Anda di halaman 1dari 34

Modul 1

Ekonomi Makro
Rina Oktaviani, Ph.D.
Tanti Novianti, S.P., M.Si.

PE NDAHUL UA N

D alam modul ini akan dibahas konsep dasar ekonomi makro, jenis-jenis
pasar yang meliputi pasar tenaga kerja (labor market), pasar komoditas
(commodity market), dan pasar keuangan (financial market). Dalam
pembahasan pasar keuangan, akan dibahas pasar uang (money market) dan
pasar modal (capital market). Selain itu juga dalam modul ini akan dibahas
mengenai pelaku ekonomi dan kegiatan perekonomian yang terjadi. Materi
dalam modul ini merupakan lanjutan dari materi pokok yang telah diuraikan
dalam BMP Pengantar Ilmu Ekonomi makro.
Pemahaman materi modul ini berguna bagi Anda untuk memahami
konsep dasar ekonomi makro, sehingga pada akhirnya Anda dapat
menjelaskan mengapa sebagian negara mengalami pertumbuhan pendapatan
yang cepat di abad yang lalu sedangkan sebagian lainnya tetap miskin?
Mengapa sebagian negara mengalami tingkat inflasi yang tinggi sedangkan
negara lainnya berhasil mempertahankan tingkat harga yang stabil? Faktor-
faktor apa yang menyebabkan perbedaan tersebut? Ekonomi makro yang
merupakan studi tentang perekonomian secara menyeluruh berusaha
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Dengan mempelajari materi modul ini dengan seksama, di akhir proses
pembelajaran Anda akan dapat menjelaskan:
1. Pengertian dan konsep ekonomi makro;
2. Jenis-jenis pasar dalam ekonomi makro;
3. Pelaku ekonomi dan alur kegiatan perekonomian; serta
4. Pengukuran kegiatan perekonomian.

Untuk mempermudah Anda memahami materi dalam modul ini, materi


dalam modul ini akan dikembangkan menjadi tiga (3) kegiatan belajar, yaitu:
pertama konsep ekonomi makro, kedua, pasar dalam ekonomi makro yang
1.2 Teori Ekonomi Makro 

meliputi pasar tenaga kerja, pasar komoditas dan pasar keuangan, dan ketiga,
pelaku ekonomi dan alur kegiatan perekonomian serta pengukuran kegiatan
dalam perekonomian.
 ESPA4220/MODUL 1 1.3

Kegiatan Belajar 1

Konsep Ekonomi Makro

E konomi makro adalah studi mengenai perekonomian secara menyeluruh


(agregat) yang meliputi analisis perilaku perekonomian secara agregat,
seperti perubahan pendapatan agregat; perubahan harga secara umum; dan
tingkat pengangguran, tanpa terlalu menaruh banyak perhatian pada hal-hal
yang bersifat rinci. Perilaku agregat mengacu pada perilaku semua rumah
tangga dan perusahaan sekaligus. Misalnya, pada saat membicarakan pasar,
yang kita bicarakan dalam hal ini adalah interaksi antara pasar tenaga kerja,
pasar komoditas dan pasar keuangan, bukan pasar untuk satu macam barang
seperti halnya di pasar mikro (pasar beras, pasar elektronik, atau pasar kain)
tetapi pasar sebagai satu kesatuan yang saling berinteraksi. Dengan demikian
output, pengangguran, dan tingkat harga yang menjadi data-data ekonomi
makro tersebut menjadi pertimbangan penting bagi ahli ekonomi makro
sebagai rekomendasi kepada para pembuat kebijakan (pemerintah) untuk
mengetahui bagaimana kondisi perekonomian atau bahkan mengukur kinerja
perekonomian suatu negara. Hal ini penting karena akan memberikan
implikasi kepada perekonomian di level mikro yaitu rumah tangga dan
perusahaan.
Bila Anda sering membaca surat kabar ataupun menyaksikan berita,
setiap hari Anda bisa membaca kondisi perekonomian nasional maupun
dunia seperti “Pertumbuhan Ekonomi Dunia melambat, Langkah-langkah
Bank Sentral di berbagai negara menanggulangi Krisis Finansial Global
tahun 2008 dan Jatuhnya Harga Saham”. Meskipun tampaknya terlihat
abstrak, namun masalah-masalah ekonomi makro tersebut sangat
mempengaruhi perekonomian suatu negara dan negara lain yang saling
berhubungan bahkan kehidupan setiap orang di dunia ini.
Karena kondisi perekonomian mempengaruhi setiap orang, maka isu-isu
ekonomi makro memegang peranan penting dalam kehidupan bahkan dalam
perdebatan politik sekalipun. Para pemilih sangat memperhatikan kinerja
perekonomian. Mereka sangat tahu bahwa kebijakan pemerintah akan sangat
mempengaruhi perekonomian. Seringkali kita melihat popularitas seorang
pemimpin suatu negara pun akan terpuruk ketika perekonomian memburuk
ataupun sebaliknya.
1.4 Teori Ekonomi Makro 

Meskipun upaya membuat kebijakan ekonomi berada di tangan


pemerintah, namun tugas menjelaskan bagaimana perekonomian secara
menyeluruh bekerja, berada di tangan para ahli ekonomi makro. Untuk itu
para ahli ekonomi makro mengumpulkan data tentang variabel-variabel
makro seperti pendapatan, tingkat harga, pengangguran dan data lainnya dari
periode waktu yang berbeda dan negara-negara yang berbeda untuk
kemudian merumuskan teori umum yang akan membantu menjelaskan
fenomena perekonomian.
Tiga variabel ekonomi makro yang dapat digunakan sebagai indikator
utama untuk mengukur kinerja perekonomian suatu negara adalah:
1. Produk domestik bruto riil (PDB riil) yang mengukur pendapatan total
semua orang dalam perekonomian selama periode tertentu.
2. Tingkat inflasi (inflation rate) yang mengukur seberapa besar harga
meningkat.
3. Tingkat pengangguran (unemployment rate) yang mengukur bagian dari
angkatan kerja yang belum bekerja.

Para ahli ekonomi makro mempelajari bagaimana variabel-variabel ini


diukur, mengapa variabel-variabel itu berubah, dan bagaimana variabel-
variabel itu saling berinteraksi.

A. BAGAIMANA EKONOM BERPIKIR

Ekonom menggunakan model untuk memahami dunia. Para ekonom


menggunakan model untuk menyederhanakan fenomena ekonomi yang
terjadi. Model adalah teori yang disederhanakan yang menunjukkan
hubungan penting variabel-variabel ekonomi. Para ekonom membangun
model untuk membantu menjelaskan variabel-variabel ekonomi, seperti PDB,
inflasi, dan tingkat pengangguran. Model tersebut sering dalam bentuk
simbol dan persamaan matematis hubungan antarvariabel.
Model itu sendiri memiliki dua jenis variabel, pertama, variabel endogen
(endogenous variables) yaitu variabel yang akan dijelaskan oleh sebuah
model dan merupakan output model. Kedua, variabel eksogen (exogenous
variables) yaitu variabel-variabel yang nilainya ditentukan di luar model dan
merupakan input model. Tujuan dari sebuah model adalah menunjukkan
bagaimana variabel eksogen mempengaruhi variabel ensogen.
 ESPA4220/MODUL 1 1.5

Model
Variabel Eksogen Variabel Endogen

Sumber : Mankiw, (2003)

Gambar 1.1.
Bagaimana Model Bekerja

Untuk mengonkretkan konsep tersebut, maka akan diilustrasikan model


ekonomi permintaan dan penawaran yang pada modul ini dicontohkan untuk
komoditas beras. Model permintaan dan penawaran untuk komoditas beras
digunakan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi harga dan kuantitas
beras. Dengan asumsi interaksi permintaan dan penawaran tersebut terjadi
dalam pasar persaingan sempurna, maka:
1. Fungsi Permintaan Beras
Kuantitas beras yang diminta oleh konsumen dinotasikan dengan Qd
dipengaruhi oleh harga beras itu sendiri (P) dan pendapatan agregat (Y).
Hubungan ini diekspresikan melalui persamaan:
Qd= D(P,Y)
dimana D( ) merepresentasikan fungsi permintaan.
2. Fungsi Penawaran Beras
Kuantitas beras yang ditawarkan oleh produsen QS dipengaruhi oleh
harga beras (P) dan harga input untuk memproduksi beras (Pi), seperti
harga pupuk. Hubungan ini diekspresikan melalui persamaan:
Qs= S(P,Pi)
dimana S( ) merepresentasikan fungsi penawaran.
3. Kondisi Keseimbangan
Dengan asumsi harga beras dapat menyesuaikan untuk menyeimbangkan
kuantitas beras yang diminta dan ditawarkan, maka fungsi persamaan
beras saat terjadinya keseimbangan dapat diketahui melalui persamaan
identitas di bawah ini:
Qd=Qs
1.6 Teori Ekonomi Makro 

Model permintaan dan penawaran komoditas beras secara ilustratif


disajikan dalam Gambar 1.2.
P

Sumber: Mankiw, 2003

Gambar 1.2.
Model Permintaan dan Penawaran Beras

Seperti terlihat pada Gambar 1.2, kurva permintaan berbentuk miring ke


bawah (berslope negatif) yang menghubungkan harga beras dengan jumlah
beras yang konsumen inginkan. Slope negatif dari kurva permintaan ini
menunjukkan bahwa peningkatan harga suatu komoditas akan menurunkan
jumlah permintaan komoditas tersebut. Kurva penawaran berbentuk miring
ke atas (berslope positif) yang menghubungkan harga beras dengan jumlah
beras yang penjual tawarkan. Slope positif ini menunjukkan bahwa
peningkatan harga suatu komoditas akan meningkatkan penawaran
komoditas tersebut. Titik di mana kedua kurva berpotongan adalah kondisi
keseimbangan pasar, yang menunjukkan harga keseimbangan beras dan
jumlah keseimbangan beras.
Model permintaan dan penawaran yang telah dijelaskan sebelumnya
dapat digunakan untuk mengetahui seberapa banyak perubahan variabel
eksogen (yaitu pendapatan agregat dan harga input) dapat mempengaruhi
variabel endogen (harga beras). Misalkan, peningkatan pendapatan agregat
mengakibatkan permintaan akan beras juga meningkat, pada harga berapa
pun konsumen ingin membeli lebih banyak beras. Perubahan ini ditunjukkan
oleh pergeseran ke kanan kurva permintaan. Pasar bergerak ke perpotongan
baru dari penawaran dan permintaan. Pergeseran permintaan tersebut
mengakibatkan peningkatan harga dan kuantitas keseimbangan beras, seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 1.3
 ESPA4220/MODUL 1 1.7

E2
E1

Sumber: Mankiw, 2003

Gambar 1.3.
Perubahan Ekuilibrium akibat Pergeseran Permintaan

Sementara itu, peningkatan harga input beras seperti kenaikan harga


pupuk, kenaikan harga benih ataupun kenaikan harga obat-obatan tanaman
mengakibatkan kenaikan biaya produksi sehingga terjadi penurunan
penawaran beras. Penurunan penawaran beras akan menggeser kurva
penawaran ke kiri atas. Sehingga harga beras akan meningkat dan komoditas
beras secara implikatif akan menurun (Gambar 1.4).

Sumber: Mankiw, 2003

Gambar 1.4.
Perubahan Ekuilibrium akibat Pergeseran Penawaran
1.8 Teori Ekonomi Makro 

B. HARGA: FLEKSIBEL VERSUS KAKU

Asumsi yang berperan penting dalam pembahasan ekonomi makro


adalah asumsi yang terkait dengan kecepatan penyesuaian upah dan harga.
Asumsi keseimbangan pasar (market clearing) terjadi jika diasumsikan
bahwa pasar bergerak ke arah keseimbangan permintaan dan penawaran, di
mana terjadi pergerakan harga barang dan jasa dengan cepat untuk
menyeimbangkan jumlah yang ditawarkan dan jumlah yang diminta.
Walaupun model keseimbangan pasar mengasumsikan seluruh upah dan
harga fleksibel, namun realita yang terjadi umumnya upah dan harga bersifat
kaku atau sulit untuk berubah (sticky). Meskipun demikian asumsi
fleksibilitas harga dan upah tetap valid, karena harga tidak bersifat kaku
selamanya, secara perlahan-lahan harga akan menyesuaikan diri terhadap
perubahan penawaran dan permintaan.
Asumsi keseimbangan pasar menggambarkan bagaimana perekonomian
meskipun secara lambat akan tetap menuju ke arah keseimbangan, sehingga
baik untuk mengidentifikasi isu-isu jangka sangat panjang, seperti
pertumbuhan PDB riil dari dekade ke dekade. Sebaliknya asumsi kekakuan
harga lebih representatif untuk diaplikasikan pada perekonomian jangka
pendek, seperti fluktuasi tahun ke tahun dalam PDB riil dan tingkat
pengangguran.

C. PEMIKIRAN EKONOMI MIKRO DAN MODEL EKONOMI


MAKRO

Ekonomi mikro memusatkan perhatiannya kepada bagaimana rumah


tangga dan perusahaan mengambil keputusan dan bagaimana pengambil
keputusan ini berinteraksi di pasar dengan prinsip utama yaitu untuk
mengoptimalkan utilitas rumah tangga dan laba perusahaan.
Fundamental peristiwa-peristiwa ekonomi yang berasal dari interaksi
banyak rumah tangga dan perusahaan mengakibatkan keterkaitan antara
ekonomi mikro dan ekonomi makro sangat tinggi. Apabila kita mempelajari
perekonomian secara menyeluruh, kita harus mempertimbangkan keputusan–
keputusan para pelaku ekonomi individu. Misalnya saja, untuk memahami
apa yang menentukan pengeluaran konsumen total, maka kita akan
memperhatikan keluarga yang memutuskan berapa banyak uang yang akan
dibelanjakan hari ini dan berapa banyak yang harus di tabung untuk hari
 ESPA4220/MODUL 1 1.9

esok. Demikian halnya untuk mengetahui apa yang menentukan pengeluaran


investasi total, kita harus memahami perusahaan yang memutuskan apakah
akan membangun pabrik baru. Variabel-variabel agregat (makro) hanyalah
merupakan jumlah dari variabel-variabel yang menggambarkan banyak
keputusan individu (mikro), sehingga dapat disimpulkan bahwa teori
ekonomi makro berdiri di atas pondasi teori ekonomi mikro.

LA TIH AN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Identifikasikanlah isu-isu ekonomi makro aktual yang terjadi di dunia


dalam kurun waktu satu tahun terakhir ?
2) Apakah implikasi yang terjadi di pasar komoditas beras apabila terjadi
peningkatan harga pupuk sebagai salah satu input yang dibutuhkan untuk
menghasilkan beras? Sertakan penjelasan secara grafis dengan
menggunakan model permintaan dan penawaran!
3) Apakah teori ekonomi makro terkait dengan teori ekonomi mikro? Jika
ya, bagaimana keterkaitan di antara keduanya?
4) Apakah asumsi market clearing adalah asumsi yang relevan dengan
fenomena ekonomi yang terjadi baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang? Berikan sebuah ilustrasi singkat yang berkaitan dengan
hal tersebut!

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Untuk memahami isu-isu ekonomi makro kita harus memahami variabel-


variabel kunci yang terkait dengan ekonomi makro yaitu output (PDB),
harga (inflasi) dan tenaga kerja (employment). Dari variabel-variabel
kunci tersebut, maka kita bisa menyebutkan isu-isu ekonomi makro yang
saat ini terjadi, misalnya krisis finansial global, atau kenaikan harga
pangan dunia yang pada akhirnya menyebabkan inflasi.
2) Untuk menjawab pertanyaan nomor dua, kita harus mengetahui faktor-
faktor yang menentukan penawaran suatu komoditas antara lain, harga
komoditas tersebut, harga input/faktor produksi, teknologi, dan profit.
Karena pupuk merupakan input/faktor produksi, maka apabila terjadi
1.10 Teori Ekonomi Makro 

peningkatan harga pupuk maka biaya produksi beras akan meningkat


sehingga akan memberikan peluang keuntungan yang semakin menurun.
Akibatnya akan mengurangi jumlah yang ditawarkan (kurva supply
bergeser ke kiri)
3) Lihat kembali bagaimana pemikiran ekonomi mikro menjadi landasan
bagi model ekonomi makro.
4) Lihat kembali definisi market clearing, yaitu kondisi di mana harga
barang dan jasa bergerak dengan cepat untuk menyeimbangkan jumlah
yang ditawarkan dan jumlah yang diminta. Dengan kata lain, harga
diasumsikan fleksibel. Harga yang fleksibel ini merupakan asumsi yang
baik untuk mempelajari isu-isu jangka panjang seperti pertumbuhan
PDB riil yang kita amati dari dekade ke dekade.

RA NGK UMA N

1) Ekonomi makro adalah studi tentang perekonomian secara


menyeluruh, meliputi pertumbuhan dalam pendapatan, perubahan
dalam harga, dan tingkat pengangguran.
2) Untuk memahami perekonomian, para ekonom menggunakan
model, yaitu teori yang menyederhanakan realitas untuk
menunjukkan bagaimana variabel eksogen mempengaruhi variabel
endogen.
3) Ciri penting sebuah model perekonomian adalah apakah model
tersebut mengasumsikan harga fleksibel atau kaku. Model-model
dengan harga fleksibel menjelaskan perekonomian dalam jangka
panjang, sedangkan model-model dengan harga kaku memberikan
penjelasan tentang perekonomian dalam jangka pendek.
4) Ekonomi mikro adalah studi tentang bagaimana perusahaan dan
rumah tangga individu saling berinteraksi dan membuat keputusan.
Karena peristiwa-peristiwa ekonomi makro muncul dari interaksi
ekonomi mikro, maka dapat dikatakan teori ekonomi makro berdiri
di atas pondasi ekonomi mikro.
Modul 2

Pendapatan Nasional
Dr. Sonny Harry B. Harmadi

PEN D A HU L UA N

P ada awal tahun 2008, media massa sering memberitakan tentang


terjadinya pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6.3% selama
tahun 2007, dengan nilai ekonomi yang terbentuk sebesar Rp.1.964 triliun.
Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai perekonomian yang
terbentuk pada tahun 2006, yaitu sebesar yang hanya Rp.1.847 triliun dengan
pertumbuhan ekonomi sebesar 5.5%. Hal yang menjadi pertanyaan menarik
adalah: ukuran apakah yang sebenarnya digunakan untuk menggambarkan
nilai perekonomian suatu negara sehingga akhirnya dapat mengeluarkan
angka-angka perhitungan seperti di atas?
Dalam konsep ekonomi makro dikenal istilah Produk Domestik Bruto
(PDB), yaitu indikator ekonomi yang mengukur total pendapatan dan total
pengeluaran yang terjadi dalam suatu perekonomian pada periode waktu
tertentu. Perubahan nilai PDB suatu negara merupakan sinyal terjadinya
perubahan nilai ekonomi yang terbentuk di negara tersebut. Misalnya seperti
yang terjadi di Indonesia pada tahun 2007; ketika itu, angka PDB Indonesia
mengalami peningkatan dari Rp1.847,2 triliun pada tahun 2006 menjadi
Rp1.964 triliun pada tahun 2007. Jika merujuk kepada pengertian sederhana
PDB di atas, peningkatan PDB tahun 2006-2007 tentu akan menunjukkan
terjadinya perbaikan dalam kondisi ekonomi Indonesia karena adanya
peningkatan pendapatan Indonesia selama kurun waktu tersebut.
Dalam Modul 2 ini akan dibahas tentang Pendapatan Nasional. Yaitu
tentang apa itu pendapatan nasional? Komponen apa yang ada dalam
pendapatan nasional? Bagaimana cara menghitung nilai tambah? Bagaimana
menghitung pendapatan nasional secara nominal dan riil. Untuk
memudahkan kita menjawab pertanyaan di atas, maka pembahasan dibagi
dalam tiga kegiatan belajar yaitu: (1) Pengukuran Produk Domestik Bruto,
(2) PDB Nominal dan PDB Riil, dan (3) Indikator Lain Pengukur Kinerja
Ekonomi Suatu Negara. Dalam tiap kegiatan belajar dilengkapi dengan
2.2 Pengantar Ekonomi Makro 

uraian materi, konsep, rumus, contoh, tabel, latihan, rangkuman dan tes
formatif untuk menguji kemampuan Anda terhadap kompetensi yang telah
disajikan.
Setelah mempelajari modul ini, secara khusus Anda dapat:
1. menjelaskan definisi produk domestik bruto (PDB);
2. menjelaskan komponen-komponen PDB;
3. menghitung nilai tambah;
4. menghitung PDB;
5. menjelaskan PDB nominal;
6. menjelaskan PDB riil;
7. membedakan antara PDB nominal dan PDB riil;
8. menunjukkan indikator pengukuran kinerja perekonomian selain PDB.

Tips Mempelajari Modul 2

Anda akan berhasil mempelajari modul dengan cara membaca modul ini secara
cermat, pelajari kompetensi khusus yang ingin dicapai, buatlah catatan kecil
tentang hal-hal yang Anda anggap penting. Silakan Anda coba menghitung nilai
tambah
Selamat Belajar Sukses Selalu!
 ESPA4110/MODUL 2 2.3

Kegiatan Belajar 1

Pengukuran Produk Domestik Bruto

D alam Kegiatan Belajar 1, ini kita akan membahas tentang produk


domestik bruto, definisi PDB, cara menghitung PDB, perbedaan PDB
nominal dengan riil.
Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja
perekonomian adalah Produk Domestik Bruto (PDB). Secara sederhana, PDB
adalah:

Produk = yang dijumlahkan adalah produksi barang dan jasa


Domestik = batasnya adalah wilayah suatu negara, termasuk orang
dan perusahaan asing
Bruto = yang dihitung termasuk penyusutan barang-barang
modal

Namun secara formal, yang dimaksud dengan Produk Domestik Bruto


(PDB) adalah nilai pasar dari seluruh barang/jasa akhir yang dihasilkan oleh
suatu negara dalam periode waktu tertentu. Pengertian ini memang mudah
untuk dimengerti, namun di dalam setiap frase kata dari pengertian tersebut
sebenarnya memiliki makna yang perlu ditelusuri lebih dalam.
Frase “PDB adalah nilai pasar …” menunjukkan bahwa pengukuran
PDB dilakukan dengan menggunakan nilai uang dari suatu barang dan jasa
akhir, bukan menggunakan jumlah barang. Dalam perekonomian terdapat
berbagai macam barang/jasa, dan untuk menjumlahkan seluruh barang dan
jasa tidak dapat dilakukan dengan menjumlahkan kuantitas yang tersedia.
Alhasil, Pengukuran dalam bentuk nilai uang ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya pembandingan antar barang yang tidak seimbang, bagaikan antara
apel dan jeruk, sehingga penyamaan satuan merupakan hal yang dibutuhkan.
Frase “… dari seluruh…” menunjukkan bahwa PDB memasukkan
semua produk yang diproduksi oleh perekonomian dan yang dijual di pasar
secara legal, tidak hanya berupa barang, namun juga jasa. Selain itu, ada
beberapa produk yang tidak masuk ke dalam perhitungan PDB, yaitu
barang/jasa yang diproduksi secara ilegal, di antaranya adalah obat-obatan
terlarang (narkoba) dan makanan yang diproduksi oleh rumah tangga dan
kemudian dikonsumsi langsung oleh rumah tangga tersebut. Kedua hal ini
2.4 Pengantar Ekonomi Makro 

tidak masuk dalam perhitungan PDB karena tidak pernah masuk ke dalam
pasar sehingga tidak memiliki nilai pasar.
Frase “…barang/jasa…” menunjukkan bahwa PDB dihitung dengan
memasukkan barang nyata (seperti mobil dan tas) dan barang tidak nyata
(seperti pendidikan yang diberikan guru dan pelayanan kesehatan oleh
dokter). Barang yang tidak nyata ini dikenal juga dengan sebutan jasa.
Frase “…akhir…” menunjukkan bahwa barang/jasa yang dimasukkan
dalam perhitungan PDB adalah barang/jasa jadi (yaitu yang dapat langsung
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia), bukan produk yang
setengah jadi yang masih memerlukan pengolahan lebih lanjut sebelum dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, ataupun produk
mentah yang belum diolah sama sekali. Misalnya terhadap meja belajar; yang
dimasukkan dalam perhitungan PDB adalah nilai pasar dari meja belajar,
sementara nilai pasar dari kayu gergajian yang dibeli oleh tukang untuk
menghasilkan meja tidak dimasukkan dalam perhitungan. Kenapa kayu
gergajian tidak dimasukkan dalam perhitungan PDB padahal kayu ini
memiliki nilai pasar dan diperdagangkan secara legal di pasar? Hal ini
ditujukan untuk menghindari persoalan double counting ‘perhitungan ganda’
dari suatu produk. Nilai kayu sebenarnya telah diperhitungkan dalam
menentukan nilai pasar dari meja, sehingga ketika nilai kayu juga
dimasukkan dalam perhitungan PDB, maka nilai kayu ini akan tercatat dua
kali.
Frase “…dihasilkan..” merujuk pada kondisi bahwa PDB
memperhitungkan barang/jasa yang dihasilkan pada masa sekarang.
Misalnya, penjualan sepeda motor baru oleh Yamaha akan diperhitungkan
dalam PDB, namun jika yang melakukan penjualan adalah kalian, maka tidak
dimasukkan dalam perhitungan PDB karena sepeda motor yang kalian jual
bukanlah barang/jasa yang dihasilkan pada masa sekarang.
Frase “…oleh suatu negara dalam periode waktu tertentu”
menunjukkan bahwa barang/jasa yang diperhitungkan dalam PDB adalah
barang/jasa yang dihasilkan oleh daerah-daerah yang berada dalam kawasan
suatu negara, dan pengukuran dilakukan dalam kurun waktu tertentu,
misalnya dalam kurun waktu satu tahun dan tiga bulan.
 ESPA4110/MODUL 2 2.5

A. PERHITUNGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

Dalam melakukan perhitungan terhadap PDB, terdapat tiga pendekatan


yang dapat digunakan, yaitu pendekatan pengeluaran, pendekatan
pendapatan, dan pendekatan nilai tambah. Melalui pendekatan pendapatan,
PDB dapat dipandang sebagai total pengeluaran yang dilakukan dalam
perekonomian untuk memperoleh barang/jasa, sementara melalui pendekatan
pendapatan, PDB dapat dipandang sebagai total pendapatan yang diperoleh
setiap individu yang terdapat dalam perekonomian. Kedua pendekatan
perhitungan PDB ini akan menghasilkan nilai yang sama mengingat setiap
uang yang dikeluarkan oleh si pembeli merupakan pendapatan bagi si
penjual, seperti yang diilustrasikan pada gambar berikut.

Pendapatan (1)

Tenaga Kerja (2)

Rumah Tangga Perusahaan

Barang/Jasa (3)

Pengeluaran (4)

Gambar 2.1
Pengukuran PDB sebagai Pendekatan Pendapatan dan Pendekatan
Pengeluaran
2.6 Pengantar Ekonomi Makro 

Pada Gambar 2.1 di atas terlihat bahwa aliran sebelah luar merupakan
aliran uang, sementara aliran sebelah dalam merupakan aliran barang/jasa
dan aliran tenaga kerja. Rumah tangga sebagai penyedia tenaga kerja menjual
jasa tenaga kerjanya kepada perusahaan (aliran 2) sehingga perusahaan
menjadi mampu untuk menghasilkan barang/jasa yang nantinya akan dibeli
oleh rumah tangga (aliran 3). Pembelian barang/jasa ini oleh rumah tangga
akan menimbulkan aliran uang dari rumah tangga ke perusahaan (aliran 4).
Aliran uang ini merupakan pengeluaran bagi rumah tangga (atau pendapatan
bagi perusahaan). Pengeluaran rumah tangga ini (yang merupakan
pendapatan bagi perusahaan) ini nantinya akan digunakan oleh perusahaan
untuk membayar upah pekerjanya.
Berdasarkan gambaran ini, terlihat bahwa setiap transaksi yang
mempengaruhi pengeluaran akan ikut mempengaruhi pendapatan, dan setiap
transaksi yang mempengaruhi pendapatan pasti akan mempengaruhi
pengeluaran, sehingga tidak salah untuk mengatakan bahwa pengeluaran
yang terjadi akan sama dengan pendapatan yang diterima.

1. Perhitungan PDB dengan Pendekatan Pengeluaran


GDP atau PDB memiliki empat komponen dalam perhitungan dengan
pendekatan pengeluaran, yaitu pengeluaran konsumsi (C), pengeluaran
investasi (I), pengeluaran pemerintah (G), dan ekspor bersih (NX). Karena
PDB dapat diartikan sebagai total pengeluaran dalam perekonomian, maka
perhitungan PDB dapat dilakukan mengikuti rumus:

PDB = C + I + G + NX

atau dengan kata lain, PDB merupakan penjumlahan dari konsumsi, investasi,
pengeluaran pemerintah, dan net ekspor.
Karena persamaan di atas merupakan terjemahan matematis dari definisi
PDB dengan pendekatan pengeluaran, maka persamaan ini disebut juga
dengan persamaan identitas, yaitu persamaan identitas pendapatan nasional.

a. Pengeluaran Konsumsi
Komponen yang termasuk ke dalam variabel konsumsi adalah barang
dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga, yang dapat berupa barang tahan
lama, barang tidak tahan lama, dan jasa. Yang dimaksud dengan barang tahan
lama adalah barang yang dapat bertahan dalam jangka waktu lama, seperti
 ESPA4110/MODUL 2 2.7

mobil dan televisi; dan barang yang tidak tahan lama merupakan barang yang
bertahan dalam jangka pendek seperti makanan dan pakaian.

b. Investasi
Yang dimaksud dengan investasi adalah kegiatan yang dapat
meningkatkan kemampuan perekonomian dalam menghasilkan output di
masa depan, yang dapat berupa peningkatan stok fisik dari modal, maupun
stok nonfisik. Dengan konsep ini, tindakan membeli saham/obligasi
merupakan tindakan yang tidak dikategorikan ke dalam investasi. Tindakan
yang dapat dikategorikan sebagai investasi di antaranya adalah membangun
rumah, membeli mesin, penambahan persediaan produk perusahaan, dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Tindakan membangun rumah,
membeli mesin, penambahan persediaan produk perusahaan dikategorikan
sebagai tindakan untuk meningkatkan stok fisik dari modal, sementara
tindakan peningkatan kualitas SDM merupakan tindakan meningkatkan stok
non-fisik dari modal.

c. Pengeluaran pemerintah
Yang termasuk ke dalam kategori pengeluaran pemerintah adalah
tindakan pemerintah dalam membeli barang/jasa seperti pembelian peralatan
militer dan pembangunan jalan. Namun, tindakan pemerintah yang
memberikan transfer kepada individu, seperti tindakan pemberian Bantuan
Langsung Tunai (BLT) sebagai kompensasi kenaikan harga BBM, tidak
dikategorikan sebagai pengeluaran pemerintah karena tindakan pemerintah
ini tidak menyebabkan perubahan kemampuan perekonomian dalam
memproduksi barang/jasa.

d. Ekspor Bersih
Komponen net ekspor ini merupakan komponen dalam PDB yang
menghitung transaksi perdagangan suatu negara dengan negara lainnya. Net
ekspor ini dapat menggambarkan besarnya permintaan luar negeri terhadap
barang yang dihasilkan oleh suatu negara. Nilai net ekspor ini dihitung
dengan mengurangkan antara nilai ekspor dengan nilai impor suatu negara.
Negara dengan nilai net ekspor yang positif berarti bahwa negara tersebut
memiliki nilai ekspor yang lebih besar dibandingkan dengan nilai impornya.
Sebaliknya jika negara tersebut memiliki net ekspor yang negatif, berarti nilai
impor negara tersebut lebih besar dibandingkan dengan nilai ekspornya.
2.8 Pengantar Ekonomi Makro 

Boks 1
Konsumsi Rumah Tangga Mencapai 63,5 Persen

Indonesia menggunakan Rp2.511,3 triliun atau sekitar 63,5 persen (dari produk
domestik bruto/PDB pada 2007 yang mencapai Rp3.957,4 triliun) untuk konsumsi
rumah tangga (RT). Penggunaan PDB untuk konsumsi rumah tangga meningkat sebesar
0,8 persen dibandingkan 2006 yang mencapai 62,7 persen. Hal tersebut diungkapkan
Deputi Bidang Neraca dan Analisa Statistik Badan Pusat Statistik (BPS), Slamet
Soetomo, dalam konferensi pers mengenai laporan BPS tentang pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada 2007 di Jakarta, Jumat (15/2), seperti dikutip dari Antara.

"Konsumsi rumah tangga masih cukup besar. Hal ini karena makin banyaknya
penawaran konsumsi rumah tangga. Di mal-mal kita temui kredit nol persen untuk
keperluan rumah tangga," kata Slamet Soetomo.

Data BPS juga menunjukkan, PDB untuk pembentukan modal tetap bruto atau
investasi fisik sebesar Rp983,8 triliun (8,3 persen) meningkat sebesar 0,8 persen dari
2006 yang mencapai 24,9 persen. Sedangkan, penggunaan PDB untuk konsumsi
pemerintah mencapai Rp329,8 triliun atau menurun sebesar 0,3 persen dibanding
2006. Penurunan juga terjadi pada transaksi ekspor dan impor. Penggunaan PDB untuk
transaksi ekspor 2007 sebesar Rp1.162 triliun (29,4 persen) atau menurun sebesar 0,6
persen dari tahun 2006, sedangkan impor sebesar Rp1.002,5 triliun (25,3 persen) atau
menurun 0,3 persen.

Sementara itu, mengenai pertumbuhan ekonomi, Slamet mengatakan, sumber utama


yang mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,32 pada 2007 adalah
ekspor yang berkontribusi sebesar 3,8 persen. "Komponen terbesar PDB yaitu konsumsi
rumah tangga hanya memberikan sumbangan sebesar 2,9 persen. Sedangkan
pembentukan modal tetap bruto atau investasi sebesar 2,0 persen dan konsumsi
pemerintah sebesar 0,3 persen," katanya.

Sumber: Kompas (Jumat, 15 Februari 2008)

2. Perhitungan PDB dengan Pendekatan Pendapatan


Pengukuran PDB dengan pendekatan pendapatan dilakukan dengan
menjumlahkan seluruh komponen pendapatan yang terdapat dalam
perekonomian. Namun sebelum membahas komponen PDB dengan
 ESPA4110/MODUL 2 2.9

pendekatan pendapatan ini, akan dikupas terlebih dahulu apa yang dimaksud
dengan pendapatan.
Pendapatan pada dasarnya adalah balas jasa terhadap input/faktor
produksi yang digunakan dalam proses produksi. Dalam perekonomian,
terdapat empat kelompok besar faktor produksi, yaitu tenaga kerja, modal,
sumber daya alam, dan keahlian/kewirausahaan. Masing-masing faktor
produksi ini akan memperoleh balas jasa masing-masing berupa upah, bunga
atas modal, sewa, dan laba usaha.

Tabel 2.1
Faktor Produksi dan Balas Jasa yang Diterima

Faktor Produksi Balas Jasa


Tenaga Kerja Upah
Modal Bunga modal
Sumber daya alam (Tanah) Sewa
Keahlian Laba usaha

Karena PDB merupakan penjumlahan dari seluruh komponen


pendapatan yang terdapat dalam perekonomian, maka perhitungan PDB
dengan pendekatan pendapatan dapat dilakukan dengan mengikuti formula:

PDB = w + r + S + π

Dimana w adalah upah, r adalah bunga modal, S adalah sewa, dan

adalah laba usaha.

3. Perhitungan PDB dengan Pendekatan Nilai Tambah/Pendekatan


Produksi
Sebenarnya selain dengan pendekatan pendapatan dan pendekatan
pengeluaran, terdapat satu metode lagi yang dapat digunakan untuk
mengukur nilai PDB suatu perekonomian, yaitu dengan pendekatan nilai
tambah/pendekatan produksi.
Contoh perhitungan sederhana dari PDB dengan pendekatan produksi ini
dapat diamati dari tabel struktur input industri mebel berikut:
2.10 Pengantar Ekonomi Makro 

Tabel 2.2
Contoh Perhitungan PDB dengan Pendekatan Produksi

Input yang Digunakan Nilai Pasar Input Nilai Tambah


Kayu gelondongan 100 100*
Kayu gergajian 150 50
Kerangka mebel 225 75
Mebel 325 100
Total Nilai Tambah 325

*) nilai tambah dari kayu gelondongan sama dengan nilai pasarnya karena kayu gelondongan ini
merupakan input primer, yaitu input yang diperoleh langsung dari alam dan belum diolah
lebih lanjut.

Untuk memproduksi mebel, diperlukan proses pengolahan input dari


kayu gelondongan menjadi kayu gergajian, kemudian dari kayu gergajian ini
diolah menjadi kerangka mebel, dan dari kerangka mebel diolah menjadi
mebel. Biaya produksi untuk menghasilkan masing-masing produk ini pada
dasarnya merupakan bagian dari biaya produksi dari produk lain hasil
pengolahan lanjutannya. Misalnya biaya produksi untuk menghasilkan
kerangka mebel telah mencakup biaya produksi kayu gergaji, dan biaya
produksi produk mebel telah mencakup biaya produksi pabrik kayu gergaji
dan biaya produksi kerangka mebel.
Karena dalam harga sebuah barang sudah terdapat biaya bahan baku,
maka nilai tambah suatu produk adalah harga produk yang dihasilkan
dikurangi harga atau biaya bahan baku. Nilai tambah ini merupakan
sumbangan perusahaan dalam produksi nasional. Misalnya harga kayu
gergajian Rp 150,- per meter, harga bahan mentah berupa kayu gelondongan
sebesar Rp 100,-, maka nilai tambah kayu gergajian tersebut adalah Rp 50,-.
Nilai tambah inilah yang dihitung dalam pendapatan nasional, karena itu
pendapatan nasional adalah nilai jual dikurangi biaya bahan mentah.
Persoalan yang perlu dicermati dari perhitungan PDB dengan
pendekatan nilai tambah ini adalah munculnya masalah perhitungan ganda
(double counting).
Untuk memproduksi mebel, diperlukan proses pengolahan input dari
kayu gelondongan menjadi kayu gergajian, kemudian dari kayu gergajian ini
diolah menjadi kerangka mebel, dan menjadi mebel. Nilai ekonomi
pengolahan dari kayu gelondongan menjadi kayu gergajian adalah sebesar
 ESPA4110/MODUL 2 2.11

150 (= nilai dari kayu gelondongan (100) + dengan nilai tambah dari kayu
gergajian (50)). Nilai ekonominya bukanlah 250 (= nilai pasar kayu
gelondongan (100) + kayu gergajian (150)) karena jika nilai ekonomi kayu
gergajian dihitung dengan konsep ini, maka akan terjadi perhitungan ganda.
Kenapa? Hal ini karena nilai pasar dari kayu gergajian yang bernilai 150 pada
dasarnya telah memasukkan nilai pasar dari kayu gelondongan yang menjadi
bahan dasar untuk menghasilkan kayu gergajian. Hal yang sama juga
diterapkan untuk menghitung nilai ekonomi dari mebel, yaitu dengan
menjumlahkan seluruh nilai tambah yang tercipta.

Total Nilai Tambah Mebel


= nilai tambah (NT) kayu gelondongan + NT kayu gergajian
+ NT kerangka mebel + NT mebel

Total Nilai Tambah Mebel = 100 + 50 + 75 + 100 = 325

Penjumlahan total dari nilai tambah ini merupakan nilai dari pendapatan
nasional. Bila diamati, nilai ini sama dengan nilai akhir dari mebel seperti
yang tercantum dalam Tabel 2.2 kolom 2.
Jika diamati lebih dalam, perhitungan PDB dengan pendekatan nilai
tambah ini pada dasarnya adalah perhitungan nilai ekonomi yang diciptakan
oleh sektor-sektor ekonomi yang terdapat di suatu negara. Pada Tabel 2.2 di
atas, input-input yang digunakan dalam proses produksi mebel di atas pada
dasarnya dapat dikelompokkan atas tiga kelompok sektor ekonomi, yaitu
sektor primer (kayu gelondongan), sektor industri (kayu gergajian dan
kerangka mebel), dan sektor perdagangan (mebel). Jadi secara tidak langsung
perhitungan PDB dengan pendekatan nilai tambah ini merupakan perhitungan
PDB yang dilakukan per sektor ekonomi. Di Indonesia, hasil perhitungan
PDB dengan pendekatan nilai tambah ini disajikan menurut sembilan sektor
ekonomi.

Tabel 2.3
Perhitungan Pendapatan Nasional per Sektoral

No. Sektor Ekonomi Nilai


1 Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan Rp xxx
2 Pertambangan dan penggalian Rp xxx
3 Industri pengolahan Rp xxx
2.12 Pengantar Ekonomi Makro 

No. Sektor Ekonomi Nilai


4 Listrik, gas dan air minum Rp xxx
5 Bangunan Rp xxx
6 Pengangkutan dan komunikasi Rp xxx
7 Perdagangan Rp xxx
8 Bank dan Lembaga Keuangan lainnya Rp xxx
9 Sewa Rp xxx
10 Pemerintah dan Pertahanan Rp xxx
11 Jasa - jasa lainnya Rp xxx
Jumlah GDP Rp xxx

Boks 2
Sektor Pertanian Kontributor terbesar Pertumbuhan Ekonomi

JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal


ketiga 2007 mencapai 6,5 persen dibanding kuartal yang sama tahun lalu.
Sumbangan tertinggi pertumbuhan ekonomi yang di luar perkiraan banyak pihak ini
berasal dari sektor pertanian sebesar 1,3 persen. Data BPS menunjukkan, tingkat
pertumbuhan pertanian naik menjadi 4,3%. Ini mengulangi sejarah bahwa
pertumbuhan pertanian mampu di atas 3%. ‗‘Dalam sejarah republik, hanya empat
kali pertumbuhan pertanian di atas 3%. Biasanya relatif rendah,‘‘ kata Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono pada Penghargaan Ketahanan Pangan 2007 di Istana
Negara Jakarta, Kamis 15/11).

Perkembangan ekonomi pada triwulan III/2007 menunjukkan bahwa semua sektor


ekonomi mengalami pertumbuhan. Dibandingkan triwulan sebelumnya, pertumbuhan
terbesar terjadi pada sektor pertanian sebesar 10,2 persen, karena terjadinya
pertumbuhan yang cukup tinggi pada produk subsektor perkebunan (33,7 persen).
Selanjutnya sektor pertambangan-penggalian tumbuh 0,3 persen, industri
pengolahan sebesar 3,0 persen, sektor listrik –gas –air bersih 3,6 persen, sektor
konstruksi 3,2 persen, sektor perdagangan-hotel-restoran 4,1 persen, sektor
pengangkutan-komunikasi 5,2 persen, sektor keuangan-real estat-jasa perusahaan
2,1 persen, dan sektor jasa-jasa 1,1 persen.

Menanggapi capaian sektor pertanian, Kepala BPS, Rusman Heriawan, berkata: ―Ini
baru kali pertama terjadi. Ini adalah rahmat tak terduga di saat terjadi euphoria
 ESPA4110/MODUL 2 2.17

Kegiatan Belajar 2

PDB Nominal dan PDB Riil

S ebelum ini kita telah membahas tentang pengukuran produk domestik


bruto dari sisi pengeluaran dan pendapatan, kemudian pembahasan akan
dilanjutkan dengan PDB nominal dan PDB riil dan bagaimana cara
mengukurnya. Untuk lebih jelasnya silakan Anda baca sajian berikut ini.

A. PDB NOMINAL DAN PDB RIIL

Meningkatnya nilai PDB pada dasarnya menunjukkan dua hal, yaitu


1) terjadinya peningkatan produksi barang/jasa, dan 2) meningkatnya harga
barang dan jasa yang diproduksi. Ekonom mencoba untuk memisahkan kedua
efek dari peningkatan nilai PDB ini sehingga akhirnya memunculkan konsep
yang dikenal sebagai PDB riil dan PDB nominal. Yang dimaksud dengan
PDB riil merupakan produksi barang/jasa yang dihitung dengan
menggunakan harga konstan, sementara yang dimaksud dengan PDB
nominal adalah produksi barang/jasa yang dihitung dengan menggunakan
harga masa sekarang. Agar lebih memahami konsep PDB riil dan PDB
nominal, perhatikan ilustrasi berikut:
Misalkan Indonesia hanya memproduksi dua komoditas, yaitu padi dan
jagung dengan data produksi sebagai berikut:

Tabel 2.4.
Ilustrasi Pengukuran PDB Nominal dan PDB Riil

Jumlah
Jumlah Harga
Harga Padi produksi
Tahun Produksi Jagung
(Rp/Kg) Jagung
Padi (Kg) (Rp/Kg)
(Kg)
2004 200 100 100 50
2005 300 150 200 100
2006 400 200 300 150
2007 500 250 400 200
2.18 Pengantar Ekonomi Makro 

Berdasarkan data di atas, perhitungan PDB nominal dilakukan dengan


menghitung nilai uang dari produksi barang/jasa dengan teknis perhitungan:
PDB tahun 2004 = (Rp200 x 100kg) + (Rp100 + 50kg) = Rp25.000
PDB tahun 2005 = (Rp300 x 150kg) + (Rp200 + 100kg) = Rp65.000
PDB tahun 2006 = (Rp400 x 200kg) + (Rp300 + 150kg) = Rp125.000
PDB tahun 2007 = (Rp500 x 250kg) + (Rp400 + 200kg) = Rp205.000

Berdasarkan ilustrasi perhitungan PDB nominal di atas terlihat bahwa


perhitungan nilai produksi barang/jasa dilakukan dengan menggunakan harga
saat sekarang.
Bagaimana dengan nilai PDB riil Indonesia? Perhitungan PDB riil,
seperti yang telah dikemukakan di atas, dilakukan dengan menggunakan
harga konstan/harga tahun dasar. Jika dimisalkan tahun dasar dari
perhitungan PDB riil adalah tahun 2004, maka perhitungan PDB riil akan
dilakukan dengan menggunakan harga tahun 2001. Teknis perhitungan PDB
riil Indonesia tahun 2004, 2005, 2006, dan 2007 adalah:

PDB tahun 2004 = (Rp200 x 100kg) + (Rp100 + 50kg) = Rp25.000


PDB tahun 2005 = (Rp200 x 150kg) + (Rp100 + 100kg) = Rp40.000
PDB tahun 2006 = (Rp200 x 200kg) + (Rp100 + 150kg) = Rp55.000
PDB tahun 2007 = (Rp200 x 250kg) + (Rp100 + 200kg) = Rp70.000

Berbeda dengan PDB nominal yang menggunakan harga sekarang,


perhitungan PDB riil dilakukan dengan menggunakan harga tahun 2004
(tahun dasar) di setiap tahun perhitungan PDB.
Di antara PDB riil dan PDB nominal, indikator yang paling baik
digunakan untuk mengamati kinerja perekonomian adalah PDB riil karena
peningkatan nilai PDB riil ini mutlak hanya mencerminkan peningkatan
output produksi suatu perekonomian. Sementara itu pada PDB nominal,
peningkatan nilainya tidak serta merta disebabkan oleh terjadinya
peningkatan output perekonomian, namun juga dapat disebabkan oleh
terjadinya peningkatan harga. Misalkan, jika suatu perekonomian tidak
mengalami peningkatan output produksi, PDB nominal dapat saja mengalami
peningkatan seandainya terjadi kenaikan harga produk dari tahun ke tahun.
Kemudian apa yang dimaksud dengan PDB deflator? PDB deflator
merupakan nilai yang mencerminkan harga barang dan jasa. Yang diukur dari
 ESPA4110/MODUL 2 2.19

perbandingan antara PDB nominal dan PDB riil. Deflator PDB dirumuskan
sebagai:

PDB Nominal
PDB deflator = × 100
PDB Rill

Karena PDB nominal dan PDB riil pasti sama pada tahun dasar, PDB
deflator pada tahun dasar selalu sama dengan 100. PDB deflator pada tahun
yang berurutan mengukur perubahan PDB nominal dari tahun pokoknya yang
tidak disebabkan oleh perubahan PDB riil. Deflator PDB mengukur tingkat
harga-harga saat ini relatif terhadap tingkat harga-harga di tahun pokok.

B. PENERAPAN PERHITUNGAN PDB DI INDONESIA

Di banyak negara dunia, termasuk Indonesia, perhitungan PDB


umumnya hanya dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu
perhitungan PDB dengan pendekatan pengeluaran dan dengan pendekatan
nilai tambah. Pendekatan pendapatan tidak dilakukan karena adanya
kesulitan dalam penghimpunan data. Kecenderungan yang ditunjukkan
pelaku ekonomi adalah cenderung tidak jujur dalam mengungkapkan nominal
pendapatannya, sehingga jika perhitungan PDB dilakukan dengan pendekatan
ini, nilai yang diperoleh tidak akan mampu menggambarkan kinerja ekonomi
yang sebenarnya.
Di Indonesia, perhitungan PDB dilakukan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS) setiap tiga bulan sekali dimulai dengan kuartal I (periode Januari-
Maret), kuartal II (periode April-Juni), kuartal III (periode Juli-September),
dan kuartal IV (Oktober-Desember). Setiap akhir tahun, BPS melakukan
perhitungan PDB tahunan dengan cara merekapitulasi data PDB kuartalan
yang telah ada.
Publikasi dari perhitungan PDB oleh BPS ini tidak hanya dilakukan per
wilayah nasional, namun juga dilakukan per propinsi dan per kabupaten/kota.
Format publikasi ini akan memungkinkan analisis kinerja perekonomian
untuk dilakukan tidak hanya di level negara, namun juga dapat dilakukan
hingga level kabupaten/kota.
Data yang disajikan dalam Tabel 2.3 dan Tabel 2.4 di bawah ini
merupakan publikasi PDB Indonesia pada tahun 2008 kuartal I dan II yang
dihitung dengan menggunakan pendekatan pengeluaran dan pendekatan nilai
2.20 Pengantar Ekonomi Makro 

tambah. Dengan pendekatan pengeluaran, komponen pengeluaran


dikelompokkan atas lima kelompok, yaitu konsumsi rumah tangga, konsumsi
pemerintah, investasi, dan ekspor bersih. Sementara itu dengan pendekatan
nilai tambah, perekonomian dikelompokkan atas sembilan sektor, seperti
yang dapat diamati pada Tabel 2.4.

Tabel 2.5.
PDB Indonesia Berdasarkan Pendekatan Pengeluaran
(dalam ribuan rupiah)

Harga Berlaku Harga Konstan 2000


Jenis Penggunaan Triw I Triw II Triw I Triw II
2008 2008 2008 2008
(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah 703,3 742,9 290,8 293,9


Tangga
2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 76,7 105,3 32,5 39,4
3. Pembentukan Modal Tetap Bruto 288,2 320,0 118,0 120,9
4. a. Perubahan Inventori -1,6 6,5 -0,7 3,3
b. Diskrepansi Statistik 16,9 48,9 13,2 6,4
5. Ekspor Barang dan Jasa 348,6 378,1 258,1 271,5
6. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 308,4 370,8 206,0 217,2
PDB 1 122,1 1 230,9 505,9 518,2
PDB Tanpa Migas 1 001,0 1 090,9 470,4 482,8
Sumber: BPS

C. KELEMAHAN PDB SEBAGAI PENGUKUR KINERJA


PEREKOMIAN

Pada dasarnya, PDB memang mengukur total pendapatan dan


pengeluaran yang terjadi dalam suatu perekonomian, dan dalam bentuk PDB
per kapita, PDB menunjukkan pendapatan dan pengeluaran rata-rata setiap
individu yang terdapat dalam perekonomian. Makin besar pendapatan
seseorang tentu akan mendorong orang tersebut untuk memperbesar
pengeluarannya, dan makin besar pula kesejahteraan ekonomi yang dirasakan
oleh orang tersebut. Namun dalam kenyataannya ditemukan fakta bahwa
tingginya PDB per kapita suatu negara tidak menjamin tingginya kualitas
pendidikan dan kesehatan yang dinikmati oleh penduduknya. Bahkan
 ESPA4110/MODUL 2 2.21

tingginya PDB cenderung identik dengan berkurangnya kualitas kesehatan


masyarakat karena tingginya tingkat polusi yang terjadi. Kenapa hal ini bisa
terjadi?
Paling tidak terdapat enam hal yang tidak dimasukkan dalam konsep
perhitungan PDB, yaitu:
1. Tidak memperhitungkan kerusakan lingkungan yang terjadi
Ketika pemerintah melonggarkan regulasi terhadap pencemaran
lingkungan oleh industri, industri akan terdorong untuk meningkatkan
produksinya karena berkurangnya struktur biaya yang harus dikeluarkan
oleh industri, terutama biaya untuk pengolahan limbah. Dampaknya,
PDB akan mengalami peningkatan karena produksi naik, namun di sisi
lain kualitas hidup masyarakat akan menurun akibat peningkatan
pencemaran yang terjadi.
2. Tidak memperhitungkan kegiatan jual beli yang dilakukan tanpa melalui
pasar
Seorang dokter yang memeriksa pasien di rumah sakit akan
diperhitungkan dalam PDB. Namun kegiatan dokter ini tidak akan
diperhitungkan dalam PDB jika dokter ini memeriksa istrinya yang
sedang sakit di rumah. Kedua tindakan dokter ini, baik di rumah sakit
maupun di rumah, sama-sama meningkatkan kualitas hidup masyarakat,
namun hanya tindakan dokter di rumah sakit yang diperhitungkan
sebagai PDB.
3. Tidak memperhitungkan pendapatan warga negara Indonesia di luar
negeri
Kelemahan lain dari PDB ini adalah tidak memperhitungkannya
pendapatan WNI yang terdapat di luar negeri dalam perhitungan PDB.
Coba ingat kembali pengertian PDB yang menyatakan bahwa PDB
adalah nilai pasar dari seluruh barang/jasa akhir yang dihasilkan oleh
suatu negara dalam periode waktu tertentu. Dari pengertian ini jelas
terlihat bahwa pendapatan penduduk Indonesia yang mencari nafkah di
luar negeri memang tidak diperhitungkan dalam PDB, pendapatan TKI
Indonesia misalnya, merupakan pendapatan yang tidak diperhitungkan
dalam PDB.
4. Menghitung pendapatan warga negara asing yang bekerja di Indonesia
Kerancuan dari PDB adalah memperhitungkan pendapatan warga negara
asing yang bekerja di dalam negeri sehingga gambaran kinerja
perekonomian yang diberikan oleh PDB tidak mutlak menggambarkan
2.22 Pengantar Ekonomi Makro 

kondisi ekonomi warga Indonesia, namun juga warga asing yang


terdapat di Indonesia.
5. Tidak memperhitungkan kualitas kesehatan dan pendidikan
Terkait dengan kesehatan dan pendidikan, PDB hanya memperhitungkan
kedua hal ini secara materialnya saja, dan tidak memperhatikan kualitas
yang tercipta.
6. Tidak memperhitungkan adanya transfer payment yang dilakukan
pemerintah. Yang dimaksud dengan transfer payment adalah sejumlah
uang yang diberikan kepada seseorang tanpa adanya aktivitas produksi
yang dilakukan orang tersebut. Contoh transfer payment ini adalah uang
pensiun dan subsidi yang diberikan pemerintah, lotre, bunga atas hutang
negara, hadiah, warisan, sumbangan bencana alam dan pembayaran
barang-barang yang dibuat pada tahun sebelumnya.

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Jelaskan apa yang dimaksud dengan pendapatan nasional bruto riil!


2) Jelaskan mengapa PDB nominal kurang bisa mencerminkan kinerja
perekonomian suatu negara!
3) Jelaskan alasan mengapa penghitungan PDB dengan pendekatan
pendapatan sulit untuk diterapkan!
4) Jelaskan apa yang dimaksud dengan PDB deflator!
5) Jelaskan dua dari enam hal yang tidak dimasukkan ke dalam
penghitungan PDB!

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Riil berarti sesuai dengan kenyataan, dan biasanya bersifat tetap


(konstan). PDB riil menghitung produksi barang dan jasa dengan
menggunakan harga konstan.
2) Perlu diingat bahwa PDB Nominal menghitung PDB berdasarkan harga
yang berlaku. Jadi peningkatan PDB yang terjadi bisa disebabkan karena
peningkatan harga, bukan peningkatan output seperti yang diharapkan.
2.26 Pengantar Ekonomi Makro 

Kegiatan Belajar 3

Indikator Lain Pengukur Kinerja


Ekonomi suatu Negara

S ebelum ini kita telah membahas tentang produk domestik bruto nominal
dan PDB riil dan penghitungan PDB deflator, kemudian pembahasan
akan dilanjutkan indikator lain yang digunakan untuk mengukur kinerja
ekonomi suatu negara. Untuk lebih jelasnya silakan Anda baca sajian berikut
ini.
Mengamati kelemahan yang dimiliki oleh PDB, digunakanlah berbagai
indikator untuk mengakomodasi berbagai kelemahan PDB tersebut. Di antara
indikator perhitungan kinerja ekonomi yang berkembang adalah Produk
Nasional Bruto (PNB), Pendapatan Nasional Neto (PNN), Pendapatan
Nasional, Pendapatan Persolan, dan Pendapatan Disposable.

A. INDIKATOR PENGHITUNGAN KINERJA

Indikator yang digunakan untuk menghitung kinerja suatu negara ada


empat, yaitu Produk Nasional Bruto (PNB), Pendapatan Nasional Neto
(PNN), Pendapatan Nasional, Pendapatan Persoalan dan Pendapatan
Disposibel. Untuk lebih jelasnya Anda baca modul ini lebih lanjut.

1. Produk Nasional Bruto


Produk Nasional Bruto (PNB) merupakan produksi barang/jasa akhir
yang dihasilkan oleh warga suatu negara di manapun dia berada dalam
periode tertentu. Termasuk di dalamnya nilai konsumsi, investasi, pembelian
barang dan jasa oleh pemerintah serta ekspor neto. Perhitungan PNB hanya
pada barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga dalam negeri dan milik
warga dalam negeri, sedangkan yang dihasilkan oleh warga negara asing dan
milik warga negara asing tidak termasuk di dalamnya.
Definisi dari PNB adalah:
Produk = yang dijumlahkan adalah produksi barang dan jasa.
Nasional = batasnya adalah kewarganegaraan.
Bruto = yang dihitung termasuk penyusutan barang-barang modal.
 ESPA4110/MODUL 2 2.27

PNB nominal dapat dikonversikan ke dalam PNB riil dengan


menggunakan indeks harga. Jadi jika PNB riil mengukur kuantitas total dari
output, maka PNB nominal mengukur nilai rupiah dari output. Rasio dari
PNB nominal ke PNB riil adalah harga dari PNB yang disebut dengan
deflator PNB.

PNB nominal
PNB riil =
deflator PNB

2. Produk Nasional Neto (PNN)


Produk Nasional Neto (PNN), yaitu total pendapatan penduduk suatu
negara (PNB) dikurangi dengan kerugian yang diakibatkan oleh depresiasi.
Yang dimaksud dengan depresiasi adalah usang dan rusaknya persediaan
perlengkapan dan bangunan dalam perekonomian.

PNB riil = PNB - depresiasi

3. Pendapatan Nasional
Pendapatan Nasional (National Income); untuk memperoleh gambaran
tentang total penerimaan yang diperoleh oleh faktor produksi dalam negeri,
maka dikembangkan variabel Pendapatan Nasional (PN). Seperti yang
diketahui, penerimaan yang diperoleh faktor produksi sebenarnya tidak hanya
berupa upah, bunga atas modal, sewa, dan laba usaha yang merupakan
imbalan atas faktor produksi yang dimilikinya, namun juga dapat berupa
subsidi yang diberikan pemerintah.
Contoh nyata yang baru-baru ini diberikan pemerintah adalah dana BLT
(bantuan langsung tunai) yang merupakan dana kompensasi kenaikan harga
BBM bagi keluarga miskin. Dana ini, meskipun tidak diperoleh dari aktivitas
penawaran faktor produksi yang dilakukan rumah tangga, namun menjadi
sumber penerimaan rumah tangga. Perbedaannya dengan PNN adalah bahwa
pendapatan nasional tidak menghitung pajak usaha tidak langsung dan
menghitung subsidi usaha. Selain itu ketidakcocokan statistika juga
membedakan antara PNN dengan pendapatan nasional.

PN = PNB - pajak tak langsung + subsidi - depresiasi


2.28 Pengantar Ekonomi Makro 

4. Pendapatan Perseorangan
Pendapatan perseorangan didefinisikan sebagai pendapatan yang
diterima rumah tangga dan usaha yang bukan perusahaan. Pendapatan
perorangan tidak mengikutsertakan pendapatan tertahan (retained earnings),
yaitu pendapatan yang diperoleh perusahaan namun tidak dibagikan pada
para pemiliknya.. pendapatan perorangan mengurangi pajak pendapatan
perusahaan dan kontribusi terhadap tunjangan sosial. Selain itu pendapatan
perorangan menghitung pendapatan bunga yang diterima rumah tangga yang
berasal dari kepemilikan atas utang negara.

5. Pendapatan Perorangan
Pendapatan perorangan yang dapat dibelanjakan (disposable personal
income) adalah pendapatan yang tersisa dalam rumah tangga dan usaha
bukan perusahaan setelah semua kewajiban pada pemerintah dibayar.
Pendapatan ini adalah alat ukur untuk mengamati berapa banyak nominal
uang yang sebenarnya dimiliki oleh individu dalam perekonomian yang dapat
digunakan untuk membeli barang/jasa yang dibutuhkannya, dengan konsep
perhitungan yang dapat diamati pada bagan di atas.
Adapun perhitungan masing-masing jenis pendapatan di atas adalah
sebagai berikut:
PDB = C + I + G + NX
+ Pendapatan Faktor Produksi Domestik yang terdapat di Luar Negeri
- Pendapatan Faktor Produksi Asing yang terdapat di Dalam Negeri
= PNB (Produk Nasional Bruto)
= Penyusutan
= Pendapatan Nasional Neto (PNN)
- Pajak Tidak Langsung
+ Subsidi
= Pendapatan Nasional
- Laba ditahan
- Pembayaran Asuransi
+ Pendapatan bunga personal dari pemerintah dan konsumen
+ Penerimaan bukan balas jasa
= Pendapatan Personal (PI)
- Pajak Langsung
= Pendapatan Disposable
 ESPA4110/MODUL 2 2.29

Pada tabel berikut disajikan contoh perhitungan berbagai indikator


kinerja ekonomi Indonesia pada tahun 2002.

Tabel 2.7
Penghitungan Pendapatan Nasional Indonesia, 2000 (triliun rupiah)

Menurut Harga Berlaku Menurut


Jenis Pengeluaran Harga Tetap
Nilai % 1993
1 Pengeluaran konsumsi rumah tangga 1.138,3 70,7 302,1
2 Pengeluaran konsumsi pemerintah 132,1 8,2 35,3
3 Pembentukan modal tetap domestik bruto 325,3 26,2 96,1
4 Perubahan stok -96,0 -6,0 -25,7
5 Ekspor barang dan jasa 569,9 35,4 116,9
6 Dikurangi: impor barang dan jasa 459,6 28,5 98,0
Produk Domestik Bruto (PDB) 1.610,0 100,0 426,7
7 Pendapatan neto faktor dari luar negeri -77,8 -4,8 -22,2
Produk Nasional Bruto (PNB) 1.532,2 95,2 404,7
8 Dikurangi: Pajak tak langsung 71,2 4,4 18,9
9 Dikurangi: Depresiasi 80,5 5,0 21,3
Pendapatan Nasional 1.380,5 85,8 364,3

B. CATATAN SEJARAH PERHITUNGAN PENDAPATAN


NASIONAL DI INDONESIA

Pada awal abad XX pemerintah Hindia Belanda membentuk sebuah


komisi yang diketuai oleh Steinmetr untuk mengetahui perkiraan belanja dan
pendapatan penduduk pribumi di Jawa dan Madura. Hal tersebut dilakukan
karena mereka khawatir akan tingkat kemakmuran penduduk pribumi yang
cenderung menurun. Data yang diperoleh digunakan untuk mengetahui apa
penyebab menurunnya tingkat kemakmuran penduduk pribumi dan
bagaimana jalan keluarnya.
Perhitungan pendapatan nasional dilakukan lagi pada tahun 1924 oleh
J.W. Meier Ranneft dan W. Huender karena pemerintah ingin mengetahui
beban pajak atas penduduk pribumi. Sekali lagi, data yang diperoleh hanya
terbatas di pulau Jawa dan Madura. Baru pada tahun 1928–1930 perhitungan
2.30 Pengantar Ekonomi Makro 

pendapatan nasional yang dilakukan oleh F. De M. Van Ginkel dilakukan di


luar pulau Jawa dan Madura. Di antaranya dilakukan di pantai Timur
Sumatra, pantai Barat Sumatra, dan distrik Lampung. L. Goetzen melakukan
perhitungan yang lebih lengkap, yang meliputi golongan penduduk dan
daerahnya di seluruh wilayah Hindia Belanda pada tahun 1926–1932. Metode
L. Goetzen digunakan oleh J. J. Polak yang melakukan perhitungan pada
tahun 1921–1939. Metode yang digunakan adalah menghitung produksi
berdasarkan lapangan usaha. Nilai pendapatan pribumi diperoleh dari nilai
produksi dikurangi biaya bahan, sedangkan upah dan gaji tidak termasuk
dalam perhitungan. Pendapatan warga asing diperoleh dari angka-angka
pajak pendapatan.
Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1951–1952 dilakukan
perhitungan pendapatan nasional oleh Dr. S. D. Neumark, seorang penasihat
PBB untuk Indonesia. Kemudian dilanjutkan oleh Muljatno pada tahun
1953–1954. Mulai tahun 1962 perhitungan pendapatan nasional dilakukan
oleh BPS yang dibantu oleh ahli statistik India yang bernama K.N.C. Pillai,
penasihat teknis PBB. Ketika Indonesia keluar dari PBB pada tahun 1965,
K.N.C. Pillai ditarik kembali oleh PBB sehingga BPS harus bekerja sendiri.
Hasil perhitungan BPS untuk tahun 1958–1962 diterbitkan pada tahun 1966.
setahun kemudian terbitlah hasil perhitungan pendapatan nasional untuk
tahun 1960–1964. Ketika Indonesia menjadi anggota PBB lagi, seorang
penasihat teknis yang bernama C. Ross dibantukan di BPS. Setelah
mengalami perbaikan dan penyesuaian yang mengikuti pedoman PBB, pada
tahun 1970 BPS menerbitkan perhitungan pendapatan nasional untuk
tahun 1960–1968.

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Jelaskan apa yang dimaksud dengan Produk Nasional Bruto (PNB)!


2) Jelaskan apa yang membedakan PNN dan PNB!
3) Jelaskan pengertian dari pendapatan perseorangan!
4) Jelaskan apa yang dimaksud dengan pendapatan perorangan yang dapat
dibelanjakan (disposible personal income)!
5) Jelaskan apa yang dimaksud dengan pendapatan tertahan!
 ESPA4110/MODUL 2 2.31

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Kata kunci untuk jawaban pertanyaan nomor satu ini adalah menghitung
pendapatan dari seluruh warga negara, baik yang ada di dalam ataupun
luar negeri.
2) Perhatikan kata ”depresiasi” untuk menjawab pertanyaan nomor dua ini.
3) Kaitkan jawaban nomor tiga ini dengan definisi dari kata ”perseorangan”
yang berarti individu dan usaha yang bukan perusahaan.
4) Seperti kita ketahui pendapatan yang dapat dibelanjakan tentunya
pendapatan yang ada di tangan kita. Hubungkan jawaban ini dengan
pajak, dan instrumen lain yang sekiranya mengurangi gaji kita sebelum
kita dapat membawanya pulang dan membelanjakannya.
5) Pendapatan tertahan merupakan suatu alat ukur. Kalimat kuncinya
adalah alat ukur untuk mengamati berapa banyak nominal uang yang
sebenarnya dimiliki.

R A NG KU M AN

Perhitungan masing-masing jenis pendapatan yang telah dijelaskan di


atas adalah sebagai berikut:
PDB = C + I + G + NX
+ Pendapatan Faktor Produksi Domestik yang terdapat di Luar Negeri
- Pendapatan Faktor Produksi Asing yang terdapat di Dalam Negeri
= PNB (Produk Nasional Bruto)
= Penyusutan
= Pendapatan Nasional Neto (PNN)
- Pajak Tidak Langsung
+ Subsidi
= Pendapatan Nasional
- Laba ditahan
- Pembayaran Asuransi
+ Pendapatan bunga personal dari pemerintah dan konsumen
+ Penerimaan bukan balas jasa
= Pendapatan Personal (PI)
- Pajak Langsung
= Pendapatan Disposable

Anda mungkin juga menyukai