Anda di halaman 1dari 3

1.

SKU Point 10 Memahami Makna dan toleransi upacara adat di masyarakat


Upacara adat merawat tembuni atau usai persalinan agar bayi selamat
serta berbahagia. Tembuni sendiri berarti plasenta bayi atau biasa juga disebut
dengan ari-ari.
Menurut kepercayaan masyarakat Sunda, tembuni merupakan saudara
bayi sehingga tak boleh dibuang secara sembarangan dan harus dilakukan
melalui ritual khusus saat mengubur atau Ketika menghanyutkannya.
Bersamaan dengan kelahiran bayi, tembuni kemudian dibersihkan serta
diletakan ke dalam pendil atau kendi untuk kemudian diberi bumbu-bumbu yakni
garam, asam, serta gula merah. Terakhir, pendil ditutup dengan kain putih serta
diberi bambu kecil agar kemudian tetap menerima udara.
Paraji (dukun bersalin) kemudian akan menggendong serta memayungi
pendil hingga dikuburkan di area halaman rumah atau dihanyutkan ke sungai
secara adat. Upacara penguburan tembuni ini sendiri disertai pembacaan doa
untuk memohon keselamatan.
Di dekat kuburan tembuni akan diberikan pelita atau penerang yang terus
menyala hingga tali pusat bayi lepas dari area perutnya
Link Penjelasan MerawatTembuni
https://www.youtube.com/watch?v=9WfWaW5g7ZA

2. SKU Point 11 Memahami undang – undang Republik Indonesia No. 12


Tahun 2011 tentang Gerakan pramuka dan dapat menjelaskan isi AD & Art
Gerakan Pramuka

UU Republik Indonesia No.12 Tahun 2011 Tentang Gerakan Pramuka bertujuan


untuk menghidupkan dan menggerakan Kembali semangat perjuangan yang
dijiwai nilai – nilai Pancasila dalam kehidupan Masyarakat.

AD & ART Gerakan Pramuka adalah ketentuan dasar dan ketentuan operasional
organisasi yang mencerikan visi dan misi Gerakan pramuka Indonesia

3. SKU Point 12 Dapat Menjelaskan sejarah kepramukaan Indonesia dan


Dunia

Awal terbentuknya Pramuka di Indonesia ditandai dengan berdirinya


organisasi milik Belanda bernama Nationale Padvinderij Organisatie (NPO) di
Bandung pada 1912. Empat tahun setelahnya, Mangkunegara VII juga
membentuk organisasi kepanduan pertama yang bernama Javaansche Padvinder
Organisatie (JPO). Lahirnya JPO menjadi pemicu munculnya gerakan nasional
lain yang sejenis, seperti Hizbul Wahton (HM) pada 1918, Jong Java Padvinderij
(1923), dan Nationale Padvinders. Melihat situasi ini, Belanda pun mulai melarang
keberadaan organisasi kepanduan di luar kepemilikan mereka menggunakan
istilah Padvinder. Seiring berjalannya waktu, antara tahun 1928-1935, gerakan
kepanduan Indonesia semakin marak, seperti Pandu Indonesia, Padvinders
Organisatie Pasundan, Pandu Kesultanan, Sinar Pandu Kita, dan Kepanduan
Rakyat Indonesia. Guna menggalang kesatuan dan persatuan, Badan Pusat
Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) menyelenggarakan acara
perkemahan Kepanduan Indonesia Oemoem (PERKINO) di Yogyakarta pada 19-
23 Juli 1941. Setelah Indonesia merdeka, beberapa tokoh kepanduan berkumpul
di Yogyakarta dan mengadakan kongres pada 27-29 Desember 1945 di Surakarta.
Kongres ini melahirkan Pandu Rakyat Indonesia (PRI) pada 28 Desember 1945,
sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang diakui pemerintah. Akan tetapi,
saat Belanda kembali datang ke Indonesia, PRI dilarang dan resmi dicabut pada
6 September 1951. Hal ini kemudian mendorong munculnya organisasi lain,
seperti Kepanduan Putera Indonesia (KPI), Pandu Puteri Indonesia (PPI), dan
Kepanduan Indonesia Muda (KIM). Mulai 1960, pemerintah Indonesia dan MPRS
berupaya untuk memperbaiki organisasi kepramukaan di Indonesia. Pada 9 Maret
1961, Presiden Soekarno mengumpulkan para tokoh dari gerakan kepramukaan
Indonesia dan menyatakan bahwa organisasi kepanduan harus disempurnakan.
Untuk menindaklanjutinya, Presiden Soekarno membentuk Panitia Pembentukan
Gerakan Pramuka yang beranggotakan Sultan HB IX, A Aziz Saleh, dan
Achamadi. Hasil kerja dari panitia ini adalah dikeluarkannya lampiran Keppres No
238 tahun 1961 tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka. Kemudian
melalui Keppres 238/1961, Gerakan Kepanduan Indonesia akhirnya menjadi
Gerakan Praja Muda Karana (Pramuka). Pada 14 Agustus 1961, Gerakan
Pramuka secara resmi mulai diperkenalkan ke rakyat Indonesia. Bapak Pramuka
Indonesia adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Baca juga: Sejarah dan
Perkembangan Pramuka di Indonesia Kepramukaan Dunia Bapak Pramuka Dunia
adalah Robert Baden Powell. Sejarah berdirinya Pramuka di dunia diprakarsai
oleh tokoh asal Inggris, Letnan Jenderal Baden Powell pada 25 Juli 1907. Sewaktu
muda, Baden Powell mengelola Aids to Scouting untuk anggota muda dan
mengadakan kegiatan perkemahan selama delapan hari di Pulau Brownsea.
Setahun setelahnya, Baden Powell menulis sebuah buku yang mengulas tentang
prinsip dasar kepramukaan yang bertajuk “Scouting for Boys.” Selain itu, ia juga
mendirikan gerakan kepanduan yang bernama sama dengan bukunya, yang
hanya diikuti oleh kaum laki-laki. Tidak disangka, buku kepanduan ini ternyata
mulai menyebar hingga seluruh pelosok negeri. Pada 1910, Baden Powell
memutuskan fokus berkegiatan dalam Pramuka. Dua tahun kemudian, pada 1912,
Baden Powell bersama adiknya, Agnes, membentuk Pramuka untuk perempuan
yang bernama Girls Gudides, atau yang dikenal dengan nama Girl Scouts.
Selanjutnya, tahun 1916, didirikan kelompok Pramuka siaga dengan nama CUB
(Anak Serigala). Semakin lama gerakan kepanduan semakin mengalami
perkembangan, yang kemudian membuat Baden Powell membentuk Rover Scout.
Rover Scout adalah organisasi untuk mewadahi pemuda yang sudah berusia 17
tahun pada 1918. Baden Powell kemudian berkeliling dunia menyebarkan gerakan
kepanduan yang ia buat kepada anak-anak muda lainnya untuk bergabung. Pada
1920, Bdaen Powell mengundang berbagai kepanduan dari bermacam negara
untuk melaksanakan Jambore pertama di Pulau Brownsea. Setelah Jambore
terlaksana, dibentuk World Organization of the Scout Movement (WOSM) atau
Organisasi Gerakan Pramuka Sedunia.

4. SKU Point 14 Dapat menjelaskan peran pemuda dalam menhisi


kemerdekaan dengan bentuk Tulisan, mampu menganalisis dan menulis
symbol – symbol nasionalisme Indonesia (NKRI, Lambang Negara, Lagu
Wajib Nasional ) Sesuai UU No.24 Tahun2009

Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2009 pasal 3, pengaturan bendera, bahasa,


lambang negara dan lagu kebangsaan sebagai simbol negara bertujuan untuk:
1. Memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan NKRI.
2. Menjaga kehormatan yang menunjukkan kedaulatan bangsa dan NKRI.
3. Menciptakan ketertiban, kepastian dan standardisasi penggunaan bendera,
bahasa, lambang negara dan lagu kebangsaan.

5. SKU Point 15Mampu menjelaskan fungsi dan peran Indonesia dalam


organisasi ASEAN dan PBB dalam bentuk tulisan.
Bendera, bahasa, lambang negara dan lagu kebangsaan Indonesia mempunyai
arti penting sebagai berikut:
1. Menjadi kekuatan untuk menghimpun serpihan sejarah nusantara yang
beragam sebagai bangsa besar dan NKRI.
2. Merupakan manifestasi kebudayaan yang berakar pada sejarah perjuangan
bangsa, kesatuan dalam keragaman budaya dan kesamaan dalam
mewujudkan cita-cita bangsa dan NKRI.
3. Merupakan sarana pemersatu, identitas dan wujud eksistensi bangsa.
4. Menjadi simbol kedaulatan dan kehormatan negara sebagaimana
diamanatkan dalam UUD 1945.
5. Merupakan jati diri bangsa dan identitas NKRI.
6. Menjadi cerminan kedaulatan negara di dalam tata pergaulan dengan
negara-negara lain.
7. Menjadi cerminan kemandirian dan eksistensi negara Indonesia yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Anda mungkin juga menyukai