Anda di halaman 1dari 7

9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Latar Belakang Pendidikan tinggi merupakan bagian dari system

pendidikan nasional, mempunyai tujuan umum yang tercantum dalam Pasal 2

Peraturan Pemerintah Nomor : 30 Tahun 1990, yaitu : 1. Menyiapkan peserta

didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademikdan

professional yang dapat menerapkan, mengembangkan, dan menciptakan

ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. 2. Mengembangkan dan

menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian serta

mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.

Perguruan tinggi sebagai salah satu lembaga pendidikan formal

diserahi tugas dan tanggung jawab untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional. Bertitik tolak dari keadaan tersebut diatas maka pengembangan

kemahasiswaan di perguruan tinggi dilakukan melalui kegiatan intra kurikuler

dan kegiatan ekstra kurikuler. Pengembangan kemahasiswaan di tingkat

perguruan tinggi melalui ekstra kurikuler membutuhkan suatu wadah yang

disebut organisasi kemahasiswaan. Tiap-tiap organisasi kemahasiswaan

mempunyai kegiatan yang berbeda satu sama lainnya. Untuk kegiatan

tersebut diperlukan adanya suatu wadah yang dapat menjadi pusat dari

9
10

seluruh Unit Kegiatan Mahasiswa(UKM) didalam suatu tempat atau wadah

yang dinamakan PKM (Pusat Kegiatan Mahasiswa).

PKM adalah suatu wadah yang ditujukan untuk menampung

kegiatan kemahasiswaan yang tidak dimaksudkan untuk mendapatkan SKS

tetapi melengkapi kegiatan intra kurikuler dalam rangka mewujudkan tujuan

pendidikan nasional serta diadakan didalam kampus perguruan tinggi.

Nurhakim, Lukman (2001). Universitas Negri Makassar (UNM) juga

memiliki UKM yang di antaranya, UKM Seni UNM, SINTALARAS, UKM

SAR, UKM OLAHRAGA, UKM KSR PMI, MENWA, UKM Pramuka,

UKM Profesi, Penalaran, UKM Maphan, LKIMB, KOPMA dan Phinisi

Choir. Pada dasarnya UKM merupakan organisasi yang memiliki tugas dan

fungsi seperti pada organisasi pada umumnya dalam mencapai tujuan

bersama baik dalam lingkup masyarakat luas maupun pendidikan..

Seiring dengan meningkatnya minat mahasiswa terhadap kegiatan

intra kulikuler kampus, maka setiap UKM harus berbenah dalam hal

memenuhi kenyamanan dalam ruang, baik kenymanan visual dan

kenyamanan thermal untuk menunjang pelaku aktivitas dan kinerja dalam

ruangan. Untuk menciptakan iklim yang nyaman dalam suatu ruang adalah

dengan faktor kenyamanan thermal yaitu dengan memenuhi penghawaan

secukupnya. Secara lebih terperinci kenyamanan thermal berhubungan

dengan suhu (penghawaan alami), kelembaban, pergerakan udara dan radiasi

matahari (pencahayaan alami). (Snyder & Catanese; 1980). Suhu udara ideal

yang nyaman bagi manusia adalah 24-26’C, Sedangkan kelembaban ideal

10
11

yang sehat adalah 50-60%. Suhu udara dalam rumah dapat naik akibat dari

kondisi fisik bangunan maupun aktivitas dari penghuni. Paparan sinar

matahari pada siang hari, aktivitas memasak, komputer, merokok, cuaca, serta

pengaruh iklim yang terjadi pada daerah tersebut merupakan penyebab dari

ketidakstabilan suhu udara di dalam rumah.

Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis, berada pada

belahan timur bumi. Letak Astronomi Indonesia adalah 6⁰ LU (Lintang

Utara) - 11⁰ LS (Lintang Selatan) dan antara 95⁰ BT (Bujur Timur) - 141⁰ BT

(Bujur Timur). Jadi tak heran jika bangunan yang ada di Indonesia lebih

banyak mendapat paparan sinar matahari disetiap tahunnya sehingga

menyebabkan suhu udara pada ruangan meningkat.

Bangunan yang berada pada daerah tropis seperti Indonesia

memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI 03-6572-2001) untuk mencapai

suhu Thermal ruangan yang digunakan yaitu nyaman optimal, antara

temperatur efektif 22,8 ⁰C-25,6 ⁰C. Pemaksimalan penghawaan alami sangat

penting untuk bangunan dan kesehatan bagi pengguna bangunan tersebut.

“Untuk ruangan normal 27˚C dan kelembaban yang baik adalah 40%”.

(Soebagio Reksosoebroto, 2009). “Suhu ruang antara 20˚C-25˚C, dengan

kelembaban diantara 40%-50%”. (Rudi Gunawan, 2008). Keberadaan jendela

baik dari segi ukuran, jumlah, dan penempatan harus direncanakan dengan

baik. Luas bukaan sebaiknya berkisar antara 25% dari luas lantai ruangan dan

bukaan ini bisa berupa jendela dan kaca mati. Pencahayaan melalui jendela

sangat dipengaruhi oleh ukuran, karena berdasarkan logika, semakin besar

11
12

jendela semakin banyak sinar matahari yang masuk. Namun seringkali sinar

matahari masuk secara berlebihan melalui jendela yang menyebabkan udara

dalam ruangan menjadi panas.

Angin diatas wiayah Indonesia umumnya bertiup dari arah timur-barat

daya kecuali Sumatra bagian utara dari arah barat-timur laut. Melihat

orientasi pada bangunan gedung di atas dengan bentuk massa persegi panjang

membentang dari barat- timur membuat beberapa bidang harus terkena

paparan sirar matahari sepanjang waktu. Suhu udara yang panas, lembab dan

kurang oksigen(O₂) sering kali membuat manusia merasa kurang nyaman

melakukan berbagai aktivitas. Hal tersebut dapat menyebabkan lingkungan

kerja yang tidak nyaman, istirahat kurang maksimal, pikiran tidak segar, dan

tubuh yang mudah lelah dan tidak fit. Pekerjaan yang banyak dan menumpuk

akan menyita banyak waktu pelaku aktifitas untuk dapat menyelesaikan

pekerjaannya. Perencanaan tata udara yang baik dan benar sangat

berpengaruh pada kinerja ruang itu sendiri dan juga kinerja manusia dalam

melakukan pekerjaannya. Maka dari itu sekitar 20˚C-27˚C dengan

kelembaban udara diantaranya berkisar 40%-50% menjadi standar suhu

ruang untuk kenyamanan ruang itu sendiri, baik ruang kerja idustri, ruang

kelas, perpustakaan, ruang perkantoran dan ruang-ruang lainnya.

Berdasarkan observasi dengan melakukan diskusi kebeberapa

narasumber atau pelaku aktivitas pada gedung PKM UNM mengeluhkan

tentang keterbatasan ruang gedung menjadi penghambat jalannya kegiatan

serta ketidak optimalnya penghawaan pada ruangan membuat beberapa orang

12
13

merasa tidak nyaman beraktifitas dalam ruangan. Dari segi penghawaan

bangunan gedung PKM UNM ini terdiri dari banyak ruang dan sekat,

sirkulasi udara yang masuk ke dalam ruang tidak bergerak menyeleruh pada

semua ruang membuat beberapa ruang tidak mendapatkan menghawaan yang

bagus. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap posisi letak bangunan pada

site, terkait sirkulasi angin pada site. Orientasi bangunan terhadap arah angin

perlu diperhatikan, hal tersebut betujuan untuk menjaga kestabilan sirkulasi

angin pada bangunan. Letak bangunan tegak lurus terhadap arah angin bisa

mengoptimalkan udara untuk masuk ke dalam bangunan. Meknisme

penerapan teknis Cross Ventilation terhadap fasad bangunan tidak di sadari

oleh sebagian banyak orang bahwa sangat menguntungkan bangunan pada

daerah iklim tropis. Pemanfaatan sirkulasi udara yang bagus pada bangunan

biasanya memberikan bukaan pada dinding yang menghadap kepada bukaan

disebelahnya dengan jarak yang cukup panjang akan membuat perputaran

udara menjadi optimal.

Hasil observasi lapangan menghadirkan hipotesa bahwa kondisi

penghawaan alami gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Universitas Negri

Makassar belum memenuhi standar faktor kenyamanan dalam ruang. Kondisi

suhu ruang dalam bangunan cenderung tinggi pada siang hari dan temperature

tersebut masih relatif tinggi pada malam hari, meskipun pada saat itu

temperature udara luar relatif rendah di karenakan tidak terjadinya pertukaran

udara.

13
14

Menurut Rilatupa (2008) bahwa “Untuk menyelenggarakan aktivitas

di dalam ruang agar terlaksana secara baik manusia memerlukan kondisi fisik

tertentu di sekitar yang dianggap nyaman. Salah satu kondisi fisik yang

nyaman adalah suhu nyaman, yaitu satu kondisi termal udara dalam ruang

yang tidak memnggangu tubuhnya”.

Penulis merupakan pelaku aktivitas sebagai mahasiswa UNM dalam

hal ini telah menyaksikan banyak hal dan berdiskusi dengan berbagai pelaku

kegiatan harian organisasi mengenai gedung PKM serta menaruh harapan

besar demi kemajuan UKM dan UNM tentunya. Dengan ketersediaan sarana

dan prasarana yang lengkap dan bagus, akan mendorong semangat mahasiswa

untuk berkarya dan berprestasi tentu akan membantu meningkatkan eksistensi

dan predikat kampus.

Oleh karena itu,hal yang dianggap penting untuk melakukan tinjauan

kembali terhadap Gedung PKM berdasarkan kenyamanan bagi pengguna

gedung PKM sehingga dalam hal ini penulis tertarik mengangkat judul

“Kelayakan penghawaan Alami Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa

Univesitas Negri Makassar”.

14
15

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini ialah bagaimana

kelayakan penghawaan alami ditinjau dari standar penghawaan pada gedung

PKM Universitas Negeri Makassar?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan

penghawaan alami pada runag gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Universitas

Negeri Makassar

D. Manfaat Penelitian

1. Adapun manfaat teoritis penelitian ini ialah memberikan ialah

memberikan bukti empiris mengenai studi kelayakan penghawaan

gedung PKM Universitas Negri Makassar.

2. Manfaat praktis penelitian ini adalah diharapakan dapat menjadi salah

satu dasar penentuan keputusan dalam perencannan ruang gedung yang

nyaman secara termal pada ruangsnn PKM Universitas Negeri Makassar

15

Anda mungkin juga menyukai