Anda di halaman 1dari 25

EVALUASI PENGELOLAAN KEUANGAN DANA DESA DI DESA KERINJING

KECAMATAN RAJABASA KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Penyelesaian Skripsi

OLEH :

RIDHAL RHESA SYAHRIZA


NPM. 19610012

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2023
2

BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Desa ialah bagian yang tidak terpisahkan dari keseharian masyarakat
Indonesia, sebagaimana sebuah pemerintahan kecil yang berada di samping dan
melayani masyarakat. Sebagai wujud dukungan Republik Indonesia mengenai
perdesaan, khususnya dalam penjabaran peran dan karakteristik desa serta
kenaikan statusnya sebagaimana prioritas pembangunan. Jika digabungkan
dengan peraturan daerah, ketersediaan keuangan desa sanggup menyediakan
dampak yang signifikan mengenai mutu hidup di daerah pedesaan. Dengan
disahkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 perihal Perdesaan. Dengan
demikian, desa ditemukan peran yang lebih besar dalam otonomi daerah,
sehingganya menyediakan dampak positif bagi masyarakat pedesaan secara
keseluruhan. Namun peralihan dari struktur sentralistik ke desentralisasi, serta
kebijakan seputar dana desa, menghadirkan tantangan baru bagi aparatur desa
dan masyarakat pedesaan secara keseluruhan. merevitalisasi perekonomian
pedesaan dengan mengoptimalkan pelayanan publik, menumbuhkan kohesi
sosial di kota-kota kecil, dan menumbuhkan rasa kebersamaan.
Secara khusus, Dana Desa diartikan sebagaimana “dana yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan
bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota dan dipergunakan untuk mendanai penyelenggaraan
pemerintahan, penerapan pembangunan, pembangunan, dan pembangunan.
masyarakat, dan pemberdayaan masyarakat,” sebagaimana tercantum dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014. APBD Desa menerima
pendanaannya melalui transfer dari APBD Kabupaten atau Kota. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa dan Rencana Kerja Pemerintah Desa
menguraikan bagaimana dana desa akan dipergunakan.
Pemerintah sepatutnya mengelola dana dimaksud dengan cara yang
sistematis, disiplin, dan bertanggung jawab secara fiskal serta terbuka untuk
pengawasan dan masukan publik. Pengelolaan yang benar-benar transparan
dan sanggup dipatuhi oleh semua pihak yang berwenang (disebut juga
“transparansi”). Bertanggung jawab (perilaku dan hasil seseorang selalu sanggup
ditelusuri kembali)
3

Memiliki kekuatan untuk meminta pertanggungjawaban orang lain atas


cara mereka membelanjakan uang dan cara melangsungkan sesuatu. Anggaran
sepatutnya dilangsungkan secara konsisten dengan pencatatan penggunaan
sesuai prinsip akuntansi desa, dan sepatutnya bersifat partisipatif (melibatkan
masyarakat secara langsung dalam tindakan) dan tertib (mewakili masyarakat
dalam pencatatan penggunaan). Fungsi pemerintahan dalam menyiapkan
keuangan desa sangat mendasar dalam mengurangi kemungkinan terjadinya
pencurian di masyarakat.
Untuk mengoptimalkan transparansi dan akuntabilitas keuangan,
Suharyono (2020) berpendapat, pengendalian dana daerah yang tepat sangatlah
mendasar. Hal ini terutama berlaku bagi para pemimpin desa. Menurut Undang-
Undang Nomor 33 Tahun 2004 yang mengamanatkan keseimbangan moneter
diantaranya pemerintah federal dan pemerintah negara bagian dan lokal,
pemerintah desa bertanggung jawab mengelola uang desa. Transfer dana
sangat mendasar untuk menjaga dan menjamin tercapainya standar pelayanan
publik, dan peraturan ini menjelaskan bahwasanya pendanaan pembangunan
yang dilangsungkan oleh pemerintah daerah, termasuk pemerintah desa,
menganut sistem money follow function yaitu pendanaan mengikuti fungsi
pemerintahan yang berupa tanggung jawabnya. dan kewajiban setiap taraf
pemerintahan.
Buku saku Dana Desa Kementerian Keuangan menjelaskan bahwasanya
pemerintah pusat mengalokasikan dana tunai dalam sejumlah besar setiap
tahunnya untuk disalurkan ke daerah pedesaan. Tabel 1 menampilkan
keseluruhan anggaran dana desa pada dua tahun pertama.
Tabel. 1 Besaran Dana Desa di Indonesia Tahun 2020-2021

Tahun 2020 2021

Total Anggaran Rp.71 T Rp.72 T


Rata-rata Pendanaan Rp.950 juta Rp.961 Juta
Sumber:Direktorat Jendral Keuangan Perimbangan Keuangan,Diolah tahun 2020-2021

Tabel 1 membuktikan bahwasanya masyarakat menerima dana dalam


sejumlah besar dan terus bertambah seiring berjalannya waktu. membuktikan
bahwasanya sejumlah yang diterima masyarakat cukup besar dan terus
bertambah dari tahun ke tahun. Dimana uang dimaksud disalurkan oleh
pemerintah pusat untuk dipergunakan oleh masing-masing desa sesuai dengan
4

keperluan mereka dalam menghadapi Covid-19 dan pemulihan ekonomi


nasional. Pengelolaan dana desa sangat mendasar dalam hal ini karenanya
sejumlah yang diterima cukup besar dan terus bertambah dari waktu ke waktu
sehingganya memerlukan pertimbangan dan perencanaan yang matang ketika
mengalokasikan sumber daya untuk mencukupi keperluan masyarakat desa
(Karnila, et al., 2018).
Selain itu, transaksi keuangan desa sepatutnya didokumentasikan sesuai
dengan sistem akuntansi keuangan pemerintah. Alasannya sederhana, segala
sesuatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan desa
memerlukan hak dan kewajiban yang sanggup dinilai secara moneter (Zulaifa &
marwata, 2020). Kepemimpinan yang baik dan sumber daya yang
berpengetahuan sangat mendasar untuk mengelola keuangan desa agar
sumbangan sanggup dipergunakan secara bijak dan bermanfaat bagi
masyarakat secara keseluruhan. Untuk melihat hasil dari inisiatif sebelumnya
untuk membangun pemerintahan yang demokratis, sanggup dipercaya, dan
kredibel (Eka & Febriyanto, 2019), laporan keuangan ini sangat membantu.
Pihak yang bertanggung jawab mengelola Dana Desa sepatutnya
setransparan dan bertanggung jawab dalam berhubungan dengan warga desa
dan kepala desa. APBDesa dipergunakan untuk membiayai urusan
pemerintahan desa, dan anggaran pendapatan dan belanja desa ialah rencana
keuangan desa satu tahun yang mencakup proyeksi pendapatan, rencana dan
tindakan belanja program, serta rencana pembiayaan yang ditetapkan melalui
musyawarah mufakat diantaranya pemerintah desa dan desa. badan konsultatif.
APBDes menyediakan kerangka taraf tinggi bagi Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa, yang juga dikenal sebagaimana Pendapatan Asli Desa. Untuk
memaksimalkan potensi wilayah desa, pendapatan asli desa ditangani oleh
pemerintah desa. APBDes Desa Kerinjing tahun anggaran 2020/21 ialah
sebagaimana meliputi:
Tabel. 2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Kerinjing Tahun Anggaran 2020-
2021
Anggaran Anggaran
Realisasi Realiasi
Uraian Tahun Tahun
tahun 2020 Tahun 2021
2020 2021
Pendapatan
874.120.000, 778.103.250,0
Dana Desa 885.534.000,00 766.529.000,00
00 0
440.868.050, 250.700.250,0
Alokasi Dana Desa 350.480.505,00 331.743.920,00
00 0
5

Bagi Hasil Pajak dan 15.000.000,0


15.000.000,00 7.800.900,00 7.800.900,00
Retribusi 0
10.000.000,0
PAD Bumdes 10.000.000,00 5.000.000,00 5.000.000,00
0
1.339.988.05 1.261.014.505,0 1.041.604.400,
Pendapatan Transfer 1.111.073.820,00
0,00 0 00
Belanja
Bidang
533.867.621, 360.450.600,0
Penyelenggaraan 525.760.631,00 389.505.687,00
00 0
Pemerintahan Desa
Bidang Pelaksanaan 266.482.147, 240.500.450,0
266.520.145,00 265.841.058,00
Pembangunan Desa 00 0

Bidang Pembinaan 325.653.838,


325.653.838.00 25.154.361,00 25.154.361,00
Kemasyarakatan 00

Bidang
Pemeberdayaan 2.500.000,00 2.500.000,00 94.050.000,00 94.050.000,00
masyarakat
Bidang
313.375.830, 433.322.320,0
Penanggulangan 313.375.830,00 433.322.320,00
00 0
Bencana,Darurat
1.433.810.444,0
1.441.879.42
Jumlah 0 1.207.873.426,00 1.153.477.731
7,00

Sumber: (Dikutip peneliti dari data APBDes Desa Kerinjing tahun anggaran 2020-2021)

Berlandaskan Tabel. Anggaran pendapatan Desa Keinjing mengalami


penurunan sebesar 2 dari tahun sebelumnya. Hal ini karenanya pendanaan
pemerintah lebih tinggi pada awal terjadinya Covid-19 pada tahun 2020
dibandingkan pada tahun 2021. Namun, PAD Desa Keinjing berasal dari aset
seperti pengendalian tanah kas yang lebih baik dan lebih banyak kios milik desa
pada tahun 2021 seiring dengan membaiknya perekonomian. Oleh karenanya
itu, sangat mendasar untuk mengelola keuangan desa dengan baik agar sumber
daya dialokasikan sesuai dengan tujuan dan hasil yang diinginkan (Suharyono,
2020).
Proses evaluasi, suatu mekanisme yang sanggup mengevaluasi suatu
program atau kebijakan alumudin, ialah penerapan selanjutnya yang perlu
dijajaki dalam konteks pengendalian anggaran dana desa (Ningsih, dkk., 2022).
Penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat
di Desa Kerinjing semuanya didanai melalui transfer APBN. Oleh karenanya itu,
pemantauan mengenai pengeluaran uang ini sangatlah mendasar. Berikut
rincian penggunaan anggaran Desa Kerinjing tahun 2020-2021.
Tabel. 3 Penggunaan Belanja Dana Desa Kerinjing Tahun 2020-2021
No Uraian Jumlah Jumlah
6

2020 2021
1 Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa 533.867.612,00 389.505.687,00
A. Sub Penyeleggaraan Belanja Siltap, 449.405.650,00 329.551.587,00
Tunjangan dan lain”
B. Sub Penyediaan Sarana Prasarana 47.500.000,00 -
Pemerintahan Desa

C. Sub Administrasi Kependudukan, Pecatatan 3.400.000,00 17.350.100,00


Sipil, Statistik dan Kearsipan

D. Sub Tata Praja Pemerintahan, 16.061.962,00 42.604.000,00


Perencanaan, Keuangan
E. Sub Bidang Pertanahan 17.500.000,00 -
2 Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa 266.482.147,00 265.841.058,00
A. Sub Bidang Pendidikan 29.880.000,00 26.753.480,00
B. Sub Bidang Kesehatan 35.926.568.00 34.200.000,00
C. Sub Bidang Pekerjaan Umum dan Penata 179.041.579,00 55.004.578,00
Ruang
D. Sub Bidang Kawasan Pemukiman 21.634.000,00 149.883.000,00
3 Bidang Pembinaan Kemasyarakatan 325.635.838,27 25.154.361,40
A. SubBidang Ketentaraman,Ketertiban umum 8.400.000,00 12.653.961,40
B. Sub Bidang Kebudayaan dan Keagamaan 302.840.396,00 8.400.000,00
C. Sub Bidang Kepemudaan dan Olahraga 4.000.000,00 -
D. Sub Bidang Kelembagaan Masyarakat 10.413.422,27 4.100.400,00
4 Bidang Pemberdayaan Masyarakat 2.500.000,00 94.050.000,00
A. Sub Bidang Peningkatan Kapasitas 2.500.000,00 -
Aparatur Desa
B. Sub Bidang Pertanian dan Peternakan - 94.050.000,00
5 Bidang Penanggulangan Bencana,Darurat 313.375.830,00 433.322.320,00
A. Sub Bidang Penangulangan Bencana 36.175.830,00 61.322.320,00
B. Sub Bidang Keadaan Mendesak 277.200.000,00 372.000.000,00
Sumber: (Dikutip peneliti dari data APBDes Desa Kerinjing tahun anggaran 2020-2021)

Pertama, informasi di atas membuktikan bahwasanya pada tahun 2020-


2021, Desa Kerinjing akan mencurahkan seluruh dana desanya hanya untuk
pembangunan infrastruktur. Namun sesuai pasal 4 Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 21 Tahun 2015
perihal Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2015, dana desa
juga diprioritaskan untuk membiayai program di desa yang berada dalam wilayah
Desa. wilayah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.
Kedua, tuntutan masyarakat desa tidak tercermin dalam cara
pengendalian uang seperti tabel di atas. Sekalipun sumber daya dimaksud
7

dipergunakan untuk mengoptimalkan kesejahteraan masyarakat, seperti terlihat


pada tabel pemberdayaan masyarakat, namun penggunaannya sangat tidak
efisien.
Ketiga, meskipun pemerintah Desa Kerinjing telah diberikan tanggung jawab
lebih besar mengenai anggaran desa dalam upaya mendorong otonomi daerah,
namun aparatur pemerintah desa masih menghadapi sejumlah kendala dan
hambatan. Faktanya, sejak awal diskusi awal dengan Sekretaris Desa Kerinjing,
saya melihat bahwasanya APBDesa di komunitas dimaksud tidak dikelola
dengan baik.
Keempat, masyarakat desa Kerinjing akan mendapati manfaat yang
besar dengan semakin transparannya penggunaan dana desa yang diambil dari
Anggaran Belanja Negara oleh pemerintah desa Kerinjing. Namun masyarakat
desa Kerinjing masih belum melihat mengenai pengalokasian dana dimaksud,
dan belum ada pemberitahuan penggunaan dana desa tahun anggaran 2020/21
yang diposting secara online.
Observasi awal di Desa Kerinjing, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten
Lampung Selatan mengungkapkan sebagian permasalahan, diantaranya lain
kurangnya keterlibatan masyarakat dalam proses pengalokasian dana desa,
kurangnya upaya dari bagian sumber daya manusia perangkat desa Kerinjing,
dan kegagalan dalam menyajikan prioritas. Menteri Pembangunan Daerah,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi 21 Tahun 2015.
Adanya transparansi dana desa kepada masyarakat sejak adanya
kebijakan dana desa seperti pembangunan yang dilangsungkan oleh pemerintah
desa kerinjing yang belum menampilkan notifikasi mengenai detail agenda dana
desa di website resmi desa yang dipergunakan untuk pembangunan seperti
pembangunan fisik dan non fisik, sehingganya masyarakat belum maksimal
melihat anggaran untuk apa dana dimaksud dipergunakan, Permasalahan yang
ada sepatutnya segera dicari solusinya agar pada tahun anggaran berikutnya
tidak terjadi permasalahan. yang ditemukan oleh pemerintah pusat dan daerah
mengenai desa, dan pentingnya koordinasi di bermacam lini agar dana desa
yang telah disalurkan sanggup berjalan maksimal dan aparat mengajak
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan desa, perlunya integritas
dari desa kepala desa dan unsur desa demi kesuksesan desa, dana desa akan
terserap dan pembangunan akan merata apabila unsur desa ditemukan
integritas yang baik, jujur, dan bertanggung jawab mengenai dana desa. Motivasi
8

penulis melangsungkan penelitian dengan judul “Evaluasi Pengelolaan Dana


Desa di Desa Kerinjing Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan
Tahun 2020-2021”

B. Identifikasi Masalah
Beberapa permasalahan ditemukan dalam penelitian ini berlandaskan konteks
permasalahan yang dihadapi:
1. Aparat desa belum memanfaatkan situs web mereka secara maksimal untuk
menyediakan agenda pertemuan desa yang komprehensif.
2. Penggunaan uang desa belum menandakan diluncurkannya inisiatif
pemberdayaan masyarakat.
3. Selama ini masyarakat desa belum terintegrasi secara baik dalam
penyelenggaraan keuangan desa.

C. Rumusan Masalah
Dengan mempergunakan pendekatan identifikasi masalah, meliputi ialah
sebagian permasalahan dalam penelitian ini:
1. Bagaimana keuangan Desa Kerinjing pada tahun 2020 dan 2021 menurut
Rasio Kemandirian Keuangan Desa?
2. Berlandaskan Rasio Efisiensi, bagaimana keuangan Desa Kerinjing pada
tahun 2020 dan 2021?
3. Berlandaskan Rasio Efisiensi, bagaimana kinerja keuangan Desa Kerinjing
pada tahun 2020 dan 2021?

D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ialah untuk menilai apakah pengendalian keuangan desa
di Desa Kerinjing Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan sudah
mencukupi prinsip transparansi, akuntabilitas, partisipatif, serta dilangsungkan
secara tertib dan anggaran, berlandaskan permasalahan yang ada. formulasi
yang dijelaskan di atas.

E. Kegunaan Penelitian
9

1. Kontribusi teoritis penelitian ini diharapkan sanggup menyediakan informasi


yang berguna untuk menilai pengendalian keuangan masyarakat pedesaan.
2. Implikasinya pada Dunia Nyata Penelitian ini diharapkan sanggup
menyediakan wawasan yang berguna bagi praktik pengendalian keuangan
penduduk desa dan berupa landasan untuk penelitian selanjutnya.

F. Sistematika Penulisan
Berikut ini ialah metodologi penulisan yang dieksplorasi dalam penelitian
ini:
BAB I PENDAHULUAN
Sejarah masalah ini, formalisasinya, tujuannya, dan metodologi penulisan
sistematisnya semuanya tercakup di sini.
BAB II KAJIAN LITERATUR
Pada bagian ini, kita mengeksplorasi landasan teoritis penelitian ini. Hasil,
pembenaran, dan hipotesis dari penelitian terkait juga disertakan di sini.
BAB III METODE PENELITIAN
Desain penelitian, populasi, sampel, item, lokasi, prosedur, sumber data,
metode pengumpulan data, dan metode analisis statistik untuk menguji hipotesis
semuanya dibahas dalam bab ini.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran umum dan tujuan penelitian dibahas pada bab ini.
BAB V : PENUTUP
Temuan dan rekomendasi dibahas dalam bab ini.
DAFTAR LITERATUR
Daftar literatur mengidentifikasi artikel-artikel yang akan dijadikan
referensi atau sumber esai, beserta pengarang, judul, penerbit, dan tahun
penerbitannya.
LAMPIRAN
Lampiran ialah bahan pelengkap yang melengkapi teks utama. Lampiran
tekstual mencakup hal-hal seperti materi tambahan dan gambar seperti foto dan
grafik.
11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
a. Manajemen

Dari kata kerja bahasa Inggris “to manager” (berarti “merawat, mengelola,
atau mengelola”) kata benda “management” diturunkan. Manajemen sering
dipahami sebagaimana praktik pengendalian tindakan dan perilaku untuk
menggapai hasil yang diinginkan. Ketika dipecah berupa komponen
etimologisnya perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, dan
pengendalian sumber daya istilah "manajemen" mengacu pada praktik
memimpin sekelompok orang menuju tujuan bersama. Ada bermacam
perspektif perihal manajemen, diantaranya lain:

1. Istilah “manajemen” diartikan sebagaimana meliputi oleh Lestari (2019:4):


“Suatu proses yang dilangsungkan untuk mewujudkan tujuan organisasi
melalui serangkaian tindakan berupa perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian orang-orang serta sumber daya organisasi
lainnya,” seperti yang didefinisikan oleh Kamus Bahasa Inggris Oxford.
2. Manajemen menurut Suryani, dkk. (2021:2):
Kepemimpinan ialah “seni bekerja sama dengan orang lain untuk
mendefinisikan, menafsirkan, dan menggapai tujuan organisasi dengan
melangsungkan tugas perencanaan (planning), pengorganisasian
(organising), mempersiapkan personel atau penempatan staf (staffing),
mengarahkan dan memimpin (leading), dan mengawasi (mengendalikan).
3. Pengertian manajemen yang diberikan oleh Firmansyah dan Mahardika
(2018:4) ialah sebagaimana meliputi:
Manajemen, yang didefinisikan sebagaimana "seni dan ilmu mengarahkan
dan mengendalikan sumber daya manusia untuk menggapai tujuan yang
telah ditentukan", mencakup semua aktivitas ini.

Berlandaskan apa yang telah dikatakan di atas, manajemen sanggup


disimpulkan sebagaimana studi perihal perencanaan dan koordinasi baik
sebagaimana ilmu maupun seni. Uang dari Kas Negara ditransfer ke Kas
Daerah, dan dari sana disalurkan ke Kas Desa oleh Pemerintah Daerah.
12

Tujuan pemerintah membentuk dana desa tertuang dalam UU No. 6


Tahun 2014, yaitu sebagaimana meliputi: (1) pemerintah ingin
mengoptimalkan kesejahteraan masyarakat desa; (2) mengoptimalkan mutu
hidup masyarakat desa; (3) mengurangi kemiskinan; dan (4) mewujudkan
pertumbuhan ekonomi melalui pemerataan pendapatan.
Pendanaan desa yang bersumber dari APBN diprioritaskan agar sanggup
dipergunakan untuk melangsungkan proyek pembangunan desa dan
pemberdayaan masyarakat, seperti pembangunan dan pemeliharaan:
a. Infrastruktur kesehatan desa, termasuk akses mengenai air bersih,
sanitasi lingkungan, dan Posyandu, jalan desa yang menghubungkan
masyarakat dengan kawasan pertanian;
b. Lembaga dan sumber daya pendidikan dan kebudayaan, seperti
perpustakaan, museum, dan pusat komunitas untuk pengembangan anak
usia dini dan pendidikan orang dewasa.
c. Pasar desa, pembibitan tanaman pangan, lumbung desa, pembukaan
lahan pertanian, dan pengembangan industri perikanan dan peternakan
ialah contoh dari sarana dan prasarana perekonomian/tindakan ekonomi
produktif.

b. Keuangan Desa
Kementerian Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 Desa tetaplah desa,
dan desa adat tetaplah desa. Sebab, dalam struktur negara kesatuan
Republik Indonesia, desa ialah kesatuan masyarakat hukum yang bertugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat melalui
prakarsa masyarakat.
Keuangan desa didefinisikan berlandaskan Surat Edaran Kementerian
Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 sebagaimana “segala hak dan kewajiban
desa yang sanggup dinilai dengan uang dan segala sesuatu yang berupa
uang dan barang yang berkaitan dengan penerapan hak dan kewajiban desa”.
Hak dan kewajiban dimaksud ialah sumber pendapatan, pengeluaran,
pembiayaan, dan pengendalian desa.
Metode efektif untuk mengumpulkan dan mengalokasikan sumber daya
keuangan bisnis.
13

c. Evaluasi
Evaluasi menurut Nusram (2017:172) ialah proses mengukur taraf
keberhasilan dan kinerja suatu unit atau individu, serta mengidentifikasi
kelemahannya dan area yang perlu diperbaiki.
Menjelaskan penilaian ialah suatu langkah dalam membandingkan dan
menilai hasil suatu tugas, seperti yang diungkapkan oleh Alumudin (dikutip
oleh Ningsih dkk., 2018).
Jenis Evaluasi Berbasis Waktu dipecah berupa empat kategori dalam
Buku Panduan Perencanaan, Pemantauan, dan Evaluasi Hasil
Pembangunan.
1. Potensi hasil di masa depan dipertimbangkan dalam penilaian ex-ante.
2. Tujuan dari tinjauan formatif pada titik tengah penerapan proyek ialah
untuk melangsungkan penyesuaian mengenai rencana agar kinerjanya
optimal.
3. Karenanya evaluasi ini terjadi pada akhir tahap penerapan suatu tindakan
atau program, evaluasi akhir atau evaluasi akhir ialah sejenis evaluasi
sumatif.
4. Evaluasi suatu program atau tindakan setelah program atau tindakan
dimaksud berakhir (evaluasi ex-post) biasanya dilangsungkan dua tahun
setelah program atau tindakan dimaksud berakhir.
Dari sekian banyak sudut pandang yang dikemukakan di atas, penulis
menyimpulkan bahwasanya evaluasi ialah suatu nilai dari fenomena yang
diamati.

d. Dana Desa
Pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, penerapan pembangunan,
pengembangan masyarakat, dan pemberdayaan masyarakat diselenggarakan
melalui Dana Desa sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Nomor
113 Tahun 2014 yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dan disalurkan ke desa melalui Kabupaten/Kota. Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
Uang dari Kas Negara ditransfer ke Kas Daerah, dan dari sana disalurkan
ke Kas Desa oleh Pemerintah Daerah.
Tujuan pemerintah membentuk dana desa tertuang dalam UU No. 6
Tahun 2014, yaitu sebagaimana meliputi: (1) pemerintah ingin
mengoptimalkan kesejahteraan masyarakat desa; (2) mengoptimalkan mutu
14

hidup masyarakat desa; (3) mengurangi kemiskinan; dan (4) mewujudkan


pertumbuhan ekonomi melalui pemerataan pendapatan.
Pendanaan desa yang bersumber dari APBN diprioritaskan agar sanggup
dipergunakan untuk melangsungkan proyek pembangunan desa dan
pemberdayaan masyarakat, seperti pembangunan dan pemeliharaan:
a. Infrastruktur kesehatan desa, termasuk akses mengenai air bersih,
sanitasi lingkungan, dan Posyandu, jalan desa yang menghubungkan
masyarakat dengan kawasan pertanian;
b. Lembaga dan sumber daya pendidikan dan kebudayaan, seperti
perpustakaan, museum, dan pusat komunitas untuk pengembangan anak
usia dini dan pendidikan orang dewasa.
c. Pasar desa, pembibitan tanaman pangan, lumbung desa, pembukaan
lahan pertanian, dan pengembangan industri perikanan dan peternakan
ialah contoh dari sarana dan prasarana perekonomian/tindakan ekonomi
produktif.

e. Keuangan Desa
Kementerian Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 Desa tetaplah desa,
dan desa adat tetaplah desa. Sebab, dalam struktur negara kesatuan
Republik Indonesia, desa ialah kesatuan masyarakat hukum yang bertugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat melalui
prakarsa masyarakat.
Keuangan desa didefinisikan berlandaskan Surat Edaran Kementerian
Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 sebagaimana “segala hak dan kewajiban
desa yang sanggup dinilai dengan uang dan segala sesuatu yang berupa
uang dan barang yang berkaitan dengan penerapan hak dan kewajiban desa”.
Hak dan kewajiban dimaksud ialah sumber pendapatan, pengeluaran,
pembiayaan, dan pengendalian desa.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) ialah rencana
keuangan tahunan pemerintah desa seperti yang dijelaskan oleh Zulaifa &
Marwata (2020). Dokumen ini ialah dokumen formal yang dihasilkan dari
kesepakatan diantaranya pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan
Desa, dan mencakup anggaran biaya penyelenggaraan pemerintahan desa
pada tahun tertentu, serta proyeksi pendapatan untuk membiayai biaya-biaya
dimaksud.
15

1. Pendapatan Asli Desa (PAD)


a) Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) dan Tanah Kas Desa ialah dua
contoh hasil dari tindakan usaha dimaksud.
b) Hasil yang sanggup dianggap sebagaimana aset mencakup kapal
baru, persediaan gudang, kamar mandi bersama, dan perluasan
sistem irigasi.
c) Membangun dengan kekuatan mereka sendiri, di mana keterlibatan
masyarakat diwujudkan melalui tenaga kerja dan hal-hal yang bernilai
uang, ialah hasil yang diharapkan dari swadaya, partisipasi, dan
kolaborasi bersama.
d) Seperti retribusi atau pendapatan asli desa lainnya.
2. Pendapatan Transfer Desa
a) Uang untuk kotamadya berasal dari pendapatan umum negara.
b) Penyaluran anggaran (BUD) di masyarakat
c) Distribusi Pajak dan Retribusi
d) Pendanaan dari provinsi, kabupaten, atau kota
3. Masyarakat juga menerima pendanaan legal dari sumber lain, seperti
hibah dan kontribusi.
4. Belanja
Segala pengeluaran yang berasal dari rekening desa yang berupa
kewajiban desa lebih dari satu tahun anggaran dan tidak menerima
penggantian, dianggap sebagaimana pengeluaran desa.
a) Tunjangan bulanan BPD dan gaji tetap kepala desa dan perangkat
desa dimasukkan dalam anggaran pegawai.
b) Belanja barang-barang yang umur simpannya kurang dari setahun,
seperti (a) alat tulis kantor, (b) benda pos, (c) bahan/bahan, (d)
perawatan, (e) cetakan/fotokopi, (f) desa persewaan kantor, (g)
persewaan perlengkapan dan perlengkapan kantor, (h) makanan dan
minuman pertemuan, dan (i) pakaian dan atribut dinas.
c) Pengeluaran untuk aset jangka panjang, seperti peralatan atau
bangunan yang akan dipergunakan dalam operasional penerapan
pemerintahan desa, diklasifikasikan sebagaimana belanja modal.
16

5. Pembiyaan Desa
Keuangan desa terdiri dari seluruh pendapatan dan pengeluaran
tahun anggaran sekarang dan masa depan yang masing-masing
sepatutnya dikembalikan dan diganti:
1) Penerimaan Pembiyaan
Adopsi Pembiayaan Terdiri dari:
a) Berlandaskan Perkiraan Kelebihan Anggaran (SILPA) Tahun
Sebelumnya, SILPA ialah sejumlah defisit anggaran,
penghematan dari tindakan pemotongan biaya, dan sisa uang
setelah mendanai tindakan yang sedang berjalan. Dana ini
dipergunakan untuk mencukupi komitmen yang tidak dipenuhi
pada akhir periode pengeluaran tahun fiskal.
b) Penganggaran penyaluran dana cadangan dari rekening 11 dan
12 dilangsungkan melalui pencairan dana cadangan rekening.
c) Cadangan rekening kas desa untuk tahun anggaran yang
bersangkutan.
d) Penganggaran sanggup dilangsungkan dengan
mempergunakan uang hasil penjualan aset desa yang telah
dibagi-bagi.

f. Pengelolaan Keuangan Desa


1. Pengertian Pengelolaan Keuangan Desa
“Pengelolaan Keuangan Desa ialah segala tindakan yang meliputi
perencanaan, penerapan, penatausahaan, pelaporan, dan
pertanggungjawaban keuangan desa,” sebagaimana tercantum dalam
Surat Edaran Kementerian Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018.
Menurut Surat Edaran Kementerian Dalam Negeri Nomor 20 (2018),
Kepala Desa ialah pejabat yang bertanggung jawab atas anggaran
desa. PPKD (Pelaksana Pengelolaan Keuangan Desa) terdiri dari
Sekretaris Desa, Kepala Seksi, dan Kepala Keuangan yang semuanya
menyediakan bantuan kepada Kepala Desa.
Sekretaris Desa sebagaimana koordinator PPKD ditemukan tugas
mengoordinasikan hal-hal sebagaimana meliputi: penyusunan dan
penerapan kebijakan APBDesa; penyusunan APBDesa dan rancangan
perubahan APBDesa, perubahan APBDesa, dan pertanggungjawaban
17

penerapan APBDesa; penyiapan peraturan kepala desa perihal


penjabaran APBDesa dan perubahan penjabaran APBDesa;
penyiapan keuangan desa Sementara itu, kepala bagian dan Kaur
bertanggung jawab untuk menandatangani perjanjian kerja sama
dengan penyedia pengadaan barang dan jasa untuk tindakan yang
berupa tanggung jawabnya, untuk mengambil tindakan yang
mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran. sesuai bidang
tugasnya, menyusun DPA, DPPA, dan DPAL sesuai bidangnya, dan
menyusun laporan penerapan tindakan yang berupa kewenangannya.
Direktur keuangan bertanggung jawab menyusun RAK Desa dan
mengawasi penyelenggaraannya, yang mencakup pengumpulan,
pencatatan, penyetoran, pencairan, dan pembukuan ke-13 pendapatan
organisasi pendapatan dan belanja desa dalam rangka pengendalian
anggaran daerah.

2. Asas Pengelolaan Keuangan Desa


Surat Edaran Kementerian Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018
menyatakan bahwasanya “Keuangan desa dikelola berlandaskan
prinsip transparan, akuntabel, partisipatif, serta dilangsungkan secara
tertib dan anggaran,” dengan tujuan untuk menjamin pemerintahan
desa terbuka dan akuntabel dalam menjalankan pemerintahan.
pelaporan keuangan dan pengeluaran mereka.
a) Transparansi
Transparansi, sebagaimana didefinisikan oleh Mais & Palindri
(2020), ialah penyebaran informasi terkini yang sanggup
mengoptimalkan penyelenggaraan pemerintahan dan khususnya
pengendalian keuangan daerah serta mengakibatkan pengambilan
keputusan publik.
Umami dan Nurodin (2017): 75 mengutip pernyataan Dwiyanto
bahwasanya Transparasni memastikan masyarakat ditemukan akses
mudah mengenai data pemerintah yang lengkap dan andal.
Transparansi dalam pemerintahan, penulis simpulkan, ialah
keterbukaan pemerintah mengenai penggunaan anggaran atau
informasi keuangan yang dikelola pemerintah. Hal ini sangat mendasar
bagi fungsi pemerintah dalam menjalankan amanah masyarakat,
18

karenanya sebagaimana diketahui bahwasanya pemerintah ditemukan


kekuasaan dalam mengambil keputusan yang ditemukan dampak luas
mengenai masyarakat.
Indikator keterbukaan diusulkan dalam Pasal 2 ayat 1 Pemdagri
Nomor 20 Tahun 2018:
1. Kepala Desa menginformasikan kepada masyarakat perihal APBD
Desa melalui sebagian saluran komunikasi publik.
2. Data dimaksud meliputi APBD Desa, penerapan anggaran
tindakan, dan alamat email pengaduan.
b) Akuntabilitas
Akuntabilitas, sebagaimana didefinisikan oleh Fajri dkk.
(2015), ialah kewajiban untuk mengungkapkan tanggung jawab atas
tindakan diri sendiri atau tindakan suatu industri atau badan hukum
lainnya kepada pihak yang ditemukan kepentingan yang sah untuk
mengetahuinya.
Instansi pemerintah daerah memerlukan akuntabilitas agar
keputusan mengenai pengendalian atau kebijakan sanggup
dilangsungkan sesuai dengan prosedur yang berlaku di setiap
daerah atau desa (Budiarti & Retnani, 2021). Hal ini menurut
Umami & Nurodin (2017) yang mengartikan akuntabilitas
sebagaimana tanggung jawab suatu lembaga yang berwenang
mengelola sumber daya publik.
Para penulis menarik kesimpulan meliputi berlandaskan hal-
hal di atas: akuntabilitas ialah ukuran kinerja utama untuk
pengendalian sumber daya yang bertanggung jawab di masyarakat
pedesaan.
Untuk evaluasi ini, kami mempergunakan metrik akuntabilitas yang
tertuang dalam Pasal 2 Ayat 1 Permendagri Nomor 20 Tahun 2018:
1. Tahap Perencanaan
a) APBDes Desa dipergunakan untuk merencanakan dan
menganggarkan keuangan desa.
b) Dengan mempergunakan RKP Desa tahun itu, disusunlah
APBDesa versi pertama.
2. Tahap Pelaksanaan
a) Rekening di Kas Desa dipergunakan untuk Pengelolaan
19

Keuangan.
b) Kaur dan CEO membuat DPA (Dokumen Anggaran
Pelaksana) bersama-sama.
c) Buku kas reguler dan buku uang muka ialah tempat
departemen keuangan mencatat uang yang masuk dan
keluar dari bisnis.
3. Tahap Penata Usaha
a) Tim keuangan bertindak sebagaimana pelaksana
perbendaharaan, memastikan semua tugas administratif
diselesaikan.
b) Untuk memudahkan administrasi, seluruh transaksi dicatat
dalam satu buku kas.
4. Tahap Pelaporan
a) Camanya ialah bagaimana Bupati/Walikota menerima update
dari Kepala Desa mengenai realisasi APB Desa selama
semester pertama.
b) Laporan pertama ialah laporan penerapan APB Desa dan
laporan realisasi tindakan selama semester pertama.
5. Tahap Pertanggung Jawaban
a) Pada setiap akhir tahun anggaran, Walikota atau Bupati
diberikan laporan yang merinci kesuksesan desa dalam
menggapai APB Desa.
b) Laporan akuntabilitas mencakup anggaran, ringkasan
tindakan yang telah selesai, dan inventarisasi inisiatif baru di
taraf sektoral, regional, dan lainnya di taraf desa.
c. Partisipatif
Untuk menggapai pembangunan desa yang sesuai dengan
tuntutan desa itu sendiri, partisipasi masyarakat desa sangatlah
mendasar; Aspek terpenting dalam Pengelolaan Keuangan Desa
ialah keterlibatan setiap masyarakat, karenanya merekalah pemilik
bangsa yang sebenarnya (Tumbel, 2017).
Istilah “partisipatif” diciptakan oleh Indraswari dan Rahayu
(2021) untuk menggambarkan metode pelibatan warga dalam
seluruh tahapan penyelenggaraan pemerintahan, mulai dari
20

perencanaan, pemantauan, hingga evaluasi, dengan tujuan


mencegah penyalahgunaan kekuasaan.
Penulis menarik kesimpulan yang luas mengenai hakikat
interaksi diantaranya pemerintah desa dan masyarakat dari
bermacam sudut pandang yang dikemukakan di atas: tujuan
partisipasi ialah untuk menjamin bahwasanya setiap kebijakan yang
diambil oleh pemerintah desa secara akurat mewakili harapan dan
impian masyarakat. masyarakat setempat.
Nomor 20 Tahun 2018 Indikator Partisipatif Kemendagri Pasal 2
Ayat 1:
1. Kepala desa telah menyampaikan rancangan peraturan
APBDesa kepada Badan Permusyawaratan Desa (BPD) untuk
dibahas dan disepakati bersama.
2. Masyarakat dusun terlibat aktif dalam urusan pemerintahan.
d. Tertib Dan Disiplin Anggaran
Karenanya anggaran yang teratur dan disiplin sepatutnya
berpegang pada peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip
yang mendasarinya, sehingganya Surat Edaran Kementerian Dalam
Negeri Nomor 20 Tahun 2018 mengatur bahwasanya pengendalian
keuangan desa sepatutnya ditangani dalam satu tahun anggaran,
yaitu mulai 1 Januari hingga 31 Desember.
Dalam hal menyusun anggaran desa:
1) Anggota BPD dan dewan desa sepatutnya sudah menerima
anggaran awal desa sekurang-kurangnya tujuh kali dua puluh
empat jam sebelum disampaikan dalam rapat BPD.
2) Pimpinan BPD menerima surat pengantar dan usulan anggaran
desa dari kepala desa, sedangkan anggota BPD menyampaikan
usulannya langsung kepada pimpinan BPD secara tertulis.
3) Sekretaris BPD menerima anggaran desa dari pimpinan BPD
dan menetapkan nomornya.
4) Dalam rapat paripurna dimaksud diumumkan kepada seluruh
anggota BPD/Komis bahwasanya anggaran desa telah
ditingkatkan dalam sejumlah tertentu.
5) Pemdes atau pengusul BPD sepatutnya menjelaskan usulan
anggarannya kepada masyarakat.
21

6) Perspektif dari BPD dan DPRD Secara Keseluruhan


7) Rapat komisi gabungan dengan pemerintah daerah (pungsul)
untuk membahas.
8) Peran Pembayaran Komisi dalam Pengambilan Keputusan.

3. Tahap Pengelolaan Keuangan Desa


Pengelolaan keuangan ialah suatu proses menyeluruh yang
mencakup seluruh aspek sumber daya moneter suatu masyarakat,
termasuk penganggaran, pembelanjaan, tabungan, investasi,
pelaporan, dan audit, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri
Nomor 20 Tahun (2018) dari Kementerian Dalam Negeri.
Pemahaman pengendalian keuangan desa sangat mendasar bagi
aparat pemerintah desa untuk mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pengendalian keuangan desa, sebagaimana disyaratkan
dalam Permendagri Nomor 113 Tahun 2014. Prinsip-prinsip dimaksud
meliputi akuntabilitas, transparansi, partisipasi, serta ketertiban dan
disiplin dalam penganggaran.
Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 menetapkan langkah-langkah
pengendalian keuangan desa sebagaimana meliputi:
a. Perencanaan
Perencanaan pengendalian keuangan desa meliputi koordinasi
penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APB) Desa berlandaskan Rencana Anggaran Pendapatan Desa
(RKP) pada tahun yang bersangkutan dan pedoman penyusunan APB
Desa yang diatur dengan Peraturan Bupati/Walikota masing-masing.
tahun.
Rancangan Peraturan Desa perihal APB Desa disampaikan oleh
sekretaris desa kepada kepala desa, yang kemudian disampaikan
kepada BPD untuk dibahas dan disepakati bersama paling lambat
bulan Oktober tahun berjalan. Rancangan peraturan desa selanjutnya
disampaikan oleh kepala desa kepada Bupati/Walikota melalui camat
atau sebutan lain paling lambat tiga hari kemudian.
b. Pelaksanaan
Kepala desa menugaskan Kaur dan Kasi pelaksana tindakan
anggaran untuk menyusun laporan keuangan tahunan desa kepada
22

Bupati/Walikota, yang selanjutnya menyampaikan kepada Gubernur


dengan tembusan kepada menteri melalui Direktur Jenderal
Pembangunan Pemerintahan Desa.
Kaur dan Kasi melangsungkan tindakan berlandaskan DPA yang
disetujui kepala desa, menyampaikan SPP untuk setiap penerapan
anggaran dalam jangka waktu yang tercantum dalam DPA, kemudian
menyampaikan pertanggungjawaban pencairan anggaran. Kaur dan
Kepala Pelaksana Anggaran sepatutnya menyampaikan laporan akhir
realisasi penerapan tindakan dan anggaran kepada kepala desa paling
lambat 7 (tujuh) hari setelah seluruh tindakan selesai.
c. Penatausahaan
Sebagai pelaksana fungsi perbendaharaan, departemen keuangan
bertugas melangsungkan pencatatan uang. Setiap bulan, petugas
keuangan sepatutnya mencatat seluruh pemasukan dan pengeluaran
dalam buku kas umum, kemudian menutup buku dimaksud. Kepala
Keuangan selanjutnya sepatutnya melaporkan laporan
pertanggungjawaban kepada Sekretaris Desa paling lambat tanggal 10
bulan berikutnya.
a. Buku kas umum
Segala transaksi yang melibatkan uang tunai atau uang kredit
dicatat dalam satu tempat, yang disebut buku kas umum.
b. Buku pembantu bank
Transaksi yang dilangsungkan dengan rekening kas lokal dicatat
dalam buku pembantu bank.
c. Buku pembantu pajak
Anda sanggup melacak pembayaran dan pengembalian pajak di
buku tambahan pajak.
d. Buku pembantu panjar
Buku uang muka mencatat siapa yang membayar apa dan kapan
dalam proses uang muka.
e. Pelaporan
Bupati/Walikota menerima pemutakhiran status penerapan APB
Desa dari kepala desa melalui bupati.
a) Laporan penerapan APB di suatu desa
b) Laporan Pengeluaran Aktual
23

f. Pertanggung Jawaban
Pada setiap akhir tahun anggaran, namun paling lambat 3 (tiga)
bulan setelah berakhirnya tahun anggaran, kepala desa
menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Bupati/Walikota
melalui camat yang merinci kesuksesan yang dicapai dalam
menggapai tujuan dimaksud. menggapai APB Desa:
a) Realisasi Laporan APB Desa
b) Laporan Keberhasilan Kegiatan
c) Tugas-tugas yang belum selesai dan belum dikerjakan
d) Uang masih tersedia, dan
e) Kemana mengirimkan pengaduan.

B. Penelitian Relevan
Pada bagian ini peneliti akan memaparkan penelitian-penelitian terdahulu
yang relevan dan berkaitan dengan topik Evaluasi Pengelolaan Keuangan
Dana Desa. Peneliti telah menemukan sejumlah karya ilmiah yang berkaitan
dengan judul penelitian ini:
Tabel. 4 Penelitian Terdahulu
No Penelitian Judul Metode Hasil Penelitian

1 Jabal Mengkaji efektivitas Penelitian ini Berlandaskan


Arafah dan penyelenggaraan menggunkan temuan
Yuliana dana alokasi desa metode dimaksud, DAD
musin (DAD) dalam kuantitatif sangat mendasar
(2017)
mendorong bagi
pesatnya pembangunan
pertumbuhan desa pedesaan.
di Kab. Konawe
2 Munirah Desa Lubuk, Pendekatan Penelitian ini
(2018) Kundur, Kecamatan deskriptif membuktikan
Karimun, kuantitatif bahwasanya
Pengelolaan Dana dipergunakan penatausahaan
Desa untuk pendapatan desa
penelitian ini. mengakibatkan
masyarakat
secara
keseluruhan.
3 Ali (2017) Dusun Puser yang Penelitian ini Anggaran dana
terletak di mempergunak desa tahun 2016
24

No Penelitian Judul Metode Hasil Penelitian

Kecamatan an metode belum


Tirtayasa Kabupaten kuantitatif dipublikasikan
Serang ialah dusun deskriptif kepada publik
yang bertugas baik
mengelola dana peruntukannya
pada tahun 2016. maupun isinya,
dan penelitian
membuktikan
bahwasanya
pembangunan
infrastruktur ialah
fokus utama
anggaran di pusat
desa pada tahun
dimaksud.
4 Partini Pengelolaan Dana Penelitian ini Berlandaskan
(2018) Desa (DD) mempergunak temuan,
Balangtanaya untuk an metode anggaran desa
Peningkatan kuantitatif Balangtanaya
deskriptif
Pembangunan Fisik sebesar Rp.
di Kecamatan 825.448.000,
Polong Bangkeng yang
Provinsi Takalar dipergunakan
untuk membiayai
pemerintahan,
pembangunan,
pembangunan,
dan
pemberdayaan
masyarakat, serta
keperluan
lainnya. Dana ini
bersumber dari
APBN (Anggaran
Pendapatan dan
Belanja Negara)
yang ditransfer
melalui anggaran
pendapatan dan
belanja Daerah
Kabupaten
Takalar.
25

Pengelolaan keuangan keuangan desa di Desa Kerinjing Kecamatan


Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan dianalisis dengan mempergunakan
rasio kemandirian daerah, efektivitas dan efisiensi yang membedakannya
dengan penelitian-penelitian terdahulu.

C. Kerangka Pemikiran
Beberapa rasio keuangan seperti Rasio Kemandirian Daerah, Rasio
Efektivitas, dan Rasio Efisiensi sanggup dipergunakan untuk mengukur kinerja
keuangan pemerintah desa, hal ini sanggup dilangsungkan dengan
melangsungkan analisis rasio keuangan mengenai APBD Desa yang telah
dilangsungkan dan ditetapkan. .
Untuk menjamin masyarakat ditemukan akses mengenai informasi
penyelenggaraan urusan desa, Pemendagri Nomor 20 Tahun 2018
mengamanatkan agar pengendalian keuangan desa dilangsungkan sesuai
dengan prinsip transparansi, akuntabilitas, partisipasi, ketertiban, dan disiplin
anggaran.

Pengelolaan Dana Desa

Evaluasi

Rasio Rasio Rasio


Kemandirian Efektivitas Efesiensi
Daerah

Kinerja Pengelolaan
ADD
Gambar. 1
Kerangka Pemikiran
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini mempergunakan pendekatan analisis deskriptif kuantitatif,


artinya mengumpulkan dan menganalisis data kuantitatif untuk menarik
kesimpulan. Menurut Sugiyono, metode deskriptif ialah metode yang
menggambarkan dan menganalisis suatu hasil penelitian tanpa menarik
kesimpulan yang luas.

B. Subjek Penelitian
Menurut Sugiyono (2014:115), populasi ialah wilayah generalisasi yang terdiri
atas objek dan subjek yang ditemukan mutu dan karakteristik tertentu yang
diharapkan dipelajari oleh peneliti untuk menarik kesimpulan. Dalam penelitian ini
subjeknya ialah kepala desa, sekretaris desa, kepala desa, dan kepala staf
sebagaimana pelaksana perencanaan desa.

C. Sumber Data
Penelitian ini mempergunakan data primer dan sekunder, yang keduanya
ialah jenis bahan informasi yang diperoleh untuk keperluan melangsungkan
penelitian dan berupa landasan bagi hasil-hasilnya.
1. Data Primer
Secara khusus peneliti mengunjungi informan dan melangsungkan
wawancara untuk mengumpulkan data primer, yaitu data yang diperoleh
langsung dari subjek penelitian (dalam hal ini kepala desa, kepala
keuangan, dan sekretaris desa Kerinjing). Dalam penelitian ini wawancara
dengan informan ialah data utama yang memerlukan pengolahan data
lebih lanjut oleh peneliti.
2. Data Skunder
Data sekunder, seperti laporan yang bersumber dari lembaga terkait
yang relevan dengan keperluan data dalam penelitian atau sumber data
yang diperoleh dari hasil penelitian yang diperoleh dari bacaan atau studi
literatur, buku atau literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti,
internet, dokumen, dan arsip, dipergunakan untuk melengkapi dan
melengkapi data primer untuk penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai