Anda di halaman 1dari 43

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Hasanuddin University Repository

KANDUNGAN PHOSPOR DAN KALIUM KOMPOS DARI IMBANGAN


FESES AYAM DAN LIMBAH JAMU LABIO-1

SKRIPSI

OLEH:

NIRWANA
1111 13 011

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

i
KANDUNGAN PHOSPOR DAN KALIUM KOMPOS DARI IMBANGAN
FESES AYAM DAN LIMBAH JAMU LABIO-1

SKRIPSI

OLEH:

NIRWANA
1111 13 011

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Pada Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

i
PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nirwana

NIM : I111 13 011

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli

b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam

Bab Hasil dan Pembahasan, tidak asli alias plagiasi maka bersedia

dibatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.

Makassar, Juli 2017

Nirwana

ii
iii
KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum wr.wb

Alhamdulillah segala puji bagi ALLAH SWT, shalawat dan salam semoga

selalu tercurah kepada Rasulullah MUHAMMAD SAW beserta keluarganya,

sahabat dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga hari akhir, yang senantiasa

melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga akhirnya penulis dapat

menyelesaikan Skripsi ini.

Pada kesempatan ini dengan segala keikhlasan dan kerendahan hati

penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan

yang setinggi tingginya kepada :

1. Paling spesial buat kedua orang tuaku ayahanda Syamsuddin dan ibunda

Herniati, serta saudaraku (Fendi, Fajar dan Revan) yang selama ini banyak

memberikan doa, semangat, kasih sayang, saran, dan materi kepada

penulis, kepada nenek, tante,om dan sepupu ku di Kec. Mare Kab.Bone.

2. Dr. Jamila, S.Pt., M.Si. sebagai pembimbing utama dan Dr. Ir. Anie

Asriany, M.Si selaku pembimbing anggota yang telah banyak meluangkan

waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan nasihat serta

motivasi sejak awal penelitian sampai selesainya penulisan Skripsi ini.

3. Dekan Fakultas Peternakan Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc., Wakil

Dekan I dan Wakil Dekan II serta Wakil Dekan III.

iv
4. Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc selaku Ketua Program Studi

Peternakan Universitas Hasanuddin.

5. Prof. Dr. Ir. Lellah Rahim, M.Sc. selaku penasehat akademik yang

senantiasa membimbing dan mengarahkan selama dalam bangku

perkuliahan.

6. Dr. Ir. Budiman Nohong,M.S, selaku pembimbing utama PKL dan Dr.Hj.

Rohmiyatul Ismiyati,MP pembimbing lapangan PKL yang senantiasa

membimbing selama PKL.

7. Ibu dan Bapak Dosen tanpa terkecuali yang telah membimbing saya

selama kuliah di Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

8. Kepada Ibu dan Bapak Pegawai Fakultas Peternakan yang telah

memberikan sumbangsih ilmu, didikan dan pelayanan akademik selama

penulis berada di bangku kuliah.

9. Kepada teman penelitian, Syahri Nur Vita Sari, Haslinda dan Sertin

Rambu Langi yang telah banyak membantu selama proses penelitian.

10. Kepada teman-teman Ramsis juga teman-teman Seperjuangan & terbaik:

Ayu Lestari, Musdalipah, Nursiang R, Farna Wijaya Alfarinti, Eva

Pertiwi Salempang, Bernice Paseru, Ismawanti Bunga, Bunga Sulvani

Yahya, Irawati, Nur Linda, Indrawati Basmar, Indah Sari Nur Utami,

Mutmainna, Edi Tompo, Herwandi, Alfian Adi Firansyah, Ahmad

Madani, Suhartini, yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

11. Teman-Teman “LARFA 13” yang telah menjadi keluarga kecil di Kampus

Universitas Hasanuddin terima kasih telah menemani penulis di saat suka

maupun duka selama menempuh pendidikan di bangku kuliah.

v
12. Teman-teman KKN Reguler UNHAS GEL.93 Kab. Wajo Kec. Tanasitolo

terkhusus kepada posko Desa Pajalele: Kordes Gusman , Adit, Ridwan,

Uga, Uci, dan Uli semoga apa yang menjadi kebersamaan kita akan selalu

ada untuk tetap menjadikan kita sebagai saudara.

13. Teman-teman HUMANIKA (Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan

Ternak) UNHAS terkhusus buat teman-teman angkatan 2013.

14. Keluarga besar PMB UH LATENRITATTA terkhusus buat teman-teman

WANUA 2013.

15. Buat kakak-kakak ku yang cantik dan baik hati: Kak Rima, Kak Siska,

Kak Harli, Kak Uni, Kak Sutri, Terima kasih telah membantu saya selama

ini dan juga selalu menasehati saya, selalu mendukung saya dan

memberikan semangat.

16. Terima Kasih buat kakak ku Amsir yang selalu menyemangati dalam

menyelesaikan skripsi ini, pengertian dan selalu sabar .

17. Semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu yang selalu

memberikan doa kepada penulis hingga selesai penyusunan Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, karena itu diharapkan kritik dan saran untuk perbaikan. Semoga

Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Aamii

Makassar, Juli 2017

Nirwana

vi
ABSTRAK

Nirwana (I111 13 011) Kandungan Phospor dan Kalium Kompos dari Imbangan
Feses Ayam dan Limbah Jamu Labio-1. Dibawah Bimbingan Jamila dan Anie
Asriany

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan phospor dan kalium


pada kompos imbangan feses ayam dengan limbah jamu Labio-1. Penelitian ini
terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan dengan perlakuan: P0 (Feses ayam 100),
P1(Feses ayam 75%, limbah jamu Labio-1 25%), P2 (Feses ayam 50%, limbah
jamu Labio-1 50%), P3 (Feses ayam 25%, limbah jamu Labio-1 75%), P4 (Limbah
jamu Labio-1 100%). Rancangan yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap
(RAL). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa imbangan feses ayam dan limbah
jamu Labio-1 terhadap kandungan phospor dan kalium kompos memberikan
pengaruh yang sangat nyata (p<0,01). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
Kandungan phospor yang 0,35% - 0,28% tertinggi pada perlakuan P0 (100%
Feses Ayam), dan kandungan kalium yang diperoleh 1,96% - 2,29%, kandungan
tertinggi pada perlakuan P4 (Limbah jamu Labio-1 100%). Kesimpulan pada
penelitian ini adalah semakin banyak persentase limbah jamu Labio-1 pada
pembuatan pupuk kompos, maka semakin menurun pula kandugan phospor
kompos dan semakin tinggi persentase limbah jamu Labio-1 pada kompos maka
semakin tinggi pula kalium kompos.

Kata Kunci: Feses Ayam, Limbah Jamu Labio-1, Phospor dan Kalium

vii
ABSTRACT

Nirwana (I111 13 011) Phosphorus and Potassium Compost From Chicken feces
and Waste of Jamu Labio-1 Under the Guidance of Jamila and Anie Asriany

This study aims to determine the content of phosphorus and potassium in the
composition of chicken feces balance with waste of jamu Labio-1. This research
consisted of 5 treatments and 4 replications with treatments and 4 replication ie:
P0 ( 100% Chicken feces ), P1 ( 75% chicken feces + 25% waste of jamu Labio-1),
P2 (50% chicken feces + 50% waste of jamu Labio-1), P3 (25% chicken feces +
75% waste of jamu Labio-1), P4 (100% waste of jamu Labio-1). The design used
is complete randomized design. The results of variance indicate that the balance of
chicken feces and waste of jamu Labio-1. On phosphorus and potassium compost
were signifiantly different (p <0.01). The results obtained the highest phosphorus
contained in P0 treatment (100% chicken feces) is 2, 72%, and the highest
potassium content in P4 (1.96% - 2.29%, the highest content in treatment P4
(100% waste ofLabio-1). The conclusion is the more percentage of waste jamu
Labio-1 on the compost the higher the potassium compost. Phosphorus content
0,35%-0,28% the highest in treatment P0 (100% Chicken Feces), and potassium
content 1,96% - 2,29%,the highest content in P4 (100% waste of jamu Labio-1)

Keywords: Chicken Feces, waste of jamu Labio-1, Phosphorus and Potassium

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL .............................................................................. i

PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................. vii

DAFTAR ISI .............................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xii

PENDAHULUAN

Latar Belakang ..................................................................................... 1


Permasalahan ....................................................................................... 2
Tujuan dan Kegunaan .......................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA

Penggunaan Feses Ayam Pada Pembuatan Kompos ........................... 3


Proses Pengomposan dan Hal-Hal Yang Mempengaruhinya .............. 5
Gambaran Umum Limbah Jamu Labio-1 dari Ramuan Herbal .......... 6
Kandungan Phospor (P) dan Kalium (K) Pada Kompos dan Tanaman 9
Hipotesis .............................................................................................. 11

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 12


Materi Penelitian .................................................................................. 12
Metode Penelitian ................................................................................ 12
Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 13
Analisis Phospor dan Kalium ............................................................... 13
Pengolahan Data .................................................................................. 16

ix
HASIL DAN PEMBAHASAN

Kandungan Phospor pada Kompos dengan Imbangan Feses Ayam dan


Limbah Jamu Labio-1 .......................................................................... 17
Kandungan Kalium pada Kompos dengan Imbangan Feses Ayam dan
Limbah Jamu Labio-1 .......................................................................... 19

PENUTUP

Kesimpulan .......................................................................................... 21
Saran .................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 22

LAMPIRAN ................................................................................................

x
DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Rataan Kandungan Phospor pada Kompos Imbangan Feses Ayam dan


Limbah Jamu Labio-1 ............................................................................ 17

2. Rataan Kandugan Kalium pada Kompos Imbangan Feses Ayam dan


Limbah Jamu Labio-1 ............................................................................ 19

xi
DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman

1. Analisis Statistik Imbangan Feses Ayam dan Limbah Jamu Labio-1


Terhadap Kandungan Phospor ............................................................. 25

2. Analisis Statistik Imbangan Feses Ayam dan Limbah Jamu Labio-1


Terhadap Kandungan Kalium ................................................................. 26

3. Diagram Alir Pembuatan Limbah Jamu Labio-1 ...................................... 27

4. Dokumentasi Kegiatan ......................................................................... 28

xii
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kompos merupakan hasil penguraian campuran bahan-bahan organik yang

dapat dipercepat dengan meningkatkan populasi berbagai mikroorganisme,

cacing, atau jamur dalam kondisi lingkungan yang hangat dan lembab. Pupuk

kompos memiliki sifat yang alami dan tidak merusak tanah, menyediakan unsur

makro dan mikro. Kompos feses ayam mampu memperbaiki struktur tanah agar

lebih gembur sehingga pertumbuhan akar tanaman menjadi lebih baik. Selain itu

pupuk kompos juga berperan dalam meningkatkan daya serap dan daya pegang

tanah terhadap air sehingga ketersediaan air yang dibutuhkan tanaman tercukupi.

Feses ayam merupakan salah satu limbah yang dihasilkan baik ayam petelur

maupun ayam pedaging yang memiliki potensi yang besar sebagai pupuk organik.

Kebanyakan peternak tidak mengolah feses ayam menjadi sesuatu yang

bermanfaat sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan.

Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan kandungan Phospor (P)

dan Kalium (K) kompos adalah dengan pemanfaatan limbah jamu Labio-1,

apabila limbah tersebut hanya dibuang maka dapat mencemari lingkungan, jadi

lebih baik dimanfaatkan dalam pengomposan. Ketersediaan limbah jamu Labio-1

juga melimpah hasil pembuatan jamu dari ramuan herbal Labio 1 berdasarkan

penelitian Agustina (2006), jamu ternak Labio-1 telah menjadi industri dan

menghasilkan limbah jamu yang melimpah. Hal inilah yang melatar belakangi

dilakukannya penelitian tentang Pengaruh Imbangan Feses Ayam dan Limbah

Jamu Labio-1 Terhadap Kandungan Phospor dan Kalium Kompos.

1
Permasalahan
Limbah jamu Labio-1 apabila hanya dibuang saja maka dapat mencemari

lingkungan padahal sangat bermanfaat jika dimanfaatkan dalam pembuatan pupuk

kompos, karena merupakan hasil fermentasi dari pembuatan ramuan herbal untuk

ternak. Pupuk kompos memiliki kandungan Phospor dan Kalium yang rendah dan

membutuhkan waktu yang lama dalam proses pembentukannya, oleh karena itu

perlu dilakukan pemanfaatan limbah jamu Labio-1 pada kompos, tapi belum

diketahui apakah dengan pemanfaatan limbah jamu Labio-1 dapat meningkatkan

kandungan phospor dan kalium pada kompos.

Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui kandungan

phospor dan kalium pada pupuk kompos dari imbangan feses ayam dan limbah

jamu Labio-1.

Kegunaan dilakukannya penelitin ini yaitu agar dapat diaplikasikan pada

masyarakat cara pembuatan pupuk kompos dari imbangan feses ayam dan limbah

jamu Labio-1, sehingga masyarakat dapat mengolah limbah menjadi sesuatu yang

bermanfaat.

2
TINJAUAN PUSTAKA

Penggunaan Feses Ayam Pada Pembuatan Kompos

Feses ayam merupakan salah satu limbah yang dihasilkan baik ayam petelur

maupun ayam pedaging yang memiliki potensi yang besar sebagai pupuk organik.

Komposisi feses ayam sangat bervariasi tergantung pada sifat fisiologis ayam,

ransum yang dimakan, lingkungan kandang termasuk suhu dan kelembaban. Feses

ayam merupakan salah satu bahan organik yang berpengaruh terhadap sifat fisik,

kimia dan pertumbuhan tanaman. Feses ayam mempunyai kadar unsur hara dan

bahan organik yang tinggi serta kadar air yang rendah. Setiap ekor ayam kurang

lebih menghasilkan ekskreta per hari sebesar 6,6% dari bobot hidup (Wulandari,

2011).

Feses ayam memiliki kandungan unsur hara Phospor 0,80%, dan Kalium

0,40% dan kadar air 55% (Lingga, 1999). Hasil analisis yang dilakukan oleh

Suryani dkk (2010), bakteri yang ditemukan pada feses ayam antara lain

Lactobacillus achidophilus, Lactobacillus reuteri, Leuconostoc mensenteroide

dan Streptococcus thermophilus, sebagian kecil terdapat Aktinomycetes dan

kapang. Menurut Pangaribuan dkk, (2012), pupuk feses ayam memiliki

kandungan unsur hara N, P dan K yang lebih banyak dari pada pupuk kandang

jenis ternak lainnya karena kotoran padat pada ternak unggas tercampur dengan

kotoran cairnya.

Raihan (2000), menyatakan bahwa penggunaan bahan organik feses ayam

mempunyai beberapa keuntungan antara lain sebagai pemasok hara tanah dan

meningkatkan retensi air. Apabila kandungan air tanah meningkat, proses

perombakan bahan organik akan banyak menghasilkan asam-asam organik. Anion

3
dari asam organik dapat mendesak fosfat yang terikat oleh Fe dan Al sehingga

fosfat dapat terlepas dan tersedia bagi tanaman. Penambahan kotoran ayam

berpengaruh positif pada tanah masam berkadar bahan organik rendah karena

pupuk organik mampu meningkatkan kadar P, K, Ca dan Mg tersedia.

Menurut Subroto (2009), bahwa pemberian pupuk feses ayam dapat

memperbaiki struktur tanah yang sangat kekurangan unsur organik serta dapat

memperkuat akar tanaman . Itulah sebabnya pemberian pupuk organik kedalam

tanah sangat diperlukan agar tanaman y ang tumbuh di tanah itu dapat tumbuh

dengan baik. Dari kenyataan yang ada bahwa banyak masyarakat yang

berpendapat khususnya petani bahwa kotoran ayam sangat baik jika diberikan

pada tanaman jagung manis namun harus menggunakan dosis dan tata cara

tertentu menurut banyak orang, selain manfaat manfaatnya yang besar kotoran

ayam sangat mudah diperoleh karena tidak sebanyak orang yang memelihara sapi

ataupun kambing yang kotoranya sama- sama dijadikan pupuk organik.

Menurut Harsono (2009), kotoran ayam dapat di gunakan sebagai pupuk

organik untuk berbagai komoditas tanaman. Salah satunya adalah tanaman jagung

manis karena dapat merangsang pertumbuhan tanaman, serta menambah

kesuburan tanah yang akan berdampak pada kesuburan tanaman itu sendiri.

Menurut Ali (2001), feses ayam merupakan feses yang di keluarkan oleh

ayam sebagai proses makanan yang disertai urine dan sisa-sisa makanan lainya.

Marsono (2001) menyatakan bahwa pupuk kunci dari kesuburan tanah karena

berisi satu atau lebih dari unsur untuk menggantikan unsur yang habis diserap

tanaman.

4
Proses Pengomposan dan Hal-Hal yang Mempengaruhinya

Fase mesofilik, pada kisaran waktu 2-3 hari di awal proses pengkomposan,

senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh

mikroorganisme mesofil (Cooperband, 2000). Temperatur tumpukan kompos

mulai meningkat pada fase ini. Proses penguraian akan diawali oleh bakteri

mesofil ysng berperan mendekomposisi senyawa-senyawa yang mudah terurai

(U.S. Environmental Protection Agency, 1994). Bakteri yang bekerja optimum

pada kisaran temperatur 35-450C tersebut akan bekerja menguraikan gula

sederhana menjadi asam organik volatil seperti asam asetat dan asam laktat

(Hoornweg et al., 1999).

Fase termofilik, ketika temperatur mencapai 45 oC, mikroorganisme

mesofilik mati. Proses dekomposisi dilanjutkan oleh mikroorganisme termofilik

yang bekerja pada kisaran temperatur 45-70OC untuk menguraikan asam organik

yang dihasilkan pada tahap mesofilik, senyawa karbohidrat kompeks dan protein

(Hoornweg, 1999).

Pada fase termofilik, actinomycetes jumlahnya terus bertambah karena

bakteri ini tahan terhadap panas, sebagian bakteri ini mampu merombak selulosa.

Sementara jamur termofilik yang hidup pada kisaran temperatur 40-60oC akan

merombak hemiselulosa dan selulosa. Proses penguraian bahn organik yang

sangat aktif dapat terjadi dalam fase ini sehingga reaksi penguraian berjalan cepat

(Sriharti dan Salim, 2010).

Fase pendinginan, setelah sebagian besar bahan organik telah terurai atau

kadar O2 pada tumpukan kompos menjadi rendah, temperatur tumpukan kompos

berangsur-angsur mengalami penurunan akibat terjadinya penurunan aktivitas

5
mikroorganisme hingga mencapai kisaran mesofilik (Sriharti dan Salim,

2010).Temperatur akan turun kembali dalam tahap ini hingga mencapai kisaran

370C (Cooperband, 2000).

Fase pematangan, senyawa organik akan terus didekomposisi hingga

menghasilkan humus yang stabil (Cooperband, 2000). Proses dekomposisi dalam

tahap ini didominasi oleh jamur dan actinomycetes sehingga laju pengkomposan

berjalan lebih lambat. Konsumsi O2 yang diperlukan proses ini pun lebih rendah

(Hoornweg et al., 1999). Pada fase ini, sebagian hara sudah tersedia untuk

tanaman. Konsentrasi vitamin, antibiotik, serta konsentrasi bakteri tanah dan

jamur juga menjadi lebih tinggi ( Ruskandi, 2006). Tidak ada waktu pasti untuk

pematangan. Proses pematangan kompos beragam tergantung bahan baku, cuaca

dan metode pengkomposan yang dilakukan. Proses pematangan cepat berlangsung

selama 2-6 bulan pada kondisi tersebut. Penambahan aktivator dapat menyingkat

waktu pematangan hingga hanya menjadi 20-40 hari (Cooperband, 2000).

Gambaran Umum Limbah Jamu Labio-1 dari Ramuan Herbal

Pembuatan jamu ternak Labio-1 menggunakan 12 macam ramuan herbal

yaitu 12 macam ramuan herbal dicuci bersih, kemudian diiris tipis dan dihaluskan

menggunakan mesin, ramuan herbal yang digling dicampur air secukupnya,

digiling sampa semua bahan halus, setelah semua bahan halus dan tercampur rata

ditambahkan 1 liter molases, 1 liter EM4 dan air sumur untuk mengencerkan

molases, kemudian diaduk sampai homogen, ramuan herbal dimasukkan dalam

jerigen 20 liter dan diutup rapat jamu ternak Labio-1 difermentasi selama 2

minggu sampai tidak terbentuk gas. Gas yang terbentuk selama proses fermentasi

dikeluarkan dengan membuka tutup jerigen, setelah itu ditutup rapat kembali,

6
setelah fermentasi jamu ternak Labio 1 disaring sehingga menghasilkan jamu

ternak Labio-1 dan ampas nya limbah jamu Labio-1 dibuat pupuk kompos

(Agustina,2006).

Ramuan herbal telah sejak dahulu dikenal oleh masyarakat Indonesia

sebagai obat maupun untuk memperbaiki metabolisme. Penggunaan berbagai

bahan ramuan herbal untuk manusia juga ampuh menekan berbagai penyakit pada

ternak, namun fakta ilmiah belum banyak mengungkapkannya. Perbaikan

metabolisme melalui pemberian ramuan herbal secara tidak langsung akan

meningkatkan performans ternak melalui zat bioaktif yang dikandungnya. Dengan

demikian ternak akan lebih sehat karena memiliki daya tahan tubuh yang lebih

baik, dan menurut pengamatan peternak aroma daging dan telur ayam yang diberi

jamu tidak amis dibandingkan dengan ayam yang tidak diberi jamu (Zainuddin

dan Wakradihardja, 2001).

Temulawak merupakan tanaman asli Indonesia yang termasuk salah satu

jenis temu-temuan atau jahe-jahean. Kandungan kimia rimpang temu lawak

dibedakan atas tiga komponen besar, yaitu fraksi pati, fraksi kurkuminoid dan

fraksi minyak atsiri (Rahayu dan Budiman, 2008).

Bawang putih mengandung alisin berfungsi sebagai antibiotik alami yang

sanggup membasmi berbagai mikroba (Syamsiah dan Tajuddin, 2005), minyak

atsirinya mengandung daya antiseptika (Sundari et al., 1992) serta

menyembuhkan berbagai jenis penyakit (Hernani dan Yuliani, 1992).

Daun kemangi mengandung komponen non gizi antara lain senyawa

flavonoid dan eugenol, arginin, anetol, boron, dan minyak atsiri. Flavonoid dan

7
eugenol berperan sebagai antioksidan, yang dapat menetralkan radikal bebas,

menetralkan kolesterol dan bersifat antikanker (Sastroamidjojo, 2001).

Minyak atsiri dari daun sirih mengandung minyak terbang (betIephenol),

seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan kavikol yang memiliki daya

mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, anti jamur.

Kunyit merupakan tanaman herbal dan tingginya dapat mencapai 100 cm.

Batang kunyit semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dan berwarna hijau

kekuningan. Bagian tanaman yang digunakan adalah rimpang atau akarnya.

Rimpang kunyit mengandung minyak atsiri dan mengandung kurkumin

(Mahendra, 2005).

Menurut Nursal dkk, (2006) bahwa jahe juga mengandung senyawa

flavonoid, fenol, terpenoid. Tanaman sereh (Adropogon nardus) dikenal dengan

nama tanaman sereh. Kadar air batang sereh yaitu 76,78%, kadar abu 0,79%, dan

kadar minyak atsiri 0,25%. Vitamin A berkisar 0,1 IU/100 g, vitamin B berkisar

0,8 mg dan vitamin C sekitar 4 mg. Serai tidak mengandung kolesterol berbahaya

atau lemak. kandungan minyak atsiri yang terdapat dalam serai sebesar 0,25%.

Serai memiliki aroma yang cukup tajam dikarenakan serai mengandung minyak

atsiri dengan komponen utamanya sitronelol dan geraniol (Agusta, 2000)

Lengkuas mengandung minyak atsiri berwarna hijau kekuningan dan

berbau khas. Minyak atsiri ini terdiri atas bahan metal sinamat 48 %, cineol 20 %-

30 %, kamfer, d-alfa-pinen, galangin, dan eugenol 3 %-4 % (Muhlizah, 1999).

Ekstrak lengkuas (suku Zingiberaceae) dilaporkan dapat menghambat

pertumbuhan mikroba, diantaranya bakteri Escherchia coli, Bacillus subtilis,

8
Staphylococcus aureus, jamur Neurospora sp., Rhizopus sp. dan Penicillium sp.

(Nursal dkk, 2006).

Zat yang terkandung di dalam rimpang temu hitam hebal ini adalah minyak

atsiri (sineol, kamfer, d-borneol, d-pinen, seskuiterpene, zingiberen, kurkumin,

zedoarin), rhisoma pati (hanya ada sesudah musim kemarau) (Hutapea dan

syamsuhidayat, 2001).

Bawang merah mengandung protein serta kaya akan kalsium dan

ribovalvin. Bawang merah dewasa mengandung protein 1,2%, lemak 0,1%, serat

0,6%, mineral 0,4%, dan karbohidrat 11,1% per 100 g (Syukur, 2005).

Kencur mengandung pati (4,14 %), mineral (13,73 %), dan minyak atsiri

(0,02 %) berupa sineol, asam metil kanil dan penta dekaan, asam cinnamic, ethyl

aster, asam sinamic, borneol, kamphene, paraeumarin, asam anisic, alkaloid dan

gom. Kencur segar mengandung antibakteri walau cuma sedikit.Temu kunci,

merupakan ramuan herbal yang dapat dijadikan sebagai obat tradisional karena

mengandung berbagai zatbioaktif (Sastroamidjojo, 2001).

Kandungan Phospor (P) dan Kalium (K) Pada Kompos dan Tanaman

Penambahan pupuk organik dapat meningkatkan kandungan C-organik

tanah. Peningkatan C-organik disebabkan adanya ketersediaan bahan organik

dalam tanah yang cukup bagi tanaman (Rohyanti dkk, 2011). Menurut Stoffella

dan Khan (2001), kompos memiliki banyak keunggulan diantaranya kandungan

unsur hara makro maupun hara mikronya yang lengkap. Menurut Pangaribuan

dkk, (2012), pupuk feses ayam memiliki kandungan unsur hara N, P dan K yang

lebih banyak daripada pupuk kandang jenis ternak lainnya karena kotoran padat

pada ternak unggas tercampur dengan kotoran cairnya.

9
Feses ternak sebagai limbah ternak banyak mengandung unsur hara makro

seperti Nitrogen (N), Phospor (P2O5), Kalium (K2O) dan Air (H2O). Meskipun

jumlahnya tidak banyak, dalam limbah ini juga terkandung unsur hara mikro

diantaranya Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Tembaga (Cu), Mangan (Mn), dan

Boron (Bo). Banyaknya kandungan unsur makro pada feses ternak membuat

penggunaannya hanya dilakukan pada saat pemupukan dasar saja. Hal ini erat

kaitannya dengan jumlah unsur makro yang dibutuhkan tanaman yang tidak boleh

melebihi rasio (Setiawan dan Ade, 2002).

Dalam proses pertumbuhan tanaman, unsur K merupakan salah satu unsur

hara makro primer yang diperlukan tanaman dalam jumlah banyak , selain unsur

N dan P. Unsur K diserap tanaman dari dalam tanah dalam bentuk ion K+.

Kandungan unsur K pada jaringan tanaman sekitar 0,5 - 6% dari berat kering.

Manfaat unsur K bagi tanaman yaitu sebagai aktivator enzim, membantu

penyerapan air dan unsur hara dari tanah oleh tanaman dan membantu transportasi

hasil asimilasi dari daun ke jaringan tanaman. Kalium juga berfungsi menambah

ketahanan tanaman terhadap penyakit tertentu dan meningkatkan sistem

perakaran, kalium cenderung menghalangi efek rebah (lodging) tanaman, kalium

penting untuk perkembangan klorofil (Soegiman, 1982).

Unsur P (Phospor) juga merupakan salah satu unsur hara makro primer

sehingga diperlukan tanaman dalam jumlah banyak untuk tumbuh dan

berproduksi. Konsentrasi unsur P dalam tanaman berkisar antara 0,1-0,5% lebih

rendah daripada unsur N dan K (Hardjowigeno, 2003).

Keberadaan unsur P berfungsi sebagai penyimpan dan transfer energi

untuk seluruh aktivitas metabolisme tanaman, sehingga dengan adanya unsur P

10
maka tanaman akan merasakan manfaat sebagai berikut: memacu pertumbuhan

akar dan membentuk sistem perakaran yang baik, menggiatkan pertumbuhan

jaringan tanaman yang membentuk titik tumbuh tanaman, memacu pembentukan

bunga dan pematangan buah/biji, sehingga mempercepat masa panen,

memperbesar persentase terbentuknya bunga menjadi buah, menyusun dan

menstabilkan dinding sel, sehingga menambah daya tahan tanaman terhadap

serangan hama penyakit (Hardjowigeno, 2003)

Hipotesis

Diduga dengan imbangan feses ayam dan limbah jamu Labio-1 yang

sesuai dapat meningkatkan kadar phospor dan kalium kompos tersebut.

11
METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai April 2017 dengan dua

tahap yaitu tahap pertama dilakukan pembuatan kompos dilaksanakan di

Laboratorium Valorisasi Pakan dan Limbah, Fakultas Peternakan Universitas

Hasanuddin, Makassar. Tahap kedua yaitu analisis phospor, dan kalium pada

kompos dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Fakultas

Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Materi Penelitian

Bahan yang digunanakan dalam penelitian ini adalah feses ayam

(kandungan phospor 0,16% dan kalium 0,60%), limbah jamu Labio-1 (kandungan

phospor 0,38% dan kalium 0,59%), air bersih, kantong plastik untuk menyimpan

kompos, bahan kimia untuk analisis phospor dan kalium.

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu, sekop, talanan, ember,

timbangan, pengaduk, termometer, alat pengukur pH, neraca analitik serta alat

yang digunakan untuk analisis phospor dan kalium.

Metode Penelitian

Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (Gazper,

1994), terdiri atas 5 perlakuan, setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali,

perlakuan dalam penelitian ini sebagai berikut:

P0: Feses ayam 100 %, limbah jamu Labio-1 0 %


P1 : Feses ayam 75 %, limbah jamu Labio-1 25 %
P2 : Feses ayam 50 %, limbah jamu Labio-1 50 %
P3 : Feses ayam 25 %, limbah jamu Labio-1 75 %
P4: Feses ayam 0 %, limbah jamu Labio-1 100 %

12
Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan 2 tahap, tahap pertama yaitu pembuatan pupuk

kompos, tahap kedua analisis kandungan phospor dan kalium. Langkah pertama

pembuatan pupuk kompos yaitu mengumpulkan feses ayam dan limbah jamu

Labio-1, selanjutnya dilakukan penimbangan bahan sesuai dengan perlakuan

(feses ayam dan limbah jamu Labio-1), kemudian dicampur sampai homogen,

setelah feses ayam dan limbah jamu ternak tercampur merata dengan kadar air

60% (Mulyani, 2014), kemudian dimasukkan ke dalam plastik yang telah

dilubangi sebanyak 1 kg dan dilakukan pengadukan, pengukuran pH dan suhu

perlakuan untuk mengetahui pengaruh pH dan suhu pada proses pengomposan.

Analisis Phospor dan Kalium

Untuk menentukan kadar Phospor dan Kalium menggunakan metode analisis

menurut Analysis Of the Association Chemist, (1990).

Penentuan Kadar Phospor

1. Cawan porselin yang telah bersih di ovenkan pada suhu 1050C selama 2 jam

2. Dinginkan dalam eksikator selama ½ jam kemudian ditimbang (a gram)

3. Kedalam cawan porselin ditimbang kurang lebih 1 gram contoh (cawan

porselin + contoh = b gram)

4. Cawan porselin bersama contoh dalam penetapan kadar air dimasukkan

kedalam tanur listrik

5. Suhu tanur diatur hingga 600 oC, kemudian dibiarkan 3 jam sampai menjadi

abu

6. Biarkan agak dingin kemudian masukkan kedalam eksikator selama ½ jam

13
7. Abu (dari hasil analisa kadar abu) ditambahkan dengan 5 ml HCl pekat

kemudian diencerkan dengan air suling sampai setengah cawan porselin

8. Kemudian diuapkan sampai volumenya mencapai 10 ml

9. Biarkan agak dingin, kemudian dituang dalam labu ukur 100 ml melalui

corong yang dilapisi kertas saring sambil dibilas dengan aquades (Air

pembilas dimasukkan kedalam labu ukur)

10. Kertas saring dibilas sampai tetes terakhir bebas dari asam

11. Larutan dalam labu ukur dihimpitkan dengan tanda garis, kemudian dikocok

sampai campuran merata

12. Pipet 1 ml larutan tersebut dan masukkan kedalam labu ukur 500 ml.

Kemudian tambahkan 20 ml aquades dan 3 ml larutan amonium molibdat

serta 5 ml larutan vitamin C

13. Himpitkan pada tanda garis lalu dikocok sampai tercampur rata

14. Dibiarkan selama 30 menit, selanjutnya dimasukkan kedalam tabung reaksi

dan diamati absorbsinya pada spektrofotometer (panjang gelombang = 570

mikro meter)

Kadar Phospor (%) = (A x 7,18) – 0,0392 x 500


Berat Sampel (mg)

Keterangan :

A = Pembacaan spektro (absorbance)


10,97 = Nilai Regresi (nilai ketetapan)
0,0474= Nilai regresi (nilai ketetapan)

14
Penentuan Kadar Kalium

1. Cawan porselin yang telah bersih di ovenkan pada suhu 105oC selama 2 jam.

2. Dinginkan dalam eksikator selama ½ jam kemudian ditimbang (a gram) .

3. Kedalam cawan porselin ditimbang kurang lebih 1 gram contoh (cawan

porselin + contoh = b gram).

4. Cawan porselin bersama contoh dalam penetapan kadar air dimasukkan

kedalam tanur listrik .

5. Suhu tanur diatur hingga 600 oC, kemudian dibiarkan 3 jam sampai menjadi

abu.

6. Biarkan agak dingin kemudian masukkan kedalam eksikator selama ½ jam.

7. Abu dalam cawan porselin ditambahkan 3 ml HCl pekat.

8. Encerkan dengan air suling, dengan volume lebih kurang ½ cm, dari dinding

atau cawan dan biarkan bermalam.

9. Tuangkan kedalam labu ukur 100 ml melalui corong yang dilengkapi dengan

kertas saring.

10. Bilas dengan air suling hingga volume mendekat 100 ml.

11. Himpitkan sampai tanda garis kemudian kocok hingga homogen.

12. Diinjek kedalam alat AAS (Atomic Absorbsi Spectofotometer)

Kadar Kalium = Absorban + 0,008 x Faktor K x Faktor Pengencer


0,041

15
Pengolahan Data

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) dengan model matematika sebagai berikut:

Yij= μ + τI+ ϵij

Keteragan :

Yij = Nilai pengamatan dengan perlakuan ke-i (1,2,3,4,5) dan ulangan ke-j

(1,2,3,4)

µ = Rata-rata pengamatan

Τi = Pengaruh perlakuan ke-i (1,2,3,4 dan 5)

ϵij = Pengaruh perlakuan ke-i dan ke-j

Pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diukur, dianalisis secara statistik

dengan bantuan software SPSS Vers. 16,0. Jika memperlihatkan pengaruh nyata,

maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Gomez dan Gomez, 2010).

16
HASIL DAN PEMBAHASAN

Kandungan Phospor pada Kompos dengan Imbangan Feses Ayam dan


Limbah Jamu Labio-1

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa imbangan feses ayam dan limbah

jamu Labio-1 terhadap kandungan phospor kompos memberikan pengaruh yang

sangat nyata terhadap kandungan phospor (p<0,01). Hasil uji Duncan

menunjukkan bahwa kandungan phospor P0 tidak berbeda dengan P1, tetapi

berbeda dengan P2, P3 dan P4 (Lampiran 1).

% Phospor
0.40
0.35
0,35c
0.30 0,33c
0,30b 0,29ab
0.25 0,28a
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
P0 P1 P2 P3 P4

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada grafik menunjukkan perbedaan yang nyata
Gambar 1: Rataan kandungan phospor pada kompos imbangan feses ayam dan
limbah jamu ternak dari perlakuan P0(Feses ayam 100%, limbah
jamu Labio-1 0%), P1(Feses ayam 75%, limbah jamu Labio-1 25%),
P2(Feses ayam 50%, limbah jamu Labio-1 50%), P3(Feses ayam
25%, limbah jamu Labio-1 75%), P4(Feses ayam 0%, limbah jamu
Labio-1 100%)

Hasil penelitian hasil kandungan phospor 0,28%-0,35%, kandungan

phospor yang tertinggi terdapat pada perlakuan P0 (Feses Ayam 100%), hasil ini

menunjukkan bahwa semakin banyak imbangan feses ayam maka semakin tinggi

17
kandungan phospor, ini disebabkan karena feses ayam memiliki kandungan

phospor lebih tinggi jika dibandingkan dengan phospor limbah jamu Labio-1,

sesuai dengan pendapat Pangaribuan dkk, (2012), pupuk feses ayam memiliki

kandungan unsur hara N, P dan K yang lebih banyak daripada pupuk kandang

jenis ternak lainnya karena kotoran padat pada ternak unggas tercampur dengan

kotoran cairnya. Feses ternak sebagai limbah ternak banyak mengandung unsur

hara makro seperti Nitrogen (N), Phospor (P2O5), Kalium (K2O) dan Air (H2O).

Meskipun jumlahnya tidak banyak, dalam limbah ini juga terkandung unsur hara

mikro diantaranya Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Tembaga (Cu), Mangan

(Mn), dan Boron (Bo). Banyaknya kandungan unsur makro pada feses ternak

membuat penggunaannya hanya dilakukan pada saat pemupukan dasar saja

Hasil penelitian ini kandungan phospor perlakuan P0 (0,35%) lebih tinggi

dibandingkan dengan penelitian Lingga dan Marsono, (2013) yang memperoleh

kandungan phospor pada kompos feses ayam yaitu 0,8 %.

Kandungan Kalium pada Kompos dengan Imbangan Feses Ayam dan


Limbah Jamu Labio-1

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa imbangan feses ayam dan limbah

jamu ternak terhadap kandungan kalium kompos memberikan pengaruh yang

sangat nyata terhadap kandungan kalium (p<0,01). Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa P0 berbeda dengan P1, tetapi P2, P3, dan P4 tidak berbeda (Lampiran 2).

18
% Kalium
2.40

2.30
2,29c
2.20 2,26c
2,22bc
2.10 2,15b
2.00

1.90 1,96a

1.80

1.70
P0 P1 P2 P3 P4

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada grafik menunjukkan perbedaan nyata


Gambar 2 : Rataan kandungan kalium pada kompos imbangan feses ayam dan
limbah jamu Labio-1 dari perlakuan P0(Feses ayam 100%, limbah
jamu Labio-1 0%), P1(Feses ayam 75%, limbah jamu Labio-1 25%),
P2(Feses ayam 50%, limbah jamu Labio-1 50%), P3(Feses ayam
25%, limbah jamu Labio-1 75%), P4(Feses ayam 0%, limbah jamu
Labio-1 100%)

Hasil penelitian diperoleh bahwa perlakuan yang tertinggi yaitu pada P4

(Limbah jamu ternak 100 %) yaitu 2,29% dan paling rendah terdapat pada pada

perlakuan P0 (Feses ayam 100 %) yaitu 1,96%. Pada Gambar 2. dapat dilihat

bahwa semakin banyak limbah jamu Labio-1 pada kompos maka kandungan

kalium semakin tinggi dan bahkan limbah jamu ternak lebih baik dijadikan pupuk

kompos dibandingkan dengan feses ayam karena pada perlakuan P4 kandungan

kaliumnya lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P0.

Hal ini disebabkan karena pada limbah jamu Labio-1 mengandung bawang

merah yang kaya akan kalsium, sesuai pendapat Syukur, (2005) yang menyatakan

bahwa bawang merah mangandung protein serta kaya akan kalsium dan ribovlavin.

Sedangkan molases mengandung kalium, senyawa nitrogen, dan fosfat sehingga

19
dapat dimanfaatkan sebagai pupuk (Potter dalam Wibowo dkk., 2003). Limbah

cair hasil pengolahan fermentasi tetes tebu (molases) masih mengandung unsur-

unsur hara seperti C 38,43%, N 4,28%, P2O5 1, 18% dan K2O 0,99% (Suriadikarta

dan Setyorini,2005). Kandungan kalium yang diperoleh pada penelitian ini

yaitu:1,96-2,29% lebih tinggi jika dibanding dengan penelitian Harjowigeno,

(2003) yang memperoleh kandungan kalium pada kompos feses ayam yaitu 0,4

%. Hasil ini menunjukkan bahwa kompos yang berasal dari limbah jamu Labio-1

mempunyai kalium yang berkualitas tinggi dari kompos feses ayam.

20
PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semakin banyak

persentase limbah jamu Labio-1 pada pembuatan pupuk kompos, maka semakin

menurun pula kandungan phospor kompos dan semakin tinggi persentase limbah

jamu Labio-1 pada kompos maka semakin tinggi pula kalium kompos.

Kandungan phospor yang diperoleh 0,35% - 0,28% tertinggi pada perlakuan P0

(100% Feses Ayam), dan kandungan kalium yang diperoleh 1,96% - 2,29%,

kandungan tertinggi pada perlakuan P4 (Limbah jamu Labio-1 100%).

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji penggunaan kompos

dengan imbangan feses ayam 100% (P0) dan limbah jamu 100% (P4) untuk

mengetahui pengaruh kompos tersebut, jika diaplikasikan ke tanaman hijauan

pakan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Agusta, Andria. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. ITB Press.
Bandung. 1-7.

Agustina, Laily. 2006. Penggunaan Ramuan Herbal Sebagai Feed Additive untuk
Meningkatkan Performans Broiler. Lokakarya Nasional Inovasi
Teknologi Dalam Mendukung Usaha ternak Unggas Berdaya saing. 47-
52.

Ali. 2001. Pemupukan menggunakan Feses Ayam. Penebar Swadaya. Jakarta

Association Of Agriculture Chemist. 1990. Official Methods of Analysis of the


Association of Agriculture Chemist A.O.A.C, Washington D.C.

Cooperband, L.R. 2000. Composting: Art and Science of Organic Waste


Conversion to a Valuable Soil Resource. Laboratory Medicine 31 (6):
203-209.

Gazper, V. 1994. Metode Rancangan Percobaan. CV. Armico. Bandung.

Gomez, K.A.,A.A. Gomez. 2010. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian


(Terjemahkan) Endang Sjamsuddin dan J.S. Baharsjah. Edisi Kedua. UI
Press. Jakarta.

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta.

Harsono, 2009. Kapita Selekta Neurologi. Cetakan ketujuh. Yogyakarta. Gadjah


Mada University Press

Hernani dan S. Yuliani. 1992. Peranan Sirih sebagai Obat Tradisional. Warta
Tumbuhan Obat Indonesia. Prosiding Seminar Sirih 1991. Kelompok
Kerja Nasional Tumbuhan Obat Indonesia 1 (1) :13-14.

Hoornweg, D., I. Thomas, L. Otten. 1999. Compositing and Its Applicabilitity in


Developing Countries. Urban Development Division The World Bank
Washington DC.

Lingga, P. 1999. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mahendra, B. 2005. 13 Jenis Tanaman Obat Ampuh. Cetakan 1. Penebar


Swadaya. Jakarta.

Marsono. 2001. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasinya. Penebar Swadaya. Jakarta.

Marsono. 2003. . Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

22
Muhlizah, F. 1999. Temu-Temuan dan Empun Budidaya dan Manfaatnya.
Kanisius. Yogyakarta.

Mulyani. 2014. Pengembangan Model Pengomposan di RW X Paten Gunung,


Kelurahan Rejowinangun Selatan. Kota Magelang. Laporan Penelitian
Akademi Teknik Tirta Wiyata.

Nursal, Wulandari S., dan Juwita W.S. 2006. Bioaktivitas Ekstrak Jahe
(Zingiber officinale Roxb.) Dalam Menghambat Pertumbuhan Koloni
Bakteri Escherichiacoli dan Bacillus subtilis. Jurnal Biogenesis 2 (2) : 64
-66.

Pangaribuan DH, Yasir M, Utami NK. 2012. Dampak Bokashi Kotoran Ternak
dalam Pengurangan Pemakaian Pupuk Anorganik pada Budidaya
Tanaman Tomat. J. Agron. Indonesia 40 (3): 204-210.

Potter. 2003. Penggunaan Molases.Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.

Rahayu dan Budiman. 2008. Pemanfaatan Tanaman Tradisional Sebagai Feed


Additive dalam Upaya Menciptakan Budidaya Ayam Lokal Ramah
Lingkungan. Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan
Ayam Lokal.

Raihan, H.S. 2000. Pemupukan NPK dan Ameliorasi Lahan Pasang Surut Sulfat
Masam Berdasarkan Nilai Uji Tanah Untuk Tanaman Jagung. J. Ilmu
Pertanian 9 (1): 20-28.

Rohyanti, Muchyar dan Hayani, NI. 2011. Pengaruh pemberian bokashi jerami
padi terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman tomat di tanah podsolik
merah kuning. Jurnal Wahana-Bio 4 (2) : 82-106.

Ruskandi. 2006. Pembuatan Kompos Limbah Kebun Pertanaman Kelapa


Polikultur . Buletin Teknik Pertanian 11 (1): 33-36.

Sastroamidjojo, S. 2001. Obat Asli Indonesia. Cetakan keenam. Dian Rakyat.


Jakarta.

Setiawan, Ade Iwan. 2002. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Penebar


Swadaya. Jakarta.

Soegiman. 1982. Ilmu tanah Terjemahan. Bratara Karya Aksara. Jakarta.

Sriharti dan T. Salim. 2010. Pemanfaatan Sampah Tanam (Rumput-Rumputan)


Untuk Pembuatan Kompos. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia
“Kejuangan” Yogyakarta, 26 Januari 2010.

Stoffella, P.J.and B.A. Khan. 2001. Compost Utilization in Horticultural Cropping


System. Lewis Publisher. London.

23
Subroto. 2009. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Bandung. Pustaka
Buana.

Suriadikarta, D.A. dan D. Setyorini. 2005. Laporan Hasil Penelitian Standar


Mutu Pupuk Organik. Balai Penelitian Tanah. Bogor.

Syamsuhidayat, S. S., J. R. Hutapea. 2001. Inventaris Tanaman Obat Indonesia I.


Jilid 2. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik
Indonesia. Jakarta.15-16.

Syukur C. 2005. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Penebar Swadaya. Jakarta

U.S. Environmental Protection Agency.1994. Composting Yard Trimmings and


Municipal Solid Waste. Office of Solid Waste and Emergency Responser.

Wulandari V. 2011. Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk Kandang Ayam


Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Rosella (Hibiscus sabdariffa
L.) di Tanah Ultisol. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Andalas.
Padang.

Zainuddin, D dan E. Wakradihardja. 2001. Racikan Ramuan Tanaman Obat


Dalam Bentuk Larutan Jamu Dapat Meningkatkan Kesehatan Hewan Serta
Produktifitas Ternak Ayam Buras. Seminar Nasional Tumbuhan Obat
Indonesia XIX. April 2001. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.
Bogor.

24
Lampiran 1. Imbangan Feses Ayam dan Limbah Jamu Labio-1 Terhadap
Kandungan Phospor Kompos

ANOVA
Phospor
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .014 4 .003 24.582 .000
Within Groups .002 15 .000
Total .016 19

phospor
Duncan
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2 3
P4 4 .2750
P3 4 .2925 .2925
P2 4 .2975
P1 4 .3300
P0 4 .3475
Sig. .055 .561 .055

25
Lampiran 2. Imbangan Feses Ayam dan Limbah Jamu Labio-1 Terhadap
Kandungan Kalium Kompos

ANOVA
Kalium
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .279 4 .070 17.174 .000
Within Groups .057 14 .004
Total .336 18

Kalium
Duncan
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2 3
P0 4 1.9550
P1 4 2.1475
P2 4 2.2200 2.2200
P3 4 2.2625
P4 3 2.2967
Sig. 1.000 .142 .140

26
Lampiran 3. Diagram alir pembuatan limbah jamu Labio-1

12 macam ramuan dicuci bersih , kemudian


diiris iris, dan dihaluskan menggunakan mesin
penggiling

Ramuan herbal yang digiling dicampur dengan


air secukupnya, digiling sampai semua bahan
halus

Setelah semua bahan halus dan tercampur rata


ditambahkan 1 liter molases, 1 liter EM4 dan air
sumur untuk mengencerkan molases , kemudian
diaduk sampai homogen

Memasukkan ramuan herbal dalam jerigen 20


liter dan ditutup rapat

Fermentasi selama 2 minggu sampai tidak


terbentuk gas. Gas yang terbentuk selama proses
dikeluarkan dengan membuka tutup jerigen,
setelah itu ditutup rapat kembali

Ramuan herbal disaring

Labio-1 Ampas
Jamu Ternak (Limbah Jamu Labio-1)

27
Lampiran4. Dokumentasi Kegiatan Penelitan Imbangan Feses Ayam dan
Limbah Jamu Labio-1 Terhadap Kandungan Phospor (P) dan
Kalium (K) Pada Kompos

(a)

(b)

(c)
Keterangan: Proses pembuatan kompos (a) Penjemuran feses ayam. (b) pen
campuran feses dan limbah jamu ternak serta penimbangan (c)
pengukuran pH dan suhu kompos.

28
(a)

(b)

(c)

Keterangan: (a) Kompos imbangan feses ayam dan limbah jamu labio-1 (b dan c)
analisis laboratorium kandungan phosfor dan kalium kompos

29
RIWAYAT HIDUP

Nirwana (I111 13 011) lahir di Mare, Kab. Bone pada

tanggal 04 Agustus 1995, anak pertama dari empat

bersaudara. Dibesarkan oleh orang tua Syamsuddin (Ayah)

dan Herniati (Ibu). Tingkat pendidikan dimulai dari TK

Mario Pulana, kemudian melanjutkan di SD Inpres 6/75

Tellu Boccoe (2007). Setelah lulus SD, melanjutkan di

SMP Negeri 1 Mare (2010), kemudian melanjutkan di SMA Negeri 1 Mare

(2013). Setelah menyelesaikan SMA, penulis melanjutkan pendidikan pada salah

satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Fakultas Peternakan, Universitas

Hasanuddin, melalui jalur SNMPTN pada tahun 2013 . Selama kuliah penulis

pernah menjadi salah satu asisten di laboratorium Ransum Unggas/Non

Ruminansia, Industri Pakan, dan Teknologi Pengolahan Pakan. Selain itu penulis

jpernah aktif menjadi pengurus di lembaga kemahasiswaan HUMANIKA

UNHAS tahun 2015-2016. Hingga akhirnya lulus Pendidikan Sarjana (S1)

Program studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin

Makassar pada Tahun 2017.

30

Anda mungkin juga menyukai