Editor:
i
DAFTAR
ISI
D. TUJUAN PEMBELAJARAN................................................. 3
G. WAKTU.............................................................................. 5
ii
I. Desain Rancangan Survei Lapang Kategori I (Luasan <10 ha)
28
M. Kesimpulan ..................................................................... 37
N. EVALUASI ....................................................................... 38
F. KESIMPULAN .................................................................. 68
G. EVALUASI ....................................................................... 69
B. KESIMPULAN .................................................................. 76
iii
C. EVALUASI ....................................................................... 76
BAB VI PENUTUP......................................................................... 78
iv
PETUNJUK PENGGUNAAN
MODUL
v
BAB I
PENDAHULUAN
..::SELAMAT::..
Anda akan memulai 1 (satu) dari 3 (tiga) modul dalam Paket Modul Penata
Kadastral Ahli Pertama. ”Survei Kadastral” ini merupakan modul ke 1 (satu)
yang akan Anda pelajari.
Semoga Anda selalu semangat belajar dan menimba ilmu.
A. LATAR BELAKANG
Survei merupakan sebuah ilmu, seni dan teknologi
untuk menentuan posisi relatif, suatu titik di atas, atau di
bawah permukaan bumi. Dalam arti yang lebih umum,
survey (geomatik) dapat didefinisikan; sebuah disiplin ilmu
yang meliputi semua metode untuk mengukur dan
mengumpulkan informasi tentang fisik bumi dan
lingkungan, pengolahan informasi, dan menyebarluaskan
berbagai produk yang dihasilkan untuk berbagai
kebutuhan.
Survei memiliki peran yang sangat penting sejak
awal peradaban manusia. Diawali dengan melakukan
pengukuran dan menandai batas-batas pada tanah-tanah
pribadi. Seiring berjalannya waktu, kepentingan akan
bidang survei terus meningkat dengan meningkatnya
permintaan untuk berbagai peta dan jenis spasial terkait
1
informasi lainnya yang dapat bermanfaat dalam kegiatan
pendaftaran tanah, penentuan batas yang tegas dan
akurat, identifikasi tanah negara, serta pemberian status
hukum atas tanah.
Modul ini dikembangkan dalam rangka
mengembangkan kompetensi teknis calon PNS
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional untuk jabatan fungsional Penata Kadastral
sehingga dapat menjalankan peran dan tanggung
jawabnya secara optimal sesuai standar yang telah
ditetapkan.
B. DESKRIPSI SINGKAT
Mata Pelatihan ini membahas tentang materi –
materi mengenai kegiatan survei kadastral dalam lingkup
bidang tugas jabatan penata kadastral yang terdiri dari
perencanaan survei, pelaksanaan survei, pengolahan data
survei, dan pelayanan informasi survei kadastral.
Penyampaian materi di atas disampaikan melalui
kombinasi metode penyampaian materi dengan
menggunakan video pembelajaran, diskusi interaktif dan
studi kasus. Keberhasilan peserta dinilai dari
kemampuannya memahami bahasan materi yang
disampaikan.
C. MANFAAT MODUL
1. Manfaat Bagi Peserta:
2
Memberikan pengetahuan dan meningkatkan
pemahaman terkait materi yang disampaikan, sehingga
peserta dapat memahami kegiatan survei kadastral
dalam lingkup bidang tugas jabatan Penata Kadastral.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran melalui modul ini adalah:
Setelah mempelajari materi dalam mata pelatihan ini
peserta dapat memahami kegiatan survei kadastral sesuai
sesuai lingkup bidang tugas jabatan Penata Kadastral.
3
1. Menjelaskan proses kerja kegiatan perencanaan
survei kadastral sesuai standar dan ketentuan yang
berlaku;
2. Menjelaskan proses kerja kegiatan pelaksanaan survei
kadastral sesuai standar dan ketentuan yang berlaku;
3. Menjelaskan proses kerja kegiatan pengolahan data
survei kadastral sesuai standar dan ketentuan yang
berlaku;
4
j. Ekspose hasil perencanaan Kategori I (Luasan <10
ha)
k. Pemilihan alat survei sesuai metode pelaksanaan
survei
l. Rencana jalur terbang wahana nirawak/drone
Kategori I (Luasan <10 ha).
2. Pelaksanaan Survei
a. Verifikasi peta kerja survei dengan area sampel
Kategori I (Luasan <10 ha)
b. Koordinasi dan penyuluhan kegiatan survei
kadastral dengan unsur terkait Desa/Kelurahan
c. Dokumentasi visual lokasi sampel survei kadastral
d. Wawancara narasumber di lapang dalam rangka
mencari data sekunder
e. Aplikasi SiPetik
f. Alur Kerja Survei Menggunakan SiPetik
g. Geoportal Tematik
h. Alur Kerja Geoportal Tematik
i. Pengelolaan data mentah hasil survei kadastral
3. Pengolahan Data Survei
a. Data tabulasi sementara pasca survei lapangan
Data survei fisik bidang tanah dan survei sosial
masyarakat
G. WAKTU
Waktu penyampaian mata pelatihan ini adalah 10 JP x @
45 menit.
5
BAB II
PERENCANAAN SURVEI KADASTRAL
6
Interest (AOI) yang merupakan lingkup daerah (area) yang
menjadi target suatu aktivitas survei. Sebagai contoh dalam
pembuatan rancangan lokasi Survei Pembuatan Peta
Tematik Pertanahan dan Ruang atau Peta Tematik
Kawasan, Cakupan wilayah pelaksanaan pekerjaan
pembuatan Peta Tematik Pertanahan dan Ruang atau
kawasan diidentifikasi berdasarkan lokasi yang telah
ditentukan kemudian area pengolahan data ditentukan
berdasarkan luasan area, jumlah ketersedian scane citra,
dan kondisi topografinya.
Peta kerja digunakan sebagai peta acuan untuk
melaksanakan orientasi dan identifikasi lapangan untuk
mengetahui kondisi lapangan wilayah pekerjaan sehingga
diperoleh informasi yang komprehensif. Pembuatan peta
kerja dilaksanakan dalam rangka persiapan pelaksanaan
survei lapang. Metode yang dilakukan dalam
mengidentifikasi lapang pada wilayah pekerjaan yaitu
menggunakan metode delineasi dan overlay peta, yaitu
metode yang dilakukan dengan melakukan pembuatan
batas atau delineasi pada wilayah kerja area survei.
Berikut ini merupakan contoh salah satu dokumen
rancangan lokasi program survei dalam bentuk peta AOI
(Area of Interest).
7
Gambar. Contoh Peta AOI (Area Of Interest)
8
melaksanakan orientasi dan identifikasi lapangan untuk
mengetahui kondisi lapangan wilayah pekerjaan sehingga
diperoleh informasi yang komprehensif. Pekerjaan
menyiapkan informasi dasar ini meliputi kegiatan
mengumpulkan, kompilasi, integrasi terkait Informasi
dasar yang diperlukan sebagai data dasar informasi pada
lokasi survei dimaksud, seperti batas administrasi, jalan,
sungai, dan sebagainya, yang dapat dijabarkan sebagai
berikut :
a) Batas administrasi
Garis batas wilayah administrasi pemerintahan yaitu
batas wilayah provinsi, kabupaten/Kota, kecamatan,
dan kelurahan/desa baik batas yang sudah definitif
maupun batas yang sifatnya masih indikatif.
b) Jalan
Jalan yang harus diidentifikasi pada penyiapan
informasi dasar yaitu : Jalan tol di dalam kota, jalan
tol luar kota, jalan raya propinsi, jalan raya
kabupaten/kota, jalan arteri.
c) Detail Perairan
Detail perairan perlu diidentifikasi dan dicatat nama-
nama: sungai, saluran irigasi, tanjung, selat, laut,
danau, rawa-rawa. Penulisan nama-nama sungai juga
harus benar, jelas, dan konsisten; misalnya Ci
Liwung, Way Rilau, Kali Angke, Sungai Kapuas.
d) Detail Bangunan
9
Detail bangunan harus diidentifikasi pada “bidang
tanah” dimana bangunan tersebut berada. Surveyor
wajib melakukan identifikasi fungsi bangunan
(penggunaan) dan namanya, seperti bangunan
sekolah, bangunan kantor, bangunan pelayanan
Kesehatan dan lain sebagainya.
10
fenomena yang ada di permukaan bumi atau penjelasan
setiap objek yang ada di permukaan bumi. Data ini
merepresentasikannya dalam bentuk kata-kata, angka,
atau tabel pada hasil delinisasi, misalnya atribut
penggunaan tanah: perumahan, perkebunan, hutan
produksi.
Struktur data pada peta tematik digital adalah yang
berkaitan dengan informasi yang melekat pada setiap jenis
data spasial. Informasi spasial tersebut dinyatakan dalam
bentuk atribut atau field. Untuk mempermudah
pemanggilan dan pengolahan data untuk analisis spasial,
diperlukan standarisasi dalam bentuk penamaan atribut
dan record/ data-nya.
Pada umumnya layer unsur dasar mempunyai 2 jenis
tipe data yaitu area dan garis. Tipe area bila data
dimungkinkan tampil dalam bentuk area seperti wilayah
administrasi. Layer unsur dasar lainnya hanya tipe data
garis seperti jalan dan batas perairan. Layer tematik
umumnya dibuat dalam bentuk tipe data area. Selain itu
ada layer tematik dalam bentuk point untuk jenis data yang
tidak masuk dalam minimal unit atau letak posisinya
masih relatif.
11
paling tidak harus memenuhi persyaratan teknis sebagai
berikut:
1. Interoperabilitas perangkat lunak yang digunakan.
Agar dapat digunakan untuk berbagai keperluan oleh
berbagai stakeholder, pemakaian perangkat lunak
dalam penyiapan peta kerja perlu diperhitungkan
interoperabilitasnya dalam konteks berbagi-pakai data
2. Desain basis data peta kerja “hidup” dan “tumbuh”.
Peta kerja dapat disusun untuk berbagai macam
tujuan. Selain itu, bidang tanah juga merupakan data
“tumbuh” yang akan selalu berubah karena faktor fisik
dan non fisik. Untuk menghindari adanya redundansi
kegiatan pengukuran dan pemetaan, sebisa mungkin
peta kerja didesain agar dapat diperbaharui secara
berkala, serta memungkinkan untuk menambahkan
informasi lain di kemudian hari sesuai dengan
kebutuhan
3. Peta kerja memiliki informasi metadata, yaitu “data
tentang data”, yang memuat beberapa informasi seperti
data yang digunakan, metode pembuatan, tahun
pembuatan, dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan
agar pengguna peta kerja memiliki gambaran mengenai
data yang digunakan, apakah sesuai dengan
kebutuhan atau tidak, serta sampai sejauh mana si
pengguna dapat menggunakan data tersebut untuk
keperluannya (contoh: apakah ketelitiannya memadai,
12
apakah data up to date, apakah data memenuhi
kualitas standar yang dibutuhkan dan lain sebagainya)
4. Kualitas data dan tingkat ketelitian/ kedetilan yang
diperlukan. Peta kerja merupakan basis bagi kegiatan
lainnya yang memerlukan informasi spasial dalam
skala bidang. Oleh karena itu, tingkat kedetilan dan
ketelitian dari peta kerja sangat tergantung kepada
tujuan dari penggunaan peta kerja tersebut. Sebagai
contoh, peta kerja untuk keperluan sensus penduduk
tidak memerlukan ketelitian pengukuran bidang yang
tinggi jika dibandingkan dengan peta kerja untuk
kepentingan pengukuran dan pemetaan pertanahan
5. Peta kerja dapat disusun menggunakan berbagai
macam metode, sesuai dengan data apa saja yang
digunakan. Karena bertujuan untuk memetakan
sebaran seluruh bidang tanah yang ada pada suatu
wilayah dengan atribut tertentu, maka standar
ketelitian peta kerja biasanya didasarkan kepada
bagaimana menyajikan data bidang tanah relatif
terhadap bidang tanah lainnya, serta bagaimana
melengkapi data atribut yang lengkap, akurat dan
terkini sesuai dengan kebutuhan.
Pelaksanakan kegiatan kontrol kualitas peta kerja
bertujuan untuk menjamin pembuatan peta kerja telah
sesuai dengan spesifikasi teknis, kelengkapan data dan
13
unsur kartografinya pada luasan <10 ha dengan formulir
atau formulir kontrol kualitas.
Sebuah peta kerja didalamnya harus mencantumkan
informasi berupa:
1. Nomor peta kerja sesuai penomoran indeks lembar
dalam satu Desa/Kelurahan;
2. Jenis peta, misalnya Peta Foto, Peta CSRT, Peta Foto
Drone, Peta Garis atau peta lainnya;
3. Kualitas dan Skala/Resolusi Peta;
4. Tahun pembuatan;
5. Asal peta;
6. Hasil dari penggunaan peta kerja oleh satgas fisik dan
satgas yuridis sekurang-kurangnya mencantumkan
informasi:
a) Hasil pemetaan bidang-bidang tanah terukur;
b) NIB atau nomor berkas atau nomor urut bidang per
bidang tanah terukur/terpetakan;
c) Daftar objek bidang tanah dengan informasi nomor
urut; dan
d) Nomor Berkas dan atau Nomor Urut Bidang (NUB),
luas sementara (jika sudah dihitung), nama
(sementara), dan informasi bidang tanah.
Pembuatan Peta Kerja sedapat mungkin
mengoverlaykan Peta Pendaftaran dengan Peta lainnya
misalnya Peta Batas Kawasan Hutan, Peta Kawasan
14
Konservasi, Peta PBB, Peta Batas Administrasi, Peta LP2B,
Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru (PIPPIB).
Berikut ini merupakan contoh aspek aspek yang
dinilai pada lembar ceklis kontrol kualitas peta kerja:
Tidak
No Pembuatan Peta Kerja Ada Keterangan
Ada
Penunjukan lokasi dan bentuk bidang oleh
pemohon pada Peta Dasar Pendaftaran
1 (Citra/Peta Foto Udara)
Plotting bidang tanah terdaftar pada
penunjukan lokasi dan bentuk bidang lokasi
2 yang dimohon
Peta Dasar Pertanahan (Citra Satelit Resolusi
3 Tinggi/Peta Foto Udara)
Memeriksa daftar koordinat untuk
4 pengikatan (KDKN/CORS/Titik tetap lainnya)
5 Peta Pendaftaran;
6 Izin Lokasi (jika ada);
7 Izin Usaha Perkebunan (jika ada);
8 Peta permohonan (jika ada);
Identifikasi kawasan hutan (termasuk
9 PIPPIB);
10 Tata ruang;
Kondisi terkini dengan mengidentifikasi
tutupan lahan secara visual (dari peta dasar/
11 peta citra);
12 Unsur geografis (jalan, sungai, dan lain-lain);
13 Data spasial lain yang di anggap perlu.
Tabel. Tabel Ceklist Kontrol Kualitas Peta Kerja
15
peta kerja tersebut akan menggambarkan wilayah
pekerjaan pengukuran dan pemetaan Dalam istilah teknis,
peta kerja didefinisikan sebagai suatu media baik bentuk
cetak (hard copy) maupun platform digital (softcopy) yang
dapat menunjukkan wilayah kegiatan kerja secara jelas.
Peta kerja umumnya digunakan sebagai bagian dari suatu
persiapan dalam setiap kegiatan pertanahan.
Peta kerja yang akan digunakan dalam setiap kegiatan
pertanahan perlu untuk dilakukan plotting titik – titik
sampel pada peta kerja yang akan digunakan. Peta kerja
yang telah ditentukan sebaran titik sampelnya akan
memudahkan surveyor dalam memperhitungkan waktu
kerja dan jalur pelaksanaan survei lapangan.
Metode penentuan sebaran sampel yang digunakan
adalah proporsional sampling. Metode ini merupakan
suatu teknik penyebaran titik-titik sampel dimana titik
sampel ditentukan masing-masing proporsional sebagai
contoh : 10 titik/blad pada Skala 1 : 25.000 untuk masing-
masing kelas penggunaan tanah dengan penyebaran
sampel merata dan proporsional pada luasan <10 - >1000
ha.
16
Sehingga simbol pada peta adalah suatu gambar pengganti
dari suatu obyek yang ada di permukaan bumi baik yang
bersifat fisik dan non fisik maupun obyek yang bersifat
imajiner (khayali).
Sementara Legenda merupakan keterangan tentang
simbol-simbol yang tercantum di dalam peta. Legenda
perlu dipahami dengan baik oleh pembaca peta, sehingga
informasi yang diperoleh dari peta bisa tepat. Tidak ada
aturan baku mengenai penempatan kolom legenda karena
pada umumnya legenda ditempatkan di bagian kiri atau
kanan bawah peta pada bagian yang kosong. Legenda
dapat juga diletakan di bagian lain selama tidak
mengganggu informasi yang disajikan dalam peta. Dalam
buku “Desain dan Komposisi Peta Tematik” karangan
Juhadi dan Dewi Liesnoor, disebutkan bahwa syarat simbol
yang baik secara umum adalah:
1. Sederhana
2. Mudah digambar
3. Mudah dibaca
4. Mencerminkan data dengan teliti
5. Berbentuk seragam dalam suatu peta ataupun peta seri
6. Bersifat umum
Simbol-simbol yang dipergunakan pada peta kerja
secara garis besar serupa dengan simbol – simbol yang
digunakan pada peta secara umum. Berdasarkan bentuk
simbol atau wujud simbol simbol kartografi dapat
17
dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu: simbol titik,
garis dan area. Untuk penjelasan lebih lengkapny dapat
dijabarkan sebagai berikut :
a) Simbol Garis
Simbol garis digunakan jika unsur yang diwakilinya
berbentuk garis. Sebagai contoh dapat disajikan di
sini antara lain, yaitu: jalan, sungai, rel kereta api,
batas administrasi dan lain sebagainya.
18
Simbol area digunakan untuk menampilkan unsur-
unsur yang berhubungan dengan suatu luasan.
Seperti pada simbol titik, simbol area tergantung
pada skala petanya. Simbol area ini dibuat harus
memperhatikan bentuk dan isi area sehingga simbol
area tersebut dapat mewakili unsur-unsur di
permukaan bumi yang akan digambarkan pada peta,
misalnya simbol yang mewakili bidang tanah,
penggunaan tanah, kemiringan tanah dan lain
sebagainya.
b) Simbol abstrak/geometrik
19
Simbol abstrak merupakan simbol pada peta yang
berupa gambar yang tidak mirip dengan objek yang
sebenarnya. Contoh yang dapat disajikan yaitu
lambing ibu kota negara, kota administratif, dan lain
– lain.
20
skala peta, legenda, orientasi (indeks), sumber data, label
dan lain-lain, sehingga hasil layout dimaksudkan dapat
memperjelas dan memberi keterangan yang benar agar
mudah digunakan surveyor dalam pengambilan data.
Unsur – unsur layout yang harus ada pada sebuah
peta kerja adalah sebagai berikut :
1. Judul
Pembuatan Judul Peta harus memperhatikan poin –
poin berikut :
- Pemeberian nama judul peta harus ringkas dan jelas
yang menggambarkan isi peta serta mengandung unsur
3S (Selaras, Serasi, dan Seimbang);
- Judul harus ada tentang (tema peta, nama
lokasi/wilayah);
- Tema pada judul harus sesuai dengan isi peta
- Penentuan peta tematik diutamakan satu macam saja
(yang paling mewakili isi peta);
- Tema dapat dibuat dua secara bersamaan (hal ini
apabila dalam keadaan yang mendesak/terpaksa),
Contoh : Peta penggunaan tanah dan jumlah
penduduk, Peta status tanah dan kepadatan
penduduk, peta potensi wilayah dan basis
pengembangan, dan lain – lain;
- Tahun pada judul peta disesuaikan dengan tahun
informasi atau tahun data dipetakan;
21
- Posisi judul peta dapat diletakkan pada bingkai peta
dalam bagian tengah kiri, atau kanan sesuai dengan
aspek 3S;
- Judul peta dibuat dengan huruf kapital yang ditulis
tegak;
- Judul peta dapat dibuat dalam satu baris, dua, atau
tiga baris;
- Adanya perbedaan tingkatan jenis huruf pada
informasi peta
2. Simbol Arah
Simbol arah dicantumkan dengan tujuan untuk
orientasi peta. Arah utara lazimnya mengarah pada
bagian atas peta. Kemudian berbagai tata letak tulisan
mengikuti arah tadi, sehingga peta nyaman dibaca
dengan tidak membolak-balik peta. Lebih dari itu, arah
juga penting sehingga si pemakai dapat dengan mudah
mencocokkan objek di peta dengan objek sebenarnya di
lapangan.
Perlu diketahui bahwa orientasi peta adalah suatu
tanda petunjuk arah peta, bukan arah mata angin.
Bentuk orientasi peta pada peta tematik dengan peta
rupabumi berbeda. Pada peta rupabumi petunjuk arah
ini dibuat lebih lengkap, karena peta rupabumi
merupakan peta dasar yang digunakan sebagai
pedoman pembuatan peta-peta lain. Penempatan
orientasi peta seperti skala peta yaitu selalu berada di
22
dalam bingkai peta, dengan posisi di bawah skala peta
atau pada tempat-tempat yang luang.
3. Skala.
Skala atau kedar peta sangat penting dicantumkan
untuk melihat tingkat ketelitian dan kedetailan objek
yang dipetakan. Faktor – faktor penting dalam skala
adalah :
- Skala merupakan perbandingan jarak dua titik
dipeta dengan jarak sebenarnya di lapangan
- Berdasarkan bentuknya skala ada dua : angka dan
garis
- Panjang skala garis dapat dibuat 3-4 cm dimana
setiap cm diberi tanda
- Skala peta umumnya menunjukkan referensi
ketelitian dari peta yang dibuat
- Simbol dan unsur tertentu dari peta tidak
berhubungan dengan skala
- Penempatan skala harus selalu didalam bingkai
peta
- Beberapa cara untuk menentukan skala peta
apabila suatu peta belum diketahui skalanya, yaitu:
• Membandingkan dua kenampakan antara peta
yang tidak berskala dengan peta yang
mempunyai skala
• Membandingkan jarak di peta dengan jarak
sebenarnya di lapangan
23
• Membandingkan bentuk umum di peta dengan
bentuk sebenarnya di lapangan, misalnya
ukuran sepakbola dan jarak dua tiang listrik
• Menghitung jarak antara dua garis lintang,
untuk daerah equator 1° = 111 km
• Menghitung skala peta dan berdasarkan
interval garis ketinggian (kontur interval atau
ci), perhitungan ini dilakukan khusus untuk
peta-peta yang mempunyai kontur atau garis
tinggi
• Rumus yang digunakan: d = 1/2000 x penyebut
skala
4. Legenda
Legenda atau Keterangan penting di letakan pada
layout peta kerja Agar pembaca peta dapat dengan
mudah memahami isi peta, seluruh bagian dalam isi
peta harus dijelaskan dalam legenda atau keterangan.
5. Sumber Data
Sumber data penting dicantumkan agar pembaca peta
dapat mengetahui sumber data atau peta yang
digunakan. Jika diperlukan, pengguna peta dapat
melacak keakuratan informasi dan interpretasi dari
pembuat peta. Seiring dengan usia peta yang makin
bertambah, akurasi dan realibilitas peta tersebut perlu
diperhatikan. Sumber peta dapat berupa nama dan
jenis peta, nomor lembar peta, sekala,
24
instansi/pembuat peta dan tahun pembuatan peta
maupun hasil pengolahan data yang memperkuat
identitas penyusunan peta yang dapat dipertanggung-
jawabkan.
6. Kartografer/Pembuat Peta :
"Nama pembuat peta" merupakan unsur peta yang
perlu untuk dicantumkan. "Nama pembuat peta"
dicantumkan di luar garis tepi peta, karena "nama
pembuat peta" bukan merupakan komponen pokok
peta tetapi merupakan informasi pendukung saja.
Lokasi nama pembuat peta berada di luar garis tepi
peta terluar, pada bagian pojok kanan bawah. Pembuat
peta sebaiknya menuliskan kata-kata disalin, disusun,
digambar, atau dibuat secara jujur.
7. Waktu Pembuatan :
Waktu pemrosesan peta untuk mengetahui kapan
pertama kali peta tersebut dihasilkan agar dapat
diketahui realibilitas peta tersebut dalam jangka waktu
tertentu.
8. Sistem Grid:
Dalam selembar peta sering terlihat dibubuhi kerangka
referensi semacam jaringan kotak-kotak atau sistem
grid. Tujuan grid adalah untuk memudahkan
penunjukan lembar peta dari sekian banyak lembar
peta dan untuk memudahkan penunjukan letak
sebuah titik di atas lembar peta.
25
Dalam sebuah sistem grid, garis horisontal maupun
vertikal merupakan garis koordinat sebuah sistem
koordinat tertentu yang mempunyai nilai koordinat
tertentu pula. Cara pembuatan grid yaitu, wilayah
dunia yang agak luas, dibagi-bagi kedalam beberapa
kotak. Tiap kotak diberi kode. Tiap kotak dengan kode
tersebut kemudian diperinci dengan kode yang lebih
terperinci lagi dan seterusnya.
Jenis sistem grid dan koordinat pada peta-peta dasar
(peta topografi) di Indonesia yaitu antara lain :
• Kilometerruitering (kilometer fiktif) yaitu lembar peta
dibubuhi jaringan kotak-kotak dengan satuan
kilometer.
• Disamping itu ada juga sistem grid dan koordinat
yang dibuat oleh tentara Inggris dan grid yang
dibuat oleh Amerika (Army Map Service-AMS).
Untuk menyeragamkan sistem grid dan koordinat,
Amerika Serikat membuat sistem grid yang seragam
yaitu sistem grid UTM (Universal Transverse
Mercator) dan sistem grid UPS (Universal Polar
Stereographic)
9. Koordinat.
Koordinat peta dalam tematik merupakan salah satu
unsur penting, karena koordinat menunjukkan lokasi
absolut di bola bumi. Besaran koordinat pada peta
tematik berfungsi untuk mengetahui posisi suatu titik
26
di muka bumi, atau untuk mengetahui letak
astronomis suatu tempat di muka bumi.
Pada peta rupa bumi angka koordinat mutlak harus
dicantumkan, bahkan dilengkapi pula dengan grid atau
garis-garis vertikal dan horisontal yang saling
berpotongan. Pembuatan dan penempatan grid dan
angka lintang bujur pada peta rupabumi sudah
mempunyai ketentuan dan aturan-aturan yang nyata
dan baku serta bersifat konvensional.
10. Nomor Peta
Penomoran peta penting untuk lembar peta dengan
jumlah besar dan seluruh lembar peta terangkai dalam
satu bagian muka bumi
27
tiap surveyor yang terlibat dalam suatu pelakasanaan
survey dengan peta kerja yang telah disusun sebelumnya.
Kegiatan pembagian area kerja ini bertujuan agar
pelaksanaan survei dapat berjalan secara efektif dan efisien
walaupun dilakukan pada lokasi bidang tanah yang cukup
luas dan surveyor yang terlibat cukup banyak. Output yang
dihasilkan pada kegiatan ini berupa peta kerja yang telah
dilengkapi dengan pembagian wilayah kerja pada
keseluruhan lokasi bidang tanah yang akan disurvei.
28
1. Tipe/jenis data apa yang wajib di ambil
2. Kepastian lokasi kerja/AOI dan jalur survei untuk
pengambilan data di lapangan
3. Jumlah SDM yang diperlukan
4. Narasumber/pendamping survei
5. Estimasi waktu penyelesaian pekerjaan.
Pembuatan desain survei memang membutuhkan
waktu, tetapi kegiatan ini dapat mengurangi kesalahan dan
mempercepat pelaksanaan kegiatan di lapangan, selain itu
penysunan desain survei juga dapat memprediksi dan
meminimalisir potensi masalah yang akan terjadi dalam
area kerja. Sebagai contoh lokasi survei yang sulit di akses,
penetuan basecamp dan akomodasi ke lokasi harus benar-
benar di perhatikan, dikarenakan petugas/surveyor yang
mungkin tidak memiliki pengetahuan dan wawasan yang
sama terkait situasi dan medan yang akan dihadapi.
29
Ekspose hasil perencanaan survei merupakan salah
kegiatan yang wajib dilakukan sebelum pelaksanaan
survei, kegiatan ini merupakan salah satu proses
koordinasi awal/komunikasi yang kemudian ditindaklajuti
dengan diskusi secara tatap muka kepada pihak terkait
dengan membahas berbagai aspek perencanaan survei
yang akan dilaksanakan, seperti kebutuhan personil
hingga metode yang akan digunakan. Secara umum tujuan
dari adanya kegiatan ekspose perencanaan survei adalah
sebagai berikut:
1. Memberikan gambaran mengenai rencana pelaksanaan
kegiatan survei
2. Mencari umpan balik/pendapat terhadap perencanaan
kegiatan survei yang telah disusun melalui diskusi dan
jajak pendapat dengan pemohon ataupun pihak – pihak
terkait.
3. Sebagai bentuk laporan terhadap proses awal
pelaksanaan survei kepada kantor tanah terkait.
Pada kegiatan ini petugas melakukan pemaparan
terhadap perencanaan survei yang telah disusun
sebelumnya, Adapun aspek aspek yang perlu dipaparkan
pada kegiatan ekspose hasil perencanaan survei adalah
sebagai berikut:
1. Area kerja pelaksanaan survei
2. Metode kerja
3. Peralatan dan bahan yang digunakan
30
4. Pembagian personil
5. Target waktu penyelesaian
31
akan dibuat, dan melakukan pemilihan alat sesuai
efektifnya alat yang dipakai misalnya untuk pemetaan
penggunaan tanah dengan melihat apakah yang mendasari
perbedaan untuk penampakan pada muka bumi baik
sungai, hutan rimba, perkebunan/ kebun, atau
permukiman cukup menggunakan Vtol atau drone tanpa
harus membawa GPS Geodetik.
Berikut ini merupakan beberapa pilihan alat yang
dapat digunakan sebagai alat bantu dalam pelaksanaan
kegiatan survei bidang tanah,
1. Peta lokasi, ini penting untuk mengetahui lokasi
pemetaan ada di mana. Disamping itu, dengan
mengetahui kawasan yang akan dipetakan akan
memudahkan dalam perencanaan survei seperti
peletakan bench mark (BM), backsight (BS), foresight
(FS), hingga transek peletakan titik pengukuran
detilnya (P).
2. Global Position System (GPS). GPS dibutuhkan untuk
mengetahui lokasi titik pengukuran acuan (BM).
Dengan diketahui lokasi absolut titik ikat pengukuran
maka pengukuran lainnya akan mudah untuk
dihitung. Penggunaan GPS dalam survey dapat
digunakan tipe hand held, namun pada kasus tertentu
yang membutuhkan kedetilan rinci dibutuhkan GPS
geodetik.
32
3. Pita ukur. Nama lainnya adalah meteran, Alat ini
digunakan untuk mengukur panjang tanah adalah
meteran. Selain untun mengukur panjang tanah, juga
untuk mengukur jarak di atas permukaan
tanah.Meteran atau biasa disebut roll meter biasanya
berbentuk pita dan memiliki ukuran panjang tertentu.
4. Alat ukur topografi. Banyak jenis yang digunakan,
antara lain waterpass, theodolite, kompas survey,
ataupun total station. Masing – masing memiliki
kelebihan dan kekurangan. Setiap jenis alat survey
memiliki tingkat ketelitian yang berbeda pula. Metode
yang digunakan juga berbeda – beda, sehingga bagi
surveyor yang melakukan pengukuran harus sudah
paham di luar kepala mengenai karakteristik alat
survey beserta metodenya.
5. Prisma. Peletakan prisma ada dua, ada yang diletakkan
diatas statif untuk penentuan titik utama dan ada yang
diletakkan diatas yalon untuk pengukuran detil.
6. Yalon. Yalon adalah tongkat yang biasanya berwarna
merah putih berseling dengan panjang tiap ruas adalah
50cm dan tinggi yalon biasanya 180 – 200 cm. Yalon
digunakan untuk membantu pembacaan ketinggian
dan peletakkan prisma detil.
7. Bak ukur. Penggunaan bak ukur dipasangkan pada
alat ukur waterpass, kompas survey dan theodolite.
Ketiganya belum dilengkapi oleh laser sehingga
33
pembidikannya perlu dilakukan dengan pembacaan
angka melalui bak ukur atau yalon.
8. Statif. Biasa disebut dengan tripod atau kaki tiga. ALat
ini digunakan untuk memberdirikan alat survey dan
prisma pembalik.
9. Unting – unting. Digunakan untuk meposisikan
kelurusan alat dengan patok pengukuran di bawahnya.
34
Jalur terbang yang dibuat pada area yang dipetakan
disesuaikan dengan teknik atau pola pemotretan bentuk
blok atau strip, seperti yang ditampilkan pada Gambar
dibawah ini.
Gambar. Pola pemotretan udara pola blok (a) dan pola strip
(b)
Hal-hal dasar yang menjadi acuan dalam pemetaan
fotogrametri merupakan rangkaian awal dalam
perencanaan pelaksanaan pemotretan udara
menggunakan Wahana Nirawak/Drone. Bagian-bagian
penting ini tidak bisa diabaikan karena merupakan faktor
penentu untuk mendapatkan data yang berkualitas.
Rencana penerbangan didesain sedemikian rupa sesuai
dengan kondisi lokasi di tempat pengambilan data. Hal-hal
yang menjadi perhatian sebelum penerbangan dimulai
seperti :
a. Tinggi terbang;
b. Jarak antar jalur;
c. Sidelap dan overlap;
d. Resolusi foto yang dihasilkan;
35
e. Interval shutter;
f. Luas cakupan;
g. Waktu terbang .
Penggambaran rencana jalur terbang dapat dilakukan
menggunakan perangkat lunak yang bernama Mission
Planner. Mission Planner merupakan perangkat lunak yang
berfungsi untuk merencanakan uji terbang dengan
mengatur waypoint yang hendak dilintasi wahana serta
menerima data terbang wahana yang dikirim dari Ardupilot
dan menampilkannya secara visual dengan baik. Berikut
ini merupakan contoh tampilan program Mission Planner
dalam memonotor data terbang.
36
menambahkan kemampuan pengambilan foto pada
kamera yaitu intervalometer dengan menggunakan
software bantuan CHDK (Canon Hack Development Kit).
Intervalometer merupakan fitur tambahan dimana
pengambilan foto dilakukan secara otomatis setiap
beberapa detik yang telah ditentukan oleh pengguna
sehingga didapatkan sidelap sesuai dengan program
Mission Planner agar foto hasil penggabungan yang
diperoleh lebih baik, untuk selanjutnya diolah dan
dilakukan analisis. Pengambilan gambar udara dilakukan
dengan sistem auto fly pada Drone dengan memasukan
input waypoint tiap titik yang akan dilalui melalui program
Mission Planner ke FC Drone yang digunakan sebelum
dilakukan penerbangan.
M. Kesimpulan
Perencanaan survei dimulai dengan mengidentifikasi
wilayah kajian/Area of Interest (AOI) yang merupakan
lingkup daerah (area) yang menjadi target suatu aktivitas
survei, setelah itu kegiatan perencanaan survei dilanjutkan
dengan menyiapkan informasi dasar berupa batas
adminitrasi, toponimi dan batas alam lainnya yang akan
menjadi dasar dalam penbuatan peta kerja.
Peta kerja mutlak diperlukan dalam setiap kegiatan
pertanahan, peta kerja yang disusun melewati beberapa
tahap seperti pengisian data atribut pada data spasial hasil
deliniasi untuk peta kerja, penentuan sebaran titik sampel,
37
penyusunan simbol/legenda, pembuatan layoutnya,
hingga memvalidasi kualitas peta kerja yang telah disusun.
Hasil perencanaan kegiatan survei yang telah disusun
pada kegiatan – kegiatan sebelumnya, perlu untuk
dilakukan apa yang disebut dengan Ekspose Hasil
Perencanaan. Ekspose hasil perencanaan survei bidang
tanah merupakan kegiatan presentasi atau pemaparan
terkait hasil telaah dan rencana survei bidang tanah
dihadapan pemohon dan pihak terkait
N. EVALUASI
Untuk mengetahui pemahaman Anda mengenai
materi Perencanaan Survei Kadastral, Anda diminta
menjawab secara ringkas pertanyaan di bawah ini:
1. Jelaskan secara singkat persyaratan teknis yang mesti
terpenuhi dalam pembuatan peta kerja !
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ekspose hasil
perencanaan survei bidang tanah !
3. Jelaksan ketentuan – ketentuan yang termuat dalam
desain/rancangan pekerjaan survei !
38
berikutnya. Sebaliknya apabila belum dapat pertanyaan
pada evaluasi dengan baik, maka Anda diminta untuk
mempelajari kembali materi pada bab ini dengan lebih
seksama hingga Anda dapat menjawab pertanyaan dalam
evaluasi dengan baik.
39
BAB III
PELAKSANAAN SURVEI KADASTRAL
Indikator Hasil Belajar: Setelah mempelajari bab ini Anda diharapkan mampu
menjelaskan proses kerja kegiatan pelaksanaan survei kadastral sesuai
standar dan ketentuan yang berlaku.
40
lebih spesifik peta kerja merupakan peta bidang tanah yang
berisi sebaran seluruh bidang tanah dalam satu lokasi,
baik terdaftar maupun tidak terdaftar, yang digambarkan
dalam satuan skala tertentu. Peta kerja atau peta bidang
tanah merupakan acuan dalam melakukan pendaftaran
tanah sistematis, untuk melihat pola sebaran bidang tanah
yang ada dan dengan informasi penguasaan dan
pemilikannya.
Peta kerja umumnya digunakan sebagai bagian dari
suatu kegiatan yang akan digunakan dalam proses
pekerjaan pengukuran. Oleh sebab itu pada pelaksanaan
survei kadastral, sangat penting untuk memastikan atau
memverifikasi kesesuaian peta kerja dengan melakukan
analisa dan evaluasi terhadap kesesuaian peta kerja yang
dihasilkan dengan sebaran sampelnya.
Metode yang digunakan untuk menganaliasa dan
mengevaluasi kesesuaian peta kerja dengan area sampel
yaitu dengan menggunakan metode overlay peta. Overlay
merupakan Teknik dalam menempatkan grafis satu peta
diatas grafis peta yang lain dan menampilkan hasilnya di
layar komputer atau pada plot. Secara singkatnya, overlay
menampalkan suatu peta digital pada peta digital yang lain
beserta atribut-atributnya dan menghasilkan peta
gabungan keduanya yang memiliki informasi atribut dari
kedua peta tersebut. Overlay merupakan proses penyatuan
data dari lapisan layer yang berbeda. Secara sederhana
41
overlay disebut sebagai operasi visual yang membutuhkan
lebih dari satu layer untuk digabungkan secara fisik.
42
B. Koordinasi Kegiatan Survei Kadastral dengan
Unsur Terkait Desa/Kelurahan
Koordinasi dan Penyuluhan kegiatan Survei
dilaksanakan dalam level desa atau kelurahan, kegiatan ini
dilaksanakan lebih detil karena langsung melibatkan para
pihak dan masyarakat yang akan terlibat langsung dalam
pelaksanaan kegiatan, terutama aparat desa dan perangkat
desa yang nantinya akan menjadi pembantu lapang.
Pada kegiatan ini petugas memberikan informasi,
konsultasi dan bimbingan teknis kepada aparatur
Desa/Kelurahan untuk meningkatkan pengetahuan,
kesadaran dan kemauan anggota untuk membantu
pelaksanaan kegiatan survei contohnya menyampaikan
tujuan survei, metode pelaksanaan, bantuan pendamping
dan permintaan data untuk kelengkapan survei.
Koordinasi dan Penyuluhan kegiatan Survei merupakan
salah satu hal penting yang tidak dapat dilupakan, karena
keberhasilan sosialisasi ini menjadi gerbang keberhasilan
proses pelaksanaan survei selanjutnya, terutama untuk
pelaksanaan survei berbasis bidang tanah yang banyak
melibatkan stakeholder.
Koordinasi dan Penyuluhan kegiatan Survei ini meliputi
proses koordinasi awal/komunikasi yang ditindaklajuti
dengan pertemuan dengan para pihak, mulai dari unsur
pemerintahan dari berbagai level, sampai dengan tokoh
masyarakat tempat lokasi pelaksanaan survei akan
43
dilaksanakan. Bentuk kegiatan Koordinasi dan
Penyuluhan kegiatan Survei adalah:
1. Tindak lanjut kegiatan sosialisasi sebelumnya;
2. Menginformasikan kegiatan pada level desa dan level
warga;
3. Menginformasikan bentuk peran serta desa dalam
kegiatan;
4. Lingkup kegiatan bila melibatkan peran serta desa atau
kelurahan sebagai pembantu lapang kegiatan survei,
maka diperlukan kegiatan tambahan berupa
pengenalan pelaksana kegiatan survei pengambilan
data lapang, aplikasi survei dan pengisian formulir
survei lapang, serta pelibatan peran serta masyarakat
dalam pelaksanaan survei;
5. Keterlibatan masyarakat di lapangan dapat ditempuh
melalui beberapa pendekatan, bila memungkinkan
dapat melibatkan peran serta masyarakat pemilik
tanah langsung, bila hal tersebut tidak memungkinkan
maka langkah yang dapat ditempuh adalah dengan
melibatkan perangkat desa/ kepala dusun/ kepala
rukun warga/ kepala rukun tetangga/ tokoh
masyarakat/ narasumber lain yang kompeten yang
mengetahui informasi mengenai penguasaan atau
pemilikan atas bidang tanah suatu wilayah yang
menjadi narasumber.
44
Catatan: Penyuluhan dapat dilaksanakan bersamaan
dengan pengambilan data di lapangan apabila tidak
tersedia anggaran penyuluhan secara tersendiri.
45
diberikan atau media lain atau sudut pandang dan
sebaliknya pada beberapa platform media yang relevan ke
lokasi tertentu.
46
Pengumpulan data sekunder dilakukan untuk
memperoleh informasi dan melengkapi data yang telah
tersedia, ataupun data dan informasi yang diperlukan
pernah dan tersedia di tempat atau instansi lainnya. Maka
dari itu, proses pengumpulan data sekunder merupakan
salah satu cara yang dilakukan untuk memperoleh data
dan informasi. Pengumpulan data sekunder biasanya
dilakukan dengan menghubungi atau mendatangi instansi
baik pemerintah, warga sekitar lokasi survei ataupun pihak
swasta yang memproduksi informasi dan data yang
menjadi kewenangannya.
Pengolahan data sekunder dilaksanakan setelah data
dan informasi yang diperlukan diperoleh dari berbagai
macam sumber, baik instansi pemerintah, swasta, lembaga
swadaya masyarakat dan stakeholder lainnya. Informasi
yang diperoleh dapat berupa data yang dibutuhkan dalam
mengisi atribut peta seperti
1. Data kependudukan,
2. Data fasos fasum,
3. Data sosial ekonomi,
4. Jaringan jalan,
5. Sungai dan data lain sebagainya.
E. Aplikasi SiPetik
1. Pengertian Aplikasi SiPetik
Aplikasi SiPetik adalah Sistem Informasi Survei dan
Pemetaan Tematik, berupa aplikasi mobile surveys berbasis
47
android yang dirancang untuk mendukung kegiatan
pengumpulan Data dan Informasi Geospasial untuk
kegiatan Pertanahan dan Tata Ruang terutama untuk
Survei Peta Tematik Pertanahan dan Ruang, Peta Tematik
Kawasan, Instansi Tanah Pemerintah, dan Toponimi.
2. Fungsi dan Kedudukan Aplikasi SiPetik
SiPetik berfungsi sebagai perangkat (tool) untuk
kegiatan Survei Peta Tematik Kawasan dalam hal
pelaksanaan kegiatan pengambilan data dilapangan,
SiPetik ini juga berfungsi sebagai sarana untuk
membangun komunikasi antar semua pihak yang terkait
dalam proses pembuatan Peta Tematik Kawasan, baik di
tingkat kota/kabupaten, provinsi, maupun pusat karena
data yang diambil di lapangan dapat terpantau secara real
time.
Sistem Informasi Survei dan Pemetaan Tematik
merupakan aplikasi mobile surveys berbasis android yang
merupakan bagian dari sistem informasiyang ada di
Direktorat Jenderal Survei dan Pemetaan Pertanahan dan
Ruang, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional. Sistem ini dalam implementasinya
dikelola oleh Direktorat Survei dan Pemetaan Tematik.
3. Fitur pada Aplikasi SiPetik
Berikut ini merupakan beberapa fitur dari Aplikasi
SiPetik:
48
.
49
• Admin: Operator yang bertanggung jawab untuk
mengelola akun SiPetik sebagai pemeliharaan,
konfigurasi, pengoperasian sistem, dan pengaturan
pengguna
• SSO: User/ pengguna dari ASN yang terhubung dengan
NIP dan KKP
• Mitra: Pengguna yang berasal dari mitra Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
yang terhubung setelah disetujui oleh admin.
50
51
52
F. Alur Kerja Survei Menggunakan SiPetik
1. Rancangan Survei
Sebelum memulai survei Peta Tematik Kawasan,
Koordinator Lapangan sebaiknya melakukan hal-hal
sebagai berikut:
a) Membuat desain survei terlebih dahulu seperti:
tipe/jenis data apa yang wajib di ambil, kepastian
lokasi kerja/AOI dan jalur survei untuk
pengambilan data di lapangan, jumlah SDM yang
diperlukan, Narasumber/pendamping survei, dan
estimasi waktu penyelesaian pekerjaan harus
dirancang dengan baik. Pembuatan desain survei
membutuhkan waktu, tetapi kegiatan ini dapat
53
mengurangi kesalahan dan mempercepat
pelaksanaan kegiatan dilapangan;
b) Menguji/ mengecek alat seperti Handphone, Tablet
(android versi, GPS perangkat, Baterai, Apps
bekerja atau tidak, kapasitas memori dan lainnya)
apakah berfungsi dengan baik harus dilakukan;
c) Memprediksi dan mengatasi potensi masalah yang
akan terjadi dalam area kerja sebelum memberikan
pekerjaan kepada pekerja lapangan/surveyor yang
mungkin tidak memiliki pengetahuan dan
wawasan yang sama. Sebagai contoh lokasi survei
yang sulit di akses, penetuan basecamp dan
akomodasi ke lokasi harus benar-benar di
perhatikan;
d) Untuk mengubah rencana pelaksanaan survei
selama kegiatan dapat dibuat tabel yang
menyajikan informasi: ketidaksesuaian data dan
kekurangan data yang tidak sesuai dengan lokasi
kerja yang harus disurvei.
2. Settings App Mobile Surveys SiPetik dan Persiapan
Lapangan
a) Penyiapan App SiPetik dapat di unduh di playstore
1) Instalasi
54
2) Verifikasi Akun
1. Daftar 2. Daftar Sekarang 3. Daftar dengan SSO 4. Input Login SSO 5. Pilih Kantor dan
(Akun Pertanahan) Input Pass untuk
SiPetik Mobile
b) Tahapan Login
55
1) Penyiapan Data Citra Satelit/Foto Udara
2) Digitasi Data Dasar
3) Layout Peta Kerja
4. Accessing Data
Hasil survei di App Mobile Surveys SiPetik
menggunakan Geoportal Tematik dapat dilihat
menggunakan Map Viewer melalui:
https://geoportaltematik.atrbpn.go.id/v3/public/login
Fungsi Geoportal Tematik sebagai ruang kerja untuk
menampilkan, mengakses dan mendownload data hasil
survei lapangan untuk kemudian diolah pada tahapan
selanjutnya menggunakan perangkat pengolah data
(ArcGIS, QGIS, K-GIS, dan lainnya).
5. Editing Geographic Data/ Pengolahan Data
56
Editing data adalah proses perbaikan data berdasarkan
data dan informasi yang dihasilkan dari proses survei
lapang. Data yang dilakukan perbaikan atau editing
data adalah data hasil survei yang memiliki kesalahan
misalnya masih terdapat gap antar kawasan yang
disurvei, ada data yang belum matching dengan data
hasil wawancara. Proses editing data dilakukan dengan
melakukan konfirmasi antara zonasi yang
bersebelahan, apakah sesuai klasifikasi pada kawasan
yang dimaksud dengan data hasil survei lapangnya.
Ada beberapa hal yang dilakukan, untuk mencari
kesalahan pada zonasi misalnya kita menggunakan
Error Topology pada aplikasi ArcGIS melalui rule base
seperti No Gap, No Overlap, dan lainnya.
6. Creating Maps/Penyajian Peta
Penyajian peta dapat dilakukan melalui Map Views
Langsung di Geoportal Tematik. User dapat mengakses
hasil survei lapangan yang telah dilaksanakan di:
https://geoportaltematik.atrbpn.go.id/peta, dengan
memasukkan login: user dan password.
57
Gambar. Contoh Tampilan Penyajian data Penggunaan Tanah pada Peta di
Geoportal Tematik Hasil Survei Lapangan Food Estate di Kalimantan Tengah
58
Gambar. Contoh Tampilan Download Data Hasil Pengolahan Survei
Lapangan dari Geoportal Tematik
G. Geoportal Tematik
Geoportal Tematik merupakan suatu wadah berbasis
web yang berfungsi sebagai ruang kerja, dashboard,
analisis dan untuk pengumpulan, pengolahan dan berbagi
pakai data dan informasi geospasial tematik pertanahan
dan ruang yang berorientasi pada peningkatan kualitas
layanan pertanahan menuju e-government.
Melalui Geoportal Tematik pengelolaan data geospasial
diarahkan agar dapat dilakukan secara efektif dan efisien
serta memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan dalam
59
mengambil keputusan berbasis spasial, yang dapat
mendukung tercapainya sustainable development untuk
kesejahteraan dan keadilan bersama.
Dalam konsep Infrastruktur Data Spasial (IDS),
pengelolaan data spasial ini tidak bersifat terpusat, tetapi
didistribusikan dalam simpul jaringan dengan wali data
masing-masing yang bertanggung jawab untuk
mengumpulkan, mengolah dan mempublikasikan data
tersebut sesuai dengan format dan standar yang telah
ditetapkan. Implementasi Kebijakan satu peta yang juga
berpegang pada prinsip consistency (melalui penetapan
standar), accessibility (ketersediaan geoportal serta
kebijakan akses dan berbagi- pakai data), transparency
(keterbukaan dalam memberikan informasi dan
participatory) proses kolaboratif dalam menyediakan
berbagai macam data yang mendukung pembangunan.
Berikut fitur-fitur yang ada pada Geoportal Tematik
sebagai berikut:
1. Terintegrasi dengan Single Sign On (SSO) di lingkungan
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional;
2. Pengelolaan Pengguna sesuai tugas dan fungsi di
lingkungan Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional dan dapat
ditambahkan pengguna dari luar kementerian;
60
3. Integrasi dengan Komputerisasi Kantor Pertanahan
(KKP) dari Pusdatin Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional yang berfungsi
sebagai unit penyebarluasan data;
4. App Mobile Surveys SiPetik berbasis android yang bisa
terhubung dengan Geoportal Tematik.
61
2. Kategori Pengguna
User dibagi menjadi 6 kelompok, yakni Sysadmin,
Admin, Pusdatin, Direktorat, Kanwil dan Kantah.
Sysadmin merupakan user yang akan bertanggung
jawab terhadap perjalanan aplikasi selama masih
digunakan. Sysadmin sendiri nantinya dapat membuat
dan menghapus user admin sebagai pengelola data
secara keseluruhan untuk setiap bagian yang ada, mulai
dari Pusdatin sampai dengan Kantah. Selain itu
sysadmin juga dapat melihat data yang sudah ada dalam
aplikasi. User berikutnya adalah admin yang memiliki
fungsi utama pengelolaan data dan user di bawahnya.
User admin dapat melakukan pembuatan dan
menghapus user pusdatin, direktorat, kanwil dan
kantah. Selain itu user admin juga dapat melihat data-
data yang sudah ada.
62
Tabel. Kategori Pengguna dalam Geoportal Tematik
63
Gambar. Tampilan Utama Geoportal Tematik
2. Dashboard
Setelah melakukan Login, tampilan pertama yang akan
tampil yaitu Dashboard. Pada menu dashboard ini,
anda akan melihat grafik data yang ada berdasarkan
waktu.
64
3. Workspace
65
format spasial atau pun data primer dalam format tekstual.
Data yang dihasilkan dari kegiatan survei lapang perlu
diolah agar dapat disajikan sesuai kebutuhan
penggunaannya. Pengolahan data adalah proses mengolah
data hasil survei menjadi informasi yang dibutuhkan.
Kegiatan ini dilakukan setelah data-data berhasil
dikumpulkan dari kegiatan pengumpulan data/survei
lapang. Pengolahan data spasial IGT Kawasan akan
menggunakan geoportal tematik dan aplikasi SIG.
Pengolahan data dalam format digital berbentuk
shapefile (.shp) yang diambil menggunakan data yang
diperoleh dari perangkat aplikasi SiPetik diantaranya data,
foto geotagging objek di lapangan serta data hasil lapangan
berupa spasial dan tabular yang telah menjadi satu
kesatuan. Semua informasi yang dihasilkan tersebut
dikombinasikan sebagai dasar untuk pengolahan data
lebih lanjut. Adapun tahapan dalam pengolahan data
adalah sebagai berikut:
1. Download Data Hasil Survei Lapang
Download data survei lapang adalah memindahkan
data hasil deliniasi lapangan dan foto hasil geotagging
di lapangan dari perangkat aplikasi SiPetik kedalam
format file yang dapat ditampilkan di dalam aplikasi
pengolahan data spasial. Format file yang dihasilkan
berupa shp. File akan digunakan dalam pengolahan
data.
66
2. Tabulasi Data
Tabulasi data dimaksudkan agar data-data yang telah
terkumpul dapat dihimpun dalam satu kesatuan data
dan pada akhirnya nanti dapat dihubungkan antara
hasil tabulasi data antara hasil survei dan data
penunjang/pendukung objek yang disurvei seperti data
catatan hasil pengumpulan data sekunder kawasan,
wawancara dengan narasumber/fasilitator sehingga
sangat bermanfaat pada saat dilakukan proses
pengolahan data.
3. Editing Data
Editing data adalah proses perbaikan data berdasarkan
data dan informasi yang dihasilkan dari proses survei
lapang. Umumnya editing dilakukan pada aplikasi
ArcGIS. Data yang dilakukan perbaikan atau editing
data adalah data hasil survei yang memiliki kesalahan
misalnya masih terdapat gap antara zonasi yang
disurvei, ada data yang belum matching dengan data
hasil temuan dilapangan atau hasil wawancara dengan
narasumber. Proses editing data dilakukan dengan:
a) Melakukan konfirmasi antara zonasi yang
bersebelahan, apakah sesuai klasifikasi pada
zonasi yang dimaksud dengan data hasil survei
lapangnya. Ada beberapa hal yang dilakukan,
untuk mencari kesalahan pada zonasi seperti
menggunakan Error Topology pada aplikasi ArcGIS
67
melalui rule base seperti No Gap, No Overlap, dan
lainnya.
b) Melakukan cross check terhadap data kawasan
hutan, kawasan tambang, dan data lainnya yang
didapatkan pada saat melakukan survei lapangan,
sebagai bahan masukan untuk edit spasial dan
pengisian atributnya.
c) Melakukan cross check terhadap keselarasan isian
atribut terkait dengan penggunaan dan
pemanfaatan tanah.
4. Upload data shapefile hasil verifikasi ke Geoportal
Tematik
J. KESIMPULAN
Survei merupakan proses pengambilan data lapangan
untuk menghasilkan atau memperoleh informasi dan data
primer baik data dalam format spasial atau pun data
primer dalam format tekstual. Sebelum melaksanakan
kegiatan survei perlu dilakukan koordinasi dan
penyuluhan kegiatan survei berupa penyampain tujuan
survei, metode pelaksanaan, bantuan pendamping dan
permintaan data untuk kelengkapan survei kepada
aparatur desa terkait.
Selain itu peta kerja pelaksanaan survei juga perlu
diverifikasi dengan melakukan analisa dan evaluasi
terhadap kesesuaian peta kerja yang dihasilkan dengan
sebaran sampelnya sehingga pelaksanaan survei dapat
68
memenuhi syarat dan dapat berjalan dengan efektif, efisien
dan sesuai target waktu pelaksanaannya. Pada kegiatan
pelaksanaan survei juga perlu dilakukan
pendokumentasian secara visual terhadap lokasi survei,
agar mendapat gambaran secara real terhadap lokasi survei
yang akan dilaksanakan
Data yang dihasilkan dari kegiatan survei lapang perlu
diolah agar dapat disajikan sesuai kebutuhan
penggunaannya. Pengolahan data adalah proses mengolah
data hasil survei menjadi informasi yang dibutuhkan.
Kegiatan ini dilakukan setelah data-data berhasil
dikumpulkan dari kegiatan pengumpulan data/survei
lapang.
K. EVALUASI
Untuk mengetahui pemahaman Anda mengenai
materi Pelaksanaan Survei Kadastral, Anda diminta
menjawab secara ringkas pertanyaan di bawah ini:
1. Jelaskan secara singkat bentuk kegiatan dalam
pelaksanaan koordinasi kegiatan Survei !
2. Jelaksan apa yang dimaksud dengan proses geotagging!
3. Jelaksan secara singkat tahapan dalam pengelolaan
data mentah hasil survei !
69
pertanyaan evaluasi dengan baik, maka Anda dianggap
telah memahami materi - materi pada bab ini. Anda
selanjutnya dapat mengikuti pembelajaran pada bab
berikutnya. Sebaliknya apabila belum dapat pertanyaan
pada evaluasi dengan baik, maka Anda diminta untuk
mempelajari kembali materi pada bab ini dengan lebih
seksama hingga Anda dapat menjawab pertanyaan dalam
evaluasi dengan baik.
70
BAB IV
PENGOLAHAN DATA SURVEI
71
disekitarnya, pelaksanaan kegiatan survei lapangan pada
suatu wilayah menghasilkan sejumlah data yang perlu di
olah agar dapat diterjemahkan menjadi sebuah informasi
yang dapat dijadikan dasar dalam kegiatan – kegiatan
pertanahan yang akan dilaksanakan. Data – data yang
hasilkan secara garis besar terdiri dari data survei fisik
bidang tanah dan data survei sosial masyarakat.
Data Fisik bidang tanah adalah keterangan mengenai
letak, batas dan luas bidang tanah dan satuan rumah
susun yang didaftar, termasuk keterangan mengenai
adanya bangunan atau bagian bangunan di atasnya.
Sementara data sosial masyarakat adalah data penunjang
yang berkaitan dengan informasi kemasyarakatan seperti
data kependudukan, data sosial ekonomi, data
kepemilikan dan penguasaan hak, hingga data
pemanfaatan/penggunaan tanah.
Pada akhir pelaksanaan survei, data data tersebut
perlu tabulasi untuk mempermudah penataaan data
untuk disajikan serta dianalisa. Secara definisi Tabulasi
data merupakan kegiatan merekap atau merangkum data
spasial maupun tekstual hasil catatan survey lapang yang
telah dilakukan. Tabulasi data merupakan bagian dari
pembangunan geodatabase agar seluruh unsur spasial
dapat ditampilkan dengan simbol.
Tabel database spasial terdiri dari kolom data yang
disebut dengan atribut. Setiap atribut terkait dengan
klasifikasi data yang akan ditampilkan. Sebagai contoh
72
atribut jenis jalan menampilkan kelas jalan aspal, jalan
batu dan jalan tanah. Contoh lain adalah atribut
penggunaan tanah menampilkan kelas penggunaan
tanah sawah, tegalan, hutan lebat, dan sebagainya.
Konsistensi di dalam tabulasi data sangat penting
karena terkait dengan pemanggilan (query) data. Bentuk
konsistensi data yang perlu Anda terapkan adalah :
1. Penamaan data. Umumnya untuk jenis data teks.
Contoh : untuk pemukiman-permukiman, pertanian
lahan kering-tegalan, dan sebagainya.
2. Jenis data. Apakah berupa jenis data number integer,
number long integer, tanggal, teks (character), dan
sebagainya
3. Penamaan atribut. Antara satu data dengan data yang
lain pada tema yang sama harus memiliki atribut yang
konsisten. Sebagai contoh nama atribut penggunaan
tanah adalah qname, sedangkan pada data lain
nama_pgt, dan sebagainya. Ketidak konsistenan
nama atribut akan berakibat bias dalam proses
overlay data.
4. Sumber data. Apakah data yang dientri dalam tabel
data berasal dari sumber yang sama, tahun yang
sama, dan sebagian.
Selain mengolah data tabulasi pasca survei, terdapat
beberapa subproses pengolahan data hasil pelaksanaan
survei yang terdiri dari, entry data, editing data, edge
73
matching, revisi dan validasi peta, integrasi peta, yang
secara singkat dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Entry Data
Entry Data merupakan kegiatan mengisi Peta kerja
dengan data hasil survey lapang. Dalam kegiatan ini
termasuk menggabungkan data spasial dengan data
tekstual. Entry data ini selanjutnya dikelompokkan
kedalam standar Geodatabase sesuai NSPK.
2. Editing Data
Editing merupakan kegiatan memperbaiki peta kerja
digital berdasarkan informasi hasil survei lapang yang
telah dilakukan. Pengeditan dilakukan diatas peta
kerja digital, dengan panduan berdasarkan pada
catatan hasil survey lapang yang tersedia. Kegiatan
pengeditan ini dapat menambah, mengurangi, atau
memperbaiki informasi tekstual dan spasial. Kegiatan
editing peta dilakukan untuk memperbaiki peta digital
yang diperoleh dan peta hasil digitasi yang telah
ditransformasi dan memiliki koordinat, agar sesuai
dengan format yang digunakan. Proses editing peta
dilakukan lembar demi lembar atau dalam satu
kesatuan yang utuh dalam satu coverage wilayah
pekerjaan
3. Edge Matching
Edge matching merupakan kegiatan dalam rangka
menyesuaikan atau singkronisasi perbedaan yang
terjadi antar sambungan peta, baik informasi yang
74
bersifat substansial atau informasi secara grafis.
Perbedaan ini terjadi disebabkan oleh proses pekerjaan
yang terpisah dan tidak dalam satu coverage yang utuh
ataupun karena perbedaan interpretasi terhadap batas
atau fungsi objek tematiknya.
4. Revisi
Revisi merupakan perbaikan peta hasil edge matching,
apabila terdapat ketidak sesuaian substansi dan
geometri antar coverage yang berbatasan sebelum
dilakukan validasi dan pencetakan final. Setelah proses
revisi selesai maka dilanjutkan dengan proses validasi.
5. Validasi Data
Kegiatan validasi bertujuan untuk mengecek dan
memperbaiki semua unsur point, polyline dan text
(entity) serta polygon yang terdapat dalam peta tersebut
agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan yang
meliputi unsur penamaan layer, topologinya, maupun
unsur kartografinya.
6. Integrasi Data
Integrasi data merupakan kegiatan untuk
menggabungkan atau menampilkan seluruh hasil
pekerjaan yang telah tersusun dalam layer-layer peta
dasar dan peta tematik apakah satu sama lain sudah
saling berkesesuaian dalam satu tampilan sehinga
dapat dinilai hasil pekerjaan secara keseluruhan
75
B. KESIMPULAN
Secara definisi Tabulasi data merupakan kegiatan
merekap atau merangkum data spasial maupun tekstual
hasil catatan survey lapang yang telah dilakukan.
Tabulasi data tekstual diperlukan dalam rangka
melakukan penggabungan dengan data spasialnya.
Tabulasi data merupakan bagian dari pembangunan
geodatabase agar seluruh unsur spasial dapat
ditampilkan dengan simbol.
Selain mengolah data tabulasi pasca survei, terdapat
beberapa subproses pengolahan data hasil pelaksanaan
survei yang terdiri dari, entry data, editing data, edge
matching, revisi dan validasi peta, integrasi peta
C. EVALUASI
Untuk mengetahui pemahaman Anda mengenai
materi Pengolahan Data Survei Kadastral, Anda diminta
menjawab secara ringkas pertanyaan di bawah ini:
1. Jelakan definisi dari tabulasi data !
2. Jelaskan apa yang dimaksud editing data !
3. Jelasakan apa yang dimaksud edge matching data !
76
berikutnya. Sebaliknya apabila belum dapat pertanyaan
pada evaluasi dengan baik, maka Anda diminta untuk
mempelajari kembali materi pada bab ini dengan lebih
seksama hingga Anda dapat menjawab pertanyaan dalam
evaluasi dengan baik.
77
BAB VI
PENUTUP
78
DAFTAR PUSTAKA
79
Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar Pertanahan dan
Ruang. 2018. Modul Vokasi Pemetaan - Pengolahan Data
Berkomputer. Jakarta : Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
Sjaf, Sofyan Dkk. 2016 . Modul pelatihan Pemetaan Berbasis
Drone Desa. Bogor : PSP3 Institut Pertanian Bogor.
Westi Utami & Ig.Indardi. 2019. Kartografi. Yogyakarta :
Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional. Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
Guntara. 2017. Pengertian Overlay Dalam Sistem Informasi
Geografi.https://www.guntara.com/2013/01/pengertian
-overlay-dalam-sistem.html. Diakses pada 2 April 2021
Pamungkas. 2017. List Perlengkapan untuk Survey dan
Pemetaan Topografi. Diakses dari
https://www.technogis.co.id/list-perlengkapan-untuk-
survey-dan-pemetaan-topografi/. Diakses pada 1 April
2021
80
81
Hak Cipta © Pada Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
Edisi Tahun 2021
Jl. Akses Tol Cimanggis, Cikeas, Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat.
Telp. (021) 8674586
Editor:
D. TUJUAN PEMBELAJARAN................................................. 3
G. WAKTU.............................................................................. 5
B. KESIMPULAN .................................................................. 15
C. EVALUASI ....................................................................... 15
H. KESIMPULAN .................................................................. 44
I. EVALUASI .......................................................................... 45
C. KESIMPULAN .................................................................. 53
D. EVALUASI ....................................................................... 53
BAB V PENUTUP.......................................................................... 55
iii
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
..::SELAMAT::..
Anda akan memulai 1 (satu) dari 3 (tiga) modul dalam Paket Modul Penata
Kadastral Ahli Pertama. Modul ”Pemetaan Kadastral” ini merupakan modul
ke 3 (tiga) yang akan Anda pelajari.
Semoga Anda selalu semangat belajar dan menimba ilmu.
A. LATAR BELAKANG
Secara definitif peta merupakan sebuah gambaran
permukaan bumi pada bidang datar yang diperkecil
dengan skala tertentu. Peta umumnya dibuat dalam
berbagai bentuk. Di antaranya, peta konvensional (gambar
datar) dan peta digital yang bisa ditampilkan pada
komputer dan smartphone. Secara umum pembuatan peta
bertujuan untuk memberikan informasi tentang ruang
suatu wilayah dan menggambarkan data mengenai sebuah
wilayah. Misalnya, perhitungan luas dan jarak suatu
wilayah.
Seiring berjalannnya waktu penggunaan dan
pemanfaatan peta sangat beragam, salah satunya yaitu
peta bidang tanah yang kerap digunakan dalam kegiatan –
kegiatan pertanahan. Pemetaan bidang tanah sendiri
merupakan kegiatan pengolahan data dan penggambaran
1
hasil pengukuran bidang-bidang tanah dengan suatu
metode tertentu pada media tertentu sehingga letak dan
ukuran bidang tanahnya dapat diketahui dari media
tempat pemetaan bidang tanah tersebut.
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional sebagaimana digariskan dalam
Perpres RI No. 10/2006 mempunyai tugas melaksanakan
tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional,
regional dan sektoral, di mana salah satu fungsi yang
diembannya yaitu menyelenggrakan kegiatan pengukuran
dan pemetaan di bidang pertanahan. Modul ini
dikembangkan dalam rangka mengembangkan kompetensi
teknis calon PNS Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional untuk jabatan
fungsional Penata Kadastral sehingga dapat menjalankan
peran dan tanggung jawabnya secara optimal sesuai
standar yang telah ditetapkan.
B. DESKRIPSI SINGKAT
Mata Pelatihan ini membahas tentang materi –
materi mengenai kegiatan pemetaan kadastral dalam
lingkup bidang tugas jabatan penata kadastral yang terdiri
dari pelaksanaan pemetaan, pengolahan data pemetaan,
serta pelayanan informasi dan pelaporan pemetaan
kadastral. Penyampaian materi di atas disampaikan
melalui kombinasi metode penyampaian materi dengan
menggunakan video pembelajaran, diskusi interaktif dan
2
studi kasus. Keberhasilan peserta dinilai dari
kemampuannya memahami bahasan materi yang
disampaikan.
C. MANFAAT MODUL
1. Manfaat Bagi Peserta:
Memberikan pengetahuan dan meningkatkan
pemahaman terkait materi yang disampaikan, sehingga
peserta dapat memahami kegiatan pemetaan kadastral
dalam lingkup bidang tugas jabatan Penata Kadastral.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran melalui modul ini adalah:
Setelah mempelajari materi dalam mata pelatihan ini
peserta dapat memahami kegiatan pemetaan kadastral
sesuai lingkup bidang tugas jabatan Penata Kadastral.
3
E. INDIKATOR HASIL BELAJAR
Setelah mempelajari mata pelatihan ini peserta
diharapkan mampu:
1. Menjelaskan proses kerja kegiatan pelaksanaan
pemetaan kadastral sesuai standar dan ketentuan yang
berlaku;
2. Menjelaskan proses kerja kegiatan pengolahan data
pemetaan kadastral sesuai standar dan ketentuan yang
berlaku;
3. Menjelaskan proses kerja kegiatan pelayanan informasi
dan pelaporan pemetaan kadastral sesuai standar dan
ketentuan yang berlaku
4
e. Simbolisasi pada peta
f. Penggambaran peta bidang tanah Kategori I
(Luasan <10 ha)
g. Pemetaan hasil survei kadastral Kategori I (Luasan
<10 ha)
3. Pelayanan Informasi dan Pelaporan Survei,
Pengukuran dan Pemetaan Kadastral
a. Inventarisasi susunan arsip kegiatan survei,
pengukuran dan pemetaan kadastral
b. Alihmedia arsip kegiatan survei, pengukuran dan
pemetaan kadastral eklektronik
G. WAKTU
Waktu penyampaian mata pelatihan ini adalah 5 JP x @ 45
menit.
5
BAB II
PELAKSANAAN PEMETAAN KADASTRAL
6
statistik metodologi yang digunakan adalah dengan
pengambilan data sekunder yang kemudian diplotkan
dalam sebuah peta.
Plotting hasil survei tematik merupakan suatu kegiatan
menggambar, membuat atau memindahkan data hasil
survei tematik ke dalam peta dasar. Sebelum
melaksanakan plotting hasil survei tematik, salah satu
proses penting yang perlu diperhatikan yaitu proses
pengumpulan data. Proses pengumpulan data merupakan
tahap permulaan dalam proses pembuatan peta tematik.
Salah satu faktor utama yang dapat menentukan
kualitas dari sebuah peta tematik yaitu ketersediaan
sumber data yang dapat dipercaya, lengkap, serta akurat.
Data yang diperoleh haruslah mempunyai lokasi dengan
penyebaran/distribusi geografis yang memadai. Data yang
diperoleh harus bersumber pada hasil survey terbaru
sehingga mempunyai daya guna yang optimal. Pemilihan
sumber data untuk peta tematik disesuaikan dengan
maksud dan tujuan pembuatan peta serta keadaan medan
yang dihadapi. Terdapat beberapa sumber data yang
digunakan pada pemetaan tematik yaitu:
1. Melalui Pengamatan langsung di lapangan /Observasi
lapangan, yaitu kegiatan pengumpulan data dengan
melakukan pencatatan terhadap fenomena yang ada
di lapangan. Berdasarkan sumber datanya hasil
observasi lapang dapat berupa data primer yaitu
7
pencatatan dilakukan langsung dari sumbernya,
misalnya data yuridis pemilikan bidang tanah,
sedangkan pencatatan yang sumbernya dari arsip
atau data statistik disebut data sekunder, misalnya
data jumlah penduduk, administrasi wilayah.
Pengumpulan data melalui observasi lapang ini akan
diperoleh hasil yang berupa data tematik (daftar
nama).
2. Melalui Pengukuran, yaitu kegiatan pengumpulan
data yang berupa data ukur seperti; panjang atau
jarak, ketinggian, sudut atau arah, luas dan
sebagainya. Pengukuran dapat dilakukan secara
langsung di lapangan atau dengan melakukan
pengukuran secara fotogrametri dari foto udara. Dari
pengumpulan data melalui pengukuran ini akan
diperoleh hasil yang berupa data geometrik (daftar
angka).
Sumber data yang digunakan dalam pembuatan peta
tematik dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis data
yaitu :
1. Data pokok, data yang menjadi tujuan penelitian;
2. Data bantu, data yang mungkin akan digunakan
sebagai pendukung dalam analisis peta selanjutnya;
3. Data primer, data yang langsung dikumpulkan di
lapangan dengan cara pengumpulan data lengkap;
8
4. Data sekunder, data yang diperoleh/dikumpulkan
dengan mencatat data pada instansi resmi, baik
pemerintahan maupun swasta yang mempunyai
wewenang dalam bidangnya terkait dengan tujuan
penelitian.
Hasil pengolahan data yang sudah diklasifikasi
kemudian diplotkan atau digambarkan di atas media
gambar (kertas gambar) sehingga apabila semua data yang
diperlukan sudah diplotkan kedalam kertas gambar dan
dilakukan deliniasi / pembuatan garis yang
menghubungkan data ukur ataupun data tematik. Untuk
penggambaran data peta tematik, peta dasar yang sering
dipakai adalah peta topografi. Data topografi yang diambil
biasanya hanya satu atau dua unsur saja, misalnya: batas
Negara, batas daerah, sungai dan lain-lain. Data yang
digunakan dari peta topografi hanya digunakan untuk
latar belakang penempatan dan orientasi secara geografis.
Penggambaran data pada peta tematik dilakukan
dengan menggolongkan data yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif lalu membagi data tersebut kedalam kelompok-
kelompok kecil menurut sifat-sifat ditunjukkan di atas
peta. Data tersebut dapat digambar dalam bentuk simbol
titik, garis dan luas. Pengambaran data pada peta tematik
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Pemetaan Kualitatif
9
Pemetaan dengan cara kualitatif adalah suatu
penyajian gambar dari data kualitatif ke atas peta,
berupa bentuk dari simbol yang menyatakan identitas
serta melukiskan keadaan dari unsur-unsur yang ada
tersebut. Jadi bentuk simbol selalu dihubungkan
dengan kualitas unsur yang diwakilinya
Misalnya jika akan memetakan suatu daerah
secara tematis tentang sebaran Titik Dasar Teknik yang
ada di daerah tersebut. Untuk masing-masing jenis
TDT dipilih sebuah simbol yang berbentuk titik dan
kemudian simbol tersebut diletakkan pada
kedudukannya di atas peta. Pada gambar berikut ini
diperlihatkan unsur -unsur yang berupa symbol, yang
digambarkan secara kualitatif
10
a. Data posisional/titik
Pemetaan ini memperlihatkan gambaran tentang
lokasi dari unsur-unsur dengan kedudukan yang
benar. Simbol yang digunakan adalah bentuk
simbol titik, simbol yang digunakan dapat berupa
simbol, piktorial, geometrik ataupun huruf.
b. Data linear
Pemetaan ini memperlihatkan gambaran dari unsur
yang diwakilinya dengan bentuk garis. Simbol garis
dapat menyatakan penghubung 2 unsur,
pemisahan, gerakan atau arah dari unsur, baik
tersendiri atau bersama-sama. Misalnya jalan,
sungai, rute perjalanan, arah gerakan angin, dan
sebagainya.
Simbol garis yang digunakan dapat dibagi dalam
bentuk simbol:
1) Descriptive/menggambarkan, misal: jalan, jalan
kereta api, sungai.
11
2) Abstrak/khayal, missal: batas administrasi,
batas negara, provinsi
c. Data luasan/area
Pemetaan ini memperlihatkan gambaran tentang
pembagian unsur-unsur yang menempati suatu
daerah. Missal: peta penggunaan tanah, peta
bidang tanah, petageologi dan sebagainya.
Pemisahan bagian-bagian dari unsur yang disajikan
dalam peta dipisahkan dengan garis hitam dan
macamnya unsur-unsur diberi tanda pengenal
berupa latar (screen) garis atau pola tertentu.
Simbol luas dapat dibagi dalam bentuk simbol:
1) Descriptive yang bersifat menggambarkan
12
2) Abstrak/khayal
2. Pemetaan kuantitatif
Pemetaan kuantitatif adalah suatu penyajian gambar
dari data kuantitatif ke atas peta, berupa simbol yang
menyatakan identitas dan menunjukkan
besar/jumlah/banyaknya unsur yang diwakilinya.
Data yang disajikan cara kuantitatif berupa data yang
13
mempunyai sifat absolute dan relatif. Berikut ini
merupakan berbagai macam pemetaan secara
kuantitatif :
a. Pemetaan kuantitatif data posisional/titik
Pada data posisional dapat dicerminkan dengan
dua cara, yaitu;
1) Pemetaan kuantitatif dengan symbol:
• Simbol dengan petunjuk harga,
• Simbol dengan harga satuan,
• Simbol yang sebanding (proporsional)
2) Pemetaan kuantitatif dengan grafik dan diagram
• Grafik berbentuk garis lurus (line graph)
• Grafik yang berbentuk batang:
• Pie graph
b. Pemetaan kuantitatif data linear
1) Simbol Panah:
2) Flow Line:
• Garis lurus,
• Garis dengan bentuk yang tidak teratur,
• Lengkungan yang teratur
c. Pemetaan kuantitatif data luasan/area
Untuk menunjukkan simbol luas yang kuantitatif
biasanya digunakan latar yang berupa latar garis
dan latar titik dengan bermacam-macam
prosentase, disertai warna untuk menyatakan
kualitas dari symbol luas tersebut. Untuk
14
membedakan tingkatan besarnya luas umumnya
digambarkan dengan gradasi latar atau gradasi
warna, untuk interval luas yang semakin besar
maka gradasinya kearah yang semakin berat
B. KESIMPULAN
Kegiatan mem-plotting data hasil survei tematik
merupakan salah satu kegiatan dalam proses pemetaan
kadastral yang dilakukan dengan cara menggambar,
membuat atau memindahkan data hasil survei tematik ke
dalam peta dasar. Pembuatan peta dasar dalam kegiatan
pemetaan menjadi dasar dalam pembuatan peta kerja.
Salah satu faktor utama yang dapat menentukan
kualitas dari sebuah peta tematik yaitu ketersediaan
sumber data yang dapat dipercaya, lengkap, serta akurat.
Data yang diperoleh haruslah mempunyai lokasi dengan
penyebaran/distribusi geografis yang memadai. Data yang
diperoleh harus bersumber pada hasil survey terbaru
sehingga mempunyai daya guna yang optimal. Pemilihan
sumber data untuk peta tematik disesuaikan dengan
maksud dan tujuan pembuatan peta serta keadaan medan
yang dihadapi
C. EVALUASI
Untuk mengetahui pemahaman Anda mengenai
materi Pelaksanaan Pemetaan Kadastral, Anda diminta
menjawab secara ringkas pertanyaan di bawah ini:
15
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan plotting hasil
survei tematik !
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan metode
pengumpulan data melalui observasi lapangan !
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pemetaan
kualitatif !
16
BAB III
PENGOLAHAN DATA PEMETAAN KADASTRAL
Indikator Hasil Belajar: Setelah mempelajari bab ini Anda diharapkan mampu
menjelaskan proses kerja kegiatan pengolahan data pemetaan kadastral sesuai
standar dan ketentuan yang berlaku.
17
element). Data raster yang diperoleh dari hasil scanning
peta, foto udara dan citra satelit belum berisi informasi yang
menunjukkan referensi spasial, baik yang tersimpan di
dalam file atau yang disimpan sebagai suatu file yang
terpisah. Sehingga untuk menggunakan beberapa data
raster secara bersama dengan data spasial yang lain yang
sudah ada, diperlukan proses georeferencing ke dalam
sebuah sistem koordinat yang disebut koreksi spasial.
Secara umum citra atau image merupakan salah satu
format data spasial. Citra merupakan data spasial yang
menyajikan data suatu fenomena geografi yang disimpan
dalam satu rangkaian unit yang disebut pixel (picture
element). Beberapa jenis citra yang umumnya digunakan
dalam pengolahan data citra digital adalah sebagai berikut :
1. Citra satelit
Gambaran mengenai obyek permukaan bumi diperoleh
dari pantulan sinar matahari dari suatu obyek di bumi
yang kemudian diterima oleh sensor pada wahana satelit.
Oleh karena sensor memanfaatkan sumber cahaya
matahari maka citra ini umumnya disebut citra satelit
optis.
2. Citra foto udara digital
Citra foto udara dihasilkan oleh sensor kamera yang
ditempatkan pada pesawat udara. Mekanisme peroleh
foto udara sama dengan akusisi data dengan satelit. Citra
foto udara mampu mengakusisi data dengan resolusi
18
sangat tinggi (<0,4 m) dikarenakan kemampuan terbang
yang lebih rendah dibandingkan dengan satelit.
3. Peta hardcopy yang di-scan
Ada kalanya ketersediaan data citra (satelit maupun foto
udara) terbaru tidak tersedia pada suatu wilayah. Apabila
situasi ini terjadi maka pemberdayaan peta – peta lama
dapat digunakan untuk menyediakan peta dasar. Untuk
pemanfaatan lebih lanjut, maka peta-peta tersebut perlu
dikonversi ke format digital terlebih dahulu. Proses
konversi dapat dilakukan dengan menggunakan
peralatan scanner. Hasil yang diperoleh adalah data
raster digital. Data tersebut memiliki system koordinat
komputer sehingga untuk mendapatkan data raster
dengan system koordinat peta maka perlu dilanjutkan
dengan proses rektifikasi.
Data citra harus melalui berbagai tahapan pengolahan
sebelum dimanfaatkan sebagai peta. Tahapan pengolahan
yang dilalui sangat bervariasi bergantung pada jenis data
citra yang hendak digunakan. Pengolahan citra digital
digunakan untuk berbagai keperluan penyiapan peta dasar.
Data yang digunakan adalah data dengan format
citra/raster.
Rektifikasi merupakan proses transformasi data, dari
data yang belum mempunyai koordinat geografis menjadi
data yang akan mempunyai koordinat geografi
(georeferensi). Data yang sudah direktifikasi selanjutnya
19
dapat ditumpangsusunkan (overlay) dengan beberapa data
lain yang sudah terekftifikasi lebih dulu, seperti data
raster/image (foto udara, citra satelit atau peta scan dengan
data spasial) di dalam GIS.
Untuk keperluan rektifikasi citra satelit, dibutuhkan
beberapa koordinat titik kontrol lapangan sebagai bagian
dari titik sekutu. Koordinat titik kontrol lapangan ini dapat
diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan dengan
GPS atau interpolasi dari peta dasar yang sudah ada.
Banyaknya titik kontrol yang harus Anda buat tergantung
pada kompleksitas dari bentuk transformasi polynomial
yang akan Anda gunakan untuk mengubah dataset raster
ke dalam koordinat peta. Untuk hasil rektifikasi yang baik,
Anda harus menyebarkan secara merata titik kontrol
dibandingkan dengan hanya memusatkannya dalam satu
area.
20
tekstual merupakan data yang disajikan dalam bentuk
table yang berisi informasi – informasi objek didalam data
spasial dan berbentuk data tabular yang melekat
langsung dengan data spasial.
Data spasial mempunyai dua bagian penting yang
membuatnya berbeda dari data lain, yaitu informasi
lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (attribute),yang
dijelaskan berikut ini :
1. Informasi lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu
koordinat baik koordinat geografi (lintang dan bujur)
dan koordinat XYZ, termasuk diantaranya informasi
datum dan proyeksi.
2. Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non
spasial, suatu lokasi yang memiliki beberapa
keterangan yang berkaitan dengannya, contohnya:
jenis vegetasi, populasi, luasan, kode pos, dan
sebagainya.
Dalam SIG, data spasial dapat direpresentasikan
dalam dua struktur, yaitu:
a) Data Vektor
Data vektor merupakan bentuk bumi yang
direpresentasikan ke dalam kumpulan garis, area
(daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan
berakhir pada titik yang sama), titik dan nodes
(merupakan titik perpotongan antara dua buah garis).
b) Data Raster
21
Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah
data yang dihasilkan dari sistem Penginderaan Jauh.
Pada data raster, objek geografis direpresentasikan
sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel
(picture element).
Secara garis besar pengolahan data spasial dan data
tekstual dalam proses pemetaan dapat dijabarkan sebagai
berikut:
a. Akuisisi data merupakan proses pemasukan data
pada komputer dari peta (peta topografi dan peta
tematik), data statistik, data hasil analisis
penginderaan jauh data hasil pengolahan citra digital
penginderaan jauh, dan lain-lain. Data-data spasial
dan atribut baik dalam bentuk analog maupun data
digital tersebut dikonversikan kedalam format yang
diminta oleh perangkat lunak sehingga terbentuk
basisdata (database). Basis data adalah
pengorganisasian data yang tidak berlebihan dalam
komputer sehingga dapat dilakukan pengembangan,
pembaharuan, pemanggilan, dan dapat digunakan
secara bersama oleh pengguna.
b. Penyimpanan data dan pemanggilan kembali (data
storage dan retrieval) ialah penyimpanan data pada
komputer dan pemanggilan kembali dengan cepat
(penampilan pada layar monitor dan dapat
ditampilkan/cetak pada kertas).
22
c. Manipulasi data dan analisis ialah kegiatan yang
dapat dilakukan berbagai macam perintah misalnya
overlay antara dua tema peta, membuat buffer zone
jarak tertentu dari suatu area atau titik dan
sebagainya. Manipulasi dan analisis data merupakan
ciri utama dari SIG. Kemampuan SIG dalam
melakukan analisis gabungan dari data spasial dan
data atribut akan menghasilkan informasi yang
berguna untuk berbagai aplikasi
d. Pelaporan data ialah dapat menyajikan data dasar,
data hasil pengolahan data dari model menjadi bentuk
peta atau data tabular. Bentuk produk suatu SIG
dapat bervariasi baik dalam hal kualitas, keakuratan
dan kemudahan pemakainya. Hasil ini dapat dibuat
dalam bentuk peta-peta, tabel angka-angka: teks di
atas kertas atau media lain (hard copy), atau dalam
cetak lunak (seperti file elektronik).
23
Ciri khusus dari pembangunan Sistem Informasi
Geografis terletak pada pembentukan sistem manajemen
basis data nya. Pengelolaan basis data seperti ini pada
dasarnya adalah kegiatan yang dilakukan dengan cara
merelasikan atau menghubungkan antara feature-feature
yang ada dalam data spasial dengan atribut-atribut
feature nya pada data atribut.
Pengelolaan, pemrosesan dan analisa data spasial
biasanya bergantung dengan model datanya. Pengelolaan,
pemrosesan dan analisa data spasial memanfaatkan
pemodelan SIG yang berdasar pada kebutuhan dan
analitiknya. Analitik yang berlaku pada pemrosesan data
spasial seperti overlay, clip, intersect, buffer, query, union,
merge yang mana dapat dipilih ataupun dikombinasikan.
Pemrosesan data spasial seperti dapat dilakukan
dengan teknik yang disebut dengan geoprocessing (ESRI,
2002), pemrosesan tersebut antara lain:
1. Overlay adalah merupakan perpaduan dua layer data
spasial.
2. Clip adalah perpotongan suatu area berdasar area lain
sebagai referensi.
3. Intersection adalah perpotongan dua area yang
memiliki kesamaan karakteristik dan kriteria.
4. Buffer adalah menambahkan area di sekitar obyek
spasial tertentu.
24
5. Query adalah seleksi data berdasar pada kriteria
tertentu.
6. Union adalah penggabungan atau kombinasi dua area
spasial beserta atributnya yang berbeda menjadi satu.
6. Merge adalah penggabungan dua data berbeda
terhadap feature spasial,
7. Dissolve adalah menggabungkan beberapa nilai
berbeda berdasar pada atribut tertentu.
25
- Pemeberian nama judul peta harus ringkas dan jelas
yang menggambarkan isi peta serta mengandung
unsur 3S (Selaras, Serasi, dan Seimbang);
- Judul harus ada tentang (tema peta, nama
lokasi/wilayah);
- Tema pada judul harus sesuai dengan isi peta
- Penentuan peta tematik diutamakan satu macam
saja (yang paling mewakili isi peta);
- Tema dapat dibuat dua secara bersamaan (hal ini
apabila dalam keadaan yang mendesak/terpaksa),
Contoh : Peta penggunaan tanah dan jumlah
penduduk, Peta status tanah dan kepadatan
penduduk, peta potensi wilayah dan basis
pengembangan, dan lain – lain;
- Tahun pada judul peta disesuaikan dengan tahun
informasi atau tahun data dipetakan;
- Posisi judul peta dapat diletakkan pada bingkai peta
dalam bagian tengah kiri, atau kanan sesuai dengan
aspek 3S;
- Judul peta dibuat dengan huruf kapital yang ditulis
tegak;
- Judul peta dapat dibuat dalam satu baris, dua, atau
tiga baris;
- Adanya perbedaan tingkatan jenis huruf pada
informasi peta
2. Simbol Arah
26
Simbol arah dicantumkan dengan tujuan untuk
orientasi peta. Arah utara lazimnya mengarah pada
bagian atas peta. Kemudian berbagai tata letak tulisan
mengikuti arah tadi, sehingga peta nyaman dibaca
dengan tidak membolak-balik peta. Lebih dari itu, arah
juga penting sehingga si pemakai dapat dengan mudah
mencocokkan objek di peta dengan objek sebenarnya di
lapangan
Perlu diketahui bahwa orientasi peta adalah suatu
tanda petunjuk arah peta, bukan arah mata angin.
Bentuk orientasi peta pada peta tematik dengan peta
rupabumi berbeda. Pada peta rupabumi petunjuk arah
ini dibuat lebih lengkap, karena peta rupabumi
merupakan peta dasar yang digunakan sebagai
pedoman pembuatan peta-peta lain. Penempatan
orientasi peta seperti skala peta yaitu selalu berada di
dalam bingkai peta, dengan posisi di bawah skala peta
atau pada tempat-tempat yang luang.
3. Skala.
Skala atau kedar peta sangat penting dicantumkan
untuk melihat tingkat ketelitian dan kedetailan objek
yang dipetakan. Faktor – faktor penting dalam skala
adalah :
- Skala merupakan perbandingan jarak dua titik
dipeta dengan jarak sebenarnya di lapangan
27
- Berdasarkan bentuknya skala ada dua : angka dan
garis
- Panjang skala garis dapat dibuat 3-4 cm dimana
setiap cm diberi tanda
- Skala peta umumnya menunjukkan referensi
ketelitian dari peta yang dibuat
- Simbol dan unsur tertentu dari peta tidak
berhubungan dengan skala
- Penempatan skala harus selalu didalam bingkai peta
- Beberapa cara untuk menentukan skala peta apabila
suatu peta belum diketahui skalanya, yaitu :
• Membandingkan dua kenampakan antara peta
yang tidak berskala dengan peta yang
mempunyai skala
• Membandingkan jarak di peta dengan jarak
sebenarnya di lapangan
• Membandingkan bentuk umum di peta dengan
bentuk sebenarnya di lapangan, misalnya
ukuran sepakbola dan jarak dua tiang listrik
• Menghitung jarak antara dua garis lintang, untuk
daerah equator 1° = 111 km
• Menghitung skala peta dan berdasarkan interval
garis ketinggian (kontur interval atau ci),
perhitungan ini dilakukan khusus untuk peta-
peta yang mempunyai kontur atau garis tinggi
28
• Rumus yang digunakan: d = 1/2000 x penyebut
skala
4. Legenda
Legenda atau Keterangan penting di letakan pada
layout peta kerja Agar pembaca peta dapat dengan
mudah memahami isi peta, seluruh bagian dalam isi
peta harus dijelaskan dalam legenda atau keterangan.
5. Sumber Data
Sumber data penting dicantumkan agar pembaca peta
dapat mengetahui sumber data atau peta yang
digunakan. Jika diperlukan, pengguna peta dapat
melacak keakuratan informasi dan interpretasi dari
pembuat peta. Seiring dengan usia peta yang makin
bertambah, akurasi dan realibilitas peta tersebut perlu
diperhatikan. Sumber peta dapat berupa nama dan
jenis peta, nomor lembar peta, sekala,
instansi/pembuat peta dan tahun pembuatan peta
maupun hasil pengolahan data yang memperkuat
identitas penyusunan peta yang dapat dipertanggung-
jawabkan
6. Kartografer/Pembuat Peta :
"Nama pembuat peta" merupakan unsur peta yang
perlu untuk dicantumkan. "Nama pembuat peta"
dicantumkan di luar garis tepi peta, karena "nama
pembuat peta" bukan merupakan komponen pokok
peta tetapi merupakan informasi pendukung saja.
29
Lokasi nama pembuat peta berada di luar garis tepi
peta terluar, pada bagian pojok kanan bawah. Pembuat
peta sebaiknya menuliskan kata-kata disalin, disusun,
digambar, atau dibuat secara jujur.
7. Waktu Pembuatan
Waktu pemrosesan peta untuk mengetahui kapan
pertama kali peta tersebut dihasilkan agar dapat
diketahui realibilitas peta tersebut dalam jangka waktu
tertentu.
8. Sistem Grid
Dalam selembar peta sering terlihat dibubuhi kerangka
referensi semacam jaringan kotak-kotak atau sistem
grid. Tujuan grid adalah untuk memudahkan
penunjukan lembar peta dari sekian banyak lembar
peta dan untuk memudahkan penunjukan letak
sebuah titik di atas lembar peta.
Dalam sebuah sistem grid, garis horisontal maupun
vertikal merupakan garis koordinat sebuah sistem
koordinat tertentu yang mempunyai nilai koordinat
tertentu pula. Cara pembuatan grid yaitu, wilayah
dunia yang agak luas, dibagi-bagi kedalam beberapa
kotak. Tiap kotak diberi kode. Tiap kotak dengan kode
tersebut kemudian diperinci dengan kode yang lebih
terperinci lagi dan seterusnya.
Jenis sistem grid dan koordinat pada peta-peta dasar
(peta topografi) di Indonesia yaitu antara lain :
30
- Kilometerruitering (kilometer fiktif) yaitu lembar peta
dibubuhi jaringan kotak-kotak dengan satuan
kilometer.
- Disamping itu ada juga sistem grid dan koordinat
yang dibuat oleh tentara Inggris dan grid yang dibuat
oleh Amerika (Army Map Service-AMS). Untuk
menyeragamkan sistem grid dan koordinat, Amerika
Serikat membuat sistem grid yang seragam yaitu
sistem grid UTM (Universal Transverse Mercator) dan
sistem grid UPS (Universal Polar Stereographic)
9. Koordinat.
Koordinat peta dalam tematik merupakan salah satu
unsur penting, karena koordinat menunjukkan lokasi
absolut di bola bumi. Besaran koordinat pada peta
tematik berfungsi untuk mengetahui posisi suatu titik
di muka bumi, atau untuk mengetahui letak
astronomis suatu tempat di muka bumi.
Pada peta rupa bumi angka koordinat mutlak harus
dicantumkan, bahkan dilengkapi pula dengan grid atau
garis-garis vertikal dan horisontal yang saling
berpotongan. Pembuatan dan penempatan grid dan
angka lintang bujur pada peta rupabumi sudah
mempunyai ketentuan dan aturan-aturan yang nyata
dan baku serta bersifat konvensional.
10. Nomor Peta :
31
Penomoran peta penting untuk lembar peta dengan
jumlah besar dan seluruh lembar peta terangkai dalam
satu bagian muka bumi
32
Simbol pada peta hendaknya mudah digambar dan
dibaca oleh pembaca peta atau users, karena simbol yang
baik adalah simbol yang mudah dikenal, mudah
dimengerti maknanya. Selain itu simbol juga dibuat
semenarik mungkin, untuk lebih membuat simbol dan
peta lebih menarik biasanya simbol-simbol tersebut diberi
warna atau colouring.
Penggunaan simbol harus memperhatikan hal – hal
sebagai berikut :
- Keterwakilan data : data direpresentasikan dalam
simbol tertentu
- Peletakan lokasi : sedapat mungkin diletakkan pada
posisi sebenarnya di peta
- Keindahan : bila terdapat simbol sejenis menumpuk,
jumlah simbol dikurangi
Simbol-simbol yang dipergunakan pada peta, dapat
dikelompokkan dalam berbagai jenis dan bentuknya,
1. Bentuk Simbol
Berdasarkan bentuk simbol atau ujud simbol simbol
kartografi dapat dikelompokkan dalam tiga kategori,
yaitu: simbol titik, garis dan area.
a) Simbol Titik
Simbol titik ini digunakan untuk menunjukkan
posisi atau lokasi dan identitas dari unsur yang
diwakilinya. Skala peta sangat menentukan bentuk
simbol titik ini, misalnya pada skala 1 : 100.000,
33
suatu kota mungkin dapat berbentuk titik, tetapi
pada skala 1 : 1000 kota tidak dapat digambarkan
dalam bentuk simbol titik. Contoh lain dari simbol
titik ini untuk menampilkan boks telepon, titik dasar
teknik, gereja, masjid, kantor pemerintah, hotel dan
lain sebagainya.
34
Seperti pada simbol titik, simbol area tergantung
pada skala petanya. Simbol area ini dibuat harus
memperhatikan bentuk dan isi area sehingga simbol
area tersebut dapat mewakili unsur-unsur di
permukaan bumi yang akan digambarkan pada peta,
misalnya simbol yang mewakili bidang tanah,
penggunaan tanah, kemiringan tanah dan lain
sebagainya.
35
warna (merah, biru, hijau dan lain sebagainya) atau
kecerahan dan kehitaman dan lain-lainnya.
a) Simbol Piktorial
Simbol piktorial atau gambar sering disebut sebagai
simbol yang sama dengan keadaan sesungguhnya
atau yang sudah disederhanakan. Beberapa contoh
simbol piktorial yang mendekati dengan bentuk
sesungguhnya dan biasa digunakan di kartografi.
36
Gambar 6. Contoh Jenis Simbol Piktoral Bangunan
37
Contoh simbol geometrik seperti pada gambar
berikut:
38
simbol ini diambilkan dari singkatan atau huruf
depan dari nama unsur yang diwakilinya, misalnya:
39
• Mudah disalah tafsirkan denganarti teks yang
lain
• Biasanya memerlukan ruang yang agak besar,
sehingga kemungkinan akan menutupi detail lain
yang mungkin penting
40
digunakan untuk melengkapi peta pendaftaran yang telah
tersedia.
Pembuatan peta bidang tanah adalah berdasarkan
data gambar ukur baik itu dilakukan dengan cara
pengukuran terrestrial atau dengan cara identifikasi pada
peta foto. Oleh karena itu pembuatan peta bidang
sebenarnya adalah salinan/kutipan dari manuskrip
(kartiran) sehingga bentuk dan ukuran luasnya dianggap
relatif benar.
Metode Pembuatan Peta Bidang Tanah adalah :
1. Jika peta bidang dibuat berdasarkan data gambar
ukuran atau merupakan bagian dari peta
pendaftaran. Peta bidang tanah yang dimaksud harus
telah mendapat koreksi dan adjustment posisi relatif
antar bidang.
2. Untuk keperluan pengumumam data fisik, peta
bidang tanah merupakan bagian dari DI 201 B pada
Pendaftaran Tanah Sporadik dan DI 201 C pada
Pendaftaran Tanah Sistematik.
3. Pembuatan peta bidang tanah dapat dilakukan
dengan metode manual (hasil kartiran data gambar
ukur) atau dengan metode digital (penggunaan file
digital peta pendaftaran yang diekstrak), pada skala
yang disesuaikan dengan kebutuhan :
a. Pendaftaran tanah sistematik : format A3 skala 1 :
1.000
41
b. Pendaftaran tanah sporadik : skala 1 : 250 , 1 : 500
atau 1 : 1.000 atau lebih kecil, dengan catatan
seluruh bidang tanah dan situasi sekitarnya
tergambar simetris pada satu lembar kertas
ukuran tertentu.
42
suatu wilayah tertentu. Produk utama kegiatan survei
adalah peta bidang tanah. Peta bidang tanah merupakan
peta yang menyajikan informasi geospasial pada satu
bidang tanah atau lebih pada sebuah media dengan suatu
skala tertentu pada suatu wilayah.
Peta bidang tanah yang dihasilkan tersebut perlu
untuk dilakukan validasi dengan tujuan untuk mengecek
kebenaran pemetaan hasil survei kadastral Agar tidak
menimbulkan perbedaan antara peta yang dihasilkan
dengan kondisi yang ada di lapangan, maka peta bidang
tanah harus dibuat dengan mengacu pada standar yang
berlaku pada petunjuk teknis kegiatan survei kadastral.
Pada pelaksanaan survei dengan menggunakan
metode fotogrametris dan metode remote sensing
dilakukan tanpa berhubungan langsung dengan obyek
pemetaannya, sehingga pada batas‐batas tertentu hasil
pemetaan metode ini adalah merupakan hasil
interpretasi. Maka dari itu perlu adanya kegiatan validasi
melalui pengecekan lapangan (field check).
Kegiatan validasi melalui pengecekan lapangan (field
check) dilakukan dengan tujuan:
1. Untuk meyakinkan bahwa pemetaan detil obyek
telah dilakukan dengan benar (dilakukan pengujian
secara sampling),
2. Untuk melengkapi detil‐detil obyek yang tidak
tercakup oleh satelit (survei kelengkapan lapangan),
43
3. Untuk survei toponimi (survei nama‐nama detil
obyek), batas administrasi dan konfirmasi nama dan
tempat penting kepada masyarakat sekitar.
H. KESIMPULAN
Data – data yang menjadi dasar kegiataan pemetaan
berupa data citra satelit, foto udara dan berbagao data
raster lainnya. Selain itu terdapat juga data spasial dan
data tekstual yang perlu diolah dalam proses pemetaan,
data data tersebut diolah dengan cara merelasikan atau
menghubungkan antara feature-feature yang ada dalam
data spasial dengan atribut-atribut feature nya pada data
atribut atau yang disebut dengan penggabungan data
spasial dengan data tekstual.
Setelah data berhasil diolah, maka selanjutnya
dibuatkan layout peta berdasarkan kaidah-kaidah
kartografi yang berlaku serta ditambahkan simbol-simbol
atau gambar yang disesuaikan dengan tema/judul peta,
hal ini dilakukan dalam rangka membuat peta bidang
tanah yang berisi data spasial dan data tekstual persil-
persil bidang tanah hasil pengukuran. Peta bidang tanah
yang dihasilkan tersebut perlu untuk dilakukan validasi
dengan tujuan untuk mengecek kebenaran pemetaan
hasil survei kadastral agar tidak menimbulkan perbedaan
antara peta yang dihasilkan dengan kondisi yang ada di
lapangan.
44
I. EVALUASI
Untuk mengetahui pemahaman Anda mengenai
materi Pelaksanaan Pemetaan Kadastral, Anda diminta
menjawab secara ringkas pertanyaan di bawah ini:
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan proses rektifikasi
!
2. Jelaskan perbedaan antara data spasial dan data
tekstual !
3. Sebutkan unsur – unsur layout yang harus ada pada
sebuah peta !
45
BAB IV
PELAYANAN INFORMASI SURVEI,
PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL
46
ukur dan lain sebagainya. Dokumen-dokumen tersebut
berisikan data dan informasi penting yang dapat menjadi
dasar dalam mengambil kebijakan pada suatu kegiatan
pengukuran bidang tanah, oleh karena itu dokumen –
dokumen tersebut perlu untuk disusun dan disimpan
dengan prosedur yang efektif dan efisien melalui kegiatan
inventarisasi susunan arsip kegiatan pertanahan.
Inventarisasi susunan arsip kegiatan pertanahan
merupakan proses pencatatan dan penyusunan dokumen
yang berkaitan dengan kegiatan pertanahan yang
dilaksanakan oleh BPN. Dalam proses inventarisasi, arsip
- arsip tersebut dapat dikonversikan menjadi bentuk
digital (dilakukan scanning) untuk kemudian disimpan
dalam database atau harddisk tertentu ataupun juga
dalam bentuk hardcopy sesuai dengan masing – masing
permohonannya.
Sebelum daftar isian atau dokumen – dokumen
tersebut disimpan di dalam sebuah file arsip,
Dokumen – dokumen tersebut perlu dilakukan
pengklasifikasian. Klasifikasi Arsip di lingkungan
Kementerian ATR/BPN dimaksudkan sebagai pola
pengaturan arsip secara berjenjang dari hasil
pelaksanaan tugas dan fungsi di Kementerian ATR/BPN
menjadi beberapa kategori unit informasi arsip untuk
penciptaan, penyimpanan, dan penemuan kembali Arsip
dengan cepat dan tepat.
47
Secara garis besar, pengklasifikasian arsip
pertanahan merupakan kegiatan mengelompokkan
dokumen - dokumen sebelum dilakukan penyimpanan.
Klasifikasi Arsip di lingkungan Kementerian disusun
berdasarkan:
1. Klasifikasi Fasilitatif; dan
2. Klasifikasi Substantif
Klasifikasi Fasilitatif adalah klasifikasi penunjang
yang berkaitan dengan pekerjaan pengorganisasian,
prosedur dan kebijakan instansi, kerumahtanggaan,
perencanaan, keuangan, kepegawaian, serta pekerjaan
administrasi internal instansi. Sedangkan Klasifikasi
Substantif adalah klasifikasi yang berkaitan dengan
fungsi dan tugas sesuai maksud dan tujuan instansi yang
secara operasional mempunyai kepentingan bagi
kehidupan kemasyarakatan.
Prosedur atau tata cara pengklasifikasian arsip di
lingkungan Kementerian ATR/BPN diatur dalam Permen
nomor 10 tahun 2018 tentang klasifikasi arsip di
lingkungan Kementerian ATR/BPN. Berikut ini
merupakan salah satu contoh kode klasifikasi arsip
kegiatan pertanahan yang termuat dalam lampiran
Permen nomor 10 tahun 2018.
48
Gambar. Contoh Klasifikasi Arsip
Dokumen yang telah disusun dan diklasifikasikan
sesuai standar yang tepat berdasarkan jenis, sumber dan
waktu perolehannya maka kemudian dapat dilakukan
proses inventarisasi. Tujuan dari kegiatan inventarisasi
sendiri adalah agar semua data dapat tersimpan dan
tercatat dengan rapi, sehingga kegiatan operasional dan
administrasi yang _membutuhkan ketersediaan informasi
atau data dapat berjalan dengan lancar.
49
dilaksanakan. Hasil kegiatan - kegiatan pertanahan
tersebut termuat dalam dokumen atau arsip hasil
kegiatan yang disimpan oleh Kantor Pertanahan
setempat.
Arsip yang dihasilkan dari berbagai macam
kegiatan survei dan pemetaan tersebut perlu untuk
diolah dan disimpan sesuai dengan jenis dan
kebutuhannya, hal tersebut berujuan agar arsip - arsip
tidak tercecer dan memudahkan petugas untuk dapat
mengakses kembali informasi yang termuat dalam arsip
tersebut jika sewaktu waktu dibutuhkan. Pengolahan
arsip hasil kegiatan pertanahan dapat dilakukan melalui
proses alih media baik secara elektronik maupun non
elektronik.
Alih media secara non elektronik merupakan proses
pengkonversian data data hasil pengukuran menjadi
suatu arsip dalam bentuk cetak/hardcopy yang
kemudian disimpan sesuai dengan masing-masing jenis
dan kebutuhannya. Sementara alih media secara
elektronik merupakan proses pemindahan informasi dari
bentuk tekstual ke elektronik, melalui proses scanning
dokumen untuk kemudian disimpan dalam database
atau harddisk tertentu. Prinsip pengalihmediaan arsip
hasil pemetaan dilakukan tanpa mengurangi isi
informasinya, dengan catatan media baru yang
digunakan menjamin bahwa hasilnya lebih efisien dan
efektif.
50
Salah satu kegiatan yang di lakukan dalam
pengolahan arsip adalah dengan mengalihkan bentuk
tekstual ke media digital. Alih media atau proses digitasi
yaitu proses alih media dari media cetak seperti ke dalam
bentuk data digital yang dapat direkam, disimpan dan
diakses melalui komputer atau media digital lainnya.
Keuntungan atau manfaat yang didapatkan dalam
proses alih media arsip fisik ke format digital dapat
dijabarkan sebagai barikut:
1. Meningkatkan kinerja kantor – kantor pertanahan
menjadi lebih cepat dalam hal akses dan proses temu-
kembali informasi arsip;
2. Pemberian informasi yang lebih baik dan pengambilan
keputusan yang lebih cepat terkait dengan akses arsip
yang cepat dan tepat;
3. Layanan arsip yang lebih baik karena lokasi arsip
dapat lebih cepat diketahui;
4. Mengurangi waktu yang dibutuhkan petugas arsip
dalam mencari informasi;
5. Memudahkan dalam pertukaran informasi antar unit
atau organisasi, dan memudahkan dalam penggunaan
kembali informasi arsip oleh unit atau organisasi lain;
6. Menekan biaya dan memberikan kemampuan untuk
menyediakan informasi secara akurat, cepat, dan
transparan sesuai permintaan pemegang kewenangan
maupun kebutuhan suatu regulasi;
51
7. Penekanan biaya karena berkurangnya penciptaan,
penyimpanan, temu-kembali, dan pengelolaan atas
media kertas.
Terdapat 3 (tiga) tahapan utama proses alih media
secara elektronik, yaitu:
1. Tahapan pra digitalisasi (prosedur awal) merupakan
tahap persiapan sebelum dilaksanakannya proses
pengambilan objek digital. Kegiatan pertama yang
dipersiapkan adalah lebih bersifat persiapan
administrasi, diantaranya: inventarisasi dan seleksi
arsip, survey kondisi arsip, evaluasi dan analisis
metadata serta penentuan format file digital dan
pemilihan metode pengambilan objek digital (capture);
2. Tahapan digitalisasi merupakan tindakan pengalihan
format suatu media ke format digital yang dimulai
dengan proses pengambilan objek digital. Kegiatan
yang dilakukan adalah melakukan kalibrasi peralatan
yang akan digunakan, pengambilan objek digital baik
menggunakan kamera digital, scanner atau alat
konversi lainnya, editing, konversi, upload dan
menyimpan data dalam cakram padat (CD)
3. Tahapan pasca (setelah) digitalisasi. tahapan ini lebih
menitik beratkan pada bagaimana objek digital ini
disajikan serta dapat diakses oleh pengguna. Kegiatan
yang dilakukan pada tahapan ini adalah lebih kepada
pengecekkan serta pengontrolan kualitas berkas
digital, kelengkapan serta urutan dari berkas digital.
52
C. KESIMPULAN
Kantor – kantor pertanahan sebagai intansi yang
berwenang dalam mennyelenggarakan kegiatan
pengukuran dan pemetaan bidang tanah mulai dari tahap
perencanaan hingga pelayanan informasi hasil kegiatan
pengukuran dan pemetaan wajib untuk
mengkoordinasikan pengumpulan dan pendataan
seluruh arsip yang dihasilkan pada tiap tahap untuk
selanjutnya dilakukan pengkategorian arsip sehingga
memudahkan pertugas dalam mengakses arsip – arsip
tersebut Ketika dibutuhkan.
Badan Pertanahan Nasional melaksanakan tugas dan
fungsinya dalam aspek pelayananan informasi dan
pelaporan kadastral dengan melakukan inventarisasi
susunan arsip kegiatan pemetaan kadastral yang
merupakan kegiatan pencatatan dan penyusunan
dokumen yang berkaitan dengan kegiatan pemetaab
kadastral, serta melakukan alih media arsip kegiatan
pemetaan yang merupakan proses pengkonversian data
data hasil pemetaan menjadi suatu arsip dalam bentuk
cetak/hardcopy atau ke bentuk digital.
D. EVALUASI
Untuk mengetahui pemahaman Anda mengenai
materi Pelayanan Informasi Pemetaan Kadastral, Anda
diminta menjawab secara ringkas pertanyaan di bawah
ini:
53
1. Jelaskan secara singkat apa yang dimaksud dengan
tahap pra-digitalisasi pada proses alih media secara
elektronik !
2. Jelaskan apa yang dimakasud dengan klasifikasi
arsip !
3. Jelaskan tujuan dari kegiatan inventarisasi arsip !
54
BAB V
PENUTUP
55
Badan Pertanahan Nasional melaksanakan tugas dan
fungsinya dalam aspek pelayananan informasi dan pelaporan
kadastral dengan melakukan inventarisasi susunan arsip
kegiatan pemetaan kadastral yang merupakan kegiatan
pencatatan dan penyusunan dokumen yang berkaitan dengan
kegiatan pemetaab kadastral, serta melakukan alih media
arsip kegiatan pemetaan yang merupakan proses
pengkonversian data data hasil pemetaan menjadi suatu arsip
dalam bentuk cetak/hardcopy atau ke bentuk digital.
56
DAFTAR PUSTAKA
58
59
Hak Cipta © Pada Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
Edisi Tahun 2021
Editor:
i
DAFTAR ISI
D. TUJUAN PEMBELAJARAN................................................. 3
G. WAKTU.............................................................................. 6
ii
H. Validasi Kualitas Peta Kerja Pra Pengukuran Bidang Tanah
Kategori I (Luasan <10 Ha) ....................................................... 29
I. KESIMPULAN ..................................................................... 33
J. EVALUASI ....................................................................... 34
F. KESIMPULAN .................................................................. 52
G. EVALUASI ....................................................................... 53
iii
E. KESIMPULAN .................................................................. 63
F. EVALUASI ....................................................................... 64
BAB VI PENUTUP......................................................................... 66
iv
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
v
BAB I
PENDAHULUAN
..::SELAMAT::..
Anda akan memulai 1 (satu) dari 3 (tiga) modul dalam Paket Modul Penata
Kadastral Pertama.Modul ”Pengukuran Kadastral” ini merupakan modul ke
2 (dua) yang akan Anda pelajari.
Semoga Anda selalu semangat belajar dan menimba ilmu.
A. LATAR BELAKANG
Pengukuran didefinisikan sebagai seni penentuan
posisi relatif pada, di atas, atau di bawah permukaan bumi,
berkenaan dengan pengukuran jarak-jarak, sudutsudut,
arah-arah baik vertical maupun horisontal. Tujuan
pengukuran - antara lain - menghasilkan ukuran-ukuran
dan kontur permukaan tanah, misalnya untuk persiapan
gambar-rencana (plan) atau peta, menarik garis batas
tanah, mengukur luasan dan volume tanah, dan memilih
tempat yang cocok untuk suatu proyek rekayasa. Baik
gambar-rencana maupun peta merupakan representasi
grafis dari bidang horisontal. Yang pertama ber-skala besar
sedangkan yang terakhir ber-skala kecil.
Pekerjaan pengukuran dan pemetaan merupakan
pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus dan
pengalaman. Pengetahuan yang dibutuhkan adalah terkait
1
dengan pengetahuan dasar geomatika, kartografi dan
sistem informasi pertanahan/ geografi. Sedangkan
pengetahuan penggunaan alat dan aplikasi pengolah data
merupakan ketrampilan mengoperasikan alat dan
pengolahan hasil. Pengetahuan dan ketrampilan teknis di
bidang pengukuran dan pemetaan harus dikuasai secara
baik oleh petugas ukur.
Modul ini dikembangkan dalam rangka
mengembangkan kompetensi teknis calon PNS
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional untuk jabatan fungsional Penata Kadastral
sehingga dapat menjalankan peran dan tanggungjawabnya
secara optimal sesuai standar yang telah ditetapkan.
B. DESKRIPSI SINGKAT
Mata Pelatihan ini membahas tentang materi –
materi mengenai kegiatan pengukuran kadastral dalam
lingkup bidang tugas jabatan penata kadastral yang terdiri
dari perencanaan pengukuran, pelaksanaan pengukuran,
pengolahan data pengukuran, serta pelayanan informasi
dan pelaporan pengukuran kadastral. Penyampaian materi
di atas disampaikan melalui kombinasi metode
penyampaian materi dengan menggunakan video
pembelajaran, diskusi interaktif dan studi kasus.
Keberhasilan peserta dinilai dari kemampuannya
memahami bahasan materi yang disampaikan.
2
C. MANFAAT MODUL
1. Manfaat Bagi Peserta:
Memberikan pengetahuan dan meningkatkan
pemahaman terkait materi yang disampaikan, sehingga
peserta dapat memahami kegiatan pengukuran
kadastral dalam lingkup bidang tugas jabatan penata
kadastral.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran melalui modul ini adalah:
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu
memahami kegiatan pengukuran kadastral sesuai sesuai
lingkup bidang tugas jabatan Penata Kadastral.
3
E. INDIKATOR HASIL BELAJAR
Setelah mempelajari mata pelatihan ini peserta
diharapkan mampu:
1. Menjelaskan proses kerja kegiatan perencanaan
pengukuran kadastral sesuai standar dan ketentuan
yang berlaku;
2. Menjelaskan proses kerja kegiatan pelaksanaan
pengukuran kadastral sesuai standar dan ketentuan
yang berlaku;
3. Menjelaskan proses kerja kegiatan pengolahan data
pengukuran kadastral sesuai standar dan ketentuan
yang berlaku;
4
f. Rencana jalur terbang wahana nirawak/drone
untuk penunjang pengukuran Kategori I (Luasan
<10 ha)
g. Linimasa pelaksanaan pengukuran bidang tanah
h. Validasi kualitas peta kerja pra pengukuran bidang
tanah Kategori I (Luasan <10 ha)
2. Pelaksanaan Pengukuran
a. Penetapan batas bidang tanah berdasarkan azas
kontradiktur delimitasi Kategori I (Luasan <10 ha)
b. Koordinasi pengukuran batas bidang tanah secara
sporadis Kategori I - III
c. Pengukuran rekonstruksi batas bidang tanah
Kategori I (Luasan <10 ha)
d. Pengukuran sengketa batas bidang tanah Kategori
I (Luasan <10 ha)
e. Pengukuran situasi dan detil kawasan Kategori I -
II
3. Pengolahan Data Pengukuran
a. Data Hasil Kegiatan Pengukuran Bidang Tanah
b. Validasi data informasi bidang tanah
c. Susunan album kompilasi hasil foto udara Skala
kecil dan sedang
d. Susunan album kompilasi buku tugu batas bidang
tanah
5
G. WAKTU
Waktu penyampaian mata pelatihan ini adalah 10 JP x @
45 menit.
6
BAB II
PERENCANAAN PENGUKURAN KADASTRAL
7
berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan,
pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta
pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk
peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan
– satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda
bukti haknya bagi bidang - bidang tanah yang sudah ada
haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-
hak tertentu yang membebaninya.
Dari definisi diatas, salah satu tahapan utama dari
kegiatan pendaftaran tanah adalah pengumpulan data
fisik, secara definisi data fisik merupakan keterangan
mengenai letak, batas dan luas bidang tanah dan satuan
rumah susun yang didaftar, termasuk keterangan
mengenai adanya bangunan atau bagian bangunan di
atasnya. Kegiatan - kegiatan yang berkaitan dengan data
fisik pada proses PTSL adalah sebagai berikut:
1. Penetapan batas bidang tanah,
2. Pengukuran batas bidang tanah,
3. Pemetaan bidang tanah,
4. Pengumuman data fisik,
5. Menjalankan prosedur dan memasukkan data dan
informasi yang berkaitan dengan data fisik bidang
tanah di aplikasi KKP dengan berpedoman kepada
ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang pengukuran dan pemetaan bidang
tanah;
8
Selain kegiatan pengumpulan data fisik bidang
tanah, petugas juga memiliki tugas dan tanggung jawab
lainnya seperti melakukan verifikasi data fisik permohonan
pengukuran bidang tanah, Kegiatan ini merupakan
prosedur pemeriksaan tentang kebenaran data fisik berkas
permohonan dengan kebenaran data yang terdapat di
lapangan terkait letak dan luas bidang tanah. Proses
verifikasi data fisik permohonan pengukuran bidang tanah
dapat dijabarkan sebagi berikut :
1. Verifikasi dan validasi bidang tanah dilakukan oleh
petugas kontrol kualitas (ASN), dan dilaksanakan
paling lambat 2 hari setelah lolos pemeriksaan mutu
(untuk puldasik pihak ketiga) dengan:
a. Memastikan data terupload;
b. Memastikan bentuk bidang dan tetangga
berbatasan sesuai dengan data;
c. Memastikan bidang tanah terpetakan;
d. Memastikan perubahan data fisik,
ketidaksepakatan batas dan perubahan data lain
dibuat Berita Acara dan merupakan bukti otentik
sebagai bagian dari dokumen lapangan/GU.
2. Proses verifikasi dan validasi yang melewati batas
waktu/lebih dari dua hari, maka status di dalam
GeoKKPnya akan diberikan catatan sebagai tunggakan;
3. Bidang-bidang tanah yang lolos verifikasi dan validasi
diberikan NIB untuk keperluan pencetakan PBT;
9
4. Hasil verifikasi dan validasi diatas meliputi:
a. Data file PBT hasil verifikasi dan validasi melalui
Aplikasi KKP yang telah diberi NIB untuk bidang
tanah yang lolos pemeriksaan mutu;
b. GU (DI 107) yang sudah disetujui dan dilampiri
Formulir Kontrol Kualitas; dan
c. Daftar Objek PTSL dan informasi bidang tanah hasil
verifikasi dan validasi.
5. Tanda terima pengembalian elektronik dari KKP yang
dicetak dan ditandatangani oleh pihak-pihak yang
menyerahkan dan menerima.
6. Setiap bidang yang disetujui (lolos Kontrol Kualitas)
diberi stempel pada GU. Sedangkan bidang yang tidak
disetujui diberikan catatan mengenai hal-hal yang
menyebabkan belum terpenuhinya kontrol kualitas.
Penilaian validitas dilakukan baik secara bidang per
bidang maupun secara kolektif dalam satuan wilayah
desa sebagai berikut:
a. Validitas bidang per bidang dilaksanakan oleh
petugas kontrol kualitas kantor pertanahan
setempat; dan
b. Pengawasan terhadap validitas secara kolektif
dalam satuan wilayah desa lengkap dilaksanakan
oleh tim monitoring Kantor Wilayah dan tim
monitoring pusat.
10
7. Jika sudah dapat diverifikasi dan divalidasi, GU dan
Formulir Kontrol Kualitas dikirim ke Wakil Ketua
Bidang Fisik untuk didigitalkan dan diarsipkan.
11
memudahkan mobilisasi dan pengukuran yang akan
dilakukan.
Titik Dasar Teknik atau TDT di klasifikasikan dalam 5
kelompok orde, yaitu :
1. TDT Orde 0/1, diadakan dengan metode penentuan
posisi menggunakan satelit GPS/GNSS oleh Badan
Informasi Geospasial.
2. TDT Orde 2, diadakan dengan metode penentuan
posisi menggunakan satelit GPS/GNSS oleh Badan
Pertanahan Nasional diikatkan pada TDT orde 0 / 1.
3. TDT Orde 3, diadakan dengan metode penentuan
posisi mengunakan satelit GPS/GNSS oleh Badan
Pertanahan Nasional dan diikatkan pada TDT orde 2
4. TDT Orde 4, diadakan dengan metode penentuan
posisi menggunkan satelit GPS/GNSS atau metode
lain oleh Badan Pertanahan Nasional dan diikatkan
pada TDT orde 3.
5. TDT Orde Perapatan, diadakan dengan metode
penentuan posisi menggunakan satelit GPS/GNSS
atau metode lain oleh Badan Pertanahan Nasional
dan diikatkan pada TDT orde 4.
Dalam melaksanakan pengukuran dan pemetaan
bidang tanah harus diikatkan pada kerangka dasar
pemetaan tersebut dan dituangkan dalam cek list
persiapan pengukuran. Perhatikan gambar berikut.
12
Gambar. Sebaran Titik Dasar Teknik pada suatu bidang
13
data pendukung lainnya sebagai dasar perencanaan
pengukuran yang akan dilaksanakan.
Kegiatan menginventarisasi ketersediaan data
pendukung merupakan kegiatan pencatatan dan
pengumpulan data-data pendukung seperti peta batas
adminsitrasi, peta jaringan jalan dan sungai, peta sebaran
bidang tanah terdaftar, peta RDTR/RTRW, Peta Kawasan
Hutan dan lain sebagainya. Masing – masing peta tersebut
memiliki data dan informasi dengan substansi yang lebih
spesifik terhadap wilayah yang akan dijadikan lokasi
pengukuran. Berikut ini merupakan penjabaran dari
masing masing peta tersebut :
1. Peta Batas Administrasi
Peta batas administrasi dapat dijadikan data
pendukung dalam menginformasikan mengenai batas-
batas administatif terkecil suatu wilayah sampai
terbesar misalnya, Dusun, Desa, Kecamatan,
Kabupaten, Provinsi dan Negara.
2. Peta Jaringan Jalan
Peta jaringan jalan dapat menggambarkan berbagai
macam jalur perlintasan pada suatu wilayah mulai dari
jalan lintas negara, provinsi, kabupaten, hingga jalan
pada tingkat desa/kelurahan. Selain itu juga terdapat
informasi mengenai jalur transportasi umum seperti
kereta api, busway, dan lain sebagainya.
3. Peta Sebaran Bidang Tanah Terdaftar
14
Peta sebaran bidang tanah terdaftar dapat memberikan
gambaran tentang informasi pertanahan berdasarkan
penguasaan tanah, pemilikan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah pada suatu wilayah tertentu.
4. Peta RDTR/RTRW
Peta RDTR/RTRW dapat memberikan informasi tentang
rencana terperinci mengenai tata ruang wilayah kota
atau Kabupaten yang dilengkapi dengan peraturan
zonasi kota atau Kabupaten.
Inventarisasi ketersediaan data dan infromasi
pendukung yang diperoleh dari berbagai macam sumber
tersebut dapat digunakan sebagai bahan perumusan
kebijakan teknis maupun yuridis yang berhubungan
dengan kegiatan pertanahan di lokasi pengukuran. Selain
itu hasil inventarisasi data pertanahan juga dapat
dimanfaatkan oleh instansi terkait sebagai bahan
pertimbangan teknis pertanahan dan pengendalian di
bidang tata ruang. Kegiatan inventarisasi data pertanahan
menghasilkan peta berskala besar yang dapat digunakan
untuk monitoring ketersediaan tanah, mengetahui
peruntukan tanah maupun perubahan peggunaan tanah
disuatu wilayah dengan cepat.
15
penggunaan peralatan tersebut untuk memudahkan
petugas juru ukur dalam mengerjakan pekerjaannya,
sehingga pekerjaan pengukuran yang diharapkan dapat
tercapai dengan lebih mudah dalam waktu yang relatif
lebih singkat.
Pada saat sebelum pelaksanaan kegiatan pengukuran
dimulai, Petugas juru ukur akan memilih alat alat yang
akan digunakan pada kegiatan pengukuran tersebut.
Pemilihan peralatan ukur yang akan digunakan
merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan
suatu kegiatan pengukuran. Alat ukur yang dipilih
haruslah tepat; baik jenis, ukuran, maupun jumlahnya.
Ketepatan dalam pemilihan alat ukur akan memperlancar
jalannya kegiatan pengukuran. Sebaliknya, kesalahan
dalam pemilihan alat ukur akan mengakibatkan kegiatan
pengukuran menjadi tidak lancar, penyelesaian pekerjaan
menjadi terlambat, dan pada akhirnya menyebabkan target
pekerjaan tidak tercapai.
Penentuan Alat Sesuai Jenis dan Metode Pengukuran
Bidang Tanah merupakan kegiatan yang dilakukan
sebelum pelaksanaan pekerjaan pengukuran dengan
melakukan penyelidikan, mengkasi, memeriksa, dan
meneliti terkait letak, situasi dan kondisi lokasi
pengukuran untuk menentukan metode dan alat yang
digunakan dalam pengukuran agar pelaksanaannya efektif
dan efisien.
16
Dalam menentukan alat ukur yang akan digunakan,
ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, sehingga
kesalahan dalam pemilihan alat dapat dihindari. Faktor-
faktor tersebut antara lain;
1. Fungsi. Peralatan pengukuran dikelompokkan
berdasarkan fungsi yang terdapat pada alat tersebut,
seperti untuk mengukur panjang dan jarak, penentu
arah dari suatu titik ke titik lain, menentukan besaran
sudut elevasi dan lain sebagainya.
17
E. Verifikasi dan Kalibrasi Peralatan Pengukuran
Salah satu aspek penting yang dapat menentukan
keberhasilan sebuah kegiatan pengukuran terletak pada
persiapan peralatan ukur yang digunakan petugas dalam
menunjang kegiatan pengukuran yang akan dilaksanakan.
Berdasarkan jenisnya, alat ukur tanah dibagi menjadi 3,
yakni alat ukur tanah mekanik, alat ukur tanah elektronik
dan alat ukur tanah optik.
Alat ukur mekanik merupakan alat ukur yang ditopang
dengan fungsi mekanis semata pada alat itu sendiri tanda
adanya fungsi optis atau elektronik. Alat ukur optik
merupakan alat ukur yang dilengkapi dengan
perlengkapan optik sehingga dapat menunjang kegiatan
pengukuran yang lebih kompleks. Sedangkan alat ukur
elektronis merupakan alat ukur yang dilengkapi dengan
sistem elektronik berupa gelombang infra merah, software,
dan fitur – fitur pendukung lainnya, Sehingga pengukuran
dengan menggunakan alat ini mendapatkan hasil
perhitungan yang tepat, akurat dan prestisi.
Salah satu aktivitas yang wajib digunakan sebelum
menggunakan peralatan ukur yaitu melakukan
pemeriksaan dan perbaikan alat ukur supaya hasil
pengukuran alat ukur sesuai dengan standar dan
ketentuan yang berlaku. Apabila setelah dilakukan
pengecekan ternyata terdapat ketidaksesuaian maka perlu
dilakukan kalibrasi terhadap peralatan pengukuran
18
tersebut. Kalibrasi sendiri merupakan proses pengecekan
dan pengaturan akurasi dari alat ukur dengan cara
membandingkanya dengan standar/tolak ukur yang
berstandar.
Secara umum kalibrasi alat ukur dilakukan secara
rutin setiap 6 bulan sekali, metode kalibrasinya di jelaskan
sebagai berikut :
1. Kalibrasi Sentering optic
Sentering adalah bahwa sumbu vertikal theodolite
segaris dengan garis gaya berat yang melalui tempat
beridiri alat (paku atau titik silang diatas patok).
Kalibrasi titik sentering optis dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
• Letakkan instrument diatas tripod, hubungkan
dengan cara memutar baut instrument di lubang
dratnya pada plat dasar instrument.
• Perhatikan apakah tanda silang pada alat sentering
optic tepat berada diatas titik, bila belum geser-
geser instrument sedemikian hingga tanda silang
sentering optik tepat diatas tanda titik. Kemudian
putar instrument 180° bila terjadi penyimpangan
pada sentering optic lakukan kalibrasi dengan
carameyetel screw yang terdapat pada sentering
optik.
2. Kalibrasi Nivo
19
Pada saat pengukuran sumbu I harus benar-benar
vertikal,komponen yang digunakan untuk mengatur
sumbu I agar vertikal adalah nivo kotak,nivo tabung
dan ketiga sekerup penyetel ABC. Adapun cara
mengaturnya dijelaskan sebagai berikut:
• Letakkan instrument diatas kolimator perhatikan
gelembung nivo kotak.
• Misalkan mula-mula kedudukan nivo kotak pada
posisi 1,kemudian bawalah gelembung pada posisi
2 dengan memutar sekerup penyetel A dan B
bersama-sama ke arah luar atau dalam.
• Kemudian bawalah gelembung pada posisi 3
(tengah) dengan memutar sekerup penyetel C.
• Periksa gelembung nivo tabung dengan cara
memutar instrument pada sumbu I hingga nivo
tabung sejajar dengan sekerup penyetel A dan B
(posisi 1) seimbangkan gelembung nivo dengan
memutar sekerup penyetel A dan B.
• Putar instrument 90° apabila gelembung tidak
ditengah, tengahkan dengan cara memutar sekrup
C.
• Putar instrument 180° apabila gelembung bergeser,
setengah pergeseran ditengahkan dengan sekrup
penyetel A dan setengah pergeseran sisanya dengan
memutar sekrup koreksi nivo dengan pen koreksi
hingga posisi nivo ketengah.
20
• Putar alat pada sumbu I sembarang, apabila
gelembung seimbang, berarti sumbu I telah vertikal.
Tetapi bila belum seimbang maka ulangi langkah
penyetelan nivo hingga pada posisi sembarang,
gelembung nivo tabung tetap seimbang.
3. Kalibrasi bacaan sudut
Walaupun secara umum semua teodolit mempunyai
mekanisme kerja yang sama, namun pada tingkatan
tetentu terdapat perbedaan, baik penampilan maupun
bagian dalam konstruksinya. Apabila klasifikasi teodlit
didasarkan pada kegunaan, keteliatian menjadi faktor
penentu utama. Kriteria penentu disini didasarkan
pada standar deviasi atau simpangan baku
pengukuran arah dengan posisi teropong biasa dan
luar biasa. Kesalahan garis bidik yang tidak tegak lurus
sumbu II disebut kesalahan kolimasi. Kesalahan ini
dapat dihilangkan dengan prosedur sebagai berikut :
a. Kalibrasi bacaan sudut Horizontal
21
sudut H : 180° 00’ 00”, bila terjadi penyimpangan
bacaan sudut lakukan kalibrasi dengan cara
memutar skrup penggerak halus horizontal
hingga bacaan sudut mendekati akurasinya.
Kemudian garis bidik diarahkakan kemabli pada
benang silang kolimator dengan cara memutar
skrup koreksi diagfragma yang kiri dan kanan
pada teropong.
b. Kalibrasi bacaan sudut Vertikal
• Bidikan teropong pada posisi biasa kearah
benang Vertkal kolimator, catat bacaan sudut
veritkalnya misal sudut V : 89° 59’ 30”
• Teropong dibuat luar biasa dan bidikkan kembali
pada benang Vertikal kolimator catat bacaan
sudutnya misal sudut V H : 270° 00’ 50”, dari
hasil bacaan sudut biasa dan luar biasa bila
dijumlahkan terdapat penyimpangan sudut
sebesar 20”, lakukan kalibrasi dengan cara
automatic adjustment secara elektronik, yang
tentunya tiap merk berbeda cara
penyetingannya.
4. Kalibrasi Jarak
Metode yang paling banyak digunakan pada EDM
untuk surveying adalah metode beda fase, baik dengan
gelombang mikro, sinar tampak maupun inframerah
dan laser. Konsep dasar pengukuran jarak elektronik
22
adalah suatu sinyal gelombang elektromagnetik yang
dipancarkan dari suatu alat di ujung garis yang akan
diukur jaraknya kemudian diujung lain garis tersebut
dipasang prisma reflector. Sinyal tersebut dipantulkan
Kembali kepemancar, waktu lintas perjalanan sinyal
pergi-pulang diukur oleh pemancar sehingga
dihasilkan jarak lintasan.
Ketelitian Total Station ditentukan oleh besar
kesalahan konstan dari alat dan kesalahan
pengukuran yang senading dengan jarak yang diukur
ketelitian umumnya dinyatakan dengan ±(2 mm + 1
ppm). Berbicara masalah ketelitian, harus diingat
bahwa kedua alat Total station harus dikoreksi
terhadap karakteristik sentering yang tidak tepat.
Untuk mengecek ketelitian jarak biasanya digunakan
baseline yang sudah ditentukan jaraknya. Caranya
adalah dengan melakukan pengukuran jarak beberapa
kala kemudian dirata-ratakan jaraknya apabila terjadi
penyimpangan pada jarak tertentu dilakukan koreksi
dengan cara memasukan konstanta instrument
konstan maka alat akan tekoreksi otomatis. Tidak ada
pengukuran yang meghasilkan ketelitian yang
sempurna, tetapi penting untuk megetahui ketelitian
yang sebenarnya dan bagaimana kesalahan yang
berbeda digunakan dalam pengukuran.
23
Kesalahan-kesalahan dapat terjadi karena berbagai
sebab dan umunya dibagi dalam tiga jenis utama yaitu:
• Kesalahan-kesalahan umum : kebnayakan
diebabkan oleh kesalahan manusia, diantaranya
adalah kesalahpembacaan alat ukur, peyetelan
yang tidak tepat, dan kesalahan penaksiran.
• Kesalahan-kesalahan sistematis : disebabkan
oleh kekurangankekurangan pada instrumen itu
sendiri seperti kerusakan pada alat atau adanya
bagian-bagian yang aus dan penagruh
lingkungan terhadap peralatan atau pemakai.
• Kesalahan-kesalahan acak : kesalahan ini
diakibatkan oleh penyebab-penyebab yang tidak
diketahui oleh peruabahan - perubahan
parameter
24
berpengaruh pada foto – foto udara yang hendak dijadikan
sebagai penunjang kegiatan pengukuran. Tahap
perencanaan jalur terbang meliputi desain polygon area
rencana, penentuan sidelap & overlap, perhitungan jumlah
foto, rencana lokasi take-off dan landing, serta rencana sesi
dan tinggi terbang. Pada tahap ini software yang digunakan
adalah Mission Planner.
Rencana jalur terbang yang disusun juga perlu untuk
dilakukan verifikasi terkait arah jalur, jumlah jalur, sisi
pertampalanya dan lokasi pemotretannya, agar
pelaksanaan pemotretan udara yang dilakukan berjalan
efektif, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan kegiatan
pengukuran yang sedang dilaksanakan. Berkaitan dengan
hal tersebut terdapat beberapa kriteria yang perlu dipenuhi
dalam rangka pembuatan jalur terbang wahana nirawak
untuk menunjang kegiatan pengukuran. Kriteri-kriteria
tersebut sebisa mungkin terpenuhi dalam pengukuran
sehingga hasil yang diperoleh mempunyai resolusi yang
tinggi. Kriteria-kriteria yang diperlukan adalah sebagai
berikut:
1. Tampalan baik overlap atau sidelap minimal 70%.
Lebih besar lebih baik, tetapi semakin besar
tampalannya, proses terbang akan semakin lama.
2. Ketinggian terbang disesuaikan dengan spesifikasi
sensor kamera. Diusahakan perekaman serendah
mungkin namun harus memperhatikan kondisi
25
topografi di wilayah tersebut. Jangan sampe drone
menabrak tebing atau bangunan dan pohon karena
terbang terlalu rendah.
3. Waktu perekaman diusahakan pada waktu kondisi
cuaca cerah sehingga cahaya yang tertangkap kamera
maksimal.
26
pekerjaan kegiatan pengukuran bidang tanah tersebut
akan dilaksanakan. Linimasa/jadwal pelaksanaan
pengukuran ini merupakan alat yang digunakan oleh
koordinator tim dan pihak – pihak terkait untuk memantau
apakah pelaksanaan pekerjaan pengukuran dan tim yang
mengerjakan terkendali atau tidak.
Fungsi penyusunan linimasa/jadwal pelaksanaan
pengukuran dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Sebagai pedoman petugas ukur untuk melaksanakan
suatu pekerjaan dan sebagai pedoman koordinator tim
untuk mengontrol apakah suatu pekerjaan
berlangsung sesuai jadwal atau tidak.
2) Sebagai pedoman untuk mengevaluasi suatu pekerjaan
pengukuran yang telah diselesaikan.
3) Sebagai pedoman untuk mengatur kecepatan suatu
pekerjaan pengukuran.
4) Untuk menentukan tahap-tahap pekerjaan sesuai
dengan urutan waktu pelaksanaan.
5) Untuk memperkirakan biaya yang harus disediakan
dalam jangka waktu tertentu, serta untuk
memperkirakan jumlah tenaga kerja, jumlah dan
macam peralatan, serta material yang digunakan.
Pembuatan linimasa/jadwal pelaksanaan pengukuran
harus memperhatikan beberapa faktor:
1) Kondisi Atau Keadaan Lapangan
27
Seperti memantau kondisi di lapangan, mempelajari
medan yang akan menjadi tempat pelaksanaan
pengukuran atau Penelitian dilapangan, sehingga
didapat data-data yang diperlukan dalam
pelaksanaan pengukuran.
2) Metode Pengukuran
Spesifikasi pekerjaan pengukuran yang akan
dilaksanakan dan Peralatan yang digunakan dalam
pelaksaan proyek.
3) Sumber Daya Manusia (SDM)
Kemampuan dan keahlian yang dimiliki para petugas
ukur, hal ini sangat berpengaruh pada waktu
pelaksanaan pekerjaan.
4) Perkiraan Iklim Dan Cuaca
Faktor cuaca juga mempengaruhi jalannya
pelaksanaan, misalnya pengecoran berjalan kurang
baik karena adanya hujan.
5) Lokasi Pekerjaan
Seperti akses ke lokasi pekerjaan, apakah jalan
akses masuk perlu dibuat atau sudah ada, apakah
lokasi proyek berada medan yang cukup sulit seperti
di tengah hutan, dataran tinggi dan sebagainya
6) Peraturan Pemerintah Daerah
Peraturan yang dibuat dari pemda setempat karena
daerah tersebut berkaitan dengan budaya atau adat
28
dan ijin lahan dan sebagainya yang menjadi acuan
dasar untuk melaksanakan pekerjaan pengukuran.
29
berbagai stakeholder, pemakaian perangkat lunak
dalam penyiapan peta kerja perlu diperhitungkan
interoperabilitasnya dalam konteks berbagi-pakai data.
2. Desain basis data peta kerja “hidup” dan “tumbuh”.
Peta kerja dapat disusun untuk berbagai macam
tujuan. Selain itu, bidang tanah juga merupakan data
“tumbuh” yang akan selalu berubah karena faktor fisik
dan non fisik. Untuk menghindari adanya redundansi
kegiatan pengukuran dan pemetaan, sebisa mungkin
peta kerja didesain agar dapat diperbaharui secara
berkala, serta memungkinkan untuk menambahkan
informasi lain di kemudian hari sesuai dengan
kebutuhan.
3. Peta kerja memiliki informasi metadata, yaitu “data
tentang data”, yang memuat beberapa informasi seperti
data yang digunakan, metode pembuatan, tahun
pembuatan, dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan
agar pengguna peta kerja memiliki gambaran mengenai
data yang digunakan, apakah sesuai dengan
kebutuhan atau tidak, serta sampai sejauh mana si
pengguna dapat menggunakan data tersebut untuk
keperluannya (contoh: apakah ketelitiannya memadai,
apakah data up to date, apakah data memenuhi
kualitas standar yang dibutuhkan dan lain
sebagainya).
30
4. Kualitas data dan tingkat ketelitian/ kedetilan yang
diperlukan. Peta kerja merupakan basis bagi kegiatan
lainnya yang memerlukan informasi spasial dalam
skala bidang. Oleh karena itu, tingkat kedetilan dan
ketelitian dari peta kerja sangat tergantung kepada
tujuan dari penggunaan peta kerja tersebut. Sebagai
contoh, peta kerja untuk keperluan sensus penduduk
tidak memerlukan ketelitian pengukuran bidang yang
tinggi jika dibandingkan dengan peta kerja untuk
kepentingan pengukuran dan pemetaan pertanahan.
Dalam penyiapan peta kerja, beberapa langkah yang
dilakukan diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan pembuatan peta kerja serta
menentukan atribut pokok yang dimiliki peta kerja.
Karena biasanya peta kerja dibuat dengan tujuan
tertentu, maka atribut yang melekat di dalamnya juga
perlu disesuaikan dengan tujuan penggunaan data.
Dalam hal ini, analisis kebutuhan pengguna sangat
penting dilakukan sehingga desain dan proses
penyiapannya dapat disiapkan seoptimal dan seefisien
mungkin. Untuk melakukan ini, kita perlu
mengidentifikasi tujuan utama pembuatan peta kerja,
mengidentifikasi potensi penggunaan (utama maupun
pendukung), menentukan informasi pokok/informasi
kunci yang diperlukan, dan menentukan key identity
dari masing-masing bidang tanah, yaitu informasi unik
31
yang dapat digunakan untuk menyambungkan bidang-
bidang tanah tersebut dengan informasi lain yang
terkait yang mungkin telah tersedia dari sumber lain.
2. Menyiapkan base map dan mengidentifikasi serta
mengumpulkan sumber data yang dapat digunakan.
Base map yang digunakan dapat berasal dari citra
satelit resolusi tinggi, PUNA (Pesawat Udara Nir Awak),
dan lain sebagainya. Sumber data yang digunakan
dapat berupa data unduh KKP maupun peta lainnya
yang disajikan dalam satuan bidang. Selain data
spasial, data atribut yang relevan dapat pula digunakan
sebagai sumber informasi.
3. Melakukan pengolahan data untuk penyiapan peta
kerja. Sumber data bisa saja memiliki format data yang
berbeda-beda dan tingkat ketelitian yang berbeda,
sehingga Ketika memadukan data dari berbagai sumber
perlu dilakukan penyesuaian agar dapat disajikan dan
diolah dalam satu format yang seragam. Dalam memilih
dan mengkompilasi data, perlu ditentukan juga
urutan/hierarki data, sehingga ketika terdapat
data/bidang tanah yang bertampalan atau tidak
bersesuaian dari sumber data yang berbeda,
penyesuaian data dilakukan berdasarkan hierarki data
tersebut. Sebagai contoh, apabila peta unduh KKP
digunakan sebagai referensi utama dalam penyusunan
peta kerja, maka jika terdapat bidang lain yang
32
bertampalan atau tidak bersesuaian maka data dari
peta unduh KKP digunakan sebagai acuan utama.
4. Ground check atau pengecekan data di lapangan. Data
yang sudah diolah perlu dicek kebenarannya di
lapangan, dan apabila terdapat kesalahan atau ketidak
sesuaian perlu dilakukan pembenahan. Pembenahan
dapat dilakukan pada data spasial maupun data
atribut.
5. Penyajian peta kerja. Peta kerja dapat disajikan secara
hard copy maupun soft copy, tergantung metode
pengumpulan data yang akan digunakan (sesuai
dengan tujuan pembuatan peta kerja).
I. KESIMPULAN
Setiap pekerjaan pengukuran yang dilaksanakan
Kementerian ATR/BPN terlebih dahulu dilakukan kegiatan
perencanaan. Kegiatan perencanaan pengukuran sendiri
dapat dimulai dari pengumpulan data fisik, seperti
keterangan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah,
Menginventarisasi sebaran titik pengikatan yang
merupakan kegiatan pencatatan patok titik orde II/III di
sekitar lokasi pengukuran, mengumpulkan peta dasar
teknik, peta topografi atau peta rupa bumi atau peta lain
yang telah ada.
Selain itu perencanaan teknis lainnya meliputi
penyiapan peta kerja dan peralatan yang akan digunakan
dalam pengukuran bidang taah terkait. Seperti penentuan
33
alat sesuai jenis dan metode pengukuran bidang tanah
yang di lanjutkan dengan melakukan pemeriksaan dan
perbaikan alat ukur, hingga pembuatan jadwal
pelaksanaan pengukuran bidang tanah agar menjadi
pedoman bagi petugas ukur tentang beban tugas dan batas
waktu yang ditentukan.
J. EVALUASI
Untuk mengetahui pemahaman Anda mengenai materi
Perencanaan Pengukuran Kadastral, Anda diminta
menjawab secara ringkas pertanyaan di bawah ini:
1. Sebutkan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
menentukan peralatan ukur !
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penyusunan
linimasa pelaksanaan pengukuran !
3. Jelaskan kriteria – kriteria yang perlu dipenuhi dalam
rangka pembuatan rencana jalur terbang !
34
seksama hingga Anda dapat menjawab pertanyaan dalam
evaluasi dengan baik.
35
BAB III
PELAKSANAAN PENGUKURAN KADASTRAL
Indikator Hasil Belajar: Setelah mempelajari bab ini Anda diharapkan mampu
Menjelaskan proses kerja kegiatan pelaksanaan pengukuran kadastral sesuai
standar dan ketentuan yang berlaku.
36
telah terpasang patok atau tanda batas. Pemilik bidang
tanah memiliki kewajiban untuk memasang dan
memelihara tanda batas sebagaimana telah dikemukakan
dalam pasal (17) Peraturan Pemerintah No.24 tahun 1997
tentang pendaftaran tanah. Kewajiban memasang dan
memelihara tanda batas, dimaksudkan untuk menghindari
terjadinya perselisihan atau sengketa batas tanah dengan
para pemilik bidang tanah yang berbatasan di kemudian
hari. Penetapan batas tersebut dilakukan oleh pemilik
tanah dan para pemilik tanah yang berbatasan secara
Kontardiktur atau yang biasa disebut dengan asas
Kontardiktur Delimitasi.
Kontardiktur Delimitasi merupakan asas dalam
tahapan proses permohonan sertipikat hak atas tanah
(HAT) yang wajib dipenuhi, dimana pada saat proses
pengukuran dilakukan wajib menghadirkan pemilik tanah
yang bersebelahan dengan bidang tanah yang dimohonkan
untuk menetapkan batas bidang tanah yang bersebelahan
sesuai dengan kesepakatan pemilik bidang tanah yang
dimohon penerbitan sertifikat dan disaksikan oleh
Pemerintah setempat. Dengan dijadikannya asas
Kontardiktur Delimitasi sebagai tahap awal pekerjaan
pengukuran, maka setiap pemilik tanah harus lebih dulu
memasang tanda-tanda batas tanahnya sesuai dengan
persetujuan pihak-pihak yang berbatasan dengan
tanahnya.
37
Tanda-tanda batas ini harus disesuaikan dan
memenuhi syarat-syarat menurut Peraturan Menteri
Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3
Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang pendaftaran
tanah. Untuk lebih jelasnya berikut ini dikutip bunyi pasal
terkait dengan penetapan batas:
1. Untuk bidang tanah yang luasnya kurang dari 10ha,
dipergunakan tanda-tanda batas sebagai berikut:
a) Pipa besi atau batang besi, panjang sekurang-
kurangnya 100 cm dan bergaris tengah sekurang-
kurangnya 5 cm, dimasukkan ke dalam tanah
sepanjang 80 cm, sedang selebihnya 20 cm diberi
tutup dan dicat merah, atau
b) Pipa paralon yang diisi dengan beton (pasir dicampur
kerikil dan semen) panjang sekurang-kurangnya 100
cm dan bergaris tengah sekurang-kurangnya 5 cm,
dimasukkan ke dalam tanah
2. Untuk bidang tanah yang luasnya 10 ha atau lebih
digunakan tanda-tanda batas sebagai berikut:
a) Pipa besi panjang sekurang-kurangnya 1,5 m
bergaris tengah sekurangkurangnya 10 cm,
dimasukkan ke dalam tanah sepanjang 1 m, sedang
selebihnya diberi tutup besi dan dicat merah, atau
38
b) Besi balok dengan panjang sekurang-kurangnya
1,5 m dan lebar sekrangkurangnya 10 cm,
dimasukkan ke dalam tanah
3. Penyimpangan dari bentuk dan ukuran tanda tanda
batas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk menyesuaikan dengan keadaan setempat
ditentukan dengan Kepala Kantor Pertanahan.
Setelah pemasangan tanda-tanda batas, pemohon dan
pihak yang berbatasan dengan tanah itu akan
mengadakan kesepakatan untuk menetapkan batas
tanahnya dihadapan pamong desa setempat dengan
pemasangan tanda batas. Setelah penetapan tanda batas
dan pemasangan tanda batas, pemohon dan pihak yang
berbatasan membuat surat keterangan persetujuan
penetapan batas. Selanjutnya pemohon mengajukan
permohonan pengukuran kepada Kantor Pertanahan
Kabupaten dengan menyertakan surat keterangan
persetujuan penetapan batas tersebut. Berdasarkan
permohonan ini, Kepala Seksi Pendaftaran Tanah yang
bertindak atas nama Kepala Kantor Pertanahan Kota
memerintahkan petugaas ukur untuk melaksanakan
pengukuran obyek tanah yang dimohon.
Pada saat petugas ukur akan melakukan
pengukuran, pihak-pihak yang berbatasan dan pemohon
harus hadir dan menunjukkan batas-batas tanahnya
sekaligus memasang tanda-tanda batas pada batas yang
39
telah disepakati. Ukuran tanda-tanda batas sesuai dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1961.
Setelah kegiatan pengukuran dan penetapan batas ini
selanjutnya pihak yang berbatasan menandatangani
lembar isian pendaftaran, yaitu lembar gambar ukur
sebagai tanda bukti bahwa asas Contradictoire Delimitatie
dipenuhi pada saat penetapan batas dan pengukuran.
Selanjutnya petugas ukur akan membuat gambar/situasi
surat ukur atas bidang tanah tersebut sesuai dengan letak,
batas-batas dan luas tanah yang telah diukur.
40
keberhasilan kegiatan pengukuran tersebut. Sistem
koordinasi tersebut dituangkan dalam bentuk pembagian
tugas dan tanggung jawab dari masing-masing pihak
sehingga tidak ada bagian-bagian yang terlewatkan
ataupun yang overlap. Pada kegiatan pengukuran dengan
skala yang cukup besar sangatlah perlu ketegasan dan
pembagian kerja sesuai dengan fungsi dan tugas masing-
masing unsur/pihak di mana satu dengan lainnya dapat
bekerja dengan baik.
Secara lebih spesfik, kegiatan mengkoordinasikan
pelaksanaan kegiatan pengukuran batas bidang tanah
secara sporadik merupakan kegiatan mempersiapkan tim
pengukuran lapangan, mengoordinir kegiatan lapangan,
mengolah data dan melaporkan hasil pengukuran yang
dilakukan oleh seseorang yang ditunjuk sebagai
koordinator dalam suatu proyek pekerjaan pengukuran
bidang tanah.
Koordinasi tersebut dilakukan dengan memberikan
arahan dan diskusi dengan seluruh petugas ukur yang
terlibat dan membangun komunikasi dengan stakeholder
terkait sehingga pelaksanaan kegiatan pengukuran batas
bidang tanah yang melibatkan berbagai macam pihak dan
sumberdaya dapat berjalan selaras sesuai dengan tujuan
dan rencana kerja yang telah ditetapkan pada semua
unsur, bidang fungsional dan departemen untuk
41
menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis
secara efektif dan efisien.
42
1) Semua yang tercantum dalam dokumen pengukuran
dianggap benar;
2) Metode rekonstruksi minimal sepadan dengan metode
saat pengukuran;
3) Hasil rekonstruksi merupakan hasil baru yang minimal
memiliki ketelitian yang sepadan dengan sebelumnya;
4) Rekonstruksi adalah proses surveyor menemukan
kembali batas yang benar (Abidin, et al., Jurnal
Infrastruktur dan Lingkungan, No. 2, Desember 2005:
1-2).
Pelaksanaan kegiatan rekonstruksi batas dapat
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
1) Rekonstruksi secara tidak langsung. Rekonstruksi
secara tidak langsung adalah rekonstruksi yang
dilaksanakan dengan menggunakan data turunan yang
didapat dengan perhitungan-perhitungan dari data
yang tercantum di dokumen acuan. Rekonstruksi ini
biasanya dilakukan apabila kondisi lapangan tidak lagi
sama dengan pada saat pengukuran di awal ataupun
alat yang digunakan tidak sesuai dengan yang
dipergunakan sebelumnya, sehingga data yang ada di
dokumen lama perlu diolah untuk memperoleh data
ukuran yang diperlukan.
2) Rekonstruksi secara langsung. Rekonstruksi langsung
merupakan rekonstruksi yang dilaksanakan dengan
menggunakan data asli yang tercantum dalam Gambar
43
Ukur (DI 107 atau DI 107A) dan/atau arsip Surat Ukur,
dan/atau Peta Pendaftaran (digital) yang dibuat dalam
proses pendaftaran tanah sebelumnya, dan/atau citra
resolusi tinggi yang dapat didigitasi untuk memperoleh
data angka ukurnya.
3) Rekonstruksi gabungan, jenis rekonsruksi gabungan
merupakan jenis rekonstruksi yang penggabnungan
antara rekonstruksi langsung dan tidak langsung
secara sekaligus.
Rekonstruksi batas baik secara langsung dan tidak
langsung merupakan pengembalian batas secara terrestris.
Metode ini biasanya dilakukan pada bidang tanah yang
sudah bersertipikat, yang patok tanda batas bidang
tanahnya hilang atau bergeser. Data yang digunakan tetap
mengacu pada data yang tercantum dalam Gambar Ukur
(DI 107 atau DI 107A), atau arsip SU, atau Peta
Pendaftaran yang diikatkan pada titik tetap di lapangan.
Tahapan rekonstruksi secara terrestris adalah sebagai
berikut:
1) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2) Sedapat mungkin data rekonstruksi batas diambil dari
data lama yang ada dengan prioritas (1) Gambar Ukur;
(2) Arsip Surat Ukur; (3) Peta Pendaftaran.
3) Mencari titik ikat di lapangan yang digunakan sebagai
acuan pengukuran sebelumnya. Misalnya: pagar,
44
tembok, tiang listrik, tiang telepon, dan Titik Dasar
Teknik yang ada di lapangan.
4) Menentukan jenis cara rekonstruksi batas yang akan
digunakan (metode langsung atau tidak langsung atau
metode gabungan).
5) Setelah persiapan selesai, dilanjutkan dengan metode
Stake out dimensi-dimensi ukuran data rencana ke
lapangan, dan dilanjutkan dengan pemasangan patok
batas pada titik hasil rekonstruksi.
Rekonstruksi secara ekstra-terrestris. Metode ini
merupakan alternatif terakhir yang dilaksanakan apabila
kondisi dilapangan telah mengalami banyak perubahan,
sehingga warga masyarakat tidak bisa lagi mengenali
batas-batas bidang tanahnya misalnya karena bencana
alam dan tidak ada lagi dokumen-dokumen lama sebagai
acuan, serta lokasinya yang terletak jauh dari titik-titik
tetap.
Tahapan rekonstruksi batas secara ekstra-terrestris
adalah sebagai berikut:
a) Rektifikasi terhadap citra yang ada dengan minimal
menggunakan empat sampai enam titik koordinat yang
tersebar merata, sehingga diperoleh hasil yang akurat
dan sesuai dengan referensi sistem koordinat yang
dipergunakan.
45
b) Melakukan ground check untuk mencari titik-titik tetap
maupun obyek penting di lapangan sebagai acuan
pengikatan.
c) Dengan menggunakan Software AutoCAD MAP,
lakukan digitasi terhadap batas-batas bidang tanah
yang nampak pada citra yang telah direktifikasi, untuk
memperoleh koordinat sesuai referensi/datum yang
digunakan.
d) Selanjutnya alat yang diperlukan di sini adalah Rover
CORS yang telah terhubung dengan Base di Kantor
Pertanahan terdekat dan jaringan provider GSM yang
memadai.
e) Masukkan data-data koordinat hasil agitasi ke dalam
Rover CORS. Dengan melakukan perintah stake out
yang ada pada Rover CORS, selanjutnya dapat
dilakukan pekerjaan rekonstruksi batas atas bidang
tanah yang dimaksud.
46
status tanah ataupun prioritas kepemilikannya dengan
harapan dapat memperoleh penyelesaian secara
administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan yang
berlaku
Sengketa batas adalah salah satu permasalahan
pertanahan yang sering terjadi dan jarang mendapatkan
penyelesaian yang bisa diharapkan oleh para pihak.
Pengukuran ulang bisa digunakan sebagai salah satu cara
penyelesaian sengketa batas. Penyelesaian dengan cara ini
dapat dilakukan apabila tanah yang bersengketa sudah
bersertifikat.
Para pihak yang bersengketa batas dapat
menggunakan pengukuran ulang dengan bantuan dari
Kantor Pertanahan untuk memberikan kejelasan batas
tanah yang sebenarnya dalam permasalahan sengketa
batas. Penyelesaian sengketa batas dengan cara
pengukuran ulang harus mendapatkan persetujuan dan
kesepakatan bersama. Pengukuran ulang sengketa batas
harus dengan data terperinci, sehingga para pihak
mendapatkan data awal yang akurat. Dengan metode ini
para pihak yang bersengketa mendapatkan keadilan dan
tidak menimbulkan sengketa batas baru.
Terdapat beberapa metode yang biasa digunakan pada
kegiatan pengukuran ulang dalam rangka penyelesaian
sengketa batas yaitu metode terestris, metode pengamatan
47
satelit dan metode kombinasi, yang bila dijabarkan adalah
sebagai berikut:
1. Metode Terestris
Pengukuran bidang tanah dengan metode terestris
adalah pengukuran secara langsung di lapangan
dengan cara mengambil data ukuran sudut dan jarak
yang dikerjakan dengan teknik-teknik pengambilan
data trilaterasi (jarak), triangulasi (sudut) atau
triangulaterasi (sudut dan jarak) dengan menggunakan
alat alat ukur seperti pita ukur, Total Station, dan lain
sebagainya.
2. Metode Pengamatan Satelit
Pengukuran bidang tanah dengan metode pengamatan
satelit adalah pengukuran dengan menggunakan
sinyal-sinyal gelombang elektromagnetik yang
dipancarkan dari minimal 4 satelit menggunakan alat
GPS geodetic.
3. Metode Kombinasi
Metode kombinasi secara umum adalah
menggabungkan metode pengukuran terestris dengan
metode pengamatan satelit. Pengukuran dengan
menggunakan metode kombinasi dilakukan untuk
mendapatkan data yang tidak dapat dijangkau oleh
satu metode. Metode kombinasi tetap menjadikan
metode pengamatan satelit sebagai metode pengukuran
utama dan akan mengkombinasikannya dengan
48
metode terestris pada tempat tertentu yang kekuatan
sinyal GPS lemah atau cenderung bias.
49
4. Dapat menentukan posisi horizontal dan vertikal secara
bersamaan dalam suatu peta.
Dalam pengukuran titik-titik detail prinsipnya adalah
menentukan koordinat dan tinggi titik-titik detail dari titik-
titik ikat. Pada saat pengukuran di lapangan, data yang
diambil untuk pengukuran detail adalah :
1. Beda tinggi antara titik ikat kerangka dan titik detail
yang bersangkutan.
2. Jarak datar atau jarak optis antara titik kerangka dan
titik detail.
3. Sudut antara sisi kerangka dengan arah titik awal
detail yang bersangkutan, atau sudut jurusan magnetis
dari arah titik detail yang bersangkutan.
Metode yang digunakan dalam pengukuran titik-titik
detail adalah metode offset dan metode tachymetri. Adapun
penjabaran dari metode tersebut adalah sebagai berikut :
1. Metode Offset
Metode offset adalah pengukuran titik-titik yang
menggunakan alat alat sederhana seperti pita ukur,
dan yalon. Pengukuran cara offset ini menggunakan
alat utama pita ukur, sehingga cara ini juga biasa
disebut cara rantai (chain surveying→yaitu teknik
pengukuran di lapangan yang mengacu pada baseline
atau garis dasar/patokan). Metode offset Ini biasa
dipakai jika kondisi objeknya relatif lurus.
2. Metode Tachymetri
50
Metode tachymetri adalah pengukuran menggunakan
alat-alat optis, elektronis, dan digital seperti theodolite
ataupun alat ukur elektronik seperti total station dan
GPS RTK (Real Time Kinematic). Pengukuran detail cara
tachymetri dimulai dengan penyiapan alat ukur di atas
titik ikat dan penempatan rambu di titik bidik. Setelah
alat siap untuk pengukuran, dimulai dengan
perekaman data di tempat alat berdiri, pembidikan ke
rambu ukur, pengamatan azimuth dan pencatatan data
di rambu BT, BA, BB serta sudut miring.
Metode yang sering digunakan adalah metode
tachymetri karena Metode tachymetri ini relatif lebih cepat
dan mudah karena data yang diperoleh dari lapangan juga
lebih lengkap seperti data jarak, sudut horizontal, sudut
vertikal, tinggi alat dan tinggi target/objek. Untuk alat
Ukur yang menggunakan Elektronik Total Station bisa
menghasilkan data koordinat 3 dimensi (X, Y dan Z), yang
sebelumnya di masukan data data titik ikat yang sudah di
peroleh dari pengukuran Kerangka Dasar Horizontal dan
Kerangka Dasar Vertikal.
Kerangka Dasar Horizontal (KDH) merupakan teknik
dan cara pengukuran peta yang terdiri dari hubungan titik-
titik yang diukur di atas bumi, dan data-data pengukuran
yang didapat harus mempunyai acuan dari titik-titik yang
mempunyai nilai koordinat.
51
a) Metode poligon, digunakan jika titik yg akan dicari
koordinatnya membentuk poligon.
b) Metode pengikat ke muka, merupakan metode
pengukuran dari dua buah ttik yg sudah diketahui
koordinatnya supaya dapat mengetahui koordinat
titik yang lainnya di lapangan.
c) Metode pengikat kebelakang, metode untuk
menentukan koordinat titik-titik yang diukur dengan
cara mengikat kebelakang pada titik titik yang sudah
diketahui koordinatnya dan yang diukur adalah
sudut-sudut yang berada di titik yang akan ditentuka
koordinatnya.
Kerangka dasar vertikal (KDV) merupakan teknik dan
cara pengukuran beberapa titik-titik yang telah diketahui
atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggian
(elevasi) yang mengacu terhadap bidang rujukan
ketinggian tertentu.
F. KESIMPULAN
Pengukuran merupakan pekerjaan untuk
mendapatkan data dengan menggunakan alat ukur dan
metode tertentu untuk menghasilkan peta. Sebelum proses
pengukuran dimulai, terlebih dahulu harus dipastikan
bahwa di setiap sudut bidang tanah yang akan diukur
telah terpasang patok atau tanda batas, penetapan batas
bidang tanah tersebut harus dilakukan berdasarkan asas
kontradiktur delimitasi.
52
Terdapat berbagai jenis pekerjaan pengukuran yang
menjadi tugas dan tanggung jawab dari petugas ukur,
seperti pengukuran batas bidang tanah yang merupakan
kegiatan pengukuran untuk menemukan kembali batas
bidang tanah yang hilang dan memposisikan kembali
batas-batas tersebut sesuai data awal pendaftaran tanah,
Adapun jenis pengukuran sengketa batas bidang tanah
yang merupakan kegiatan pengukuran ulang yang
digunakan digunakan sebagai salah satu cara
penyelesaian sengketa batas, serta pengukuran situasi dan
detail Kawasan yang merupakan pengukuran suatu daerah
dengan cara menentukan objek-objek penting berdasarkan
unsur sudut dan jarak dalam jumlah yang cukup sehingga
dapat mewakili atau menggambarkan daerah tersebut
beserta isinya secara jelas dan dituang kedalam skala
tertentu
G. EVALUASI
Untuk mengetahui pemahaman Anda mengenai materi
Pelaksanaan Pengukuran Kadastral, Anda diminta
menjawab secara ringkas pertanyaan di bawah ini:
1. Sebutkan prinsip – prinsip dari pengukuran
rekonstruksi batas bidang tanah !
2. Jelaskan fungsi atau kegunaan dari pemetaan detail
dan situasi !
53
3. Jelaskan syarat/kriteria yang perlu dipenuhi dalam
pembuatan tanda-tanda batas bidang tanah pada
luasan kurang dari 10 ha !
54
BAB IV
PENGOLAHAN DATA PENGUKURAN
KADASTRAL
55
pengukuran rekonstruksi batas bidang tanah dan
pengukuran sengeketa batas bidang tanah yang telah
dilakukan di lapangan selanjutya akan dilakukan proses
pengolahan datanya, data - data tersebut perlu diolah
agar menjadi suatu informasi yang dibutuhkan sehingga
dapat dijadikan dasar dalam langkah langkah kegiatan
pengukuran dan pemetaan pada tahap - tahap
selanjutnya.
Proses ini mencakup semua aktivitas pengolahan data
pengukuran mulai dari menerima data ukuran, proses
pengolahan data sampai menghasilkan data untuk
penggambaran. Proses ini bertujuan untuk memperoleh
koordinat final titik-titik batas dan detail situasi yang
akan digunakan dalam proses penggambaran peta bidang
tanah. Kegiatan pengolahan data dapat dilakukan secara
hitungan manual, digital ataupun pemrosesan dengan
menggunakan perangkat lunak tertentu. Berikut ini
merupakan beberapa aplikasi/software yang digunakan
dalam mengolah data hasil pengukuran:
1. Microsoft Excel
Software jenis Microsoft Excel dapat dijadikan metode
pembuatan gambar hasil ukuran yaitu dengan
menyajikan hasil penghitungan/pengolahan data
hasil pengukuran. Hasil dari pengolahan data Excel
berupa data sudut dan jarak kemudian digambar
dengan aplikasi pembuat peta seperti AutoCAD atau
ArcGIS. Rumus yang dibuat di dalam Excel
56
mempermudah perhitungan karena secara otomatis
memberikan hasil.
2. AutoCAD
AutoCAD merupakan aplikasi yang paling populer
untuk pembuatan grafis salah satu diantarnya adalah
untuk pembuatan peta. Meskipun AutoCAD bisa
digunakan untuk membuat grafis peta, tetapi yang
paling tepat adalah varian AutoCAD Map. Area kerja
AutoCAD Map terdiri dari project workspace dan
command line.
3. Aplikasi GeoKKP
Geo KKP merupakan suatu aplikasi yang diambil dari
Sistem Informasi Geografis (GIS), yang digunakan
untuk menghubungkan data spasial dan data
tekstual ke dalam suatu sistem lalu disimpan ke
dalam server Kantor Pertanahan. Penggambaran hasil
pengukuran dengan aplikasi AutoCAD dapat
dilakukan dengan metode polar, metodetrilaterasi,
metode koordinat dan metode ortho. Sebelum
menggunakan aplikasi GeoKKP untuk pemetaan
bidang tanah, yang perlu disiapkan adalah software
Auto CAD MAP 2009 dan Aplikasi GeoKKP.
57
valid. Kegiatan validasi data dan informasi bidang tanah
dilakukan melalui proses identifikasi dan verifikasi.
Identifikasi merupakan kegiatan menganalisa bidang-
bidang tanah yang terdapat pada dokumen-dokumen
hasil pengukuran dengan maksud untuk melakukan
verifikasi obyek (bidang tanah) pada peta pendaftaran
sesuai dengan prinsip-prinsip interpretasi.
Identifikasi dapat dilakukan pada peta pendaftaran
dengan melakukan proses interpretasi dan verifikasi
letak, batas, dan bentuk bidang tanah terlebih dahulu,
berdasarkan data pada buku tanah atau surat ukur
kemudian dilanjutkan dengan pendokumentasian lokasi-
lokasi bidang tanah terdaftar yang termuat pada peta
pendaftaran.
Interpretasi atau penafsiran bidang tanah merupakan
kegiatan mengeksplorasi informasi dari buku tanah dan
surat ukur dengan maksud untuk mengidentifikasi objek
yang tergambar pada Peta Pendaftaran. Intepretasi
dilakukan secara visual yaitu pengenalan obyek bidang
tanah secara visual dilakukan berdasarkan ciri obyek
yang terekam pada peta pendaftaran, yakni ciri spasial
yaitu letak, batas, dan bentuk bidang tanah.
Verifikasi dilakukan berdasarkan kajian dari obyek-
obyek yang tampak pada peta pendaftaran dengan data
yang terdapat pada dokumen tersebut dapat secara
manual atau secara digital. Dalam verifikasi bidang tanah
secara manual dapat menggunakan atribut bidang tanah
58
pada masing-masing dokumen melalui beberapa cara,
yaitu:
1) Sistem penomoran bidang tanah;
2) Letak atau lokasi bidang tanah; serta
3) Bentuk bidang tanah.
Pertama, verifikasi bidang tanah melalui atribut
sistem nomor dapat dilakukan melalui nomor hak, nomor
surat ukur, nomor identifikasi bidang tanah, atau kode
jenis hak atas tanah pada masing-masing dokumen
bidang tanah terdaftar.
Kedua, verifikasi letak atau lokasi obyek bidang tanah
dalam interpretasi dapat dilakukan dengan cara:
1. Situs dan Asosiasi.
Situs yaitu lokasi suatu objek dalam hubungannya
dengan lingkungan sekitar (unsur geografis) seperti:
jalan, sungai, dll. Asosiasi dapat diartikan sebagai
keterkaitan antara bidang tanah yang satu dengan
objek yang lainnya. Jadi berhubungan dengan
kenampakan obyek tersebut ditempat/ lokasi tertentu
yang berdekatan disebelahnya dalam peta
pendaftaran, baik bidang tanah sekitarnya maupun
kenampakan unsur-unsur geografi;
2. Berhubungan Dengan Letak Astronomis.
Suatu lokasi bidang tanah dapat ditemukan
berdasarkan garis lintang dan garis bujur secara
astronomis (menggunakan sistem koordinat pada titik
tetap buatan misalnya titik dasar teknik). Identifikasi
59
letak bidang tanah dilakukan berdasarkan lembar
peta pendaftaran atau berdasarkan nilai koordinat
bidang tanah. Letak astronomis suatu tempat dapat
juga diketahui dengan menggunakan arah mata angin
atau arah orientasi pada peta.
60
urutan zona wilayah. Album ini dapat disimpan secara
digital pada server ataupun harddisk ataupun dicetak
sesuai ukuran skalanya.
61
batas yang sudah jelas letaknya karena ditandai oleh
benda-benda yang terpasang secara tetap seperti pagar
beton, pagar tembok atau tugu/patok penguat pagar
kawat, tidak harus dipasang tanda batas.
Daftar tugu atau patok dari kegiatan pemasangan
batas bidang tanah yang dilakukan sebelum pelaksanaan
pengukuran dan pemetaan bidang tanah dalam rangka
pendaftaran tanah perlu disusun menjadi sebuah album
kompilasi buku tugu batas bidang tanah. Output atau
keluaran dari kegiatan ini adalah tersusunnya daftar
tugu atau patok batas bidang tanah bedasarkan daftar
koordinat, lokasi, nomor tugu batas bidang tanah,
deskripsi lokasi dan gambar tugu sesuai dengan nomor
urut tugu yang telah didokumentasikan. Album ini dapat
disimpan secara digital pada server ataupun harddisk
ataupun dicetak menjadi buku.
62
Gambar. Nomor Tugu/Patok Batas Bidang Tanah
E. KESIMPULAN
Proses pengolahan data pengukuran bidang tanah
bertujuan untuk memperoleh koordinat final titik-titik
batas dan detail situasi yang akan digunakan dalam
proses penggambaran peta bidang tanah. Kegiatan
pengolahan data dapat dilakukan secara hitungan
manual, digital ataupun pemrosesan dengan
menggunakan perangkat lunak tertentu.
Selain itu data yang di dapat dari kegiatan
pengukuran melalui foto udara perlu di sesuai ketentuan
yang berlaku seperti kegiatan penyusunan album hasil
foto udara, Proses penyusunan album kompilasi hasil foto
udara merupakan kegiatan pengumpulan data yang
dihasilkan dari kegiatan fotogrametri berupa foto udara
untuk diseleksi, ditabulasi dan dikelompokkan secara
sistematis sesuai dengan kebutuhan dan klasifikasi foto
udara yang diperlukan.
63
Pemasangan batas bidang tanah yang dilakukan
sebelum pelaksanaan pengukuran dan pemetaan bidang
tanah juga perlu disusun menjadi sebuah album
kompilasi buku tugu batas bidang tanah. Output atau
keluaran dari kegiatan ini adalah tersusunnya daftar
tugu atau patok batas bidang tanah bedasarkan daftar
koordinat, lokasi, nomor tugu batas bidang tanah,
deskripsi lokasi dan gambar tugu sesuai dengan nomor
urut tugu yang telah didokumentasikan
F. EVALUASI
Untuk mengetahui pemahaman Anda mengenai materi
Pengolahan Data Pengukuran Kadastral, Anda diminta
menjawab secara ringkas pertanyaan di bawah ini:
1. Jelaskan output yang dihasilkan dari kegiatan
penyusunan album kompilasi hasil foto udara !
2. Sebutkan beberapa plikasi/software yang dapat
digunakan dalam mengolah data hasil pengukuran !
3. Jelaskan tujuan dari kegiatan pengolahan data
pengukuran bidang tanah !
64
pertanyaan pada evaluasi dengan baik, maka Anda
diminta untuk mempelajari kembali materi pada bab ini
dengan lebih seksama hingga Anda dapat menjawab
pertanyaan dalam evaluasi dengan baik.
65
BAB VI
PENUTUP
67
DAFTAR PUSTAKA
69
70