Anda di halaman 1dari 19

PENGANTAR EKONOMI MIKRO & EKONOMI MAKRO

Dr. Khairul Aswadi, M.Si.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS ISLAM KEBANGSAAN INDONESIA
PASCASARJANA-MANAJEMEN
2023
1. Pendahuluan
1.1. Definisi dan Pentingnya Makroekonomi

Sejak tahun 1930, ilmu ekonomi telah dibagi ke dalam dua bagian, yaitu
mikroekonomi (microeconomics) dan makroekonomi (macroeconomics).

Mikroekonomi adalah cabang ilmu ekonomi yang mempelajari


perilaku dari unit-unit ekonomi individual seperti rumah tangga,
perusahaan, dan struktur industri. Perhatiannya lebih difokuskan pada
besaran-besaran seperti: output atau harga dari produk tertentu, jumlah
tenaga kerja yang dipekerjakan oleh perusahaan tertentu, penerimaan atau
pendapatan dari perusahaan atau rumah tangga atau keluarga tertentu.

1
Sedangkan, Makroekonomi merupakan cabang ilmu ekonomi yang
menelaah perilaku dari perekonomian atau tingkat kegiatan
ekonomi secara keseluruhan (aggregate), termasuk didalamnya
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perekonomian atau
kegiatan ekonomi agregat tersebut.

Adapun besaran-besaran yang menjadi perhatian utama makroekonomi


adalah output nasional, pengeluaran konsumsi dan investasi agregat,
tabungan nasional, tingkat harga umum dan inflasi, pengangguran dan
kesempatan kerja, nilai tukar mata uang (exchange rate), neraca
pembayaran, anggaran pemerintah (goverment budget), tingkat bunga,
permintaan uang, uang beredar (money suppy).

2
Singkatnya, makroekonomi adalah cabang ilmu ekonomi yang
berurusan dengan berbagai masalah makroekonomi yang penting
(mayor macroeconomic issues) dan sekaligus merupakan persoalan
yang dihadapi di dalam kehidupan sehari-hari dari suatu
perekonomian (Dornbusch and Fischer, 1994:3).

3
Makroekonomi sangat penting bagi para pembuat kebijakan (policymakers),
karena beberapa alasan sebagai berikut (Hall and Taylor, 1993:5):
1. Makroekonomi dapat membantu para pembuat kebijakan (policymakers)
untuk menentukan apasaja yang dapat dilakukan untuk membantu
memecahkan resesi yang dihadapi suatu perekonomian;
2. Makroekonomi dapat pula membantu para pembuat kebijakan melalui
berbagai pilihan kebijakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
jangka panjang;
3. Makroekonomi dapat membantu para pembuat kebijakan untuk
mempertahankan agar inflasi tetap berada pada tingkat yang rendah dan
stabil tanpa menyebabkan perekonomian mengalami ketidakstabilan dalam
jangka pendek;
4. Makroekonomi dapat pula menjelaskan kepada kita bagaimana perubahan
dalam suatu kebijakan itu mempengaruhi jenis-jenis barang yang dihasilkan
di dalam perekonomian. 4
Sebagai suatu cabang dari ilmu ekonomi yang berdiri sendiri,
makroekonomi mempunyai tugas untuk menjelaskan mengenai (Parkin
and Bade, 1992:2-4):
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan GNP dan GDP;
2. Sebab-sebab naik turunnya tingkat suku bunga di dalam
perekonomian;
3. Sebab-sebab timbulnya inflasi dan pengangguran di dalam
perekonomian dan cara-cara untuk mengatasinya;
4. Sebab-sebab terjadinya ketidakseimbangan (defisit atau surplus) di
dalam neraca pembayaran;
5. Faktor-faktor penyebab fluktuasi nilai tukar mata uang dalam negeri
terhadap mata uang asing.

5
1.2. Sebab-sebab Muncul dan Berkembangnya Makroekonomi
Peristiwa yang mendorong muncul dan berkembangnya ilmu atau analisis
makroekonomi (Sachs and Larrain, 1993:11; Edgmand, 1987:3), yaitu:

Pertama, adanya usaha dari para ahli statistik ekonomi untuk mengumpulkan
dan mensistimatisasi berbagai data agregat dalam rangka untuk menyediakan
landasan ilmiah (scientific basic) bagi kepentingan penelitian makroekonomi.
Perhitungan pendapatan nasional untuk Amerika Serikat yang dilakukan Biro
Penelitian Ekonomi Nasional (National Bureau of Economic Research, NBER) di
bawah pimpinan Simon Kuznets pada tahun 1920-an, merupakan hal yang
sangat penting bagi analisis makroekonomi.

6
Kedua, adanya usaha untuk melakukan identifikasi yang lebih hati-hati
menyangkut siklus bisnis (business cycles) sebagai suatu fenomena yang selalu
berulang (recurrent).

Ketiga, timbulnya depresi ekonomi (Great depression) pada tahun 1929-1933,


yang ditandai dengan meningkatnya tingkat pengangguran dari hanya 3,2 persen
pada tahun 1929 menjadi 24,9 persen pada tahun 1933. Demikian pula produk
nasional bruto (GNP) riil mengalami penurunan dari $709,6 milyar dalam tahun
1929 menjadi $498,5 milyar pada tahun 1933. Depresi besar yang terjadi pada
tahun 1929 tersebut menunjukkan bahwa asumsi para ekonomi klasik
yang mengatakan perekonomian akan selalu dalam posisi keseimbangan
pada tingkat kesempatan kerja penuh (full-employment equilibrium) adalah
tidak benar.

7
Keempat, terbitnya karya monumental dari John Maynard Keynes yang
berjudul The General Theory of Employment, Interest and Money (1936).
J.M. Keynes mengemukakan suatu teori yang menunjukkan bahwa pengangguran
(unemployment) bisa saja terjadi untuk jangka waktu yang lama atau bahkan
dalam jangka waktu yang tak terbatas.

J.M. Keynes juga menekankan perlunya campur tangan pemerintah di


dalam perekonomian, yang dilakukan melalui berbagai kebijakan
makroekonomi, terutama kebijakan fiskal sebagai salah satu cara untuk
memecahkan masalah depresi atau pengangguran yang meluas pada waktu itu.

8
Pemikiran Keynes di dalam bukunya itu, dianggap sebagai sesuatu yang baru di dalam
pemikiran ekonomi. Pandangan Keynes sangat berbeda dengan pandangan ahli-ahli
ekonomi sebelumnya, John Maynard Keynes dianggap telah menciptakan suatu
revolusi (Keynesian revolution) di dalam pemikiran atau teori ekonomi (Branson,
1979: 3-4).

Dengan memperhatikan tugas dan pokok kajian (Subject matter) dari makroekonomi
tersebut, maka tidak diragukan lagi bahwa, makroekonomi merupakan cabang
ilmu ekonomi yang sangat penting dan menantang (challenging) untuk
dipelajari. Hal ini disebabkan selain mengkaji berbagai issue-issue aktual (current
issues), juga karena makroekonomi membahas berbagai perdebatan yang terjadi
antara para ekonom atau aliran pemikiran, seperti perdebatan antara kaum
klasik dan keynes, antara Keynesian (Fiscaslist) dan Moneteris (Monetarist).

9
1.3. Model Ekonomi

Model ekonomi adalah abstraksi dari realitas, atau teori yang


disederhanakan yang menunjukkan hubungan diantara berbagai variabel
ekonomi (economic variables). Variabel-variabel ekonomi tersebut
selanjutnya dibedakan kedalam variabel endogen (endogenous variables)
yaitu variabel yang akan dijelaskan oleh sebuah model, dan variabel
eksogen (exogenous variables) yaitu variabel yang nilainya ditentukan diluar
model. Tujuan dari sebuah model adalah menunjukkan bagaimana variabel
eksogen mempengaruhi variabel endogen. Dengan perkataan lain, variabel
eksogen berasal dari luar model dan bertindak sebagai input model,
sedangkan variabel endogen ditentukan di dalam model dan merupakan
output model (Mankiw, 2003).

10
Variabel Variabel
Model
Eksogen Endogen

Gambar 1.1. Bagaimana Model Bekerja

11
Model ekonomi dapat dinyatakan dalam bentuk Kata-kata (verbal),
Tabel, Grafik, dan Persamaan.

Model-model ekonomi yang menggambarkan hubungan antar variabel


ekonomi sering dinyatakan dalam bentuk persamaan matematis
(Maisel, 1982; Edgmand, 1987), dan digunakan untuk:
1. Menjelaskan bagaimana suatu perekonomian bekerja;
2. Memprediksi keadaan perekonomian di masa yang akan datang;
3. Menguji berbagai pandangan mengenai suatu kebijakan yang saling
bertentangan.

12
Dalam teori ekonomi, hubungan antar peubah ekonomi dapat dibedakan
sedikitnya ke dalam tiga macam hubungan (Meyer, 1980), yaitu:
1. Hubungan identitas (identities);
2. Hubungan fungsional ( fuctional relationships);
3. Kondisi keseimbangan (equilibrium condition).

13
Hubungan identitas (identities) adalah hubungan diantara variabel yang
sering digunakan untuk menjelaskan arti dari satu variabel, yang
dinyatakan dalam satu atau lebih variabel lainnya; atau hubungan yang
per definisi adalah demikian atau benar adanya (true by definition).
Misalnya:
1. Hubungan antara total output (Y) dan unsur-unsurnya yaitu konsumsi
rumah tangga (C), investasi (I), dan pengeluaran pemerintah (G), yang
dinyatakan dalam bentuk identitas: Y = C + I + G.
2. Hubungan antara keuntungan dengan total pendapatan dan total
biaya, dimana π = keuntungan, TR = total pendapatan, dan TC = total
biaya, yang sering dinyatakan dalam bentuk identitas: π = TR – TC.

14
Hubungan fungsional (fuctional relationships) adalah hubungan yang
menjelaskan ketergantungan yang sistematis dari satu variabel pada satu
atau lebih variabel lainnya. Misalnya:
1. Fungsi produksi yang menggambarkan hubungan fungsional antara
output dan input yang digunakan. Secara sederhana, fungsi produksi
dapat dinyatakan dengan persamaan: Q = f (K, L), dimana Q = tingkat
output; K = input kapital, L = input tenaga kerja.

2. Fungsi konsumsi menunjukkan hubungan fungsional antara


pengeluaran konsumsi (C) dengan pendapatan disposibel (Yd) dan
kekayaan (W), secara matematis dapat dinyatakan dalam bentuk
persamaan: C = f (Yd, W).

15
Hubungan yang menunjukkan kondisi keseimbangan (equilibrium
condition) adalah hubungan yang menunjukkan kepada suatu keadaan
keseimbangan diantara kekuatan-kekuatan yang berlawanan (opposing forces).
Di dalam ilmu ekonomi, keseimbangan secara umum menunjukkan kepada
suatu situasi dimana permintaan dan penawaran berada dalam keadaan
seimbang di dalam suatu pasar. Selanjutnya, kita dapat mengklarifikasi
pengertian keseimbangan tersebut dalam kerangka suatu model penawaran dan
permintaan sederhana, sebagai berikut:

D = f (P) ....................................................................................1.1
S = f (P) ....................................................................................1.2
S = D ........................................................................................1.3

16
Pertanyaan adalalah bagaimana menilai suatu model itu baik atau tidak? Dengan
perkataan lain, adakah kriteria tertentu yang harus dipenuhi? Jawabannya
adalah ya. Dalam kaitan ini, ada tiga kriteria yang dapat digunakan untuk
menilai baik atau tidaknya suatu model. Ketiga kriteria tersebut adalah:
1. Asumsi yang mendasari model itu, artinya apakah asumsi digunakan itu
cukup realistik atau tidak;
2. Kemampuan menjelaskan (explanatory power) dari model yang
bersangkutan, artinya suatu model yang baik harus mampu menjelaskan
suatu fenomena ekonomi dengan sebaik mungkin sehingga mudah untuk
dimengerti;
3. Kemampuan prediksi (predictive power) dari model itu, artinya suatu
model yang baik harus mampu memberikan suatu prediksi yang tepat
mengenai fenomena ekonomi, dalam arti mendekati keadaan sebenarnya.

17
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai