagekeo,

khususnya tentang penganggaran desa (APBDesa), yang mana belum pernah

digunakan pada penelitian sebelumnya karena pada penelitian sebelumnya hanya fokus

pada Penganggaran Daerah (Kabupaten/Kota) saja. Untuk itu, Peneliti tertarik untuk

meneliti tentang Belanja Desa dikarenakan ingin menguji ulang pada desa dan

mengetahui perihal Keuangan Desa yang berfokus pada seberapa perubahan

Pendapatan Desa Terhadap Belanja Desa dan pemanfaatan sektor-sektor yang ada di

Desa-Desa di kabupaten Nagekeo dengan sampelnya semua Desa yang telah


7
mengumpulkan dokumen Keuangan Berupa Laporan Realisasi Anggaran dan Belanja

Desa Kabupaten Nagekeo tahun 2017.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka Peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pendapatan Asli Desa Dana Desa dan

Alokasi Dana Desa Terhadap Belanja Desa di Kabupaten Nagekeo Tahun 2017”,

dengan mereplikasi penelitian sebelumnya.

1. 2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah Pendapatan Asli Desa Berpengaruh Terhadap Alokasi Belanja

Desa Kabupaten Nagekeo?

2. Apakah Alokasi Dana Desa Berpengaruh Terhadap Alokasi Belanja Desa

Kabupaten Nagekeo?

3. Apakah Dana Desa Berpengaruh Terhadap Alokasi Belanja Desa

Kabupaten Nagekeo?

1. 3. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Pengaruh Pendapatan Asli Desa Terhadap Alokasi Belanja Desa

Kabupaten Nagekeo

2. Untuk Mengetahui Pengaruh Alokasi Dana Desa Terhadap Alokasi Belanja Desa

Kabupaten Nagekeo

3. Untuk Mengetahui Pengaruh Dana Desa Terhadap Alokasi Belanja Kabupaten

Nagekeo

8
1. 4. Manfaat

1. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Nagekeo

Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pendapatan

asli desa, dana desa dan alokasi dana desa dalam memenuhi belanja desa di Kabupaten

Nagekeo, dengan mengoptimalkan potensi yang dimiliki desa demi kemajuan Daerah.

2. Bagi Peneliti

a. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam pengembangan pengetahuaan ilmu

pengetahuaan yang di peroleh di bangku kuliah

b. Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh

pendapatan asli desa, dana desa, dan alokasi dana desa, terhadap alokasi belanja

desa, sebagai aplikasi penerapan ilmu yang diperoleh selama kuliah di Universitas

Flores fakultas ekonomi program studi akuntansi dan sebagai bentuk perbandingan

antara teori dan aplikasinya dimasyarakat.

c. Menambah pengetahuan khususnya di bidang Akuntansi

3. Bagi Akademis

a. Menambah referensi pada Perpustakaan Universita Flores Ende

b. Sebagai bahan referensi untuk pengembangan penelitian berikut.

9
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Desa

Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa Sansekerta, deca yang berarti

tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Desa menurut H.A.W. Widjaja dalam

bukunya yang berjudul “Otonomi Desa” menyatakan bahwa “Desa sebagai kesatuan

masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang

bersifat istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai Pemerintahan Desa adalah

keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan

masyarakat” (Widjaja, 2003: 3).

Secara filosofis jelas bahwa sebelum tata pemerintahan diatasnya ada, Desa itu

lebih dulu ada. Oleh karena itu sebaiknya Desa harus menjadi landasan dan bagian dari

tata pengaturan pemerintahan sesudahnya. Desa yang memiliki tata pemerintahan yang

10
lebih tua, seharusnya juga menjadi ujung tombak dalam setiap penyelenggaraan urusan

pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Mengikuti pendapat Prof. Mr J de

Louter, seorang ahli tata negara Belanda dan F. Laceulle dalam suatu laporannya yang

menyatakan bahwa bangunan hukum Desa merupakan fundamen bagi tata Negara

Indonesia.

2.1.1 Kewenangan Pemerintah Desa

Desa memiliki wewenang sesuai yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah

No. 72 Tahun 2005 tentang Desa yakni:

a. Menyelenggarakan urusan Pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul

desa.

b. Menyelenggarakan urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten/

Kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni urusan pemerintahan yang

secara langsung dapat meningkatkan pelayanan masyarakat.

c. Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah

Kabupaten/Kota.

d. Urusan Pemerintahan lainnya yang oleh Peraturan Perundang-Undangan

Diserahkan Kepada Desa.

2.1.2 Susunan Pemerintah Desa

Dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa Pasal 1 juga

disebutkan bahwa yang dimaksud Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan

Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang

11
disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara

Pemerintahan Desa. Untuk lebih jelasnya mengenai pemerintah desa, perhatikan

gambar struktur pemerintahan desa di bawah ini.

Gambar 2.1

Struktur Pemerintahan Desa

Sumber Data:Indra Bastian,2015:8

2.1.3 Pemberdayaan Masyarakat Desa

12
Pembangunan masyarakat desa yang sekarang disebut juga dengan

Pemberdayaan Masyarakat Desa pada dasarnya serupa dan setara dengan konsep

pengembangan masyarakat. Secara teoritis agar suatu desa berkembang dengan baik,

ada tiga unsur yang berupa suatu kesatuan, yaitu desa dalam bentuk wadah, masyarakat

desa, dan pemerintahan desa. Konsep pemberdayaan berasal dari bahasa Inggris, yakni

empowerment, yang mempunyai makna dasar pemberdayaan, dimana daya bermakna

kekuatan (power). Dalam pandangan Pearse dan Stiefel, pemberdayaan mengandung

dua kecenderungan, yakni primer dan sekunder. Kecenderungan primer berarti proses

pemberdayaan menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian

kekuasaan, kekuatan dan kemampuan,kepada masyarakat agar menjadi lebih berdaya.

2.1.4 Pengelolaan Keuangan Desa

Pengertian Keuangan Desa menurut Undang-Undang Desa adalah semua hak

dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang

dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa. Hak dan

kewajiban tersebut menimbulkan pendapatan, belanja, pembiayaan yang perlu diatur

dalam pengelolaan keuangan desa yang baik.

Keuangan Desa dikelola berdasarkan praktik-praktik pemerintahan yang baik. Asas-

asas Pengelolaan Keuangan Desa sebagaimana tertuang dalam Permendagri Nomor

113 Tahun 2014 yaitu transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib

dan disiplin anggaran.

2.2 Pendapatan Asli Desa (PADes)

13
Pendapatan Desa menurut Permendagri No. 113 Tahun 2014 merupakan semua

penerimaan uang melalui rekening Desa yang merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun

anggaran yang Desa tidak perlu membayar kembali. Pendapatan Desa terdiri atas

Pendapatan Asli Desa (PADesa), Pendapatan Transfer dan pendapatan lain-lain.

Pendapatan Asli desa merupakan pendapatan yang diperoleh dari potensi pendapatan

yang ada di desa. Kelompok pendapatan asli desa terdiri dari:

a. Hasil Usaha

Usaha Desa adalah jenis usaha yang meliputi pelayanan ekonomi desa

seperti usaha jasa yang meliputi usaha jasa keuangan, jasa angkutan darat dan air,

listrik desa, dan usaha lain yang sejenis, Penyaluran sembilan bahan pokok ekonomi

desa, perdagangan hasil pertanian meliputi tanaman pangan, perkebunan,

peternakan, perikanan dan agrobisnis, industri dan kerajinan rakyat.

Sumber pendapatan lain yang dapat diusahakan oleh desa berasal dari Badan Usaha

Milik Desa, pengelolaan pasar desa, pengelolaan kawasan wisata skala desa,

pengelolaan tambang mineral bukan logam dan tambang batuan dengan tidak

menggunakan alat berat, serta sumber lainnya dan tidak untuk dijual belikan.

b. Hasil Aset

Hasil kekayaan desa yang dimaksud meliputi tanah kas desa, pasar desa,

pasar hewan, Bangunan desa, tambatan perahu, obyek rekreasi/wisata yang

diurus/dikelola desa yang diurus/dikelola desa, jalan desa, dan/atau lain-lain

kekayaan milik desa.

Lain-lain kekayaan milik desa antara lain:

1) Barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBDesa/Daerah


14
2) Barang yang berasal dari perolehan lainnya dan/atau dari pihak ketiga

3) Barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis

4) Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/ kontrak dan

lain-lain sesuai dengan peraturan perundangan

5) Hak desa dari dana perimbangan

6) Pajak daerah dan retribusi daerah

7) Hibah dari pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten; hibah

dari pihak ke 3 (tiga) yang sah dan tidak mengikat, dan hasil kerjasama desa.

c. Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong

d. Lain-lain Pendapatan Asli Desa, antara lain hasil pungutan desa.

2.3 Alokasi Dana Desa (ADD)

Alokasi Dana Desa (ADD) adalah dana yang bersumber dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten yang dialokasikan dengan tujuan

pemerataan kemampuan keuangan antar Desa untuk mendanai kebutuhan Desa dalam

rangka penyelenggaraan Pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan serta pelayanan

masyarakat. Alokasi Dana Desa diperoleh dari dana perimbangan APBN yang diterima

oleh Kabupaten/Kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar 10%.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005

Tentang Desa, alokasi dana desa merupakan bagian dari dana perimbangan keuangan

pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota untuk desa paling sedikit 10%

(sepuluh peratus), yang pembagiannya untuk desa secara proporsional. Alokasi dana

desa (ADD) menurut Undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa merupakan
15
bagian dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota paling sedikit 10%

(sepuluh perseratus) dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah setelah dikurangi

dana alokasi khusus.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Alokasi Dana Desa (ADD)

merupakan bagian keuangan desa yang diperoleh dari bagi hasil pajak daerah dan

bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh

Kabupaten/Kota untuk desa yang dibagikan secara proporsional. Sedangkan pengertian

Alokasi Dana Desa Menurut ( Santosa 2008: 339) Alokasi Dana Desa dimaksudkan

untuk membiayai program Pemerintahan Desa dalam melaksanakan kegiatan

pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat.

2.3.1 Tujuan

a. Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan

b. Meningkatkan perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan pembangunan di

tingkat desa dan pemberdayaan masyarakat

c. Meningkatkan pembangunan infrastuktur perdesaan

d. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan, sosial budaya dalam rangka

mewujudkan peningkatan social

e. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat

f. Meningkatkan pelayanan pada masyarakat Desa dalam rangka

pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat

g. Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong royong masyarakat

h. Meningkatkan pendapatan Desa dan kesejahteraan masyarakat Desa melalui

Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa).


16
2.3.2 Prinsip Alokasi Dana Desa

a. Pengelolaan keuangan ADD bagian yang tidak terpisahkan dari pengelolaan

keuangan desa dalam APBDes

b. Seluruh kegiatan yang didanai oleh ADD direncanakan, dilaksanakan, dan

dievaluasi dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat

c. Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan secara administratif,

teknis, dan hukum

d. ADD dilaksanakan dengan menggunakan prinsip hemat, terarah dan

terkendali.

Prinsip Alokasi Dana Desa Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) menurut

Permendagri No.37 tahun 2007 dapat dilihat berdasarkan variabel independen utama

dan variabel independen tambahan dengan rumus sebagai berikut:

1) Azas Merata adalah besarnya pembagian dana Alokasi Dana Desa (ADD)

yang sama untuk setiap desa . 70% variabel independen utama dan 30 %

variabel independen tambahan.

2) Azas Adil adalah pembagian secara proporsional Alokasi Dana Desa untuk

setiap Desa yang dihitung berdasarkan rumus dan variabel tertentu atau

Alokasi Dana Desa (ADD) Proporsional (ADDP), variabel proporsional

utama sebesar 60% dan variabel proporsional tambahan sebesar 40%.

2.3.3 Sasaran

Sasaran utama Alokasi Dana Desa (ADD) adalah:

a. Meningkatnya efektivitas penyelenggaraan Pemerintahan Desa

b. Meningkatnya pelaksanaan pembangunan desa


17
c. Meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat

d. Meningkatnya partisipasi dan pemberdayaan masyarakat Desa

2.3.4 Pengelolaan Alokasi Dana Desa

Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari pengelolaan keuangan desa dalam APBDesa oleh

karena itu dalam pengelolaan keuangan alokasi dana desa (ADD) harus

memenuhi prinsip pengelolaan alokasi dana desa sebagai berikut:

a. Seluruh kegiatan yang didanai oleh Alokasi Dana Desa (ADD) direncanakan,

dilaksanakan dan dievaluasi secara terbuka dengan prinsip dari, oleh dan untuk

masyarakat.

b. Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan secara administrative,

teknis dan hukum.

c. Alokasi Dana Desa (ADD) dilaksanakan dengan menggunakan prinsip

hemat, terarah dan terkendali.

d. Jenis kegiatan yang akan dibiayai melalui Alokasi Dana Desa (ADD) sangat

terbuka untuk meningkatkan sarana pelayanan masyarakat berupa pemenuhan

kebutuhan dasar, penguatan kelembagaan desa dan kegiatan lainnya yang

dibutuhkan masyarakat desa yang diputuskan melalui musyawarah desa.

2.4 Dana Desa (DD)

Dana desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja

negara yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui APBD kabupaten/kota

dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan

pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.


18
Pemerintah menganggarkan Dana Desa secara nasional dalam APBN setiap tahun.

Pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai amanat Undang-Undang wajib

mengalokasikan ADD dalam APBD Kabupaten/Kota setiap tahun anggaran. Alokasi

Dana Desa merupakan bagian dari Dana Perimbangan yang diterima Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.

Tata cara pengalokasian ADD ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota dengan

berpedoman pada Peraturan Menteri. Pengalokasian ADD kepada setiap desanya

mempertimbangkan:

a. Kebutuhan penghasilan tetap kepala desa dan perangkat desa.

b. Jumlah penduduk desa, angka kemiskinan desa, luas wilayah desa, dan tingkat

kesulitan geografis desa.

Besaran alokasi anggaran yang peruntukannya langsung ke Desa ditentukan

10% (sepuluh perseratus) dari dan di luar dana Transfer Daerah (on top) secara

bertahap. Anggaran yang bersumber dari APBN dihitung berdasarkan jumlah desa dan

dialokasikan dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas

wilayah, dan tingkat kesulitan geografis dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan

pemerataan pembangunan Desa. Tingkat kesulitan geografis setiap desa digunakan

sebagai faktor pengali hasil. Tingkat kesulitan geografis ditentukan oleh faktor yang

meliputi: ketersediaan pelayanan dasar, kondisi infrastruktur, transportasi dan

komunikasi desa ke kabupaten/kota. Data jumlah penduduk desa, luas wilayah desa,

angka kemiskinan desa, dan tingkat kesulitan geografis bersumber dari Badan Pusat

Statistik.

2.5 Belanja Desa


19
2.5.1 Pengertian Belanja Desa

Belanja Desa merupakan semua pengeluaran dari rekening desa yang

merupakan kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh

pembayarannya kembali oleh desa. Belanja desa dipergunakan dalam rangka mendanai

penyelenggaraan kewenangan desa. Belanja Desa yang ditetapkan dalam APBDesa

sesuai pasal 100 PP Nomor 43 Tahun 2014 digunakan dengan ketentuan:

a. Paling sedikit 70% (≥ 70%) dari jumlah anggaran belanja desa digunakan untuk

mendanai penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa,

pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.

b. Paling banyak 30% (≤ 30%) dari jumlah anggaran belanja desa digunakan untuk

Penghasilan tetap dan tunjangan kepala desa dan perangkat desa,operasional

pemerintah desa, tunjangan dan operasional Badan Permusyawaratan Desa, insentif

Rukun Tetangga dan Rukun Warga. dibiayai dengan menggunakan sumber dana

dari alokasi dana Desa.

Setiap daerah melakukan perkiraan dan proyeksi kebutuhan alokasi belanja

daerah dalam jangka menengah untuk mencapai visi dan misinya. Perkiraan ini penting

untuk menentukan langkah strategis penyediaan anggaran sekaligus kemungkinan

alokasinya setiap tahun. Dalam penyusunan anggaran setiap tahun, setiap daerah harus

mampu menyusun anggarannya dengan prinsip- prinsip anggaran kinerja (budget

performance), yaitu alokasi anggaran yang dikaitkan dengan hasil yang ingin dicapai.

Untuk itu dalam proses penganggaran, pemerintah dituntut untuk menyertakan

informasi tentang sasaran, tujuan, prioritas pada tahun fiskal tertentu. Dengan demikian

anggaran kinerja disusun dengan menghubungkan pengeluaran dan hasil yang


20
diinginkan. APBDesa berfungsi dalam pendanaan pelaksanaan program-program yang

telah dirancang sebuah dinas untuk pembangunan. Program yang dibuat diharapkan

dapat membantu dalam mengembangkan sektor di daerahnya. Program dirancang dan

disesuaikan dengan kebutuhan akan suatu wilayah misalnya daerah perkotaan dan

pedesaan.

Anggaran belanja daerah terbagi menjadi dua bagian, yaitu anggaran belanja

langsung dan anggaran belanja tidak langsung. Anggaran belanja daerah diberikan

untuk mendukung pembangunan perekonomian dari beberapa sektor yang dapat

memberikian kontribusi terhadap PDRB. Melihat pentingnya anggaran belanja di

terhadap kegiatan perekonomian, baik dari segi penyerapan tenaga kerja, tingkat

pendapatan dan pertumbuhan ekonomi. Maka penting dilakukan penelitian mengenai

pengaruh alokasi belanja desa di pada perekonomian wilayah di kabupaten Nagekeo

agar hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi

Pemerintah Kabupaten Nagekeo dalam penentuan besaran proporsi dana yang harus

dan untuk merumuskan kebijakan lanjutan dalam perencanaan pembangunan yang

lebih baik

2.5.2 Kelompok Belanja

Belanja Desa diklasifikasikan menurut kelompok, kegiatan, dan jenis. Klasifikasi

Belanja Desa menurut kelompok terdiri dari:

a. Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa;

21
b. Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa;

c. Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Desa;

d. Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa; dan

e. Bidang Belanja Tak Terduga

Kelompok Belanja berdasarkan kelompok tersebut selanjutnya dibagi dalam

kegiatan sesuai dengan kebutuhan desa yang telah dituangkan dalam RKP Desa.

Rincian Bidang dan Kegiatan berdasarkan Permendagri Nomor 114 Tahun 2014

tentang Perencanaan Pembangunan Desa, diuraikan sebagai berikut:

1) Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

2) Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa, antara lain:

a. Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan infrasruktur dan lingkungan

desa.

b. pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana kesehatan.

c. Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan

dan kebudayaan.

d. Pengembangan usaha ekonomi produktif serta pembangunan, pemanfaatan dan

pemeliharaan sarana dan prasarana ekonomi.

3) Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Desa

4) Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa antara lain:

a. Pelatihan usaha ekonomi, pertanian, perikanan dan perdagangan

b. Pelatihan teknologi tepat guna

22
c. Pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan bagi kepala desa, perangkat desa, dan

Badan Pemusyawaratan Desa

d. Peningkatan kapasitas masyarakat

5) Bidang Belanja Tak Terduga

Keadaan Luar Biasa (KLB) merupakan keadaan yang sifatnya tidak biasa

atau tidak diharapkan berulang dan/atau mendesak antara lain dikarenakan bencana

alam, sosial, kerusakan sarana dan prasarana. Dalam keadaan darurat dan/atau KLB,

Pemerintah Desa dapat melakukan belanja yang belum tersedia anggarannya.

Keadaan darurat dan luar biasa ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota. dalam

pelaksanaanya, belanja tak terduga dalam APBDesa terlebih dulu harus dibuat

rincian anggaran biaya yang disahkan oleh kepala desa.

2.6 Penelitian Terdahulu

23
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Hasil Berpengaruh

No Nama Peneliti Judul Alat Analisis


Positif Negatif

(Tahun)

1 Lia Pengaruh Alokasi Dana Desa dan Deskriptif 

Sulistiyoningtyas Pendapatan Asli Desa terhadap Kuantitatif

(2017) Belanja Desa di Kecamatan Baron

2 Nancy Mayriski Pengaruh pendapatan asli daerah, Deskriptif 

(2013) dana alokasi umum, dana alokasi Kuantitatif

khusus terhadap belanja daerah

pada pemerintahan kabupaten dan

kota di Propinsi Jambi.

3 Devi Maulinda Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Deskriptif  

Agustin (2018) Terhadap Alokasi Belanja Modal di Kuantitatif

Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota Propinsi Jawa

Timur Tahun 2014-2016

4 Nur Aini Rahma Pengaruh Pendapatan Asli Desa Deskriptif  

Dewi (2018) (PADESA), Dana Desa (DD), Kuantitatif

Alokasi Dana Desa (Add) Dan Bagi

Hasil Pajak Dan Restribusi (BHPR)

Terhadap Sisa Lebih Perhitungan

Anggaran (Silpa)

(Studi Empiris Di Desa-Desa Se

Kabupaten Wonogiri)

5 Reinha Shafira Pengaruh Pendapatan Asli Desa Deskriptif 

Murti (2018) (Padesa), Dana Desa (Dd), Alokasi Kuantitatif

24
Dana Desa (Add), Bagi Hasil Pajak

Retribusi (Bhpr) Dan Jumlah Sawah

Terhadap Alokasi Belanja Desa

Bidang Pertanian Tahun 2017

(Studi Empiris Di Desa-Desa

Kabupaten Wonogiri )

Sumber: Data Olahan Peneliti berdasarkan data dari penelitian terdahulu, 2018

2.7 Rerangka Berpikir

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah

yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,

berdasarkan asal-usul serta adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati oleh

Negara. Penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang menjadi kewenangan desa

didanai dari anggran pendapatan dan belanja desa, bantuan pemerintah, serta bantuan

pemerintah daerah.

Salah satu sumber dari pendapatan pemerintah daerah yaitu Desa. Pendapatan

Desa menurut Permendagri No. 113 Tahun 2014 merupakan semua penerimaan uang

melalui rekening Desa yang merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang

Desa tidak perlu membayar kembali. Pendapatan Desa terdiri atas Pendapatan Asli

Desa (PADesa), Pendapatan Transfer dan pendapatan lain-lain. Pendapatan Asli desa

merupakan pendapatan yang diperoleh dari potensi pendapatan yang ada di desa.

Selain dari PADesa, terdapat juga Alokasi dana desa (ADD) merupakan bagian

keuangan desa yang diperoleh dari bagi hasil pajak daerah dan bagian dari dana

perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota untuk desa

25
yang dibagikan secara proporsional. Dana desa adalah dana yang bersumber dari

anggaran pendapatan dan belanja negara yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer

melalui APBD kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan

pemberdayaan masyarakat.

Gambar 2.2
Rerangka Berpikir

Independen (X) Dependen (Y)

Pendapatan Asli Desa)


(X1) H1

Dana Desa (DD) H2


Belanja Desa
( X2) (Y)
H3
Alokasi Dana Desa(ADD)
( X3)

SumberData: OlahanPeneliti,2019

2.8 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pada kajian teori dan penelitian yang relevan yang telah

dikemukakan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Pengaruh Pendapatan Asli Desa Terhadap Belanja Desa

Pendapatan Desa menurut Permendagri No. 113 Tahun 2014, dalam Lia

Sulistioningtyas(2017) yang meneliti tentang pengaruh alokasi dana desa dan

pendapatan asli desa terhadap belanja desa menyatakan pendapatan asli desa

26
merupakan semua penerimaan uang melalui rekening Desa yang merupakan hak

desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang Desa tidak perlu membayar kembali.

Pendapatan asli desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong

royong, dan lain-lain pendapatan asli desa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

pendapatan asli desa (PADesa) berpengaruh signifikan positif terhadap belanja desa.

Peningkatan pendapatan asli desa akan meningkatakan belanja desa. Hasil penelitian

ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Oputu (2012) yang menyatakan

bahwa pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap belanja daerah. Sehingga dapat

diartikan juga bahwa pendapatan asli desa berpengaruh positif dan signifikan terhadap

belanja desa di Kecamatan Baron.

H1: Pendapatan Asli Desa Berpengaruh Terhadap Belanja Desa.

b. Pengaruh Dana Desa Terhadap Belanja Desa

Penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan desa tentunya membutuhkan Dana

Desa (DD) yang diperoleh dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah (Siburian,

dkk, 2014). Dengan adanya pemberian alokasi dana desa ini diharapkan bantuan atau

dana untuk membiayai dan mewujudkan program pemerintah desa dalam

melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat desa dapat

terwujud dengan baik. Dana desa adalah dana yang bersumber dari anggaran

pendapatan dan belanja negara yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui

APBD kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan

pemberdayaan masyarakat. Pemerintah menganggarkan dana desa secara nasional

dalam APBN setiap tahun.


27
Penelitian yang dilakukan oleh Reina Shafira Murti, pada tahun 2018

menyatakan Desa memperoleh bantuan dari pemerintah pusat dan pemerintah

kabupaten/kota berupa dana desa untuk penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan

desa dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat, pemberdayaan

masyarakat, dan pengelolaan pembangunan berupa dana desa yang diperoleh dari

pemerintah pusat dan pemerintah kabupaten/kota. Dana desa yang ditransfer oleh

pemerintah pusat kepada pemerintah kabupaten wonogiri belum dimanfaatkan secara

penuh terutama dalam alokasi bidang pertanian, pemerintah lebih fokus terhadap

pembangunan fisik dan sarana prasarana. Sehingga kemungkinan dana desa yang

diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah Kabupaten Wonogiri tidak

difokuskan untuk belanja desa bidang pertanian.

H2: Dana Desa Berpengaruh Terhadap Belanja Desa

c. Pengaruh alokasi dana desa terhadap belanja desa

Alokasi dana desa (ADD) menurut Undang-undang nomor 6 tahun 2014

tentang desa merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota

paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dalam anggaran pendapatan dan belanja

daerah setelah dikurangi dana alokasi khusus.

Lia Sulistioningtyas(2017) yang meneliti tentang pengaruh alokasi dana desa dan

pendapatan asli desa terhadap belanja desa, menyatakan bahwa Alokasi Dana Desa

(ADD) adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) Kabupaten yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan

keuangan antar desa untuk mendanai kebutuhan desa dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan serta pelayanan masyarakat. Hasil


28
penelitian ini menunjukkan bahwa alokasi dana desa berpengaruh signifikan positif

terhadap belanja desa. Peningkatan alokasi dana desa akan meningkatkan belanja

desa. Dalam hal ini kebijakan pemerintah desa dalam jangka pendek disesuaikan

dengan alokasi dana desa yang diterima. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Ferdian (2013) yang menyatakan bahwa dana perimbangan

berpengaruh positif terhdap belanja daerah. Dengan demikian dapat diartikan bahwa

alokasi dana desa mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap belanja desa di

Kecamatan Baron.

H3: Alokasi Dana Desa Berpengaruh Terhadap Belanja Desa

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitaif. Penelitian kuantitatif

dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,

digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu (Sugiyono, 2010). Yaitu

metode yang digunakan untuk menganalisis data yang berhubungan dengan masalah

pengaruh Pendapatan Asli Desa, Dana Desa, Alokasi Dana Desa, terhadap Belanja

Desa dengan cara perhitungan matematis dan angka-angka statistik.

3.2 Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

29
dan ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2007:59). Variabel dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

3.2.1. Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya

variabel bebas(Sugiyono, 2007:59). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah belanja

desa yang diberi notasi Y. Dimana belanja Desa merupakan semua pengeluaran dari

rekening Desa yang merupakan kewajiban Desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang

tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Desa. Belanja desa dipergunakan

dalam rangka mendanai penyelenggaraan kewenangan desa (Permendagri No 113

Tahun 2014).

3.2.2. Variabel Bebas (Independent Variabel)

Variabel bebas atau independent variable adalah variabel yang menjadi sebab

perubahan atau berubahnya variabel terikat / dependent (Sugiyono, 2010). Dalam

penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah:

a. Pendapatan Asli Desa (X1)

Pendapatan asli desa menurut Permendagri No.113 Tahun 2014 merupakan

semua penerimaan uang melalui Rekening Kas desa yang merupakan hak desa

dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa.

Widjaja dalam Koswara (1999) secara terperinci menyebutkan bahwa

komponen Pendapatan Asli Desa terdiri dari pajak, retribusi, hasil perusahaan milik

daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah. Keempat komponen tersebut sangat

penting dan masing-masing memberikan konstribusi bagi penerimaan pendapatan

30
asli desa. Sejalan dengan pendapat Koswara, menyatakan pentingnya pendapatan

asli desa sebagai sumber keuangan daerah, daerah otonom harus memiliki

keuangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri,

mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk

membiayai penyelenggaraan pemerintah daerahnya. Ketergantungan pada bantuan

pusat harus seminimal mungkin sehingga pendapatan asli desa harus menjadi

bagian sumber keuangan terbesar yang didukung oleh kebijakan perimbangan

keuangan pusat dan daerah sebagai prasyarat mendasar dalam sistem pemerintahan

negara Koswara (1999).

Peningkatan dari PADes akan mutlak dilakukan oleh pemerintah desa untuk

membiayai kebutuhan sendiri, agar nantinya pemerintah desa dapat berlaku mandiri

dan tidak sepenuhnya bergantung pada pemerintah pusat. Dalam penelitian ini

pendapatan asli desa diketahui dari laporan realisasi anggaran pendapatan dan

belanja desa tahun 2017.

b. Dana Desa (X2)

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 Pasal 1 Ayat 8, Dana

desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah

(APBD) kabupaten yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan

keuangan antar desa untuk mendanai kebutuhan desa dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan serta pelayanan

masyarakat.

Penerapan Dana Desa yang dilakukkan oleh pemerintah pusat hampir sama

dengan pemberian Dana Alokasi Umum di pemerintah daerah yang bertujuan


31
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kapasitas fiskal dan kemandirian

daerah (Sari, Achyani dan Cahya: 2010). Penggunan dana desa diprioritaskan untuk

membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat agar nantinya bisa

meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

Pembagian Dana Desa dengan berdasar jumlah penduduk, angka kematian,

luas wilayah dan tingkat kesulitan geografis. Dana Desa Pembangunan yaitu

kebutuhan primer, pelayanan dasar, lingkungan, dan kegiatan pemberdayaan

masyarakat desa, sedangkan untuk pelayanan dasar yang diberikan antara lain

infrastruktur dasar, kesehatan dan pendidikan.

c. Alokasi Dana Desa (X3)

Alokasi Dana Desa Menurut Santosa (2008: 339) Alokasi Dana Desa

dimaksudkan untuk membiayai program Pemerintahan Desa dalam melaksanakan

kegiatan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat.

Pemberian Alokasi Dana Desa yang merupakan wujud dari pemenuhan hak

desa untuk menyelenggarakan Otonomi Desa agar tumbuh dan berkembang

mengikuti pertumbuhan dari desa itu sendiri berdasarkan keanekaragaman,

partisipatif, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat (Hanif

Nurcholis, 2011; 89)

Alokasi dana desa (ADD) berasal dari APBD kabupaten/kota yang

bersumber dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh

pemerintah kabupaten/kota untuk desa paling sedikit 10%.

Dalam penelitian ini dana desa diketahui dari dokumen anggaran pendapatan

dan belanja desa tahun 2017.


32
3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada desa-desa di Kabupaten Nagekeo.

3.4 Populasi dan Sampel

3.7.1. Populasi

Populasi merupakan kumpulan dari semua kemungkinan orang-orang,

benda-benda, dan ukuran lain yang menjadi objek perhatian atau kumpulan seluruh

objek yang menjadi perhatian (Purwanto:2004). Populasi dalam penelitian ini adalah

data keuangan berupa data laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja desa di

Kabupaten Nagekeo yang berjumlah 97 Desa.

3.7.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dmiliki oleh populasi

tersebut (Sugiyono,2013:116). Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan

purposive sampling, yaitu dimana pemilihan sampel berdasarkan kriteria tertentu

yang sesuai dengan tujuan penelitian. Kriteria sampel yang digunakan adalah adalah

laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja desa Kabupaten Nagekeo tahun

2017 yang telah mengumpulkan dokumen anggaran pendapatan dan belanja desa

tahun 2017 secara lengkap, yang berjumlah 97 Desa, dengan menggunakan rumus

Slovin.

3.5 Jenis dan Sumber Data

3.5.1. Jenis Data

Jenis data berdasarkan sifatnya adalah data kuantitatif yaitu data berupa angka

matematis dengan perhitungan statistik

3.5.2. Sumber Data


33
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder, dimana data

yang diperoleh langsung dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa dan dari Badan

Pusat Statistik di kabupaten Nagekeo, berbagai literatur, instansi yang terkait, juga

referensi lainnya dan penelitian-penelitian terdahulu yang dapat dijadikan sebagai

bahan rujukan. Menurut Uma Sekaran (2011), Data sekunder adalah data yang

mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Data

sekunder yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data mengenai Laporan Realisasi

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Kabupaten Nagekeo tahun 2017.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2006), teknik pengumpulan data merupakan langkah

yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Metode pengumpulan data merupakan suatu cara atau proses

yang sistematis dalam pengumpulan, pencatatan dan penyajian fakta untuk tujuan

tertentu. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah

sebagai berikut :

3.6.1 Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan

pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang

dilakukan(Riduwan,2004:104)

3.6.2 Wawancara

Pengertian wawancara menurut P.Joko Subagyo(2011:39) adalah “Suatu kegiatan

dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan

34
pertanyaan-pertanyaan pada para responden wawancara bermakna berhadapan secara

langsung antara interview dengan responden, dan kegiatannya dilakukan secara lisan”

Dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah teknik pengumpulan data berupa

sebuah tanya yang dapat dilakukan secara langsung antar penulis dan pihak yang

berhubungan dengan objek yang sedang diteliti.

3.6.3 Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data berupa dokumen-dokumen atau

arsip-arsip yang dapat memberikan informasi terkait data penelitian. Dokumen yang

dimaksud adalah segala catatan baik berbentuk catatan dalam kertas (hardcopy)

maupun elektronik (softcopy) (Sarosa, 2012 : 61). Sementara dokumen yang

dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja

desa di kabupaten Nagekeo tahun 2017.

3.6.4 Kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari

literatur-literatur yang berhubungan dengan topik penelitian seperti : buku-buku ilmiah,

laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, jurnal, skripsi, peraturan-peraturan,

ketetapan-ketetapan, dan sumber-sumber tertulis baik cetak maupun elektronik.

3.7 Teknik Analisis Data

Agar mendapat hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian, maka

diperlukan metode analisis data yang benar. Pengujian dilakukan dengan menggunakan

analisis deskriptif kuantitatif dan regresi linier berganda dengan bantuan Software

SPSS. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini sebagai berikut:

3.7.1. Uji Deskriptif


35
Penyajian statistik deskriptif bertujuan agar dapat dilihat gambaran dari data

penelitian tersebut dengan hubungan yang ada antar variabel yang digunakan dalam

penelitian ini. Dalam analisis deskriptif yang digunakan antara lain mean, standar

deviasi, maksimum, minimum.

3.7.2. Uji Asumsi Klasik

Untuk mendapatkan ketepatan model yang akan dianalisis perlu dilakukan

pengujian asumsi klasik karena data yang akan dimasukkan dalam model regresi

berganda harus memenuhi ketentuan dan syarat dalam regresi berganda. Uji asumsi

klasik tersebut antara lain adalah:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua cara untuk

mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis

grafik dan uji statistik (Ghozali, 2011). Uji normalitas yang digunakan adalah uji

grafik dan uji statistik non-parametik kolmogorov-sminorv (KS). Metode yang lebih

handal adalah normal probalility plot yang membandingkan dari distribusi

kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus

diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika

distribusi data normal, maka garis yang menggambarkan data yangsesungguhnya

akan mengikuti garis diagonalnya.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model regresi yang baik
36
seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Multikolinieritas dapat

dilihat dari nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai

tolerance > 0,10 dan nilai VIF<10 maka model regresi tersebut bebas dari gejala

multikolinieritas (Ghozali, 2011). Deteksi terhadap multikolinieritas juga bertujuan

untuk menghindari kebiasan dalam proses pengambilan kesimpulan mengenai

pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel

dependen. Dikatakan terjadi multikolinieritas jika koefisien korelasi antar variabel

bebas lebih besar dari 0,60. Dikatakan tidak terjadi multikolinieritas jika koefisien

korelasi antar variabel bebas lebih kecil atau sama dengan 0,60 (r ≤ 0,60)

(Sunyoto,2007:89).

c. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan yanglain atau untuk

melihat penyebaran data. Jika variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homokedastisitas dan jika berbeda

disebut Heteroskedasitas. Model regresi yang baik adalah tidak terdapat

Heteroskedasitas. Pengujian terkait heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan

beberapa cara, di antaranya, yaitu Uji Glejser, Uji Spearman’s, Uji Park, dan melihat

pola grafik regresi. Adapun uji heterokedastisitas yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah Uji Glejser.Uji ini dilakukan dengan mengkorelasikan nilai absolut residual

dengan masing-masing variabel independen (Ghozali, 2011:142). Apabila nilai

signifikansi pada uji t kurang dari 0,05 maka terdapat indikasi masalah

heteroskedastisitas pada model regresi tersebut.


37
3.7.3. Uji Hipotesis

a. Analisis Regresi Linier Berganda

Teknik analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

regresi linier berganda digunakan untuk melihat pengaruh seluruh variabel tersebut

secara serentak, hasil dari uji ini akan menunjukkan apakah ada pengaruh antara

pendapatan asli desa, dana desa, alokasi dana desa, bagi hasil pajak retribusi, jumlah

sawah terhadap belanja desa. Persamaan regresinya adalah sebagai berikut

(Wulansari,2015):

Β D=α + β 1 PADes+ β 2 DD+ β 3 ADD++ e

Dimana:

ΒD : Belanja Desa

α : konstanta

β : Koefisien Regresi

PADes : Pendapatan Asli Desa

DD : Dana Desa

ADD : Alokasi Dana Desa

e : Error/faktor pengganggu atau residual

Sumber data: (Bhuono Agung 2005:43)

b. Uji t

38
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu

variabel independen secara individial dalam menerangkan variasi variabel

dependen. (Ghozali, 2006:84). Uji statistik t ini digunakan karena untuk

memperoleh keyakinan tentang kebaikan dari model regresi dalam memprediksi.

Cara untuk mengetahuinya yaitu dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai

t tabel. Apabila nilai t hitung lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel maka

berarti t hitung tersebut signifikan artinya hipotesis alternatif diterima yaitu variabel

independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, bisa juga

dilakukan dengan melihat p-value dari masing-masing variabel. Hipotesis diterima

apabila p-value < 5 % (Ghozali, 2006).

c. Koefisien Determinasi (Adjusted R²)

Koefisien determinasi (R2) dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011).

Nilai koefisisen determinasi (R2) antara nol dan satu. Nilai yang mendekati satu

berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

d. Uji F

Uji F digunakan untuk menguji model regresi atas pengaruh seluruh variabel

independen yaitu Alokasi Dana Desa dan Pendapatan Asli Desa secara simultan

terhadap variabel dependen yaitu Belanja Desa. Menurut Ghozali (2006:84) uji

statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau

bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh bersama-sama

terhadap variabel dependen/terikat. Cara untuk mengetahuinya yaitu dengan


39
membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel. Apabila nilai F hitung lebih

besar daripada nilai F tabel, maka hipotesis alternatif diterima artinya semua variabel

independen secara bersama-sama dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.

40
DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2012. Akuntansi Kecamatan dan Desa. Jakarta: Erlangga

Elisabeth. 2018. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana

Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil Terhadap Belanja Daerah dan Analisis

Flypaper Effect pada Kabupaten dan Kota di Propinsi Jawa Barat,(Online),

Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariet dengan Program IBM SPSS19. Badan

Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang

https://www.tatadesa.com/post/mengenal-anggaran-pendapatan-dan-belanja-desa

http://www.djpk.kemenkeu.go.id/?ufaq=apa-saja-sumber-pendapatan-desa

https://ejournal.unugha.ac.id/index.php/amanu/article/view/139

https://core.ac.uk/download/pdf/148619598.pdf

https://core.ac.uk/download/pdf/148619598.pdf

http://eprints.umpo.ac.id/3782/3/BAB%20II.pdf

Kuncoro, Mudrajad. 2010. Otonomi dan Pembangunan Daerah. Jakarta: Erlangga

Mba, Mardiasmo. 2011. Otonomi dan Manajenen Keuangan Daerah.Jakarta:

Erlangga

Murti Shafira Reina. 2017. Pengaruh Pendapatan Asli Desa (PADESA), Dana Desa

(DD), Alokasi Dana Desa (ADD), Bagi Hasil Pajak Retribusi (BHPR) dan

jumlah Sawah Terhadap Alokasi Belanja Desa Bidang Pertanian Tahun 2017,

(Online), (http://eprints.umm.ac.id/39751/3/BAB%20II.pd), diakses 3 Mei 2018).

Nurcholis, H. 2011. Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan

Desa. Jakarta : Penerbit Erlangga

41
Permendagri No. 113 Tahun 2014 Tentang Pendapatan Desa

Rokhmawan Arif Dwi. Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Desa(PADESA), Dana

Desa (DD), Alokasi Dana Desa (ADD), Dan Bagi Hasil Pajak Dan Retribusi

Terhadap Belanja Desa Bidang Pertanian Tahun 2017,(Online)

Sulistioningtyas, Lia. 2017. Pengaruh Alokasi Dana Desa Dan Pendapatan Asli Desa

terhadap belanja Desa Terhadap Belanja Desa di Kecamatan Baron,(Online)

(https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/17898/3/H08dha1.pdf,

diakses 5 Mei 2019).

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :

Alfabeta

Undang-undang:

Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2014 tentang Dana Perimbangan

Wardahana Wisnu Bramudya. 2017. Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Desa

(PADesa), Dana Desa (DD), Alokasi Dana Desa (ADD) dan Bagi Hasil Pajak

Dan Retribusi Terhadap Belanja Desa Bidang Pertanian Tahun 2016 (Studi

Empiris Di Seluruh Desa Se-Kabupaten Sukoharjo),(Online,)

(http://eprints.umm.ac.id/39751/3/BAB%20II.pdf, diakses 12 Mei 2019).

42

Anda mungkin juga menyukai