Anda di halaman 1dari 63

BD Tempo

5 Bahasa Daerah di NTT Bakal Direvitalisasi

Reporter

Antara

Editor

Devy Ernis

Selasa, 28 Juni 2022 21:41 WIB

Mendikbud Nadiem Makarim ketika bermalam di rumah salah satu guru di Kalimantan Utara. Dok.
Kemdikbud

TEMPO.CO, Jakarta - Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan satu dari 12 provinsi yang menjadi
target revitalisasi bahasa daerah pada 2022. Dalam program Merdeka Belajar Revitalisasi Bahasa Daerah
di Nusa Tenggara Timur, disebutkan ada lima bahasa daerah di 11 kabupaten kota di NTT yang akan
menjadi fokus revitalisasi di tahun ini. Kelima bahasa tersebut adalah: bahasa Dawan, bahasa
Manggarai, bahasa Kambera, bahasa Rote, dan bahasa Abui.

Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), M. Abdul Khak,
menuturkan, NTT merupakan provinsi ketiga di Indonesia dengan jumlah bahasa daerah terbanyak. Dari
718 bahasa daerah yang ada di Indonesia, 72 di antaranya berasal dari NTT.

Hal itu diungkapkan Khak dalam rapat koordinasi di Kupang pada Senin, 27 Juni 2022. Dalam
kesempatan tersebut, Khak menyampaikan bahwa secara alamiah satu per satu bahasa daerah di dunia
akan mati. Revitalisasi ini, menurutnya, merupakan upaya untuk mencegah agar bahasa-bahasa daerah
tidak punah terlalu cepat dan nilai-nilai kebahasaan tersebut masih dapat diketahui dan digunakan oleh
generasi berikutnya.

Kepala Kantor Bahasa Nusa Tenggara Timur, Elis Setiati, mengatakan, rapat koordinasi kali ini dilakukan
untuk menggalang dukungan dan komitmen dari pemerintah daerah terkait pelaksanaan revitalisasi

CP NO
bahasa daerah secara berkesinambungan. Ia mengatakan, sasaran peserta Revitalisasi Bahasa Daerah
untuk tahun 2022 dan 2023 dikhususkan untuk siswa pada usia SD dan SMP.

Elis menyebut, kelima bahasa daerah NTT yang menjadi target revitalisasi berasal dari 11 kabupaten dan
kota, yaitu bahasa Dawan di Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Kabupaten Timor
Tengah Selatan (TTS), dan Kota Kupang; bahasa Manggarai di Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten
Manggarai, dan Kabupaten Manggarai Timur; bahasa Kambera di Kabupaten Sumba Timur dan
Kabupaten Sumba Tengah; dan bahasa Abui di Kabupaten Rote Ndao dan Kabupaten Alor.

“Rapat Koordinasi Revitalisasi Bahasa Daerah merupakan langkah pertama dalam upaya pelestarian dan
pengembangan bahasa-bahasa daerah di NTT, tahap selanjutnya dapat dilaksanakan dengan bergotong
royong dan berkelanjutan,” katanya seperti dilansir di laman resmi Kementerian Pendidikan pada Selasa,
28 Juni 2022

Anggota Komisi X DPR RI, Andreas Hugo Pareira, salah satu perwakilan rakyat asal Sikka, NTT, dalam
kesempatan yang sama mengajak seluruh masyarakat NTT untuk mendukung program revitalisasi
bahasa daerah. Dengan kekayaan 72 bahasa daerah tersebut, tutur pria yang akrab disapa Hugo ini,
menjadi modal bagi NTT untuk mengembangkan diri dalam bidang pendidikan, kebudayaan, dan
pariwisata.

“Orang tidak akan datang ke suatu wilayah kalau tidak ada keunikannya. Kita sebagai orang NTT tidak
perlu menyamakan diri dengan orang di Jawa atau Bali. Kita punya kekayaan bahasa yang menjadi ciri
khas NTT,” ujar Hugo.

Hugo menyampaikan keprihatinannya atas kondisi bahasa daerah khususnya NTT yang kini kritis dan di
ambang kepunahan. Ia menceritakan bagaimana di keluarganya sendiri, bahasa Sikka yang merupakan
bahasa ibunya, sudah jarang digunakan. Ia mengaku, anak-anak di Maumere lebih sering diajarkan
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. “Kalau saya berbicara dengan adik atau keponakan saya di NTT,
saya bertanya pakai bahasa Sikka, mereka akan menjawab dengan bahasa Indonesia,” tuturnya.

Keprihatinan yang disampaikannya tersebut tentu dialami hampir seluruh wilayah di Indonesia.
Gempuran bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya di platform-platform media sosial, kata Hugo,
membawa pengaruh besar pada ketidakpedulian generasi muda terhadap bahasa daerah. Untuk itu,
Hugo berharap program revitalisasi ini dapat berhasil dan terus menghidupkan bahasa-bahasa daerah
khususnya di daerah NTT.

CP NO
Baca juga: Peraturan KIP Kuliah Bakal Direvisi, Banyak Keluhan Tak Tepat Sasaran,

https://tekno.tempo.co/read/1606612/5-bahasa-daerah-di-ntt-bakal-direvitalisasi diakses 23 Oktober


2022,

SMB IV Ingin Bahasa Palembang Jadi Kurikulum Muatan Lokal di Sekolah

Reporter

Parliza Hendrawan (Kontributor)

Editor

Devy Ernis

Selasa, 13 September 2022 09:29 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah tokoh masyarakat dan budaya di Palembang, Sumatera Selatan menilai
Bahasa Palembang perlu masuk dalam kurikulum muatan lokal di sekolah di Sumatera Selatan mulai dari
tingkat Sekolah Dasar (SD). Keinginan tersebut disampaikan oleh Sultan Palembang Darussalam, Sultan
Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R.M.Fauwaz Diradja pada haul Sultan Mahmud Badaruddin
(SMB) III Raden Haji Muhammad (RHM) Sjafei Diradja Bin Raden Haji Abdul Hamid pada Senin, 12
September 2022.

Selain itu guna memperkenalkan bahasa daerah dan budaya asli yang diturunkan oleh para leluhur itu,
dia mengatakan pegawai swasta hingga Aparatur Sipil Negara (ASN) pada hari tertentu diwajibkan
mengenakan pakai adat dan baso plembang dalam aktifitas kedinasannya.

“Bebaso Plembang sebenarnya tanggung jawab kita bersama melestarikannya, dan kewajiban utama
ada pada pemerintah kota sebagai organ yang berfungsi dalam regulator dan eksekutornya,” kata Sultan
R.M.Fauwaz Diradja.

Saat ini kata Fauwaz bahan-bahan untuk bahasa Palembang atau bebaso Plembang sudah banyak
tersedia mulai dari kamus bebaso, cerita-cerita, fonem, diftong, vocal. “Semuanya sudah ada tinggal
dimasukan dalam muatan lokal, tinggal goodwill pemerintah untuk menerapkannya,”ujarnya.

CP NO
Sementara itu Ali Hanafiah atau mang Ali yang merupakan budayawan Palembang ini mengatakan
pihaknya sudah cukup lama menginginkan agar bahasa Palembang dan pernak pernik budaya khas
Palembang masuk ke muatan lokal dan ke kantor-kantor dinas.

Selain bahasa Palembang, dia menginginkan pada salah satu hari dalam sepekan, pelajar dan pegawai di
Palembang mengenakan pakai adat berupa baju belah Booloh, Teluk Belango. Sebagai salah satu
langkah untuk membiasakan lidah anak muda berbahasa Palembang, dia meminta pihak kesultanan
menyiapkan relawan yang siap menjadi tutor. “Tahap awal ini cukup 10 tutor dulu, nanti akan terus
bertambah seiring waktu,” katanya.

PARLIZA HENDRAWAN

https://tekno.tempo.co/read/1633582/smb-iv-ingin-bahasa-palembangjadi-kurikulum-muatan-lokal-di-
sekolah diakses 23 Oktober 2022

Tekno

Bupati Jayawijaya Minta Disdik Masukan Materi Pelajaran Bahasa Daerah

Reporter

Antara

Editor

Devy Ernis

Rabu, 30 Maret 2022 10:05 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Bupati Jayawijaya, Papua, Jhon Richard Banua memerintahkan dinas pendidikan
setempat memasukkan pelajaran bahasa daerah dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. "Saya
sudah minta dinas pendidikan agar di tahun ajaran baru ini mulai memberlakukan pembelajaran bahasa
daerah yang dimasukkan dalam kurikulum sekolah," katanya di Wamena, Jayawijaya, Papua, Selasa, 29
Maret 2022.

CP NO
Jhon mengatakan pembelajaran bahasa daerah Papua ini tidak dimasukkan pada sekolah setingkat SMA,
melainkan pada tingkat sekolah dasar dan SMP sederajat. "Sekolah yang akan menerapkan adalah yang
menjadi tanggungjawab pemda setempat yakni SD dan SMP," katanya.

ADVERTISEMENT

Jhon mengatakan rencana itu sudah disiapkan dua tahun lalu. Dia menyebut pembelajaran bahasa
daerah Papua semestinya dapat dilakukan dalam tahun ini. Hal itu, kata dia, dilakukan agar generasi
penerus tetap mengetahui dan mengenal bahasa Papua.

Dia menilai pentingnya pembelajaran bahasa daerah sebab menurutnya saat ini mulai hilangnya bahasa
ibu yang memiliki nilai-nilai karakteristik dan budaya.

"Kami perlu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi tidak bisa mengesampingkan nilai-nilai
budaya atau karakteristik. Keduanya harus berjalan berdampingan sehingga tidak hilang," katanya.

Jhon mengatakan pembelajaran bahasa daerah Papua ini merupakan upaya Pemerintah Jayawijaya
melestarikan budaya dan hal itu perlu mendapat dukungan masyarakat sehingga bisa terlaksana dengan
baik. Mantan Wakil Bupati Jayawijaya dua periode itu mengakui sejumlah anak di wilayah pinggiran
pusat kota paham bahasa daerah namun tidak untuk yang berada di pusat kota.

"Kalau dilihat, anak-anak yang tumbuh di daerah perkotaan mungkin sudah tidak terlalu paham dengan
bahasa daerahnya," kata Jhon.

https://tekno.tempo.co/read/1576403/bupati-jayawijaya-minta-disdik-masukan-materi-pelajaran-
bahasa-daerah diakses 23 Oktober 2022

Nasional

200 Bahasa Daerah di Dunia Sudah Punah, Nadiem Tak Ingin Terjadi di Indonesia

CP NO
Reporter

Arrijal Rachman

Editor

Eko Ari Wibowo

Selasa, 22 Februari 2022 11:08 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim
meluncurkan program revitalisasi bahasa daerah, hari ini, Selasa, 22 Februari 2022. Program ini
merupakan bagian dari Program Merdeka Belajar Episode ke-17.

Program ini dia luncurkan sebagai upaya untuk melestarikan bahasa daerah di tengah-tengah anak
muda Indonesia dan masyarakat secara umum. Sebab, dia tidak ingin Indonesia tertular kepunahan
bahasa daerah yang telah terjadi di berbagai belahan dunia.

Mengutip data The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (Unesco), Nadiem
mengatakan, dalam rentang 30 tahun terakhir ini sudah sebanyak 200 bahasa daerah di berbagai
belahan dunia yang punah.

"Saat ini, dalam waktu 30 tahun terakhir, sektiar 200 bahasa daerah di dunia sudah punah, bayangkan,"
kata dia saat meluncurkan program tersebut hari ini secara daring.

Sementara itu, Indonesia sendiri tercatat masih memiliki sekitar 718 bahasa daerah yang tersebar di
berbagai pulau Tanah Air. Meski begitu, dia menekankan, banyak sekali bahasa daerah tersebut yang
juga terancam punah dari kehidupan sosial masyarakat.

"Ini sungguh satu hal yang luar biasa sangat unik, Indonesia jadi panggung dunia. Tapi sayang sekali
banyak sekali bahasa daerah yang terancam punah," paparnya.

CP NO
Penyebab utama terancam punahnya bahasa-bahasa daerah tersebut, menurut Nadiem, akibat para
penutur jatinya tidak lagi menggunakan bahasa tersebut. Bahkan, lebih parahnya, para orang tuanya
tidak mewariskan bahasanya kepada generasi berikutnya.

"Tidak lagi menggunakan dan mewariskan bahasanya kepada generasi berikutnya. Kalau tidak digunakan
ya secara otomatis akan hilang di generasi berikutnya," ucap Nadiem.

Untuk itu, dia menekankan, program revitalisasi bahasa daerah ini bentuk upaya pemerintah
menyadarkan masyarakat luas dan meyakinkan mereka bahwa bahasa itu bukan hanya sekumpulan
kata, melainkan sebagai identitas dan kekayaan bangsa.

"Kalau bahasa-bahasa daerah kita punah itu berarti kita kehilangan identitas, kehilangan kebhinekaan
itu. Bukan hanya sejarah, kita hilang semua jenis kearifan lokal yang ada," papar dia.

https://nasional.tempo.co/read/1563424/200-bahasa-daerah-di-dunia-sudah-punah-nadiem-tak-ingin-
terjadi-di-indonesia diakses 23 Oktober 2022

Beranda

Video

Al Quran Terjemahan dalam 21 Bahasa Daerah Resmi Diluncurkan

Videografer

Antara

Editor

Dwi Oktaviane

Sabtu, 14 Desember 2019 07:00 WIB

CP NO
Produk Al Quran terjemahan Bahasa Sunda dan Bahasa Palembang diluncurkan Jumat, 13 Desember
2019. Kementerian Agama telah menerbitkan Al Quran terjemahan dalam 21 bahasa daerah di
Indonesia.

Video: ANTARA (Cahya Sari/Rayyan/Edwar Mukti Laksana)

https://video.tempo.co/read/17754/al-quran-terjemahan-dalam-21-bahasa-daerah-resmi-diluncurkan
diakses 23 Oktober 2022

Terusan INDONESIANA

Setyo

Penulis Indonesiana

Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 12 Oktober 2022 18:21 WIB

Urban Topik Utama

3 Tip Trading Saham, Poin Ketiga Penting Banget untuk Dijaga

Memilih saham yang bisa memberikan cuan dalam singkat itu bukan pekerjaan mudah, prosesnya pun
tidak serta merta berjalan mulus.

Dibaca : 439 kali

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Trading saham sebagai strategi mendulang cuan dalam waktu singkat banyak dipilih sebagian orang.
Trader saham, entah yang pakai hitungan menit, jam maupun hari pada umumnya memburu cuan
dalam waktu yang singkat sesuai target plannya.

CP NO
Trader mencari selisih dari harga beli dan jual dalam waktu singkat. Namun, memilih saham yang bisa
memberikan cuan dalam singkat itu bukan pekerjaan mudah, prosesnya pun tidak serta merta berjalan
mulus.

Pun untuk menjadi seorang trader saham, entah itu Trend Following Trader, Swing Trader, Day Trader
atau Intraday Trader, butuh skill dan mental khusus. Apalagi untuk trader yang memanfaatkan volatilitas
harga atau swing harga naik turun dalam satu hari dengan time frame-nya yang sangat pendek yakni
hanya dalam hitungan menit dan jam saja maka butuh skill dan mental khusus.

Nah, dihadapkan pada keinginan kuat untuk mendulang cuan dari trading maka berikut ini 3 tip yang
sebaiknya dimiliki trader saham:

1. Punya Ilmu Dasar Trading

Tak hanya analisis teknikal yang memang menjadi ilmu dasar dalam trading saham, trader juga perlu
memiliki kemampuan analisis fundamental yang dalam praktiknya bisa diintegrasikan dalam analisis
teknikal. Trading saham atau bahkan scalping pada dasarnya memang mengandalkan analisis teknikal.

Analisis ini diperlukan untuk menemukan teknik tertentu yang bisa mendatangkan winning probability.
Selanjutnya dalam analisis teknikal, ada 5 elemen penting yang wajib dipahami mulai dari trend, support
& resistance, chart pattern, candlestick pattern dan indicators.

2. Memprediksi Trend

Seorang trader saham yang cerdas itu memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi trend sebagai
langkah awal dalam upaya meraup keuntungan lebih besar dari yang diharapkan. Tren bisa diketahui jika
trader rajin membaca buku, koran, dan berita-berita paling update, baik domestik maupun
mancanegara.

CP NO
Namun untuk mendapatkan saham-saham yang sedang trending kini sudah nggak sulit lagi. Kehilangan
momen untuk saham-saham yang sedang trending itu cerita masa lalu. Kini sudah ada fitur yang
menginformasikan saham-saham yang sedang trending bernama AI Trending milik Indo Premier
Sekuritas. AI Trending telah dibenamkan di aplikasi IPOT EZ milik sekuritas karya anak bangsa.

Para scalper dan trader saham nggak bakal kehilangan momen dan kesempatan menikmati saham-
saham yang sedang trending. Dilengkapi dengan informasi saham-saham yang lagi trending dalam 4
pilihan durasi mulai yang live (real time), 15 menit, 30 menit dan 1 hari dengan pilihan Value, Frequency,
Gain K100, Loss K100, Gain All dan Loss.

AI Trending tidak sekadar menampilkan saham-saham yang trending begitu saja, tetapi merupakan hasil
dari olah kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Kecerdasan buatan semacam ini tentu saja
memudahkan trader dan scalper dalam transaksinya. AI merasionalisasi pergerakan market yang
akhirnya melahirkan peluang dan potensi cuan yang disodorkan.

3. Konsisten dengan Trading Plan

Konsisten adalah kunci dalam trading saham. Konsisten di sini terkait dengan strategi trading-nya dalam
menentukan batas maksimal keuntungan dan kerugian. Karena hal ini sangat penting maka konsisten lah
dengan cut loss dan profit taking-nya sesuai dengan trading plan yang sudah dibuat.

Jika target keuntungan yang diinginkan sudah tercapai maka jangan rakus (greedy) ingin mendapatkan
untung yang lebih. Begitu juga saat merugi maka penting untuk melakukan stop loss atau cut loss jika
harga sahamnya sudah turun dan menyentuh batas kerugian yang ditolerir. Konsisten dengan trading
plan itu penting dan jangan gegabah dengan mengubahnya di tengah jalan.

https://www.indonesiana.id/read/158940/3-tip-trading-saham-poin-ketiga-penting-banget-untuk-dijaga
diakses 23 Oktober 2022

Kamis, 13 Januari 2022 14:05 WIB

CP NO
Analisis Topik Utama

Perbedaan Bahasa Jawa Kasar dan Bahasa Jawa Halus

definisi bahasa jawa,penjelasan bahasa jawa,pembagian bahasa jawa ,ciri-ciri bahasa jawa dan contoh
bahasa jawa.

Dibaca : 7.756 kali

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bahasa Jawa adalah bahasa dengan penutur terbanyak di Indonesia, bahasa ini digunakan oleh suku
jawa yang wilayahnya meliputi Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. Selain itu bahasa jawa juga
digunakan oleh sebagian penduduk di wilayah pesisir Karawang, Subang, Cirebon, Indramayu dan
Banten.

Belajar bahasa jawa penting untuk kamu yang ingin atau akan tinggal dalam lingkungan yang mayoritas
penduduknya berbahasa Jawa, baik itu untuk kepentingan pekerjaan ataupun untuk kepentingan
lainnya.

Dengan mengenal sedikit dasar tentang bahasa jawa, diharapkan nantinya kamu lebih mudah dalam
bersosialisasi dengan lingkungan disekitar. Atau setidaknya ada kata yang dimengerti ketika kamu
mendengar orang lain disekitarmu berbicara dalam bahasa ini.

Bahasa Jawa adalah bahasa tutur yang digunakan oleh penduduk Jawa, khususnya di sebagian wilayah
Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah & Jawa Timur di Indonesia. Untuk belajar bahasa Jawa, pertama-tama
Anda harus memperhatikan apakah Anda akan belajar bahasa Jawa kasar atau bahasa Jawa halus.
Ngoko atau Kromo.

Bahasa Jawa terbagi menjadi dua, yaitu Ngoko dan Kromo. Ngoko sendiri dalam perkembangannya
secara tidak langsung terbagi lagi menjadi ngoko kasar dan ngoko halus (campuran ngoko dan kromo).

CP NO
Selanjutnya Krama dibagi lagi menjadi Krama, Krama Madya, Krama Inggil (Krama Halus). Bahkan Krama
Madya ini agak berbeda antara Krama yang digunakan di kota/Sala dengan Krama yang digunakan di
pinggiran/desa. Sedangkan Krama Halus berbeda antara Krama Halus/Inggil yang digunakan oleh orang
Kraton dan orang biasa.

Fakta tentang Bahasa Jawa:

1. Bahasa Jawa Memiliki Banyak Penutur

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Bahasa Jawa merupakan bahasa dengan penutur terbanyak
di Indonesia. Bahasa Jawa banyak dituturkan oleh masyarakat yang tinggal di daerah Jawa Tengah,
Yogyakarta, Jawa Timur dan sebagian penduduk di daerah Banten serta penduduk di sekitar daerah
pantai utara, seperti Karawang, Cirebon, Indramayu dan Subang.

Selain di Nusantara, bahasa Jawa digunakan oleh masyarakat di negara Suriname dan juga di Aruba,
Curacao dan Kaledonia Baru. Meski jumlah penuturnya tidak sebanyak di negara Suriname, mayoritas
penduduknya juga orang Jawa.

2. Memiliki dialek atau aksen yang berbeda

Sama seperti bahasa Sunda, bahasa Jawa juga memiliki aksen yang berbeda antara satu daerah dengan
daerah lainnya. Aksen orang yang tinggal di pesisir utara tentu akan berbeda dengan penutur di daerah
Solo dan Yogyakarta yang dikenal lembut.

3. Dibagi Menjadi Beberapa Strata

Dalam masyarakat Jawa terdapat beberapa pilihan penggunaan bahasa Jawa dan pilihan bahasa Jawa ini
memiliki tingkatan yang berbeda-beda (mulai dari tingkat bahasa kasar sampai tingkat bahasa halus).

CP NO
Nah, tataran bahasa inilah yang kemudian menentukan kesan hormat dan sopan santun penuturnya.
Dalam kehidupan bermasyarakat dalam lingkup masyarakat Jawa, terdapat 3 macam bahasa, yaitu
ngoko, madya, dan krama. Dan sopan santun itu sendiri masih dibagi lagi menjadi beberapa sub bahasa,
seperti bahasa Jawa Krama Inggris, sopan santun desa, bahasa keraton, dan bahasa kasar.

Perbedaan Antara Budaya Jawa Kasar dan Halus Antara Budaya dan Dunia Mistis Di Indonesia Keris
Adalah Salah Satu Warisan Budaya Leluhur Nusantar Dalam bahasa Jawa terdapat tingkatan bahasa yang
digunakan untuk membedakan kelas sosial atau strata sosial seseorang dalam masyarakat seperti usia,
kedudukan atau orang yang dihormati. Hal ini sangat mempengaruhi bahasa yang Anda gunakan sehari-
hari dan cara Anda berkomunikasi dengan orang lain karena orang Jawa pada umumnya sangat
menjunjung tinggi sopan santun dan tata krama.

Tingkatan dalam bahasa Jawa dibagi menjadi 2, yaitu Basa ngoko (bahasa kasar) dan Basa krama (bahasa
halus). Lalu, apa perbedaan antara Jawa Kasar dan Jawa Halus?

Perbedaan pertama antara bahasa Jawa kasar dan bahasa Jawa Halus adalah konteks penggunaan
bahasa tersebut. Bahasa Jawa kasar (Basa ngoko) ini biasanya digunakan untuk berkomunikasi dengan
teman sebaya atau seumuran dan sama untuk memberikan kesan akrab kemudian bisa juga untuk orang
yang lebih muda dari kita.

Adapun bahasa jawa halus (basa krama) digunakan untuk orang yang lebih tinggi kedudukannya dari kita
atau yang umurnya lebih tua dari kita tetapi juga untuk orang yang kita hormati.

Perbedaan kedua antara bahasa Jawa kasar dan halus adalah tata bahasanya.

Untuk bahasa Jawa kasar (Basa ngoko) dibagi menjadi 2, yaitu ngoko lugu dan ngoko alus. Ngoko lugu
sendiri dikenal sebagai ngoko yang sangat kasar. Perbedaan keduanya terletak pada subjek atau baris
kata ganti orang dan kata kerja (wasesa) pada ngoko lugu.

Contoh :

CP NO
Anda membeli kopi di pasar. S P O K

Awak Anda adalah pasar kedai kopi. JW L K (Ngoko tidak bersalah)

Pasar Kopi Mundhut Panjenengan. JW L K (Ngoko alus)

Sama halnya dengan bahasa Jawa kasar (Basa ngoko), bahasa Jawa halus (Basa krama) juga terbagi
menjadi 2, yaitu krama inggil dan krama lugu/madya atau krama bahasa yang agak kasar. Untuk
membedakan keduanya, Anda dapat melihat subjek (jejer) untuk kata ganti orang dan wasesa atau kata
kerja yang digunakan.

Contoh :

Anda membeli kopi di pasar. S P O K

Anda meremas kopi wonten peken. JW L K (sopan santun)

Kopi panjenengan mundhut wonten peken. JW L

Bahasa Jawa memiliki 2 tingkatan dengan penggunaan yang berbeda, yaitu Ngoko/Jawa Kasar (ngoko
lugu dan ngoko alus) dan Krama/Jawa halus (krama lugu dan krama inggil).

Ngoko lugu

Digunakan oleh teman sebaya, orang yang lebih tua ke orang yang lebih muda, orang dengan posisi lebih
tinggi ke posisi lebih rendah. Kosa kata yang digunakan semuanya dari bahasa ngoko, tidak tercampur
dengan sopan santun.

CP NO
Contoh: Paijo makan wedus (Paijo memberi makan kambing), "Ra, benihmu apa kamu mau piro?" (Ra,
berapa nilai ujianmu tadi?)

Ngoko alus

Digunakan oleh orang yang dekat namun tetap ada rasa saling menghormati, kosakata yang digunakan
adalah ngoko dan krama. (sebagai awalan Anda menjadi panjenengan)

Sebagai contoh :

Simbah putri lagi sare (nenek sedang tidur) Sare (krama) = turu (ngoko) = tidur

Krama lugu

Digunakan oleh orang baru atau tidak dikenal. Kosa kata ngoko dalam bahasa krama diganti dengan
kosakata bahasa krama. Seperti: nama hewan, nama tumbuhan, awalan kata, dll

Contoh: Njenengan Asmane sinten dhek? Panjenengan (krama) = kamu = kowe (ngoko), asma (krama) =
nama = jeneng (ngoko), sinten (krama) = siapa = sopo (ngoko), dhek = adik.

Krama alus

Tapi singkatnya, Kosa kata semuanya dari bahasa krama, tidak ada ngoko, level bahasanya paling halus.

https://www.indonesiana.id/read/152585/perbedaan-bahasa-jawa-kasar-dan-bahasa-jawa-halus
diakses 23 Oktober 2022

CP NO
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Analisis Topik Utama

Meramal Nasib Bahasa Daerah

Sebanyak 707 bahasa digunakan di Indonesia, sekitar sepuluh persen dari jumlah bahasa yang ada di
dunia.

Dibaca : 4.308 kali

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Indonesia merupakan bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan bahasa. Penelitian Ethnologue yang
dilakukan pada 12 Oktober 2015 mencatat 7.102 bahasa yang digunakan di seluruh dunia. Sementara
itu, sebanyak 707 bahasa digunakan di Indonesia, sekitar sepuluh persen dari jumlah bahasa yang ada di
dunia. Data tersebut berhasil menempatkan Indonesia sebagai negara kedua yang memiliki bahasa
daerah terbanyak setelah Papua Nugini sebanyak 839 bahasa daerah. Akankah hal tersebut membuat
Bangsa Indonesia bangga? Jawabnya: “tentu!”

Bahasa merupakan salah satu identitas seseorang atau sebuah komunitas yang berguna untuk
membedakannya dengan seseorang atau komunitas lain. Orang Jawa, misalnya, dapat dikenali melalui
bahasa daerah yang digunakannya ataupun dialek “medok” ketika berbicara, meskipun menggunakan
bahasa Indonesia.

Bahasa daerah –bersama Bahasa Indonesia- berperan penting dalam mengimplementasi jargon
“Bhinneka Tunggal Ika” atau berbeda-beda namun tetap satu. Keberagaman bahasa daerah
melambangkan nilai Bhinneka, sedangkan Bahasa Indonesia memberikan nilai kesatuan terhadap
keberagaman tersebut. Hal ini menjadi sebuah kombinasi ideal yang harus terus dipertahankan.

Sebagai kekayaan yang dimiliki Bangsa Indonesia, bahasa daerah harus terus dilestarikan oleh seluruh
penggunanya. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, mengatakan bahasa

CP NO
daerah sangat memiliki kekayaan. Contohnya, kata “jatuh” dalam Bahasa Sunda bisa memiliki 24 jenis
kosa kata tergantung situasi dan kondisi.

Bahasa daerah juga berperan penting dalam menyokong perkembangan Bahasa Indonesia. Peraturan
Menteri Dalam Negeri nomor 40 tahun 2007 menyebutkan bahasa daerah sebagai pilar utama dan
penyumbang terbesar kosa kata Bahasa Indonesia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi
keempat tahun 2008 yang memuat 90.049 entri, terdapat 3.592 kosa kata bahasa daerah yang telah
diserap oleh Bahasa Indonesia. Bahasa daerah memberikan kontribusi hampir sebanyak 3,9%.

Maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai. Berharap dapat membanggakan kekayaan
bahasa daerah di Indonesia namun apa daya bangsa ini tak mampu memanfaatkan dan melestarikannya
dengan maksimal. Data yang dikumpulkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Dadang Sunendar, menghasilkan 617 bahasa
berhasil teridentifikasi dari seluruh kekayaan bahasa daerah Indonesia. Berarti masih ada sekitar 100
bahasa yang belum teridentifikasi.

Bahasa daerah di Indonesia semakin hari semakin terancam punah. Kemendikbud menyatakan sebanyak
139 bahasa daerah terancam punah dan 15 telah punah. Miris. Jika dibiarkan terus menerus maka
bahasa daerah di Indonesia akan semakin banyak yang punah. Ini menjadi tamparan keras untuk seluruh
elemen bangsa –terutama Kemendikbud- agar lebih meningkatkan kinerjanya dalam melestarikan
bahasa daerah.

Banyak faktor yang menyebabkan punahnya bahasa daerah, salah satunya karena tidak biasa
menggunakan bahasa daerah dalam percakapan sehari-hari. Hasil sulvei Litbang Kompas menyebutkan
sebagian besar pelajar yang ada di Ibu Kota Jakarta hanya menggunakan Bahasa Indonesia sehari-hari.
Hanya satu dari 10 orang yang menggunakan bahasa daerah.

Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan meneliti hanya sekitar 40%
pelajar Provinsi Jawa Barat yang mahir berbahasa Sunda. Hal itu dikarenakan kedua orang tua mereka
juga menggunakan Bahasa Sunda dalam pembicaraan sehari-hari. Oleh karena itu, pembiasaan
merupakan hal mutlak dalam upaya melestarikan bahasa daerah.

CP NO
Pakar Pendidikan, Sheldon Shaeffer menganjurkan penggunaan bahasa daerah atau bahasa ibu dalam
dunia pendidikan agar dapat terus lestari. Pemilihan pelajaran bahasa daerah sebagai muatan lokal
menjadi langkah bijak dalam melestarikan bahasa. Namun, Kemendikbud harus bisa membuat inovasi
baru dalam upaya mempertahankan bahasa daerah.

Dua hal yang mesti dilakukan Kemendikbud agar bahasa daerah terus lestari yakni melalui tulisan dan
lisan. Poin pertama, Mengabadikan bahasa daerah dalam bentuk tulisan berupa kamus dan karya tulis
ilmiah berbahasa daerah. Kemendikbud harus berani mengeluarkan kebijakan kepada semua sekolah
agar mewajibkan setiap pelajar membuat karya tulis menggunakan bahasa daerah. Kemudian poin
kedua, setiap pelajar wajib mempresentasikan karyanya di depan guru penguji menggunakan Bahasa
Indonesia serta bahasa daerah.

Bisakah Bangsa Indonesia melestarikan bahasa warisan nenek moyang. Atau rela membiarkannya
terlupakan?

https://www.indonesiana.id/read/88552/meramal-nasib-bahasa-daerah diakses 23 Oktober 2022

Senin, 4 Januari 2021 12:23 WIB

Analisis Topik Utama

Paradoks Pelestarian Bahasa Daerah

Bahasa daerah diamanatkan oleh konstitusi untuk dilestarikan. Di sisi lain bahasa daerah sering menjadi
penyebab salah paham antar-suku yang lalu berujung perang antar mereka. Jalan keluarnya, bahasa
daerah dilestarikan sebagai jati diri kesukuan dalam kerangka memperkuat primordial kebangsaan.

Dibaca : 1.650 kali

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

CP NO
Sejarah menunjukkan, perbedaan bahasa pada suku-suku bangsa menyulitkan mereka untuk
berkomunikasi antar suku secara baik. Tidak jarang di antara mereka mudah terpropokasi. Sering juga
terjadi permusuhan. Bahkan kerap diteruskan dengan perang antar suku.

Di Papua yang memiliki 400-an suku, dan masing-masing memiliki bahasa sendiri-sendiri, sering terjadi
perselisihan yang awalnya disebabkan oleh kesalahan pemahaman bahasa. Begitu juga hal yang sama
terjadi di tempat-tempat lain. Bahasa Indonesia, sebagai bahasa nasional, bisa mempersatukan mereka.

Premis yang menyatakan bahwa bahasa bisa mempersatukan bangsa dan suku bangsa itu sudah diakui
benar di seluruh dunia. Oleh sebab itu, bangsa Indonesia pun yang terdiri atas berbagai suku bangsa dan
bahasa daerah, melalui Sumpah Pemuda, dipersatukan dengan satu bahasa: Bahasa Indonesia.

Di sisi lain, menurut Undang-undang Dasar (UUD) 1945, Pasal 32 Ayat (2), disebutkan bahwa bahasa
daerah merupakan kekayaan budaya nasional. Kekayaan budaya nasional wajib dilestarikan dan
dilindungi oleh negara. Dengan demikian, negara wajib melindungi dan melestarikan bahasa daerah.
Bahasa daerah harus tetap “eksis”. Ini juga premis yang benar dan telah kita sepakati. Dua hal yang
bertolak belakang dan kedua-duanya pada saat yang sama diakui benar disebut paradoks.

Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Kemendikbud sejak tahun 1991 sampai dengan 2017,
Indonesia merupakan negara kedua terbanyak yang memiliki bahasa daerah setelah Papua Nugini.
Bahasa daerah di Indonesia terdapat tidak kurang dari 652 bahasa daerah dari 13.000 suku. Sebagian
besar diantaranya terdapat di Papua, lebih dari 400 bahasa daerah. Konon jumlah bahasa daerah
tersebut akan terus bertambah sebab pendataannya masih terus berlangsung.

Dari sejumlah bahasa daerah tersebut, 15 bahasa daerah di antaranya sudah dinyatakan punah dalam
30 tahun terakhir. Dengan kata lain satu bahasa daerah punah setiap dua tahun. Bahkan menurut
catatan UNESCO (The United Educational, Scientific and Cultural Organization), bahasa daerah di
Indonesia punah setiap 15 hari. Bahasa daerah yang sudah punah tersebut antara lain Bahasa Tandia
(Papua), Bahasa Kajeli (Maluku), dan Bahasa Ternateno (Maluku Utara).

CP NO
Sementara itu nasib 139 bahasa daerah lainnya kini dinyatakan kritis, statusnya hampir punah. Hanya 16
bahasa daerah yang dinyatakan stabil, dan 19 bahasa daerah yang dinyatakan aman.

Data bahasa daerah yang dikeluarkan oleh badan nonpemerintah kadang-kadang berbeda. Seperti
Summer Institute of Linguistics, suatu badan bahasa internasional, mengumumkan bahwa bahasa
daerah di Indonesia terdapat 719 bahasa, dan 707 masih aktif dituturkan, serta 12 bahasa dinyatakan
telah punah. Perbedaan angka tersebut timbul karena perbedaan indikator dan metodologi pendataan.
Kemdikbud menggunakan indikator bahwa bahasa daerah harus dituturkan minimal oleh 80% individu
dalam satu wilayah. Jika kurang, maka itu bukan bahasa, tetapi dialek.

Akankah kita membiarkan mereka punah dan melanggar konstitusi? Tentu saja tidak.

Pertama, kita harus segera meneguhkan kembali pendirian kita secara ajeg bahwa bahasa bukan hanya
urusan kebahasaan sebagai alat komunikasi, tetapi yang lebih utama adalah bahasa sebagai produk
kebudayaan. Mengapa disebut “meneguhkan kembali”? Sebab kalau bukan disebut zalim, setidaknya
kita telah lengah dan kurang teguh.

Pada amandemen keempat UUD 1945 tahun 2002, terdapat perubahan paradigma yang sangat
mendasar bagi kebudayaan dan bahasa daerah. Untuk pertama kalinya bahasa daerah masuk ke dalam
konstitusi dan disebutkan bahwa bahasa daerah sebagai produk kebudayaan nasional. Dinyatakan juga
bahwa kebudayaan wajib dijaga dan dilestarikan oleh negara. Sekali lagi, “oleh negara”, bukan oleh
“pemerintah” sebagaimana bunyi norma sebelum amandemen. Tetapi ternyata setelah delapan belas
tahun berlalu justru belasan bahasa daerah malah punah.

Sebetulnya, perangkat peneguhnya kita sudah punya. Dari sisi kebahasaaan, kita memiliki Undang-
undang (UU) Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa, Lambang Negara, dan Lagu Kebangsaan.
Pelestarian bahasa daerah merupakan kewajiban pemerintah daerah. Keutuhan nasional bisa dijaga
dengan UU ini melalui bahasa nasional yang wajib dikawal oleh pemerintah pusat.

Dari sisi budaya, kita mempunyai UU No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Di antara
sepuluh objek pemajuan kebudayaan yang diamanatkan, seperti ritus, adat istiadat, atau tradisi, bahasa
itu termasuk di dalamnya. Bahasa bisa menguatkan primordialisme, identitas, dan jati diri kesukuan atau
kebangsaan. Jadi, jika kita ingin memupuk primordial kesukuan dalam perspektif keberagaman untuk
memperkuat jati diri kebangsaan, maka pelestarian bahasa daerah menjadi keniscayaan.

CP NO
Kedua, pelestarian bahasa daerah harus dilakukan melalui dua bidang secara bersamaan, yaitu bidang
kebahasaan dan bidang kebudayaan. Dari aspek kebahasaan, pemerintah pusat harus secepatnya
merevitalisasi kembali strategi penguatan bahasa nasional dan melaksanakan strategi tersebut
bekerjasama dengan pemerintah daerah. Pemerintah daerah menyusun strategi pelestarian bahasa
daerah dan melaksanakan strategi tersebut bersama-sama dengan pemerintah pusat.

Koordinatornya satu, yaitu Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
(Kemenko PMK). Koordinator berfungsi untuk memastikan segala bentuk upaya pelestarian bahasa
daerah itu tetap dalam koridor memperkuat kebangsaan dan menjaga agar target tercapai sesuai
dengan waktu yang ditetapkan. Targetnya juga cukup satu saja: tidak ada lagi bahasa daerah yang punah
tanpa alasan yang bisa diterima oleh bangsa Indonesia.

Pada bidang kebahasaan, UNESCO telah menetapkan hari Bahasa Ibu Internasional pada tanggal 21
Februari. Momen tersebut bisa digunakan sebagai titik awal revitalisasi perlindungan bahasa daerah.

Lima program yang sudah lama digagas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud),
dari aspek kebahasaan, yaitu pemetaan, kajian vitalitas, konservasi, revitalisasi, dan registrasi bahasa
dan sastra, perlu dipertajam. Istilahnya dibumikan, misalnya: mendokumentasikan bahasa dan sastra
dalam bentuk buku cetak dan digital, mempublikasikan hasil dokumentasi pada media yang mudah
diakses oleh publik, melatih guru dan menyelenggarakan pelatihan bagi anak-anak dan masyarakat,
serta membuat even-even lomba menggunakan bahasa daerah.

Revitalisasi secara politik bisa dilakukan dengan menyusun perda (Peraturan Daerah) tentang fungsi dan
penggunaan bahasa daerah. Hal itu diperlukan agar masyarakat bisa menyadari dan memperoleh
manfaat mengapa harus menguasai bahasa daerah tersebut.

Dari aspek kebudayaan, pelestarian bahasa daerah sebaiknya dilakukan mulai dari perubahan pola pikir
(mindset), cara pandang, penanaman sikap, perilaku, kebanggaan dan rasa kepemilikan terhadap bahasa
daerah tersebut dari seluruh pemangku kepentingan bahasa daerah. Selanjutnya bahasa daerah
dipraktekan dengan membiasakan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.

CP NO
Salah satu cara untuk menumbuhkan kebanggaan terhadap bahasa daerah adalah dengan adanya
pengakuan dunia terhadap bahasa daerah tersebut, yaitu tercatat di List of Intangible Cultural Heritage,
UNESCO. Kita sudah meratifikasi Konvensi UNESCO 2003, Convention for the Safeguarding of Intangible
Cultural Heritage, yang dituangkan ke dalam bentuk Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2007. Dalam
konvensi itu disebutkan Indonesia wajib melakukan pencatatan karya budaya takbenda di seluruh
Indonesia dan memutahirkannya secara berkala. Bahasa daerah termasuk Warisan Budaya Takbenda
(WBTB).

Pengusulan pencatatan Warisan Budaya Takbenda dilakukan oleh pemerintah daerah dan komunitas
adat kepada kepada UNESCO melalui Kemdikbud. Sejak 2009 sampai dengan 2017 sudah tercatat 7.241
karya budaya dan ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia di UNESCO. Namun demikian
bahasa daerah baru sedikit. Sebagai contoh, pada tahun 2017, tercatat WBTB Indonesia di UNESCO
sebanyak 150 jenis. Tidak ada satupun bahasa daerah di dalamnya. Yang ada adalah Seni Pertunjukan 48
(32%), Kerajinan Tradisional 39 (26%), Adat Istiadat 39 (26%), Tradisi Lisan 17 (11,3%), dan Pengetahuan
Tradisional 7 (4,7%). Tahun 2020 barulah bahasa daerah di Kalimantan, yaitu Bahasa Melayu Pontianak
tercatat sebagai Warisan Budaya Tak Benda di UNESCO.

Tampaknya Kemenko PMK harus lebih serius lagi melakukan koordinasi, sinkronisansi dan pengendalian
dalam bidang penyelamatan bahasa daerah dari kepunahan ini. Pencatatan warisan budaya tersebut
selain merupakan bentuk pengakuan internasional juga merupakan tamansarinya budaya Indonesia
yang membentuk jati diri kebangsaan. Kita masih ingat penyebab utama lepasnya pulau Sipatan dan
Legian, bahwa menurut informasi yang ada di Mahkamah Internasional itu mereka (Sipatan dan Legian)
menggunakan bahasa Melayu Malaysia.

Setelah diperoleh pengakuan dunia, selanjutnya yang harus dilakukan dari sudut pandang kebudayaan
adalah pemaknaan dan internalisasi bahasa daerah itu sehingga benar-benar dijiwai oleh penuturnya.
Mereka harus mendapatkan keindahan yang hakiki ketika menggunakannya. Bahwa hanya dengan
bahasa daerah yang mereka miliki itulah segala gejolak hati bisa diungkapkan seutuhnya. Ada rasa yang
hilang ketika dicoba diungkapkan dengan bahasa lain. Contoh, orang Sunda mengatakan: “Ngantosan
jalmi nu bade sumping dugi ka nyeri beuhueung sosongketeun”, lalu diungkapkan dalam bahasa
Indonesia menjadi “Menunggu orang yang akan datang sampai leher sakit sekali akibat menoleh
berulang-ulang”, itu beda rasa walaupun lawan bicara bisa menangkap makna harfiahnya.

Bisakah kita mebentuk masyarakat dengan kohesitas bahasa setinggi itu? Walaupun sulit, harus bisa.

CP NO
Bahasa ibu itu paling akrab dengan seluk-beluk kehidupan kebatinan masyarakat. Cara terbaik untuk
mempertinggi kohesi tersebut adalah dengan menuliskan risalah segala bentuk kehidupan kelompok
masyarakat tertentu dalam bahasa daerah yang merupakan bahasa ibu mereka. Setidaknya itu dilakukan
untuk sepuluh objek pemajuan kebudayaan dan sebanyak mungkin ilmu pengetahuan yang akan diakses
oleh mereka.

Menurut UNESCO, terdapat 40% populasi penduduk di dunia yang tidak lagi memiliki akses ke
pendidikan dalam Bahasa Ibu mereka. Itu merupakan bentuk infiltrasi ilmu pengetahuan yang harus
dicegah.

Bila segala upaya penyelamatan telah kita lakukan tetapi, misalnya, bahasa daerah tertentu itu tetap
punah, kita harus mencari alasan yang rasional, yang bisa diterima dengan lapang dada oleh bangsa
Indonesia. Bahasa Latin saja yang sangat hebat pada zamannya, yang digunakan oleh 25% penduduk
dunia saat itu, bisa punah, dalam arti tidak digunakan lagi sebagai alat komunikasi.

Dalam beberapa rujukan lain, bahasa Latin tidak disebutkan punah, melainkan mati, kemudian berubah
menjadi 5 bahasa utama bangsa eropa, yaitu bahasa Portugis, Spanyol, Prancis, Itali, dan Rumania.
Konon 60% bahasa Inggris pun terinfeksi dari bahasa Latin.

Kini bahasa Inggris dipakai oleh 25% penduduk dunia, mirip dengan bahasa Latin pada masa jayanya itu.
Kita tidaklah mengetahui dengan pasti apakah bahasa Inggris pada 2000 tahun yang akan datang masih
akan ada. Wallahu Alam Bishawab. ***

https://www.indonesiana.id/read/144743/paradoks-pelestarian-bahasa-daerah diakses 23 Oktober


2022

RIBUT LUPIYANTO

Penulis Indonesiana

Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Analisis Topik Utama

CP NO
Catatan Mudik & Eksistensi Bahasa Daerah

Bahasa daerah merupakan bahasa ibu para perantau. Mudik menjadi pembuktian darma bakti perantau
terhadap pelestarian bahasa daerah.....

Dibaca : 1.727 kali

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“Kang, pelan-pelan lah jalannya nggronjal nih....” gerutu mbak-mbak berdandan menor di sebuah angkot
pedesaan. Di hari berikutnya, si mbak itu kembali dibuat kesal, kali ini oleh dirinya sendiri. Menggunakan
sandal high heels ia tersiksa memilih jalanan becek. Sesekali ujung sandalnya bahkan nyungsep ke
lumpur dan mesti menariknya sekuat tenaga. Tatkala jalan menanjak dan berbatu ia kembali tertatih-
tatih dan berjalan seperti berjoged ria, lantaran ujung sandalnya menginjak bebatuan tak beraturan.

Nah, keesokah harinya si Mbak masih saja belum berbahagia. Kali ini ia mondar mandir, naik ke bukit di
belakang rumahnya dan sesekali bahkan mesti naik pohon jambu di halamannya. Semua dilakukannya
sambil menempelkan iPhone seri terbaru di telinganya dan berteriak-teriak. Usut punya usut si Mbak ini
sedang pusing tujuh keliling mencari sinyal.

Itulah gambaran tingkah polah seorang pemudik tiga hari pertama di kampungnya. Padahal jatah
mudiknya hanya empat hari. Entahlah nasibnya di hari keempat....

Anda boleh percaya itu fiksi, tetapi jangan kaget jika itu nyata di depan mata anda. Siapapun boleh
menilai apapun terhadap ketidakbahagiaan si Mbak itu. Mencibir itu logis, empati juga baik, tetapi saya
justru pilih membanggakannya.

Mbak itu mungkin salah tempat dalam berkata, berbusana, atau bergaya. Tetapi sekali lagi bagi saya
tetap membanggakan. Bagaimana tidak lebih dari lima tahun dia berjuang di ibu kota, namun konsisten
dan ingat dengan kosakata “nggronjal”. Demi tetangganya melihat barang langka yang hanya bisa dilihat
di TV yaitu high heels, ia rela sandalnya tertancap lumpur dan jatuh bangun berjalan di bebatuan. Ia rela
tidak bahagia asal tetangganya bahagia. Bahagia akhirnya bisa melihat high heels di depan matanya,
bahkan memegangnya.

CP NO
Selanjutnya, si Mbak rela lari-lari bak sa’i hinga ke bukit dan naik pohon demi sebuah sinyal. Tahu tidak,
dengan sinyal itu ia bisa menelpon agen bus untuk kembalinya dia ke ibu kota. Ia bisa mengontak
dengan WA kepada teman-teman sekolahnya dulu terkait rencana acara reuninya. Nah, makanya jangan
hanya melihat dari sudut pandang sempit sekitar kurang dari 10 derajad. Karena sudut itu ada 360
derajad.

Oke. Dari kesemuanya saya menilai yang paling membanggakan adalah fragmen di hari pertamanya. Ini
subyektif, pembaca boleh memilih yang lain biar lengkap. Kenapa paling membanggakan??

Baik, alasannya akan saya awali dari informasi mencengangkan dari data Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Katanya, sebanyak 139 bahasa daerah terancam punah dan 15 bahasa daerah sudah
dinyatakan punah. Di Kalimantan satu bahasa terancam punah, di Maluku 22 bahasa daerah terancam
punah dan 11 punah, Papua mencatat 67 bahasa terancam punah dan dua punah. Di Sulawesi 36
terancam punah dan satu punah. Di Sumatera dua terancam punah dan satu punah. Di Flores, Bima,
Sumbawa ada 11 terancam punah.

Bagaimana bisa berbagai bahasa daerah itu terancam punah? Tentu banyak sebabnya dan menurut
Kang Dadang (2016) di antaranya adalah menyusutnya jumlah penutur, peperangan, bencana alam,
pernikahan antar suku, lokasi geografis daerahnya, hingga sikap bahasa penutur itu sendiri. Nah, saya
jadi membayangkan seandainya Bahasa Jawa punah. Jelas tidak terima dalam hati kecil ini.

Menggunakan Bahasa Jawa, walaupun hanya kosakata atau bahkan logatnya saja mungkin akan
membuat malu kita jika tinggal di Kota. Bisa dianggap udik, kampungan, ndeso, dan lain-lain. Tetapi
mereka yang tidak malu tetap menggunakannya, tentu sangat membanggakan bukan?!

Kadang banyak yang menertawakan jika ada yang bicara dengan logat medhok kedaerahan seperti
orang Tegal atau Gunungkidul. Perantau Gunungkidul tidak jarang menyebut Jakarta dengan “Njakarta”,
Bantul dengan “Mbantul”, dan sejenisnya. Atau seperti Mbak tadi secara sederhana menyebut jalan
bergelombang dengan “nggronjal”.

Boleh jadi bukti-bukti itu masih minimalis. Hal yang lebih bagus lagi apabila para perantau masih suka
menggunakan bahasa daerahnya ketika berjumpa dengan teman sekampung di kota. Atau bahkan masih

CP NO
bisa berbahasa krama inggil kepada orang yang lebih tua ketika mudik ke kampungnya. Semua ini tentu
menjadi hal yang sangat dan paling membanggakan dari perantau terkhusus saat mudik.

Baik. Mulai detik ini semoga para pembaca tidak mencibir dan tertawa ketika menjumpai para pemudik
yang tetap berlogat medhok. Justru merekalah para pelestari bahasa daerah, seperti bahasa Jawa.
Mereka membanggakan, mereka layak diapresiasi dengan penghargaan. Penghargaan minimal adalah
tidak mencibir dan menertawakan. Selamat kembali ke kota-kota dan selamat menempuh ujian
konsistensi berlogat medhok. Semoga lulus seiring dengan kelulusan sebagai insan bertakwa setelah
berpuasa di Bulan Ramadan.

https://www.indonesiana.id/read/113102/catatan-mudik-eksistensi-bahasa-daerah diakses 23 Oktober


2022

Dukung Penulis Indonesiana

Mulai Menulis

Masuk untuk mulai menulis

Login dengan Facebook

Login dengan Google

Login dengan Tempo ID

Lupa kata sandi Tempo ID anda?

Belum memiliki akun? Daftar di sini

CP NO
HOME

TERKINI

TERPOPULER

PILIHAN EDITOR

TOPIK UTAMA

ANALISIS

PERISTIWA

URBAN

FIKSI

HIBURAN

HUMANIORA

PENDIDIKAN

SPORT

INDEKS

Cari konten menarik

Generasi Pecinta Budaya

Silivester Kiik

Penulis Indonesiana

Bergabung Sejak: 26 April 2019

Minggu, 25 Agustus 2019 13:59 WIB

CP NO
Viral Topik Utama

Keindonesiaan dalam Keberagaman Bahasa (Suatu Kajian: Pelestarian Bahasa Ibu)

Pemerintah dalam hal ini dinas yang terkait perlu tersentuh untuk melakukan perubahan dengan
menerapkan bahasa daerah sebagai mata pelajaran tersendiri, dan dimasukkan sebagai bagian dari
“Muatan Lokal”. Jika perubahan tidak dicanangkan sekarang ini kapan lagi dan generasi penerus budaya
daerah akan musnah tinggal kenangan.

Dibaca : 1.974 kali

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Indonesia masa kini merupakan Indonesia yang mewujud ke dalam kesatuan bangsa Indonesia yang
merdeka dan membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan berbagai keberagaman bahasa.
Bahasa daerah (bahasa ibu) memiliki peranan yang khas/unik dalam membentuk karakter bangsa.
Keseluruhan bahasa daerah dari berbagai suku bangsa Indonesia mempunyai peranan yang
berkelanjutan dari masa lalu, dan di sisi lain mempunyai peranan baru sebagai sumber khazanah dan
sumber gagasan (konsep) untuk memperkaya bahasa kesatuan nasional yaitu bahasa Indonesia.

Aktualisasi fungsi tersebut sudah tentu memerlukan berbagai sarana, baik berupa struktur-struktur
dalam tata masyarakat yang memungkinkan dijalankan, maupun berupa program-program yang
memberikan arah dan mutu bagi aktualisasi fungsi itu. Keberadaan lembaga-lembaga pembina, baik
yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta, seperti yang bergerak di bidang pendidikan, pengkajian,
maupun pelestarian adat-istiadat, merupakan sarana struktural yang diperlukan untuk aktualisasi fungsi
bahasa daerah. Sedangkan program-program pada bidang-bidang yang sama diperlukan untuk
menciptakan kegiatan-kegiatan yang tepat sasaran dan mengarah ke mutu hasil kerja yang tinggi.

Program pengkajian misalnya; perlu secara sistematis diarahkan kepada pengadaan data dasar untuk
pengetahuan bahasa-bahasa daerah (daftar kata, kamus dua arah, fonologi, morfologi, sintaksis, contoh-
contoh teks, dan lain sebagainya) dan kepada pemahaman yang lebih mendalam mengenai bahasa
tersebut, misalnya berkenaan dengan simbol dan gaya bahasa, serta masalah-masalah kebahasaan yang
terkait dengan struktur dan hubungan-hubungan sosial. Program pendidikan perlu memberikan
kedudukan yang jelas dari pengajaran bahasa daerah, baik di sekolah-sekolah umum maupun sekolah-

CP NO
sekolah secara khusus, serta baik sebagai bahasa ibu maupun sebagai bahasa kedua. Adapun program
pelestarian adat-istiadat yang terkait dengan bahasa daerah sangat tergantung pada eksistensi bahasa
daerah masing-masing wilayah.

Eksistensi Bahasa Daerah Masa Kini

Dapat dikatakan bahwa suatu bahasa daerah akan tetap hidup selama ada fungsi-fungsi yang
dilayaninya di dalam masyarakat yang bersangkutan. Diantara fungsinya yang paling dasar adalah
sebagai sarana komunikasi. Dalam hal ini perlu disimak fungsi komunikasi dalam dua arena yang
berbeda, yaitu arena domestik dan arena publik. Secara umum dapat diamati bahwa dalam arena
domestik bahasa daerah kurang lebih mantap penggunaannya jika keluarga yang bersangkutan
seluruhnya berasal dari suku bangsa yang sama, dan keluarga tersebut tinggal di suatu derah yang
sebagian terbesar penduduknya berasal dari suku bangsa yang sama pula. Dalam komunitas seperti itu,
biasanya bahasa daerah banyak pula yang digunakan dalam arena publik, baik dalam urusan sehari-hari
maupun dalam konteks upacara resmi.

Fungsi seremonial dari bahasa daerah ternyata merupakan faktor penting pula untuk memperkuat
eksistensi bahasa tersebut. Ketetapan untuk menggunakan bahasa daerah dalam upacara-upacara adat
tertentu, lebih terutama terkait dengan daur hidup, membuat khalayak yang tetap agar dapat
mendengar pengunaan bahasa tersebut dari waktu ke waktu. Masalahnya disini adalah bagaimana
membuat tingkat pemahamannya dari generasi ke generasi tidak merosot.

Landasan eksistensi bahasa daerah yang lebih kokoh lagi dapat diharapkan muncul dari fungsinya
sebagai sarana ekspresi seni. Bidang seni yang paling menentukan adalah sastra, yang substansinya
adalah bahasa. Namun, bisa saja terjadi bahwa eksistensi sastra daerah itu sendiri sebenarnya di
ditopang oleh minat orang yang lebih besar kepada seni musik dan seni teater dalam arti luas. Musik
memberikan peluang kepada sastra yang dinyanyikan, sedangkan teater memberikan peluang kepada
sastra yang dimainkan. Pesona pentas dan musik itulah yang seringkali membawa kepada kebutuhan
untuk memahami sastra secara lebih mendalam dan penuh makna daripada hanya sepintas lalu.

Batas-Batas Budaya yang Terus Bergerak

Budaya (termasuk di dalam bahasa) adalah milik masyarakat. Dari masa ke masa kita melihat orang-
orang berpindah tempat, baik sebagai fungsi dari proses “menjadikan Indonesia” maupun sebagai akibat

CP NO
dari perubahan-perubahan terencana yang diprogramkan oleh negara. Dalam proses meng-Indonesia itu
terdapat kenyatan masa kini bahwa orang melihat Indonesia sebagai suatu keseluruhan sumber belajar,
serta juga sebagai keseluruhan daerah pelayanan. Oleh karena itu, orang-orang Indonesia yang belajar
ataupun bekerja pada Pemerintah ataupun swasta, dapat berpindah-pindah tempat, melintasi
perbatasan daerah asal kesukuannya.

Perubahan terencana yang diprogramkan oleh negara dapat disebutkan seperti transmigrasi, urbanisasi,
dan lain sebagainya yang semuanya itu mempermudah orang bepergian dari satu tempat ke tempat lain,
khususnya di dalam negeri sendiri. Hal ini akan menambahkan pergaulan antarsuku bangsa yang
semakin mesra dan semakin tinggi frekuensinya dan akan berdampak pada perkawinan antarsuku
bangsa yang sudah tidak dirasakan lagi sebagai sesuatu yang asing atau perlu dijadikan sumber
gunjingan. Ada kesan bahwa keluarga yang terjadi dari perkawinan campuran cenderung memilih
bahasa Indonesia untuk komunikasi domestik, dorongan untuk penggunaan salah satu bahasa daerah
hanya didapat jika komuniti setempat masih intensif menggunakan bahasa daerah tersebut.

Dinamika sosial dan mobilitas penduduk membuat batas-batas budaya selalu dapat bergeser. Sosok
budaya itu sendiri, baik pada masing-masing kebudayaan suku bangsa maupun pada kebudayaan
nasional Indonesia, senantiasa berubah mengikuti perkembangan sosial dan ekonomi. Namun,
bagaimana perubahan itu biasanya ada sesuatu atau sejumlah ciri dominan yang selalu bertahan dan
menjadi penanda kebudayaan bersangkutan, walaupun telah mengalami transformasi sebagai akibat
dari pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan lain.

Perlunya Pengajaran Bahasa Daerah pada Lingkungan Sekolah

Pengajaran bahasa daerah sebagai bahasa ibu kini sudah amat mendesak untuk diupayakan secara
sistematis pengajarannya sebagai bahasa kedua. Penggunaan bahasa daerah sebagai bahasa dalam
sistem persekolahan kita secara normatif telah ditetapkan untuk murid SD, SMP, SMA/SMK. Selanjunya,
di dalam komuniti-komuniti yang kurang lebih homogen, bahasa daerah dapat diperdalam dengan
memasukkannya sebagai mata pelajaran tersendiri, dan dimasukkan sebagai bagian dari “Muatan Lokal”
yang dialokasikan di dalam kurikulum yang berlaku atau mendesain pembelajaran yang berbasis kearifan
lokal. Namun pelaksanaan norma itu pun belum sepenuhnya memadai, khususnya dalam kemerataan
mutunya antar daerah.

Adapun pengajaran bahasa daerah sebagai bahasa kedua, yang juga dapat dimasukkan sebagai bagian
dari muatan lokal, amat diperlukan bagi komuniti-komuniti yang tidak terlalu homogen, seperti di

CP NO
daerah perkotaan, atau kawasan-kawasan dimana tinggal bersama penduduk dari berbagai asal
kesukuan. Di sini, dengan penyediaan pengajaran bahasa daerah sebagai bahasa kedua, murid yang
bukan penutur asli dapat belajar bahasa setempat dengan lebih nyaman, tanpa tekanan dari
ketidakkenalan.

Langkah terpenting yang harus segera diambil adalah penetapan sasaran kajian yang lebih luas
(dibandingkan dengan fakta terdapat lebih dari 668 bahasa daerah di Indonesia) dengan pengerahan
daya keahlian yang lebih besar. Ini berarti tantangan bagi para ahli bahasa di lembaga mana pun ia
berada. Dalam hal ini Pusat Bahasa harus mengambil peran sebagai koordinator dan pengarah program
makronya. Setelah pengkajian menyusul tindakan yang amat penting untuk memungkinkan bahasa
daerah diajarkan secara bertanggungjawab, yaitu penyusunan bahan ajar, buku pelajaran, dan lain
sebagainya sekaligus ke dalam jenjang-jenjang kompetensi.

Penawaran mata pelajaran Bahasa Daerah sebagai bahasa kedua kiranya paling tepat untuk sekolah
menengah dan perguruan tinggi. Mempelajari bahasa daerah di tempat asal bahasa yang bersangkutan
dapat berarti menguasai sarana untuk dapat memahami budaya setempat secara lebih utuh sehingga
dapat terjadi saling menghargai secara lebih mendalam. Pada tingkat kesiapan yang lebih lanjut dapat
pula ditawarkan lebih dari satu bahasa daerah di sebuah sekolah, dan seorang murid dapat memilih atau
mengambil semuanya.

Pengajaran bahasa daerah sebagai bahasa kedua dapat ditujukan pada murid-murid yang bukan penutur
asli, ataupun murid-murid yang merupakan anak dari penutur asli, tetapi penguasaan bahasa daerahnya
tidak lagi mantap. Pada tingkat kesiapan yang mana pun, pengajaran bahasa daerah sebagai bahasa
kedua harus dilihat dalam fungsinya sebagai sarana integrasi bangsa, khususnya integrasi melalui saling
menghargai dan saling mempelajari antar sesama.

Pemerintah dalam hal ini dinas yang terkait perlu tersentuh untuk melakukan perubahan dengan
menerapkan bahasa daerah sebagai mata pelajaran tersendiri, dan dimasukkan sebagai bagian dari
“muatan lokal”. Jika perubahan tidak dicanangkan sekarang ini kapan lagi dan generasi penerus budaya
daerah akan musnah tinggal kenangan.

Salam Literasi !!!

Penulis: Silivester Kiik (Komunitas Pensil)

CP NO
Email: kiiksilivester@gmail.com

https://www.indonesiana.id/read/134624/keindonesiaan-dalam-keberagaman-bahasa-suatu-kajian-
pelestarian-bahasa-ibu diakses 23 Oktober 2022

Muhammad Khairur Rasyid

Penulis Indonesiana

Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Analisis Topik Utama

Yuk Bangga Gunakan Bahasa Daerahmu, Jangan sampai Punah

Untuk memberikan sosialisasi tentang pentingnya menjaga Bahasa Daerah, Lembaga Bahasa dan
Kebudyaan Esa Unggul menggelar Seminar pada Jumat (26/10).

Dibaca : 412 kali

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Esaunggul.ac.id, Dari data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah bahasa daerah di Indonesia
mencapai 1211 bahasa yang tersebar di hampir 34 Provinsi. Namun sayangnya, melimpahnya
kebudayaan bahasa di Indonesia tidak selaras dengan kebanggan masyarakatnya untuk menggunakan
dan melestarikan bahasa daerahnya, hal ini terutama terjadi pada anak muda saat ini yang malu dan
seakan malu terhadap bahasa daerahnya.

Untuk memberikan sosialisasi tentang pentingnya menjaga Bahasa Daerah, Lembaga Bahasa dan
Kebudyaan Esa Unggul menggelar Seminar pada Jumat (26/10), yang mengangkat tema "Utamakan
Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah, Kuasai Bahasa Asing: Kunci Sukses dalam Bersaing di Era
Revolusi Industri 4.0." Dalam seminar tersebut pembicara yang dihadirkan untuk memberikan materi

CP NO
yakni Dr.Joni Endardi, M.Hum Perwakilan dari Pusat Penegembangan Strategi dan Diplomasi
Kebahasaan (PPSDK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Dalam seminarnya Joni mengatakan saat ini Indonesia terancam kehilangan bahasa daerahnya yang
beranekaragam. Dari 1211 bahasa yang ada di Indonesia terdapat 652 bahasa yang terancam punah dan
2.357 bahasa daerah yang menjadi pengamatan serius pemerintah.

"Dari banyaknya bahasa daerah yang terancam punah paling banyak terdapat di wilayah Papua sebesar
375 Bahasa, NTT NTB 80 Bahasa, Maluku 65 bahasa, Sulawesi 58 bahasa, Kalimantan 57 bahasa,
Sumatera 26 bahasa dan yang masih aman ialah wilayah jawa & Bali sebesar 10 bahasa yang terancam
punah," tutur Joni di Universitas Esa Unggul, Jakarta Barat beberapa waktu lalu.

Joni menambahkan sebetulnya bahasa daerah di Indonesia memiliki keunikan sendiri bagi anak muda
untuk mempelajarinya, baik dalam segi Gramatikalnya hingga pelafalannya memiliki arti yang beragam.
Bahkan dalam satu kata saja bisa memiliki arti yang berbeda di tiap daerah.

"Sebetulnya jika kalian teliti bahasa-bahasa daerah itu memiliki keunikan tersendiri yang bisa kalian
angkat menjadi suatu karya dan kreativitas yang dapat mengindentifikasi budaya kalian sebagai bangsa
Indonesia yang beragam, saat ini sejumlah media dapat kalian manfaatkan untuk melestarikan budaya,"
ujarnya.

Dirinya juga melanjutkan tantangan yang dihadapi saat ini untuk melestarikan bahasa daerah ialah
teknologi. Teknologi mengubah kemudahaan akses terhadap sejumlah konten dan informasi kepada
anak muda, sehingga banyak anak muda yang memilih konten dan Informasi yang tidak sesuai dengan
indentitas budayanya. "Saat ini arus Informasi kepada anak muda sangat deras dan gencar masuk dari
luar, hal ini banyak mempengaruhi anak muda dalam berinteraksi sosial, tidak jarang mereka
menggunakan bahasa hanya untuk gaya-gayan saja sehingga bahasa daerah banyak dilupakan,"
terangnya.

Joni pun berharap anak muda terutama para mahasiswa Esa Unggul dapat melestraikan bahasa daerah
sesuai dengan indentitas daerahnya masing-masing. Dan mudah-mudahan masyarakat mampu

CP NO
membangun pondasi bagi para anak-anak dengan kembali menggairahkan kebiasaan-kebiasaan budaya
kita seperti bercerita dan berdongeng sebelum tidur tentunya dengan cerita rakyat dan menggunakan
bahasa daerah.

"Saat ini kepunahan bahasa yang ada di Indonesia lebih dipengaruhi oleh perubahan kebiasaan yang
banyak terjadi di masyarakat. Contohnya pondasi anak-anak Indonesia dulu banyak dipengaruhi dari
dongeng-dongeng yang sering diceritakan oleh para orang tua sebelum tidur jadi karakter anak-anak
sudah terbentuk sejak dini, sayangnya kebiasaan seperti ini telah banyak ditinggalkan di masyarakat, "
Tutupnya.

https://www.indonesiana.id/read/128816/yuk-bangga-gunakan-bahasa-daerahmu-jangan-sampai-
punah diakses 23 Oktober 2022

Putu Suasta

Politisi Demokrat

Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 6 Mei 2019 13:41 WIB

Topik Utama

Menjunjung Bahasa Bali, Melestarikan Budaya

Essai Budaya

Dibaca : 2.203 kali

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Belakangan ini Bahasa Bali kembali menjadi pusat perhatian di Bali. Ada sejumlah pertimbangan kultural
yang menjadi latar belakang fenomena itu. Di antaranya kekhawatiran akan mengikisnya Bahasa Bali di
kalangan pengusung dan penuturnya, yakni masyarakat Bali itu sendiri. Bukan tak mungkin pula Bahasa
Bali akan punah sama sekali.

CP NO
Punahnya suatu bahasa bukan hal baru dalam sejarah. Seiring dengan punahnya suatu kebudayaan
maka punah pula bahasanya. Dunia belajar dari lenyapnya kebudayaan suku Maya, Inca, Aztek sebagai
contoh. Mereka hanya meninggalkan jejak-jejak benda purbakala. Dunia tak tahu persis seperti apa
bahasa-bahasa mereka. Yang bisa ditandai ialah bahwa suku-suku tersebut pernah memiliki suatu
kebudayaan yang cukup tinggi di zamannya berdasarkan sedikit peninggalan yang ada.

Bahkan di Indonesia pun memiliki ‘nasib’ serupa dengan peristiwa punahnya bahasa-bahasa sejumlah
suku di Indonesia. Menurut catatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa),
sampai Oktober 2017, bahasa daerah yang telah diidentifikasi dan divalidasi 652 bahasa dari 2.452
pengamatan. Dengan jumlah itu, Indonesia merupakan negara dengan bahasa daerah terbanyak nomor
dua di dunia setelah Papua Nugini.

Disebut dalam data BPS pada 2011 tentang profil bahasa daerah, 79,5 persen penduduk masih
berkomunikasi sehari-hari di rumah tangga dengan menggunakan bahasa daerah. Dari tahun 2011
sampai 2017, dari 652 bahasa daerah yang telah didokumentasikan dan dipetakan, baru 71 bahasa
daerah yang telah dipetakan vitalitasnya. Dari data tersebut, 19 bahasa daerah terancam punah, 2
bahasa daerah kritis dan 11 bahasa daerah sudah punah! (Liputan 6, Badan Bahasa: 11 Bahasa Daerah
Punah, 19 Terancam Punah, dan 2 Kritis, 21 Feb 2018). Catatan Badan Bahasa itu mengindikasikan
bahwa sebanyak kita memiliki bahasa daerah (bahasa ibu) namun sebanyak itu terancam kepunahan.
UNESCO bahkan memastikan dengan lebih sengit lagi bahwa bahasa daerah di Indonesia punah setiap
15 hari sekali!

Bersyukur bahwa Bahasa Bali adalah bahasa daerah yang termasuk terdokumentasi dan tervalidasi.
Maka segera kita mengerti mengapa Bahasa Bali diberi perhatian besar belakangan ini oleh sejumlah
pihak. Kesadaran itu mula-mula tergerak oleh orang per orang (pesastra Bali, peminat bahasa Bali,
pemerhati sosial budaya). Gerakan yang mencuatkan Bahasa Bali dan sangat fenomenal dilakukan oleh
para musisi dan penyanyi pop Bali. Bahasa Bali kemudian menjadi dikenal melalui lagu-lagu pop Bali
yang diperdengarkan di radio, televisi lokal dan panggung-panggung hiburan di Bali. Meski lirik lagu
berbahasa Bali bersifat lucu-lucuan dan cenderung porno, namun Bahasa Bali mendapatkan kembali
penyegarannya.

Tak kalah bergiat adalah para pesastra Bali. Yang menggembirakan ialah munculnya para remaja dan
pemuda yang dengan kesadaran sendiri menggalakkan karya-karya sastra berbahasa Bali seperti cerita

CP NO
pendek, puisi bahkan novel. Tak sedikit di antara mereka mendapatkan Penghargaan Rancage, suatu
penghargaan tertinggi dalam karya sastra berbahasa Sunda, Jawa dan Bali. Mereka yang mendapatkan
Penghargaan Rancage ini di antaranya: Made Sugianto, I Gede Agus Darma Putra, Ida Bagus Wayan
Keniten, I Made Suarsa, Nyoman Manda, I made Suatjana, I Nyoman Tusthi Eddy, I Nengah Tinggen dan
beberapa lagi yang lain. Hingga kini para pesastra berbahasa Bali itu masih produktif. Apalagi dua media
di Bali seperti Bali Post dan Pos Bali menyediakan halamannya khusus untuk karya tulis berbahasa Bali.

Kemudian beralih kepada kelompok-kelompok yang concern kepada Bahasa Bali, misalnya sejumlah
orang membuat situs web seperti basabali.org., penyusunan buku-buku kamus berbahasa Bali,
penerbitan buku berbahasa Bali. Sampai kemudian akhirnya Gubernur Bali I Wayan Koster
mengerluarkan Peraturan Gubernur No. 79 Tahun 2018 tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali dan
Peraturan Gubernur Bali No. 80 Tahun 2018 tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara dan
Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali.

Menjadi awal momentum penting adalah dengan ditetapkannya acara tahunan Bulan Bahasa Bali.
implementasi dari program itu telah dilaksanakan untuk pertama kalinya pada bulan Februari 2019.
Segala acara yang mendukung dan mengarah pada kelestarian Bahasa Bali seperti lomba, pameran,
pertunjukan, seminar dan lain sebagainya dituangkan di sini. Segala lapisan masyarakat dan institusi
adat seperti banjar, desa dan sekeha dilibatkan di seluruh Bali. dalam Bulan Bahasa Bali ini, bukan saja
sekadar perayaan tentang berbahasa Bali, namun juga upaya pemeriksaan dan pengembangan Bahasa
Bali harus menjadi lebih baik ke depannya dan lestari.

Gerakan budaya dalam bidang memvitalisasi bahasa Bali dalam kehidupan sehari-hari mendapat
sambutan dari berbagai kalangan. Implementasi Pergub Bali tentang Bahasa Bali itu pun telah terlihat
setidaknya diawali dari kalangan instansi di bawah Gubernur Bali dengan mewajibkan menggunakan
aksara Bali di bawah nama-nama instansi negeri. Beberapa nama jalan pun muncul kesadaran untuk
menerakan akasa Bali selain berdampingan dengan aksara Latin. Juga nama-nama sekolah, tapal batas
desa dan banjar-banjar. Meski belum menyeluruh, namun dalam sejumlah perilaku sosial keadatan di
Bali, bahasa Bali hampir menjadi ‘bahasa utama’ dalam komunikasi verbal, seperti misalnya dalam
sangkepan (rapat) desa, melamar pengantin, penyampaian pengumuman saat upacara.

Gerakan kesadaran menjaga kelangsungan Bahasa Bali makin diperkuat lagi dengan memanfaatkan
ranah internet. Sebuah peristiwa yang terjadi pada Sabtu, 4 Mei 2019, di Yayasan Dwijendra Denpasar,
adalah momentum yang menandai peluncuran situs web Bahasa Bali yang bernama BASAbali Wiki serta
peluncuran tokoh komik prawireng putri Bali bernama Luh Ayu Manik Mas. BASAbali Wiki adalah situs

CP NO
web yang merupakan kombinasi kamus referensi, ensiklopedia dan perpustakaan virtual dalam tiga
bahasa (Bali, Indonesia, Inggris) yang bisa diakses dan disunting oleh masyarakat.

Penghadiran tokoh komik superhero Luh Ayu Manik Mas lebih menyasar kepada para remaja Bali.
Langkah ini tepat karena para remaja Bali sebagai penerus pengusung dan penutur Bahasa Bali harus
diberikan semacam representasi dirinya ke dalam suatu tokoh dalam dunianya sehingga sasaran yang
diinginkan, yakni pewarisan Bahasa Bali, dapat berlangsung lebih melekat. Bagaimana pun, generasi
mudalah sandaran masa depan untuk membawa dan mengajegkan bahasa ibu mereka.

Sebagai kamus, kata-kata berbahasa Bali yang dimuat dalam BASAbali Wiki diberikan definisinya dan
diaplikasikan, antara lain dalam bentuk contoh kalimat, video pengucapan dan ilustrasi. Di bagian
perpustakaan virtualnya BASAbali Wiki memuat karya-karya berbahasa Bali, cerita untuk anak-anak,
sosok-sosok berpengaruh dan hal-hal lain yang terkait dengan bahasa serta budaya Bali. Situs web
BASAbali Wiki sendiri dirintis sejak 2014 melalui portal bernama basabali.org.

Keseriusan basabali.org. dalam melestarikan bahasa dan budaya Bali akhirnya membuahkan hasil. Situs
web basabali.org. mendapatkan penghargaan internasional dari Linguapax, sebuah lembaga bentukan
UNESCO yang berpusat di Spanyol. Penyerahan itu sendiri diserahkan langsung oleh Presiden Dewan
Linguapax pada, Sabtu, 1 Desember 2018 di ARMA, Ubud, Gianyar. Penghargaan ini sebetulnya untuk
perorangan. Namun karena suatu pertimbangan, basabali.org. akhirnya mendapatkan juga penghargaan
prestisius internasional ini. “Biasanya penghargaan diberikan kepada pakar atau ahli bahasa, tapi tahun
ini diberikan kepada komunitas yang melestarikan bahasa lokal (Bali),” kata pendiri BASAbali Wiki Teams
Alissa Stern yang mengelola situs itu. Alissa menyebut bahwa Bahasa Bali adalah salah satu dari sekitar
7.000 bahasa daerah di dunia dan satu dari sekitar 652 bahasa daerah di Indonesia yang telah berhasil
diidentifikasi dan divalidasi.

***

Bali bukan sekadar turisme. Ia lebih jauh dari itu. Bali adalah representasi dari keseluruhan yang disebut
kebudayaan. Dan seluruh yang mengusung kebudayaan ini bergerak dinamis; person, nilai dan
produknya. Ada beberapa aspek yang membuat kebudayaan Bali menemukan progresivitas yang tiada
henti. Sebagian tersimpan dalam histori, sebagian lain tersimpan dalam teks dan bahasa lokalnya.

CP NO
Jika kemudian sebagian beranggapan bahwa kebudayaan Bali termuat dalam bahasanya, itu masuk akal.
Ini barangkali terindikasi dari salah satu definisi kebudayaan ialah bahasa. Tak jauh juga dari pepatah
Melayu; bahasa menunjukkan bangsa. Dan bagaimana mungkin orang Bali menunjukkan kebudayaannya
ketika bahasa ibu mereka yang menyimpan berbagai kearifan lenyap? Maka, pelestarian Bahasa Bali
sesungguhnya bukan saja mengusung keajegan Bahasa Bali, namun juga menggali ‘kekayaan’ yang lain,
yakni bahasa yang menyimpan beragam nilai, pengetahuan, filsafat dan kemungkinan-kemungkinan
yang tak terduga.

Karena bahasa ialah sumber pengetahuan. bahasa-bahasa yang tak aktif lagi penggunaannya
menyimpan pengetahuan. Betapa banyaknya ilmu pengetahuan yang belum tergali yang tersembunyi
dalam bahasa Sanskerta, Latin, Sumeria dan sejumlah bahasa lain. Demikian pula, betapa banyak nilai
pengetahuan kearifan, moral dan pengetahuan-pengetahuan praktis yang tersimpan dalam lontar,
prasasti, atau ungkapan-ungkapan Bahasa Bali yang selama ini belum terpahami.

Secara antropologis, Bali adalah sebuah sejarah yang runtun, berkesinambungan dan pergerakan
budayanya begitu dinamis. Dan secara kreatif, orang Bali adalah ‘manusia pembuat hal-hal baru’.
Kekayaan intelektual orang Bali dalam seni, filsafat, bahasa dan perilaku telah terbukti dalam sejarah
dan bahkan sampai hari ini. Dan pengekspresian itu sebagiannya terakumulasi melalui bahasa ibunya.
Dengan kepemilikan sumber daya manusia ini, orang Bali pantas untuk merasa superior. Namun kembali
lagi kepada nilai ‘ke dalam’ budaya mereka; kerendahhatian sebagai pegangan utama moral orang Bali.

Gerakan revitalisasi Bahasa Bali saat ini adalah momentum yang signifikan di tengah kepungan dan
gempuran turisme Bali yang telah sempat melenakan orang-orang Bali. Kita telah cukup banyak
kehilangan tanah sawah, mabok pada hedonisme modernitas, termanja oleh produk-produk zaman yang
menjebak dan kelengahan untuk mengejar ketertinggalan. Kesadaran kebersamaan dalam upaya
penyelamatan kebudayaan masih belum terlambat dilakukan dan masih sangat mungkin dikerjakan
secara masif.

Dan langkah ‘penyelamatan’ Bahasa Bali sebagai gerakan kultural adalah tindakan yang sangat tepat,
bijak dan bermanfaat. Bahasa adalah lambang kehadiran entitas suatu suku bangsa. Bangsa-bangsa
besar seperti Prancis, Inggris, Jepang, untuk menyebut beberapa, sangat membanggakan bahasa
bangsanya. Mereka ingin sekali, terutama Prancis, mengukuhkan bahasanya menjadi salah satu bahasa
dunia. Beberapa bahasa di luar bahasa Inggris, seperti Jepang, Mandarin dan Jerman pun kini banyak
orang-orang mempelajarinya.

CP NO
Jika kebudayaan ialah seluruh ekspresi akal budi manusia, maka bahasa menjadi salah satu ‘pengantar’
dan pembawanya’ dalam relasi pergaulan umat manusia. Inilah mengapa Bahasa Bali harus terus
dilanjutkan dalam peradaban Bali. Dengan penyadaran bahwa kebudayaan Bali demikian kompleks dan
kaya, demikian agung dan dinamis, maka tak ada alasan apa pun bagi orang Bali untuk tidak melanjutkan
dan mewarisi bahasa ibunya dari generasi ke generasi. Karena dalam Bahasa Bali bukan saja sebagai
ekspresi jati diri manusia nBali, melainkan juga wahana menyimpan dan ‘mencatat’ kebudayaannya.
(PS/05/2019)

https://www.indonesiana.id/read/133451/menjunjung-bahasa-bali-melestarikan-budaya diakses 23
Oktober 2022

cover buku Simpanganing Sastra

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana

Bergabung Sejak: 26 April 2019

Selasa, 19 Oktober 2021 06:47 WIB

Fiksi Topik Utama

Simpanganing Sastra - Inovasi dalam Sastra Jawa

Sastra daerah, khususnya sastra Jawa tidak tenggelam, meski menyurut. Meski produktifitasnya tidak
setinggi sebelum tahun 1970-an, namun inovasi dalam penulisan dengan menggunakan Bahasa Jawa
tetap terus berlangsung.

Dibaca : 2.356 kali

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Simpanganing Sastra

CP NO
Penulis: M. Adi

Tahun Terbit: 2017

Penerbit: Pinus Media

Tebal: 91

ISBN: 978-602-365-022-4

Seperti halnya kessusastraan Indonesia, kesusastraan Jawa juga terus berkembang. Sastra Jawa tak
menolak perubahan. Sastra Jawa menerima bentuk-bentuk baru untuk mengungkapkan keindahan dan
kegundahan. Jika sastra Indonesia menyerap cara bertutur ala barat; yaitu bentuk novel dan cerpen,
sastra Jawa pun juga demikian. Sastra Jawa yang sebelumnya mempunyai bentuk baku – macapat, dan
terkurung di dalam keraton, pelan tetapi pasti mulai menggunakan format novel dan cerpen. Perubahan
ini tentu berasal dari pinggiran, bukan dari dalam keraton.

Karya sastra dengan menggunakan bahasa daerah memang sempat terpuruk akibat dari maraknya
penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Bahasa Indonesia digunakan secara masif di
sekolah. Akibatnya generasi yang belajar di sekolah sejak tahun 1970 menjadi lebih lancar menggunakan
Bahasa Indonesia daripada menggunakan bahasa daerahnya. Bahasa daerah memang masih diajarkan di
sekolah, tetapi penggunaannya dalam percakapan sehari-hari sudah sangat menurun. Penelitian
Transpiosa Riomanda di Jogja yang ditulisnya di bungarampai “Antropologi Pendidikan,” 2015
menunjukkan bahwa anak-anak di Jogja lebih stres belajar Bahasa Jawa daripada Bahasa Inggris.
Berkurangnya penutur bahasa daerah ini berpengaruh besar kepada produktifitas karya sastra dalam
bahasa daerah, termasuk Bahasa Jawa.

CP NO
Apakah dengan demikian sastra daerah, khususnya Sastra Jawa kemudian mati? Ternyata tidak! Meski
tidak semarak sebelum tahun 1970, karya sastra dalam bahasa daerah, khususnya Bahasa Jawa tetap
terbit. Nama-nama seperti Suparto Brata, Budianto Santoso, Tiwiek, SA, M. Adi dan lain-lain terus
menghasilkan karya dengan menggunakan media Bahasa Jawa.

Bukan hanya tetap berporduksi, karya dalam Bahasa Jawa juga terus berinovasi. Seperti telah saya
jelaskan di atas, Sastra dalam Bahasa Jawa telah terbukti terbuka untuk pembaruan bentuk dan tema.

Salah satu bukti bahwa sastra dalam Bahasa Jawa tetap terbuka untuk hal yang inovatif adalah karya M.
Adi ini. Dalam karya berjudul “Simpanganing Sastra,” M. Adi menyuguhkan simpangan dalam menulis
cerita pendek (cerita cekak – cerkak). M. Adi mengumpulkan 11 nukilan dari karya-karya yang telah
dibuat sebelumnya.

Simpangan seperti apa yang ditunjukkan oleh M. Adi di buku ini? M. Adi bereksperimen untuk
menggunakan dialog langsung antara pelaku utama di cerita yang dianggitnya berbicara langsung
dengan pembaca, padahal si tokoh utama bukanlah sang penulis.

Biasanya sang penulis menempatkan diri sebagai orang pertama (aku) sehingga bisa menuturkan kisah
sebagai orang pertama.

Karya M. Adi ini berbeda. Sebab tokoh utama yang menyapa pembaca bukanlah sosok penulis itu
sendiri. Bahkan penulis diposisikan sebagai pihak yang terheran-heran dengan kisah yang sedang
ditulisnya. Misalnya seperti yang tertulis berikut ini: “Pamaos, panjenengan ora usah gumun kaya
penulise kang mlongo bareng ngerti yen bakul bakmi…” (hal 24). Kesebelas pethilan (nukilan) yang
dimuat oleh M. Adi di buku ini semua memiliki ciri dimana pelaku utamanya – yang adalah bukan sang
penulis itu sendiri, menyapa atau mengadu kepada pembaca secara langsung. 627

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.

Publisher Logo

Dukung penulis bersama Fewcents. Kontribusi Anda sangat penting bagi keberlangsungan jurnalisme
publik.

CP NO
IDR

10K

IDR

20K

IDR

50K

Login untuk Donasi

Google

Facebook

Guest

Email

I agree to Fewcents Terms and Privacy Policy. I consent to my data being processed outside EU.

Payment Method

Payment Method

CP NO
Payment Method

Payment Method

Payment Method

Dukung Kami

karyasastra

Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.

Baca Juga

Oleh: Slamet Samsoerizal1 hari laluOmong dengan BebatuanDibaca : 171 kaliTadabur dengan alam
mampu menumbuhkan tafakur kepada Sang Pencipta. Menikmati semua ciptaan-Nya berdampak pada
syukur tak berkesudahan.

Powered by Garnier MicellarMau Tahu Rahasia Skincare Agar Menyerap Sempurna & Maksimal?Mau
Tahu Rahasia Skincare Agar Menyerap Sempurna & Maksimal?

Oleh: Dien Matina1 hari laluPercakapan Imajiner (1)Dibaca : 202 kali

Oleh: Martha Melank1 hari laluBunga LiarDibaca : 144 kaliTidak (sengaja) Diinjak

Oleh: Ikhwanul Halim1 hari laluPerubahan AwanDibaca : 134 kaliAku tidak tahu nama mereka. Istriku
menyebut mereka Jojon dan Cahyono. Cahyono tinggi dan botak. Mata menyipit di balik kacamata tanpa
bingkai. Mitranya pendek. Perawakannya, rambutnya. Bahkan temperamennya. Aku mendengar
suaranya bergema di dinding hampir setiap malam, seperti hantu. Dia memegang keranjang cucian
plastik biru dengan handuk putih terlipat di dalamnya.

Oleh: Taufan S. Chandranegara1 hari laluTentang Embun (2)Dibaca : 146 kaliCerpen Tentang Embun (2).
Sejak dia datang ke Kebun Raya, sepagi tadi. Tak jua siang. Taman-taman di kebun itu senantiasa
menunjukkan waktu pagi. Embun di dedauna tetap seperti awalnya. Matahari muncul di balik

CP NO
mendung ... Cerpen. Komunikasi literasi. Tak ada pembaca tak ada cerpen. Tak ada publik, tak ada seni
tontonan. Kreativitas bareng di gerbang edukasi. Salam baik saudaraku.

Oleh: Ikhwanul Halim2 hari laluKiamat Telah Tiba (64): LockdownDibaca : 164 kali“Ya,” Elena setuju,
“dan Vivienne menyadari bahwa permintaannya untuk informasi tentang SOUP dan Mansion keduanya
pada saat yang sama, dijabarkan teorinya situs kendali rudal Prancis berada di Perkebunan Foucault.
Ames sampai di sana saat mengikuti Balakin, dan Lombardi memberi tahu Rachael Walker bahwa
rahasia terbesarnya terkubur dengan aman di suatu tempat di Lillebonne.” “Jadi,” Mireille
menyimpulkan, “agen ganda di DGSI menjelaskan mengapa agen SOUP sampai ke bunker Foucault dan
meledakkannya tepat sebelum Vivienne, Fabrice, Jean-Bédel, dan Jaqcues mengambil alih tempat itu.”

Oleh: Ikhwanul Halim2 hari laluPerokokDibaca : 169 kaliDimulai dengan anggukan, perkenalan tanpa
kata-kata atas keberadaan orang lain. Menjadi bagian rutinitas pagi: bangun, mengenakan jubah,
membuat secangkir kopi instan, menyalakan rokok, dan mengangguk padanya. Pada hari pertama kali
berbicara dengannya, perempuan itu gagal menyalakan pemantik api. Dia memperhatikan, tidak yakin
apakah dia harus menawarkan miliknya sendiri atau apakah itu akan mengganggu. Adalah satu caraya
untuk menawarkan api kepada orang asing, atau memintanya dari seseorang yang merupakan tetangga?
Itu berbeda, pikirnya, seseorang yang dilihat setiap hari, dan menjaga jarak pada tingkat anggukan saja
membuatnya tidak rumit.

Oleh: Slamet Samsoerizal2 hari laluUsai Nonton Debat di Gedung Kura-KuraDibaca : 195 kaliRakyat itu
penonton. Ia bisa santun atau liar gahar. Bagaimana dengan wakil rakyatnya? “Ojo Dibandingke!” lantun
Farel Prayoga. Abah Lala terkesima. Rakyat cuma bisa menjogetinya tanpa paham makna.

Oleh: Ikhwanul Halim3 hari laluKiamat Telah Tiba (63): Ruang Kendali Rudal di Perkebunan
FoucaultDibaca : 219 kaliSakarov menyaksikan Rikard berjalan menuju sopirnya. Mungkin dia ingin
berkonsultasi dengan seseorang yang mungkin memiliki pengetahuan lokal tentang beberapa hal. Rikard
berhenti di samping pengemudi, mereka bertukar beberapa kalimat. Saat pengemudi berpaling dari
Rikard, keduanya tiba-tiba diselimuti awan kelabu.

Oleh: Komunitas Shohafiyah2 hari laluMat Kilau (Bagian 1)Dibaca : 183 kalibaru part 1

Terpopuler

Oleh: atmojo10 jam laluDasar Filosofis AteismeDibaca : 938 kaliPenganut ateisme kabarnya terus
meningkat. Apakah ini juga terjadi di Indonesia? Bagaimana sebenarnya dasar filosofis ateisme itu?

Oleh: dian basuki4 hari laluJika Penjahat yang Memegang Kekuasaan HukumDibaca : 846 kaliKekuasaan
hukum yang berada dalam genggaman orang yang salah akan menimbulkan kerusakan dahsyat.
Bayangkanlah jika orang yang diamanahi menegakkan hukum malah menyelewengkan hukum. Inilah
yang sedang terjadi di negeri kita.

Oleh: Mohammad Imam FarisiSenin, 17 Oktober 2022 11:56 WIBUT Perguruan Tinggi Pertama
Menembus Blank Spot Area Melalui Program UT-AKSESDibaca : 609 kaliUniversitas Terbuka (UT),
kembali menunjukkan kepeloporannya dalam pengembangan sistem pendidikan jarak jauh (SPJJ) di

CP NO
Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan pengembangan program UT-AKSES. Sebuah pilot project yang
tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesetaraan dan akses pada masyarakat di blank spot area,
melalui penyediaan jaringan akses dan koneksi broadband dengan jaringan wireless lokal. Program UT-
AKSES ini dikembangkan dengan pendanaan bersama bersifat multiyears (2021—2023) antara Pusat
Riset dan Inovasi PTJJ LPPM-UT dengan Erasmus+ Programme of the European Union, melalui Advancing
Equity and Access to Higher Education through Open and Distance Learning Project (BUKA-Project).
Melalui program ini, mahasiswa UT dan masyarakat di wilayah blank spot area tetap dapat melakukan
aktivitas pembelajaran tanpa tergantung pada jaringan internet. Mereka dapat mengakses dan
memanfaatkan bahan-bahan pembelajaran yang tersedia di server menggunakan jaringan wifi yang
tersedia melalui smartphone atau komputer.

Oleh: dian basuki3 hari laluDari Kasus Sambo dan Teddy, Saatnya Polri Lakukan Reformasi Fundamental
dan SistemikDibaca : 547 kaliBila diambil hikmahnya, peristiwa Sambo dan Teddy mestinya menjadi
alasan kuat untuk berubah, berbenah diri, serta melakukan reformasi secara fundamental dan sistemik.
Hanya dengan cara ini, kepercayaan masyarakat kepada institusi polisi akan memperoleh
momentumnya untuk pulih kembali. Jadi, jika ingin berbenah diri, janganlah setengah hati.

Oleh: Malik Ibnu Zaman5 hari laluLima Trik Mendekati si Dia Melalui InstagramDibaca : 402 kaliDi era
media digital media sosial juga memiliki peran dalam hal merajut percintaan. Kita pasti pernah
mendengar orang mendapatkan pacar berawal dari Instagram. Ternyata ada kiat khusus melakukan
PDKT via online ini.

Oleh: Bambang Udoyono5 hari laluAku Tulis Namamu di Hatiku dan Selamanya Dia Akan TinggalDibaca :
369 kaliMaulana Jalaludin Rumi, sang empu sufi dari Konya, menulis hubungan cinta kasihnya dengan
sang khalik dengan sangat indah dan puitis. Hubungan mahluk dan sang khalik memang seharusnya
adalah hubungan penuh kasih sayang. Ikuti terus paparan berikut ini.

Logo Indonesiana

Ketentuan Konten

Ketentuan Artikel Berbayar dan Donasi

Cara Donasi dan Bayar per Artikel

Home

Analisis

Fiksi

Hiburan

CP NO
Humaniora

Sport

Pendidikan

Peristiwa

TEMPO.CO

Majalah Tempo

Majalah Tempo English

Koran Tempo

Tempo Institute

Indonesiana

Tempo Store

Tempo.co English

Copyright © 2019

https://www.indonesiana.id/read/148958/simpanganing-sastra-inovasi-dalam-sastra-jawa diakses 23
Oktober 2022

Kamis, 28 April 2022 06:15 WIB

Analisis Topik Utama

Lahirnya Bahasa Indonesia

Sejarah munculnya Bahasa Indonesia yang kita pakai sekarang ini

Dibaca : 614 kali

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

CP NO
Bahasa Indonesia merupakan bahasa kesatuan Negara Indonesia dan menjadi bahasa pemersatu bangsa
dari banyaknya bahasa-bahasa daerah yang tersebar di Nusantara. Jika dilihat dari awal mula Bahasa
Indonesia sendiri lahir, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang di adopsi dari Bahasa Melayu. Atau
dapat dikatakan bahwa bahasa Indonesia lahir dari bahasa Melayu atau juga bisa diartikan bahwa
bahasa Indonesia merupakan variasi dari bahasa Melayu. Hal ini dapat terjadi karena Bahasa Melayu
dipakai sebagai lingua franca atau bahasa pengantar yang sudah dikenal luas oleh penduduk Nusantara.

Awalnya bahasa Melayu hanya digunakan di daerah-daerah perdangangan atau daerah perekonomian
pusat. Bahkan sebelum Belanda datang ke Nusantara, bahasa Melayu ini digunakanya oleh masyarakat
sebagai bahasa penguhubung dalam berniaga. Ini juga didasari dari keinginan masyarakat untuk
menyampaikan misi agama, perniagaan, dan pendidikan. Bahkan orang-orang bangsa Eropa yang
hendak melakukan kegiatan berdagang, harus mengetahui dan mempelajari Bahasa Melayu agar
mencapai hasil berniaga yang baik.

Namun sebelum masuknya bangsa Eropa ke Nusantara atau Indonesia, Bahasa melayu terpengaruh
dengan masuknya islam ke Nusantara yang kemudian memeunculkan penggunaan huruf jawi, pegon,
atau dapat disebut juga huruf Arab-Melayu. Dimana huruf ini dapat diterima masyarakat Indonesia pada
saat itu, tetapi berbeda bangsa Eropa tidak menerima dan sulit untuk mereka memahami huruf tersebut
karena Bangsa Eropa lebih mudah belajar Bahasa Melayu dengan huruf latin. Sebab itulah bangsa Eropa
mulai mengenalkan huruf latin kepada golongan bangsawan dan raja-raja guna keperluan politik bahasa.
Sehingga dari peristiwa itu penggunaan huruf latin dapat di terapkan di dalam Bahasa Melayu.

Bukti-bukti otentik yang bisa dijadikan pedoman bahwa Bahasa Indonesia berawal dari Bahasa Melayu
adalah dari berbagai prasasti yang ditemukan di Indonesia khususnya di sekitaran Sumatera, Jawa, dan
Semenanjung Malaya, seperti prasasti kedukan bukit, talang tuwo, kota kapur, dan masih banyak lagi.
Dimana pada prasasti-prasasti itu menggunakan huruf pranagari Melayu Kuno, yang pada masa itu
Bahasa Melayu bercampur dengan Bahasa Sanskerta. Dari bukti-bukti ini kebanyakan ditemukan di
wilayah Sumatera, hal ini dikarenakan Bahasa Indonesia merupakan turunan bahasa Melayu Barat yang
kemudian diturunkan lagi menjadi Bahasa Melayu Riau. Dimana Bahasa Melayu Barat adalah akar dari
Bahasa Indonesia sekarang ini.

Nama Bahasa Indonesia sendiri resmi atau ditandai dengan adanya ikrar Sumpah Pemuda pada 28
Oktober 1928 yang berisi pernyataan mengenai bahasa persatuan yaitu Bahasa Indonesia. Sumpah

CP NO
Pemuda ini merupakan hasil dari dorongan rasa persatuan dan persaudaraan atas munculnya berbagai
variasi dialek Bahasa Melayu di wilayah Nusantara.

Setelah peristiwa ini Bahasa Indonesia masih mengalami perkembangan, dalam proses perkembanganya
sendiri dalam menyerap kosa kata, Bahasa Indonesia banyak sekali mendapat pengaruh dari bahasa-
bahasa daerah, seperti Sunda, Jawa, dan masih banyak lagi. Tidak hanya bahasa daerah Bahasa
Indonesia juga menyerap bahasa asing, seperti Bahasa Sansekerta, Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Bahasa
Perancis dan Belanda, serta Bahasa Tionghoa. Hal ini tidak terlepas dari historis Bangsa Indonesia pada
masalalu. Perjuangan Bangsa Indonesia dalam mengkukuhkan Bahasa Indonesia dapat dilihat pada
Undang-Undang Dasar Pada Bab XV, Pasal 36, ditetapkan secara sah bahwa bahasa Indonesia adalah
bahasa negara. Tidak hanya melalui UUD Bangsa Indonesia dalam mengembangkan Bahasa Indonesia
juga melalui Kongres dimana Kongres ini dilakukan dalam upaya pengembangan Bahasa Indonesia.
Kongres ini dilakasanakan dari Kongres Bahasa Indonesia 1 sampai Kongres Indonesia 10. Dimana dalam
kongres ini terdapat pembenahan-pembenahan dan pembaharuan dari mulai ejaan hingga kosa kata
Bahasa Indonesia yang digunakan sampai dengan seperti sekarang ini.

Dengan demikian seiring berjalanya waktu dan perjuangan masyarakat Indonesia Bahasa Melayu dapat
diresmikan menjadi Bahasa Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari beberapa faktor penyebab Bahasa
Melayu dipilih dan dijadikan Bahasa Indonesia, antara lain Bahasa Melayu sudah sejak lama menjadi
Lingua Franca di Indonesia atau sebagai bahasa penghubung, dan bahasa perdagangan, suku-suku dan
daerah- daerah di Indonesia menerima dengan sukarela, karena bahasa Melayu dan bahasa daerah
memiliki kesamaanm, kemudian Bahasa Melayu yang memiliki kemampuan guna dipakai sebagau
bahasa kebudayaan.

Ikuti tulisan menarik Heldi Prasetya lainnya di sini.

Publisher Logo

Dukung penulis bersama Fewcents. Kontribusi Anda sangat penting bagi keberlangsungan jurnalisme
publik.

IDR

CP NO
10K

IDR

20K

IDR

50K

Login untuk Donasi

Google

Facebook

Guest

Email

I agree to Fewcents Terms and Privacy Policy. I consent to my data being processed outside EU.

Payment Method

Payment Method

Payment Method

Payment Method

Payment Method

CP NO
Dukung Kami

IndonesiaRaya Sejarah Nasional Bahasa Indonesia

Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.

Baca Juga

Oleh: Wahyu Tanoto10 jam laluApakah Saya Termasuk yang Gemar Membaca?Dibaca : 122 kaliBagi
sebagian orang, tujuan membaca buku adalah kebutuhan agar memperoleh informasi. Bagi sebagian
yang lain menyebutnya sebagai hiburan, healing, dan kebutuhan akan ilmu. Akan tetapi, ada juga yang
menganggap sebagai kewajiban karena tuntutan pendidikan.

Powered by Garnier MicellarMau Tahu Rahasia Skincare Agar Menyerap Sempurna & Maksimal?Mau
Tahu Rahasia Skincare Agar Menyerap Sempurna & Maksimal?

Oleh: Pipiet Palestin Amurwani10 jam laluMengapa Perlu Mengetahui Budaya dalam Mempelajari
Bahasa?Dibaca : 118 kaliDalam mempelajari suatu bahasa perlu diikuti mempelajari budayanya.
Tujuannya untuk mengetahui kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan pemilik bahasa dalam berkomunikasi,
sehingga tidak terjadi salah persepsi.

Oleh: Muhammad Farhan Fadilla10 jam laluAnalisis Konflik Sengketa Wilayah terhadap Kepulauan
Senkaku antara Jepang dan TiongkokDibaca : 89 kaliKepulauan Senkaku atau Diaoyutai merupakan
sebuah kumpulan pulau-pulau tak berpenghuni yang secara geografis terletak sekitar 120 mil laut
sebelah timur laut Taiwan, 200 mil laut di sebelah barat daya Okinawa, dan 200 mil laut sebelah timur
dari pantai terdekat Tiongkok Daratan. Pada tahun 1968 UNCAFE (UN Economic Commission for Asia
and the Far East) melakukan penelitian terhadap Kepulauan Senkaku, penelitian tersebut menyebutkan
bahwa di Laut Cina Timur, tepatnya di sebuah landas kontinental dekat Kepulauan Senkaku, terdapat
kandungan minyak dan gas alam yang melimpah. Bahkan, kandungan minyak serta gas alam tersebut
akan menjadi salah satu kandungan minyak terbesar di dunia. Sehingga menarik perhatian yang sangat
besar terhadap pemerintah Jepang dan pemerintah Tiongkok. Kepemilikan terhadap Kepulauan Senkaku
akhirnya menjadi penting dan diperebutkan oleh kedua negara tersebut. Kepulauan Senkaku/Diaoyutai

CP NO
kemudian menjadi sengketa teritorial yang disebabkan oleh adanya kepentingan nasional di wilayah
tersebut.

Oleh: Janwan S R Tarigan (Penggembala Kerbau)1 hari laluBBM Naik dan Galang Rambu AnarkiDibaca :
138 kaliKebenaran harus terus disuarakan melalui berbagai kanal. Bagai lirik lagu om Iwan Fals yang
nyata menggambarkan perasaan rakyat Indonesia; rakyat semakin menderita karena naiknya harga
kebutuhan pokok. Layaknya dalam penggalan lirik ini “Maafkan kedua orang tuamu kalau tak mampu
beli susu, BBM naik susu tak terbeli, orang pintar tarik subsidi, mungkin bayi kurang gizi”.

Oleh: Lasman Tv2 hari laluDiagnosisDibaca : 175 kali

Oleh: Bambang Udoyono2 hari laluKeluar Zona Nyaman agar Kamu Berubah dan TumbuhDibaca : 298
kaliSalah satu resep sukses adalah keluar dari zona nyaman. Tapi sayang sekali kendalanya seringkali
orangtua sendiri. Terus bagaimana mengatasinya?

Oleh: Komunitas Shohafiyah MH2 hari laluMeningkataka Rasa Takut kepada AllahDibaca : 179 kaliKita
harus takut pada allah

Oleh: Lasman Tv3 hari laluRanjang MautDibaca : 202 kaliRANJANG MAUT

Oleh: Maruliana Sitanggang3 hari laluRelevansi Sinergi LPEI dan LDKPI terhadap Ketahanan
EkonomiDibaca : 306 kali

Oleh: Seno Arioputro3 hari laluProdi Komunikasi Undip Gelar Literasi Digital untuk Jauhkan Murid TK
dari Konten NegatifDibaca : 205 kaliArtikel ini memuat berita Literasi Digital yang diselenggarakan oleh
Abdimas Prodi Komunikasi UNDIP kepada anak-anak TK agar tidak terpapar konten negatif

Terpopuler

Oleh: atmojo10 jam laluDasar Filosofis AteismeDibaca : 938 kaliPenganut ateisme kabarnya terus
meningkat. Apakah ini juga terjadi di Indonesia? Bagaimana sebenarnya dasar filosofis ateisme itu?

Oleh: dian basuki4 hari laluJika Penjahat yang Memegang Kekuasaan HukumDibaca : 846 kaliKekuasaan
hukum yang berada dalam genggaman orang yang salah akan menimbulkan kerusakan dahsyat.
Bayangkanlah jika orang yang diamanahi menegakkan hukum malah menyelewengkan hukum. Inilah
yang sedang terjadi di negeri kita.

Oleh: Mohammad Imam FarisiSenin, 17 Oktober 2022 11:56 WIBUT Perguruan Tinggi Pertama
Menembus Blank Spot Area Melalui Program UT-AKSESDibaca : 609 kaliUniversitas Terbuka (UT),
kembali menunjukkan kepeloporannya dalam pengembangan sistem pendidikan jarak jauh (SPJJ) di
Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan pengembangan program UT-AKSES. Sebuah pilot project yang
tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesetaraan dan akses pada masyarakat di blank spot area,
melalui penyediaan jaringan akses dan koneksi broadband dengan jaringan wireless lokal. Program UT-
AKSES ini dikembangkan dengan pendanaan bersama bersifat multiyears (2021—2023) antara Pusat
Riset dan Inovasi PTJJ LPPM-UT dengan Erasmus+ Programme of the European Union, melalui Advancing

CP NO
Equity and Access to Higher Education through Open and Distance Learning Project (BUKA-Project).
Melalui program ini, mahasiswa UT dan masyarakat di wilayah blank spot area tetap dapat melakukan
aktivitas pembelajaran tanpa tergantung pada jaringan internet. Mereka dapat mengakses dan
memanfaatkan bahan-bahan pembelajaran yang tersedia di server menggunakan jaringan wifi yang
tersedia melalui smartphone atau komputer.

Oleh: dian basuki3 hari laluDari Kasus Sambo dan Teddy, Saatnya Polri Lakukan Reformasi Fundamental
dan SistemikDibaca : 547 kaliBila diambil hikmahnya, peristiwa Sambo dan Teddy mestinya menjadi
alasan kuat untuk berubah, berbenah diri, serta melakukan reformasi secara fundamental dan sistemik.
Hanya dengan cara ini, kepercayaan masyarakat kepada institusi polisi akan memperoleh
momentumnya untuk pulih kembali. Jadi, jika ingin berbenah diri, janganlah setengah hati.

Oleh: Malik Ibnu Zaman5 hari laluLima Trik Mendekati si Dia Melalui InstagramDibaca : 402 kaliDi era
media digital media sosial juga memiliki peran dalam hal merajut percintaan. Kita pasti pernah
mendengar orang mendapatkan pacar berawal dari Instagram. Ternyata ada kiat khusus melakukan
PDKT via online ini.

Oleh: Bambang Udoyono5 hari laluAku Tulis Namamu di Hatiku dan Selamanya Dia Akan TinggalDibaca :
369 kaliMaulana Jalaludin Rumi, sang empu sufi dari Konya, menulis hubungan cinta kasihnya dengan
sang khalik dengan sangat indah dan puitis. Hubungan mahluk dan sang khalik memang seharusnya
adalah hubungan penuh kasih sayang. Ikuti terus paparan berikut ini.

Logo Indonesiana

Ketentuan Konten

Ketentuan Artikel Berbayar dan Donasi

Cara Donasi dan Bayar per Artikel

Home

Analisis

Fiksi

Hiburan

Humaniora

Sport

Pendidikan

CP NO
Peristiwa

TEMPO.CO

Majalah Tempo

Majalah Tempo English

Koran Tempo

Tempo Institute

Indonesiana

Tempo Store

Tempo.co English

Copyright © 2019

https://www.indonesiana.id/read/154676/lahirnya-bahasa-indonesia diakses 23 Oktober 2022

Gayo Prank

Penulis Indonesiana

Bergabung Sejak: 29 Desember 2019

Kamis, 13 Januari 2022 14:05 WIB

Analisis Topik Utama

Perbedaan Bahasa Jawa Kasar dan Bahasa Jawa Halus

definisi bahasa jawa,penjelasan bahasa jawa,pembagian bahasa jawa ,ciri-ciri bahasa jawa dan contoh
bahasa jawa.

Dibaca : 7.761 kali

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

CP NO
Bahasa Jawa adalah bahasa dengan penutur terbanyak di Indonesia, bahasa ini digunakan oleh suku
jawa yang wilayahnya meliputi Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. Selain itu bahasa jawa juga
digunakan oleh sebagian penduduk di wilayah pesisir Karawang, Subang, Cirebon, Indramayu dan
Banten.

Belajar bahasa jawa penting untuk kamu yang ingin atau akan tinggal dalam lingkungan yang mayoritas
penduduknya berbahasa Jawa, baik itu untuk kepentingan pekerjaan ataupun untuk kepentingan
lainnya.

Dengan mengenal sedikit dasar tentang bahasa jawa, diharapkan nantinya kamu lebih mudah dalam
bersosialisasi dengan lingkungan disekitar. Atau setidaknya ada kata yang dimengerti ketika kamu
mendengar orang lain disekitarmu berbicara dalam bahasa ini.

Bahasa Jawa adalah bahasa tutur yang digunakan oleh penduduk Jawa, khususnya di sebagian wilayah
Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah & Jawa Timur di Indonesia. Untuk belajar bahasa Jawa, pertama-tama
Anda harus memperhatikan apakah Anda akan belajar bahasa Jawa kasar atau bahasa Jawa halus.
Ngoko atau Kromo.

Bahasa Jawa terbagi menjadi dua, yaitu Ngoko dan Kromo. Ngoko sendiri dalam perkembangannya
secara tidak langsung terbagi lagi menjadi ngoko kasar dan ngoko halus (campuran ngoko dan kromo).

Selanjutnya Krama dibagi lagi menjadi Krama, Krama Madya, Krama Inggil (Krama Halus). Bahkan Krama
Madya ini agak berbeda antara Krama yang digunakan di kota/Sala dengan Krama yang digunakan di
pinggiran/desa. Sedangkan Krama Halus berbeda antara Krama Halus/Inggil yang digunakan oleh orang
Kraton dan orang biasa.

Fakta tentang Bahasa Jawa:

1. Bahasa Jawa Memiliki Banyak Penutur

CP NO
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Bahasa Jawa merupakan bahasa dengan penutur terbanyak
di Indonesia. Bahasa Jawa banyak dituturkan oleh masyarakat yang tinggal di daerah Jawa Tengah,
Yogyakarta, Jawa Timur dan sebagian penduduk di daerah Banten serta penduduk di sekitar daerah
pantai utara, seperti Karawang, Cirebon, Indramayu dan Subang.

Selain di Nusantara, bahasa Jawa digunakan oleh masyarakat di negara Suriname dan juga di Aruba,
Curacao dan Kaledonia Baru. Meski jumlah penuturnya tidak sebanyak di negara Suriname, mayoritas
penduduknya juga orang Jawa.

2. Memiliki dialek atau aksen yang berbeda

Sama seperti bahasa Sunda, bahasa Jawa juga memiliki aksen yang berbeda antara satu daerah dengan
daerah lainnya. Aksen orang yang tinggal di pesisir utara tentu akan berbeda dengan penutur di daerah
Solo dan Yogyakarta yang dikenal lembut.

3. Dibagi Menjadi Beberapa Strata

Dalam masyarakat Jawa terdapat beberapa pilihan penggunaan bahasa Jawa dan pilihan bahasa Jawa ini
memiliki tingkatan yang berbeda-beda (mulai dari tingkat bahasa kasar sampai tingkat bahasa halus).

Nah, tataran bahasa inilah yang kemudian menentukan kesan hormat dan sopan santun penuturnya.
Dalam kehidupan bermasyarakat dalam lingkup masyarakat Jawa, terdapat 3 macam bahasa, yaitu
ngoko, madya, dan krama. Dan sopan santun itu sendiri masih dibagi lagi menjadi beberapa sub bahasa,
seperti bahasa Jawa Krama Inggris, sopan santun desa, bahasa keraton, dan bahasa kasar.

Perbedaan Antara Budaya Jawa Kasar dan Halus Antara Budaya dan Dunia Mistis Di Indonesia Keris
Adalah Salah Satu Warisan Budaya Leluhur Nusantar Dalam bahasa Jawa terdapat tingkatan bahasa yang
digunakan untuk membedakan kelas sosial atau strata sosial seseorang dalam masyarakat seperti usia,
kedudukan atau orang yang dihormati. Hal ini sangat mempengaruhi bahasa yang Anda gunakan sehari-
hari dan cara Anda berkomunikasi dengan orang lain karena orang Jawa pada umumnya sangat
menjunjung tinggi sopan santun dan tata krama.

CP NO
Tingkatan dalam bahasa Jawa dibagi menjadi 2, yaitu Basa ngoko (bahasa kasar) dan Basa krama (bahasa
halus). Lalu, apa perbedaan antara Jawa Kasar dan Jawa Halus?

Perbedaan pertama antara bahasa Jawa kasar dan bahasa Jawa Halus adalah konteks penggunaan
bahasa tersebut. Bahasa Jawa kasar (Basa ngoko) ini biasanya digunakan untuk berkomunikasi dengan
teman sebaya atau seumuran dan sama untuk memberikan kesan akrab kemudian bisa juga untuk orang
yang lebih muda dari kita.

Adapun bahasa jawa halus (basa krama) digunakan untuk orang yang lebih tinggi kedudukannya dari kita
atau yang umurnya lebih tua dari kita tetapi juga untuk orang yang kita hormati.

Perbedaan kedua antara bahasa Jawa kasar dan halus adalah tata bahasanya.

Untuk bahasa Jawa kasar (Basa ngoko) dibagi menjadi 2, yaitu ngoko lugu dan ngoko alus. Ngoko lugu
sendiri dikenal sebagai ngoko yang sangat kasar. Perbedaan keduanya terletak pada subjek atau baris
kata ganti orang dan kata kerja (wasesa) pada ngoko lugu.

Contoh :

Anda membeli kopi di pasar. S P O K

Awak Anda adalah pasar kedai kopi. JW L K (Ngoko tidak bersalah)

Pasar Kopi Mundhut Panjenengan. JW L K (Ngoko alus)

Sama halnya dengan bahasa Jawa kasar (Basa ngoko), bahasa Jawa halus (Basa krama) juga terbagi
menjadi 2, yaitu krama inggil dan krama lugu/madya atau krama bahasa yang agak kasar. Untuk

CP NO
membedakan keduanya, Anda dapat melihat subjek (jejer) untuk kata ganti orang dan wasesa atau kata
kerja yang digunakan.

Contoh :

Anda membeli kopi di pasar. S P O K

Anda meremas kopi wonten peken. JW L K (sopan santun)

Kopi panjenengan mundhut wonten peken. JW L

Bahasa Jawa memiliki 2 tingkatan dengan penggunaan yang berbeda, yaitu Ngoko/Jawa Kasar (ngoko
lugu dan ngoko alus) dan Krama/Jawa halus (krama lugu dan krama inggil).

Ngoko lugu

Digunakan oleh teman sebaya, orang yang lebih tua ke orang yang lebih muda, orang dengan posisi lebih
tinggi ke posisi lebih rendah. Kosa kata yang digunakan semuanya dari bahasa ngoko, tidak tercampur
dengan sopan santun.

Contoh: Paijo makan wedus (Paijo memberi makan kambing), "Ra, benihmu apa kamu mau piro?" (Ra,
berapa nilai ujianmu tadi?)

Ngoko alus

Digunakan oleh orang yang dekat namun tetap ada rasa saling menghormati, kosakata yang digunakan
adalah ngoko dan krama. (sebagai awalan Anda menjadi panjenengan)

CP NO
Sebagai contoh :

Simbah putri lagi sare (nenek sedang tidur) Sare (krama) = turu (ngoko) = tidur

Krama lugu

Digunakan oleh orang baru atau tidak dikenal. Kosa kata ngoko dalam bahasa krama diganti dengan
kosakata bahasa krama. Seperti: nama hewan, nama tumbuhan, awalan kata, dll

Contoh: Njenengan Asmane sinten dhek? Panjenengan (krama) = kamu = kowe (ngoko), asma (krama) =
nama = jeneng (ngoko), sinten (krama) = siapa = sopo (ngoko), dhek = adik.

Krama alus

Tapi singkatnya, Kosa kata semuanya dari bahasa krama, tidak ada ngoko, level bahasanya paling halus.

Ikuti tulisan menarik Gayo Prank lainnya di sini.

Publisher Logo

Dukung penulis bersama Fewcents. Kontribusi Anda sangat penting bagi keberlangsungan jurnalisme
publik.

IDR

10K

IDR

CP NO
20K

IDR

50K

Login untuk Donasi

Google

Facebook

Guest

Email

I agree to Fewcents Terms and Privacy Policy. I consent to my data being processed outside EU.

Payment Method

Payment Method

Payment Method

Payment Method

Payment Method

Dukung Kami

bahasa daerah

CP NO
Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.

Baca Juga

Oleh: Wahyu Tanoto10 jam laluApakah Saya Termasuk yang Gemar Membaca?Dibaca : 122 kaliBagi
sebagian orang, tujuan membaca buku adalah kebutuhan agar memperoleh informasi. Bagi sebagian
yang lain menyebutnya sebagai hiburan, healing, dan kebutuhan akan ilmu. Akan tetapi, ada juga yang
menganggap sebagai kewajiban karena tuntutan pendidikan.

Powered by Garnier MicellarMau Tahu Rahasia Skincare Agar Menyerap Sempurna & Maksimal?Mau
Tahu Rahasia Skincare Agar Menyerap Sempurna & Maksimal?

Oleh: Pipiet Palestin Amurwani10 jam laluMengapa Perlu Mengetahui Budaya dalam Mempelajari
Bahasa?Dibaca : 118 kaliDalam mempelajari suatu bahasa perlu diikuti mempelajari budayanya.
Tujuannya untuk mengetahui kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan pemilik bahasa dalam berkomunikasi,
sehingga tidak terjadi salah persepsi.

Oleh: Muhammad Farhan Fadilla10 jam laluAnalisis Konflik Sengketa Wilayah terhadap Kepulauan
Senkaku antara Jepang dan TiongkokDibaca : 89 kaliKepulauan Senkaku atau Diaoyutai merupakan
sebuah kumpulan pulau-pulau tak berpenghuni yang secara geografis terletak sekitar 120 mil laut
sebelah timur laut Taiwan, 200 mil laut di sebelah barat daya Okinawa, dan 200 mil laut sebelah timur
dari pantai terdekat Tiongkok Daratan. Pada tahun 1968 UNCAFE (UN Economic Commission for Asia
and the Far East) melakukan penelitian terhadap Kepulauan Senkaku, penelitian tersebut menyebutkan
bahwa di Laut Cina Timur, tepatnya di sebuah landas kontinental dekat Kepulauan Senkaku, terdapat
kandungan minyak dan gas alam yang melimpah. Bahkan, kandungan minyak serta gas alam tersebut
akan menjadi salah satu kandungan minyak terbesar di dunia. Sehingga menarik perhatian yang sangat
besar terhadap pemerintah Jepang dan pemerintah Tiongkok. Kepemilikan terhadap Kepulauan Senkaku
akhirnya menjadi penting dan diperebutkan oleh kedua negara tersebut. Kepulauan Senkaku/Diaoyutai
kemudian menjadi sengketa teritorial yang disebabkan oleh adanya kepentingan nasional di wilayah
tersebut.

Oleh: Janwan S R Tarigan (Penggembala Kerbau)1 hari laluBBM Naik dan Galang Rambu AnarkiDibaca :
138 kaliKebenaran harus terus disuarakan melalui berbagai kanal. Bagai lirik lagu om Iwan Fals yang
nyata menggambarkan perasaan rakyat Indonesia; rakyat semakin menderita karena naiknya harga
kebutuhan pokok. Layaknya dalam penggalan lirik ini “Maafkan kedua orang tuamu kalau tak mampu
beli susu, BBM naik susu tak terbeli, orang pintar tarik subsidi, mungkin bayi kurang gizi”.

CP NO
Oleh: Lasman Tv2 hari laluDiagnosisDibaca : 175 kali

Oleh: Bambang Udoyono2 hari laluKeluar Zona Nyaman agar Kamu Berubah dan TumbuhDibaca : 298
kaliSalah satu resep sukses adalah keluar dari zona nyaman. Tapi sayang sekali kendalanya seringkali
orangtua sendiri. Terus bagaimana mengatasinya?

Oleh: Komunitas Shohafiyah MH2 hari laluMeningkataka Rasa Takut kepada AllahDibaca : 179 kaliKita
harus takut pada allah

Oleh: Lasman Tv3 hari laluRanjang MautDibaca : 202 kaliRANJANG MAUT

Oleh: Maruliana Sitanggang3 hari laluRelevansi Sinergi LPEI dan LDKPI terhadap Ketahanan
EkonomiDibaca : 306 kali

Oleh: Seno Arioputro3 hari laluProdi Komunikasi Undip Gelar Literasi Digital untuk Jauhkan Murid TK
dari Konten NegatifDibaca : 205 kaliArtikel ini memuat berita Literasi Digital yang diselenggarakan oleh
Abdimas Prodi Komunikasi UNDIP kepada anak-anak TK agar tidak terpapar konten negatif

Terpopuler

Oleh: atmojo10 jam laluDasar Filosofis AteismeDibaca : 938 kaliPenganut ateisme kabarnya terus
meningkat. Apakah ini juga terjadi di Indonesia? Bagaimana sebenarnya dasar filosofis ateisme itu?

Oleh: dian basuki4 hari laluJika Penjahat yang Memegang Kekuasaan HukumDibaca : 846 kaliKekuasaan
hukum yang berada dalam genggaman orang yang salah akan menimbulkan kerusakan dahsyat.
Bayangkanlah jika orang yang diamanahi menegakkan hukum malah menyelewengkan hukum. Inilah
yang sedang terjadi di negeri kita.

Oleh: Mohammad Imam FarisiSenin, 17 Oktober 2022 11:56 WIBUT Perguruan Tinggi Pertama
Menembus Blank Spot Area Melalui Program UT-AKSESDibaca : 609 kaliUniversitas Terbuka (UT),
kembali menunjukkan kepeloporannya dalam pengembangan sistem pendidikan jarak jauh (SPJJ) di
Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan pengembangan program UT-AKSES. Sebuah pilot project yang
tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesetaraan dan akses pada masyarakat di blank spot area,
melalui penyediaan jaringan akses dan koneksi broadband dengan jaringan wireless lokal. Program UT-
AKSES ini dikembangkan dengan pendanaan bersama bersifat multiyears (2021—2023) antara Pusat
Riset dan Inovasi PTJJ LPPM-UT dengan Erasmus+ Programme of the European Union, melalui Advancing
Equity and Access to Higher Education through Open and Distance Learning Project (BUKA-Project).
Melalui program ini, mahasiswa UT dan masyarakat di wilayah blank spot area tetap dapat melakukan
aktivitas pembelajaran tanpa tergantung pada jaringan internet. Mereka dapat mengakses dan
memanfaatkan bahan-bahan pembelajaran yang tersedia di server menggunakan jaringan wifi yang
tersedia melalui smartphone atau komputer.

Oleh: dian basuki3 hari laluDari Kasus Sambo dan Teddy, Saatnya Polri Lakukan Reformasi Fundamental
dan SistemikDibaca : 547 kaliBila diambil hikmahnya, peristiwa Sambo dan Teddy mestinya menjadi
alasan kuat untuk berubah, berbenah diri, serta melakukan reformasi secara fundamental dan sistemik.

CP NO
Hanya dengan cara ini, kepercayaan masyarakat kepada institusi polisi akan memperoleh
momentumnya untuk pulih kembali. Jadi, jika ingin berbenah diri, janganlah setengah hati.

Oleh: Malik Ibnu Zaman5 hari laluLima Trik Mendekati si Dia Melalui InstagramDibaca : 402 kaliDi era
media digital media sosial juga memiliki peran dalam hal merajut percintaan. Kita pasti pernah
mendengar orang mendapatkan pacar berawal dari Instagram. Ternyata ada kiat khusus melakukan
PDKT via online ini.

Oleh: Bambang Udoyono5 hari laluAku Tulis Namamu di Hatiku dan Selamanya Dia Akan TinggalDibaca :
369 kaliMaulana Jalaludin Rumi, sang empu sufi dari Konya, menulis hubungan cinta kasihnya dengan
sang khalik dengan sangat indah dan puitis. Hubungan mahluk dan sang khalik memang seharusnya
adalah hubungan penuh kasih sayang. Ikuti terus paparan berikut ini.

Logo Indonesiana

Ketentuan Konten

Ketentuan Artikel Berbayar dan Donasi

Cara Donasi dan Bayar per Artikel

Home

Analisis

Fiksi

Hiburan

Humaniora

Sport

Pendidikan

Peristiwa

TEMPO.CO

Majalah Tempo

Majalah Tempo English

Koran Tempo

CP NO
Tempo Institute

Indonesiana

Tempo Store

Tempo.co English

Copyright © 2019

https://www.indonesiana.id/read/152585/perbedaan-bahasa-jawa-kasar-dan-bahasa-jawa-halus
diakses 23 Oktober 2022

CP NO

Anda mungkin juga menyukai