Anda di halaman 1dari 5

PROSIDING HASIL-HASIL PENELITIAN TAHUN 2016 ISBN : : 978-602-71393-4-3

PENGARUH SUHU EKSTRAKSI TERHADAP PERSENTASE MINYAK MAGGOT

Muh. Syarif Djaya dan Aam Gunawan

Fakultas Pertanian Universitas Islam Kalimantan MAB

Abstract

This study aims to determine the effect of temperature on the percentage of oil extraction
maggot. This study is a pure experiment using completely randomized design (CRD) with
five treatments (heating temperature) and four replications. The results showed that the
extraction temperature effect on the percentage of flour maggot oil yield and oil yield
percentage of issued. The temperature of 110 ° C gives the best results with the percentage of
oil extraction rates of flour maggot (9.62% ± 1.70) and the percentage of oil extraction issued
by (10.70% ± 1.89).

Keyword :

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu ekstraksi terhadap persentase
minyak maggot. Penelitian ini merupakan eksperimen murni dengan menggunakan metode
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan (suhu pemanasan) dan empat
ulangan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu ekstraksi berpengaruh terhadap persentase
rendemen minyak tepung maggot dan persentase rendemen minyak yang dikeluarkan. Suhu
110 oC memberikan hasil terbaik dengan persentase rendemen minyak tepung maggot sebesar
(9,62% ± 1,70) dan persentase rendemen minyak yang dikeluarkan sebesar (10,70% ± 1,89).

PENDAHULUAN
Saat ini budidaya maggot telah dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat sampai
pada lembaga tertentu seperti Balai-Balai penelitian dengan produksi mencapai 200-300
kg/minggu. Kapasitas ini masih bisa ditingkatkan lagi dengan peningkatan fasilitas, terutama
wadah budidaya. Pengembangan budidaya maggot kini masih terus dikaji, baik terkait
dengan nilai gizinya ataupun prospek pengembangan dan aplikasinya sebagai pakan ternak
maupun sebagai pengganti tepung ikan.
Sebagai media tumbuh maggot dipilih bungkil kelapa sawit. Alasannya karena bahan
ini mempunyai kandungan gizi yang lebih baik dibandingkan produk limbah lainnya seperti
ampas tahu, ampas kecap serta ketersedianya cukup banyak dan kontinyu.
Budidaya maggot bisa dilakukan pada skala kecil dengan menggunakan drum/baskom
dan skala besar pada bak-bak yang berukuran besar yang kedap air. Fermentasi bungkil

60
PROSIDING HASIL-HASIL PENELITIAN TAHUN 2016 ISBN : : 978-602-71393-4-3

kelapa sawit menggunakan air dengan perbandingan 1 bagian bungkil kelapa sawit dengan 2
bagian air. Bungkil yang telah dicampur air dimasukkan dalam tong/baskom atau bak
berukuran besar dan ditempatkan di ruangan terbuka.Agar media tidak terkena air hujan,
wadah budidaya diberi atap sebagai pelindung. Disamping itu untuk memudahkan lalat Black
soldier menempelkan telur maka di atas media fermentasi ditempatkan daun kering. Setelah
2-4 minggu pemeliharaan, maggot sudah bisa dipanen.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan bahwa apakah dengan penggunaan
suhu tertentu dapat menghasilkan rendemen minyak yang optimal pada tepung maggot. Perlu
penelitian untuk dapat mengetahui seberapa besar pengaruh suhu ekstraksi untuk menghasil
persentase rendemen minyak maggot yang optimal.

METODE PENELITIAN
Bahan dan Alat
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah maggot yang diperoleh dari
pemeliharaan lalat BSF.Kegia-tan penelitian ekstraksi maggot dilaksanakan di laboratorium
dasar Fakultas Pertanian Uniska. Alat yang digunakan antara lain; alat kempa, oven,
timbangan, gelas ukur, labu erlenmeyer, buret, dan blender.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah suhu ekstraksi tepung maggot, sedangkan
sebagai variabel tergantungnya adalah:
a. persentase rendemen minyak tepung maggot (R), dengan rumus:
𝐶
%𝑅 = 𝑆 𝑥 100%, dimana:

%R = persentase rendemen tepung maggot, C = Berat Minyak hasil ekstraksi, dan S =


berat sampel tepung maggot.
b. persentase rendemen minyak maggot yang dikeluarkan (Rm), dengan rumus:
%𝑅
%𝑅𝑚 = 0,3𝑥𝑆 𝑥 100%, dimana:

%Rm = persentase rendemen minyak yang dikeluarkan, 0,3 = kadar lemak minyak
maggot.
Penelitian ini merupakan eksperimen murni dengan menggunakan metode Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan empat ulangan sehingga total unit
percobaan sebanyak 20 unit. Secara terperinci kelima perlakuan tersebut adalah:
S70 : Suhu Ekstraksi 70o
S100 : Suhu Ekstraksi 100o
S80 : Suhu Ekstraksi 80o

61
PROSIDING HASIL-HASIL PENELITIAN TAHUN 2016 ISBN : : 978-602-71393-4-3

S110 : Suhu Ekstraksi 110o


S90 : Suhu Ekstraksi 90o
Untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan, dilakukan analisis statistik
menggunakan uji F, bila ternyata ada efek yang bermakna, maka untuk mengetahui
perbedaan suhu ekstraksi, dilakukan uji menggunakn uji wilayah berganda Duncan (Steel and
Torrie,1982).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Persentase Rendemen Minyak Tepung Maggot

Data pengamatan persentase rendemen minyak tepung maggot selama penelitian


disajikan pada Lampiran 1, sedangkan analisis ragam dan uji Duncan’s disajikan pada
Lampiran 2. Persentase rendemen minyak tepung maggot hasil penelitian disajikan pada
Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Rata-rata Persentase Rendemen Minyak Tepung Maggot (%)


Rendemen Minyak Tepung
No. Suhu Ekstraksi (oC)
Maggot (%)
1 70 3,84 ± 1,82a
2 80 4,44 ± 1,60a
3 90 6,25 ± 1,44a
4 100 6,27 ± 1,16a
5 110 9,62 ± 1,70b

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa suhu ekstraksi berpengaruh nyata terhadap
persentase rendemen minyak tepung maggot. Berdasarkan Tabel 1, pada suhu 70 oC (3,84% ±
1,82), 80 oC (4,44% ± 1,60), 80 oC (6,25% ± 1,44) dan 100 oC (6,27% ± 1,16) tidak berbeda
satu sama lain, tetapi keempat suhu ini berbeda dengan suhu ekstraksi 110 oC (9,62% ± 1,70).
Suhu 70 sampai 100 oC menghasilkan persentase rendemen minyak tepung maggot
yang relatif sama (P<0,5), hal ini dikarenakan sampai pada suhu 100 oC rendemen yang
dihasilkan belum banyak akibat belum didapatkannya waktu titik didih untuk mengekstraksi
tepung maggot tersebut, sedangkan pada suhu 110 oC sudah diperleh titik didih yang tepat
untuk mengekstraksi tepung maggot secara mudah dan cepat.
Menurut Moestafa (1981), bahwa pada suhu yang rendah menyebabkan
berkurangnya rendemen minyak yang dihasilkan pada bahan yang diekstrak, hal ini
terkait dengan proses titik didih yang diperlukan terhadap bahan dalam proses ekstraksi.
Disisi lain, Ketaren (1985) menambahkan bahwa pada suhu yang terlalu tinggi dapat

62
PROSIDING HASIL-HASIL PENELITIAN TAHUN 2016 ISBN : : 978-602-71393-4-3

pula menyebabkan terjadinya penguapan minyak padan bahan yang diekstrak sehingga
rendemen yang dihasilkan berkurang.

Persentase Rendemen Minyak yang Dikeluarkan


Data pengamatan persentase rendemen minyak yang dikeluarkan selama penelitian
disajikan pada Lampiran 1, sedangkan analisis ragam dan uji Duncan’s disajikan pada
Lampiran 3. Persentase rendemen minyak yang dikeluarkan hasil penelitian disajikan pada
Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Rata-rata Persentase Rendemen Minyak yang Dikeluarkan (%)

No. Suhu Ekstraksi (oC) Rendemen Minyak yang Dikeluarkan (%)


1 70 4,26 ± 2,02a
2 80 4,93 ± 1,78a
3 90 6,95 ± 1,61a
4 100 6,97 ± 1,28a
5 110 10,70 ± 1,89b

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa suhu ekstraksi berpengaruh nyata terhadap
persentase rendemen minyak tepung maggot. Berdasarkan Tabel 2, pada suhu 70 oC (4,26%
± 2,02), 80 oC (4,93% ± 1,78), 80 oC (6,95% ± 1,61) dan 100 oC (6,97% ± 1,28) tidak
berbeda satu sama lain, tetapi keempat suhu ini berbeda dengan suhu ekstraksi 110 oC
(10,70% ± 1,89).
Hasil persentase rendemen yang dikeluarkan pada bahan tepung maggot akan sangat
tergantung pada hasil rendemen minyak yang dihasilkan dari bahan tersebut, sehingga pada
persentase rendemen yang dikeluarkan dari tepung maggot ini sejalan dengan hasil persentase
rndemen minyak maggot yang dihasilkan.
Menurut Gusnita dan Hadi (2000), bahwa persentase rendemen minyak yang
dikeluarkan pada suatu bahan akan tergantung dari volume rendemen minyak yang dihasilkan
dari bahan tersebut. Semakin tinggi rendemen minyak yang dihasilkan maka akan meningkat
pula persentase rendemen minyak yang dihasilkannya. Namun demikian, hasil penelitian ini
belum menggambarkan berapa suhu ekstraksi yang ideal karena data memperlihatkan
peningkatan signifikan tanpa menunjukkan penurunan, sehingga belum ada titik optimumnya.

63
PROSIDING HASIL-HASIL PENELITIAN TAHUN 2016 ISBN : : 978-602-71393-4-3

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Suhu ekstraksi berpengaruh terhadap persentase rendemen minyak tepung maggot dan
persentase rendemen minyak yang dikeluarkan. Suhu 110 oC memberikan hasil terbaik
dengan persentase rendemen minyak tepung maggot sebesar (9,62% ± 1,70) dan persentase
rendemen minyak yang dikeluarkan sebesar (10,70% ± 1,89).

Saran
Untukmendapatkan hasil yang optimal, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan
dengan memperhatikan suhu dan lama ekstraksi pada Tepung Maggot.

DAFTAR PUSTAKA
Arda Dinata, AMKL. Basmi Lalat dengan Jeruk Manis. Melalui
http://www.litbang.depkes.go.id/lokaciamis/artikel/lalat-arda.htm. [04/03/08]
Astawan, M. 2011. Alfalfa, Kaya Gizi, Obat Multi Penyakit. Melalui
http://vhitahani.wordpress.com/2010/08/10/alfalfakaya-gizi-obat-multipenyakit.
[23/05/11]
ESR. 2009. Bio-Conversion of Putrescent Waste. Melalui http://www.esrint.
com/pages/bioconversion.html. [17/03/2009]
Gusniarti dan Indeera Hadi, 2000. Pengaruh Suhu dan Lama Ekstraksi Dalam Pembuatan
Oleoresin Kapulaga Lokal (Skripsi). Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang.
Hem, H dan M.R. Fahmi. 2008. Potensi Maggot sebagai Salah Satu Sumber Protein Pakan
Ikan. Melalui http://www.apsordkp.Com/files/Maggot Sumber Protein Alternatif
Pengganti Tepung Ikan pdf. [04/03/08]
Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka, Jakarta.
Larrain, P.S and Salas, C.F. 2008. House Fly (Musca domestica L.) (Diptera: Muscidae)
Development in Different Types of Manure. Chilean Journal of Agricultural Research.
68:192-197.
Moestafa, 1981. Aspek Teknis Pengolahan Rempah Rempah Oleoresin dan Minyak. BBIHP,
Bogor.
Newton, G. L., D. C. Sheppard, D. W. Watson, G. J. Burtle, C. R. Dove, J. K. Tomberlin and
E. E. Thelen. 2009.The Black Soldier Fly, Hermetia Illucens, as a Manure Management
/Resource Recovery Tool. Melalui
http://www.cals.ncsu.edu/waste_mgt/natlcenter/sanantonio/Newton.pdf
Olivier PA. 2000. Larval Bio-conversion. E-conference: Area-Wide Integration of
Specialized Crop and Lifestock Production. 18th June-3rd August 2000. http://lead-
fr..vurtualcentre.org/en/ele/ awi_2000/downloads.htm.
Steel, R.G.D. and J.H. Torrie. 1982. Principle and Procedure of Statistics: A Biometrical
Approach. Second Edition. Mc. Graw – hill International Book Co. Tokyo.
Zuidhof, M.J., C.L. Molnar, F.M. Morley, T.L. Wray, F.E. Robinson, B.A. Khan, L. Al-Ani,
dan L.A. Goonewardene. 2003. Nutritive Value of House Fly (Mucca domestica)
Larvae as a Fed Supplement for Turkey Poults. Anim. Feed.

64

Anda mungkin juga menyukai