DWITAMI ANZHANY
Dwitami Anzhany
NIM D24150036
ABSTRAK
Kata kunci: minyak larva black soldier fly, asam laurat, in vitro
ABSTRACT
Key words: lipid-extracted black soldier fly larvae, lauric acid, in vitro, ruminant
EKSTRAKSI MINYAK ASAL LARVA BLACK SOLDIER FLY
(Hermetia illucens) DAN PEMANFAATANNYA
SEBAGAI PAKAN SUPLEMEN
DWITAMI ANZHANY
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
Puji dan syukur dipanjatkan atas kehadirat Allah SWT, sehingga atas
berkah, rahmat, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Ekstraksi Minyak Asal Larva Black Soldier Fly (Hermetia illucens) dan
Pemanfaatannya sebagai Pakan Suplemen”. Skripsi ini diajukan dan disusun
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan sarjana di Departemen Ilmu Nutrisi
dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari – April 2019.
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji suplementasi minyak asal
ekstraksi larva black soldier fly pada level 0% - 5% dalam ransum terhadap
karakteristik fermentasi dan kecernaan pakan secara in vitro. Dengan
dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sumbangsih ilmu
pengetahuan khususnya terkait bidang nutrisi pakan.
Dwitami Anzhany
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
MATERI DAN METODE 2
Lokasi dan Waktu Penelitian 2
Bahan 2
Alat 2
Prosedur Penelitian 2
Ekstraksi Kimia Larva Black Soldier Fly (Jayanegara et al. 2018) 2
Analisis Profil Asam Lemak 3
Pengambilan Cairan Rumen 3
Kecernaan In Vitro 3
Produksi Gas Total 3
Perhitungan Populasi Protozoa (Ogimoto dan Imai 1981) 4
Pengukuran pH Rumen 4
Pengukuran Konsentrasi VFA Total 4
Pengukuran Konsentrasi NH3 (Conway 1966) 4
Produksi Gas CH4 5
Pengukuran KCBK dan KCBO 5
Rancangan Percobaan 6
Model Percobaan 6
Analisis Data 6
Peubah yang Diamati 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Karakteristik Minyak Ekstraksi Larva Black Soldier Fly 6
Derajat Keasaman (pH) rumen 8
Populasi Protozoa Rumen 8
Amonia (NH3) Rumen 9
VFA Total Rumen 9
Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik 10
Produksi Gas Keseluruhan 11
SIMPULAN DAN SARAN 12
Simpulan 12
Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 13
LAMPIRAN 17
RIWAYAT HIDUP 23
UCAPAN TERIMA KASIH 23
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu larva black soldier fly,
pelarut n-hexan, cairan rumen, aquadest, rumput gajah, konsentrat sapi perah, dan
seperangkat bahan uji parameter in vitro.
Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu oven, seperangkat alat
ekstraksi soxhletasi, seperangkat alat analisis in vitro, software SPSS versi 20,
freezer, timbangan analitik, alat rotary evaporator, dan blender.
Prosedur Penelitian
Rendemen = x 100%
Kecernaan In Vitro
Percobaan secara in vitro dilakukan dengan menggunakan botol kaca
berisi 0.75 gram sampel (60% hijauan dan 40% konsentrat), minyak larva BSF
sesuai persentase sampel (b/b), 50 ml larutan buffer McDougall dan 25 ml cairan
rumen segar. Tabung lalu dikocok dan ditutup dengan tutup karet kemudian
disegel menggunakan crimper. Selanjutnya, tabung dimasukkan ke dalam
waterbath pada suhu 39oC untuk menciptakan kondisi menyerupai kondisi rumen
dan diinkubasi. Pada masa inkubasi 12 jam pertama, botol dikocok secara manual
setiap setengah jam sekali.
Inkubasi dilakukan selama 24 jam untuk pengukuran populasi protozoa,
pH, VFA total, konsentrasi NH3, KCBK dan KCBO. Setelah 24 jam, sampel
disentrifugasi untuk memisahkan antara padatan dengan supernatant. Selain itu,
pada botol terpisah dilakukan inkubasi selama 72 jam untuk pengukuran kinetika
produksi gas dan produki gas metana. Kinetika produksi gas diukur pada jam ke-
2, 4, 6, 8, 10, 12, 24, 48, dan 72.
Keterangan:
p : produksi gas kumulatif pada waktu t jam
e : eksponensial
t : jam inkubasi
a,b,c : konstanta dari persamaan eksponensial tersebut.
Konstanta dapat direpresentasikan sebagai: produksi gas dari fraksi
mudah larut (a); produksi gas dari fraksi yang tidak larut namun dapat
difermentasikan (b); laju reaksi pembentukan gas (c). sedangkan a+b dapat
diartikan sebagai produk gas maksimum yang dapat terbentuk selama
proses fermentasi pada waktu t mendekati tak hingga. Perhitungan
dilakukan dengan persamaan regresi nonlinear menggunakan SPSS versi
20.
Pengukuran pH Rumen
Pengukuran pH dilakukan pada sampel yang telah difermentasi selama 24
jam inkubasi yaitu pada masa akhir inkubasi dengan menggunakan pH meter.
Nilai pH yang diambil merupakan nilai pH yang konsisten ditunjukkan pada pH
meter.
( )
VFA total (mM) =
pada salah satu sisi sekat cawan dan 1 ml supernatant pada sisi sekat lainnya.
Pada bagian tengah diisi dengan 1 ml asam borat berindikator brom kresol green
dan methil red (BCG:MR), lalu cawan ditutup rapat dengan tutup bervaselin.
Kemudian, larutan Na2CO3 jenuh dan supernatant dicampurkan, lalu dibiarkan
selama 24 jam pada suhu kamar. Warna larutan asam borat akan berubah dari
merah cerah menjadi biru. Setelah 24 jam, dilakukan titrasi dengan larutan H2SO4
0.005 N hingga warna berubah menjadi merah cerah. Konsentrasi NH3 dihitung
berdasarkan:
N-NH3 (mM) =
CH4 (µl/gBOT) =
( ) ( ( ) ( ))
% KCBK = x 100%
( )
( ) ( ( ) ( ))
% KCBO = x 100%
( )
6
Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 6
perlakuan dan 3 kelompok waktu yang dilakukan duplo. Perlakuan yang
digunakan antara lain:
P1: Rumput gajah 60% + konsentrat sapi perah 40% (kontrol)
P2: Rumput gajah 60% + konsentrat sapi perah 40% + minyak larva BSF 1%
P3: Rumput gajah 60% + konsentrat sapi perah 40% + minyak larva BSF 2%
P4: Rumput gajah 60% + konsentrat sapi perah 40% + minyak larva BSF 3%
P5: Rumput gajah 60% + konsentrat sapi perah 40% + minyak larva BSF 4%
P6: Rumput gajah 60% + konsentrat sapi perah 40% + minyak larva BSF 5%
Model Percobaan
Model matematik pada percobaan yang digunakan dari rancangan ini
adalah:
Yij = μ + αi + βj+ εij
Keterangan:
Yij = Pengamatan perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
μ = Rataan umum
τi = Pengaruh perlakuan ke-i
βj = Pengaruh kelompok ke-j
εij = Error (galat) perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
Analisis Data
Data karakterisasi fermentasi dianalisa secara statistik menggunakan sidik
ragam (Analysis of Variance atau ANOVA). Perbedaan nyata diantara perlakuan
akan dilakukan uji lanjut Duncan. Analisis data menggunakan SPSS versi 20.
MCFA yang mendominasi minyak larva BSF adalah asam laurat (C12:0),
sebesar 21.4-49.3% (Tran et al. 2015). Sesuai dengan pernyataan tersebut,
berdasarkan hasil analisis didapatkan kandungan asam lemak tertinggi adalah
asam laurat (C12:0) sebesar 43.1306%. Selain asam laurat, tiga asam lemak
lainnya yang mengandung biomassa cukup tinggi antara lain asam oleat (C18:1),
8
asam miristat (C14:0) dan asam palmitat (C16:0). Karakteristik minyak larva BSF
berwarna kuning-coklat-kehijauan dengan sedikit endapan halus berwana putih
yang dapat dilihat pada suhu ruang. Hal ini dapat disebabkan dari kandungan
asam laurat yang tinggi. Asam laurat adalah asam lemak jenuh dengan
karakteristik titik lebur 44°C dan titik didih 225°C sehingga pada suhu ruang
berwujud padatan berwarna putih dan mudah mencair jika dipanaskan (Anggraeni
2014).
Tabel 2 Nilai pH dan populasi protozoa serta kandungan amonia (NH 3) dan VFA
total dan ransum suplementasi minyak larva black soldier fly pada
berbagai taraf
Parameter
pH Protozoa NH3 VFA Total
-1
Perlakuan (log sel ml ) (mM) (mM)
P1 6.7 ± 0.08 4.8 ± 0.22a 11.13 ± 0.79a 109.51 ± 24.97
P2 6.6 ± 0.05 4.6 ± 0.43a 10.79 ± 1.43a 109.76 ± 26.82
P3 6.6 ± 0.08 4.8 ± 0.28a 14.00 ± 1.22b 115.73 ± 29.17
b b
P4 6.6 ± 0.05 5.0 ± 0.21 12.98 ± 2.10 105.75 ± 14.21
P5 6.7 ± 0.09 5.0 ± 0.21b 14.62 ± 2.51b 101.84 ± 24.20
P6 6.7 ± 0.05 5.1 ± 0.16b 14.51 ± 2.44b 110.23 ± 52.49
Keterangan:
a, ab, b, bc, c
pada satu kolom, rataan dengan huruf superscript sama tidak berpengaruh nyata
(P > 0.05) dengan uji lanjut Duncan. P1= 0% suplementasi minyak larva BSF (kontrol); P2= 1%
suplementasi minyak larva BSF; P3= 2% suplementasi minyak larva BSF; P4= 3% suplementasi
minyak larva BSF; P5= 4% suplementasi minyak larva BSF; P6= 5% suplementasi minyak larva
BSF.
ini berada pada rentang 4.6-5.1 log sel ml-1 cairan rumen. Perhitungan tersebut
tidak berbeda jauh dengan jumlah populasi protozoa yang dilakukan oleh Soliva
et al. (2004) yaitu 4.34 (x 104 ml-1 ). Berdasarkan data pada Tabel 2, pemberian
suplementasi berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap populasi protozoa rumen dan
mempunyai hubungan linier positif terhadap peningkatan suplementasi minyak
larva BSF. Peningkatan suplementasi mulai memberikan pengaruh pada 3%
suplementasi (P4). Peningkatan suplementasi setelahnya tidak memberikan
pengaruh nyata (P>0.05). Penelitian menunjukkan bahwa asam laurat dalam
minyak larva BSF tidak terbukti mendefaunasi protozoa. Menurut Soliva et al.
(2004), suplementasi MCFA C12, C14, dan C18 tidak mempengaruhi pH dan
populasi protozoa dalam 24 jam inkubasi. Namun beberapa penelitian lain
menyebutkan bahwa MCFA mempunyai efek antiprotozoal yang kuat baik
diberikan dalam bentuk murni maupun produk ekstraksi minyak (Newbold et al.
2015). Adapun tidak terjadinya defaunasi protozoa pada penelitian ini
kemungkinan dapat disebabkan oleh asam lemak lain selain asam laurat yang
terkandung di dalam minyak larva BSF sebagaimana komposisi profil asam lemak
minyak larva BSF dapat dilihat pada Tabel 1.
kandungan VFA total sehingga tidak dapat menjelaskan secara pasti pengaruh
minyak larva BSF terhadap komposisi asam butirat, asam asetat dan asam
propionat dari VFA sampel. Namun, diduga terjadi peningkatan komposisi
propionate pada kandungan VFA sampel merujuk dari pernyataan Machmüller et
al. (2003), bahwa proporsi asam propionate meningkat pada ternak domba yang
diberi pakan minyak mengandung MCFA. Salah satu komponen asam lemak
dalam minyak larva BSF adalah asam laurat. Asam laurat mengubah jalur
pemanfaat hidrogen ke dalam beberapa kemungkinan, salah satunya yaitu
pembentukan asam propionat (Soliva et al. 2004). Selain itu, asam laurat juga
bersifat mengganggu aktivitas beberapa bakteri Gram positif namun kurang
berpengaruh pada bakteri Gram negatif (Henderson 1973). Hal tersebut secara
tidak langsung merubah komposisi bakteri rumen yang juga berdampak pada
fermentabilitas pakan (Machmüller et al. 2002).
Tabel 3 Hasil pengukuran kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik
ransum suplementasi minyak larva black soldier fly pada berbagai taraf
Perlakuan KCBK (%) KCBO (%)
P1 54.63 ± 6.13c 54.26 ± 6.45c
P2 52.88 ± 6.16bc 52.74 ± 5.96c
P3 49.73 ± 5.73ab 49.14 ± 5.93b
a
P4 48.15 ± 4.15 47.25 ± 4.03ab
P5 47.26 ± 4.93a 46.33 ± 5.04ab
a
P6 46.26 ± 7.06 45.24 ± 7.20a
Keterangan:
a, ab, b, bc, c
pada satu kolom, rataan dengan huruf superscript sama tidak berpengaruh nyata
(P > 0.05) dengan uji lanjut Duncan. P1= 0% suplementasi minyak larva BSF (kontrol); P2= 1%
suplementasi minyak larva BSF; P3= 2% suplementasi minyak larva BSF; P4= 3% suplementasi
minyak larva BSF; P5= 4% suplementasi minyak larva BSF; P6= 5% suplementasi minyak larva
BSF.
2017). Hal tersebut mengindikasikan bahwa asam lemak siap dimanfaatkan untuk
oksidasi dan menghasilkan energi (Li et al. 2016). Adapun penurunan kecernaan
pada penelitian ini belum diketahui dampaknya terhadap ketersediaan energi bagi
ternak.
Produksi gas toal pada jam ke-24 inkubasi menunjukkan belum terjadinya
perlambatan (Tabel 4). Hal tersebut dapat disebabkan oleh kandungan serat bahan
pakan dimana untuk bahan berserat tinggi membutuhkan pengamatan lebih dari
24 jam inkubasi. Produksi gas total mengalami penurunan pada inkubasi jam ke-
72 dengan produksi gas paling rendah pada P6 yang dapat dilihat pada Tabel 4.
Oleh karena itu, kinetika produksi gas diamati selama waktu 72 jam. Produksi gas
maksimum (a+b) terendah pada P5 dan P6. Adapun laju produksi gas (konstanta
c) tertinggi pada P5 dan P6.
Selain itu, terjadi juga perubahan komposisi gas yang dihasilkan yaitu
penurunan produksi gas metana (CH4). Produksi gas CH4 in vitro disajikan dalam
persentase metana per liter gas (µl/Lgas), produksi metana per unit bahan kering
pakan inkubasi (µl/gSampel), dan produksi metana per unit bahan organik
tercerna (µl/gBOT). Masing-masing perlakuan disajikan dalam Tabel 4.
Suplementasi minyak larva BSF berpengaruh negatif terhadap produksi gas CH 4.
Produksi gas metana (µl/Lgas) terendah terdapat pada P1 dan P6. Jika produksi
gas CH4 disajikan per unit sampel inkubasi (µl/gSampel), produksi terendah pada
P1 dan jika disajikan per unit bahan organik tercerna pakan inkubasi (µl/gBOT),
produksi terendah pada P6. Dengan demikian, perlakuan yang paling efektif
menurunkan adalah P6. Penurunan produksi gas CH4 dapat disebabkan karena
adanya gangguan metanogenesis rumen oleh asam laurat.
Tabel 4 Produksi gas total dan gas metana ransum suplementasi minyak larva
black soldier fly pada berbagai taraf
Perlakuan P1 P2 P3 P4 P5 P6
Gas24 (ml) 70.67 70.17 73.00 72.50 73.50 74.00
Gas72 (ml) 120.83b 120.50b 122.17b 120.17ab 114.67ab 112.00a
a+b (ml) 140.64b 141.03b 137.81b 134.91b 123.54a 118.56a
c (ml/jam) 0.029a 0.029a 0.031a 0.032a 0.037b 0.041b
a ab bc c ab
CH4(µl/Lgas) 1.884 1.918 2.002 2.034 1.899 1.852a
bc
CH4(µl/gSampel) 0.336 0.341bc 0.365c 0.360c 0.312ab 0.295a
CH4(µl/gBOT) 6.14 6.31 7.35 7.55 6.68 6.45
x10-5a x10-5ab x10-5c x10-5c x10-5b x10-5ab
Keterangan:
a, ab, b, bc, c
pada satu baris, rataan dengan huruf superscript sama tidak berpengaruh nyata
(P > 0.05) dengan uji lanjut Duncan. P1= 0% suplementasi minyak larva BSF (kontrol); P2= 1%
suplementasi minyak larva BSF; P3= 2% suplementasi minyak larva BSF; P4= 3% suplementasi
minyak larva BSF; P5= 4% suplementasi minyak larva BSF; P6= 5% suplementasi minyak larva
BSF; Gas24= gas total setelah inkubasi selama 24 jam; Gas72= gas total setelah inkubasi selama
72 jam; a+b= produksi gas maksimum pada t mendekati tak hingga (asimtot); c= laju produksi gas
kumulatif; BOT= bahan organik tercerna.
12
Simpulan
pemberian suplementasi minyak ekstrasi larva BSF dapat diberikan sampai taraf
5% di mana secara in vitro terbukti dapat menurunkan gas metana tanpa
menurunkan kualitas fermentasi rumen. Namun, suplementasi juga nyata
menurunkan kecernaan pada pemberian lebih dari 1% minyak larva BSF secara in
vitro. Sehingga, pemberian minyak larva BSF lebih dari 1% tidak dianjurkan jika
dilihat dari parameter kecernaan.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 21 Hasil analisa pengaruh perlakuan terhadap produksi gas total jam
ke-24
Sumber Jenis
Keragaman Kuadrat Keragaman Rataan Kuadrat
(SK) Tengah (JK) (db) (KT) Fhit Sig.
Perlakuan 72.472 5 14.494 0.383 0.856
Kelompok 1262.889 2 631.444 16.675 0.000
Galat 1060.278 28 37.867
Total 190607.00 36
Lampiran 22 Hasil analisa pengaruh perlakuan terhadap produksi gas total jam
ke-72
Sumber Jenis
Keragaman Kuadrat Keragaman Rataan Kuadrat
(SK) Tengah (JK) (db) (KT) Fhit Sig.
Perlakuan 495.222 5 99.044 2.275 0.074
Kelompok 363.389 2 181.694 4.174 0.026
Galat 1218.944 28 43.534
Total 506651.00 36
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan skripsi sebagai salah satu syarat mendapat gelar kesarjanaan dari
program studi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan bagi junjungan kita
Nabi Muhammad SAW.
Selesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari banyaknya bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Dengan ini, penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada Dr. Anuraga Jayanegara, S.Pt, M.Sc selaku penyandang dana selama
penelitian, penyumbang ide serta pembimbing utama dalam menyelesaikan
penelitian dan penulisan skripsi ini. Selain itu, terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Dr. Despal, S.Pt, M.Sc.Agr sebagai pembimbing anggota atas
dukungan yang diberikan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ir. Asep
Tata Permana, M.Sc selaku dosen pembahas seminar dan Dr. Indah Wijayanti,
24
S.TP, M.Si selaku dosen panitia pada seminar hasil saya tanggal 2 Mei 2019.
Turut mengucapkan terima kasih juga kepada Dr. Ir. Asep Sudarman, M.Rur.Sc
dan Dr Astari Aprianti, S.Gz, M.Sc sebagai dosen penguji pada sidang skripsi
saya tanggal 21 Juni 2019.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Ronny Herianto dan
keluarga yang telah membantu dalam berbagai hal, baik finansial maupun moril
selama ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada staf Laboratorium Ilmu
dan Teknologi Pakan, Laboratorium Biokimia Fisiologi dan Mikrobiologi Nutrisi
serta Laboratorium Nutrisi Ternak Perah yang telah membantu selama penelitian
dilaksanakan. Terima kasih juga disampaikan kepada Akur, Orin, Budi, Laila dan
Kak Ratna selaku teman satu laboratorium atas segala bantuan yang telah
diberikan. Terakhir, ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Yasser, Putri,
Robin dan kak Hanum atas segala dukungan fisik dan moril yang diberikan
selama ini.