Pertama di atas segalanya, marilah kita bersyukur kepada Allah SWT atas
segala nikmat yang senantiasa tercurah, terutama nikmat kesehatan dan
kesempatan hingganya kita bisa berkumpul di sini dalam keadaan bahagia
penuh kedamaian.
Apakah kalian tahu apa tugas utama Rasulullah SAW ketika diutus oleh Allah
SWT ke dunia ini?
Ternyata, Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah ke muka bumi tiada bukan
dan tiada lain ialah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Sebagaimana
hadis yang berbunyi:
Artinya:
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.”
(HR. Al-Baihaqi).
Lah mengapa kok Rasulullah SAW tidak menyempurnakan yang lain seperti
iman, kegiatan muamalah, dan semisalnya?
Kita bisa mundur menuju masa lalu, tepatnya ketika Konstantinopel berhasil
ditaklukkan oleh Sultan Muhammad Al-Fatih. Ketika kita baca sejarah,
ternyata beliau tidak pernah sekalipun meninggalkan sholat tahajud.
Selain itu, beliau juga merupakan pemimpin yang hebat dan tawadhu’, alias
pemimpin yang rendah hati. Alhasil, semakin mengertilah kita di sini bahwa
akhlak itu sangat penting, dan menjadi batu pijakan utama seorang muslim.
Ada banyak sekali cabang akhlak, dan salah satu akhlak terpuji yang sangat
penting di zaman ini ialah malu.
Artinya:
“Sesungguhnya bagi setiap agama itu ada akhlak, dan akhlak Islam adalah
rasa malu.” [Hadis Riwayat Imam Ibnu Majah]
Malu berarti merasa sangat tidak enak hati seperti hina atau segan melakukan
sesuatu karena ada rasa hormat, agak takut, kepada pihak lain.
Malu adalah sifat yang mendorong seseorang merasa tidak enak apabila
meninggalkan kewajiban-kewajiaban sebagai hamba Allah SWT dan
meninggalkan larangan-larangan-Nya.
Malu merupakan sifat atau perasaan yang membentengi seseorang dari
melakukan yang rendah atau kurang sopan.
Ajaran Islam mengajarkan kita supaya memiliki sifat malu karena dapat
menyebabkan akhlak seseorang menjadi tinggi. Orang yang tidak memiliki
sifat malu, akhlaknya akan rendah dan tidak mampu mengendalikan hawa
nafsu.
Misalnya malu kepada diri sendiri. Wujud dari perilaku seorang pelajar yaitu
malu ketika dirinya malas untuk belajar, malu ketika dirinya tidak datang tepat
waktu, malu karena merasa sedikit sekali melakukan kebaikan dan
sebagainya.
Malu kepada manusia, yaitu berusaha untuk mengendalikan diri agar tidak
melanggar perintah Allah. Misalnya malu untuk berkata yang tidak sopan,
malu jika tidak bisa menolong teman, dan semisalnya.
Malu kepada Allah, yaitu perilaku malu terbaik yang bakal mengantarkan kita
kepada kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
Karena ketika kita sudah malu kepada Allah, maka kita akan merasa tidak
enak hati bila sholat terlambat, bila kurang disiplin dalam belajar, bila kurang
hormat kepada orang tua dan guru, serta berbagai kebaikan lainnya. Kita
merasa malu karena Allah senantiasa mengawasi gerak-gerik kita.
Kadang kita malah malu ketika diminta guru untuk bertanya, malu ketika
diminta untuk memberikan pendapat, merasa malu ketika datang paling awal
di sekolah. Padahal semua itu baik, kan?
Maka darinya, marilah kita renungkan, marilah kita perbaiki diri, dan mari kita
tata hati untuk senantiasa malu untuk melakukan keburukan dan berani untuk
melakukan kebaikan.
Jangan sampai kita malah menjadi orang-orang yang tidak tahu malu. Karena
apabila seseorang hilang malunya, secara bertahap perilakunya akan buruk,
kemudian menurun kepada yang lebih buruk, dan terus meluncur ke bawah
dari yang hina kepada lebih hina sampai ke derajat paling rendah.
Na’udzubillahi min dzalik.
Sampai di sini dulu pidato saya. Mohon maaf atas segala khilaf dan salah.
Kepada Allah, marilah bersama-sama kita memohon ampun.