SKRIPSI
OLEH :
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Desa ialah bagian yang tidak terpisahkan dari keseharian masyarakat
Indonesia, sebagaimana sebuah pemerintahan kecil yang berada di samping dan
melayani masyarakat. Sebagai wujud dukungan Republik Indonesia mengenai
perdesaan, khususnya dalam penjabaran peran dan karakteristik desa serta
kenaikan statusnya sebagaimana prioritas pembangunan. Jika digabungkan
dengan peraturan daerah, ketersediaan keuangan desa sanggup menyediakan
dampak yang signifikan mengenai mutu hidup di daerah pedesaan. Dengan
disahkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 perihal Perdesaan. Dengan
demikian, desa ditemukan peran yang lebih besar dalam otonomi daerah,
sehingganya menyediakan dampak positif bagi masyarakat pedesaan secara
keseluruhan. Namun peralihan dari struktur sentralistik ke desentralisasi, serta
kebijakan seputar dana desa, menghadirkan tantangan baru bagi aparatur desa
dan masyarakat pedesaan secara keseluruhan. merevitalisasi perekonomian
pedesaan dengan mengoptimalkan pelayanan publik, menumbuhkan kohesi
sosial di kota-kota kecil, dan menumbuhkan rasa kebersamaan.
Secara khusus, Dana Desa diartikan sebagaimana “dana yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan
bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota dan dipergunakan untuk mendanai penyelenggaraan
pemerintahan, penerapan pembangunan, pembangunan, dan pembangunan.
masyarakat, dan pemberdayaan masyarakat,” sebagaimana tercantum dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014. APBD Desa menerima
pendanaannya melalui transfer dari APBD Kabupaten atau Kota. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa dan Rencana Kerja Pemerintah Desa
menguraikan bagaimana dana desa akan dipergunakan.
Pemerintah sepatutnya mengelola dana dimaksud dengan cara yang
sistematis, disiplin, dan bertanggung jawab secara fiskal serta terbuka untuk
pengawasan dan masukan publik. Pengelolaan yang benar-benar transparan
dan sanggup dipatuhi oleh semua pihak yang berwenang (disebut juga
“transparansi”). Bertanggung jawab (perilaku dan hasil seseorang selalu sanggup
ditelusuri kembali)
3
Bidang
Pemeberdayaan 2.500.000,00 2.500.000,00 94.050.000,00 94.050.000,00
masyarakat
Bidang
313.375.830, 433.322.320,0
Penanggulangan 313.375.830,00 433.322.320,00
00 0
Bencana,Darurat
1.433.810.444,0
1.441.879.42
Jumlah 0 1.207.873.426,00 1.153.477.731
7,00
Sumber: (Dikutip peneliti dari data APBDes Desa Kerinjing tahun anggaran 2020-2021)
2020 2021
1 Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa 533.867.612,00 389.505.687,00
A. Sub Penyeleggaraan Belanja Siltap, 449.405.650,00 329.551.587,00
Tunjangan dan lain”
B. Sub Penyediaan Sarana Prasarana 47.500.000,00 -
Pemerintahan Desa
B. Identifikasi Masalah
Beberapa permasalahan ditemukan dalam penelitian ini berlandaskan konteks
permasalahan yang dihadapi:
1. Aparat desa belum memanfaatkan situs web mereka secara maksimal untuk
menyediakan agenda pertemuan desa yang komprehensif.
2. Penggunaan uang desa belum menandakan diluncurkannya inisiatif
pemberdayaan masyarakat.
3. Selama ini masyarakat desa belum terintegrasi secara baik dalam
penyelenggaraan keuangan desa.
C. Rumusan Masalah
Dengan mempergunakan pendekatan identifikasi masalah, meliputi ialah
sebagian permasalahan dalam penelitian ini:
1. Bagaimana keuangan Desa Kerinjing pada tahun 2020 dan 2021 menurut
Rasio Kemandirian Keuangan Desa?
2. Berlandaskan Rasio Efisiensi, bagaimana keuangan Desa Kerinjing pada
tahun 2020 dan 2021?
3. Berlandaskan Rasio Efisiensi, bagaimana kinerja keuangan Desa Kerinjing
pada tahun 2020 dan 2021?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ialah untuk menilai apakah pengendalian keuangan desa
di Desa Kerinjing Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan sudah
mencukupi prinsip transparansi, akuntabilitas, partisipatif, serta dilangsungkan
secara tertib dan anggaran, berlandaskan permasalahan yang ada. formulasi
yang dijelaskan di atas.
E. Kegunaan Penelitian
9
F. Sistematika Penulisan
Berikut ini ialah metodologi penulisan yang dieksplorasi dalam penelitian
ini:
BAB I PENDAHULUAN
Sejarah masalah ini, formalisasinya, tujuannya, dan metodologi penulisan
sistematisnya semuanya tercakup di sini.
BAB II KAJIAN LITERATUR
Pada bagian ini, kita mengeksplorasi landasan teoritis penelitian ini. Hasil,
pembenaran, dan hipotesis dari penelitian terkait juga disertakan di sini.
BAB III METODE PENELITIAN
Desain penelitian, populasi, sampel, item, lokasi, prosedur, sumber data,
metode pengumpulan data, dan metode analisis statistik untuk menguji hipotesis
semuanya dibahas dalam bab ini.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran umum dan tujuan penelitian dibahas pada bab ini.
BAB V : PENUTUP
Temuan dan rekomendasi dibahas dalam bab ini.
DAFTAR LITERATUR
Daftar literatur mengidentifikasi artikel-artikel yang akan dijadikan
referensi atau sumber esai, beserta pengarang, judul, penerbit, dan tahun
penerbitannya.
LAMPIRAN
Lampiran ialah bahan pelengkap yang melengkapi teks utama. Lampiran
tekstual mencakup hal-hal seperti materi tambahan dan gambar seperti foto dan
grafik.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
a. Manajemen
Dari kata kerja bahasa Inggris “to manager” (berarti “merawat, mengelola,
atau mengelola”) kata benda “management” diturunkan. Manajemen sering
dipahami sebagaimana praktik pengendalian tindakan dan perilaku untuk
menggapai hasil yang diinginkan. Ketika dipecah berupa komponen
etimologisnya perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, dan
pengendalian sumber daya istilah "manajemen" mengacu pada praktik
memimpin sekelompok orang menuju tujuan bersama. Ada bermacam
perspektif perihal manajemen, diantaranya lain:
b. Keuangan Desa
Kementerian Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 Desa tetaplah desa,
dan desa adat tetaplah desa. Sebab, dalam struktur negara kesatuan
Republik Indonesia, desa ialah kesatuan masyarakat hukum yang bertugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat melalui
prakarsa masyarakat.
Keuangan desa didefinisikan berlandaskan Surat Edaran Kementerian
Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 sebagaimana “segala hak dan kewajiban
desa yang sanggup dinilai dengan uang dan segala sesuatu yang berupa
uang dan barang yang berkaitan dengan penerapan hak dan kewajiban desa”.
Hak dan kewajiban dimaksud ialah sumber pendapatan, pengeluaran,
pembiayaan, dan pengendalian desa.
Metode efektif untuk mengumpulkan dan mengalokasikan sumber daya
keuangan bisnis.
13
c. Evaluasi
Evaluasi menurut Nusram (2017:172) ialah proses mengukur taraf
keberhasilan dan kinerja suatu unit atau individu, serta mengidentifikasi
kelemahannya dan area yang perlu diperbaiki.
Menjelaskan penilaian ialah suatu langkah dalam membandingkan dan
menilai hasil suatu tugas, seperti yang diungkapkan oleh Alumudin (dikutip
oleh Ningsih dkk., 2018).
Jenis Evaluasi Berbasis Waktu dipecah berupa empat kategori dalam
Buku Panduan Perencanaan, Pemantauan, dan Evaluasi Hasil
Pembangunan.
1. Potensi hasil di masa depan dipertimbangkan dalam penilaian ex-ante.
2. Tujuan dari tinjauan formatif pada titik tengah penerapan proyek ialah
untuk melangsungkan penyesuaian mengenai rencana agar kinerjanya
optimal.
3. Karenanya evaluasi ini terjadi pada akhir tahap penerapan suatu tindakan
atau program, evaluasi akhir atau evaluasi akhir ialah sejenis evaluasi
sumatif.
4. Evaluasi suatu program atau tindakan setelah program atau tindakan
dimaksud berakhir (evaluasi ex-post) biasanya dilangsungkan dua tahun
setelah program atau tindakan dimaksud berakhir.
Dari sekian banyak sudut pandang yang dikemukakan di atas, penulis
menyimpulkan bahwasanya evaluasi ialah suatu nilai dari fenomena yang
diamati.
d. Dana Desa
Pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, penerapan pembangunan,
pengembangan masyarakat, dan pemberdayaan masyarakat diselenggarakan
melalui Dana Desa sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Nomor
113 Tahun 2014 yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dan disalurkan ke desa melalui Kabupaten/Kota. Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
Uang dari Kas Negara ditransfer ke Kas Daerah, dan dari sana disalurkan
ke Kas Desa oleh Pemerintah Daerah.
Tujuan pemerintah membentuk dana desa tertuang dalam UU No. 6
Tahun 2014, yaitu sebagaimana meliputi: (1) pemerintah ingin
mengoptimalkan kesejahteraan masyarakat desa; (2) mengoptimalkan mutu
14
e. Keuangan Desa
Kementerian Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 Desa tetaplah desa,
dan desa adat tetaplah desa. Sebab, dalam struktur negara kesatuan
Republik Indonesia, desa ialah kesatuan masyarakat hukum yang bertugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat melalui
prakarsa masyarakat.
Keuangan desa didefinisikan berlandaskan Surat Edaran Kementerian
Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 sebagaimana “segala hak dan kewajiban
desa yang sanggup dinilai dengan uang dan segala sesuatu yang berupa
uang dan barang yang berkaitan dengan penerapan hak dan kewajiban desa”.
Hak dan kewajiban dimaksud ialah sumber pendapatan, pengeluaran,
pembiayaan, dan pengendalian desa.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) ialah rencana
keuangan tahunan pemerintah desa seperti yang dijelaskan oleh Zulaifa &
Marwata (2020). Dokumen ini ialah dokumen formal yang dihasilkan dari
kesepakatan diantaranya pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan
Desa, dan mencakup anggaran biaya penyelenggaraan pemerintahan desa
pada tahun tertentu, serta proyeksi pendapatan untuk membiayai biaya-biaya
dimaksud.
15
5. Pembiyaan Desa
Keuangan desa terdiri dari seluruh pendapatan dan pengeluaran
tahun anggaran sekarang dan masa depan yang masing-masing
sepatutnya dikembalikan dan diganti:
1) Penerimaan Pembiyaan
Adopsi Pembiayaan Terdiri dari:
a) Berlandaskan Perkiraan Kelebihan Anggaran (SILPA) Tahun
Sebelumnya, SILPA ialah sejumlah defisit anggaran,
penghematan dari tindakan pemotongan biaya, dan sisa uang
setelah mendanai tindakan yang sedang berjalan. Dana ini
dipergunakan untuk mencukupi komitmen yang tidak dipenuhi
pada akhir periode pengeluaran tahun fiskal.
b) Penganggaran penyaluran dana cadangan dari rekening 11 dan
12 dilangsungkan melalui pencairan dana cadangan rekening.
c) Cadangan rekening kas desa untuk tahun anggaran yang
bersangkutan.
d) Penganggaran sanggup dilangsungkan dengan
mempergunakan uang hasil penjualan aset desa yang telah
dibagi-bagi.
Keuangan.
b) Kaur dan CEO membuat DPA (Dokumen Anggaran
Pelaksana) bersama-sama.
c) Buku kas reguler dan buku uang muka ialah tempat
departemen keuangan mencatat uang yang masuk dan
keluar dari bisnis.
3. Tahap Penata Usaha
a) Tim keuangan bertindak sebagaimana pelaksana
perbendaharaan, memastikan semua tugas administratif
diselesaikan.
b) Untuk memudahkan administrasi, seluruh transaksi dicatat
dalam satu buku kas.
4. Tahap Pelaporan
a) Camanya ialah bagaimana Bupati/Walikota menerima update
dari Kepala Desa mengenai realisasi APB Desa selama
semester pertama.
b) Laporan pertama ialah laporan penerapan APB Desa dan
laporan realisasi tindakan selama semester pertama.
5. Tahap Pertanggung Jawaban
a) Pada setiap akhir tahun anggaran, Walikota atau Bupati
diberikan laporan yang merinci kesuksesan desa dalam
menggapai APB Desa.
b) Laporan akuntabilitas mencakup anggaran, ringkasan
tindakan yang telah selesai, dan inventarisasi inisiatif baru di
taraf sektoral, regional, dan lainnya di taraf desa.
c. Partisipatif
Untuk menggapai pembangunan desa yang sesuai dengan
tuntutan desa itu sendiri, partisipasi masyarakat desa sangatlah
mendasar; Aspek terpenting dalam Pengelolaan Keuangan Desa
ialah keterlibatan setiap masyarakat, karenanya merekalah pemilik
bangsa yang sebenarnya (Tumbel, 2017).
Istilah “partisipatif” diciptakan oleh Indraswari dan Rahayu
(2021) untuk menggambarkan metode pelibatan warga dalam
seluruh tahapan penyelenggaraan pemerintahan, mulai dari
20
f. Pertanggung Jawaban
Pada setiap akhir tahun anggaran, namun paling lambat 3 (tiga)
bulan setelah berakhirnya tahun anggaran, kepala desa
menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Bupati/Walikota
melalui camat yang merinci kesuksesan yang dicapai dalam
menggapai tujuan dimaksud. menggapai APB Desa:
a) Realisasi Laporan APB Desa
b) Laporan Keberhasilan Kegiatan
c) Tugas-tugas yang belum selesai dan belum dikerjakan
d) Uang masih tersedia, dan
e) Kemana mengirimkan pengaduan.
B. Penelitian Relevan
Pada bagian ini peneliti akan memaparkan penelitian-penelitian terdahulu
yang relevan dan berkaitan dengan topik Evaluasi Pengelolaan Keuangan
Dana Desa. Peneliti telah menemukan sejumlah karya ilmiah yang berkaitan
dengan judul penelitian ini:
Tabel. 4 Penelitian Terdahulu
No Penelitian Judul Metode Hasil Penelitian
C. Kerangka Pemikiran
Beberapa rasio keuangan seperti Rasio Kemandirian Daerah, Rasio
Efektivitas, dan Rasio Efisiensi sanggup dipergunakan untuk mengukur kinerja
keuangan pemerintah desa, hal ini sanggup dilangsungkan dengan
melangsungkan analisis rasio keuangan mengenai APBD Desa yang telah
dilangsungkan dan ditetapkan. .
Untuk menjamin masyarakat ditemukan akses mengenai informasi
penyelenggaraan urusan desa, Pemendagri Nomor 20 Tahun 2018
mengamanatkan agar pengendalian keuangan desa dilangsungkan sesuai
dengan prinsip transparansi, akuntabilitas, partisipasi, ketertiban, dan disiplin
anggaran.
Evaluasi
Kinerja Pengelolaan
ADD
Gambar. 1
Kerangka Pemikiran
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Subjek Penelitian
Menurut Sugiyono (2014:115), populasi ialah wilayah generalisasi yang terdiri
atas objek dan subjek yang ditemukan mutu dan karakteristik tertentu yang
diharapkan dipelajari oleh peneliti untuk menarik kesimpulan. Dalam penelitian ini
subjeknya ialah kepala desa, sekretaris desa, kepala desa, dan kepala staf
sebagaimana pelaksana perencanaan desa.
C. Sumber Data
Penelitian ini mempergunakan data primer dan sekunder, yang keduanya
ialah jenis bahan informasi yang diperoleh untuk keperluan melangsungkan
penelitian dan berupa landasan bagi hasil-hasilnya.
1. Data Primer
Secara khusus peneliti mengunjungi informan dan melangsungkan
wawancara untuk mengumpulkan data primer, yaitu data yang diperoleh
langsung dari subjek penelitian (dalam hal ini kepala desa, kepala
keuangan, dan sekretaris desa Kerinjing). Dalam penelitian ini wawancara
dengan informan ialah data utama yang memerlukan pengolahan data
lebih lanjut oleh peneliti.
2. Data Skunder
Data sekunder, seperti laporan yang bersumber dari lembaga terkait
yang relevan dengan keperluan data dalam penelitian atau sumber data
yang diperoleh dari hasil penelitian yang diperoleh dari bacaan atau studi
literatur, buku atau literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti,
internet, dokumen, dan arsip, dipergunakan untuk melengkapi dan
melengkapi data primer untuk penelitian ini.