Anda di halaman 1dari 14

Peralatan Laboratorium

Peralatan laboratorium yang selanjutnya disebut peralatan, adalah mesin, perkakas, perlengkapan,
dan alat-alat kerja lain yang secara khusus dipergunakan untuk pengujian, kalibrasi, dan/atau
produksi dalam skala terbatas.

Peralatan kategori 3 adalah peralatan yang cara pengoperasian dan perawatannya sulit, resiko
penggunaan tinggi, akurasi/kecermatan pengukurannya tinggi, serta sistem kerja rumit yang
pengoperasiannya memerlukan pelatihan khusis/tertentu dan bersertifikat.

Peralatan kategori 2 adalah peraratan yang cara pengoperasian dan  perawatannya sedang, resiko
penggunaan sedang, akurasi/kecermatan pengukurannya sedang, serta sistem kerja yang tidak
begitu rumit yang pengoperasiannya memerlukan pelatihan khusus/tertentu.

Peralatan kategori 1 adalah peralatan yang cara pengoperasian dan perawatannya mudah, resiko
penggunaan rendah, akurasi/kecermatan pengukurannya rendah, serta sistem kerja sederhana yang
pengoperasian nya cukup dengan menggunakan panduan (SOP, manual).

Sumber : SKB Mendiknas dan Ka BKN Nomor : 02/V/PB/2010 dan 12 Tahun 2010

“PERENCANAAN LABORATORIUM”
A. Pengertian Perencanaan Laboratorium
            Planning atau perencanaan merupakan proses memutuskan kegiatan apa,
bagaimana melaksanakannya, kapan, dan oleh siapa. Perencanaan perlu dilakukan untuk
menghindari kesalahan dalam melakukan tindakan sehingga menyebabkan kerugian bagi
organisasi. Dalam perencanaan akan ditentukan secara matang segala sesuatu yang akan
dilaksanakan, sumber-sumber daya apa saja yang harus disediakan untuk mendukung
pelaksanaannya (manusia, bahan dan alat laboratorium, anggaran), jadwal kegiatan yang
mencakup target waktu yang dibutuhkan dalam melaksanakan segala proses.
Perencanaan merupakan sebuah proses pemikiran yang sistematis, analitis, logis
tentang kegiatan yang harus dilakukan, langkah-langkah, metode, SDM, tenaga dan dana
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan secara efektif dan
efisien. Perencanaan ini dimaksudkan untuk merencakan konsep dari suatu laboratorium itu
sendiri. Artinya sebelum laboratoium itu dibangun harus tahu dulu untuk keperluan apa dan
untuk dipakai siapa laboratorium tersebut. Misalnya laboratorium yang akan digunakan untuk
pembelajaran Fisika di Sekolah Menengah tentunya akan memiliki bentuk yang berbeda
dengan laboratorium untuk penelitian.
Adapun tujuan dari perencanaan laboratorium adalah untuk menghindari kesalahan
dalam melakukan tindakan sehingga menyebabkan kerugian bagi sebuah laboratorium.
Dalam perencanaan akan ditentukan secara matang segala sesuatu yang akan dilaksanakan,
sumber-sumber daya apa saja yang harus disediakan untuk mendukung pelaksanaannya
( manusia, bahan dan alat laboratorium, anggaran), jadwal kegiatan yang mencakup target
waktu yang dibutuhkan dalam melaksanakan segala proses.
Hal yang diperhatikan dalam perencanaan laboratorium adalah perencanaan harus
disesuaikan dengan tujuan dari laboratorium sehingga bisa menjamin mutu dari laboratorium
tersebut, juga harus disesuaikan dengan jumlah siswa agar tidak berlebihan ataupun
kekurangan, kemudian juga memperhatikan dampaknya bagi semua orang, jangan sampai
perencanaan yang dibuat malah merugikan orang lain.
B. Standar Tata Letak Laboratorium Fisika
Fungsi utama laboratorium fisika sekolah adalah sebagai salah satu sumber belajar
fisika di sekolah atau sebagai salah satu fasilitas penunjang proses pembelajaran fisika di
sekolah. Agar fungsi utama itu dapat berjalan dengan baikmaka laboratorium fisika sekolah
sebaiknya memiliki fasilitas-fasilitas ruangan untuk kegiatan proses pembelajaran fisika,
kegiatan administrasi dan pengelolaan laboratorium, kegiatan pemeliharaan dan persiapan
(setting) alat-alat laboratorium, dan penyimpanan alat-alat laboratorium (Sutrisno, 2010: 9).
Fasilitas ruangan laboratorium fisika sekolah biasanya terdiri dari ruang praktikum,
ruang guru, ruang persiapan dan ruang penyimpanan. Bentuk, ukuran, denah atau tata letak
dan fasilitas dari setiap ruangan itu dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan
setiap kegiatan yang dilaksanakan di dalamnya dapat berjalan dengan baik dan nyaman,
memudahkan akses dari ruangan yang satu ke ruangan yang lainnya, memudahkan
pengontrolan, menjaga keamaan alat-alat dan memelihara keselamatan kerja. Berikut ini
adalah salah satu contoh gambaran umum dari setiap ruangan-ruangan itu (Sutrisno, 2010: 9).
Sutrisno (2010: 10), agar kegiatan proses pembelajaran di dalam ruang praktikum
dapat berjalan dengan baik, maka ruang praktikum hendaknya memiliki fasilitas-fasilitas
utama sebagai berikut:
1.        Instalasi laboratorium
a.        Instalasi listrik
1)      Memberikan penerangan di semua ruangan laboratorium (ruang praktikum, ruang guru,
ruang persiapan ruang penyimpanan atau gudang)

2)       Memfasilitasi proses: pembelajaran di Iaboratorium yaitu: demonstrasi,  eksperimen dan


penelitian. atau penggunaan OHP, LCD dan amplifier.

3)      Memfasilitasi pekerjaan administrasi laboratorium, yaitu untuk pemasangan mesin tik e|


ektronik atau komputer.

4)      Komponen instalasi listrik Iaboratorium dapat terdiri dari jaringan kabel, sikring, lampu,
saklar dan stop kontak, Iebih baik kalau dilengkapi dengan stabiliser.

5)      jaringan instalasi listrik di Iaboratorium dapat dipasang pada langit-langit ruangan, dinding
ruangan, lantai, meja praktikum, meja demonstrasi, dan meja persiapan.

b.      Instalasi air

1)      Kebutuhan instalasi air di laboratorium adalah untuk keperiuan proses: pembelajaran yaitu
eksperimen dan demonstrasi, merawat dan memelihara alat-alat laboratorium yang dapat
dibersihkan dengan air, memelihara kebersihan laboratorium dan untuk mencuci tangan.

2)      Komponen lnstalasi air terdiri dari saluran air bersih dari sumbernya ke dalam laboratorium,
saluran air buangan (limbah), dan bak cuci lengkap dengan kran airnya
3)      Bak Cuci dapat dipasang di bagian mangan yang memerlukan, namun hendaknya jauh dari
lemari alat-alat yang tidak tahan terhadap kelembaban dan dari stop kontak

c.       Instalasi gas

1)      Dibutuhkan untuk percobaan-percobaan yang menggunakan kompor/pemanas bunsen seperti


untuk memanaskan air dan sebagainya

2)      Dapat dibuat dengan menggunakan tabung gas LPG dan penyaluran gas ke kompor/pemanas
melalui pipa instalasi gas yang dapat dipasang pada dinding atau lantai ke kompor/pemanas

3)      Perhatikan instalasi udara yang cukup di tempat yang tepat untuk membuang kebocoran gas
yang mungkin terjadi

4)      Gas LPG itu lebih berat dari udara sehingga lubang pembuangan kebocoran gas itu harus di
bagian bawah dinding atau cukup rendah

2.        Fasilitas mebeler berupa meja dan kursi praktikan untuk siswa, kursi dan meja demonstrasi
untuk guru, loker penitipan tas buku siswa dan lemari penyimpanan alat alat praktikum.
a.        Meja

1)      Meja praktikum

a)      Untuk siswa melakukan praktikum atau kegiatan pembelajaran di Iaboratorium.

b)      Satu meja untuk satu percobaan yang dapat dilakukan oleh dua sampai 4 orang siswa.

c)      Ukuran meja praktikum kira kin dua kali meja belajar di kelas tinggi 75 cm. lebar 70 cm dan
panjang 20 cm

d)     Dilengkapi dengan instalasi listrik

e)      Sebaiknya satu meja dipasang terpisah (jangan berimpit) dengan meja yang lainnya

2)      Meja demonstrasi

a)      Untuk guru melakukan demonstrasi atau kegiatan pembelajaran di laboratorium.

b)      Dipasang di bagian depan ruang praktikum di depan papan tulis.

c)      Ukuran panjangnya kira~kira dua kali meia praktikum dengan Iebar dan tinggi yang sama
atau bisa juga tinggi 75 cm. lebar 80 cm dan panjang 200 cm.

d)     Dilengkapi dengan instalasi listrik berupa stop kontak. Di samping meja demonstrasi dapat
dipasang bak cuci.

3)       Meja persiapan

a)      Untuk guru dan atau laboran mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk proses
pembelajaran.

b)      Dipasang di ruang persiapan.

c)      Ukurannya kira-kira sama dengan meja demonstmsi.

d)     Dilengkapi dengan instalasi listrik berupa stop kontak.

4)      Meja tulis Untuk guru.


Di pasang di ruang guru di laboratorium. Ukurannya sama dengan ukuran meia tulis pada
umumnya, Iengkap dengan laci lacinya.
b.      Kursi

1)      Kursi di laboratorium dibedakan atas kursi biasa untuk guru dan kursi praktikum untuk siswa
melakukan percobaan atau mengikuti pembelajaran di laboratorium.

2)      Kursi praktikum biasanya dibuat tanpa sandaran punggung dan tangan

3)      Kursi praktikum umumnya dibuat dari rangka besi

4)      tingginya sekitar 50 cm dan tempat duduknya terbuat dari kayu berbentuk dengan diameter
sekitar 25 cm

5)      Agar tidak cepat merusak lantai dan tidak menimbulkan suara berisik ketika digeser, bagian
bawak (telapak) kaki kursi sebaiknya dilapisi plastik, kayu atau karet.

c.       Lemari

1)      Lemari alat

a)      Dibuat dan disediakan khusus untuk menyimpan alatalat laboratorium.

b)      Lemari alat di laboratorioum dibedakan atas Iemari tinggi yang disimpan di ruang
penyimpanan. dan Iemari pendek yang terdapat di bagian pinggir ruang praktikum.

c)      Lemari pendek yang terdapat di bagian pinggir ruang praktikum, juga dapat digunakan
sebagai meja praktikum, misalnya untuk percobaan yang menggunakan instalasi gas

d)     Semua lemari laboratorium. terutama lemari alat-alat harus terbuat dari bahan yang kuat
untuk menahan beban yang cukup berat. sebaiknya tidak dari partikel blok atau tripleks dan
multiplek yang terlalu tipis.

e)      Agar tidak menyita tempat yang lebar. pintu lemari alat biasanya berupa pintu geser.

f)       Bagian depan lemari alat di ruang penyimpanan sebaiknya terbuat dari kaca. agar mudah
dilihat alat apa yang terdapat di dalamnya.

g)      Pintu lemari alat harus dilengkapi dengan kunci yang menjamin keamaan alat di dalamnya.

h)      Alas tahapan Iemari alat sebaiknya dapat dibongkar-pasang untuk memudahkan


penyimpanan alat-alat yang Iebih tinggi dari tinggi tahap yang tersedia.

2)      Lemari administrasi

a)      Lemari administrasi adalah lemari yang digunakan untuk menyimpan segala format
administrasi laboratorium.

b)      Lemari ini dapat dibuat dari kayu atau plat logam. dengan ukuran yang dapat disesuaikan
dengan kebutuhan dan ketersediaan tempat.

c)      Lemari ini disimpan di ruang guru, dan diberi kunci.

3)      Lemari buku

a)      Digunakan untuk menyimpan berbagai buku kepustakaan laboratorium.


b)      Lemari ini sebaiknya berninding kaca, dan tidak dikunci, agar setiap pengguna laboratorium
dapat menggunakan buku yang disimpan di dalmnya.

c)      Lemari ini dapat disimpan di ruang guru.

d.       Rak

1)      Rak adalah lemari tanpa dinding. yang digunakan untuk menyimpan alat-alat.

2)      Alat-alat yang disimpan dalam rak ini biasanya adalah alat-alat yang memiliki kotak khusus.
acau alat-alat yang tidak terlalu memerlukan perlindungan dari cuaca dan debu.

3)      Rak dapat disimpan di ruang penyimpanan alat. di ruang persiapan, dan di ruang guru.

e.        Loker

1)      Loker siswa adalah lemari yang disediakan di laboratorium khusus untuk menyimpan buku
dan tas siswa di dalam laboratorium.

2)      Loker ditempatkan dibagian pinggir depan atau belakang ruang praktikum.

3)      Loker di laboratorium biasanya dibuat hanya berupa kotak-kota dari sekat-sekat dan tahap-
tahap tanpa pintu.

4)      Loker dapat dibuat dari bahan kayu dengan ukuran yang ideal uncuk siswa.

5)      Sebaiknya disediakan satu kocak untuk tiap satu siswa.

3.        Papan tulis dan mungkin layar untuk OHP (Overhead Projector) dan LCD(Liquit Crystal
Display).

Menurut Sutrisno (2010: 11), untuk menjaga kenyamanan dan keselamatan kerja di
dalamnya, sebaiknya ruangan praktikum memiliki fasilitas-fasilitas sebagai berikut:
1.        Ventilas udara yang cukup, dapat berupa jendela, langit-langit yang tidak tertutup rapat, atau
mungkin kipas angin (exhouse-van).
2.        Pintu masuk dan pintu keluar yang berbeda dengan daun pintu yang membuka keluar.
3.        Pintu yang berhubungan langsung dengan ruang persiapan dan ruang guru serta dapat
teramati dari kedua ruangan itu.
4.         Kotak P3K.
5.        Fasilitas pemadam kebakaran.

C. Standarisasi Tata Ruang Laboratorium Fisika


Menurut Direktorat Pendidikan Menengah Umum (1995), telah dijelaskan bahwa
fungsi utama laboratorium fisika adalah sebagai salah satu sumber belajar di sekolah atau
sebagai salah satu fasilitas penunjang proses pembelajaran fisika di sekolah. Agar fungsi
utama itu dapat berjalan dengan baik, maka laboratorium fisika sekolah sebaiknya memiliki
fasilitas-fasilitas ruangan untuk kegiatan proses pembelajaran fisika, kegiatan administrasi
dan pengelolaan laboratorium, kegiatan pemeliharaan dan persiapan (setting) alat-alat
laboratorium. Fasilitas ruangan laboratorium fisika sekolah biasanya terdiri dari ruang
praktikum, ruang guru, ruang persiapan dan ruang penyimpanan. Bentuk, ukuran, denah atau
letak dan fasilitas setiap ruangan dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan setiap
kegiatan yang dilaksanakan dapat berjalan dengan nyaman, memudahkan akses dari ruangan
satu keruangan lainnya, memudahkan pengontrolan, menjaga keamanan alat-alat dan
memelihara keselamatan kerja.
Sangatlah ideal jika semua ruang laboratorium yang lain dan merupakan satu blok
bangunan laboratorium sains. Dengan pengaturan seperti ini, dan terutama untuk
laboratorium non-tradisional, waktu untuk pindah dari ruangan kelas biasa ke ruangan
laboratorium menjadi lebih singkat. Lain daripada itu, sangatlah ideal jika semua
laboratorium berkelompok mengitari ruang kerja guru dan ruang penyimpanan alat. Sebab
sekali-kali bahkan mungkin juga sering, satu laboratorium membutuhkan alat yang hanya
dimiliki laboratorium lain. Dengan pengaturan seperti ini waktu yang dibutuhkan untuk pergi
dari satu laboratorium ke laboratorium lain atau ke tempat penyimpanan alat menjadi lebih
singkat.

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam menata runag laboratorium adalah
sebagai berikut:
1.        Tidak terletak searah dengan arah mata angin
Hal ini sangat penting diperhatikan karena arah mata angin atau kemana arah angin
bertiup akan mempengaruhi aktivitas di ruang laboratorium. Angin dapa membawa debu,
membawa asap dari luar ruangan laboratorium, atau membawa aroma yang tidak sedap atau
berbahaya dari zat-zat beracun.
2.      Jarak terhadap sumber air
Keberadaan sumber air akan sangat membantu kelancaran kegiatan di laboratorium.
Dengan demikian, pengguna laboratorium tidak akan merasa kesulitan jika sewaktu-waktu
mereka membutuhkan air atau ingin melakukan sesuatu yang berhubungan dengan
penggunaan air.
3.      Saluran pembuangan
Penataan laboratorium harus memperhatikan saluran pembuangan dari laboratorium.
Saluran pembuangan adalah saluran yang digunakan untuk membuang sisa-sisa dari bahan-
bahan yang sudah diolah, dan diproses, seperti sisa sampah, sisa pembakarn mesin (asap),
limbah pabrik dn sebagainya. Saluran pembuangan tidak boleh menuju sumber air dan tidak
boleh mengarah pada tempat yang bisa membahayakan, seperti saluran asap tidak boleh
mengarah ke gedung tempat kegiatan lainnya.
4.      Jarak dengan gedung lain.
Pertimbangan jarak jauh dan dekat didasarkan pada urgensi dari gedung lain karena
dapat menggangu aktivitas di sana.
5.      Mudah dikontrol
Ruang laboratorium yang baik adalah ruang laboratorium yang mudah untuk
dikontrol, baik oleh menejer laboratorium, pengawas, maupun yang lainnya. Agar mudah
dikontrol ruang laboratorium sebaiknya dibangun di dekat ruang menejer laboratorium.
6.      Luas ruangan per personal.
Ruang laboratorium perlu didesain sesuai dengan daya tampung yang diinginkan.
Karena setiap individu yang melakukan kegiatan di laboratorium harus merasa leluasa dan
bisa bebas bergerak.
7.      Terdapat ventilasi (jendela) yang bisa terbuka lebar dan mengarah keluar.
Ventilasi berperan penting untuk menghilangkan gerah atau penat bagi para pengguna
laboratorium saat beraktivitas, selain itu dengan adanya ventilasi maka sirkulasi udara di
dalam laboratorium dapat berjalan baik.
8.      Lantai rata dan tidak licin
Lantai laboratorium harus rata serta tidak licin, hal ini agar tidak menggangu aktivitas
para praktikan atau pengguna laboraorium, lantai yang tidak rata dan licin bisa membuat para
praktikan menjadi susah untuk bergerak dan memungkinkan terjadinya kecelakaan karena
terjatuh saat membawa alat praktikan.

1.        Ruang Praktikum
Menurut Sutrisno (2010: 9), ruang praktikum merupakan bagian utama darisebuah
laboratorium fisika sekolah. Ruang praktikum adalah ruang tempat berlangsungnya proses
pembelajaran fisika di laboratorium. Proses pembelajaran fisika di dalam ruang praktikum
dapat berupa peragaan atau demonstrasi, praktikum perorangan atau kelompok dan
penelitian. Proses pembelajaran di ruang praktikum menuntut tempat yang lebih luas dari
pada proses pembelajaran klasikal di dalam kelas biasa. Oleh karena itu luas ruang praktikum
harus dapat memberikan keleluasaan bergerak kepada siswa dan guru selama melakukan
proses pembelajaran. Luas ruang praktikum ini tentu harus memperhitungkan jumlah siswa
dan guru yang akan melaksanakan proses pembelajaran fisika di dalamnya. Luas ruang
praktikum biasanya antara satu setengah sampai dua kali luas ruang kelas.
Menurut Kancono (2010: 2-4), ruang praktikum yang berisi perabot seperti meja,
kursi, almari, rak dan meja demonstrasi. Luas minimum 2,5 m2 untuk tiap orang siswa,
sehingga untuk tiap 50 orang siswa luas laboratorium 125 m2. Bentuk ruangan sedemikian
rupa sehingga siswa dapat duduk tidak berdempetan dan siswa paling belakangpun dapat
melihat percobaan yang didemonstrasikan guru. Menurut Suyanta (2010: 2-4), laboratorium
harus ditata sedemikian rupa hingga dapat berfungsi dengan baik. Tata ruang yang sempurna,
harus dimulai sejak perencanaan gedung sampai pada pelaksanaan pembangunan. Tata ruang
yang baik mempunyai:
a. Pintu masuk (in)
b. Pintu keluar (out)
c. Pintu darurat (emergency-exit)
d. Ruang guru (teacher-room)
e. Ruang persiapan (preparation-room)
f. Ruang peralatan (equipment-room)
g. Ruang penangas (fume-hood)
h. Ruang penyimpanan (storage - room)
i. Ruang staf (staff-room)
j. Ruang teknisi (technician-room)
k. Ruang bekerja (activity-room)
l. Ruang istirahat/ibadah
m. Ruang prasarana kebersihan
n. Ruang toilet
o. Lemari praktikan (locker)
p. Lemari gelas (glass-rack)
q. Lemari alat-alat optik (opticals-rack)
r. Pintu jendela diberi kawat kasa, agar serangga dan burung tidak dapat masuk.
s. Fan (untuk dehumidifier)
t. Ruang ber-AC untuk alat-alat yang memerlukan persyaratan tertentu.

2.        Ruang Guru
Menurut Sutrisno (2010: 12), ruang guru di laboratorium adalah tempat kerja bagi
penanggung jawab laboratorium dan guru yang melaksanakan proses pembelajaran di ruang
laboratorium.
a.         Ruang guru terdapat dalam laboratorium, dengan satu pintu masuk dan keluar yang sama
melalui ruang praktikum.
b.        Ruang guru memiliki ventilasi udara dan instalasi listrik yang baik.
c.         Memiliki fasilitas mobiler seperti:
1.)      Kursi dan meja tulis untuk satu orang guru atau lebih.
2.)      Lemari atau rak buku.
3.)      Lemari untuk keperluan administrasi.
4.)      Loker atau rak untuk menyimpan pekerjaan tulis siswa yang akan diperiksa oleh guru.
d.        Dalam ruang ini dapat dilaksanakan pekerjaan administrasi laboratorium seperti:
1.)      Inventarisasi alat-alat laboratorium.
2.)      Administrasi penggunaan alat-alat laboratorium.
3.)      Administrasi peminjaman alat-alat laboratorium.
4.)      Pengelolaan kegiatan laboratorium.
e. Dalam ruang guru juga dapat dilaksanakan pekerjaan akademik laboratorium seperti:
1.)    Merencanakan kegiatan laboratorium.
2.)    Menyusun jadwal kegiatan laboratorium.
3.)    Memeriksa pekerjaan siswa.

3.        Ruang Persiapan
Menurut Kancono (2010: 2–4), menjelaskan bahwa ruangan persiapan yaitu tempat
guru dan laboran/pembantu laboratorium melakukan persiapan sebelum kegiatan praktikum
atau demonstrasi dilakukan. Luas lantai 20 m2 untuk laboratorium yang luasnya 100 m2
sehingga tidak mengganggu kegiatan ruang lain. Menurut Sutrisno (2010: 13), menyatakan
bahwa ruang persiapan adalah ruang yang disediakan untuk melakukan perawatan dan
persiapan alat-alat laboratorium.
a.         Bila sekolah atau laboratorium memiliki petugas laboran, ruang persiapan juga dapat
digunakan sebagai ruang kerja laboran dalam melayani kegiatan laboratorium kepada guru
dan siswa.
b.        Ruang persiapan terdapat di dalam laboratorium, diantara ruang praktikum dan ruang-ruang
penyimpanan atau gudang.
c.         Ruang persiapan memiliki instalasi listrik dan ventilasi udara yang baik.
d.        Memiliki fasilitas mobiler seperti:
1.)    Kursi dan meja kerja untuk melakukan perawatan dan persiapan alat-alat laboratorium.
2.)    Lemari atau rak alat-alat.
3.)    Loket penyimpanan alat-alat.
e.         Di dalam ruang ini dapat dilaksanakan kegiatan pemeliharaan dan perawatan alat-
alatlaboratorium seperti:
1.)    Memeriksa jumlah kelengkapan alat.
2.)    Memeriksa keadaan.
3.)    Memperbaiki.
4.)    Membersihkan.
5.)    Mengkalibrasi ulang.
f.         Di dalam ruang ini juga dapat dilaksanakan pekerjaan mempersiapkan alat-alat yang akan
digunakan dalam kegiatan laboratorium seperti:
1.)    Pemeliharaan dan perawatan.
2.)    Pengaturan (setting).
3.)    Uji coba.

4.        Ruang Penyimpanan
Menurut Kuncono (2010:2–4), ruangan gudang terdiri dari ruang penyimpanan alat
atau perkakas dan ruang penyimpan chemicalien (bahan-bahan kimia). Luas gudang
minimum 20 m2. Terpisahkan ruang ini karena sering terjadi perusakan perkakas oleh
terkontaminasinya zat kimia. Menurut Sutrisno (2010: 14), ruang penyimpanan di
laboratorium dapat juga disebut sebagai gudang laboratorium yang disediakan khusus untuk
menyimpan alat-alat yang sedang tidak digunakan.
a.         Ruang penyimpanan terdapat di dalam laboratorium di sebelah dalam ruang persiapan.
b.        Demi keamanan dan kemudahan penyimpanan dan pengambilan alat-alat, ruang
penyimpanan atau gudang biasanya hanya memiliki satu pintu masuk dan keluar melalui
ruang persiapan.
c.         Ruang penyimpanan atau gudang harus memiliki instalasi listrik dan ventilasiudara yang
baik.
d.        Memiliki fasilitas meleber seperti:
1.)    Macam-macam lemari alat-alat dan bahan-bahan.
2.)    Macam-macam rak untuk alat-alat.

5.        Ruang Gelap
Menurut Kancono (2010: 2–4), ruangan gelap kegunaannya untuk prosespembuatan
foto atau kegiatan yang mensyaratkan bebas cahaya seperti fotografi dan sablon. Luas
minimum 2,5 m2 yang disediakan untuk dua orang (Kancono, 2010 : 2-4).

6.        Tata Ruang Tetap


Menurut Kancono (2010: 4), tidak ada dua sekolahpun yang memiliki lingkungan
yang sama, sehingga letak laboratorium tidak bisa diseragamkan. Sebaiknya laboratorium
diletakan dengan posisi arah utara–selatan karena arah demikian erat dengan banyaknya sinar
matahari yang masuk dan ada sangkut pautnya dengan ventilasi cahaya alami. Proyek
penyediaan laboratorium SMU dan SMP dari Kementerian Pendidikan Nasional dalam Buku
Penuntun Perencanaan Pembangunan memberikan syarat sebagai berikut:
a.         Laboratorium tidak terletak di atas tanah pertanian dan tidak terletak di arah angin. Hal ini
untuk menghindari pencemaran udara dalam lingkungan yang lebih luas. Tempat guru dan
laboran/pembantu laboratorium melakukan persiapan sebelum kegiatan praktikum atau
demonstrasi dilakukan. Luas lantai 20 m2 untuk laboratorium yang luasnya 100 m2sehingga
tidak mengganggu kegiatan ruang lain.
b.        Ruangan gudang terdiri dari ruang penyimpanan alat atau perkakas dan ruang penyimpan
chemicalien (bahan-bahan kimia). Luas gudang minimum 20 m2 terpisahkan ruang ini karena
sering terjadi perusakan perkakas oleh terkontaminasinya zat kimia.
c.         Ruangan gelap, kegunaannya untuk proses pembuatan foto atau kegiatan yang mensyaratkan
bebas cahaya seperti fotografi dan sablon. Luas minimum 2,5 m2 yang disediakan untuk dua
orang.
d.        Ruangan timbang, ruangan ini khusus untuk menyimpan timbangan agar bebas dari pengaruh
dan reaksi zat-zat/gas kimia korosif. Selain itu juga untuk menimbang zat-zat yang
memerlukan kepekaan tinggi.
7.        Tata Ruang Tidak Tetap
Menurut Kancono (2010: 5-6), tatanan dalam ruang ini terdiri dari perabotan yang
mudah dipindah pindahkan. Penempatan perabotan ini harus mempertimbangan hal-hal
sebagai berikut:
a.         Keamanan penempatan perabotan harus menghindari penyebab kecelakaan.
b.        Kemudahan penempatan perabotan harus sedemikian rupa sehingga mudah di dapat jika
diperlukan.
c.         Keleluasaan merupakan penempatan perabotan harus memungkinkan guru dan siswa untuk
bebas bergerak dalam melakukan percobaan.
d.        Keindahan merupakan penempatan perkakas/perabotan harus memberikan rasa kenyamanan
dan keindahan dan enak dipandang.
e.         Kefisikaan merupakan penempatan perabotan/zat harus memperhitungkan pengaruh cahaya,
listrik dan panas.
f.         Kekimiaan merupakan penempatan perabotan/zat kimia harus mempertimbangkan adanya
pengaruh uap/gas kimia, kelembaban, kontak korosif antarlogam dan gas/zat.
g.        Kebiologian merupakan penempatan perkakas harus memperhitungkan adanya kemungkinan
hidupnya tumbuhan, jamur, binatang dan lain-lain.
Menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah (2004: 14) menyatakan bahwa
fungsi dari laboratorium fisika adalah sebagai tempat pengajaran praktek dan teori bidang
studi fisika, khususnya untuk praktek peragaan dan percobaan. Laboratorium fisika terdiri
dari ruang praktek untuk menampung aktifitas siswa dalam melakukan kerja praktek, ruang
persiapan berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan dan mempersiapkan alat sebelum
praktek dimulai, ruang gelap berfungsi sebagai tempat praktek fisika dengan kondisi mutlak
tanpa cahaya luar. Pemakai laboratorium hendaknya memahami tata letak atau layout
laboratorium. Pembangunan suatu laboratorium tidak dipercayakan begitu saja kepada
seorang arsitek bangunan. Bangunan laboratorium tidak sama dengan kelas. Banyak faktor
yang harus dipertimbangkan sebelum membangun laboratorium.
Faktor-faktor tersebut antara lain lokasi bangunan laboratorium dan ukuran-
ukuran ruang. Persyaratan lokasi pembangunan laboratorium antara lain tidak terletak pada
arah angin yang menuju bangunan lain atau pemukiman. Bangunan laboratorium tidak
dibangun pada lokasi sumber air. Bangunan laboratorium jangan terlalu dekat dengan
bangunan lainnya. Lokasi laboratorium harus mudah dijangkau untuk pengontrolan dan
memudahkan tindakan lain.
Selain persyaratan lokasi, perlu diperhatikan pula tata letak ruangan. Ruangan
laboratorium untuk pembelajaran sains umumnya terdiri dari ruangan utama dan ruang ruang
pelengkap. Ruang utama adalah ruangan tempat para siswa melakukan praktikum. Ruang
pelengkap umunya terdiri dari ruang penyimpanan dan ruang persiapan. Ruang persiapan
digunakan untuk menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk percobaan baik
untuk siswa maupun untuk guru. Ruang penyimpanan atau gudang terutama digunakan untuk
menyimpan bahan-bahan persediaan (termasuk bahan kimia) dan alat-alat yang
penggunaannya tidak setiap saat. Selain ruang-ruang tersebut, mngkin sebuah laboratorium
juga memiliki ruang gelap, ruang spesimen, ruang khusus untuk menyimpan bahan-bahan
kimia dan ruang administrasi. Hal ini didasarkan atas pertimbangan keamanan berbagai
peralatan laboratorium dan kenyamanan pengguna laboratorium. penyimpanan alat-alat
dalam gudang tidak boleh disatukan dengan bahan kimia. Demikian pula penyimpanan alat-
alat gelas tidak boleh disatukan dengan alat-alat yang terbuat dari logam (Riandi, 41).
Ukuran ruang utama lebih besar daripada ruang persiapan dan ruang penyimpanan.
Contoh apabila luas lantai untuk sebuah laboratorium 100 m2, 70-80 m2 digunakan untuk
ruang utama tempat praktikum. Ruang penyimpanan harus dapat ditempati lemari yang akan
digunakan untuk menyimpan alat-alat atau bahan. Demikian juga untuk ruang persiapan,
harus dapat ditempati meja dan alat-alat untuk keperluan penyiapan alat-alat atau bahan-
bahan untuk percobaan (Riandi, 42).
Mengenai letak lokasi laboratorium dapat disesuaikan dengan kebutuhan sekolah dan
atau madrasah; yang penting lokasi laboratorium MIPA harus dapat berhubungan langsung
dengan ruang kelas atau ruang pimpinan sekolah/madrasah. Sudah tentu dalam tiap-tiap
laboratorium lokalnya terdiri atas: ruang persiapan, ruang kegiatan, ruang penyimpanan alat
dan bahan percobaan serta ruang kamar mandi dan WC. Setiap lokal juga dilengkapi dengan
tempat cuci tangan (wastafel), tempat cuci perangkat percobaan, alat perlengkapan
percobaan, papan tulis, meja dan kursi praktikum serta instalasi listrik yang memadai. Pada
saat ini setiap lokal laboratorium juga harus dilengkapi dengan laptop (komputer lengkap
dengan printernya), LCD dan layar gantung. Jangan lupa setiap laboratorium juga dilengkapi
dengan sistem pendingin ruangan, misalnya: AC atau kipas angin. Uraian tersebut
mengisyaratkan kepada sekolah, bahwa membangun laboratorium MIPA itu diperlukan dana
dan biaya yang mahal karena harga pembangunan lokal laboratorium memerlukan dana yang
tidak sedikit serta peralatan percobaan dan asesorisnya juga mahal harganya.

D. Standarisasi Ketersiediaan alat dan bahan


Sarana, prasarana dan alat laboratorium fisika dapat dilihat rinciannya dalam
permendiknas no. 24 tahun 2007. Menurut Suyanta (2010: 3), pengenalan terhadap peralatan
laboratorium merupakan kewajiban bagi setiap petugas laboratorium, terutama mereka yang
akan mengoperasikan peralatan tersebut. Setiap alat yang akan dioperasikan itu harusbenar-
benar dalam kondisi:
a.         Siap untuk dipakai
b.        Bersih
c.         Berfungsi dengan baik
d.        Terkalibrasi

Peralatan yang ada juga harus disertai dengan buku petunjuk pengoperasian (manual
operation). Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan, dimana buku manual
merupakan acuan untuk perbaikan seperlunya. Teknisi laboratorium yang ada harus
senantiasa berada di tempat, karena setiap kali peralatan dioperasikan ada kemungkinan alat
tidak berfungsi dengan baik. Beberapa peralatan yang dimiliki harus disusun secara teratur
pada tempat tertentu, berupa rak atau meja yang disediakan (Suyanta, 2010: 4).
Penataan tata letak, tata ruang sertaketersediaan alat dan bahan pada suatu
laboratorium sangatlah penting. Sehingga diperlukan penataan yang baik serta alat dan bahan
yang lengkap dibutuhkan untuk menunjang jalannya suatu pemanfaatan laboratorium.
Adapun kegiatan yang harus dilakukan dalam perencanaan alat dan bahan adalah:
a.       Pengadaan Alat dan Bahan Praktikum

Kegiatan untuk menentukan peralatan dan bahan yang harus diadakan di


laboratorium  memerlukan kerja sama yang baik antara pengguna, dalam hal ini adalah guru
yang  merencanakan kegiatan praktek dengan teknisi laboran yang akan mempersiapkan alat
dan  bahan kegiatan. Oleh karena itu pengadaan peralatan dan bahan untuk menunjang
kegiatan  praktek harus mendapat masukan dari para guru penanggungjawab mata pelajaran
IPA. Untuk itu maka sangat diperlukan koordinasi antar guru yang bertanggungjawab dalam
penggunaan laboratorium dengan teknisi laboran.  Menurut Bambang Supriatno (2013: 2-8),
langkah perencanaan dapat dilaksanakan dalam tahapan berikut: a. Identifikasi Tahapan ini
adalah langkah awal untuk mencoba mengidentifikasi alat dan bahan apa saja yang
dibutuhkan pada kegiatan prraktikum. Langkah ini idealnya dilakukan bersama guru-guru
IPA. Guru penanggungjawab praktek mempelajari kurikulum, kemudian menentukan topik-
topik praktek yang akan dilakukan.  Berdasarkan topik praktek yang akan dilaksanakan, maka
disusunlah manual atau petunjuk praktikum untuk setiap topik. Berdasarkan manual atau
petunjuk praktikum yang ada dari semua mata pelajaran yang menggunakan laboratorium
dapat teridentifikasi kebutuhan bahan dan alat minimal yang harus ada di laboratorium.
Dengan demikian usulan mengenai kebutuhan alat dapat bersumber dari setiap guru mata
pelajaran yang akan menggunakan laboratorium sebagai sarana praktek atau diidentifikasi
sendiri oleh laboran berdasarkan manual atau petunjuk praktikum yang diberikan oleh guru.
b.      Pemilihan alat dan bahan

Berdasarkan hasil identifikasi peralatan dan bahan untuk kegiatan praktek


laboratorium dapat ditentukan mengenai jenis alat dan bahan yang dibutuhkan, tetapi
karakteristik alat dan bahan yang dimaksud belum dapat ditentukan secara tepat. Apabila
sudah mendapat masukan mengenai peralatan yang dibutuhkan maka selanjutnya adalah
menentukan spesifikasi alat yang tepat untuk kegiatan. Namun demikian berdasarkan
pengalaman dapat ditentukan mengenai karakteristik beberapa alat. Peralatan di pasaran
sangat beragam dalam hal bentuk, ukuran dan kualitas bahan. Oleh karena itu diperlukan
kemampuan untuk merencanakan memilih spesifikasi peralatan yang tepat. Spesifikasi alat
umumnya berhubungan dengan: bentuk, ukuran (dimensi), akurasi, batas-batas kemampuan,
sumber daya (untuk peralatan fisika/listrik) dan bahan yang digunakan. Untuk dapat
menentukan secara tepat perlu dipelajari berbagai keterangan mengenai alat dengan cara
melihat gambar-gambar yang dapat diperoleh dari berbagai sumber, misalnya buku atau
internet. Beberapa perusahaan kadang memberikan katalog atau daftar alat
dengan  spesifikasinya, bahkan sering dilengkapi dengan gambar. Ketika merencanakan
pengajuan alat, haruslah didasarkan pada kebutuhan, bukan mengacu pada yang tersedia pada
katalog atau brosur penawaran barang. Hal ini bukan berarti tidak boleh memilih apa yang
ada di dalam catalog, tetapi harus diutamakan  kebutuhannya. Apabila barang yang
ditawarkan pada katalog spesifikasinya sesuai dengan kebutuhan, tidak ada salahnya untuk
direncanakan dibeli. Kesalahan menentukan spesifikasi alat mengakibatkan biaya investasi
menjadi tinggi. Karena praktikum bertujuan  memvisaulisasikan suatu proses atau fenomena
yang abstrak menjadi konkrit dan berlatih untuk melakukan pengukuran, dalam praktikum
tingkat sekolah menengah tidak diperlukan peralatan yang memiliki akurasi yang sangat baik
setara dengan peralatan untuk penelitian atau riset perguruan tinggi. Peralatan dengan
spesifikasi kualitas baik dan akurasi yang tinggi berdampak pada nilai barang menjadi mahal.
Untuk menentukan jenis alat yang harus diadakan perlu  dipertimbangkan mengenai
frekuensi keterpakaian,  dapat atau tidaknya digantikan oleh alat lain, ketersediaan anggaran
dan garansi yang disediakan oleh perusahaan. Garansi, yang mencakup kemudahan
ketersediaan suku cadang, kredibilitas perusahaan dan keberadaan agen di Indonesia patut
dipertimbangkan dalam menentukan pilihan alat yang akan dibeli.
c.       Membuat daftar usulan alat
Apabila sudah dapat ditentukan spesifikasi alat yang diperlukan maka selanjutnya
adalah menyusun daftar usulan alat laboratorium. Usulan daftar alat laboratorium
dimaksudkan untuk memudahkan dalam meneliti dan menentukan anggaran. Usulan alat
laboratorium harus menyatakan spesifikasi yang jelas mengenai alat yang diusulkan, serta
jumlah satuan yang diperlukan dan harga satuan sehingga memperkecil kesalahan dalam
proses pengadaan
d.      Perencanaan usulan bahan kimia

            Bahan-bahan kimia biasanya dibuat dalam beberapa tingkat kemurnian. Gradasi


tingkat kemurnian mulai dari sangat murni hingga kemurnian dengan nilai tertentu. Tingkat
kemurnian yang tinggi biasanya digunakan untuk penelitian, sementara untuk kegiatan
praktikum sekolah tidak diperlukan bahan kimia murni. Semakin tinggi tingkat kemurnian
bahan kimia proses penyediaannya semakin sulit, hal ini berakibat pada harga bahan kimia
tersebut semakin mahal. Kategori tingkat kemurnian bahan kimia dinyatakan sebagai berikut:
1)      Analytical Reagent (analaR).Tingkat ini digunakan kegiatan teknik analitik yang
memerlukan ketelitian tinggi.

2)      Chemically Pure (C.P). atau kemurnian minimum, merupakan standar kemurnian.

3)      Technically (Teknis) atau tingkat komersil, merupakan tingkat paling rendah dan tidak ada
spefikasi lain pada wadahnya.

Makna huruf-huruf penting lainnya yang sering ditemukan pada label botol kimia adalah:
1)      British Pharmacopeia (B.P.), menunjukkan bahwa bahan tersebut dibuat dengan standar
kemurnian British Pharmacopeia.

2)      United State Pharmacopeia (U.S.P.), bahan tersebut berstandar

3)      United State Pharmacopeia.G.R. (General Reagents) digunakan untuk pereaksi umum


dengan tingkat kemurnian rendah.

4)      P.A. (Pro Analytic)  digunakan untuk analisis dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Dalam
kegiatan praktikum sekolah bahan kimia dalam tingkatan teknis sudah memadai. Dengan
memilih bahan kimia tingkat teknis biaya pembelian bahan dapat dihemat lebih dari 50%,
namun apabila biaya memungkinkan dapat menggunakan bahan kimia dengan tingkat
kemurnian lebih tinggi. Meskipun demikian dalam kegiatan praktikum sekolah penggunaan
bahan kimia murni tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil kerja praktek.
Bahan kimia teknis cocok untuk laboratorium sekolah karena harganya lebih murah daripada
bahan-bahan analitik.

Berikut contoh  desain laboratorium fisika:


Perlu  diperhatikan  pada kenyataanya ukuran, jumlah, bentuk, dan kualitas ruang-
ruang laboatoium disetiap sekolah berbeda-berda tergantung keadaan sekolah masing-
masing. Hal itu terjadi misalnya karena laboratorium didirikan dengan memanfaatkan
ruangan-ruangan tertentu yang sudah ada di sekolah. Akan tetapi, seandainya laboratorium
dibangun baru ditanah kosong, maka perencanaannya hendaklah memperhatikan
perbandingan yang proposional antara ruang yang satu dengan yang lain. Antara setiap ruang
yang dibuat hendaknya mudah saling mengakses satu sama lain selama kegiatan di
laboratorium belanjut.

Anda mungkin juga menyukai