Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas
menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 Tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif di wilayah kerjanya. Puskesmas mempunyai tugas
melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya
kecamatan sehat.
UPT Puskesmas Kundur Barat berdiri tahun 2006 terletak di Desa
Sawang Laut, Kecamatan Kundur Barat, Kabupaten Karimun, Kepulauan
Riau. Wilayah kerja UPT Puskesmas Kundur Barat meliputi Kelurahan
Sawang, Desa Sawang Selatan, Desa Sawang Laut, Desa Kundur dan Desa
Gemuruh.
Pelayanan kesehatan lingkungan adalah kegiatan atau serangkaian
kegiatan yang ditunjukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang
sehat, baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial guna mencegah
penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor risiko
lingkungan.
Indikator utama yang harus dimiliki setiap puskesmas termasuk
UPT Puskesmas Kundur Barat adalah lingkungan sehat, perilaku sehat,
cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan derajat kesehatan
penduduk. Sesuai dengan indikator lingkungan sehat yang harus dimiliki
oleh UPT Puskesmas Kundur Barat, maka inovasi merupakan suatu upaya
yang baik dalam meningkatkan kualitas lingkungan UPT Puskesmas
Kundur Barat.
Upaya perbaikan melalui kegiatan-kegiatan inovatif perlu
dilakukan untuk menunjang kesehatan lingkungan di UPT Pusekesmas
Kundur Barat seperti meningkatkan kinerja cleaning service dalam
peningkatan kebersihan di puskesmas, diterapkannya pemilahan sampah
domestik, diterapkannya lima moment cuci tangan oleh petugas kesehatan,
penggunaan APD oleh Cleaning Service dan dilakukan secara rutin
pengangkutan limbah medis setiap hari ke tempat penampungan sementara
oleh Cleaning Service.
Dalam melaksanakan tugas harian sebagai pemberi pelayanan
kepada masyarakat, seorang Aparatur Sipil Negara harus memiliki
kemampuan untuk mengaktualisasikan nilai-nilai BerAKHLAK.
Aktualisasi nilai-nilai BerAKHLAK tersebut diharapkan dapat
memecahkan berbagai masalah yang ada di Puskesmas.

B. TAPISAN ISU
1. Identifikasi dan deskripsi isu (Evironmental scanning)
Environmental scanning adalah sikap peduli terhadap isu/masalah
dalam organisasi dan sekaligus bentuk kemampuan memetakan
hubungan kausalitas yang terjadi. Permasalahan yang terjadi di UPT
Puskesmas Kundur Barat dapat bersumber dari aspek manajemen ASN
dan SMART ASN. Berdasarkan pengamatan oleh penulis selama satu
sembilan bulan, beberapa isu yang ditemukan adalah sebagai berikut:
1. Belum optimalnya kinerja Cleaning Service dalam peningkatan
kebersihan di UPT Puskesmas Kundur Barat tahun 2022
Cleaning service adalah aspek penting dalam sistem
manajemen bangunan seperti yang kita ketahui bersama,
kebersihan merupakan indikator utama kenyamanan.  Sehingga,
setiap ruangan wajib diperhatikan agar tetap higienis dan
lingkungan tetap bersih.
Gambar 1.1
Lembar ceklis pemantauan kebersihan UPT Puskesmas Kundur
Barat tahun 2022
Belum optimalnya kinerja Cleaning Service dapat dilihat dari
hasil pemantauan daftar ceklis yang dilakukan oleh tenaga
sanitarian yang dilakukan setiap hari di setiap ruangan, wc dan
halaman puskesmas setelah Cleaning serivce melaksankan
tugasnya setiap pagi sebelum jam pelayanan dimulai. Hasil
menunjukkan masih ada ruangan yang belum di bersihkan, masih
adanya sampah daun di halaman, lantai wc masih terlihat kotor dan
masih terdapat maianan yang berserak di ruang tunggu pojok
bermain anak. (Keterkaitan isu: Manajemen ASN)
Dampak jika isu tidak segera diselesaikan dan para pihak yang
terkena dampak yaitu :
1. Pasien dan pegawai merasa tidak nyaman saat ingin
menggunkan WC
2. Menimbulkan bau dan merusak estetika
3. Menimbulkan penyakit berbasis lingkungan bagi pasien dan
pegawai
4. Bisa terjadinya kecelakaan kepada pasien dan pegawai

2. Belum optimalnya penerapan pemilahan sampah domestik di UPT


Puskesmas Kundur Barat tahun 2022
Limbah domestik yang berasal dari sisa pembuangan bisa
berdampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan. Hal ini diatur
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun
2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga. Limbah domestik terbagi dua
yaitu limbah organi dan limbah non organik.
Limbah organik sendiri merupakan jenis limbah padat
domestik yang bisa membusuk dan terurai dengan sendirinya. Bisa
dibilang bahwa jenis limbah organik cenderung lebih ramah
lingkungan dibandingkan jenis limbah lainnya. Berbeda dengan
limbah organik yang bisa membusuk dengan sendirinya dan juga
terurai lebih cepat, limbah anorganik cenderung lebih merusak
lingkungan karena sulit untuk membusuk dan terurai. Kemampuan
limbah anorganik untuk terurai dengan sendirinya bahkan dapat
mencapai hingga ribuan tahun. Belum optimalnya dalam penerapan
pemilahan sampah domestik di UPT Puskesmas Kundur Barat
dapat diamati pada:
a. Masih adanya sampah organik di tong sampah anorganik
b. Masih adanya sampah anorganik di tong sampah organik

Gambar 1.2
Pemilahan sampah domestik
Dari data aplikasi sikelim jelas terlihat bahwa belum
adanya pemilahan sampah organik dan anorganik di UPT
Puskesmas Kundur Barat. UPT Puskesmas Kundur Barat telah
memiliki tong sampah organik dan anorganik lengkap dengan
label yang dipasang di masing-masing tong sampah, dan
dilapisi dengan pelastik sesuai warna dari jenis sampah
tersebut. Namun pada kenyataannya di UPT Puskesmas
Kundur Barat masih belum optimal dalam menerapkan
pemilahan sampah baik dari pasien maupun dari pegawai
puskesmas itu sendiri. (Keterkaitan isu: Manajeman ASN)
Dampak jika isu tidak segera diselesaikan dan para pihak yang
terkena dampak yaitu :
1. Sulitnya dilakukan pengolahan sampah oleh Cleaning servis
2. Dapat Mendatangkan vektor seperti lalat
3. Timbulnya bau yang tidak sedap
4. Menjadikan kebiasaan sehari-hari untuk tidak memilah
sampah berdasarkan jenisnya bagi pasien dan pegawai.

3. Belum optimalnya penerapan lima momen cuci tangan oleh


petugas kesehatan di UPT Puskesmas Kundur Barat tahun 2022
Cuci tangan merupakan salah satu tindakan sanitasi dengan
membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air mengalir
dalam waktu 40-60 detik ataupun cairan lainnya (hand scrub)
dalam waktu 20-30 detik yang bertujuan untuk meminimalkan
risiko penularan mikroorganisme antara petugas kesehatan, pasien,
dan lingkungan pada lima moment penting yaitu :
1. Sebelum melakukan kontak dengan pasien
2. Sebelum melakukan tindakan aseptic
3. Setelah kontak dengan pasien
4. Setelah terkena cairan tubuh pasien
5. Setelah melakukan kontak dengan lingkungan sekitar pasien.

Gambar 1.3
Data hasil observasi penerpan lima momen cuci tangan
Kurang optimalnya penerapan lima momen cuci tangan oleh
petugas kesehatan di UPT Puskesmas Kundur Barat, hal ini terlihat
dari hasil observasi masih adanya tenaga medis yang tidak cuci
tangan pada saat sebelum kontak dengan pasien dan sebelum
tindakan aseptik. Momen cuci tangan yang sudah dilakukan adalah
setelah kontak dengan pasien, setelah kontak dengan lingkungan
pasien, dan setelah terkena cairan tubuh pasien. UPT Puskesmas
Kundur barat telah menyediakan sarana dan prasarana untuk cuci
tangan, seperti watafel yang tersedia di setiap ruangan, air yang
mengalir dan juga sabun serta hand scrub, namun karena kurang
nya penerepan lima momen cuci tangan oleh petugas menyebab
kan kurang maksimalnya penggunaan saran dan prasarana yang
disediakan. (Keterkaitan isu: Manajemen ASN)
Dampak jika isu tidak segera diselesaikan dan para pihak yang
terkena dampak yaitu dapat terjadinya transisi penularan penyakit
dari satu pasien ke pasien lain dan kepada petugas kesehatan.

4. Belum optimalnya penggunaan alat pelindung diri (APD) pada


Cleaning Service di UPT Puskesmas Kundur Barat tahun 2022.
APD merupakan suatu alat yang dipakai untuk melindungi
diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana
secara teknis dapat mengurangi tingkat keparahan dari kecelakaan
kerja yang terjadi. APD yang harus di gunakan cleaning service
pada saat bekerja diantaranya yaitu pakaian kerja, sepatu kerja,
masker dan sarung tangan. Risiko terkena penyakit infeksi bagi
petugas kebersihan cleaning service merupakan aspek yang perlu
di perhatikan.
Gambar 1.4
Lembar observasi penggunaan APD pada Cleaning Service

Saat ini, UPT Puskesmas Kundur Barat memiliki 3 orang


pegawai cleaning service untuk membersihkan ruangan maupun
lingkungan Puskesmas. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan
oleh tenaga sanitarian, tenaga cleaning service belum optimal
dalam menggunakan APD pada saat melaksankan tugasnya, seperti
masih tidak menggunkan masker, sarung tangan, dan sepatu kerja.
Alat Pelindung Diri (APD) sebagai alat untuk mengurangi kontak
dengan bahaya sangat berperan penting, Dengan pemakaian APD
yang baik dan benar serta mengetahui cara pemakaian APD yang
benar diharapkan cleaning service dapat bekerja dengan keadaan
sehat untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik UPT
Puskesmas Kundur Barat. Oleh karena itu, perlu adanya
optimalisasi penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada cleaning
service di UPT Puskesmas Kundur Barat.
(Keterkaitan isu : Manajemen ASN)
Dampak jika isu tidak segera diselesaikan dan para pihak yang
terkena dampak yaitu bisa terjadinya kecelakaan dalam berkerja
dan terkena penyakit infeksi bagi Cleaning Service.

5. Belum optimalnya pengangkutan limbah medis dari masing-


masing unit ke Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) oleh
Cleaning Service di UPT Puskesmas Kundur Barat tahun 2022.
Limbah medis adalah buangan dari suatu kegiatan medis.
Limbah jenis ini harus segera diolah dan apabila terpaksa harus
disimpan merupakan opsi terakhir jika tidak dapat ditangani secara
langsung.
Pengelolaan sampah medis yang tidak sesuai standar akan
menimbulkan pencemaran lingkungan dan berpotensi mengancam
kesehatan manusia.
Gambar 1.5
Log Book harian limbah Medis

Pengangkutan limbah medis di UPT Puskesmas Kundur Barat oleh


petugas Cleaning service belum dilakukan secara optimal. Dari
hasil pemantauan yang di lakukan oleh petugas sanitarian melalui
log book sampah medis yang ada di Tempat Penyimpanan
Sementara (TPS) UPT Puskesmas Kundur Barat terlihat tidak
dilakukan pengengkutan ke Tempat penyimpanan Sementara (TPS)
setiap hari oleh petugas Cleaning Service. Hal ini jika dilihat dari
jumlah SDM, Cleaning Service di UPT Puskesmas kundur barat
sudah mencukupi. Namun karena kurangnya kedisiplinan petugas
dalam melaksankan tugasnya menyebabkan tidak optimalnya
pengangggkutan limbah medis ke tempat penyimpanan sementara.
(Keterkaitan isu: Manajemen ASN)
Dampak jika isu tidak segera diselesaikan dan para pihak yang
terkena dampak yaitu:
1. Terjangkitnya penyakit infeksi bagi petugas kesehatan dan
pasien
2. Menimbulkan bau

2. Alat Bantu Tapisan Isu


Keterbatasan waktu, biaya dan tenaga penulis menyebabkan isu yang
terdapat di UPT Puskesmas Kundur Barat perlu ilakukan penapisan isu
untuk menentukan prioritas isu yang harus diselesaikan. Teknik
penapisan isu yang digunakan dalam rancangan aktualisasi ini
menggunakan teknik analisa APKL dan analisa USG.
1. APKL
Teknik analisis isu dengan analisa APKL adalah memberikan
rentang penilaian (1-5) pada kriteria Aktual, Problematik,
Kekhalayakan dan Kelayakan.
a. Aktual (A), yaitu artinya isu tersebut benar-benar terjadi dan
sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat
b. Problematik (P), artinya Isu tersebut memiliki dimensi masalah
yang kompleks, sehingga perlu dicarikan segera solusinya
secara komperehensif
c. Kekhalayakan (K), yaitu isu yang diangkat secara langsung
menyangkut hajat hidup orang banyak dan bukan hanya untuk
kepentingan seseorang atau sekelompok kecil orang;
d. Layak (L) Isu tersebut masuk akal, realistis, relevan, dan dapat
dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya
Metode APKL digunakan untuk memilih 3 dari 5 isu yang
telah dipaparkan. Analisis isu dengan teknik APKL dapat
dilihat pada

Tabel 1.1
Analisi Isu Teknik APKL
No Isu Kriteria Total Peringkat
A P K L
1 Belum optimalnya kinerja 5 4 4 5 18 II
Cleaning Service dalam
peningkatan kebersihan di UPT
Puskesmas Kundur Barat tahun
2022
2 Belum optimalny penerapan 4 4 3 5 16 IV
pemilahan sampah domestik di
UPT Puskesmas Kundur Barat
sampai tahun 2023
3 Belum optimalnya penerapan lima 5 5 5 5 20 I
momen cuci tangan oleh petugas
kesehatan di UPT Puskesmas
Kundur Barat tahun 2022
4 Belum optimalnya penggunaan alat 4 4 2 5 15 V
pelindung diri (APD) pada
Cleaning Service di UPT
Puskesmas Kundur Barat tahun
2022
5 Belum optimalnya pengangkutan 4 5 3 5 17 III
limbah medis oleh Cleaning
Service di UPT Puskesmas Kundur
Barat tahun 2022

Bobot penetapan nilai:


Aktual
5: Benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan
4: Benar-benar terjadi dan menjadi bahan pembicaraan
3: Benar-benar terjadi dan terkadang menjadi bahan pembicaraan
2: Benar-benar terjadi dan bukan menjadi bahan pembicaraan
1: Benar-benar terjadi
Problematik
5: Masalah sangat kompleks
4: Masalah kompleks
3: Masalah cukup komplek namun tidak perlu segera dicarikan solusi
2: Masalah kurang komplek
1: Masalah Sederhana
Khalayak
5: Sangat menyangkut hajat hidup orang banyak sehingga perlu dicarikan
solusinya
4: Menyangkut hajat hidup orang banyak
3: Cukup menyangkut hajat hidup orang banyak
2: Sedikit menyangkut hajat orang banyak
1: Tidak menyangkut hajat hidup orang banyak
Kelayakan
5: Masuk akal, realistis dan relevan untuk dimunculkan inisiatif pemecahan
masalahnya
4: Masuk akal dan realistis
3: Cukup masuk akal dan realistis
2: Realistis
1: Masuk akal
Berdasarkan tabulasi APKL seperti tercantum pada Tabel 1.1 ditemukan
tiga isu utama yang memiliki peringkat tertinggi yaitu:
1. Belum optimalnya penerapan lima momen cuci tangan oleh petugas
kesehatan di UPT Puskesmas Kundur Barat tahun 2022
2. Belum optimalnya kinerja Cleaning Service dalam peningkatan kebersihan di
UPT Puskesmas Kundur Barat tahun 2022
3. Belum optimalnya pengangkutan limbah medis oleh Cleaning Service di UPT
Puskesmas Kundur Barat tahun 2022

2. USG
Berdasarkan hasil analisa APKL telah didapatkan tiga isu utama dari
lima isu yang memiliki peringkat tertinggi, selanjutnya dilakukan teknik
analisa USG yang bertujuan untuk menetapkan satu dari tiga isu yang akan
diangkat sebagai prioritas isu untuk dicarikan alternatif pemecahan isu. USG
adalah salah satu alat untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus
diselesaikan. Caranya dengan menentukan tingkat kepentingan (Urgency),
keseriusan (Seriousness) dan perkembangan (Growth) setiap variabel dengan
menentukan skala nilai 1-5
a. Urgency: seberapa mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis dan
ditindaklanjuti
b. Seriousness: Seberapa serius suatu isu harus dibahas dikaitkan dengan
akibat yang akan ditimbulkan
c. Growth: Seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika
tidak ditangani segera.

Tabel 1.2
Penilaian Isu dengan Analisa USG
No Isu U S G Jumlah Prioritas
Nilai
1 Belum optimalnya 5 5 5 15 I
penerapan lima momen cuci
tangan oleh petugas
kesehatan di UPT
Puskesmas Kundur Barat
tahun 2022
2 Belum optimalnya kinerja 5 4 4 13 III
Cleaning Service dalam
peningkatan kebersihan di
UPT Puskesmas Kundur
Barat tahun 2022
3 Belum optimalnya 5 4 5 14 II
pengangkutan limbah medis
oleh Cleaning Service di
UPT Puskesmas Kundur
Barat tahun 2022

Bobot penetapan nilai:


Tabel 1.3
Deskripsi kriteria URGENCY
Nila Indikator Deskripsi Indikator
i
5 Sangat Mendesak Harus ditindaklanjuti dalam kurun waktu 1 Bulan
4 Mendesak Harus ditindaklanjuti dalam kurun waktu 3 Bulan
3 Cukup Mendesak Harus ditindaklanjuti dalam kurun waktu 6 Bulan
2 Kurang Mendesak Harus ditindaklanjuti dalam kurun waktu 1 Tahun
1 Tidak Mendesak Harus ditindaklanjuti dalam kurun waktu >1
Tahun

Tabel 1.4
Deskripsi kriteria SERIUSNESS
Nila Indikator Deskripsi Indikator
i
5 Sangat Serius Dampak isu akan berpengaruh pada petugas
kesehatan, pasein dan masyarakat
4 Serius Dampak isu akan berpengaruh kepada pasien dan
petugas kesehatan
3 Cukup Serius Dampak isu akan berpengaruh kepada masyarakat
2 Kurang Serius Dampak isu akan berpengaruh kepada pasien
1 Tidak Serius Dampak isu akan berpengaruh kepada petugas
kesehatan

Tabel 1.5
Deskripsi kriteria GROWTH
Nila Indikator Deskripsi Indikator
i
5 Sangat Cepat Memburuk Memburuk dalam kurung waktu 1 Bulan
4 Cepat Memburuk Memburuk dalam kurung waktu 3 Bulan
3 Cukup Cepat Memburuk Memburuk dalam kurung waktu 6 Bulan
2 Kurang Cepat Memburuk Memburuk dalam kurung waktu 1 Tahun
1 Tidak Cepat Memburuk Memburuk dalam kurung kurun waktu >1
Tahun

C. RUMUSAN ISU
Berdasarkan analisis isu menggunakan APKL dan USG maka yang
menjadi prioritas isu pada rancangan aktualisasi adalah “Belum
optimalnya penerapan lima momen cuci tangan oleh petugas
kesehatan di UPT Puskesmas Kundur Barat sampai tahun 2022”.

D. ANALISIS ISU/IDENTIFIKASI SUMBER ISU


Isu yg diankat hasil usg, dari keretria urgency karna harus segera
ditinjaklnjuti kepada petugas, kena eserius karna dampak, grow isu ini
sangat berkembng dan berimbas. ………. Belum optimalnya penerapan
lima momen cuci tangan oleh petugas kesehatan di UPT Puskesmas
Kundur Barat terjadi dikarenakan masih adanya petugas yang tidak
membaca SOP yang telah dibuat sehinggga kurangnya pengetahuan dan
pemahaman petugas serta kurangnya kesadaran petugas kesehatan betapa
pentingnya menerapkan lima moment cuci tangan dalam melakukan
tindakan. Lima moment cuci tangan yang harus diterapkan yaitu:
1. Sebelum melakukan kontak dengan pasien
2. Sebelum melakukan tindakan aseptic
3. Setelah kontak dengan pasien
4. Setelah terkena cairan tubuh pasien
5. Setelah melakukan kontak dengan lingkungan sekitar pasien.
Kurang optimalnya penerapan lima momen cuci tangan oleh
petugas kesehatan di UPT Puskesmas Kundur Barat, hal ini terlihat dari
hasil observasi masih adanya tenaga medis yang tidak cuci tangan pada
saat sebelum kontak dengan pasien dan sebelum Tindakan aseptik. Momen
cuci tangan yang sudah dilakukan adalah setelah kontak dengan pasien,
setelah kontak dengan lingkungan pasien, dan setelah terkena cairan tubuh
pasien. UPT Puskesmas Kundur barat telah menyediakan sarana dan
prasarana untuk cuci tangan, seperti watafel yang tersedia di setiap
ruangan, air yang mengalir dan juga sabun serta hand scrub.
Dalam mengidentifikasi sumber isu, penulis menggunakan diagram
tulang ikan atau diagram fishbone. Diagram fishboneakan mengidentifikasi
penyebab masalah yang dimulai dari cabang-cabang permasalahan hingga
akibat yang ditimbulkan. Kategori yang digunakan untuk menentukan
penyebab masalah adalah Man (manusia), Method (metode),
Milleu/Environment (lingkungan) dan Material (material). Diagram
fishbone dari “Belum optimalnya penerapan lima momen cuci tangan
oleh petugas kesehatan di UPT Puskesmas Kundur Barat sampai
tahun 2022” dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Penyebab Akibat
Systems Suuroundings

Belum adanya
Kurangnya pemantauan
sosialisai dan
lima momen cuci tangan
edukasi tentang lima
oleh tim Mutu Belum optimalnya
momen cuci tangan
penerapan lima
Petugas kesehtan
Belum adanya KAK dan acuh tak acuh momen cuci tangan
SOP lima momen cuci
oleh petugas
tangan
kesehatan di UPT
Puskesmas Kundur
Kurang nya Barat tahun 2022”.
pengetahuan
petugas Belum adanya media
kesehatan promosi

Kurangnya kesadaran
petugas kesehatan
dalam melakukan lima
momen cuci tangan

Skills Suppliers

Berdasarkan gambar diatas, diperoleh penyebab yang menjadi prioritas untuk


segera diselesaikan yaitu:
1. Faktor Systems : Belum adanya sosialisasi dan edukasi tentang lima momen
cuci tangan dan belum adanya KAK dan SOP lima momen cuci tangan.
Sosialisasi yang dilakukan didalam gedung secara langsung maupun tak
langsung dengan media cetak ataupun digital masih belum gencar
dilaksanakan sehingga berdampak pada belum optimalnya penerapan lima
momen cuci tangan.
Belum adanya SOP dan KAK menjadi perhatian khusus karena setiap
kegiatan program harus memiliki SOP dan KAK sebagai panduan untuk
melakukan kegiatan agar sistematis.
2. Faktor Suuroundings : Kurangnya pemantauan lima momen cuci tangan oleh
Tim Mutu
Kurangnya penerapan lima momen cuci tangan dikarenakan kurangnya
pemantauan lima momen cuci tangan oleh tim mutu sehinggalima momen
cuci tangan tidak dilaksanakan oleh petugas kesehatan.
3. Faktor Suppliers : Belum adanya media promosi
Kurangnya optimalnya penerapan lima momen cuci tangan disebabkan
karena kurangnya media promosi kesehatan tentang lima momen cuci tangan
sehingga masyarakat masih menganggap asing istilah dan kegiatan tersebut

E. ANALISIS DAMPAK
Penyebab isu utama yang telah teridentifikasi dapat memberikan dampak
pada berberapa pihak sebagau berikut:
1. Dampak isu terhadap individu
Belum optimalnya petugas kesehatan dalam menerapkan lima momen
cuci tangan menyebabkan terinfeksinya penyakit menular bagi
individu, dan kurang kompetennya petugas kesehatan.
2. Dampak isu terhadap instansi
a. Indikator Nasional Mutu Pelayanan Kesehatan tidak tercapai
b. Menjadi tempat transisi penyakit infeksi
3. Dampak isu terhadap masyarakat
Terjadinya transisi penyakit infeksi dari petugas kepada pasien atas
kelalaian petugas dalam melakukan tindakan dan pelayanan yang
melakukan kunjungan ke puskesmas.

F. LEMBAR KOMFIRMASI ISU


Rancangan aktualisasi ini telah mendapat persetujuan dari Coachdan
Mentor
Persetujuan Coach dan Mentor
Coach Mentor
Alfithar Meirosandra,MARS Fakhrul Razaq, S.Kep
NIP.19781109 200312 1 010

G. JUDUL AKTUALISASI
“Optimalisasi penerapan lima momen cuci tangan oleh petugas kesehatan
di UPT Puskesmas Kundur Barat tahun 2023

Anda mungkin juga menyukai