TC = TFC + TVC
AFC = TFC / Q
AVC = TVC / Q
MC = Δ TC
ΔQ
Contoh :
Q TFC TVC TC AFC AVC AC MC
0 60 0 60 0 0 0 -
1 60 30 90 60 30 90 30
2 60 35 95 30 17,5
3 60 40 100 20
4 60 45 105
5 60 50 110
6 60 55 115
Berikut gambar kurvanya :
• Kurva AVC dan AC mula-mula tinggi ,lalu turun ke bawah dan naik lagi
• Kurva AFC berbentuk Asymtoot ( tidak menyinggung sumbu X maupun
sumbu Y
• Kurva MC memotong kurva AVC dan AC di titik paling minimum
( terendah)
Memilih Skala Produksi
- Pada Tingkat produksi/ouput/ Q sebesar = 100 unit, maka hal itu dilalui
oleh dua kurva (kapasitas pabrik AC 1 dan AC2 )
- Pada Tingkat produksi/ouput/ Q sebesar = 100 unit, maka hal itu dilalui
oleh dua kurva (kapasitas pabrik AC 1 dan AC2 )
- Pada Tingkat produksi/ouput/ Q sebesar = 160 unit, maka hal itu dilalui
oleh dua kurva (kapasitas pabrik AC 1 dan AC2 )
- Sehingga pada Q = 160,kita pilih kapasitas pabrik (AC 2) , daripada
AC 1, karena biaya produksi di AC 2 lebih rendah dari biaya produksi
di AC 1
- Dan seterusnya
KURVA BIAYA JANGKA PANJANG :
Bagaimana mungkin output meningkat tetapi biaya produksi per unit justru
menurun? Dalam logika awam, setiap peningkatan output umumnya diikuti
dengan biaya produksi per unit yang juga meningkat. Asumsinya, faktor
produksi seperti bahan baku (input) dan tenaga kerja juga meningkat,
sehingga harusnya berpengaruh pula pada biaya produksi per unit yang
meningkat atau lebih tinggi. Asumsi ini bisa jadi benar, tapi tak selalu tepat
Produksi massal atau dalam jumlah besar justru mampu menekan biaya
produksi per unit. Sederhananya, pembelian bahan baku dalam jumlah besar
umumnya akan memperoleh diskon sehingga harga bahan
baku (input) menjadi lebih murah. Dengan jam kerja dan jumlah pekerja
sama, pengolahan bahan baku menjadi produk tersebut akan menimbulkan
biaya produksi yang lebih murah