Anda di halaman 1dari 40

EKSTRAKSI MINYAK ASAL LARVA BLACK SOLDIER FLY

(Hermetia illucens) DAN PEMANFAATANNYA


SEBAGAI PAKAN SUPLEMEN

DWITAMI ANZHANY

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Ekstrasksi Minyak


Asal Larva Black Soldier Fly (Hermetia illucens) dan Pemanfaatannya sebagai
Pakan Suplemen adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2019

Dwitami Anzhany
NIM D24150036
ABSTRAK

DWITAMI ANZHANY. Ekstraksi Minyak Asal Larva Black Soldier Fly


(Hermetia illucens) dan Pemanfaatannya sebagai Pakan Suplemen. Dibimbing
oleh ANURAGA JAYANEGARA dan DESPAL.

Suplementasi pakan alternatif pada ruminansia harus dievaluasi secara in


vitro sebelum diberikan kepada hewan. Sampel larva black soldier fly yang
diekstrak mengandung 43,1306% asam lemak C12:0 (asam laurat) yang secara
efektif mampu menekan produksi metana rumen. Saat ini, penelitian tentang
minyak larva BSF sebagai pakan ruminansia terbatas sehingga perlu penelitian
lebih lanjut. Penelitian ini akan mengevaluasi rumen in vitro terhadap
suplementasi minyak larva BSF dalam berbagai level antara lain 0% (P1), 1%
(P2), 2% (P3), 3% (P4), 4% (P5), dan 5 % (P6) ke dalam pakan kontrol yang
bertujuan: (i) mengevaluasi rumen in vitro pada fermentasi, daya cerna dan
produksi gas; (ii) menemukan suplementasi tingkat optimal dari larva BSF yang
diekstrak lipid. Hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan statistik pada pH
rumen dan Total VFA. Suplementasi minyak larva BSF berbeda nyata (P <0,05)
pada populasi protozoa, NH3 ruminal, KCBK-KCBO, total produksi gas, dan
produksi metana. Uji lanjut tentang pengaruh level suplementasi terhadap
parameter menggunakan Duncan SPSS versi 20. Efek suplementasi berpengaruh
negatif pada KCBK-KCBO, total produksi gas, dan produksi metana seiring
dengan peningkatan level suplementasi larva BSF yang diekstrak dengan lipid.
Studi menunjukkan bahwa suplementasi >1% mengurangi KCBK-KCBO dan
suplementasi 4% menurunkan total produksi gas dan metana. Asam laurat
menghambat aktivitas bakteri pengurai serat. Larva BSF yang diekstraksi lipid,
yang terutama dominan asam lemak C12: 0, memiliki efek negatif pada archae
methanogen dan methanogenesis. Populasi protozoa dan NH3 ruminal berbeda
secara signifikan (P <0,05) dan tes lebih lanjut menggunakan Duncan
menunjukkan 3% dan 2% suplementasi minyak larva BSF masing-masing
menurunkan populasi protozoa dan NH3 rumen. Meningkatnya nilai NH3 rumen
menunjukkan ada peningkatan tingkat degradasi protein rumen yang didukung
oleh peningkatan populasi protozoa. Protozoa mengalami degradasi cepat pada
granula pati. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa level optimal untuk menekan
produksi metana adalah suplementasi 5% dari minyak asal larva BSF.

Kata kunci: minyak larva black soldier fly, asam laurat, in vitro
ABSTRACT

DWITAMI ANZHANY. Lipid Extraction from Black Soldier Fly (Hermetia


illucens) Larvae and Its Utilization as Feed Supplement. Supervised by
ANURAGA JAYANEGARA dan DESPAL.

Supplementation of alternative feed on ruminant should be evaluated in


vitro before given to animals. Lipid-extracted black soldier fly larvae contain
43.1306% C12:0 fatty acid (lauric acid) which significantly effective to suppress
ruminal methane production. Nowadays, studies about lipid of BSF larvae as
ruminant feed are limited that need further studies. This research will evaluate in
vitro rumen on differ level of lipid-extracted BSF supplementation such as 0%
(P1), 1% (P2), 2% (P3), 3% (P4), 4% (P5), dan 5% (P6) into control diet which
aimed: (i) evaluate in vitro rumen on fermentability, digestibility and gas
production; (ii) find the optimum level supplementation of lipid-extracted BSF
larvae. The result shows there was no statistical difference on ruminal pH and
Total VFA. Supplementation of lipid-extracted BSF larvae significantly different
(P<0.05) on protozoa population, ruminal NH3, DMD-OMD, total gas
production, and methane production. Further test on the effect of supplementation
level into parameter using Duncan with SPSS 20. Supplementation effect
negatively on DMD-OMD, total gas production, and methane production along
with the increased level of lipid-extracted BSF larvae supplementation. Studies
show that >1% supplementation decreases DMD-OMD and 4% supplementation
decreases total gas and methane production. Lauric acid inhibits activities of fiber
degradation bacteria. Lipid-extracted BSF larvae, which primarily dominant
C12:0 fatty acid, has negative effect on archae methanogen and methanogenesis.
Protozoa population and ruminal NH3 significantly different (P<0.05) and the
further test using Duncan shown 3% and 2% lipid-extracted BSF larvae
supplementation respectively decrease protozoa population and ruminal NH3. The
increasing value of ruminal NH3 indicates there was increasing level of ruminal
protein degradation which is supported by the increasing population of protozoa.
Protozoa have rapid degradation on starch granules. The conclusion of this
research that the optimum level to suppress methane production is 5%
supplementation of lipid-extracted BSF larvae.

Key words: lipid-extracted black soldier fly larvae, lauric acid, in vitro, ruminant
EKSTRAKSI MINYAK ASAL LARVA BLACK SOLDIER FLY
(Hermetia illucens) DAN PEMANFAATANNYA
SEBAGAI PAKAN SUPLEMEN

DWITAMI ANZHANY

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
Judul Skripsi : Ekstraksi Minyak Asal Larva Black Soldier Fly (Hermetia
PRAKATA

Puji dan syukur dipanjatkan atas kehadirat Allah SWT, sehingga atas
berkah, rahmat, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Ekstraksi Minyak Asal Larva Black Soldier Fly (Hermetia illucens) dan
Pemanfaatannya sebagai Pakan Suplemen”. Skripsi ini diajukan dan disusun
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan sarjana di Departemen Ilmu Nutrisi
dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari – April 2019.
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji suplementasi minyak asal
ekstraksi larva black soldier fly pada level 0% - 5% dalam ransum terhadap
karakteristik fermentasi dan kecernaan pakan secara in vitro. Dengan
dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sumbangsih ilmu
pengetahuan khususnya terkait bidang nutrisi pakan.

Bogor, Juni 2019

Dwitami Anzhany
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
MATERI DAN METODE 2
Lokasi dan Waktu Penelitian 2
Bahan 2
Alat 2
Prosedur Penelitian 2
Ekstraksi Kimia Larva Black Soldier Fly (Jayanegara et al. 2018) 2
Analisis Profil Asam Lemak 3
Pengambilan Cairan Rumen 3
Kecernaan In Vitro 3
Produksi Gas Total 3
Perhitungan Populasi Protozoa (Ogimoto dan Imai 1981) 4
Pengukuran pH Rumen 4
Pengukuran Konsentrasi VFA Total 4
Pengukuran Konsentrasi NH3 (Conway 1966) 4
Produksi Gas CH4 5
Pengukuran KCBK dan KCBO 5
Rancangan Percobaan 6
Model Percobaan 6
Analisis Data 6
Peubah yang Diamati 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Karakteristik Minyak Ekstraksi Larva Black Soldier Fly 6
Derajat Keasaman (pH) rumen 8
Populasi Protozoa Rumen 8
Amonia (NH3) Rumen 9
VFA Total Rumen 9
Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik 10
Produksi Gas Keseluruhan 11
SIMPULAN DAN SARAN 12
Simpulan 12
Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 13
LAMPIRAN 17
RIWAYAT HIDUP 23
UCAPAN TERIMA KASIH 23
DAFTAR TABEL

1 Profil asam lemak minyak larva black soldier fly 7


2 Nilai pH dan populasi protozoa serta kandungan amonia (NH3) dan 8
VFA total dan ransum suplementasi minyak larva black soldier fly
pada berbagai taraf
3 Hasil pengukuran kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan 10
organik ransum suplementasi minyak larva black soldier fly pada
berbagai taraf
4 Produksi gas total dan gas metana ransum suplementasi minyak 11
larva black soldier fly pada berbagai taraf

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil analisa pengaruh terhadap VFA total 17


2 Hasil analisa pengaruh perlakuan terhadap NH3 17
3 Hasil uji lanjut duncan pengaruh perlakuan terhadap NH3 17
4 Hasil analisa pengaruh perlakuan terhadap populasi protozoa 17
5 Hasil uji lanjut duncan pengaruh perlakuan terhadap populasi 18
protozoa
6 Hasil analisa pengaruh perlakuan terhadap pH 18
7 Hasil analisa pengaruh perlakuan terhadap KCBO 18
8 Hasil uji lanjut duncan pengaruh perlakuan terhadap KCBO 18
9 Hasil analisa pengaruh perlakuan terhadap KCBK 19
10 Hasil uji lanjut duncan pengaruh perlakuan terhadap KCBK 19
11 Hasil analisa variable a+b pada persamaan eksponensial produksi 19
gas total 19
12 Hasil uji lanjut duncan variable a+b 19
13 Hasil analisa pengaruh perlakuan terhadap produksi CH4 (µl/Lgas) 20
14 Hasil uji lanjut duncan produksi CH4 (µl/Lgas) 20
15 Hasil analisa pengaruh perlakuan terhadap produksi CH4 (µl/gBOT) 20
16 Hasil uji lanjut duncan produksi CH4 (µl/gBOT) 20
17 Hasil analisa pengaruh perlakuan terhadap produksi CH4 21
(µl/gsampel)
18 Hasil uji lanjut duncan produksi CH4 (µl/gsampel) 21
19 Hasil analisa pengaruh perlakuan terhadap laju produksi gas 21
(konstanta c)
20 Hasil uji lanjut duncan laju produksi gas (konstanta c) 21
21 Hasil analisa pengaruh perlakuan terhadap produksi gas total jam ke- 22
24
22 Hasil analisa pengaruh perlakuan terhadap produksi gas total jam ke- 22
72
23 Hasil uji lanjut duncan gas total jam ke-72 22
PENDAHULUAN

Permintaan akan protein hewani didukung dengan pemenuhan pakan yang


berkualitas bagi ternak. Inovasi terkini menunjukkan bahwa serangga memiliki
potensi sebagai pakan ternak dengan kandungan protein yang baik. Hal ini
ditunjukkan dengan kandungan protein serangga yang tinggi, baik secara kualitas
maupun kuantitas (Sánchez-Muros et al. 2016). Pada beberapa spesies, tepung
serangga mempunyai kandungan protein dan profil asam amino yang lebih baik
dari bungkil kedelai serta menyerupai tepung ikan (Sánchez-Muros et al. 2014).
Hal tersebut mendorong penelitian menggunakan serangga untuk mensubstitusi
bahan pakan pada ternak dengan fokus sebagai sumber protein. Salah satu
serangga yang diteliti adalah larva black soldier fly (Hermetia illucens). Menurut
Fahmi (2015), larva BSF mempunyai kandungan protein kasar dengan rentang 45-
50% dan kandungan lemak kasar yang cukup tinggi yaitu 24-30%. Adapun
Makkar et al. (2014) mengatakan bahwa larva BSF dapat dijadikan alternatif
frishmeal dan bungkil kedelai bagi ruminansia, unggas dan ikan. Dalam
pemberiannya sebagai pakan, kandungan lemak kasar yang tinggi dalam tepung
larva BSF dapat menjadi batasan. Oleh karena itu dilakukan ekstraksi untuk
mendapatkan kandungan protein yang lebih terkonsentrasi.
Ekstraksi larva BSF dapat dilakukan dengan cara ekstraksi kimia
menggunakan pelarut maupun pemisahan mekanik (Gómez et al. 2019). Pelarut
yang umum digunakan pada ekstraksi kimia yaitu pelarut organik contohnya
hexane. Ekstraksi larva BSF menghasilkan dua jenis produk yaitu minyak dan
tepung tinggi protein. Saat ini, banyak penelitian dilakukan pada tepung larva
BSF yang dijadikan sebagai sumber protein pada pakan unggas dan ikan. Namun,
belum dilakukan penelitian terkait minyak hasil ekstraksi larva BSF yang
digunakan dalam pakan ruminansia. Sebelumnya, penelitian telah dilakukan
menggunakan minyak larva BSF dalam ransum ikan, ayam serta babi dan
menunjukan hasil yang baik. Namun demikian, penelitian terkait minyak larva
BSF sebagai bahan pakan masih sangat terbatas. Larva BSF yang diekstrak
menghasilkan minyak dengan persentase profil asam lemak paling tinggi adalah
asam lemak jenuh. Asam lemak jenuh didominasi oleh asam lemak jenuh rantai
sedang (Medium Chain Fatty Acid/MCFA) C12:0 atau dikenal sebagai asam
laurat. Kandungan asam laurat minyak larva BSF berkisar antara 21.4%-49.3%
dari total asam lemak (Tran et al. 2015).
Asam laurat merupakan asam lemak yang terbukti mempunyai beberapa
keunggulan antara lain penyedia energi yang cepat dan efisien dalam tubuh serta
efektif dalam mitigasi gas CH4 hasil fermentasi ternak ruminansia (Budiman et al.
2012 ; Dohme et al. 2001). Mekanisme mitigasi oleh asam laurat yaitu dengan
mengganggu aktivitas metanogen rumen serta bakteri pemecah serat (Machmüller
2006 ; Henderson 1973). Menurut Tavendale et al. (2005), mekanisme
penghambatan produksi metana pada ternak ruminansia terbagi menjadi dua
antara lain secara tidak langsung dengan menghambat pencernaan serat dan secara
langsung dengan menghambat pertumbuhan dan aktivitas metanogen. Fermentasi
pakan berserat akan menghasilkan produk asam asetat, metana dan karbon
dioksida, sehingga penghambatannya secara tidak langsung dapat menurunkan
produksi CH4.
2

Berdasarkan hal tersebut, minyak larva BSF berpotensi untuk dijadikan


suplemen pakan dalam menyediakan energi yang cepat dan efisien serta efektif
dalam mitigasi gas CH4 hasil fermentasi di rumen. Oleh karena itu, penelitian
terkait suplementasi minyak hasil ekstraksi larva BSF pada pakan ternak
ruminansia perlu dilakukan. Adapun pada penelitian ini dilakukan suplementasi
minyak hasil ekstraksi larva BSF dengan berbagai taraf berbeda. Penelitian ini
bertujuan untuk melakukan analisis karakteristik fermentasi minyak asal larva
Black Soldier Fly hasil ekstraksi kimiawi yang dilakukan dalam skala in vitro
sebagai pakan suplemen ternak ruminansia.

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama empat bulan dari bulan Januari 2019


sampai dengan April 2019. Penelitian ini dilakukan dengan preparasi tepung larva
black soldier fly dan tepung rumput gajah di Laboratorium Nutrisi Ternak Daging
dan Kerja. Ekstraksi kimia metode soxhletasi tepung larva black soldier fly
dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan. Evaporasi pelarut hexan
hasil ekstraksi tepung larva black soldier fly dilakukan di Laboratorium PAU IPB.
Pengambilan cairan rumen sapi dilakukan di Kandang Ruminansia Besar, LIPI
Cibinong. Analisis karakteristik fermentasi in vitro dilakukan di Laboratorium
Nutrisi Ternak Perah. Pengukuran produksi gas metana dilakukan di
Laboratorium Gas Rumah Kaca, Balai Penelitian Lingkungan Pertanian.

Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu larva black soldier fly,
pelarut n-hexan, cairan rumen, aquadest, rumput gajah, konsentrat sapi perah, dan
seperangkat bahan uji parameter in vitro.

Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu oven, seperangkat alat
ekstraksi soxhletasi, seperangkat alat analisis in vitro, software SPSS versi 20,
freezer, timbangan analitik, alat rotary evaporator, dan blender.

Prosedur Penelitian

Ekstraksi Kimia Larva Black Soldier Fly (Jayanegara et al. 2018)


Larva BSF hidup dibersihkan dari pengotor yang menempel dan
selanjutnya larva dioven pada suhu 60°C selama 24 - 48 jam. Larva BSF yang
3

sudah kering dihaluskan dengan blender hingga menjadi tepung. Selanjutnya


tepung larva BSF diekstraksi secara kimia untuk mendapatkan minyaknya.
Ekstraksi kimia dilakukan menggunakan pelarut hexan dengan metode
Soxhlet. Dalam satu siklus ekstraksi dibutuhkan sebanyak 150 gram sampel
tepung larva BSF dan 1.5 liter pelarut hexane. Selanjutnya, tepung yang telah
ditimbang dibungkus dengan kertas saring membentuk selongsong lalu diletakkan
ke dalam soxhlet. Kemudian pelarut dimasukkan ke dalam soxhlet dan labu
hingga sampel terendam. Ekstraksi dilakukan pada titik didih selama 6 jam untuk
menghasilkan residu dengan kandungan rendah lipid. Selanjutnya, sampel hasil
ekstraksi diuapkan dengan rotary evaporator untuk menguapkan pelarut dari
minyak. Rendemen hasil ekstraksi dihitung dengan menggunakan persamaan:

Rendemen = x 100%

Analisis Profil Asam Lemak


Analisis profil asam lemak pada minyak hasil ekstraksi larva BSF
dilakukan dengan metode Gas Chromatography (GC) di Laboratorium Analisis
PT. Saraswanti Indo Genetech, Bogor.

Pengambilan Cairan Rumen


Cairan rumen diambil dari dua ekor sapi fistula yang dikomposit. Isi
rumen diambil dengan menggunakan penjepit yang dimasukan melalui lubang
fistula kemudian menjepit isi rumen. Kemudian, isi rumen diperas dan disaring
menggunakan kain kasa. Cairan rumen ditampung dalam termos yang sudah
dihangatkan menggunakan air hangat. Sebelum digunakan, cairan rumen disaring
kembali dengan menggunakan kain kasa.

Kecernaan In Vitro
Percobaan secara in vitro dilakukan dengan menggunakan botol kaca
berisi 0.75 gram sampel (60% hijauan dan 40% konsentrat), minyak larva BSF
sesuai persentase sampel (b/b), 50 ml larutan buffer McDougall dan 25 ml cairan
rumen segar. Tabung lalu dikocok dan ditutup dengan tutup karet kemudian
disegel menggunakan crimper. Selanjutnya, tabung dimasukkan ke dalam
waterbath pada suhu 39oC untuk menciptakan kondisi menyerupai kondisi rumen
dan diinkubasi. Pada masa inkubasi 12 jam pertama, botol dikocok secara manual
setiap setengah jam sekali.
Inkubasi dilakukan selama 24 jam untuk pengukuran populasi protozoa,
pH, VFA total, konsentrasi NH3, KCBK dan KCBO. Setelah 24 jam, sampel
disentrifugasi untuk memisahkan antara padatan dengan supernatant. Selain itu,
pada botol terpisah dilakukan inkubasi selama 72 jam untuk pengukuran kinetika
produksi gas dan produki gas metana. Kinetika produksi gas diukur pada jam ke-
2, 4, 6, 8, 10, 12, 24, 48, dan 72.

Produksi Gas Total


Kinetika produksi gas diestimasi melalui persamaan eksponensial sebagai
berikut (Ǿrskov & McDonald 1979):
p = a + b (1 – e-ct)
4

Keterangan:
p : produksi gas kumulatif pada waktu t jam
e : eksponensial
t : jam inkubasi
a,b,c : konstanta dari persamaan eksponensial tersebut.
Konstanta dapat direpresentasikan sebagai: produksi gas dari fraksi
mudah larut (a); produksi gas dari fraksi yang tidak larut namun dapat
difermentasikan (b); laju reaksi pembentukan gas (c). sedangkan a+b dapat
diartikan sebagai produk gas maksimum yang dapat terbentuk selama
proses fermentasi pada waktu t mendekati tak hingga. Perhitungan
dilakukan dengan persamaan regresi nonlinear menggunakan SPSS versi
20.

Perhitungan Populasi Protozoa (Ogimoto dan Imai 1981)


Perhitungan populasi protozoa dilakukan dengan metode pewarnaan.
Sebanyak 1 ml cairan rumen yang telah diinkubasi 24 jam dicampurkan dengan 1
ml larutan TBFS. Campuran sampel cairan diteteskan pada counting chamber
Fuch Rosenthal Counting dan ditutup dengan cover glass. Populasi protozoa
diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 kali. Populasi protozoa
tersebut dapat dihitung dengan rumus:
Jumlah protozoa/ml =
Keterangan: n = jumlah protozoa terhitung
Fp = faktor pengencer

Pengukuran pH Rumen
Pengukuran pH dilakukan pada sampel yang telah difermentasi selama 24
jam inkubasi yaitu pada masa akhir inkubasi dengan menggunakan pH meter.
Nilai pH yang diambil merupakan nilai pH yang konsisten ditunjukkan pada pH
meter.

Pengukuran Konsentrasi VFA Total


Konsentrasi VFA total ditentukan dengan metode destilasi uap (General
Laboratory Procedure 1996). Cairan supernatant sebanyak 5 ml dimasukkan ke
dalam tabung destilasi yang dipanaskan dengan uap air. Kemudian larutan H 2SO4
15% ditambahkan sebanyak 1 ml. Uap air panas mendesak VFA mendekati
tabung destilasi yang kondensasi dan ditampung dengan labu Erlenmeyer yang
sudah diisi dengan larutan NaOH 0.5 N sebanyak 5 ml hingga volume mencapai
250 ml. Setelah ditetesi indikator PP, dilakukan titrasi dengan larutan HCl 0.5 N
hingga titik menjadi merah muda seulas. Titrasi juga dilakukan pada 5 ml sampel
yang berisi NaOH 0.5 N saja sebagai blanko.

( )
VFA total (mM) =

Pengukuran Konsentrasi NH3 (Conway 1966)


Konsentrasi NH3 ditentukan dengan metode mikrodifusi Conway (General
Laboratory Procedure 1966). Sebanyak 1 ml larutan Na2CO3 jenuh diletakkan
5

pada salah satu sisi sekat cawan dan 1 ml supernatant pada sisi sekat lainnya.
Pada bagian tengah diisi dengan 1 ml asam borat berindikator brom kresol green
dan methil red (BCG:MR), lalu cawan ditutup rapat dengan tutup bervaselin.
Kemudian, larutan Na2CO3 jenuh dan supernatant dicampurkan, lalu dibiarkan
selama 24 jam pada suhu kamar. Warna larutan asam borat akan berubah dari
merah cerah menjadi biru. Setelah 24 jam, dilakukan titrasi dengan larutan H2SO4
0.005 N hingga warna berubah menjadi merah cerah. Konsentrasi NH3 dihitung
berdasarkan:
N-NH3 (mM) =

Produksi Gas CH4


Pengambilan gas metana dilakukan selama masa inkubasi yaitu pada jam
ke 2, 4, 6, 8, 10, 12, 24, 48 dan 72. Gas ditampung di dalam botol yang sudah
divakum sebelumnya. Selanjutnya, gas pada botol tersebut dianalisis di
Laboratorium Gas Rumah Kaca, Balai Penelitian Lingkungan Pertanian. Data
yang diperoleh berupa konsentrasi gas CH4 dalam konsentrasi ppm. Hasil
konsentrasi gas dihitung dalam beberapa rumus antara lain:
CH4 (µl/L gas) =

CH4 (µl/g sampel) =

CH4 (µl/gBOT) =

Keterangan: C : kosentrasi gas CH4 dalam ppm


D : volume gas total

Pengukuran KCBK dan KCBO


Pengukuran KCBK dan KCBO ditentukan menggunakan endapan sampel
hasil sentrifuge pada proses sebelumnya yang ditambahkan dengan 75 ml larutan
pepsin-HCl. Campuran tersebut diinkubasi selama 24 jam tanpa tutup karet.
Setelah 24 jam, campuran endapan-pepsin disaring dengan menggunakan kertas
saring Whatman No. 41 dengan bantuan pompa vakum. Hasil saringan
dimasukkan ke dalam cawan porselen yang sudah diketahui bobot kosongnya.
Bahan kering ditentukan dengan cara mengeringkan sampel dalam oven 105°C
selama 24 jam. Kemudian, bahan organik ditentukan dengan mengabukan bahan
dalam tanur selama 4 jam pada suhu 700°C. Blanko ditentukan dengan
menggunakan residu asal fermentasi tanpa sampel. Koefisien Cerna Bahan Kering
(KCBK) dan Koefisien Cerna Bahan Organik (KCBO) dihitung dengan rumus:

( ) ( ( ) ( ))
% KCBK = x 100%
( )
( ) ( ( ) ( ))
% KCBO = x 100%
( )
6

Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 6
perlakuan dan 3 kelompok waktu yang dilakukan duplo. Perlakuan yang
digunakan antara lain:
P1: Rumput gajah 60% + konsentrat sapi perah 40% (kontrol)
P2: Rumput gajah 60% + konsentrat sapi perah 40% + minyak larva BSF 1%
P3: Rumput gajah 60% + konsentrat sapi perah 40% + minyak larva BSF 2%
P4: Rumput gajah 60% + konsentrat sapi perah 40% + minyak larva BSF 3%
P5: Rumput gajah 60% + konsentrat sapi perah 40% + minyak larva BSF 4%
P6: Rumput gajah 60% + konsentrat sapi perah 40% + minyak larva BSF 5%

Model Percobaan
Model matematik pada percobaan yang digunakan dari rancangan ini
adalah:
Yij = μ + αi + βj+ εij

Keterangan:
Yij = Pengamatan perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
μ = Rataan umum
τi = Pengaruh perlakuan ke-i
βj = Pengaruh kelompok ke-j
εij = Error (galat) perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

Analisis Data
Data karakterisasi fermentasi dianalisa secara statistik menggunakan sidik
ragam (Analysis of Variance atau ANOVA). Perbedaan nyata diantara perlakuan
akan dilakukan uji lanjut Duncan. Analisis data menggunakan SPSS versi 20.

Peubah yang Diamati


Peubah yang diamati antara lain analisis proksimat lengkap bahan pakan,
analisis profil asam lemak minyak larva BSF dan evaluasi fermentabilitas dan
kecernaan pakan secara in vitro.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Minyak Ekstraksi Larva Black Soldier Fly

Larva BSF hidup dikeringkan, ditepungkan lalu diekstraksi dengan metode


soxhletasi. Rendemen minyak yang dihasilkan yaitu 18.5%. Sampel minyak
dianalisis untuk mengetahui profil asam lemaknya dengan hasil analisis pada
Tabel 1. Minyak larva BSF didominasi dengan asam lemak jenuh sebesar
76.7465%. Rasio perbandingan asam lemak tidak jenuh dengan asam lemak jenuh
sebesar 0.3013. Persentase asam lemak jenuh rantai sedang pada sampel yaitu
74.0418%. Asam lemak jenuh rantai sedang atau medium chain fatty acid
(MCFA) merupakan jenis asam lemak yang dapat memberikan efek stimulant
pada tubuh karena sifatnya yang mudah menembus dinding mitokondria.
7

Sehingga, proses metabolisme tubuh akan meningkat serta menyediakan energi


dengan cepat dan efisien (Budiman et al. 2012). Selain itu, MCFA juga memiliki
karakteristik mudah untuk ditranspor di dalam darah dan akan segera berubah
menjadi energi setelah masuk ke dalam sel (Sulasminingsih et al. 2017). Asam
lemak yang tergolong sebagai MCFA yaitu asam lemak C8:0 -C16:0 (Dohme et
al. 2000). Total MCFA hasil analisis profil asam lemak pada sampel minyak larva
BSF sebesar 74.0418% yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Larva BSF yang digunakan pada penelitian ini berumur dua minggu.
Selama pemeliharaan, larva BSF diberi pakan palm kernel meal (PKM). Pada
penelitian tidak dilakukan analisis proksimat pada tepung larva BSF. Namun
berdasarkan beberapa penelitian, larva BSF yang diberi pakan PKM tunggal
memiliki kandungan protein dan lemak berturut-turut sebesar 58.62% dan 13%
(Fahmi 2015); 49.08% dan 21,14% (Ardianti 2011); 47.56% dan 19.80%
(Rachmawati et al. 2010).

Tabel 1 Profil asam lemak minyak larva black soldier fly


Asam Lemak Kandungan (%)
C 10:0 (asam kaprat) 1.1460
C 12:0 (asam laurat) 43.1306
C 14:0 (asam miristat) 15.2759
C 14:1 (asam miristoleat) 0.2660
C 15:0 (asam pentadekanoat) 0.2206
C 16:0 (asam palmitat) 14.2687
C 16:1 (asam arakidonat) 2.7288
C 17:0 (asam heptadekanoat) 0.1879
C 18:0 (asam stearat) 2.3855
C 18:1 (asam oleat) 16.4069
C 18:2 (asam linoleat) 3.6086
C 18:3 (asam linolenat) 0.0337
C 20:0 (asam arachidat) 0.0936
C 20:1 (asam eikosenoat) 0.0432
C 20:5 (asam eikosapentaenoat) / EPA 0.0384
C 22:0 (asam behenat) 0.0245
C 23:0 (asam trikosanoat) 0.0132
SFA 76.7465
MUFA 19.4449
PUFA 3.6807
UFA 23.1256
UFA/SFA 0.3013
MCFA 74.0418
Dianalisis di Laboratorium Analisis PT. Saraswanti Indo Genetech 2019.
SFA= saturated fatty acid; MUFA= monounsaturated fatty acid; PUFA= polyunsaturated fatty
acid; UFA= unsaturated fatty acid, MCFA= medium chain fatty acid.

MCFA yang mendominasi minyak larva BSF adalah asam laurat (C12:0),
sebesar 21.4-49.3% (Tran et al. 2015). Sesuai dengan pernyataan tersebut,
berdasarkan hasil analisis didapatkan kandungan asam lemak tertinggi adalah
asam laurat (C12:0) sebesar 43.1306%. Selain asam laurat, tiga asam lemak
lainnya yang mengandung biomassa cukup tinggi antara lain asam oleat (C18:1),
8

asam miristat (C14:0) dan asam palmitat (C16:0). Karakteristik minyak larva BSF
berwarna kuning-coklat-kehijauan dengan sedikit endapan halus berwana putih
yang dapat dilihat pada suhu ruang. Hal ini dapat disebabkan dari kandungan
asam laurat yang tinggi. Asam laurat adalah asam lemak jenuh dengan
karakteristik titik lebur 44°C dan titik didih 225°C sehingga pada suhu ruang
berwujud padatan berwarna putih dan mudah mencair jika dipanaskan (Anggraeni
2014).

Derajat Keasaman (pH) rumen

Fermentabilitas pakan dievaluasi secara in vitro dengan lama inkubasi 24 jam.


Berdasarkan hasil pengukuran pada Tabel 2, pH cairan rumen stabil pada kisaran
6.6-6.7 dan termasuk dalam rentang normal yaitu 5.5-7.0 (Mottram et al. 2008).
Menurut McDonald et al. (2002), secara fisiologi nilai pH yang dapat diterima
untuk dapat menjaga keseimbangan populasi rumen berada pada rentang 5.8-6.4.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Nagaraja dan Lechtenberg (2007) yang
membagi rentang pH rumen ke dalam empat kategori antara lain acidotic (pH ≤
5.6), optimal (5.6 ≤ pH ≤ 6.0), suboptimal (6.0 ≤ pH ≤ 6.4), dan high (pH ≥ 6.4).
Nilai pH rumen sangat berpengaruh terhadap aktivitas fermentasi dan degradasi
pakan. Hal ini karena nilai pH rumen merupakan salah satu faktor utama dalam
menentukan lingkungan yang sesuai bagi kehidupan mikroba rumen (DeVore
2018). Nilai pH ≤ 5.5 dalam periode waktu 24 jam berpotensi ternak mengalami
SARA (Subacute Ruminal Acidosis) (Zosel et al. 2010) dan mengganggu
stabilitas rumen mikrobia.

Tabel 2 Nilai pH dan populasi protozoa serta kandungan amonia (NH 3) dan VFA
total dan ransum suplementasi minyak larva black soldier fly pada
berbagai taraf
Parameter
pH Protozoa NH3 VFA Total
-1
Perlakuan (log sel ml ) (mM) (mM)
P1 6.7 ± 0.08 4.8 ± 0.22a 11.13 ± 0.79a 109.51 ± 24.97
P2 6.6 ± 0.05 4.6 ± 0.43a 10.79 ± 1.43a 109.76 ± 26.82
P3 6.6 ± 0.08 4.8 ± 0.28a 14.00 ± 1.22b 115.73 ± 29.17
b b
P4 6.6 ± 0.05 5.0 ± 0.21 12.98 ± 2.10 105.75 ± 14.21
P5 6.7 ± 0.09 5.0 ± 0.21b 14.62 ± 2.51b 101.84 ± 24.20
P6 6.7 ± 0.05 5.1 ± 0.16b 14.51 ± 2.44b 110.23 ± 52.49
Keterangan:
a, ab, b, bc, c
pada satu kolom, rataan dengan huruf superscript sama tidak berpengaruh nyata
(P > 0.05) dengan uji lanjut Duncan. P1= 0% suplementasi minyak larva BSF (kontrol); P2= 1%
suplementasi minyak larva BSF; P3= 2% suplementasi minyak larva BSF; P4= 3% suplementasi
minyak larva BSF; P5= 4% suplementasi minyak larva BSF; P6= 5% suplementasi minyak larva
BSF.

Populasi Protozoa Rumen

Rumen mikrobia merupakan salah satu faktor pendukung dari pencernaan


fermentatif di dalam rumen. Salah satu contoh mikrobia rumen adalah protozoa
yang berperan dalam proses hydrogenosome. Populasi protozoa pada penelitian
9

ini berada pada rentang 4.6-5.1 log sel ml-1 cairan rumen. Perhitungan tersebut
tidak berbeda jauh dengan jumlah populasi protozoa yang dilakukan oleh Soliva
et al. (2004) yaitu 4.34 (x 104 ml-1 ). Berdasarkan data pada Tabel 2, pemberian
suplementasi berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap populasi protozoa rumen dan
mempunyai hubungan linier positif terhadap peningkatan suplementasi minyak
larva BSF. Peningkatan suplementasi mulai memberikan pengaruh pada 3%
suplementasi (P4). Peningkatan suplementasi setelahnya tidak memberikan
pengaruh nyata (P>0.05). Penelitian menunjukkan bahwa asam laurat dalam
minyak larva BSF tidak terbukti mendefaunasi protozoa. Menurut Soliva et al.
(2004), suplementasi MCFA C12, C14, dan C18 tidak mempengaruhi pH dan
populasi protozoa dalam 24 jam inkubasi. Namun beberapa penelitian lain
menyebutkan bahwa MCFA mempunyai efek antiprotozoal yang kuat baik
diberikan dalam bentuk murni maupun produk ekstraksi minyak (Newbold et al.
2015). Adapun tidak terjadinya defaunasi protozoa pada penelitian ini
kemungkinan dapat disebabkan oleh asam lemak lain selain asam laurat yang
terkandung di dalam minyak larva BSF sebagaimana komposisi profil asam lemak
minyak larva BSF dapat dilihat pada Tabel 1.

Amonia (NH3) Rumen

Kandungan amonia (NH3) rumen dipengaruhi nyata (P<0.05) oleh


suplementasi minyak larva BSF dengan nilai pada kisaran 10.79-14.62 mM
seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2. Amonia merupakan produk akhir dari
proses degradasi protein. Meningkatnya kandungan amonia rumen menunjukkan
terjadinya peningkatan degradasi protein oleh mikroba rumen (Hidayah 2014).
Hal ini dapat disebabkan oleh suplementasi minyak esktraksi larva BSF yang
berpengaruh terhadap populasi protozoa secara linier positif. Protozoa aktif
mendegradasi protein, peptide dan asam amino (AA) sehingga menghasilkan
amonia rumen cukup tinggi namun dengan tingkat pemanfaatan yang rendah
(Faciola dan Broderick 2014). Suplementasi mulai mempengaruhi kadar ammonia
rumen pada pemberian 2% minyak dan peningkatan suplementasi setelahnya tidak
berpengaruh nyata (P>0.05). Menurut Slyter (1976), protozoa dapat menjaga
stabilitas pH rumen karena memiliki sifat buffer serta mencerna granula pati
dengan cepat sehingga berdampak pada lambatnya laju fermentasi bakteri. Namun
demikian, peningkatan nilai tersebut masih termasuk dalam rentang nomal NH 3
cairan rumen yaitu 6-12 mM (McDonald et al. 2002). Kenaikan kandungan
amonia tidak diiukuti dengan peningkatan nilai pH rumen. Nilai pH tidak berbeda
nyata dan stabil pada rentang 6.6-6.7. Hal tersebut dapat disebabkan karena dalam
proses in vitro, digunakan larutan saliva buatan, larutan buffer McDougall, yang
mempunyai kemampuan tinggi dalam mempertahankan pH inkubasi.

VFA Total Rumen

Berdasarkan data pada Tabel 2, hasil pengukuran kandungan VFA pada


penelitian ini berada pada kisaran 101.84-115.73 mM. Nilai tersebut masih dalam
rentang normal jika dibandingkan dengan nilai VFA total oleh Oktarini et al.
(2015) yaitu berkisar 97.6-135.4 mM. Menurut McDonald et al. (2002), rentang
nilai VFA total yang dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan mikroba rumen
yaitu 70-150 mM. Kandungan VFA yang dianalisis pada penelitian ini merupakan
10

kandungan VFA total sehingga tidak dapat menjelaskan secara pasti pengaruh
minyak larva BSF terhadap komposisi asam butirat, asam asetat dan asam
propionat dari VFA sampel. Namun, diduga terjadi peningkatan komposisi
propionate pada kandungan VFA sampel merujuk dari pernyataan Machmüller et
al. (2003), bahwa proporsi asam propionate meningkat pada ternak domba yang
diberi pakan minyak mengandung MCFA. Salah satu komponen asam lemak
dalam minyak larva BSF adalah asam laurat. Asam laurat mengubah jalur
pemanfaat hidrogen ke dalam beberapa kemungkinan, salah satunya yaitu
pembentukan asam propionat (Soliva et al. 2004). Selain itu, asam laurat juga
bersifat mengganggu aktivitas beberapa bakteri Gram positif namun kurang
berpengaruh pada bakteri Gram negatif (Henderson 1973). Hal tersebut secara
tidak langsung merubah komposisi bakteri rumen yang juga berdampak pada
fermentabilitas pakan (Machmüller et al. 2002).

Tabel 3 Hasil pengukuran kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik
ransum suplementasi minyak larva black soldier fly pada berbagai taraf
Perlakuan KCBK (%) KCBO (%)
P1 54.63 ± 6.13c 54.26 ± 6.45c
P2 52.88 ± 6.16bc 52.74 ± 5.96c
P3 49.73 ± 5.73ab 49.14 ± 5.93b
a
P4 48.15 ± 4.15 47.25 ± 4.03ab
P5 47.26 ± 4.93a 46.33 ± 5.04ab
a
P6 46.26 ± 7.06 45.24 ± 7.20a
Keterangan:
a, ab, b, bc, c
pada satu kolom, rataan dengan huruf superscript sama tidak berpengaruh nyata
(P > 0.05) dengan uji lanjut Duncan. P1= 0% suplementasi minyak larva BSF (kontrol); P2= 1%
suplementasi minyak larva BSF; P3= 2% suplementasi minyak larva BSF; P4= 3% suplementasi
minyak larva BSF; P5= 4% suplementasi minyak larva BSF; P6= 5% suplementasi minyak larva
BSF.

Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik

Berdasarkan data penelitian pada Tabel 3, terjadi penurunan kecernaan


bahan kering dan kecernaan bahan organik seiring dengan peningkatan
suplementasi minyak larva BSF (P<0.05). Kecernaan terendah terjadi pada
suplementasi minyak larva BSF sebanyak 5%. Penurunan kecernaan mulai terjadi
pada suplementasi 1% minyak larva BSF dan kecernaan terendah terjadi pada
suplementasi 5%. Hal ini dapat disebabkan akibat terganggunya fermentasi serat
pakan akibat suplementasi minyak tinggi MCFA C12:0 (Henderson 1973). Selain
disebabkan oleh fermentasi serat yang terganggu, penurunan kecernaan dapat
berhubungan juga dengan parameter NH3 pada Tabel 2. Berdasarkan hasil
penelitian, diketahui kadar NH3 rumen mengalami peningkatan pada pemberian
lebih dari 2% suplementasi minyak larva BSF. Amonia atau NH 3 merupakan
produk hasil degradasi bahan organik. Apabila kadungan amonia rumen
meningkat, maka terjadi peningkatan degradasi bahan organik di rumen. Oleh
karena itu, dapat berhubungan dengan parameter kecernaan yaitu terjadinya
penurunan pada parameter kecernaan pasca rumen. Namun demikian,
suplementasi minyak dalam pakan dapat berfungsi sebagai penyedia energi. Asam
laurat (C12:0) tergolong sebagai MCFA yang mudah diserap (Spranghers et al.
11

2017). Hal tersebut mengindikasikan bahwa asam lemak siap dimanfaatkan untuk
oksidasi dan menghasilkan energi (Li et al. 2016). Adapun penurunan kecernaan
pada penelitian ini belum diketahui dampaknya terhadap ketersediaan energi bagi
ternak.

Produksi Gas Keseluruhan

Produksi gas toal pada jam ke-24 inkubasi menunjukkan belum terjadinya
perlambatan (Tabel 4). Hal tersebut dapat disebabkan oleh kandungan serat bahan
pakan dimana untuk bahan berserat tinggi membutuhkan pengamatan lebih dari
24 jam inkubasi. Produksi gas total mengalami penurunan pada inkubasi jam ke-
72 dengan produksi gas paling rendah pada P6 yang dapat dilihat pada Tabel 4.
Oleh karena itu, kinetika produksi gas diamati selama waktu 72 jam. Produksi gas
maksimum (a+b) terendah pada P5 dan P6. Adapun laju produksi gas (konstanta
c) tertinggi pada P5 dan P6.
Selain itu, terjadi juga perubahan komposisi gas yang dihasilkan yaitu
penurunan produksi gas metana (CH4). Produksi gas CH4 in vitro disajikan dalam
persentase metana per liter gas (µl/Lgas), produksi metana per unit bahan kering
pakan inkubasi (µl/gSampel), dan produksi metana per unit bahan organik
tercerna (µl/gBOT). Masing-masing perlakuan disajikan dalam Tabel 4.
Suplementasi minyak larva BSF berpengaruh negatif terhadap produksi gas CH 4.
Produksi gas metana (µl/Lgas) terendah terdapat pada P1 dan P6. Jika produksi
gas CH4 disajikan per unit sampel inkubasi (µl/gSampel), produksi terendah pada
P1 dan jika disajikan per unit bahan organik tercerna pakan inkubasi (µl/gBOT),
produksi terendah pada P6. Dengan demikian, perlakuan yang paling efektif
menurunkan adalah P6. Penurunan produksi gas CH4 dapat disebabkan karena
adanya gangguan metanogenesis rumen oleh asam laurat.

Tabel 4 Produksi gas total dan gas metana ransum suplementasi minyak larva
black soldier fly pada berbagai taraf
Perlakuan P1 P2 P3 P4 P5 P6
Gas24 (ml) 70.67 70.17 73.00 72.50 73.50 74.00
Gas72 (ml) 120.83b 120.50b 122.17b 120.17ab 114.67ab 112.00a
a+b (ml) 140.64b 141.03b 137.81b 134.91b 123.54a 118.56a
c (ml/jam) 0.029a 0.029a 0.031a 0.032a 0.037b 0.041b
a ab bc c ab
CH4(µl/Lgas) 1.884 1.918 2.002 2.034 1.899 1.852a
bc
CH4(µl/gSampel) 0.336 0.341bc 0.365c 0.360c 0.312ab 0.295a
CH4(µl/gBOT) 6.14 6.31 7.35 7.55 6.68 6.45
x10-5a x10-5ab x10-5c x10-5c x10-5b x10-5ab
Keterangan:
a, ab, b, bc, c
pada satu baris, rataan dengan huruf superscript sama tidak berpengaruh nyata
(P > 0.05) dengan uji lanjut Duncan. P1= 0% suplementasi minyak larva BSF (kontrol); P2= 1%
suplementasi minyak larva BSF; P3= 2% suplementasi minyak larva BSF; P4= 3% suplementasi
minyak larva BSF; P5= 4% suplementasi minyak larva BSF; P6= 5% suplementasi minyak larva
BSF; Gas24= gas total setelah inkubasi selama 24 jam; Gas72= gas total setelah inkubasi selama
72 jam; a+b= produksi gas maksimum pada t mendekati tak hingga (asimtot); c= laju produksi gas
kumulatif; BOT= bahan organik tercerna.
12

Suplementasi lemak dapat menurunkan emisi metana dengan beberapa


mekanisme, yaitu dengan mengurangi fermentasi bahan organik serta mengurangi
aktivitas metanogen dan jumlah protozoa (Jayanegara et al. 2009). Asam lemak
jenuh rantai medium atau sedang, yaitu antara C10-C14, terbukti dapat menurunkan
emisi metana. Salah satu asam lemak jenuh rantai sedang yaitu C12:0 atau asam
laurat. Suplementasi minyak mengandung asam lemak C12:0 dalam diet ternak
ruminansia terbukti sangat efektif bersaing dengan metanogen rumen (Dohme et
al. 2001). Menurut Guyader et al. (2014), terdapat hubungan yang linear antara
konsentrasi protozoa dengan emisi metana. Beberapa penelitian menyebutkan
suplementasi asam laurat dapat mendefaunasi protozoa yang berdampak pada
penurunan produksi CH4 (Newbold et al. 2015). Namun, penelitian in vivo pada
domba yang diberi suplementasi minyak tinggi MCFA C12:0 dalam pakan
membuktikan bahwa, penurunan produksi gas CH4 tidak bergantung pada
defaunasi protozoa melainkan asam lemak tersebut yang berdampak langsung
terhadap archae methanogenic rumen yang menyebabkan perubahan aktivitas
metabolik dan komposisi populasi metanogen rumen (Machmüller 2006). Efek
penurunan metana oleh C12:0 terjadi karena adanya penurunan pembaruan
hidrogen dalam fase gas. Penurunan pembaruan hidrogen pada ternak ruminan
yang diberi pakan mengandung C12:0 dan C14:0 terbukti nyata mempengaruhi
metanogenesis (Soliva et al. 2004).
Asam lemak C12:0 diketahui lebih efektif menekan gas CH4 pada pakan
dengan kandungan karbohidrat struktural relatif rendah (Machmüller 2006).
Menurut Dohme et al. (2001), asam lemak C12:0 dan C14:0 adalah MCFA yang
terbukti paling efektif menekan metanogenesis rumen dan populasi metanogen.
Penurunan aktivitas metanogenesis terbukti menurunkan pemanfaatan hidrogen
oleh metanogen yang diprediksi dengan persamaan Demeyer (1991) oleh
Machmüller (2006) dimana sebagian besar pelepasan hidrogen digunakan dalam
pembentukan asam propionate. Asam propionate adalah jenis asam lemak terbang
yang membutuhkan hidrogen dalam sintesisnya (Hegorty dan Gerdes 1999),
namun tidak melepaskan molekul karbon (C) sehinggga dapat menghambat
produksi gas CH4 (Christophersen et al. 2008). Adapun suplementasi asam laurat
dapat merubah komposisi VFA yaitu meningkatnya konsentrasi propionate dan
menurunnya konsentrasi butirat (Hristov et al. 2009).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Suplementasi minyak larva BSF terbukti tidak berpengaruh buruk terhadap


kualitas fermentasi di dalam rumen secara in vitro. Suplementasi tidak
mempengaruhi pH dan kandungan VFA total rumen. Suplementasi secara nyata
dapat meningkatkan populasi protozoa dan NH3 rumen pada penambahan minyak
berturut-turut 3% dan 2%. Secara keseluruhan, nilai parameter fermentasi rumen
yaitu pH, populasi protozoa, NH3 dan VFA total berada dalam rentang normal.
Suplementasi minyak larva BSF secara nyata dapat menurunkan produksi gas
metana per bahan organik tercerna (BOT) pada suplementasi 5%. Oleh karena itu,
13

pemberian suplementasi minyak ekstrasi larva BSF dapat diberikan sampai taraf
5% di mana secara in vitro terbukti dapat menurunkan gas metana tanpa
menurunkan kualitas fermentasi rumen. Namun, suplementasi juga nyata
menurunkan kecernaan pada pemberian lebih dari 1% minyak larva BSF secara in
vitro. Sehingga, pemberian minyak larva BSF lebih dari 1% tidak dianjurkan jika
dilihat dari parameter kecernaan.

Saran

Suplementasi minyak larva BSF pada penelitian ini tidak dilakukan


emulsifikasi terlebih dahulu. Oleh karena itu, disarakan pada penelitian in vitro
selanjutnya untuk melakukan emulsifikasi minyak larva BSF. Penelitian
selanjutnya dapat dilakukan untuk mengetahui pengaruh minyak larva BSF
terhadap komposisi VFA rumen. Penelitian juga dapat dilanjutkan secara in vivo
pada ternak ruminansia besar. Selain melakukan evaluasi palatabilitas,
fermentabilitas, dan kecernaan, disarankan juga untuk mengevaluasi produk hasil
ternak.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni IN. 2014. Optimasi formula sabun bentonit penyuci najis


mughalladzah dengan kombinasi minyak kelapa sawit (palm oil)
menggunakan lattice design [skripsi]. Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Ardianti D. 2011. Perkembangan dan fekunditas serangga Hermetia Illucens
(Stratiomyidae, Diptera) yang diberi pakan bungkil kelapa sawit yang
diperkaya [skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Budiman F, Ambari O, Surest AH. 2012. Pengaruh waktu fermentasi dan
perbandingan volume santan dan sari nanas pada pembuatan virgin
coconut oil (VCO). Jurnal Teknik Kimia 2(18): 37-42.
Christophersen CT, Wright ADG, Vercoe PE. 2008. In vitro methane emission
and acetate:propionate ratio are decreased when artificial stimulation of
the rumen wall is combined with increasing grain diets in sheep. J. Anim.
Sci. 86: 384-389.
Demeyer DI. 1991. Quantitative aspect of microbial metabolism in the rumen and
hindgut. Dalam: Jouany JP (Ed). Rumen Microbial Metabolism and
Ruminant Digestion. INRA Editions. Paris (FR).
DeVore DW. 2018. In-vitro digestibility and gas production of wheat middlings,
solvent ektracted cottonseed meal, soyhulls, and corn gluten feed and the
effects of monensin on in-vitro digestibily and gas production [thesis].
Missouri State University.
Dohme F, Machmüller A, Wasserfallen A, Kruezer M. 2000. Comparative
efficiency of various fats rich in medium-chain fatty acids to suppress
ruminal methanogenesis as measured witf RUSITEC. Can. J. Anim. Sci.
80: 473-482.
14

Dohme F, Machmüller A, Wasserfallen A, Kruezer M. 2001. Ruminal


methanogenesis as influenced by individual fatty acids supplemented to
complete ruminant diets. Appl. Microbiol 32: 47-51.
Faciola AP, Broderick GA. 2014. Effects of feeding lauric acid or coconut oil on
ruminal protozoa numbers, fermentatioan patter, digestion, omasal
nutrient flow, and milk production in dairy cows. J. Dairy Sci. 97: 5088-
5100.
Fahmi MR. 2015. Optimalisasi proses biokonversi dengan menggunakan mini-
larva Hemetia illuscens untuk memenuhi kebutuhan pakan ikan.
Prosidingn Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia.
Depok (ID): 139-144.
General Laboratory Procedures [GPL]. 1966. Report of Dairy Science. Madison
(USA):University of Wisconsin.
Gómez B, Munekata PES, Zhu Z, Barba FJ, Toldrá, Putnik P, Kovaćevič DB,
Lorenzo JM. 2019. Challenges and opportunities regarding the use of
alternative protein sources: aquaculture and insects. Advances in Food
and Nutrition Research.
Guyader J, Eugene M, Noziere P, Morgavi DP, Doreau M, Martin C. 2014.
Influence of rumen protozoa on methane emission in ruminants: a meta-
analysis approach. Animal 8: 1816-1825.
Hegarty RS, Gerdes R. 1999. Hydrogen production and transfer in the rumen.
Recent advances in animal nutrition in Australia 12: 37-44.
Henderson C. 1973. The effect of fatty acids on pure cultures of rumen bacteria. J.
Agric. Sci. 81:107-112.
Hidayah N. 2014. Ketahanan biohidrogenasi minyak nabati yang diproteksi
dengan metode sabun kalsium dan mikroenkapsulasi secara in vitro
[thesis]. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Hristov AN, Vander Pol M, Agle M, Zaman S, Schneider C, Ndegwa P, Vaddella
VK, Johnson K, Shingfield KJ, Karnati SKR. 2009. Effect of lauric acid
and coconut oil on ruminal fermentation, digestion, ammonia losses
from manure, and milk fatty acid composition in lactating cows. J. Dairy
Sci.92(11): 5561-5582.
Jayanegara A, Sofyan A, Makkar HPS, Becker K. 2009. Kinetika produksi gas,
kecernaan bahan organik dan produksi gas metana in vitro pada hay dan
jerami yang disuplementasi hijauan mengandung tannin. Media
Peternakan 32(2): 120-129.
Jayanegara A, Harahap RP, Rozi RF, Nahrowi. 2018. Effects of lipid extraction
on nutritive composition of winged bean (Psophocarpus tetragonolobus),
rubber seed (Hevea brasiliensis), and tropical almond (Terminalia
catappa). Veterinary World 11: 446-451.
Li S, Ji H, Zhang B, Tian J, Zhou J, Yu H. 2016. Influence of black soldier fly
(Hermetia illucens) larvae oil on growth performance, body
composition, tissue fatty acid composition and lipid deposition in
juvenile jian carp (Cyprinus carpio var. Jian). Elsevier: Aquaculture 465:
43-52.
Machmüller A, Soliva CR, Kruezer M. 2002. In citro ruminal methane
suppression by lauric acid as influenced by dietary calcium. Canadian
Journal of Animal Science: 233-239.
15

Machmüller A, Soliva CR, Kruezer M. 2003. Methane-suppressing effect of


myristic acid in sheep as affected by dietary calcium and forage
proportion. J. Nutr. 90:529-540.
Machmüller A. 2006. Medium-chain fatty acids and their potential to reduce
methanogenesis in domestic ruminants. Agric. Ecosystem Environment
112: 107-114.
Makkar HP, Tran G, Heuzé V, Ankers P. 2014. State of the art on use of insects as
animal feed. Animal Feed Science and Technology 197:1-33.
McDonald P, Edward RA, Greenhalgh JFD, Morgan CA. 2002. Animal Nutrition
6thEdition. New York (US): Scienctific and Tech John Willey &Sons.
Inc.
Mottram T, Lowe J, McGowan M, Philips N. 2008. Technical note: a wireless
telemetric method of monitoring clinical acidosis in dairy cows.
Computers and Electronics in Agriculture 64: 45-48.
Nagaraja TG, Lechtenberg KF. 2007. Acidocis in feedlot cattle. Veterinary
Clinics: Food Animal Practice 23: 333-350.
Newbold CJ, de la Fuente G, Belanche A, Ramos-Morales E, McEwan NR. 2015.
The role of ciliate protozoa in the rumen. Frontiers in Microbiology 6.
Ogimoto K, Imai S. 1981. Atlas of Rumen Microbiology. Japan Science. Tokyo
(JP): Societes Press.
Oktarini N, Dhalika T, Budiman A. 2015. Pengaruh penambahan nitrogen dan
sulfur pada ensilase jerami ubi jalar (Ipomea batatas L.) terhadap
konsentrasi NH3 dan VFA (in vitro).
Rachmawati, Buchori D, Hidayat P, Hem S, Fahmi MR. 2010. Perkembangan dan
kandungan nutrisi larva Hermetia illucens (Linnaeus) (Diptera:
Stratiomuidae) pada bungkil kelapa sawit. J. Entomol Indon 7(1): 28-41.
Sánchez-Muros MJ, Barroso FG, Manzano-Agugliaro F. 2014. Insect meal as
renewable source of food dor animal feeding: a review. J. CleanerProd.
65: 16-27.
Sánchez-Muros MJ, Barroso FG, de Haro C. 2016. Insects as Sustainable Food
Ingredients: Chapter 10. Elsevier Inc.
Slyter LL. 1976. Influence of acidosis on rumen fuction. J. Anim. Sci. 43: 910-
929.
Spranghers T, Michiels J, Vrancx J, Ovyn A, Eechhout M, De Clercq P, De Smet
S. 2017. Gut antimicrobial effects and nutritional value of black soldier
fly (Hermetia illucens L.) prepupae for weaned piglets. Animal Feed
Science and Technology.
Soliva CR, Meile L, Hindrichsen IK, Kruezer M. 2004. Myristic acid supports the
immediate inhibitory effect of lauric acid on ruminal methanogens and
methane release. Anaerobe 10: 269-276.
Sulasminingsih S, Setyawan BA, Tua LM. 2017. Dehidrasi virgin coconut oil
dengan soda ash unutk memenuhi standar nasional Indonesia pada
kelompok tani bina warga 1 desa pancanegara kecamatan pabuaran
kabupaten serang. Bina Teknika 13(1): 109-115.
Tavendale MH, Meagher LP, Pacheco D, Walker N, Attwood GT, Sivakumaran
S. 2005. Methane production from in vivo rumen incubation with Lotus
pedunculatus and Medicago sativa, and effects of extractable condensed
16

tannin fractions on methanogenesis. Anim. Feed Sci. Technol. 123/124:


403-419.
Tran G, Heuzé V, Makkar HPS. 2015. Insects in fish diets. Anim Front 5(2): 37-
44.
Zosel J, Kadena H, Peters G, Hoffmannc M, Rudisch P, Jäkel L, Lauckner G,
Grodriane A, Gutha U. 2010. Continous longterm monitoring of ruminal
pH. Sensors and Actuators 144(B): 395-399.
LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil analisa pengaruh terhadap VFA total


Sumber Jenis Rataan
Keragaman Kuadrat Keragaman Kuadrat
(SK) Tengah (JK) (db) (KT) Fhit Signifikansi
Perlakuan 655.396 5 131.079 0.438 0.818
Kelompok 20310.415 2 10155.208 33.950 0.000
Galat 8375.495 28 299.125
Total 455515.258 36

Lampiran 2 Hasil analisa pengaruh perlakuan terhadap NH3


Sumber Jenis Rataan
Keragaman Kuadrat Keragaman Kuadrat
(SK) Tengah (JK) (db) (KT) Fhit Signifikansi
Perlakuan 79.094 5 15.819 7.513 0.000
Kelompok 41.549 2 20.774 9.867 0.001
Galat 56.847 27 2.105
Total 6061.867 35

Lampiran 3 Hasil uji lanjut duncan pengaruh perlakuan terhadap NH3


Superskrip
Perlakuan N a b
Perlakuan 2 6 10.7893
Perlakuan 1 6 11.1295
Perlakuan 4 6 12.9803
Perlakuan 3 6 14.0021
Perlakuan 6 5 14.5053
Perlakuan 5 6 14.6204
Signifikansi 0.693 0.088

Lampiran 4 Hasil analisa pengaruh perlakuan terhadap populasi protozoa


Sumber Jenis Rataan
Keragaman Kuadrat Keragaman Kuadrat
(SK) Tengah (JK) (db) (KT) Fhit Signifikansi
Perlakuan 1.402 5 0.280 6.914 0.000
Kelompok 1.002 2 0.501 12.352 0.000
Galat 1.135 28 0.041
Total 855.400 36
18

Lampiran 5 Hasil uji lanjut duncan pengaruh perlakuan terhadap populasi


protozoa
Superskrip
Perlakuan N a b
Perlakuan 2 6 4.5650
Perlakuan 1 6 4.7350
Perlakuan 3 6 4.7400
Perlakuan 4 6 5.0000
Perlakuan 5 6 5.0183
Perlakuan 6 6 5.1283
Signifikansi 0.166 0.307

Lampiran 6 Hasil analisa pengaruh perlakuan terhadap pH


Sumber Jenis Rataan
Keragaman Kuadrat Keragaman Kuadrat
(SK) Tengah (JK) (db) (KT) Fhit Signifikansi
Perlakuan 0.020 5 0.004 1.318 0.285
Kelompok 0.065 2 0.032 10.706 0.000
Galat 0.085 28 0.003
Total 1592.180 36

Lampiran 7 Hasil analisa pengaruh perlakuan terhadap KCBO


Sumber Jenis Rataan
Keragaman Kuadrat Keragaman Kuadrat
(SK) Tengah (JK) (db) (KT) Fhit Signifikansi
Perlakuan 362.178 5 72.436 9.703 0.000
Kelompok 791.651 2 395.825 53.020 0.000
Galat 201.570 27 7.466
Total 85611.324 35

Lampiran 8 Hasil uji lanjut duncan pengaruh perlakuan terhadap KCBO


Superskrip
Perlakuan N a b c
Perlakuan 6 6 45.2401
Perlakuan 5 6 46.3283 46.3283
Perlakuan 4 6 47.2518 47.2518
Perlakuan 3 6 49.1411
Perlakuan 2 5 52.7447
Perlakuan 1 6 54.2598
Signifikansi 0.247 0.108 0.353
19

Lampiran 9 Hasil analisa pengaruh perlakuan terhadap KCBK


Sumber Jenis Rataan
Keragaman Kuadrat Keragaman Kuadrat
(SK) Tengah (JK) (db) (KT) Fhit Signifikansi
Perlakuan 301.509 5 60.302 7.800 0.000
Kelompok 752.519 2 376.260 48.670 0.000
Galat 208.731 27 7.731
Total 87850.504 35

Lampiran 10 Hasil uji lanjut duncan pengaruh perlakuan terhadap KCBK


Superskrip
Perlakuan N a b c
Perlakuan 6 6 46.2600
Perlakuan 5 6 47.2617
Perlakuan 4 6 48.1550
Perlakuan 3 6 49.7333 49.7333
Perlakuan 2 5 52.8840 52.8840
Perlakuan 1 6 54.6350
Signifikansi 0.060 0.064 0.293

Lampiran 11 Hasil analisa variabel a+b pada persaman eksponensial produksi


gas total
Sumber Jenis Rataan
Keragaman Kuadrat Keragaman Kuadrat
(SK) Tengah (JK) (db) (KT) Fhit Signifikansi
Perlakuan 2683.478 5 536.696 19.727 0.000
Kelompok 640.493 2 320.246 11.771 0.000
Galat 761.753 28 27.205
Total 638471.690 36

Lampiran 12 Hasil uji lanjut duncan variabel a+b


Superskrip
Perlakuan N a b
Perlakuan 6 6 118.55783
Perlakuan 5 6 123.54067
Perlakuan 4 6 134.91067
Perlakuan 3 6 137.80533
Perlakuan 1 6 140.64233
Perlakuan 2 6 141.02667
Signifikansi 0.109 0.072
20

Lampiran 13 Hasil analisa pengaruh perlakuan terhadap produksi CH4 (µl/Lgas)


Sumber Jenis Rataan
Keragaman Kuadrat Keragaman Kuadrat
(SK) Tengah (JK) (db) (KT) Fhit Signifikansi
Perlakuan 0.151 5 0.030 3.705 0.011
Kelompok 64.585 2 32.293 3972.047 0.000
Galat 0.228 28 0.008
Total 199.272 36

Lampiran 14 Hasil uji lanjut duncan produksi CH4 (µl/Lgas)


Superskrip
Perlakuan N a b c
Perlakuan 6 6 1.851883
Perlakuan 1 6 1.884433
Perlakuan 5 6 1.899920 1.899920
Perlakuan 2 6 1.917640 1.917640
Perlakuan 3 6 2.001582 2.001582
Perlakuan 4 6 2.033698
Signifikansi 0.259 0.074 0.542

Lampiran 15 Hasil analisa pengaruh perlakuan terhadap produksi CH4


(µl/gBOT)
Sumber Jenis
Keragaman Kuadrat Keragaman Rataan Kuadrat
(SK) Tengah (JK) (db) (KT) Fhit Sig.
Perlakuan 9.942E-010 5 1.988E-010 12.107 0.0
Kelompok 7.297E-008 2 3.649E-008 2221.627 0.0
Galat 4.599E-010 28 1.642E-011
Total 2.383E-007 36

Lampiran 16 Hasil uji lanjut duncan produksi CH4 (µl/gBOT)


Superskrip
Perlakuan N a b c
Perlakuan 1 6 0.000061384
Perlakuan 2 6 0.000063126 0.000063126
Perlakuan 6 6 0.000064525 0.000064525
Perlakuan 5 6 0.000066769
Perlakuan 3 6 0.000073540
Perlakuan 4 6 0.000075456
Signifikansi 0.215 0.152 0.420
21

Lampiran 17 Hasil analisa pengaruh perlakuan terhadap produksi CH 4


(µl/gsampel)
Sumber Jenis
Keragaman Kuadrat Keragaman Rataan Kuadrat
(SK) Tengah (JK) (db) (KT) Fhit Sig.
Perlakuan 0.022 5 0.004 6.383 0.000
Kelompok 1.807 2 0.904 1303.745 0.000
Galat 0.019 28 0.001
Total 5.888 36

Lampiran 18 Hasil uji lanjut duncan produksi CH4 (µl/gsampel)


Superskrip
Perlakuan N a b c
Perlakuan 6 6 0.294890725
Perlakuan 5 6 0.312488794 0.312488794
Perlakuan 1 6 0.336469676 0.336469676
Perlakuan 2 6 0.340562152 0.340562152
Perlakuan 4 6 0.360182902
Perlakuan 3 6 0.365070982
Signifikansi 0.257 0.091 0.095

Lampiran 19 Hasil analisa pengaruh perlakuan terhadap laju produksi gas


(konstanta c)
Sumber Jenis
Keragaman Kuadrat Keragaman Rataan Kuadrat
(SK) Tengah (JK) (db) (KT) Fhit Sig.
Perlakuan 0.001 5 0.000 15.514 0.000
Kelompok 0.001 2 0.000 43.290 0.000
Galat 0.019 28 8.530E-006
Total 0.041 36

Lampiran 20 Hasil uji lanjut duncan laju produksi gas (konstanta c)


Superskrip
Perlakuan N a b
Perlakuan 1 6 0.02883
Perlakuan 2 6 0.02900
Perlakuan 3 6 0.03133
Perlakuan 4 6 0.03217
Perlakuan 5 6 0.03717
Perlakuan 6 6 0.04050
Signifikansi 0.080 0.058
22

Lampiran 21 Hasil analisa pengaruh perlakuan terhadap produksi gas total jam
ke-24
Sumber Jenis
Keragaman Kuadrat Keragaman Rataan Kuadrat
(SK) Tengah (JK) (db) (KT) Fhit Sig.
Perlakuan 72.472 5 14.494 0.383 0.856
Kelompok 1262.889 2 631.444 16.675 0.000
Galat 1060.278 28 37.867
Total 190607.00 36

Lampiran 22 Hasil analisa pengaruh perlakuan terhadap produksi gas total jam
ke-72
Sumber Jenis
Keragaman Kuadrat Keragaman Rataan Kuadrat
(SK) Tengah (JK) (db) (KT) Fhit Sig.
Perlakuan 495.222 5 99.044 2.275 0.074
Kelompok 363.389 2 181.694 4.174 0.026
Galat 1218.944 28 43.534
Total 506651.00 36

Lampiran 23 Hasil uji lanjut duncan gas total jam ke-72


Superskrip
Perlakuan N a b
Perlakuan 6 6 112.000
Perlakuan 5 6 114.667 114.667
Perlakuan 4 6 120.167 120.167
Perlakuan 2 6 120.500
Perlakuan 1 6 120.833
Perlakuan 3 6 122.167
Signifikansi 0.051 0.088
RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 24 Agustus 1997 di


Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Penulis
merupakan anak kedua dari dua bersaudara, putri dari
pasangan Bapak Ronny Herianto dan Ibu Azuarni.
Penulis telah menempuh pendidikan di Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor. Penulis telah menyelesaikan
pendidikan dasar di SDN Dr. Sutomo VI, Surabaya pada
tahun 2003-2006 dan SDN Medono 08, Pekalongan
pada tahun 2006-2009. Pendidikan menengah
dilanjutkan di SMP N 02 Pekalongan pada tahun 2009-
2012 dan di SMA N 1 Pekalongan pada tahun 2012-
2015.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2015 melalui jalur
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi
mahasiswa, penulis aktif dibeberapa organisasi kemahasiswaan yaitu Himpunan
Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak periode 2016/2017 dan Unit Kegiatan
Mahasiswa Uni Konservasi Fauna (UKF) pada tahun 2016-2019. Penulis juga
mengikuti program Practical Training di Universitas Maejo, Chiang Mai,
Thailand pada Agustus 2017. Penulis terpilih menjadi Mahasiswa Berprestasi
peringkat 3 tingkat Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan tahun 2018.
Penulis berhasil mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian
(PKM-Pe) yang didanai DIKTI pada tahun 2018. Penulis dipercaya untuk menjadi
Duta Lingkungan Fakultas Peternakan periode 2018/2019. Selain itu, penulis juga
pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Teknik Laboratorium Nutrisi dan
Teknologi Pakan semester genap periode 2018/2019.

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan skripsi sebagai salah satu syarat mendapat gelar kesarjanaan dari
program studi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan bagi junjungan kita
Nabi Muhammad SAW.
Selesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari banyaknya bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Dengan ini, penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada Dr. Anuraga Jayanegara, S.Pt, M.Sc selaku penyandang dana selama
penelitian, penyumbang ide serta pembimbing utama dalam menyelesaikan
penelitian dan penulisan skripsi ini. Selain itu, terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Dr. Despal, S.Pt, M.Sc.Agr sebagai pembimbing anggota atas
dukungan yang diberikan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ir. Asep
Tata Permana, M.Sc selaku dosen pembahas seminar dan Dr. Indah Wijayanti,
24

S.TP, M.Si selaku dosen panitia pada seminar hasil saya tanggal 2 Mei 2019.
Turut mengucapkan terima kasih juga kepada Dr. Ir. Asep Sudarman, M.Rur.Sc
dan Dr Astari Aprianti, S.Gz, M.Sc sebagai dosen penguji pada sidang skripsi
saya tanggal 21 Juni 2019.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Ronny Herianto dan
keluarga yang telah membantu dalam berbagai hal, baik finansial maupun moril
selama ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada staf Laboratorium Ilmu
dan Teknologi Pakan, Laboratorium Biokimia Fisiologi dan Mikrobiologi Nutrisi
serta Laboratorium Nutrisi Ternak Perah yang telah membantu selama penelitian
dilaksanakan. Terima kasih juga disampaikan kepada Akur, Orin, Budi, Laila dan
Kak Ratna selaku teman satu laboratorium atas segala bantuan yang telah
diberikan. Terakhir, ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Yasser, Putri,
Robin dan kak Hanum atas segala dukungan fisik dan moril yang diberikan
selama ini.

Anda mungkin juga menyukai