Anda di halaman 1dari 303

Eka Rihan K - Bahasa Indonesia

Jambore Nasional Bahasa dan Sastra 2011 Friday, March 02, 2012 11:07 PM Jambore Nasional Bahasa dan Sastra 2011 Oleh : Eka Rihan K.

Jambore Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia telah diadakan di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur, 29 November 2011 yang lalu. Acara yang dihadiri Wamendikbud Wiendu Nuryati itu berlangsung sepekan hingga 3 Desember dan diikuti 1000 peserta dari 33 provinsi yang merupakan duta bahasa provinsi, Siswa SMA/SMK, mahasiswa perguruan tinggi, pemuda, pemuda berkebutuhan khusus, pemerhati bahasa dan sastra dari seluruh Indonesia, guru, dosen, dan Palang Merah Indonesia. Disamping bertukar pikiran terkait dengan nilai-nilai kearifan lokal dalam bahasa dan sastra, para peserta juga menampilkan kesenian dari daerah pada malam seni di tingkat kampung atau antar kampung. Kegiatan yang melibatkan peserta dari seluruh provinsi itu mendasari bahwa ini merupakan jambore nasional yang diikuti peserta dari Sabang sampai Merauke. Momentum jambore ini menunjukkan bahwa bahasa Indonesia bukan hanya dapat berfungsi sebagai penunjang perkembangan bahasa dan sastra Indonesia atau alat menyampaikan gagasan yang mendukung pembangunan Indonesia atau pengungkap pikiran, sikap, dan nilai-nilai yang berada dalam bingkai keindonesiaan. Bahasa Indonesia juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi politik, sosial, dan budaya, yang selanjutnya akan memberi sumbangan yang signifikan untuk membangun paradigma baru yang berjiwa Indonesia. Meskipun demikian, dewasa ini sikap dan kecintaan generasi muda, termasuk pelajar dan mahasiswa, terhadap bahasa Indonesia seolah-olah menunjukkan penurunan jika dibandingkan dengan sikap dan semangat generasi muda menjelang dan awal kemerdekaan dahulu. Ketika itu, generasi muda memandang, bahwa bahasa Indonesia merupakan alat yang sangat penting dalam mencapai persatuan Indonesia untuk meraih kemerdekaan. Kondisi sekarang, bahasa Indonesia tidak lebih dari sebagai alat komunikasi. Kondisi penurunan pandangan generasi muda terhadap peran bahasa Indonesia itu disebabkan beberapa faktor, baik secara internal maupun eksternal. Secara internal, kondisi itu disebabkan kurangnya penggalian dan pemanfaatan nilai-nilai bahasa dan sastra. Secara eksternal, pandangan generasi muda dipengaruhi budaya dan bahasa asing, sehingga krisis karakter pun terjadi. Kondisi ini sangat bertentangan dengan beberapa pihak yang mengaku bahwa bahasa Indonesia sebagai lambang dan identitas bangsa dapat dijadikan sebagai perekat kesatuan dan persatuan nasional. Oleh sebab itu, bahasa Indonesia harus mampu mengembangkan peran sebagai media pembangun karakter bangsa demi martabat bangsa Indonesia dalam pergaulan lintas bangsa di dunia yang semakin mengglobal. Dalam konteks pembangunan karakter bangsa, posisi generasi muda sangat strategis karena merekalah yang akan mengemban estafet kepemimpinan bangsa pada masa kini dan masa depan. Lantas, siapakah yang lebih bertanggung jawab terhadap hal ini? Apakah hanya generasi muda, pemerhati bahasa dan sastra, guru atau dosen saja yang seharusnya lebih banyak berperan terhadap ini tanpa dukungan dan keterlibatan dari berbagai pihak? Pelaksanaan Jambore Nasional Bahasa dan Sastra 2011 berlangsung sepekan di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur, baru-baru ini merupakan kegiatan yang baru pertama kali digelar dan akan menjadi agenda tahunan program Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Indonesia Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, guna menjaga ketahanan bahasa dan budaya Indonesia di tengah arus globalisasi. Jambore ini mengangkat tema Penggalian dan Pemanfaatan Nilai-Nilai Bahasa dan Sastra dalam Membangun Karakter Bangsa. Tujuan acara tersebut, pertama, menumbuhkan rasa solidaritas generasi muda yang berorientasi terhadap lahirnya jiwa persatuan pada anak bangsa yang mampu menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kedua, menggali dan memformulasi kearifan lokal daerah menjadi karakter bangsa. Ketiga, meningkatkan sikap positif para peserta terhadap bahasa nasional sebagai lambang identitas bangsa Indonesia. Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud, Yeyen Maryani, memaparkan bahwa tujuan kegiatan jambore ini untuk meningkatkan sikap positif masyarakat terhadap bahasa dan sastra kita. Era globalisasi mesti diantisipasi dengan meningkatkan kegiatan kebahasaan dan sastra kita. Melalui jambore ini, generasi muda dapat mengenal lebih dekat identitas dirinya untuk mempertahankan jati diri bangsa. Menurutnya, kesejatian diri mereka melalui kearifan lokal dengan tetap mempertahankan bahasa daerah sebagai bagian bahasa Indonesia. Kearifan lokal termuat di Tanah Air masih tetap aktual di Bumi Pertiwi kita. Generasi muda sekarang kurang memahami ini dan dalam kegiatan jambore ini dicoba untuk digali kembali, kearifan lokal menjadi kearifan nasional dan itulah kearifan Indonesia. Forum jambore ini tidak terlalu formal. Sasarannya adalah masyarakat luas terdiri dari mahasiswa, karang taruna, anak jalanan, dan ada juga anak berkebutuhan khusus. Mereka diajak berdiskusi dan bergembira, saling kenal satu sama lain dari berbagai daerah dan suku bangsa di Nusantara. Mereka menjadi lebih paham betapa kayanya Indonesia. Para peserta antusias ingin berkomitmen tetap menyatukan bahasa daerah melalui bahasa Indonesia. Mereka berniat jambore pertama ini tetap dilanjutkan sebagai wujud menjunjung tinggi Sumpah Pemuda. Jambore akan menjadi agenda tahunan program Badan Bahasa. Lantas apa kelanjutan pascajambore bagi peserta? Mereka tentu punya keinginan sepulang dari kegiatan jambore ini untuk menyosialisasikan kepada teman-teman mereka di daerah masing-masing, melalui pemberdayaan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa di daerah dan pemangku kepentingan setempat, untuk membangkitkan gerakan cinta bahasa Indonesia. Mereka dapat berkumpul di tempat kegiatan pemuda dengan tetap menggunakan bahasa Indonesia yang baik. Mereka pun telah memiliki pengetahuan yang cukup mengenai pentingnya bahasa sebagai alat pemersatu sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24/2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Antaralain penertiban dan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dalam media luar ruang, seperti papan nama, baliho, atau namanama perumahan yang cenderung menggunakan bahasa asing. Hal tersebut bukan larangan, tetapi lebih meminta ke pihak terkait untuk mengutamakan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama.

Setidaknya dengan adanya Kegiatan Jambore Nasional Bahasa dan Sastra 2011, tugas dan peran cukup berat yang selama ini diemban oleh pemerhati bahasa dan sastra, guru dan dosen, untuk memertahankan bahasa Indonesia dari pengaruh negatif globalisasi, dapat berkurang. Selain itu juga diharapkan agar kegiatan jambore ini tidak hanya sekedar seremonial bahasa, sastra dan kebudayaan belaka, sebagai wujud aktualisasi diri dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam menjaga eksistensi bahasa Indonesia di tengah globalisasi. Ketahanan bahasa Indonesia di tengah serbuan bahasa asing dapat diwujudkan dengan pengembangan bahasa yang sesuai dengan kondisi masyarakat yang berkarakter. Semua itu membutuhkan kerja sama dan dukungan yang utuh dari semua pihak terkait, secara terus menerus dan konsisten. Pembelajaran dan Implikasinya terhadap Sistem Evaluasi & Asesmen Peserta Didik Tuesday, February 28, 2012 12:22 AM Pembelajaran dan Implikasinya terhadap Sistem Evaluasi & Asesmen Peserta Didik

Pemerintah sering melakukan berbagai upaya peningkatan kualitas pendidik antara lain melalui pelatihan, seminar dan lokakarya, bahkan melalui pendidikan formal, dengan menyekolahkan guru pada tingkat yang lebih tinggi. Kendatipun dalam pelaksanaannya masih jauh dari harapan, dan banyak penyimpangan, namun upaya tersebut paling tidak telah melahirkan suatu kondisi yang menunjukkan bahwa sebagian besar pendidik memiliki ijazah perguruan tinggi. Latar belakang pendidikan guru mestinya berkorelasi positif dengan kualitas pendidikan, bersamaan dengan faktor lain yang mempengaruhinya. Namun tidak demikian kenyataannya. Dalam praktek pendidikan sehari-hari, masih banyak pendidik yang melakukan kesalahan-kesalahan dalam menunaikan tugas dan fungsinya. Sekecil apapun kesalahan yang dilakukan pendidik, khususnya dalam pembelajaran, akan berdampak negatif terhadap perkembangan peserta didik. Untuk itu guru sebagai pendidik mesti memahami serta mengendalikan diri dari kesalahan-kesalahan, yang akan merugikan peserta didik. Berdasarkan hasil kajian menunjukkan bahwa kesalahan yang sering dilakukan pendidik dalam praktek pembelajaran dapat diikuti pada uraian berikut: 1. Pendidik tidak membuat RPP, mengajar tanpa persiapan tidak hanya akan merugikan peserta didik, tapi juga guru sebagai tenaga profesional. Seharusnya guru memandang pembelajaran sebagai suatu sistem, dimana jika salah satu komponennya terganggu tentu akan mengganggu seluruh sistem. 2. Pendidik kurang memberi perhatian dan penghargaan bagi peserta didik. Baik, memberi perhatian dan pendekatan bagi peserta didik yang bermasalah, dan memberi penghargaan yang

pantas pada peserta didik yang berperilaku baik. Solusinya adalah dengan memperhatikan perilaku peserta didik yang menyimpang, dan mengeliminasi perilaku tersebut agar tidak terulang lagi. Memberi pujian dan penghargaan bagi peserta didik, karena sudah berperilaku baik. 3. Menegakkan disiplin atau memberi hukuman yang tidak sesuai dengan kesalahan (destruktif disiplin). Kesalahan-kesalahan dalam penegakan disiplin akan mengakibatkan fatal bagi keselamatan pendidik itu sendiri, karena peserta didik sudah merasa dirusak kepribadian serta harga diri mereka. Agar tidak melakukan kesalahan dalam penegakan disiplin ada beberapa hal harus diperhatikan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Mulyasa (2005) yaitu sebagai berikut: (a) Disiplin peserta didik diwaktu tenang, (b) Gunakan disiplin secara tepat waktu tepat sasaran, (c) Hindari menghina dan mengejek peserta didik, (d) Pilihkan hukuman yang bisa dilaksanakan secara cepat, usahakan peserta tidak merasa bahwa dia dihukum, (e) Gunakan disiplin sebagai alat pembelajaran. 4. Mengabaikan Keragaman Peserta Didik Setiap peserta didik memiliki perbedaan yang unik, mereka memiliki kekuatan, kelemahan, minat dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga, latar belakang sosial ekonomi dan lingkungan, membuat peserta didik berbeda dalam aktivitas, kreativitas, intelegensi dan kompetensinya. Pendidik seharusnya dapat mengidentifikasi perbedaan individual peserta didik dan menetapkan karakteristik yang menjadi ciri kelasnya, dari ciri-ciri individual itulah yang menjadi karakteristik yang seharusnya pendidik memulai pelajaran. 5. Menganggap Peserta Didik Selalu Bodoh Pendidik selalu merasa dirinya paling pintar dan merasa bahwa peserta didik yang dihadapinya lebih bodoh dibandingkan dirinya. Peserta didik dipandang sebagai gelas yang perlu diisi air ke dalamnya. Perasaan ini sangat menyesatkan. Peserta didik sekarang dapat belajar melalui internet dan berbagai media massa yang mungkin pendidik itu sendiri belum pernah mencoba. Dalam hal ini pendidik harus menjadi pembelajar yang senantiasa menyesuaikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat. 6. Memperlakukan Peserta Didik Secara Tidak Adil Pembelajaran yang baik dan efektif adalah yang mampu memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik secara adil dan merata, sehingga mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Dalam prakteknya banyak pendidik yang tidak adil sehingga dapat merugikan peserta didik. 7. Memaksa hak peserta didik Pendidik sering kali memaksa peserta didik untuk mendapatkan keuntungan.

8. Pendidik hanya mentransfer ilmu pengetahuan yang dia miliki kepada peserta didik, dalam artian pengetahuan disajikan dari kepala pendidik ke peserta didik. 9. Pendidik hanya mengejar target pencapaian kurikulum, sehingga belajar hanya untuk mengejar nilai, bukan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. 10. Pendidik kurang memberikan ransangan dan inforcement bagi peserta didik untuk belajar dengan inkuiri atau penemuan sendiri. Pendidik sibuk memeriksa komponen-komponen sekolah, sehingga yang penting meningkatkan kualitas belajar peserta didik terabaikan. 11. Menilai peserta didik hanya pada hasil belajar saja, kurang disertai dengan proses pembelajaran. 12. Menilai keberhasilan peserta didik disegi kognitif saja, padahal keberhasilan peserta didik sangat ditunjang oleh emotional intelegent dan spritual intelegent.

Hampir tidak ada yang menolak bahwa diselenggarakannya suatu sistem pendidikan berkualitas adalah demi menghasilkan manusia terdidik yang dewasa secara intelektual, moral, kepribadian, dan kemampuan. Namun kenyataannya yang sedang disoroti orang adalah dimensi pengusaan pengetahuan peserta didik yang belum tentu berdampak pada pengembangan kemampuan intelektual, kematangan pribadi, serta kematangan moral dan berkarakter. Mengapa hal ini terjadi? Menurut Sudijarto (2008) hal ini disebabkan karena sistem evaluasi yang diterapkan di sekolah. Misalnya belum dapat memahami program pendidikan secara benar, belum mengenal dan menghayati input instrumen dan input lingkungan secara baik, pelaksanaan evaluasi pendidikan tidak diawali dengan proses assesmen (penilaian) yang baik terhadap semua komponen yang terkait, bahkan bukan itu saja yang salah, tapi juga kesalahan dalam memaknai evaluasi itu sendiri, masih ada yang berpersepsi bahwa evaluasi sama dengan pengukuran, sebagaimana yang dikemukakan oleh Muri (2005), Kebermaknaan evaluasi pendidikan sebagai pilar penyangga pengendali mutu, sering menjadi rapuh karena keterbatasan dalam memaknai arti, tujuan dan fungsi evaluasi serta keterbatasan teori evaluasi. Karena semua fenomena di atas mengakibatkan bahwa evaluasi pendidikan belum berperan dan bermakna sebagai pilar penyedia informasi dan pengendali mutu pendidikan.

Mutu pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu peserta didik, pendidik, pengelola sekolah, (kepala sekolah, karyawan dan dewan/komite sekolah), lingkungan (orang tua, masyararakat sekolah), kualitas pembelajaran, kurikulum, fasilitas belajar dan sebagainya (Edy Suhartoyo, 2005: 2). Pendapat lain komponen evaluasi menurut Muri (2005: 5) bahwa: Evaluasi pendidikan mencakup semua komponen, proses pelaksanaan dan produk pendidikan secara

total, dan di dalamnya terkandung tiga konsep, yaitu: memberikan pertimbangan (ludgenzent), nilai (value) dan arti (worth).

Dengan demikian, evaluasi pendidikan dapat berupa: evaluasi context / tujuan / kebijakan; evaluasi input, seperti evaluasi terhadap peserta didik, pendidik, prasarana dan sarana, kurikulum / program, serta input lingkungan; evaluasi proses, yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap proses atau kegiatan pendidikan atau pembelajaran yang sedang berlangsung; evaluasi hasil/ produk; dan evaluasi "outcomes" (dampak). Semua komponen tersebut tidak ada yang bisa diabaikan, karena semua komponennya terkait.

Hal senada juga disampaikan oleh Djemari Mardapi (2003: 8) bahwa: Usaha peningkatan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaian, asesmen dan evaluasi. Keduanya saling terkait. Sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Selanjutnya sistem asesmen dan evaluasi yang baik akan mendorong guru untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi siswa untuk belajar yang lebih baik. Dengan demikian salah satu faktor yang penting untuk pembelajaran yang berkualitas dalam mencapai tujuan pendidikan nasional adalah proses pembelajaran yang dilakukan, sedangkan salah satu faktor penting untuk efektivitas pembelajaran adalah faktor asesmen dan evaluasi baik terhadap proses maupun hasil pembelajaran. Asesmen dan evaluasi dapat mendorong peserta didik untuk lebih giat belajar secara terus menerus, dan juga mendorong pendidik untuk meningkatkan fasilitas dan kualitas manajemen lembaga pendidikan dasar, lembaga pendidikan menengah, dan lembaga pendidikan tinggi.

Sehubungan dengan hal tersebut dalam pembelajaran dibutuhkan pendidik yang tidak hanya mampu mengajar dengan baik tapi juga mampu melaksanakan asesmen dan evaluasi. Kegiatan asesmen dan evaluasi sebagai program dari pembelajaran perlu lebih dioptimalkan. Asesmen dan evaluasi tidak hanya bertumpu pada penilaian hasil belajar, tapi juga perlu penilaian terhadap input, output, maupun kualitas pembelajaran itu sendiri. Optimalisasi sistem asesmen dan evaluasi menurut Djamari (2003: 12) memiliki makna, sistem asesmen dan evaluasi memberikan informasi yang optimal. Manfaat yang dicapai dari asesmen dan evaluasi itu sendiri adalah meningkatnya kualitas pembelajaran dan selanjutnya akan terjadi peningkatan kualitas pendidikan.

Dalam bidang pendidikan ditinjau dari sasarannya, asesmen dan evaluasi yang bersifat mikro sasarannya adalah program pendidikan, sedangkan yang bersifat makro sering digunakan di tingkat kelas, khususnya untuk mengetahui pencapaian hasil belajar peserta didik, pencapaian ini bukan hanya bersifat kognitif saja, tapi juga mencakup semua potensi yang ada pada peserta didik. Jadi sasaran evaluasi mikro adalah program pembelajaran di kelas dan yang menjadi penanggungjawabnya adalah guru dan dosen (Djamari, 2000: 2).

Pembelajaran yang bermakna sebagai proses pembudayaan itu adalah pembelajaran yang dapat merangsang, menantang dan menyenangkan (Soedijarto, 2008). Diharapkan pembelajaran lebih bermakna bila pembelajaran sampai pada tingkat joy of discovery. Dalam artian peserta didik akan mendapat rangsangan dan tantangan bila dapat menikmati proses penemuan dalam belajar. Salah satu proses penemuan berkaitan dengan kemampuan berpikir dari pemikirannya sendiri yang terhindar dari budaya copas (Copy Paste), yaitu kebiasaan mengopi sesuatu milik pribadi orang lain serta menganggap menjadi milik sendiri dalam menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Unesco, melalui International Commision on Education for the Twenty First Century, mengusulkan empat pilar belajar. Penerapan empat pilar belajar menurut Soedijarto (2008) berarti bahwa proses pembelajaran memungkinkan peserta didik menguasai cara memperoleh pengetahuan, berkesempatan menerapkan pengetahuan yang dipelajarinya, dan berkesempatan berinteraksi secara aktif dengan sesama peserta didik sehingga dapat menemukan dirinya. Salah satu faktor penentunya adalah pendidik, karena model pembelajaran seperti ini hanya dapat berlangsung dengan tenaga pendidik yang penuh konsentrasi. Kita dapat melihat sekolah yang berjubel dengan guru yang secara profesional kurang memenuhi syarat, dan proses pembelajaran tidak lebih dari mencatat, menghafal, dan mengingat kembali. Dalam hal ini pendidik dan pengelola pendidikan hendaknya selalu berusaha untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam proses pembelajaran yang akan berimplikasi pada asesmen dan evaluasi peningkatan kualitas pendidikan para peserta didik yang diajarnya. Monday, November 14, 2011 5:26 PM MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Genap) Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : UIN 1110 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Matematika (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2011-2012

Semester/Kelas : Ganjil/I A Bobot : 2 Sks A. Essay: 1. Jelaskan ragam bahasa lisan berdasarkan contoh! 2. a. Temukan peristiwa apa saja yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia! b. Jelaskan mengapa bahasa Melayu diangkat sebagai bahasa Indonesia! c. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa persatuan. Apa maksudnya? 3. Pilihlah salah satu topik di bawah ini, kemudian buatlah uraian singkat dengan menggunakan konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar! a. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengembangan ilmu Pendidikan Agama Islam. b. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengetahuan. c. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa teknologi. d. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa seni. 4. a. Jelaskan pengertian diksi dan berikan contoh pemakaiannya dalam kalimat, sesuai dengan pemahaman kamu! b. Buatlah sebuah paragraf/tulisan yang menggunakan majas (figure of speech) dan idiom! 5. Telitilah kesalahan atau kejanggalan dalam kalimat-kalimat di bawah ini dan selanjutnya perbaiki menjadi struktur kalimat yang benar! 1. Kepala Direktorat kepada siapa laporan ini harus disampaikan tidak ada di tempat. 2. Hal itu pasti akan diketahui juga di kelak kemudian hari. 3. Orang itu saudara saya punya istri. 4. Di dalam keputusan itu mengandung kebijaksanaan yang dapat menguntungkan umum. 5. Sebelumnya dipikir jangan berbicara dahulu.

B. Essay: Perbaikilah pungtuasi dan ejaan penulisan huruf dan penulisan kata menjadi EYD yang baik dan benar) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini!

saya membaca dalam surat kabar bahwa bapak gubernur mengharapkan agar kita seminggu menggunakan bahasa indonesia kata saya waktu berkumpul dengan nyonya-nyonya kalangan tertentu anjuran yang sangat baik tetapi mengapa hanya seminggu saja bukanlah seharusnya kita selalu berbahasa indonesia menurut saya kita memang kurang memerhatikan penggunaan bahasa kita yang baik ah jeng jij kok zo stijf toh bicaranya mbok yang gewoon maar tiba-tiba je spreekt seperti in jouw karangasin de krant getus seorang di dalam lingkungan menggunakan bahasa campuran dengan nada echt holands berbahasa indonesia bagaimana masak masih dianjurkan itu kan sudah so wie se komentar yang lain yang agaknya penggemar istilah-istilah bahasa jerman (S.N. Sosroningrat). Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan dalam uraian jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Ganjil) Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : UIN 1110 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Matematika (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2011-2012 Semester/Kelas : Ganjil/I A Bobot : 2 Sks

A. Essay: 1. Jelaskan ragam bahasa tulisan berdasarkan contoh! 2. a. Temukan peristiwa apa saja yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia! b. Jelaskan mengapa bahasa Melayu diangkat sebagai bahasa Indonesia! c. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa persatuan. Apa maksudnya?

3. Pilihlah salah satu topik di bawah ini, kemudian buatlah uraian singkat dengan menggunakan konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar! a. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengembangan ilmu Pendidikan Agama Islam. b. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengetahuan. c. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa teknologi. d. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa seni. 4. a. Jelaskan pengertian diksi dan berikan contoh pemakaiannya dalam kalimat, sesuai dengan pemahaman kamu! b. Buatlah sebuah paragraf/tulisan yang menggunakan majas (figure of speech) dan idiom! 5. Telitilah kesalahan atau kejanggalan dalam kalimat-kalimat di bawah ini dan selanjutnya perbaiki menjadi struktur kalimat yang benar! 1. Harap tenang, baru ada ujian. 2. Seperti saya telah katakan saudara harus menceritakan apa yang saudara telah alami. 3. Dia sering berlagak pintar sendiri mentang-mentang dia kaya sendiri. 4. Sementara orang mengatakan bahwa hal itu tak usah dibesar-besarkan. 5. Tempat pemberhentian bus sudah banyak didirikan. B. Essay: Perbaikilah pungtuasi dan ejaan penulisan huruf dan penulisan kata menjadi EYD yang baik dan benar) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini! Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa walaupun bangsa cina merupakan mayoritas jumlahnya menunjukkan penurunan pada 1976 dibandingkan dengan 1973 penurunan ini lebih besar 6% yaitu dari sekitar 120 ribu menjadi 115 ribu bangsa-bangsa lain yang mengalami kenaikan cukup mencolok adalah amerika dan jepang bangsa amerika naik dengan lebih dari 3 kali lipat selama empat tahun sedangkan jepang 2,5 kali untuk periode yang sama bangsa india dan arab yang mana sudah jauh lebih lama menetap di indonesia khususnya di jakarta menunjukkan jumlah yang relatif konstan pertambahan jumlah tampaknya hanya disebabkan oleh pertambahan alamiah (Bambang Sungkono M.A.) Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban!

2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan dalam uraian jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Genap) Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : UIN 1110 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Matematika (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2011-2012

Semester/Kelas : Ganjil/I B Bobot : 2 Sks

A. Essay: 1. Jelaskan ragam bahasa dialek dan terpelajar berdasarkan contoh! 2. a. Temukan peristiwa apa saja yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia! b. Jelaskan mengapa bahasa Melayu diangkat sebagai bahasa Indonesia! c. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa persatuan. Apa maksudnya? 3. Pilihlah salah satu topik di bawah ini, kemudian buatlah uraian singkat dengan menggunakan konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar! a. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengembangan ilmu Pendidikan Agama Islam. b. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengetahuan. c. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa teknologi. d. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa seni. 4. a. Jelaskan pengertian diksi dan berikan contoh pemakaiannya dalam kalimat, sesuai dengan pemahaman kamu! b. Buatlah sebuah paragraf/tulisan yang menggunakan majas (figure of speech) dan idiom! 5. Telitilah kesalahan atau kejanggalan dalam kalimat-kalimat di bawah ini dan selanjutnya perbaiki menjadi struktur kalimat yang benar! 1. Sebelum dibicarakan secara formal baiklah diadakan dahulu pendekatan secara informal. 2. Hadirin dan hadirat dalam bulan Ramadhan ini marilah kita perlihatkan kita punya jiwa besar. 3. Hendaklah kita insafi bahwa apa yang kita telah lakukan tidak sah menurut peraturan organisasi kita. 4. Hak manusia haruslah dihormati dengan baik. 5. Tenaga ahli sangat kurang jumlahnya untuk proyek ini. B. Essay:

Tentukan jenis Ejaan yang Disempurnakan (pungtuasi, penulisan huruf dan penulisan kata) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini! Kata Ahad dengan Minggu tidaklah sama. Yang pertama nama hari, sedangkan yang kedua adalah nama kesatuan jumlah hari dari Ahad sampai Sabtu. Coba bandingkan kalimat Kita berangkat Minggu depan dengan kalimat Kita berangkat Ahad depan. Dalam kalimat yang pertama tidak diketahui hari apa kita akan berangkat. Sebaliknya dalam kalimat kedua, jelas sekali hari kita berangkat itu. Karena itu, kalimat kedua lebih informatif daripada kalimat pertama. Inilah agaknya yang menyebabkan dua media cetak Tempo dan Republika membedakan kedua kata itu dalam pemberitaan mereka. Tidak ada bahasa yang mengacaukan nama hari dengan minggu. Dalam bahasa Inggris Ahad ialah Sunday, sedangkan minggu ialah week. Nama-nama hari dalam bahasa Indonesia (yang berasal dari bahasa Melayu itu) sebenarnya berasal dari bahasa Arab. Rupanya nama-nama hari itu tidak dinamakan menurut nama dewa-dewa seperti nama hari dalam bahasa Yunani-Latin atau merujuk pada mitos kepercayaan primitif, tetapi dinamakan hitungan. Karena itu hari pertama bernama Ahad yang berarti satu. Selanjutnya Senin (dua), Selasa (tiga), Rabu (empat), Kamis (lima). Hanya Jumat yang tidak menurut hitungan semestinya bernama Sitta (enam). Diberi nama Jumat karena pada hari itu umat Islam berkumpul. Jadi nama hari itu berasal dari kata jamaah. Selanjutnya hari Sabtu kembali berdasarkan hitungan yang berarti tujuh. Perhatikanlah perbandingan antara bilangan dengan nama hari tersebut: Wahid (satu) Ahad Isnain (dua) Senin Tsalatsa (tiga) Selasa Arba (empat) Rabu Khamis (lima) Kamis Sittah (enam) Jumat (hari berkumpul, suatu kecuali) Saba (tujuh) Sabtu Samaniah (delapan) Tari Saman di Aceh penarinya 8 orang Tisa (sembilan) Ada nama Tisna Amijaya, dia anak ke 9 Asyar (sepuluh) Perhatikan ada hari Asyura, 10 Muharram. Berdasarkan keadaan itu, maka minggu adalah urutan nama hari dari Ahad sampai Sabtu yang jumlahnya ada 7 hari. Jadi sistematik waktu itu dalam bahasa Indonesia berawal dari detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan berakhir dengan abad. Sementara itu kita mengenal pula kata pekan. Sedangkan pasar adalah tempat berjual beli. Pekan adalah hari pasar yang

biasanya terjadi sekali dalam seminggu. Maka ada pekan Ahad, pekan Senin, pekan Sabtu dan sebagainya. Oleh sebab itu jumlah hari dalam sepekan sama dengan jumlah hari dalam seminggu, yaitu 7 hari. Yang beda ialah urutannya. Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan dalamuraian jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Ganjil) Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : UIN 1110 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Matematika (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2010-2011 Semester/Kelas : Ganjil/I B Bobot : 2 Sks

A. Essay: 1. Jelaskan ragam bahasa resmi dan tidak resmi berdasarkan contoh! 2. a. Temukan peristiwa apa saja yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia! b. Jelaskan mengapa bahasa Melayu diangkat sebagai bahasa Indonesia! c. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa persatuan. Apa maksudnya? 3. Pilihlah salah satu topik di bawah ini, kemudian buatlah uraian singkat dengan menggunakan konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar! a. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengembangan ilmu Pendidikan Agama Islam. b. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengetahuan. c. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa teknologi. d. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa seni. 4. a. Jelaskan pengertian diksi dan berikan contoh pemakaiannya dalam kalimat, sesuai dengan pemahaman kamu! b. Buatlah sebuah paragraf/tulisan yang menggunakan majas (figure of speech) dan idiom! 5. Telitilah kesalahan atau kejanggalan dalam kalimat-kalimat di bawah ini dan selanjutnya perbaiki menjadi struktur kalimat yang benar! 1. Duduklah yang baik dan bicaralah yang benar. 2. Jepang harus ganti polanya hubungan ekonomi. 3. Motif yang bertolak kepada masalah tanah dalam keterangan itu tidak ditemukan. 4. Barangsiapa yang tidak menaati pengumuman ini akan dipertanggungjawabkan terhadap segala akibat yang ditimbulkannya. 5. Demikianlah laporan saya dan harap menjadi periksa adanya. B. Essay: Tentukan jenis Ejaan yang Disempurnakan (pungtuasi, penulisan huruf dan penulisan kata) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini!

Kata Ahad dengan Minggu tidaklah sama. Yang pertama nama hari, sedangkan yang kedua adalah nama kesatuan jumlah hari dari Ahad sampai Sabtu. Coba bandingkan kalimat Kita berangkat Minggu depan dengan kalimat Kita berangkat Ahad depan. Dalam kalimat yang pertama tidak diketahui hari apa kita akan berangkat. Sebaliknya dalam kalimat kedua, jelas sekali hari kita berangkat itu. Karena itu, kalimat kedua lebih informatif daripada kalimat pertama. Inilah agaknya yang menyebabkan dua media cetak Tempo dan Republika membedakan kedua kata itu dalam pemberitaan mereka. Tidak ada bahasa yang mengacaukan nama hari dengan minggu. Dalam bahasa Inggris Ahad ialah Sunday, sedangkan minggu ialah week. Nama-nama hari dalam bahasa Indonesia (yang berasal dari bahasa Melayu itu) sebenarnya berasal dari bahasa Arab. Rupanya nama-nama hari itu tidak dinamakan menurut nama dewa-dewa seperti nama hari dalam bahasa Yunani-Latin atau merujuk pada mitos kepercayaan primitif, tetapi dinamakan hitungan. Karena itu hari pertama bernama Ahad yang berarti satu. Selanjutnya Senin (dua), Selasa (tiga), Rabu (empat), Kamis (lima). Hanya Jumat yang tidak menurut hitungan semestinya bernama Sitta (enam). Diberi nama Jumat karena pada hari itu umat Islam berkumpul. Jadi nama hari itu berasal dari kata jamaah. Selanjutnya hari Sabtu kembali berdasarkan hitungan yang berarti tujuh. Perhatikanlah perbandingan antara bilangan dengan nama hari tersebut: Wahid (satu) Ahad Isnain (dua) Senin Tsalatsa (tiga) Selasa Arba (empat) Rabu Khamis (lima) Kamis Sittah (enam) Jumat (hari berkumpul, suatu kecuali) Saba (tujuh) Sabtu Samaniah (delapan) Tari Saman di Aceh penarinya 8 orang Tisa (sembilan) Ada nama Tisna Amijaya, dia anak ke 9 Asyar (sepuluh) Perhatikan ada hari Asyura, 10 Muharram. Berdasarkan keadaan itu, maka minggu adalah urutan nama hari dari Ahad sampai Sabtu yang jumlahnya ada 7 hari. Jadi sistematik waktu itu dalam bahasa Indonesia berawal dari detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan berakhir dengan abad. Sementara itu kita mengenal pula kata pekan. Sedangkan pasar adalah tempat berjual beli. Pekan adalah hari pasar yang biasanya terjadi sekali dalam seminggu. Maka ada pekan Ahad, pekan Senin, pekan Sabtu dan sebagainya. Oleh sebab itu jumlah hari dalam sepekan sama dengan jumlah hari dalam seminggu, yaitu 7 hari. Yang beda ialah urutannya.

Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan dalam uraian jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Genap) Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : UIN 1110 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2011-2012 Semester/Kelas : Ganjil/I A Bobot : 2 Sks A. Essay: 1. Jelaskan ragam bahasa lisan berdasarkan contoh!

2. a. Temukan peristiwa apa saja yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia! b. Jelaskan mengapa bahasa Melayu diangkat sebagai bahasa Indonesia! c. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa persatuan. Apa maksudnya? 3. Pilihlah salah satu topik di bawah ini, kemudian buatlah uraian singkat dengan menggunakan konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar! a. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengembangan ilmu Pendidikan Agama Islam. b. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengetahuan. c. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa teknologi. d. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa seni. 4. a. Jelaskan pengertian diksi dan berikan contoh pemakaiannya dalam kalimat, sesuai dengan pemahaman kamu! b. Buatlah sebuah paragraf/tulisan yang menggunakan majas (figure of speech) dan idiom! 5. Telitilah kesalahan atau kejanggalan dalam kalimat-kalimat di bawah ini dan selanjutnya perbaiki menjadi struktur kalimat yang benar! 1. Kepala Direktorat kepada siapa laporan ini harus disampaikan tidak ada di tempat. 2. Hal itu pasti akan diketahui juga di kelak kemudian hari. 3. Orang itu saudara saya punya istri. 4. Di dalam keputusan itu mengandung kebijaksanaan yang dapat menguntungkan umum. 5. Sebelumnya dipikir jangan berbicara dahulu.

B. Essay: Perbaikilah pungtuasi dan ejaan penulisan huruf dan penulisan kata menjadi EYD yang baik dan benar) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini! saya membaca dalam surat kabar bahwa bapak gubernur mengharapkan agar kita seminggu menggunakan bahasa indonesia kata saya waktu berkumpul dengan nyonya-nyonya kalangan tertentu anjuran yang sangat baik tetapi mengapa hanya seminggu saja bukanlah seharusnya kita selalu berbahasa indonesia menurut saya kita memang kurang memerhatikan penggunaan bahasa kita yang baik ah jeng jij kok zo stijf toh bicaranya mbok yang gewoon maar tiba-tiba je spreekt

seperti in jouw karangasin de krant getus seorang di dalam lingkungan menggunakan bahasa campuran dengan nada echt holands berbahasa indonesia bagaimana masak masih dianjurkan itu kan sudah so wie se komentar yang lain yang agaknya penggemar istilah-istilah bahasa jerman (S.N. Sosroningrat). Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan dalam uraian jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Ganjil) Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : UIN 1110 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2011-2012 Semester/Kelas : Ganjil/I A Bobot : 2 Sks

A. Essay: 1. Jelaskan ragam bahasa tulisan berdasarkan contoh! 2. a. Temukan peristiwa apa saja yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia! b. Jelaskan mengapa bahasa Melayu diangkat sebagai bahasa Indonesia! c. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa persatuan. Apa maksudnya?

3. Pilihlah salah satu topik di bawah ini, kemudian buatlah uraian singkat dengan menggunakan konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar! a. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengembangan ilmu Pendidikan Agama Islam. b. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengetahuan. c. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa teknologi. d. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa seni. 4. a. Jelaskan pengertian diksi dan berikan contoh pemakaiannya dalam kalimat, sesuai dengan pemahaman kamu! b. Buatlah sebuah paragraf/tulisan yang menggunakan majas (figure of speech) dan idiom! 5. Telitilah kesalahan atau kejanggalan dalam kalimat-kalimat di bawah ini dan selanjutnya perbaiki menjadi struktur kalimat yang benar! 1. Harap tenang, baru ada ujian. 2. Seperti saya telah katakan saudara harus menceritakan apa yang saudara telah alami. 3. Dia sering berlagak pintar sendiri mentang-mentang dia kaya sendiri. 4. Sementara orang mengatakan bahwa hal itu tak usah dibesar-besarkan. 5. Tempat pemberhentian bus sudah banyak didirikan.

B. Essay: Perbaikilah pungtuasi dan ejaan penulisan huruf dan penulisan kata menjadi EYD yang baik dan benar) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini! Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa walaupun bangsa cina merupakan mayoritas jumlahnya menunjukkan penurunan pada 1976 dibandingkan dengan 1973 penurunan ini lebih besar 6% yaitu dari sekitar 120 ribu menjadi 115 ribu bangsa-bangsa lain yang mengalami kenaikan cukup mencolok adalah amerika dan jepang bangsa amerika naik dengan lebih dari 3 kali lipat selama empat tahun sedangkan jepang 2,5 kali untuk periode yang sama bangsa india dan arab yang mana sudah jauh lebih lama menetap di indonesia khususnya di jakarta menunjukkan jumlah yang relatif konstan pertambahan jumlah tampaknya hanya disebabkan oleh pertambahan alamiah (Bambang Sungkono M.A.) Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan:

1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan dalam uraian jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Genap) Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : UIN 1110 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam (S1)

Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2011-2012 Semester/Kelas : Ganjil/I C Bobot : 2 Sks

A. Essay: 1. Jelaskan ragam bahasa dialek dan terpelajar berdasarkan contoh! 2. a. Temukan peristiwa apa saja yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia! b. Jelaskan mengapa bahasa Melayu diangkat sebagai bahasa Indonesia! c. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa persatuan. Apa maksudnya? 3. Pilihlah salah satu topik di bawah ini, kemudian buatlah uraian singkat dengan menggunakan konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar! a. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengembangan ilmu Pendidikan Agama Islam. b. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengetahuan. c. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa teknologi. d. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa seni. 4. a. Jelaskan pengertian diksi dan berikan contoh pemakaiannya dalam kalimat, sesuai dengan pemahaman kamu! b. Buatlah sebuah paragraf/tulisan yang menggunakan majas (figure of speech) dan idiom! 5. Telitilah kesalahan atau kejanggalan dalam kalimat-kalimat di bawah ini dan selanjutnya perbaiki menjadi struktur kalimat yang benar! 1. Sebelum dibicarakan secara formal baiklah diadakan dahulu pendekatan secara informal. 2. Hadirin dan hadirat dalam bulan Ramadhan ini marilah kita perlihatkan kita punya jiwa besar. 3. Hendaklah kita insafi bahwa apa yang kita telah lakukan tidak sah menurut peraturan organisasi kita. 4. Hak manusia haruslah dihormati dengan baik. 5. Tenaga ahli sangat kurang jumlahnya untuk proyek ini.

B. Essay: Tentukan jenis Ejaan yang Disempurnakan (pungtuasi, penulisan huruf dan penulisan kata) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini! Kata Ahad dengan Minggu tidaklah sama. Yang pertama nama hari, sedangkan yang kedua adalah nama kesatuan jumlah hari dari Ahad sampai Sabtu. Coba bandingkan kalimat Kita berangkat Minggu depan dengan kalimat Kita berangkat Ahad depan. Dalam kalimat yang pertama tidak diketahui hari apa kita akan berangkat. Sebaliknya dalam kalimat kedua, jelas sekali hari kita berangkat itu. Karena itu, kalimat kedua lebih informatif daripada kalimat pertama. Inilah agaknya yang menyebabkan dua media cetak Tempo dan Republika membedakan kedua kata itu dalam pemberitaan mereka. Tidak ada bahasa yang mengacaukan nama hari dengan minggu. Dalam bahasa Inggris Ahad ialah Sunday, sedangkan minggu ialah week. Nama-nama hari dalam bahasa Indonesia (yang berasal dari bahasa Melayu itu) sebenarnya berasal dari bahasa Arab. Rupanya nama-nama hari itu tidak dinamakan menurut nama dewa-dewa seperti nama hari dalam bahasa Yunani-Latin atau merujuk pada mitos kepercayaan primitif, tetapi dinamakan hitungan. Karena itu hari pertama bernama Ahad yang berarti satu. Selanjutnya Senin (dua), Selasa (tiga), Rabu (empat), Kamis (lima). Hanya Jumat yang tidak menurut hitungan semestinya bernama Sitta (enam). Diberi nama Jumat karena pada hari itu umat Islam berkumpul. Jadi nama hari itu berasal dari kata jamaah. Selanjutnya hari Sabtu kembali berdasarkan hitungan yang berarti tujuh. Perhatikanlah perbandingan antara bilangan dengan nama hari tersebut: Wahid (satu) Ahad Isnain (dua) Senin Tsalatsa (tiga) Selasa Arba (empat) Rabu Khamis (lima) Kamis Sittah (enam) Jumat (hari berkumpul, suatu kecuali) Saba (tujuh) Sabtu Samaniah (delapan) Tari Saman di Aceh penarinya 8 orang Tisa (sembilan) Ada nama Tisna Amijaya, dia anak ke 9 Asyar (sepuluh) Perhatikan ada hari Asyura, 10 Muharram. Berdasarkan keadaan itu, maka minggu adalah urutan nama hari dari Ahad sampai Sabtu yang jumlahnya ada 7 hari. Jadi sistematik waktu itu dalam bahasa Indonesia berawal dari detik,

menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan berakhir dengan abad. Sementara itu kita mengenal pula kata pekan. Sedangkan pasar adalah tempat berjual beli. Pekan adalah hari pasar yang biasanya terjadi sekali dalam seminggu. Maka ada pekan Ahad, pekan Senin, pekan Sabtu dan sebagainya. Oleh sebab itu jumlah hari dalam sepekan sama dengan jumlah hari dalam seminggu, yaitu 7 hari. Yang beda ialah urutannya. Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan dalamuraian jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Ganjil) Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : UIN 1110 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2010-2011 Semester/Kelas : Ganjil/I C Bobot : 2 Sks

A. Essay:

1. Jelaskan ragam bahasa resmi dan tidak resmi berdasarkan contoh! 2. a. Temukan peristiwa apa saja yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia! b. Jelaskan mengapa bahasa Melayu diangkat sebagai bahasa Indonesia! c. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa persatuan. Apa maksudnya? 3. Pilihlah salah satu topik di bawah ini, kemudian buatlah uraian singkat dengan menggunakan konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar! a. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengembangan ilmu Pendidikan Agama Islam. b. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengetahuan. c. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa teknologi. d. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa seni. 4. a. Jelaskan pengertian diksi dan berikan contoh pemakaiannya dalam kalimat, sesuai dengan pemahaman kamu! b. Buatlah sebuah paragraf/tulisan yang menggunakan majas (figure of speech) dan idiom! 5. Telitilah kesalahan atau kejanggalan dalam kalimat-kalimat di bawah ini dan selanjutnya perbaiki menjadi struktur kalimat yang benar! 1. Duduklah yang baik dan bicaralah yang benar. 2. Jepang harus ganti polanya hubungan ekonomi. 3. Motif yang bertolak kepada masalah tanah dalam keterangan itu tidak ditemukan. 4. Barangsiapa yang tidak menaati pengumuman ini akan dipertanggungjawabkan terhadap segala akibat yang ditimbulkannya. 5. Demikianlah laporan saya dan harap menjadi periksa adanya. B. Essay: Tentukan jenis Ejaan yang Disempurnakan (pungtuasi, penulisan huruf dan penulisan kata) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini! Kata Ahad dengan Minggu tidaklah sama. Yang pertama nama hari, sedangkan yang kedua adalah nama kesatuan jumlah hari dari Ahad sampai Sabtu. Coba bandingkan kalimat Kita berangkat Minggu depan dengan kalimat Kita berangkat Ahad depan. Dalam kalimat yang pertama tidak diketahui hari apa kita akan berangkat. Sebaliknya dalam kalimat kedua, jelas

sekali hari kita berangkat itu. Karena itu, kalimat kedua lebih informatif daripada kalimat pertama. Inilah agaknya yang menyebabkan dua media cetak Tempo dan Republika membedakan kedua kata itu dalam pemberitaan mereka. Tidak ada bahasa yang mengacaukan nama hari dengan minggu. Dalam bahasa Inggris Ahad ialah Sunday, sedangkan minggu ialah week. Nama-nama hari dalam bahasa Indonesia (yang berasal dari bahasa Melayu itu) sebenarnya berasal dari bahasa Arab. Rupanya nama-nama hari itu tidak dinamakan menurut nama dewa-dewa seperti nama hari dalam bahasa Yunani-Latin atau merujuk pada mitos kepercayaan primitif, tetapi dinamakan hitungan. Karena itu hari pertama bernama Ahad yang berarti satu. Selanjutnya Senin (dua), Selasa (tiga), Rabu (empat), Kamis (lima). Hanya Jumat yang tidak menurut hitungan semestinya bernama Sitta (enam). Diberi nama Jumat karena pada hari itu umat Islam berkumpul. Jadi nama hari itu berasal dari kata jamaah. Selanjutnya hari Sabtu kembali berdasarkan hitungan yang berarti tujuh. Perhatikanlah perbandingan antara bilangan dengan nama hari tersebut: Wahid (satu) Ahad Isnain (dua) Senin Tsalatsa (tiga) Selasa Arba (empat) Rabu Khamis (lima) Kamis Sittah (enam) Jumat (hari berkumpul, suatu kecuali) Saba (tujuh) Sabtu Samaniah (delapan) Tari Saman di Aceh penarinya 8 orang Tisa (sembilan) Ada nama Tisna Amijaya, dia anak ke 9 Asyar (sepuluh) Perhatikan ada hari Asyura, 10 Muharram. Berdasarkan keadaan itu, maka minggu adalah urutan nama hari dari Ahad sampai Sabtu yang jumlahnya ada 7 hari. Jadi sistematik waktu itu dalam bahasa Indonesia berawal dari detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan berakhir dengan abad. Sementara itu kita mengenal pula kata pekan. Sedangkan pasar adalah tempat berjual beli. Pekan adalah hari pasar yang biasanya terjadi sekali dalam seminggu. Maka ada pekan Ahad, pekan Senin, pekan Sabtu dan sebagainya. Oleh sebab itu jumlah hari dalam sepekan sama dengan jumlah hari dalam seminggu, yaitu 7 hari. Yang beda ialah urutannya.

Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan:

1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan dalam uraian jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

MID SEMESTER (UTS)

Mata Kuliah : Pembelajaran Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : Jurusan/Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2010-2011 Semester/Kelas : Ganjil/III A Bobot : 2 Sks

A. Essay:

1. Jelaskan proses pemerolehan bahasa anak! 2. Jelaskan pusat dalam otak manusia yang menghasilkan bahasa 3. Jelaskan persamaan dan perbedaan pendekatan, metode, strategi dan model pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan contoh penerapannya dalam kelas! 4. Jelaskan pengertian kurikulum disertai perubahan Kurikulum KBK, KTSP, dan Kurikulum Pembelajaran Tematik ! 5. Analisislah beberapa pendekatan, metode, dan strategi yang sesuai untuk kompetensi pembelajaran membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan!

Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan dalam uraian jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

MID SEMESTER (UTS)

Mata Kuliah : Pembelajaran Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : Jurusan/Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2010-2011 Semester/Kelas : Ganjil/III B Bobot : 2 Sks

A. Essay:

1. Jelaskan proses pemerolehan bahasa anak! 2. Jelaskan pusat dalam otak manusia yang menghasilkan bahasa 3. Jelaskan persamaan dan perbedaan pendekatan, metode, strategi dan model pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan contoh penerapannya dalam kelas! 4. Jelaskan pengertian kurikulum disertai perubahan Kurikulum KBK, KTSP, dan Kurikulum Pembelajaran Tematik ! 5. Analisislah beberapa pendekatan, metode, dan strategi yang sesuai untuk kompetensi pembelajaran membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan!

Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan dalam uraian jawaban mid semester ini di akhir jawaban!

3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok! Friday, November 04, 2011 7:18 PM UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Ganjil)

Mata Kuliah : Sanggar Bahasa Kode Mata Kuliah : MKB 3313 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (S1) Fakultas/Universitas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNMRAH Tahun Akademik : 2011-2012 Semester/Kelas : Ganjil/ C9 Bobot : 2 Sks A. Essay: Jelaskan perbedaan penggunaan bahasa lisan dan bahasa tulis nonformal dan formal berikut ini berdasarkan pernyataan bahwa bahasa bersifat dinamis dan terus berkembang! Ragam Nonformal Lisan: dipakai untuk berbicara sehari-hari di rumah, bergunjing, bercerita, mengobrol. Ragam Formal Lisan: dipakai untuk berceramah ilmiah, berpidato resmi, berdiskusi formal, berdebat resmi. Ragam Nonformal Tulis: dipakai untuk menulis surat kepada kerabat, menulis surat kepada teman, menulis catatan harian. Ragam Formal Tulis: dipakai untuk menulis surat resmi, menulis makalah dan artikel, menulis proposal, menulis laporan formal. B. Essay:

Buatlah sebuah artikel yang membahas masalah logika dalam pelajaran bahasa Indonesia dengan terlebih dahulu menentukan: topik artikel dan kerangka artikel. Artikel minimal 1000 kata!

C. Essay: 1. Carilah sebuah artikel yang membahas problematika pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah. Parafrasekan artikel tersebut setelah terlebih dahulu menilai isi, urutan pikiran, dan bahasa yang terkandung dalam artikel tersebut! 2. Jelaskan pengertian parafrase! 3. Carilah topik dalam paragraf berikut ini, berada di awal, di awal dan akhir, atau di akhir paragraf, berikan alasan yang tepat! Banyak warga Wonogiri pergi ke Jakarta, (karena) kota itu disangka orang tempat yang dengan mudah menyediakan mata pencaharian. (Tetapi) kenyataannya tidak seperti yang diimpikan orang.

D. Essay: Tentukan jenis Ejaan yang Disempurnakan (pungtuasi, penulisan huruf dan penulisan kata) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini!

Kata Ahad dengan Minggu tidaklah sama. Yang pertama nama hari, sedangkan yang kedua adalah nama kesatuan jumlah hari dari Ahad sampai Sabtu. Coba bandingkan kalimat Kita berangkat Minggu depan dengan kalimat Kita berangkat Ahad depan. Dalam kalimat yang pertama tidak diketahui hari apa kita akan berangkat. Sebaliknya dalam kalimat kedua, jelas sekali hari kita berangkat itu. Karena itu, kalimat kedua lebih informatif daripada kalimat pertama. Inilah agaknya yang menyebabkan dua media cetak Tempo dan Republika membedakan kedua kata itu dalam pemberitaan mereka. Tidak ada bahasa yang mengacaukan nama hari dengan minggu. Dalam bahasa Inggris Ahad ialah Sunday, sedangkan minggu ialah week. Nama-nama hari dalam bahasa Indonesia (yang berasal dari bahasa Melayu itu) sebenarnya berasal dari bahasa Arab. Rupanya nama-nama hari itu tidak dinamakan menurut nama dewa-dewa seperti nama hari dalam bahasa Yunani-Latin atau merujuk pada mitos kepercayaan primitif, tetapi dinamakan hitungan. Karena itu hari pertama bernama Ahad yang berarti satu. Selanjutnya Senin (dua), Selasa (tiga), Rabu (empat), Kamis (lima). Hanya Jumat yang tidak menurut hitungan semestinya bernama Sitta (enam). Diberi nama Jumat karena pada hari itu umat Islam berkumpul. Jadi nama hari itu berasal dari kata jamaah. Selanjutnya hari Sabtu kembali berdasarkan hitungan yang berarti tujuh. Perhatikanlah perbandingan antara bilangan dengan nama hari tersebut: Wahid (satu) Ahad

Isnain (dua)

Senin

Tsalatsa (tiga) Selasa Arba (empat) Rabu Khamis (lima) Kamis Sittah (enam) Jumat (hari berkumpul, suatu kecuali)

Saba (tujuh) Sabtu Samaniah (delapan) Tari Saman di Aceh penarinya 8 orang Tisa (sembilan) Ada nama Tisna Amijaya, dia anak ke 9 Asyar (sepuluh) Perhatikan ada hari Asyura, 10 Muharram.

Berdasarkan keadaan itu, maka minggu adalah urutan nama hari dari Ahad sampai Sabtu yang jumlahnya ada 7 hari. Jadi sistematik waktu itu dalam bahasa Indonesia berawal dari detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan berakhir dengan abad. Sementara itu kita mengenal pula kata pekan. Sedangkan pasar adalah tempat berjual beli. Pekan adalah hari pasar yang biasanya terjadi sekali dalam seminggu. Maka ada pekan Ahad, pekan Senin, pekan Sabtu dan sebagainya. Oleh sebab itu jumlah hari dalam sepekan sama dengan jumlah hari dalam seminggu, yaitu 7 hari. Yang beda ialah urutannya. Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan untuk menganalisis jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Genap)

Mata Kuliah : Sanggar Bahasa Kode Mata Kuliah : MKB 3313 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (S1) Fakultas/Universitas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNMRAH Tahun Akademik : 2011-2012 Semester/Kelas : Ganjil/ C9 Bobot : 2 Sks A. Essay: Jelaskan perbedaan penggunaan bahasa lisan dan bahasa tulis nonformal dan formal berikut ini berdasarkan pernyataan bahwa bahasa bersifat dinamis dan terus berkembang! Ragam Nonformal Lisan: dipakai untuk berbicara sehari-hari di rumah, bergunjing, bercerita, mengobrol. Ragam Formal Lisan: dipakai untuk berceramah ilmiah, berpidato resmi, berdiskusi formal, berdebat resmi. Ragam Nonformal Tulis: dipakai untuk menulis surat kepada kerabat, menulis surat kepada teman, menulis catatan harian. Ragam Formal Tulis: dipakai untuk menulis surat resmi, menulis makalah dan artikel, menulis proposal, menulis laporan formal.

B. Essay:

Buatlah sebuah artikel yang membahas masalah logika dalam pelajaran bahasa Indonesia dengan terlebih dahulu menentukan: topik artikel dan kerangka artikel. Artikel minimal 1000 kata!

C. Essay: 1. Carilah sebuah artikel yang membahas problematika pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah. Parafrasekan artikel tersebut setelah terlebih dahulu menilai isi, urutan pikiran, dan bahasa yang terkandung dalam artikel tersebut! 2. Jelaskan pengertian parafrase! 3. Carilah topik dalam paragraf berikut ini, berada di awal, di awal dan akhir, atau di akhir paragraf, berikan alasan yang tepat! Ilmuwan dari University of Maryland Medical Center, Baltimore, Amerika Serikat berhasil menunjukkan keterkaitan antara tawa dan kesehatan. Berdasarkan penelitian yang dilakukannya, tawa terlihat dapat melancarkan peredaran darah. Tiga puluh menit berolah raga sebanyak tiga kali dalam seminggu serta 15 menit tertawa lepas semestinya dijadikan bagian dari gaya hidup sehat, ujar Michael Miller dari universitas tersebut.

D. Essay: Tentukan jenis Ejaan yang Disempurnakan (pungtuasi, penulisan huruf dan penulisan kata) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini!

Kata Ahad dengan Minggu tidaklah sama. Yang pertama nama hari, sedangkan yang kedua adalah nama kesatuan jumlah hari dari Ahad sampai Sabtu. Coba bandingkan kalimat Kita berangkat Minggu depan dengan kalimat Kita berangkat Ahad depan. Dalam kalimat yang pertama tidak diketahui hari apa kita akan berangkat. Sebaliknya dalam kalimat kedua, jelas sekali hari kita berangkat itu. Karena itu, kalimat kedua lebih informatif daripada kalimat pertama. Inilah agaknya yang menyebabkan dua media cetak Tempo dan Republika membedakan kedua kata itu dalam pemberitaan mereka. Tidak ada bahasa yang mengacaukan nama hari dengan minggu. Dalam bahasa Inggris Ahad ialah Sunday, sedangkan minggu ialah week. Nama-nama hari dalam bahasa Indonesia (yang berasal dari bahasa Melayu itu) sebenarnya berasal dari bahasa Arab. Rupanya nama-nama hari itu tidak dinamakan menurut

nama dewa-dewa seperti nama hari dalam bahasa Yunani-Latin atau merujuk pada mitos kepercayaan primitif, tetapi dinamakan hitungan. Karena itu hari pertama bernama Ahad yang berarti satu. Selanjutnya Senin (dua), Selasa (tiga), Rabu (empat), Kamis (lima). Hanya Jumat yang tidak menurut hitungan semestinya bernama Sitta (enam). Diberi nama Jumat karena pada hari itu umat Islam berkumpul. Jadi nama hari itu berasal dari kata jamaah. Selanjutnya hari Sabtu kembali berdasarkan hitungan yang berarti tujuh. Perhatikanlah perbandingan antara bilangan dengan nama hari tersebut: Wahid (satu) Ahad Isnain (dua) Senin

Tsalatsa (tiga) Selasa Arba (empat) Rabu Khamis (lima) Kamis Sittah (enam) Jumat (hari berkumpul, suatu kecuali)

Saba (tujuh) Sabtu Samaniah (delapan) Tari Saman di Aceh penarinya 8 orang Tisa (sembilan) Ada nama Tisna Amijaya, dia anak ke 9 Asyar (sepuluh) Perhatikan ada hari Asyura, 10 Muharram.

Berdasarkan keadaan itu, maka minggu adalah urutan nama hari dari Ahad sampai Sabtu yang jumlahnya ada 7 hari. Jadi sistematik waktu itu dalam bahasa Indonesia berawal dari detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan berakhir dengan abad. Sementara itu kita mengenal pula kata pekan. Sedangkan pasar adalah tempat berjual beli. Pekan adalah hari pasar yang biasanya terjadi sekali dalam seminggu. Maka ada pekan Ahad, pekan Senin, pekan Sabtu dan sebagainya. Oleh sebab itu jumlah hari dalam sepekan sama dengan jumlah hari dalam seminggu, yaitu 7 hari. Yang beda ialah urutannya.

Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban!

2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan untuk menganalisis jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Ganjil)

Mata Kuliah : Morfologi Kode Mata Kuliah : MKB 3303 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (S1) Fakultas/Universitas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNMRAH Tahun Akademik : 2011-2012 Semester/Kelas : Ganjil/ C2 Bobot : 3 Sks A. Essay: Jelaskan perbedaan penggunaan morfem bebas dan morfem terikat yang terdapat pada wacana berikut ini! Ragam Nonformal Lisan: dipakai untuk berbicara sehari-hari di rumah, bergunjing, bercerita, mengobrol. Ragam Formal Lisan: dipakai untuk berceramah ilmiah, berpidato resmi, berdiskusi formal, berdebat resmi.

Ragam Nonformal Tulis: dipakai untuk menulis surat kepada kerabat, menulis surat kepada teman, menulis catatan harian. Ragam Formal Tulis: dipakai untuk menulis surat resmi, menulis makalah dan artikel, menulis proposal, menulis laporan formal.

B. Essay:

Jelaskan fungsi dan makna prefiks dan infiks beserta contoh penggunaannya dalam kalimat minimal 5 buah!

C. Essay:

1. Jelaskan pengertian alomorf dan proses morfofonemik!

2. Carilah alomorf dan morfofonemik dalam paragraf berikut ini! Jelaskan dan berikan alasan yang tepat! Ilmuwan dari University of Maryland Medical Center, Baltimore, Amerika Serikat berhasil menunjukkan keterkaitan antara tawa dan kesehatan. Berdasarkan penelitian yang dilakukannya, tawa terlihat dapat melancarkan peredaran darah. Tiga puluh menit berolah raga sebanyak tiga kali dalam seminggu serta 15 menit tertawa lepas semestinya dijadikan bagian dari gaya hidup sehat, ujar Michael Miller dari universitas tersebut.

3. Jelaskan penggunaan afiks asing yang masih produktif!

Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban!

2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan untuk menganalisis jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Genap)

Mata Kuliah : Morfologi Kode Mata Kuliah : MKB 3303 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (S1) Fakultas/Universitas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNMRAH Tahun Akademik : 2011-2012 Semester/Kelas : Ganjil/ C2 Bobot : 3 Sks

A. Essay: Jelaskan perbedaan penggunaan morfem bebas dan morfem terikat yang terdapat pada wacana berikut ini! Ragam Nonformal Lisan: dipakai untuk berbicara sehari-hari di rumah, bergunjing, bercerita, mengobrol. Ragam Formal Lisan: dipakai untuk berceramah ilmiah, berpidato resmi, berdiskusi formal, berdebat resmi.

Ragam Nonformal Tulis: dipakai untuk menulis surat kepada kerabat, menulis surat kepada teman, menulis catatan harian. Ragam Formal Tulis: dipakai untuk menulis surat resmi, menulis makalah dan artikel, menulis proposal, menulis laporan formal.

B. Essay:

Jelaskan fungsi dan makna sufiks dan konfiks beserta contoh penggunaannya dalam kalimat minimal 5 buah!

C. Essay:

1. Jelaskan pengertian alomorf dan proses morfofonemik!

2. Carilah alomorf dan morfofonemik dalam paragraf berikut ini! Jelaskan dan berikan alasan yang tepat! Ilmuwan dari University of Maryland Medical Center, Baltimore, Amerika Serikat berhasil menunjukkan keterkaitan antara tawa dan kesehatan. Berdasarkan penelitian yang dilakukannya, tawa terlihat dapat melancarkan peredaran darah. Tiga puluh menit berolah raga sebanyak tiga kali dalam seminggu serta 15 menit tertawa lepas semestinya dijadikan bagian dari gaya hidup sehat, ujar Michael Miller dari universitas tersebut.

3. Jelaskan penggunaan afiks asing yang masih produktif beserta contoh afiks tersebut!

Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban!

2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan untuk menganalisis jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

Mata Kuliah : Teori Belajar Bahasa Kode Mata Kuliah : MKB 3511 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (S1) Fakultas/Universitas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNMRAH Tahun Akademik : 2011-2012 Semester/Kelas : Ganjil/ A5 Bobot : 2 Sks

A. Essay

1. Jelaskan proses pemerolehan bahasa dalam kehidupan manusia! 2. Jelaskan dengan rinci mengenai bagian otak manusia yang mengolah bahasa!

3. Jelaskan faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemerolehan bahasa anak usia sekolah dalam pembelajaran bahasa di sekolah! 4. Jelaskan perbedaan yang mendasar antara teori belajar : (a) Teori Koneksionisme dari Thorndike, (b) Teori Conditioning, Teori Gestalt dari Koffka, (d) Teori Medan dari Lewin! 5. Jelaskan berdasarkan pengamatan data di lapangan mengenai tahapan perkembangan fisik dan psikis anak dalam pemerolehan bahasa pertama! 6. Jelaskan dengan menggunakan peta konsep mengenai perbedaan pemerolehan bahasa pertama (B1) dengan pemerolehan bahasa kedua (B2)!

Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan untuk menganalisis jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok! Tuesday, November 01, 2011 5:05 PM UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Ganjil)

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : Jurusan/Program Studi : Akuntansi (S1) Fakultas/Universitas : Ekonomi UNMRAH Tahun Akademik : 2011-2012 Semester/Kelas : Ganjil/ 1.03 Bobot : 3 Sks

A. Essay: Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini, dengan seksama, kemudian tunjukkan di mana letak kesalahan atau kekurangannya! Bagaimana Anda dapat memperbaiki atau menyempurnakan kalimat-kalimat itu? Perbaiki dan sempurnakanlah kalimat tersebut agar menjadi kalimat efektif! 1. Di negara-negara itu bahaya-bahayanya penyakit tersebut masih dikhawatirkan akan selalu mengancam setiap waktu. 2. Hakekat bahasa yang sebenarnya untuk memberikan pengertian kepada kita makna apa yang terkandung oleh kita dan juga memberikan pengertian apa yang kita ucapkan dan maksudkan. B. Essay: Jelaskan penggunaan diksi non fiksi dan fiksi beserta makna yang dikandungnya dalam penggalan beberapa kalimat berikut! 1. Diksi non fiksi: Pelaku antara pasar konsumsi dan pasar faktor produksi berkebalikan. Pada pasar konsumsi yang menjadi penjual atau penyedia barang yang dijual adalah produsen, sedangkan pada pasar faktor produksi, modal, tenaga kerja, dan alam dijual dan disediakan oleh masyarakat yang biasa menjadi konsumen dalam pasar barang konsumsi (rumah tangga konsumsi). Begitu pula pembelinya, pada pasar faktor produksi pembeli yang membutuhkan (tanah, bahan baku, tenaga kerja, dan modal) adalah para produsen untuk memenuhi kebutuhan proses produksinya. 2. Diksi Fiksi: Gurindam Dua Belas Gubahan Raja Ali Haji (Pasal 1) Barangsiapa tiada memegang agama Sekali-kali tiada boleh dibilang nama Barangsiapa mengenal yang empat Maka yaitulah orang yang makrifat Barangsiapa mengenal Allah Suruh dan tegahnya tiada ia menyalah Barangsiapa mengenal diri Maka telah mengenal akan Tuhan yang bahari Barangsiapa mengenal dunia Tahulah ia barang yang terperdaya

Barangsiapa mengenal akhirat Tahulah ia dunia mudharat C. Essay: 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ragam bahasa dan ragam bahasa yang digunakan pada bidang niaga beserta contoh!

2. Jelaskan sejarah lahirnya bahasa Indonesia!

3. Jelaskan fungsi Bahasa Indonesia jika dihubungkan dengan penggunaannya pada bidang ekonomi!

4. Berikut ini diberikan sejumlah pemakaian bahasa yang kurang teliti. Cobalah perhatikan dan perbaikilah sehingga menjadi bahasa yang baik dan benar! a. Lagu itu amat meresapkan hatinya sekali b. Isi dari perjanjian itu ialah Indonesia menyediakan pulau Batam untuk daerah industri, sedangkan Singapura harus menyediakan modal. c. Pers sepertinya tidak mau memperhatikan peringatan pemerintah. d. Dewasa ini pertumbuhan agama Islam di Amerika cukup baik. e. Setelah tinggal di Singapura orang mesti pandai berbahasa Inggris. f. Dalam pembagian pupuk petani harus didahului. g. Dua hari sebelum 17 Agustus semua toko harus sudah siap dihias. h. Berapa jumlah pendapatmu hari ini? i. Saya berselisih pendapat dengan dia.

5. Pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak dapat dipisahkan daripada seleksi katakata dalam berbahasa. Tiap kita berbahasa sebaiknya kita memperhatikan kata-kata yang akan kita pergunakan. Sebab kesalahan mempergunakan kata-kata dalam berbahasa akan memberi peluang pula kepada kesalahan dalam berbahasa. Sedangkan kesalahan itu tidak hanya sebatas

merugikan pemakai kata-kata tersebut, tetapi juga merugikan lawan bicara atau pembaca. Karena itu, dalam berbahasa seyogianya orang tidak hanya sekedar mementingkan pemahaman dirinya saja, tetapi juga harus dipertimbangkan kemungkinan kemampuan pemahaman orang lain. Memandang pentingnya masalah itu, maka di sini akan diberikan sejumlah kata yang sering dikacaukan dalam pemakaian bahasa. Padahal kata-kata ini sebaiknya dibedakan dalam berbagai situasi pemakaian bahasa, agar bahasa yang kita pakai dapat lebih komunikatif. Perhatikanlah daftar pasangan kata-kata yang sering dikacaukan di bawah ini. Kemudian pilih dan jelaskan mana yang tepat dan tidak tepat pemakaiannya! Adat tradisi Antik kuno Ahad minggu Angkut angkat Asuh ajar Akan hendak Ampas limbah Anyir busuk Batas hingga Bulat bundar

D. Essay: Tentukan jenis Ejaan yang Disempurnakan (pungtuasi, penulisan huruf dan penulisan kata) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini!

Kata Ahad dengan Minggu tidaklah sama. Yang pertama nama hari, sedangkan yang kedua adalah nama kesatuan jumlah hari dari Ahad sampai Sabtu. Coba bandingkan kalimat Kita berangkat Minggu depan dengan kalimat Kita berangkat Ahad depan. Dalam kalimat yang pertama tidak diketahui hari apa kita akan berangkat. Sebaliknya dalam kalimat kedua, jelas sekali hari kita berangkat itu. Karena itu, kalimat kedua lebih informatif daripada kalimat pertama. Inilah agaknya yang menyebabkan dua media cetak Tempo dan Republika membedakan kedua kata itu dalam pemberitaan mereka. Tidak ada bahasa yang mengacaukan

nama hari dengan minggu. Dalam bahasa Inggris Ahad ialah Sunday, sedangkan minggu ialah week. Nama-nama hari dalam bahasa Indonesia (yang berasal dari bahasa Melayu itu) sebenarnya berasal dari bahasa Arab. Rupanya nama-nama hari itu tidak dinamakan menurut nama dewa-dewa seperti nama hari dalam bahasa Yunani-Latin atau merujuk pada mitos kepercayaan primitif, tetapi dinamakan hitungan. Karena itu hari pertama bernama Ahad yang berarti satu. Selanjutnya Senin (dua), Selasa (tiga), Rabu (empat), Kamis (lima). Hanya Jumat yang tidak menurut hitungan semestinya bernama Sitta (enam). Diberi nama Jumat karena pada hari itu umat Islam berkumpul. Jadi nama hari itu berasal dari kata jamaah. Selanjutnya hari Sabtu kembali berdasarkan hitungan yang berarti tujuh. Perhatikanlah perbandingan antara bilangan dengan nama hari tersebut: Wahid (satu) Ahad Isnain (dua) Senin

Tsalatsa (tiga) Selasa Arba (empat) Rabu Khamis (lima) Kamis Sittah (enam) Jumat (hari berkumpul, suatu kecuali)

Saba (tujuh) Sabtu Samaniah (delapan) Tari Saman di Aceh penarinya 8 orang Tisa (sembilan) Ada nama Tisna Amijaya, dia anak ke 9 Asyar (sepuluh) Perhatikan ada hari Asyura, 10 Muharram.

Berdasarkan keadaan itu, maka minggu adalah urutan nama hari dari Ahad sampai Sabtu yang jumlahnya ada 7 hari. Jadi sistematik waktu itu dalam bahasa Indonesia berawal dari detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan berakhir dengan abad. Sementara itu kita mengenal pula kata pekan. Sedangkan pasar adalah tempat berjual beli. Pekan adalah hari pasar yang biasanya terjadi sekali dalam seminggu. Maka ada pekan Ahad, pekan Senin, pekan Sabtu dan sebagainya. Oleh sebab itu jumlah hari dalam sepekan sama dengan jumlah hari dalam seminggu, yaitu 7 hari. Yang beda ialah urutannya. Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban!

2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan untuk menganalisis jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Genap)

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : Jurusan/Program Studi : Akuntansi (S1) Fakultas/Universitas : Ekonomi UNMRAH Tahun Akademik : 2011-2012 Semester/Kelas : Ganjil/ 1.03 Bobot : 3 Sks

A. Essay: Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini, dengan seksama, kemudian tunjukkan di mana letak kesalahan atau kekurangannya! Bagaimana Anda dapat memperbaiki atau menyempurnakan kalimat-kalimat itu? Perbaiki dan sempurnakanlah kalimat tersebut agal menjadi kalimat efektif! 1. Tak lupa saya ucapkan banyak-banyak terimakasih atas perhatian bapak yang mana telah sudi membimbing kami dan memberikan kritik-kritik, bila ada kesalahan-kesalahan/kekurangankekurangan dalam karya saya ini, mohon dimaafkan. 2. Begitu juga dengan jaminan sosial mereka dalam bidang pendidikan, bagi mereka faktor pendidikan merupakan salah satu faktor yang terpenting untuk dapat menjadi negara yang maju. B. Essay: Jelaskan penggunaan diksi non fiksi dan fiksi beserta makna yang dikandungnya dalam penggalan beberapa kalimat berikut!

1. Diksi non fiksi: Pelaku antara pasar konsumsi dan pasar faktor produksi berkebalikan. Pada pasar konsumsi yang menjadi penjual atau penyedia barang yang dijual adalah produsen, sedangkan pada pasar faktor produksi, modal, tenaga kerja, dan alam dijual dan disediakan oleh masyarakat yang biasa menjadi konsumen dalam pasar barang konsumsi (rumah tangga konsumsi). Begitu pula pembelinya, pada pasar faktor produksi pembeli yang membutuhkan (tanah, bahan baku, tenaga kerja, dan modal) adalah para produsen untuk memenuhi kebutuhan proses produksinya. 2. Diksi Fiksi: Gurindam Dua Belas Gubahan Raja Ali Haji (Pasal 2) Barangsiapa mengenal yang tersebut Tahulah ia makna takut Barangsiapa meninggalkan sembahyang Seperti rumah tiada bertiang Barangsiapa meninggalkan puasa Tidaklah mendapat dua termasa Barangsiapa meninggalkan zakat Tiada hartanya beroleh berkat

Barangsiapa meninggalkan haji Tiadalah ia menyempurnakan janji

C. Essay: 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ragam bahasa dan ragam bahasa yang digunakan pada bidang pendidikan beserta contoh!

2. Jelaskan sejarah lahirnya bahasa Indonesia!

3. Jelaskan fungsi Bahasa Indonesia jika dihubungkan dengan penggunaannya pada bidang ekonomi!

4. Berikut ini diberikan sejumlah pemakaian bahasa yang kurang teliti. Cobalah perhatikan dan perbaikilah sehingga menjadi bahasa yang baik! a. Dalam sejarah Indonesia terkenal Konferensi Meja Bulat. b. Sekali-sekali tidaklah saya mencintai dia. c. Perbuatan jembatan itu banyak memerlukan biaya. d. Dia meloncat ke dalam air. e. Dia seorang atlit lompat galah. f. Kami menyampaikan ucapan duka cita kepada para korban. g. Kalau kita akan berangkat 10 hari lagi, maka hari keberangkatan kita jatuh minggu depan. h. Buku tulis ABC enak ditulisnya. i. Tadi saya sudah katakan.

5. Pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak dapat dipisahkan daripada seleksi katakata dalam berbahasa. Tiap kita berbahasa sebaiknya kita memperhatikan kata-kata yang akan kita pergunakan. Sebab kesalahan mempergunakan kata-kata dalam berbahasa akan memberi peluang pula kepada kesalahan dalam berbahasa. Sedangkan kesalahan itu tidak hanya sebatas merugikan pemakai kata-kata tersebut, tetapi juga merugikan lawan bicara atau pembaca. Karena itu, dalam berbahasa seyogianya orang tidak hanya sekedar mementingkan pemahaman dirinya saja, tetapi juga harus dipertimbangkan kemungkinan kemampuan pemahaman orang lain. Memandang pentingnya masalah itu, maka di sini akan diberikan sejumlah kata yang sering dikacaukan dalam pemakaian bahasa. Padahal kata-kata ini sebaiknya dibedakan dalam berbagai situasi pemakaian bahasa, agar bahasa yang kita pakai dapat lebih komunikatif. Perhatikanlah daftar pasangan kata-kata yang sering dikacaukan di bawah ini. Kemudian pilih dan jelaskan mana yang tepat dan tidak tepat pemakaiannya! Bunyi suara Buah isi Berikan hidangkan Beda selisih Bank bang Boroh buruh Bersalah berdosa Bantuan pinjaman Bobot bubut Bara barah

D. Essay: Tentukan jenis Ejaan yang Disempurnakan (pungtuasi, penulisan huruf dan penulisan kata) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini!

Kata Ahad dengan Minggu tidaklah sama. Yang pertama nama hari, sedangkan yang kedua adalah nama kesatuan jumlah hari dari Ahad sampai Sabtu. Coba bandingkan kalimat Kita berangkat Minggu depan dengan kalimat Kita berangkat Ahad depan. Dalam kalimat yang pertama tidak diketahui hari apa kita akan berangkat. Sebaliknya dalam kalimat kedua, jelas sekali hari kita berangkat itu. Karena itu, kalimat kedua lebih informatif daripada kalimat pertama. Inilah agaknya yang menyebabkan dua media cetak Tempo dan Republika membedakan kedua kata itu dalam pemberitaan mereka. Tidak ada bahasa yang mengacaukan nama hari dengan minggu. Dalam bahasa Inggris Ahad ialah Sunday, sedangkan minggu ialah week. Nama-nama hari dalam bahasa Indonesia (yang berasal dari bahasa Melayu itu) sebenarnya berasal dari bahasa Arab. Rupanya nama-nama hari itu tidak dinamakan menurut nama dewa-dewa seperti nama hari dalam bahasa Yunani-Latin atau merujuk pada mitos kepercayaan primitif, tetapi dinamakan hitungan. Karena itu hari pertama bernama Ahad yang berarti satu. Selanjutnya Senin (dua), Selasa (tiga), Rabu (empat), Kamis (lima). Hanya Jumat yang tidak menurut hitungan semestinya bernama Sitta (enam). Diberi nama Jumat karena pada hari itu umat Islam berkumpul. Jadi nama hari itu berasal dari kata jamaah. Selanjutnya hari Sabtu kembali berdasarkan hitungan yang berarti tujuh. Perhatikanlah perbandingan antara bilangan dengan nama hari tersebut: Wahid (satu) Ahad Isnain (dua) Senin

Tsalatsa (tiga) Selasa Arba (empat) Rabu Khamis (lima) Kamis Sittah (enam) Jumat (hari berkumpul, suatu kecuali)

Saba (tujuh) Sabtu Samaniah (delapan) Tari Saman di Aceh penarinya 8 orang Tisa (sembilan) Ada nama Tisna Amijaya, dia anak ke 9 Asyar (sepuluh) Perhatikan ada hari Asyura, 10 Muharram.

Berdasarkan keadaan itu, maka minggu adalah urutan nama hari dari Ahad sampai Sabtu yang jumlahnya ada 7 hari. Jadi sistematik waktu itu dalam bahasa Indonesia berawal dari detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan berakhir dengan abad. Sementara itu kita mengenal

pula kata pekan. Sedangkan pasar adalah tempat berjual beli. Pekan adalah hari pasar yang biasanya terjadi sekali dalam seminggu. Maka ada pekan Ahad, pekan Senin, pekan Sabtu dan sebagainya. Oleh sebab itu jumlah hari dalam sepekan sama dengan jumlah hari dalam seminggu, yaitu 7 hari. Yang beda ialah urutannya. Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan untuk menganalisis jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Ganjil)

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : Jurusan/Program Studi : Akuntansi (S1) Fakultas/Universitas : Ekonomi / UNMRAH Tahun Akademik : 2011-2012 Semester/Kelas : Ganjil/ 1.04 Bobot : 3 Sks

A. Essay:

Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini, dengan seksama, kemudian tunjukkan di mana letak kesalahan atau kekurangannya! Bagaimana Anda dapat memperbaiki atau menyempurnakan kalimat-kalimat itu? Perbaiki dan sempurnakanlah kalimat tersebut agal menjadi kalimat efektif! 1. Selain udara, matahari juga berguna bagi pembentukan Vitamin D dan pembentukan tulang. 2. Di dalam keluarga di mana dua orang manusia, dengan kuasa yang diterima dari Allah sendiri, mampu menciptakan seorang manusia baru. B. Essay: Jelaskan penggunaan diksi non fiksi dan fiksi beserta makna yang dikandungnya dalam penggalan beberapa kalimat berikut!

1. Diksi non fiksi: Jauh sebelum ilmu pengetahuan berkembang seperti sekarang ini, manusia telah mempraktikkan ilmu kimia, meskipun pada dasarnya masih terbatas pada cara-cara yang sederhana dan diawali dengan kegiatan coba-coba. Sebagai contoh, sekitar 3500 tahun sebelum Masehi, bangsa Mesir Kuno telah mengetahui cara mengawetkan mayat, membuat anggur, membuat keramik, mengolah tembaga, serta meramu obat-obatan, dan zat pewarna. Akan tetapi, pada saat itu belum ada penjelasan secara teoritis yang berkaitan dengan cara-cara tersebut. 2. Diksi Fiksi: Gurindam Dua Belas Gubahan Raja Ali Haji (Pasal 3) Apabila terpelihara mata Sedikitlah cita-cita Apabila terpelihara kuping Khabar yang jahat tiadalah damping Apabila terpelihara lidah Niscaya dapat daripadanya faedah Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan Daripada segala berat dan ringan Apabila perut terlalu penuh Keluarlah fiil yang tidak senonoh

Anggota tengah hendaklah ingat Di situlah banyak orang yang hilang semangat Berjalan hendaklah peliharakan kaki, daripada berjalan yang membawa rugi

C. Essay: 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ragam bahasa dan ragam bahasa yang digunakan pada bidang lisan beserta contoh!

2. Jelaskan sejarah lahirnya bahasa Indonesia!

3. Jelaskan fungsi Bahasa Indonesia jika dihubungkan dengan penggunaannya pada bidang ekonomi akuntansi!

4. Berikut ini diberikan sejumlah pemakaian bahasa yang kurang teliti. Cobalah perhatikan dan perbaikilah sehingga menjadi bahasa yang baik! a. Ucapanmu itu adalah tidak benar b. Apa yang mereka harus perbuat c. Rumahnya adik saya besar sekali d. Dia diberi tahu yang ayahnya meninggal e. Sebelumnya jam 10 saya tak bisa tidur f. Bajumu bagus, di mana belinya? g. Sudah saya bilang sama dia ayahnya akan datang h. Si sakit itu akan makan sate. i. Dia suka datang terlambat.

5. Pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak dapat dipisahkan daripada seleksi katakata dalam berbahasa. Tiap kita berbahasa sebaiknya kita memperhatikan kata-kata yang akan kita pergunakan. Sebab kesalahan mempergunakan kata-kata dalam berbahasa akan memberi peluang pula kepada kesalahan dalam berbahasa. Sedangkan kesalahan itu tidak hanya sebatas merugikan pemakai kata-kata tersebut, tetapi juga merugikan lawan bicara atau pembaca. Karena itu, dalam berbahasa seyogianya orang tidak hanya sekedar mementingkan pemahaman dirinya saja, tetapi juga harus dipertimbangkan kemungkinan kemampuan pemahaman orang lain. Memandang pentingnya masalah itu, maka di sini akan diberikan sejumlah kata yang sering dikacaukan dalam pemakaian bahasa. Padahal kata-kata ini sebaiknya dibedakan dalam berbagai situasi pemakaian bahasa, agar bahasa yang kita pakai dapat lebih komunikatif. Perhatikanlah daftar pasangan kata-kata yang sering dikacaukan di bawah ini. Kemudian pilih dan jelaskan mana yang tepat dan tidak tepat pemakaiannya! Bulu buluh Bengkalai sisa Biarkan lepaskan Bekerja bermain Bungkus balut Berlari bergegas Bertempur berperang Bukan tidak Belah keping Curi rampok

D. Essay:

Tentukan jenis Ejaan yang Disempurnakan (pungtuasi, penulisan huruf dan penulisan kata) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini!

Kata Ahad dengan Minggu tidaklah sama. Yang pertama nama hari, sedangkan yang kedua adalah nama kesatuan jumlah hari dari Ahad sampai Sabtu. Coba bandingkan kalimat Kita berangkat Minggu depan dengan kalimat Kita berangkat Ahad depan. Dalam kalimat yang pertama tidak diketahui hari apa kita akan berangkat. Sebaliknya dalam kalimat kedua, jelas sekali hari kita berangkat itu. Karena itu, kalimat kedua lebih informatif daripada kalimat pertama. Inilah agaknya yang menyebabkan dua media cetak Tempo dan Republika membedakan kedua kata itu dalam pemberitaan mereka. Tidak ada bahasa yang mengacaukan nama hari dengan minggu. Dalam bahasa Inggris Ahad ialah Sunday, sedangkan minggu ialah week. Nama-nama hari dalam bahasa Indonesia (yang berasal dari bahasa Melayu itu) sebenarnya berasal dari bahasa Arab. Rupanya nama-nama hari itu tidak dinamakan menurut nama dewa-dewa seperti nama hari dalam bahasa Yunani-Latin atau merujuk pada mitos kepercayaan primitif, tetapi dinamakan hitungan. Karena itu hari pertama bernama Ahad yang berarti satu. Selanjutnya Senin (dua), Selasa (tiga), Rabu (empat), Kamis (lima). Hanya Jumat yang tidak menurut hitungan semestinya bernama Sitta (enam). Diberi nama Jumat karena pada hari itu umat Islam berkumpul. Jadi nama hari itu berasal dari kata jamaah. Selanjutnya hari Sabtu kembali berdasarkan hitungan yang berarti tujuh. Perhatikanlah perbandingan antara bilangan dengan nama hari tersebut: Wahid (satu) Ahad Isnain (dua) Senin

Tsalatsa (tiga) Selasa Arba (empat) Rabu Khamis (lima) Kamis Sittah (enam) Jumat (hari berkumpul, suatu kecuali)

Saba (tujuh) Sabtu Samaniah (delapan) Tari Saman di Aceh penarinya 8 orang Tisa (sembilan) Ada nama Tisna Amijaya, dia anak ke 9 Asyar (sepuluh) Perhatikan ada hari Asyura, 10 Muharram.

Berdasarkan keadaan itu, maka minggu adalah urutan nama hari dari Ahad sampai Sabtu yang jumlahnya ada 7 hari. Jadi sistematik waktu itu dalam bahasa Indonesia berawal dari detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan berakhir dengan abad. Sementara itu kita mengenal pula kata pekan. Sedangkan pasar adalah tempat berjual beli. Pekan adalah hari pasar yang biasanya terjadi sekali dalam seminggu. Maka ada pekan Ahad, pekan Senin, pekan Sabtu dan sebagainya. Oleh sebab itu jumlah hari dalam sepekan sama dengan jumlah hari dalam seminggu, yaitu 7 hari. Yang beda ialah urutannya. Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan untuk menganalisis jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Genap)

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : Jurusan/Program Studi : Akuntansi (S1) Fakultas/Universitas : Ekonomi / UNMRAH Tahun Akademik : 2011-2012 Semester/Kelas : Ganjil/ 1.04 Bobot : 3 Sks

A. Essay: Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini, dengan seksama, kemudian tunjukkan di mana letak kesalahan atau kekurangannya! Bagaimana Anda dapat memperbaiki atau menyempurnakan kalimat-kalimat itu? Perbaiki dan sempurnakanlah kalimat tersebut agal menjadi kalimat efektif! 1. Dari beberapa pokok persoalan yang diberikan untuk membandingkan dua atau lebih dialek, antara lain dalam bidang fonetik atau semantik. 2. Di dalam buku ini terdapat istilah-istilah kekerabatan yang terdapat pula orang Jawa dan Sunda dalam susunan masyarakat, yang ditulis berdasarkan Ilmu Antropologi. B. Essay: Jelaskan penggunaan diksi non fiksi dan fiksi beserta makna yang dikandungnya dalam penggalan beberapa kalimat berikut!

1. Diksi non fiksi: Jauh sebelum ilmu pengetahuan berkembang seperti sekarang ini, manusia telah mempraktikkan ilmu kimia, meskipun pada dasarnya masih terbatas pada cara-cara yang sederhana dan diawali dengan kegiatan coba-coba. Sebagai contoh, sekitar 3500 tahun sebelum Masehi, bangsa Mesir Kuno telah mengetahui cara mengawetkan mayat, membuat anggur, membuat keramik, mengolah tembaga, serta meramu obat-obatan, dan zat pewarna. Akan tetapi, pada saat itu belum ada penjelasan secara teoritis yang berkaitan dengan cara-cara tersebut. 2. Diksi Fiksi: Gurindam Dua Belas Gubahan Raja Ali Haji (Pasal 4) Hati itu kerajaan di dalam tubuh Jikalau zalim segala anggota pun rubuh Apabila dengki sudah bertanah Datang daripadanya beberapa anak panah Mengumpat dan memuji hendaklah pikir Di situlah banyak orang yang tergelincir Pekerjaan marah jangan dibela Nanti hilang akal di kepala Jika sedikit pun berbuat bohong

Boleh diumpamakan mulutnya itu pekung

C. Essay: 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ragam bahasa dan ragam bahasa yang digunakan pada bidang tulisan beserta contoh!

2. Jelaskan sejarah lahirnya bahasa Indonesia!

3. Jelaskan fungsi Bahasa Indonesia jika dihubungkan dengan penggunaannya pada bidang Ekonomi Akuntansi!

4. Berikut ini diberikan sejumlah pemakaian bahasa yang kurang teliti. Cobalah perhatikan dan perbaikilah sehingga menjadi bahasa yang baik! a. Sukar sekali memahamkan hitungan itu. b. Saya hendak ke pasar besok akan membeli sepatu. c. Kepada Bapak Kepala Sekolah waktu dan tempat kami persilahkan. d. Bersama surat ini saya ucapkan terima kasih. e. Saya disuruh pulang sama ibu. f. Di mana rumahnya Si Leman. g. Tolong tanyakan sama dokter! h. Bolehnya bicara dengan siapa? i. Hari ini banyak orang berbelanja di pasar. Mereka-mereka kebanyakan ibu rumah tangga.

5. Pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak dapat dipisahkan daripada seleksi katakata dalam berbahasa. Tiap kita berbahasa sebaiknya kita memperhatikan kata-kata yang akan kita pergunakan. Sebab kesalahan mempergunakan kata-kata dalam berbahasa akan memberi peluang pula kepada kesalahan dalam berbahasa. Sedangkan kesalahan itu tidak hanya sebatas merugikan pemakai kata-kata tersebut, tetapi juga merugikan lawan bicara atau pembaca. Karena itu, dalam berbahasa seyogianya orang tidak hanya sekedar mementingkan pemahaman dirinya saja, tetapi juga harus dipertimbangkan kemungkinan kemampuan pemahaman orang lain. Memandang pentingnya masalah itu, maka di sini akan diberikan sejumlah kata yang sering dikacaukan dalam pemakaian bahasa. Padahal kata-kata ini sebaiknya dibedakan dalam berbagai situasi pemakaian bahasa, agar bahasa yang kita pakai dapat lebih komunikatif. Perhatikanlah daftar pasangan kata-kata yang sering dikacaukan di bawah ini. Kemudian pilih dan jelaskan mana yang tepat dan tidak tepat pemakaiannya! Cobaan siksaan Cocok cucuk Contoh ibarat Cermin kaca Cerdik pintar Cerita berita Daki kotoran Dengan dan Dalil dalih Di ke

D. Essay:

Tentukan jenis Ejaan yang Disempurnakan (pungtuasi, penulisan huruf dan penulisan kata) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini!

Kata Ahad dengan Minggu tidaklah sama. Yang pertama nama hari, sedangkan yang kedua adalah nama kesatuan jumlah hari dari Ahad sampai Sabtu. Coba bandingkan kalimat Kita berangkat Minggu depan dengan kalimat Kita berangkat Ahad depan. Dalam kalimat yang pertama tidak diketahui hari apa kita akan berangkat. Sebaliknya dalam kalimat kedua, jelas sekali hari kita berangkat itu. Karena itu, kalimat kedua lebih informatif daripada kalimat pertama. Inilah agaknya yang menyebabkan dua media cetak Tempo dan Republika membedakan kedua kata itu dalam pemberitaan mereka. Tidak ada bahasa yang mengacaukan nama hari dengan minggu. Dalam bahasa Inggris Ahad ialah Sunday, sedangkan minggu ialah week. Nama-nama hari dalam bahasa Indonesia (yang berasal dari bahasa Melayu itu) sebenarnya berasal dari bahasa Arab. Rupanya nama-nama hari itu tidak dinamakan menurut nama dewa-dewa seperti nama hari dalam bahasa Yunani-Latin atau merujuk pada mitos kepercayaan primitif, tetapi dinamakan hitungan. Karena itu hari pertama bernama Ahad yang berarti satu. Selanjutnya Senin (dua), Selasa (tiga), Rabu (empat), Kamis (lima). Hanya Jumat yang tidak menurut hitungan semestinya bernama Sitta (enam). Diberi nama Jumat karena pada hari itu umat Islam berkumpul. Jadi nama hari itu berasal dari kata jamaah. Selanjutnya hari Sabtu kembali berdasarkan hitungan yang berarti tujuh. Perhatikanlah perbandingan antara bilangan dengan nama hari tersebut: Wahid (satu) Ahad Isnain (dua) Senin

Tsalatsa (tiga) Selasa Arba (empat) Rabu Khamis (lima) Kamis Sittah (enam) Jumat (hari berkumpul, suatu kecuali)

Saba (tujuh) Sabtu Samaniah (delapan) Tari Saman di Aceh penarinya 8 orang Tisa (sembilan) Ada nama Tisna Amijaya, dia anak ke 9 Asyar (sepuluh) Perhatikan ada hari Asyura, 10 Muharram.

Berdasarkan keadaan itu, maka minggu adalah urutan nama hari dari Ahad sampai Sabtu yang jumlahnya ada 7 hari. Jadi sistematik waktu itu dalam bahasa Indonesia berawal dari detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan berakhir dengan abad. Sementara itu kita mengenal pula kata pekan. Sedangkan pasar adalah tempat berjual beli. Pekan adalah hari pasar yang biasanya terjadi sekali dalam seminggu. Maka ada pekan Ahad, pekan Senin, pekan Sabtu dan sebagainya. Oleh sebab itu jumlah hari dalam sepekan sama dengan jumlah hari dalam seminggu, yaitu 7 hari. Yang beda ialah urutannya.

Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan untuk menganalisis jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Ganjil)

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : Jurusan/Program Studi : Akuntansi (S1) Fakultas/Universitas : Ekonomi UNMRAH Tahun Akademik : 2011-2012 Semester/Kelas : Ganjil/ 1.06 Bobot : 3 Sks

A. Essay: Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini, dengan seksama, kemudian tunjukkan di mana letak kesalahan atau kekurangannya! Bagaimana Anda dapat memperbaiki atau menyempurnakan kalimat-kalimat itu? Perbaiki dan sempurnakanlah kalimat tersebut agal menjadi kalimat efektif! 1. Kegunaan dengan adanya gedung sekolah dalam menjalankan pendidikan, tentu saja di sini meliputi kegunaan dari sekolah-sekolah yang rendah tingkatannya sampai kepada sekolah tinggi. 2. Dengan besarnya pengaruh tenaga pendidik dalam soal pendidikan maka kiranya pemerintah perlu mengadakan perbaikan-perbaikan dalam rangka kesejahteraan guru-guru, misalnya dengan diberi jaminan sosial yang baik bagi guru-guru itu, antara lain: gaji yang cukup memuaskan serta perumahan yang baik, yang sesuai dengan mereka, pengangkutan yang disediakan untuk para guru-guru, baju beberapa stel untuk mengajar, sepatu, iuran untuk guru-guru, tiap-tiap bulan sebagai tambahan dan honorarium yang cukup memuaskan bagi guru-guru yang mempunyai kelebihan jam mengajar. B. Essay: Jelaskan penggunaan diksi non fiksi dan fiksi beserta makna yang dikandungnya dalam penggalan beberapa kalimat berikut!

1. Diksi non fiksi: Jauh sebelum ilmu pengetahuan berkembang seperti sekarang ini, manusia telah mempraktikkan ilmu kimia, meskipun pada dasarnya masih terbatas pada cara-cara yang sederhana dan diawali dengan kegiatan coba-coba. Sebagai contoh, sekitar 3500 tahun sebelum Masehi, bangsa Mesir Kuno telah mengetahui cara mengawetkan mayat, membuat anggur, membuat keramik, mengolah tembaga, serta meramu obat-obatan, dan zat pewarna. Akan tetapi, pada saat itu belum ada penjelasan secara teoritis yang berkaitan dengan cara-cara tersebut. 2. Diksi Fiksi: Gurindam Dua Belas Gubahan Raja Ali Haji (Pasal 5) Jika hendak mengenal orang yang berbangsa Lihat kepada budi dan bahasa Jika hendak mengenal orang yang berbahagia Sangat memeliharakan yang sia-sia Jika hendak mengenal orang yang mulia Lihat kepada kelakuan dia Jika hendak mengenal orang yang berilmu Bertanya dan belajar tiadalah jemu Jika hendak mengenal orang yang berakal Di dalam dunia mengambil bekal Jika hendak mengenal orang yang baik perangai Lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai

C. Essay: 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ragam bahasa dan ragam bahasa yang digunakan ragam dialek beserta contoh!

2. Jelaskan sejarah lahirnya bahasa Indonesia!

3. Jelaskan fungsi Bahasa Indonesia jika dihubungkan dengan penggunaannya pada bidang Ekonomi Akuntansi!

4. Berikut ini diberikan sejumlah pemakaian bahasa yang kurang teliti. Cobalah perhatikan dan perbaikilah sehingga menjadi bahasa yang baik! a. Kita orang tidak suka makan daging. b. Bukunya siapa ini? c. Bapak menanyakan saya dengan ibu? d. Sementara orang meragukan berita itu. e. Bilang sama dia, Kami sudah makan. f. Saya punya anak nakal sekali. g. Botol itu berisi dengan minyak. h. Di waktu hujan jalan itu licin. i. Nasibmu bergantung dari usahamu sendiri.

5. Pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak dapat dipisahkan daripada seleksi katakata dalam berbahasa. Tiap kita berbahasa sebaiknya kita memperhatikan kata-kata yang akan kita pergunakan. Sebab kesalahan mempergunakan kata-kata dalam berbahasa akan memberi peluang pula kepada kesalahan dalam berbahasa. Sedangkan kesalahan itu tidak hanya sebatas merugikan pemakai kata-kata tersebut, tetapi juga merugikan lawan bicara atau pembaca. Karena itu, dalam berbahasa seyogianya orang tidak hanya sekedar mementingkan pemahaman dirinya saja, tetapi juga harus dipertimbangkan kemungkinan kemampuan pemahaman orang lain. Memandang pentingnya masalah itu, maka di sini akan diberikan sejumlah kata yang sering dikacaukan dalam pemakaian bahasa. Padahal kata-kata ini sebaiknya dibedakan dalam berbagai situasi pemakaian bahasa, agar bahasa yang kita pakai dapat lebih komunikatif. Perhatikanlah daftar pasangan kata-kata yang sering dikacaukan di bawah ini. Kemudian pilih dan jelaskan mana yang tepat dan tidak tepat pemakaiannya! Debu tanah Dikenal terkenal Dihentikan diberhentikan

Efektif Efisien Enteng ringan Engkar pembangkang Ekor kemudi Fiktif palsu Forum saluran Gagap gugup

D. Essay: Tentukan jenis Ejaan yang Disempurnakan (pungtuasi, penulisan huruf dan penulisan kata) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini!

Kata Ahad dengan Minggu tidaklah sama. Yang pertama nama hari, sedangkan yang kedua adalah nama kesatuan jumlah hari dari Ahad sampai Sabtu. Coba bandingkan kalimat Kita berangkat Minggu depan dengan kalimat Kita berangkat Ahad depan. Dalam kalimat yang pertama tidak diketahui hari apa kita akan berangkat. Sebaliknya dalam kalimat kedua, jelas sekali hari kita berangkat itu. Karena itu, kalimat kedua lebih informatif daripada kalimat pertama. Inilah agaknya yang menyebabkan dua media cetak Tempo dan Republika membedakan kedua kata itu dalam pemberitaan mereka. Tidak ada bahasa yang mengacaukan nama hari dengan minggu. Dalam bahasa Inggris Ahad ialah Sunday, sedangkan minggu ialah week. Nama-nama hari dalam bahasa Indonesia (yang berasal dari bahasa Melayu itu) sebenarnya berasal dari bahasa Arab. Rupanya nama-nama hari itu tidak dinamakan menurut nama dewa-dewa seperti nama hari dalam bahasa Yunani-Latin atau merujuk pada mitos kepercayaan primitif, tetapi dinamakan hitungan. Karena itu hari pertama bernama Ahad yang berarti satu. Selanjutnya Senin (dua), Selasa (tiga), Rabu (empat), Kamis (lima). Hanya Jumat yang tidak menurut hitungan semestinya bernama Sitta (enam). Diberi nama Jumat karena pada hari itu umat Islam berkumpul. Jadi nama hari itu berasal dari kata jamaah. Selanjutnya hari Sabtu kembali berdasarkan hitungan yang berarti tujuh. Perhatikanlah perbandingan antara bilangan dengan nama hari tersebut: Wahid (satu) Ahad Isnain (dua) Senin

Tsalatsa (tiga) Selasa

Arba (empat) Rabu Khamis (lima) Kamis Sittah (enam) Jumat (hari berkumpul, suatu kecuali)

Saba (tujuh) Sabtu Samaniah (delapan) Tari Saman di Aceh penarinya 8 orang Tisa (sembilan) Ada nama Tisna Amijaya, dia anak ke 9 Asyar (sepuluh) Perhatikan ada hari Asyura, 10 Muharram.

Berdasarkan keadaan itu, maka minggu adalah urutan nama hari dari Ahad sampai Sabtu yang jumlahnya ada 7 hari. Jadi sistematik waktu itu dalam bahasa Indonesia berawal dari detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan berakhir dengan abad. Sementara itu kita mengenal pula kata pekan. Sedangkan pasar adalah tempat berjual beli. Pekan adalah hari pasar yang biasanya terjadi sekali dalam seminggu. Maka ada pekan Ahad, pekan Senin, pekan Sabtu dan sebagainya. Oleh sebab itu jumlah hari dalam sepekan sama dengan jumlah hari dalam seminggu, yaitu 7 hari. Yang beda ialah urutannya.

Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan untuk menganalisis jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Genap)

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : Jurusan/Program Studi : Akuntansi (S1) Fakultas/Universitas : Ekonomi / UNMRAH Tahun Akademik : 2011-2012 Semester/Kelas : Ganjil/ 1.06 Bobot : 3 Sks

A. Essay: Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini, dengan seksama, kemudian tunjukkan di mana letak kesalahan atau kekurangannya! Bagaimana Anda dapat memperbaiki atau menyempurnakan kalimat-kalimat itu? Perbaiki dan sempurnakanlah kalimat tersebut agal menjadi kalimat efektif! 1. Kita seringkali mendengar dan mengetahui berita-berita dari surat-surat khabar, majalahmajalah maupun dari berita-berita yang kita peroleh sendiri di beberapa tempat terutama di daerah Jawa Barat timbul keluh kesah dari rakyat terutama kaum petani, ini disebabkan merajalelanya tikus-tikus yang menyebabkan berpuluh-puluh bahkan ratusan hektare sawahladang dalam sekejap mata habis terganyang oleh hama tikus itu.

2. Semua sebab akibatnya sangat menyedihkan bagi rakyat terutama kaum petani karena di daerahnya kemungkinan besar akan timbul bahaya kelaparan timbul penyakit dan bahaya kemungkinan kekurangan bahan makanan pokok lain, misalnya jagung, singkong, dan tanaman palawija lainnya. B. Essay: Jelaskan penggunaan diksi non fiksi dan fiksi beserta makna yang dikandungnya dalam penggalan beberapa kalimat berikut!

1. Diksi non fiksi: Jauh sebelum ilmu pengetahuan berkembang seperti sekarang ini, manusia telah mempraktikkan ilmu kimia, meskipun pada dasarnya masih terbatas pada cara-cara yang sederhana dan diawali dengan kegiatan coba-coba. Sebagai contoh, sekitar 3500 tahun sebelum Masehi, bangsa Mesir Kuno telah mengetahui cara mengawetkan mayat, membuat anggur, membuat keramik, mengolah tembaga, serta meramu obat-obatan, dan zat pewarna. Akan tetapi, pada saat itu belum ada penjelasan secara teoritis yang berkaitan dengan cara-cara tersebut. 2. Diksi Fiksi: Gurindam Dua Belas Gubahan Raja Ali Haji (Pasal 6) Cahari olehmu akan sahabat Yang boleh dijadikan obat Cahari olehmu akan guru Yang boleh tahukan tiap seteru Cahari olehmu akan isteri Yang boleh menyerahkan diri Cahari olehmu akan kawan Pilih segala orang yang setiawan Cahari olehmu akan abdi Yang ada baik sedikit budi C. Essay: 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ragam bahasa dan ragam bahasa yang digunakan ragam terpelajar beserta contoh!

2. Jelaskan sejarah lahirnya bahasa Indonesia!

3. Jelaskan fungsi Bahasa Indonesia jika dihubungkan dengan penggunaannya pada bidang Ekonomi Akuntansi!

4. Berikut ini diberikan sejumlah pemakaian bahasa yang kurang teliti. Cobalah perhatikan dan perbaikilah sehingga menjadi bahasa yang baik! a. Dia duduk di muka sendiri b. Di ujung jalan itu ada tempat bikin betul sepeda c. Kamu malas, makanya dimarahi bapak d. Pertemuan kita hari ini yang mana untuk membahas program kerja bulan depan e. Busi yang sudah mati tidak berguna lagi f. Teman yang baik adalah teman yang patuh g. Tolong belikan saya jagung bakar h. Saya disuruh guru mengumpulkan pulpennya yang jatuh i. Indonesia berbeda waktu dengan Inggris 10 jam.

5. Pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak dapat dipisahkan daripada seleksi katakata dalam berbahasa. Tiap kita berbahasa sebaiknya kita memperhatikan kata-kata yang akan kita pergunakan. Sebab kesalahan mempergunakan kata-kata dalam berbahasa akan memberi peluang pula kepada kesalahan dalam berbahasa. Sedangkan kesalahan itu tidak hanya sebatas merugikan pemakai kata-kata tersebut, tetapi juga merugikan lawan bicara atau pembaca. Karena itu, dalam berbahasa seyogianya orang tidak hanya sekedar mementingkan pemahaman dirinya saja, tetapi juga harus dipertimbangkan kemungkinan kemampuan pemahaman orang lain. Memandang pentingnya masalah itu, maka di sini akan diberikan sejumlah kata yang sering dikacaukan dalam pemakaian bahasa. Padahal kata-kata ini sebaiknya dibedakan dalam berbagai situasi pemakaian bahasa, agar bahasa yang kita pakai dapat lebih komunikatif. Perhatikanlah daftar pasangan kata-kata yang sering dikacaukan di bawah ini. Kemudian pilih dan jelaskan mana yang tepat dan tidak tepat pemakaiannya!

Gugur runtuh Perahu Tongkang Perlombaan Pertandingan Pelajaran Pengajaran Patuh setia Peradilan pengadilan Pakar pikir Pancuran pancaran Pekan pakan Penghitungan perhitungan

D. Essay: Tentukan jenis Ejaan yang Disempurnakan (pungtuasi, penulisan huruf dan penulisan kata) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini!

Kata Ahad dengan Minggu tidaklah sama. Yang pertama nama hari, sedangkan yang kedua adalah nama kesatuan jumlah hari dari Ahad sampai Sabtu. Coba bandingkan kalimat Kita berangkat Minggu depan dengan kalimat Kita berangkat Ahad depan. Dalam kalimat yang pertama tidak diketahui hari apa kita akan berangkat. Sebaliknya dalam kalimat kedua, jelas sekali hari kita berangkat itu. Karena itu, kalimat kedua lebih informatif daripada kalimat pertama. Inilah agaknya yang menyebabkan dua media cetak Tempo dan Republika membedakan kedua kata itu dalam pemberitaan mereka. Tidak ada bahasa yang mengacaukan nama hari dengan minggu. Dalam bahasa Inggris Ahad ialah Sunday, sedangkan minggu ialah week. Nama-nama hari dalam bahasa Indonesia (yang berasal dari bahasa Melayu itu) sebenarnya berasal dari bahasa Arab. Rupanya nama-nama hari itu tidak dinamakan menurut

nama dewa-dewa seperti nama hari dalam bahasa Yunani-Latin atau merujuk pada mitos kepercayaan primitif, tetapi dinamakan hitungan. Karena itu hari pertama bernama Ahad yang berarti satu. Selanjutnya Senin (dua), Selasa (tiga), Rabu (empat), Kamis (lima). Hanya Jumat yang tidak menurut hitungan semestinya bernama Sitta (enam). Diberi nama Jumat karena pada hari itu umat Islam berkumpul. Jadi nama hari itu berasal dari kata jamaah. Selanjutnya hari Sabtu kembali berdasarkan hitungan yang berarti tujuh. Perhatikanlah perbandingan antara bilangan dengan nama hari tersebut: Wahid (satu) Ahad Isnain (dua) Senin

Tsalatsa (tiga) Selasa Arba (empat) Rabu Khamis (lima) Kamis Sittah (enam) Jumat (hari berkumpul, suatu kecuali)

Saba (tujuh) Sabtu Samaniah (delapan) Tari Saman di Aceh penarinya 8 orang Tisa (sembilan) Ada nama Tisna Amijaya, dia anak ke 9 Asyar (sepuluh) Perhatikan ada hari Asyura, 10 Muharram.

Berdasarkan keadaan itu, maka minggu adalah urutan nama hari dari Ahad sampai Sabtu yang jumlahnya ada 7 hari. Jadi sistematik waktu itu dalam bahasa Indonesia berawal dari detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan berakhir dengan abad. Sementara itu kita mengenal pula kata pekan. Sedangkan pasar adalah tempat berjual beli. Pekan adalah hari pasar yang biasanya terjadi sekali dalam seminggu. Maka ada pekan Ahad, pekan Senin, pekan Sabtu dan sebagainya. Oleh sebab itu jumlah hari dalam sepekan sama dengan jumlah hari dalam seminggu, yaitu 7 hari. Yang beda ialah urutannya.

Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban!

2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan untuk menganalisis jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok! Penulisan Laporan Penelitian Tindakan Kelas Saturday, October 22, 2011 1:32 AM A. Pendahuluan

Salah satu problema dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) bagi kebanyakan guru adalah menuliskan laporannya. Setelah semua siklus dilaksanakan, hasil telah diperoleh, semua bahan telah terkumpul, lantas bagaimana cara menyusunnya dalam bentuk laporan? Apakah laporan PTK sama atau berbeda bentuknya dengan penelitian formal? Aspek apa yang harus ditonjolkan dalam PTK sebagai karakteristik penelitian yang khas untuk keperluan peningkatan hasil belajar??

PTK lebih mengutamakan proses daripada hasil karena proses pelaksanaannya itulah yang akan ditiru atau diterapkan kembali oleh pembaca (sesama guru) dalam pembelajarannya sendiri. Hasilnya, tentu, juga penting sebagai bukti bahwa pilihan tindakan yang digunakan memang sukses meningkatkan hasil belajar. Namun, bagaimana proses mencapai hasil itu lebih penting karena dengan cerita penerapan itulah, peneliti lain akan mengujicoba, baik untuk keperluan penelitian atau pembelajaran.

Sering terlihat laporan PTK seperti laporan penelitian eksperimen karena isinya hanyalah pencapaian siswa dalam dua siklus, kemudian hasil kedua siklus itu dibandingkan dengan uji statistik. Setelah dapat angka kenaikannya maka dibahas. Adapun bagaimana peningkatan itu dicapai, tidak dijelaskan. Itu bukan laporan PTK. UJIAN TENGAH SEMESTER MK BAHASA INDONESIA (KONSENTRASI BIMBINGAN KONSELING) Friday, July 15, 2011 6:37 PM MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Ganjil)

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : UIN 1110 Jurusan/Konsentrasi : Kependidikan Islam / Bimbingan Konseling (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2010-2011 Semester/Kelas : Pendek/II C Bobot : 2 Sks A. Essay Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini, dengan seksama, kemudian tunjukkan di mana letak kesalahan atau kekurangannya! Bagaimana Anda dapat memperbaiki atau menyempurnakan kalimat-kalimat itu? Perbaiki dan sempurnakanlah kalimat tersebut agar menjadi kalimat efektif! 1. Selain udara, matahari juga berguna bagi pembentukan Vitamin D dan pembentukan tulang. 2. Di dalam keluarga di mana dua orang manusia, dengan kuasa yang diterima dari Allah sendiri, mampu menciptakan seorang manusia baru. B. Essay: Jelaskan penggunaan diksi non fiksi dan fiksi beserta makna yang dikandungnya dalam penggalan beberapa kalimat berikut! 1. Diksi non fiksi: Menurut Prayitno (2004:1), Layanan konsultasi adalah layanan konseling oleh konselor terhadap pelanggan (konsulti) yang memungkinkan konsulti memperoleh wawasan, pemahaman dan cara yang perlu dilaksanakan untuk menangani pihak ketiga. Konsulti pada dasarnya dilaksanakan secara perorangan dalam format tatap muka antara konselor (sebagai konsultan) dengan konsulti. Konsultasi dapat juga dilakukan terhadap dua orang konsulti atau lebih kalau konsulti-konsulti itu menghendakinya. 2. Diksi Fiksi: Gurindam Dua Belas Gubahan Raja Ali Haji (Pasal 3) Apabila terpelihara mata Sedikitlah cita-cita Apabila terpelihara kuping

Khabar yang jahat tiadalah damping Apabila terpelihara lidah Niscaya dapat daripadanya faedah Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan Daripada segala berat dan ringan Apabila perut terlalu penuh Keluarlah fiil yang tidak senonoh Anggota tengah hendaklah ingat Di situlah banyak orang yang hilang semangat Berjalan hendaklah peliharakan kaki, daripada berjalan yang membawa rugi C. Essay: 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ragam bahasa dan ragam bahasa yang digunakan pada bidang lisan beserta contoh! 2. Jelaskan sejarah lahirnya bahasa Indonesia! 3. Jelaskan fungsi Bahasa Indonesia jika dihubungkan dengan penggunaannya pada bidang kimia! 4. Berikut ini diberikan sejumlah pemakaian bahasa yang kurang teliti. Cobalah perhatikan dan perbaikilah sehingga menjadi bahasa yang baik! a. Ucapanmu itu adalah tidak benar b. Apa yang mereka harus perbuat c. Rumahnya adik saya besar sekali d. Dia diberi tahu yang ayahnya meninggal e. Sebelumnya jam 10 saya tak bisa tidur f. Bajumu bagus, di mana belinya? g. Sudah saya bilang sama dia ayahnya akan datang h. Si sakit itu akan makan sate.

i. Dia suka datang terlambat. 5. Pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak dapat dipisahkan daripada seleksi katakata dalam berbahasa. Tiap kita berbahasa sebaiknya kita memperhatikan kata-kata yang akan kita pergunakan. Sebab kesalahan mempergunakan kata-kata dalam berbahasa akan memberi peluang pula kepada kesalahan dalam berbahasa. Sedangkan kesalahan itu tidak hanya sebatas merugikan pemakai kata-kata tersebut, tetapi juga merugikan lawan bicara atau pembaca. Karena itu, dalam berbahasa seyogianya orang tidak hanya sekedar mementingkan pemahaman dirinya saja, tetapi juga harus dipertimbangkan kemungkinan kemampuan pemahaman orang lain. Memandang pentingnya masalah itu, maka di sini akan diberikan sejumlah kata yang sering dikacaukan dalam pemakaian bahasa. Padahal kata-kata ini sebaiknya dibedakan dalam berbagai situasi pemakaian bahasa, agar bahasa yang kita pakai dapat lebih komunikatif. Perhatikanlah daftar pasangan kata-kata yang sering dikacaukan di bawah ini. Kemudian pilih dan jelaskan mana yang tepat dan tidak tepat pemakaiannya! Bulu buluh Bengkalai sisa Biarkan lepaskan Bekerja bermain Bungkus balut Berlari bergegas Bertempur berperang Bukan tidak Belah keping Curi rampok D. Essay: Tentukan jenis Ejaan yang Disempurnakan (pungtuasi, penulisan huruf dan penulisan kata) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini! Kata Ahad dengan Minggu tidaklah sama. Yang pertama nama hari, sedangkan yang kedua adalah nama kesatuan jumlah hari dari Ahad sampai Sabtu. Coba bandingkan kalimat Kita berangkat Minggu depan dengan kalimat Kita berangkat Ahad depan. Dalam kalimat yang pertama tidak diketahui hari apa kita akan berangkat. Sebaliknya dalam kalimat kedua, jelas sekali hari kita berangkat itu. Karena itu, kalimat kedua lebih informatif daripada kalimat

pertama. Inilah agaknya yang menyebabkan dua media cetak Tempo dan Republika membedakan kedua kata itu dalam pemberitaan mereka. Tidak ada bahasa yang mengacaukan nama hari dengan minggu. Dalam bahasa Inggris Ahad ialah Sunday, sedangkan minggu ialah week. Nama-nama hari dalam bahasa Indonesia (yang berasal dari bahasa Melayu itu) sebenarnya berasal dari bahasa Arab. Rupanya nama-nama hari itu tidak dinamakan menurut nama dewa-dewa seperti nama hari dalam bahasa Yunani-Latin atau merujuk pada mitos kepercayaan primitif, tetapi dinamakan hitungan. Karena itu hari pertama bernama Ahad yang berarti satu. Selanjutnya Senin (dua), Selasa (tiga), Rabu (empat), Kamis (lima). Hanya Jumat yang tidak menurut hitungan semestinya bernama Sitta (enam). Diberi nama Jumat karena pada hari itu umat Islam berkumpul. Jadi nama hari itu berasal dari kata jamaah. Selanjutnya hari Sabtu kembali berdasarkan hitungan yang berarti tujuh. Perhatikanlah perbandingan antara bilangan dengan nama hari tersebut: Wahid (satu) Ahad Isnain (dua) Senin Tsalatsa (tiga) Selasa Arba (empat) Rabu Khamis (lima) Kamis Sittah (enam) Jumat (hari berkumpul, suatu kecuali) Saba (tujuh) Sabtu Samaniah (delapan) Tari Saman di Aceh penarinya 8 orang Tisa (sembilan) Ada nama Tisna Amijaya, dia anak ke 9 Asyar (sepuluh) Perhatikan ada hari Asyura, 10 Muharram.

Berdasarkan keadaan itu, maka minggu adalah urutan nama hari dari Ahad sampai Sabtu yang jumlahnya ada 7 hari. Jadi sistematik waktu itu dalam bahasa Indonesia berawal dari detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan berakhir dengan abad. Sementara itu kita mengenal pula kata pekan. Sedangkan pasar adalah tempat berjual beli. Pekan adalah hari pasar yang biasanya terjadi sekali dalam seminggu. Maka ada pekan Ahad, pekan Senin, pekan Sabtu dan sebagainya. Oleh sebab itu jumlah hari dalam sepekan sama dengan jumlah hari dalam seminggu, yaitu 7 hari. Yang beda ialah urutannya. Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan:

1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan untuk menganalisis jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Genap)

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : UIN 1110 Jurusan/Konsentrasi :Kependidikan Islam /Bimbingan Konseling (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2010-2011 Semester/Kelas : Pendek/II C

Bobot : 2 Sks

A. Essay: Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini, dengan seksama, kemudian tunjukkan di mana letak kesalahan atau kekurangannya! Bagaimana Anda dapat memperbaiki atau menyempurnakan kalimat-kalimat itu? Perbaiki dan sempurnakanlah kalimat tersebut agar menjadi kalimat efektif! 1. Dari beberapa pokok persoalan yang diberikan untuk membandingkan dua atau lebih dialek, antara lain dalam bidang fonetik atau semantik. 2. Di dalam buku ini terdapat istilah-istilah kekerabatan yang terdapat pula orang Jawa dan Sunda dalam susunan masyarakat, yang ditulis berdasarkan Ilmu Antropologi. B. Essay: Jelaskan penggunaan diksi non fiksi dan fiksi beserta makna yang dikandungnya dalam penggalan beberapa kalimat berikut!

1. Diksi Non Fiksi: Layanan konsultasi juga didefinisikan bantuan dari konselor ke klien di mana konselor sebagai konsultan dan klien sebagai konsulti, membahas tentang masalah pihak ketiga. Pihak ketiga yang dibicarakan adalah orang yang merasa mempertanggungjawabkan konsulti, misalnya anak, murid atau orang tuanya. Bantuan yang diberikan untuk memandirikan konsulti sehingga ia mampu menghadapi pihak ketiga yang dipermasalahkannya. 2. Diksi Fiksi: Gurindam Dua Belas Gubahan Raja Ali Haji (Pasal 4) Hati itu kerajaan di dalam tubuh Jikalau zalim segala anggota pun rubuh Apabila dengki sudah bertanah Datang daripadanya beberapa anak panah Mengumpat dan memuji hendaklah pikir Di situlah banyak orang yang tergelincir Pekerjaan marah jangan dibela

Nanti hilang akal di kepala Jika sedikit pun berbuat bohong Boleh diumpamakan mulutnya itu pekung

C. Essay: 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ragam bahasa dan ragam bahasa yang digunakan pada bidang tulisan beserta contoh!

2. Jelaskan sejarah lahirnya bahasa Indonesia!

3. Jelaskan fungsi Bahasa Indonesia jika dihubungkan dengan penggunaannya pada bidang Bimbingan Konseling!

4. Berikut ini diberikan sejumlah pemakaian bahasa yang kurang teliti. Cobalah perhatikan dan perbaikilah sehingga menjadi bahasa yang baik! a. Sukar sekali memahamkan hitungan itu. b. Saya hendak ke pasar besok akan membeli sepatu. c. Kepada Bapak Kepala Sekolah waktu dan tempat kami persilahkan. d. Bersama surat ini saya ucapkan terima kasih. e. Saya disuruh pulang sama ibu. f. Di mana rumahnya Si Leman. g. Tolong tanyakan sama dokter! h. Bolehnya bicara dengan siapa? i. Hari ini banyak orang berbelanja di pasar. Mereka-mereka kebanyakan ibu rumah tangga.

5. Pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak dapat dipisahkan daripada seleksi katakata dalam berbahasa. Tiap kita berbahasa sebaiknya kita memperhatikan kata-kata yang akan

kita pergunakan. Sebab kesalahan mempergunakan kata-kata dalam berbahasa akan memberi peluang pula kepada kesalahan dalam berbahasa. Sedangkan kesalahan itu tidak hanya sebatas merugikan pemakai kata-kata tersebut, tetapi juga merugikan lawan bicara atau pembaca. Karena itu, dalam berbahasa seyogianya orang tidak hanya sekedar mementingkan pemahaman dirinya saja, tetapi juga harus dipertimbangkan kemungkinan kemampuan pemahaman orang lain. Memandang pentingnya masalah itu, maka di sini akan diberikan sejumlah kata yang sering dikacaukan dalam pemakaian bahasa. Padahal kata-kata ini sebaiknya dibedakan dalam berbagai situasi pemakaian bahasa, agar bahasa yang kita pakai dapat lebih komunikatif. Perhatikanlah daftar pasangan kata-kata yang sering dikacaukan di bawah ini. Kemudian pilih dan jelaskan mana yang tepat dan tidak tepat pemakaiannya! Cobaan siksaan Cocok cucuk Contoh ibarat Cermin kaca Cerdik pintar Cerita berita Daki kotoran Dengan dan Dalil dalih Di ke

D. Essay: Tentukan jenis Ejaan yang Disempurnakan (pungtuasi, penulisan huruf dan penulisan kata) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini!

Kata Ahad dengan Minggu tidaklah sama. Yang pertama nama hari, sedangkan yang kedua adalah nama kesatuan jumlah hari dari Ahad sampai Sabtu. Coba bandingkan kalimat Kita berangkat Minggu depan dengan kalimat Kita berangkat Ahad depan. Dalam kalimat yang pertama tidak diketahui hari apa kita akan berangkat. Sebaliknya dalam kalimat kedua, jelas sekali hari kita berangkat itu. Karena itu, kalimat kedua lebih informatif daripada kalimat

pertama. Inilah agaknya yang menyebabkan dua media cetak Tempo dan Republika membedakan kedua kata itu dalam pemberitaan mereka. Tidak ada bahasa yang mengacaukan nama hari dengan minggu. Dalam bahasa Inggris Ahad ialah Sunday, sedangkan minggu ialah week. Nama-nama hari dalam bahasa Indonesia (yang berasal dari bahasa Melayu itu) sebenarnya berasal dari bahasa Arab. Rupanya nama-nama hari itu tidak dinamakan menurut nama dewa-dewa seperti nama hari dalam bahasa Yunani-Latin atau merujuk pada mitos kepercayaan primitif, tetapi dinamakan hitungan. Karena itu hari pertama bernama Ahad yang berarti satu. Selanjutnya Senin (dua), Selasa (tiga), Rabu (empat), Kamis (lima). Hanya Jumat yang tidak menurut hitungan semestinya bernama Sitta (enam). Diberi nama Jumat karena pada hari itu umat Islam berkumpul. Jadi nama hari itu berasal dari kata jamaah. Selanjutnya hari Sabtu kembali berdasarkan hitungan yang berarti tujuh. Perhatikanlah perbandingan antara bilangan dengan nama hari tersebut: Wahid (satu) Ahad Isnain (dua) Senin Tsalatsa (tiga) Selasa Arba (empat) Rabu Khamis (lima) Kamis Sittah (enam) Jumat (hari berkumpul, suatu kecuali) Saba (tujuh) Sabtu Samaniah (delapan) Tari Saman di Aceh penarinya 8 orang Tisa (sembilan) Ada nama Tisna Amijaya, dia anak ke 9 Asyar (sepuluh) Perhatikan ada hari Asyura, 10 Muharram.

Berdasarkan keadaan itu, maka minggu adalah urutan nama hari dari Ahad sampai Sabtu yang jumlahnya ada 7 hari. Jadi sistematik waktu itu dalam bahasa Indonesia berawal dari detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan berakhir dengan abad. Sementara itu kita mengenal pula kata pekan. Sedangkan pasar adalah tempat berjual beli. Pekan adalah hari pasar yang biasanya terjadi sekali dalam seminggu. Maka ada pekan Ahad, pekan Senin, pekan Sabtu dan sebagainya. Oleh sebab itu jumlah hari dalam sepekan sama dengan jumlah hari dalam seminggu, yaitu 7 hari. Yang beda ialah urutannya.

Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan:

1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan untuk menganalisis jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok! Soal Ujian Mid Semester Pendidikan Kimia Saturday, April 23, 2011 2:47 AM MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Genap) Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : UIN 1110 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Kimia (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2010-2011 (26 April 2011) Semester/Kelas : Genap/II A Bobot : 2 Sks Essay Tipe A: 1 a. Peristiwa apa saja yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia! b. Jelaskan mengapa bahasa Melayu diangkat sebagai bahasa Indonesia! c. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa persatuan. Apa maksudnya? 2. Pilihlah salah satu topik di bawah ini, kemudian buatlah uraian singkat dengan menggunakan konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar! a. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengembangan ilmu bidang Kimia. b. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengetahuan. c. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa teknologi. d. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa seni.

3. a. Jelaskan pengertian diksi dan berikan contoh pemakaiannya dalam kalimat, sesuai dengan pemahaman kamu! b. Buatlah sebuah paragraf/tulisan yang menggunakan majas (figure of speech) dan idiom! 4. Jelaskan Pengertian kesejajaran atau paralelisme dan berikan contoh pemakaiannya dalam kalimat! 5. Telitilah kesalahan atau kejanggalan dalam kalimat-kalimat di bawah ini dan selanjutnya perbaiki menjadi struktur kalimat yang benar dan efektif! a. Menjawab pertanyaan wartawan dikatakan oleh Menteri bahwa ia tidak tahu menahu. b. Cepat atau lambat kejahatan itu akan diketemukan juga. c. T. Nakamura tidak menempuh jalan yang dipilih rekan-rekannya terdahulu. d. 100 rumah selesai dibangun di kompleks perumahan itu. e. Berkas perkara koneksitas penyeludup mobil mewah diserahkan. f. Pada saya diminta untuk menjelaskan kebijaksanaan. g. Yang dianggap unik hanya dimiliki oleh satu-satunya gedung perkantoran Pemerintah di Indonesia ialah disediakan ruangan senam dengan berbagai fasilitas olah raga di lantai 24. h. Di lantai teratas diperuntukkan sebagai landasan helikopter yang dapat melakukan pendaratan untuk suatu keadaan darurat seperti terjadi kebakaran dan lain-lain.

Essay Tipe B: Perbaikilah pungtuasi, ejaan, penulisan huruf dan penulisan kata menjadi EYD yang baik dan benar) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini! Paragraf Pertama: Tulislah dengan lima puluh kurang satu tahun yang lalu 1928 tidak ada universitas atau institut pendidikan tinggi di kepulauan kita yang amat luas ini pada waktu itu ada hanya fakultas teknik

terletak di bandung dan dengan jumlah mahasiswa yang amat sedikit semua guru besar merupakan orang belanda yang mengajar dalam bahasa belanda dan yang menggunakan bukubuku pelajaran yang tertulis dalam bahasa belanda atau bahasa Jerman pada waktu itu ada hanya dua fakultas di jakarta fakultas hukum dan fakultas kedokteran di kota-kota lain di daerah-daerah lain tidak fakultas sekalian fakultas ada di jawa barat (Harsja W. Bachtiar). Paragraf Kedua: Perubahan materi di alam di bagi menjadi dua, yaitu: perubahan fisika dan perubahan kimia. Perubahan fisika adalah perubahan yang tidak menghasilkan zat baru. Perubahan fisika merupakan proses perubahan wujud saja dan perubahan ini dapat balik. Contoh: es mencair, air membeku, air menguap, kapur barus menyublim, beras menjadi tepung. Kalau kita perhatikan, contoh perubahan fisika di atas merupakan perubahan wujud saja, sedangkan zatnya tidak berubah. (Reaksi Kimia Klasifikasi Materi). Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan dalam uraian jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Ganjil) Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : UIN 1110 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Kimia (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2010-2011 (26 April 2011) Semester/Kelas : Genap/II A Bobot : 2 Sks Essay Tipe A: 1. Jelaskan jarak penutur dan lawan tutur dalam hubungannya dengan ragam bahasa tidak baku berdasarkan contoh! 2. a. Temukan peristiwa apa saja yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia! b. Jelaskan mengapa bahasa Melayu diangkat sebagai bahasa Indonesia! c. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa persatuan. Apa maksudnya? 3. Pilihlah salah satu topik di bawah ini, kemudian buatlah uraian singkat dengan menggunakan konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar! a. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengembangan ilmu bidang Kimia. b. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengetahuan. c. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa teknologi. d. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa seni. 4. a. Jelaskan pengertian diksi dan berikan contoh pemakaiannya dalam kalimat, sesuai dengan pemahaman kamu! b. Buatlah sebuah paragraf/tulisan yang menggunakan majas (figure of speech) dan idiom! 5. Telitilah kesalahan atau kejanggalan dalam kalimat-kalimat di bawah ini dan selanjutnya perbaiki menjadi struktur kalimat yang benar dan efektif!

a. Masalah pengembalian para penyeludup yang lari dari Indonesia belum diperoleh gambaran akan berhasil. b. Kata orang, bahasa hak-milik masyarakat. Jika begitu, marilah kita semua merasa menjadi anggota masyarakat, dan tidak seakan-akan di atasnya, turut memelihara bahasa kita. c. Bukti autentik kasak-kusuk sudah didapatkan. d. Menjadi pewaris angkatan 45. e. Penataran Ilmu Bedah Orthopaedi di Rumah-Sakit-Rumah-Sakit swasta. f. Hal itu tergantung dari izin untuk dididik lebih lanjut daripada ahli bedah-bedah di daerah yang membutuhkan. g. Kepala Polisi U, mengumumkan mengenai perubahan lalu lintas sekitar Menteng. h. Penggalian semacam itu ternyata mengakibatkan longsor, hingga seorang penduduk mati tertimbun.

Essay Tipe B: Perbaikilah pungtuasi dan ejaan penulisan huruf dan penulisan kata menjadi EYD yang baik dan benar) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini! Paragraf Pertama: ternyata bahwa semua mahasiswa daerah I berasal dari bogor dan sekitarnya tahun ijazahnya ialah 1976 b dari daerah II 7 orang mahasiswa memiliki ijazah 1975 dan 16 orang berasal dari kota-kota universitas seperti jakarta bandung yogya dan surabaya c mahasiswa dari daerah III berasal dari yogya dengan tahun ijazah 1975 di daerah V dan VI selain terdapat mahasiswa dengan rapor SMA yang baik juga terdapat mahasiswa dari sekolah-sekolah kejuruan yang disitu dianggap sebagai pelajaran yang berprestasi baik mahasiswa yang termasuk di daerah VII juga berasal dari sekolah kejuruan (Andi Hakim Nasoetion). Paragraf Kedua: Perubahan materi di ala mini dibagi menjadi dua, yaitu: perubahan fisika dan perubahan kimia. Perubahan kimia adalah perubahan yang menghasilkan zat baru. Zat yeng terbentuk berbeda jika dibandingkan asalnya. Perubahan kimia tidak dapat dibalik. Misalnya kertas jika dibakar akan menghasilkan arang, arang yang terbentuk tidak dapat dijadikan kertas lagi. Contoh: pelapukan

kayu, lilin dibakar, besi berkarat. Zat yang terbentuk setelah terjadi perubahan kimia berbeda sifat maupun wujudnya. (Reaksi Kimia Klasifikasi Materi). Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan dalam uraian jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Genap) Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : UIN 1110 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Kimia (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau

Tahun Akademik : 2010-2011 (27 April 2011) Semester/Kelas : Genap/II B Bobot : 2 Sks Essay Tipe A: 1 a. Peristiwa apa saja yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia! b. Jelaskan mengapa bahasa Melayu diangkat sebagai bahasa Indonesia! c. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa persatuan. Apa maksudnya? 2. Pilihlah salah satu topik di bawah ini, kemudian buatlah uraian singkat dengan menggunakan konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar! a. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengembangan ilmu bidang Kimia. b. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengetahuan. c. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa teknologi. d. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa seni. 3. a. Jelaskan pengertian diksi dan berikan contoh pemakaiannya dalam kalimat, sesuai dengan pemahaman kamu! b. Buatlah sebuah paragraf/tulisan yang menggunakan majas (figure of speech) dan idiom! 4. Jelaskan Pengertian koherensi yang baik dan kompak dan berikan contoh pemakaiannyadalam kalimat! 5. Telitilah kesalahan atau kejanggalan dalam kalimat-kalimat di bawah ini dan selanjutnya perbaiki menjadi struktur kalimat yang benar! a. 70 perusahaan Pekapuran Cirebon Terancam Tertutup. b. Sebagian besar Pejabat Pertanian esselon II juga menjalani pergantian. c. Direktur pengolahan Ir. S. akan membawahi Divisi Pemasaran. d. Selesai akad nikah, dilajutkan dengan upacara adat sunda di kediaman mempelai wanita. e. Demikanlah laporan saya dan harap menjadi periksa adanya. f. Barangsiapa yang tidak menaati pengumuman ini akan dipertangungjawabkan terhadap segala akibat yang ditimbulkannya.

g. Motif yang bertolak kepada masalah tanah dalam keterangan itu tidak ditemukan. h. Jepang harus ganti polanya hubungan ekonomi.

Essay Tipe B: Perbaikilah pungtuasi dan ejaan penulisan huruf dan penulisan kata menjadi EYD yang baik dan benar) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini! Paragraf Pertama: Tulislah dengan lima puluh kurang satu tahun yang lalu 1928 tidak ada universitas atau institut pendidikan tinggi di kepulauan kita yang amat luas ini pada waktu itu ada hanya fakultas teknik terletak di bandung dan dengan jumlah mahasiswa yang amat sedikit semua guru besar merupakan orang belanda yang mengajar dalam bahasa belanda dan yang menggunakan bukubuku pelajaran yang tertulis dalam bahasa belanda atau bahasa Jerman pada waktu itu ada hanya dua fakultas di jakarta fakultas hukum dan fakultas kedokteran di kota-kota lain di daerah-daerah lain tidak fakultas sekalian fakultas ada di jawa barat (Harsja W. Bachtiar). Paragraf Kedua: Sebenarnya reaksi kimia itu adalah tumbukan antar partikel zat-zat yang bereaksi. Semakin banyak zat-zat yang bertumbukan maka reaksi akan semakin cepat dan sebaliknya semakin sedikit tumbukan reaksi akan lambat. Tumbukan berarti berdekatannya suatu zat sehingga akan menghasilkan zat baru. Untuk mempercepat suatu reaksi dapat dilakukan dengan cara: memperkecil ukuran materi dan menaikkan temperatur. (Reaksi Kimia Klasifikasi Materi). Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan dalam uraian jawaban mid semester ini di akhir jawaban!

3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Ganjil) Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : UIN 1110 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Kimia (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2010-2011 (27 April 2011) Semester/Kelas : Genap/II B Bobot : 2 Sks

Essay Tipe A: 1. Jelaskan jarak penutur dan lawan tutur dalam hubungannya dengan ragam bahasa tidak baku berdasarkan contoh! 2. a. Temukan peristiwa apa saja yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia! b. Jelaskan mengapa bahasa Melayu diangkat sebagai bahasa Indonesia! c. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa persatuan. Apa maksudnya? 3. Pilihlah salah satu topik di bawah ini, kemudian buatlah uraian singkat dengan menggunakan konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar! a. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengembangan ilmu bidang Kimia. b. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengetahuan. c. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa teknologi. d. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa seni. 4. a. Jelaskan pengertian diksi dan berikan contoh pemakaiannya dalam kalimat, sesuai dengan pemahaman kamu! b. Buatlah sebuah paragraf/tulisan yang menggunakan majas (figure of speech) dan idiom! 5. Telitilah kesalahan atau kejanggalan dalam kalimat-kalimat di bawah ini dan selanjutnya perbaiki menjadi struktur kalimat yang benar! a. Duduklah yang baik dan bicaralah yang benar. b. Tenaga ahli sangat kurang jumlahnya untuk proyek ini c. Hak manusia haruslah dihormati dengan baik d. Hendaklah kita insafi bahwa apa yang kita telah lakukan tidak sah menurut peraturan organisasi kita e. Hadirin dan hadirat dalam bulan Ramadhan ini marilah kita perlihatkan kita punya jiwa besar f. Sebelum dibicarakan secara formal baiklah diadakan dahulu pendekatan secara informal. g. Tempat pemberhentian bus sudah banyak didirikan. h. Sementara orang mengatakan bahwa hal itu tak usah dibesar-besarkan.

Essay Tipe B: Perbaikilah pungtuasi dan ejaan penulisan huruf dan penulisan kata menjadi EYD yang baik dan benar) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini! Paragraf Pertama: ternyata bahwa semua mahasiswa daerah I berasal dari bogor dan sekitarnya tahun ijazahnya ialah 1976 b dari daerah II 7 orang mahasiswa memiliki ijazah 1975 dan 16 orang berasal dari kota-kota universitas seperti jakarta bandung yogya dan surabaya c mahasiswa dari daerah III berasal dari yogya dengan tahun ijazah 1975 di daerah V dan VI selain terdapat mahasiswa dengan rapor SMA yang baik juga terdapat mahasiswa dari sekolah-sekolah kejuruan yang disitu dianggap sebagai pelajaran yang berprestasi baik mahasiswa yang termasuk di daerah VII juga berasal dari sekolah kejuruan (Andi Hakim Nasoetion). Paragraf Kedua: Aturan penulisan lambang unsure terdiri dari dua jenis, yaitu penulisan satu huruf dan penulisan dua huruf. Bila satu huruf, maka huruf besar (kapital) dari nama ilmiahnya. Contoh: Karbon (Carbonium) = C. Hidrogen (Hydrogenium) = H. Sedangkan dua huruf maka huruf pertama huruf besar (kapital) dan huruf kedua huruf kecil dari nama ilmiahnya. Contoh: Aluminium (Aluminium) = Al, Kalsium (Calsuim) = Ca, Besi (Ferrum) = Fe. (Reaksi Kimia Klasifikasi Materi). Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan dalam uraian jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Genap) Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : UIN 1110 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Kimia (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2010-2011 (26 April 2011) Semester/Kelas : Genap/II C Bobot : 2 Sks Essay Tipe A: 1 a. Peristiwa apa saja yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia! b. Jelaskan mengapa bahasa Melayu diangkat sebagai bahasa Indonesia! c. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa persatuan. Apa maksudnya? 2. Pilihlah salah satu topik di bawah ini, kemudian buatlah uraian singkat dengan menggunakan konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar! a. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengembangan ilmu bidang Kimia. b. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengetahuan. c. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa teknologi.

d. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa seni. 3. a. Jelaskan pengertian diksi dan berikan contoh pemakaiannya dalam kalimat, sesuai dengan pemahaman kamu! b. Buatlah sebuah paragraf/tulisan yang menggunakan majas (figure of speech) dan idiom! 4. Jelaskan Pengertian penalaran (logika) kalimat dan berikan contoh pemakaiannya dalam kalimat! 5. Telitilah kesalahan atau kejanggalan dalam kalimat-kalimat di bawah ini dan selanjutnya perbaiki menjadi struktur kalimat yang benar! a. Dia sering berlagak pintar sendiri mentang-mentang dia kaya sendiri. b. Seperti saya telah katakana saudara harus menceritakan apa yang saudara telah alami. c. Harap tenang, baru ada ujian. d. Sebelumnya dipikir jangan berbicara dahulu. e. Di dalam keputusan itu mengandung kebijaksanaan yang dapat menguntungkan umum. f. Orang itu saudara saya punya istri. g. Hal itu pasti akan diketahui juga di kelak kemudian hari. h. Kepala Direktorat kepada siapa laporan ini harus disampaikan tidak ada di tempat.

Essay Tipe B: Perbaikilah pungtuasi dan ejaan penulisan huruf dan penulisan kata menjadi EYD yang baik dan benar) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini! Paragraf Pertama: Tulislah dengan lima puluh kurang satu tahun yang lalu 1928 tidak ada universitas atau institut pendidikan tinggi di kepulauan kita yang amat luas ini pada waktu itu ada hanya fakultas teknik

terletak di bandung dan dengan jumlah mahasiswa yang amat sedikit semua guru besar merupakan orang belanda yang mengajar dalam bahasa belanda dan yang menggunakan bukubuku pelajaran yang tertulis dalam bahasa belanda atau bahasa jerman pada waktu itu ada hanya dua fakultas di jakarta fakultas hukum dan fakultas kedokteran di kota-kota lain di daerah-daerah lain tidak fakultas sekalian fakultas ada di jawa barat (Harsja W. Bachtiar). Paragraf Kedua: Secara garis besar, senyawa-senyawa kimia yang terdapat di alam tergolong pada asam, basa dan garam. Indikator digunakan untuk menentukan apakah suatu larutan bersifat asam dan basa. Indikator adalah zat kimia yang dapat berubah warna dalam larutan asam dan basa. Jadi, guna indikator adalah untuk menentukan apakah suatu larutan bersifat asam dan basa. Indikator terdiri dari: indicator lakmus merah dan lakmus biru, indicator universal, dan indicator alami. (Asam, Basa, Garam dan Tata Nama Kimia). Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan dalam uraian jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Ganjil) Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : UIN 1110 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Kimia (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2010-2011 (26 April 2011) Semester/Kelas : Genap/II C Bobot : 2 Sks Essay Tipe A: 1. Jelaskan jarak penutur dan lawan tutur dalam hubungannya dengan ragam bahasa tidak baku berdasarkan contoh! 2. a. Temukan peristiwa apa saja yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia! b. Jelaskan mengapa bahasa Melayu diangkat sebagai bahasa Indonesia! c. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa persatuan. Apa maksudnya? 3. Pilihlah salah satu topik di bawah ini, kemudian buatlah uraian singkat dengan menggunakan konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar! a. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengembangan ilmu bidang Kimia. b. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengetahuan. c. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa teknologi. d. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa seni. 4. a. Jelaskan pengertian diksi dan berikan contoh pemakaiannya dalam kalimat, sesuai dengan pemahaman kamu! b. Buatlah sebuah paragraf/tulisan yang menggunakan majas (figure of speech) dan idiom! 5. Telitilah kesalahan atau kejanggalan dalam kalimat-kalimat di bawah ini dan selanjutnya perbaiki menjadi struktur kalimat yang benar!

a. Berita mana telah saya dengar menyatakan bahwa dia sudah melarikan diri. b. Acara selanjutnya ialah sambutan dari wakil mahasiswa, Waktu kami persilahkan. c. Bagi sekolah yang menerima murid baru harus menyetorkan uangnya kepada BNI 1946. d. Kepada siapa yang merasa tidak adil harap mengajukan protes. e. Kepada saudara-saudara saya ucapkan terima kasih atas perhatiannya. f. Kepada para pelamar diharapkan mendaftarkan diri. g. Pada tahun ini merupakan tahun terakhir masa dinasnya sebagai pegawai negeri. h. Rumah yang mana dahulu pernah saya tinggali baru-baru ini dibongkar oleh petugas yang berwajib.

Essay Tipe B: Perbaikilah pungtuasi dan ejaan penulisan huruf dan penulisan kata menjadi EYD yang baik dan benar) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini! Paragraf Pertama: ternyata bahwa semua mahasiswa daerah I berasal dari bogor dan sekitarnya tahun ijazahnya ialah 1976 b dari daerah II 7 orang mahasiswa memiliki ijazah 1975 dan 16 orang berasal dari kota-kota universitas seperti jakarta bandung yogya dan surabaya c mahasiswa dari daerah III berasal dari yogya dengan tahun ijazah 1975 di daerah V dan VI selain terdapat mahasiswa dengan rapor SMA yang baik juga terdapat mahasiswa dari sekolah-sekolah kejuruan yang disitu dianggap sebagai pelajaran yang berprestasi baik mahasiswa yang termasuk di daerah VII juga berasal dari sekolah kejuruan (Andi Hakim Nasoetion). Paragraf Kedua: Bioteknologi secara umum dapat dibedakan menjadi bioteknologi konvensional (tradisional) dan bioteknologi modern. Dalam bioteknologi konvensional, biasanya dilakukan secara sederhana, tidak diproduksi secara besar, dan tidak menggunakan prinsip ilmiah. Contoh produk bioteknologi konvensional yang telah lama ada antara lain: tempe, oncom, tape, tuak, dan kecap. Dalam bioteknologi konvensional biasanya hanya menggunakan mikroorganisme seperti bakteri

dan jamur dan diproduksi dalam jumlah kecil. Sedangkan bioteknologi modern biasanya dilakukan dengan peralatan canggih, diproduksi secara besar dan menggunakan prinsip ilmiah. (Bioteknologi). Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan dalam uraian jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok. Soal UTS Kunto UniLak Wednesday, December 08, 2010 10:41 PM Soal Ujian Tengah Semester (UTS) Mata Kuliah : Keterampilan Menyimak Kode Mata Kuliah: MKB 162 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Bahasa Indonesia (S1) Fakultas/Universitas : STKIP Pelita Bangsa Kelas Khusus Kunto Darussalam UniLak Riau. Tahun Akademik : 2010-2011 Semester: I Bobot : 2 Sks Dosen: Eka Rihan K., S. Pd., M. Pd.

1. Jelaskan hubungan keterampilan menyimak dan berbicara berdasarkan pernyataan berikut ini! a. Ujaran (speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi); oleh karena itu, model atau contoh yang disimak serta direkam oleh sang anak sangat penting dalam penguasaan serta kecakapan berbicara.

b. Bunyi suara merupakan suatu faktor penting dalam peningkatan cara pemakaian kata-kata sang anak; oleh karena itu maka sang anak akan tertolong kalau dia mendengar serta menyimak ujaran-ujaran yang baik dan benar dari para guru, rekaman-rekaman yang bermutu, cerita-cerita yang bernilai tinggi, dan lain-lain. 2. Jelaskan 4 langkah pembelajaran menyimak jika dihubungkan dengan proses pembelajaran mendengarkan pembacaan puisi siswa di kelas! 3. Jelaskan batasan dan pengertian menyimak! 4. Adakah persamaan antara 9 tahapan menyimak menurut Strickland dan Anderson? Jelaskan jika ada! 5. Jelaskan tujuan menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide! 6. Dalam hal menyimak seperti apakah menyimak ekstensif dan menyimak intensif dapat digunakan? Berikan contoh! 7. Jelaskan 5 tahap dalam proses kemampuan menyimak Siswa Kelas V dan Kelas VI (9.5 - 12 tahun)! 8. Apa upaya Anda untuk menjadi penyimak tepat guna apabila Anda sedang berada pada suasana menyimak yang bersifat defensif dalam menyimak berita di televisi? 9. Mengapa anggapan bahwa mendengar dan menyimak itu sama saja dapat menimbulkan kesalahpahaman? Jelaskan! 10. Jelaskan cara mengatasi kebiasaan jelek dalam menyimak lompat tiga!

Selamat bekerja dan Semoga Sukses Bab II Kajian Pustaka Wednesday, December 08, 2010 10:35 PM BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Keterampilan Menulis Makalah Menulis sebagai suatu komponen keterampilan berbahasa membutuhkan keahlian dari seseorang dalam menggunakan bentuk bahasa tulis untuk komunikasi, seperti yang diperlukan oleh calon guru madrasah ibtidaiyah. Keraf (1997:48) mengemukakan bahwa keterampilan menulis sebagai salah satu kegiatan membentuk sintaksis sebagai pengetahuan dasar kebahasaan ditambah dengan beberapa kemampuan menalar pengetahuan yang baik tentang garapannya. Selanjutnya Halim (1974:49) menambahkan bahwa keterampilan menulis adalah keterampilan mengorganisasikan unsur-unsur sebagai berikut: (a) isi karangan, (b) bentuk karangan, (c) tata bahasa, (d) gaya atau pilihan struktur kosa kata, (e) penerapan ejaan dan penggunaan tanda baca serta (f) kemampuan perencanaan dan evaluasi tulisan. Pemaparan Halim mengenai keterampilan menulis tidak jauh berbeda dengan Syafei, yang juga menyinggung kemampuan perencanaan dan evaluasi tulisan. Syafei (1988:19) memaparkan bahwa menulis adalah (a) keterampilan menemukan masalah yang ditulis, (b) kepekaan terhadap kondisi, (c) keterampilan merencanakan tulisan, baik keterampilan memulai, melaksanakan penulisan, maupun tindak lanjut setelah karangan selesai, dan (d) keterampilan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Lain halnya dengan Tarigan dan Semi yang menyatakan menulis itu berkaitan dengan suatu proses memerankan lambang bahasa yang dapat dipahami orang lain. Tarigan (1994:21) menyatakan menulis sebagai suatu proses dalam memerankan atau melukiskan lambanglambang atau grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dapat dipahami orang lain. Semi (1990:80) mengungkapkan, menulis merupakan perpindahan pikiran atau perasaan ke dalam bentuk lambang-lambang bahasa. Dengan kata lain, menulis adalah menyampaikan pikiran dan perasaan dalam bentuk bahasa tulis dengan menggunakan lambang. Pada dasarnya, pernyataan Semi dan pernyataan Gie terdapat kemiripan mengenai menulis merupakan ungkapan lambang bahasa dalam bentuk buah pikiran bahasa tulis yang dapat dimengerti dan dipahami orang lain. Gie (2002:90) menyimpulkan bahwa menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan buah pikirannya melalui bahasa tulis untuk dibaca dan dimengerti oleh orang lain. Buah pikiran itu dapat berupa pengalaman, pendapat, pengetahuan, keinginan, perasaan sampai gejolak kalbu seseorang. Buah pikiran itu dapat dipaparkan dalam bentuk makalah ilmiah. Djuharie (2005:68) memaparkan bahwa menulis makalah ilmiah adalah suatu bentuk kegiatan karya tulis ilmiah mengenai suatu topik tertentu yang tercakup dalam ruang lingkup suatu perkuliahan dan merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan suatu perkuliahan. Kegiatan penelitian, pengembangan dan evaluasi disebut sebagai kegiatan ilmiah apabila yang dipermasalahkan berada pada kawasan ilmu dan menggunakan metode berpikir ilmiah dalam pengkajiannya. Karya tulis ilmiah, menurut Aqib (2004:14) memiliki ciri khas yaitu: kebenarannya, metode kajiannya, dan tata cara penulisannya bersifat keilmuan. Format penulisan

ilmiah beragam mulai dari laporan ilmiah yang berbentuk buku atau artikel sampai dengan gagasan yang ditulis melalui media massa. Tidak semua karya tulis itu merupakan karya tulis ilmiah (ilmiah artinya mempunyai sifat keilmuan). Suatu karya tulis, apakah itu berbentuk laporan, makalah, buku maupun terjemahan, baru dapat disebut karya tulis ilmiah apabila sedikitnya memiliki tiga syarat menurut Aqib (2004:14), yaitu: (1) isi kajiannya pada lingkup pengetahuan ilmiah, (2) langkah pengerjaannya dijiwai atau menggunakan metode ilmiah (metode berpikir ilmiah), (3) sosok tampilannya sesuai dan telah memenuhi persyaratan sebagai suatu sosok tulisan keilmuan. Dari beberapa uraian tersebut jelas bahwa keterampilan menulis makalah merupakan keterampilan seseorang mengungkapkan ide dan gagasan dalam bentuk tulisan ilmiah yang membahas dan menyelesaikan masalah pada suatu topik tertentu dalam ruang lingkup suatu perkuliahan dengan memperhatikan syarat, ciri dan struktur karya ilmiah dengan memperhatikan aspek-aspek karangan seperti isi, bentuk, tata bahasa, gaya bahasa, struktur, pilihan kata dan kosakata. Selain itu menulis dan belajar merupakan suatu proses terpadu yang menjelaskan, menemukan, menciptakan dan menghubungkan interaksi kata dengan gagasannya, dengan memerhatikan isi karangan, tata bahasa dan gaya bahasa. Makalah merupakan karya ilmiah tetapi lebih khusus bila dibandingkan dengan karya tulis lainnya. Makalah lebih difokuskan pada karya tulis yang dibacakan di muka umum seperti dalam bentuk diskusi kelas, diskusi kelompok, seminar atau lokakarya (Anwar Hasnun dalam Komaidi, 2007:153). Selanjutnya, Komaidi (2007:153) memaparkan bahwa dikalangan pelajar sesuai tingkat pemikiran mereka, guru mata pelajaran atau dosen mata kuliah tertentu biasanya menugaskan siswa (mahasiswa) untuk menulis makalah yang membahas topik tertentu sesuai materi yang sedang dipelajari. Anwar Hasnun dalam Komaidi (2007:154) memaparkan bahwa ciri makalah ilmiah memenuhi unsur logis, obyektif, sistematis, jelas, dan kebenarannya dapat diuji. Menurut Djuharie (2005:68), suatu makalah ilmiah memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) merupakan hasil kajian literatur dan atau laporan pelaksanaan suatu kegiatan lapangan sesuai dengan cakupan permasalahan suatu perkuliahan (2) mendemonstrasikan pemahaman mahasiswa tentang permasalahan teoritik yang dikaji atau kemampuan mahasiswa dalam menerapkan suatu prosedur, prinsip, atau teori yang berhubungan dengan perkuliahan, (3) menunjukkan kemampuan terhadap isi dari berbagai sumber yang digunakan, (4) mendemonstrasikan kemampuan meramu berbagai sumber informasi dalam satu kesatuan sintesis yang utuh. Ada dua jenis makalah yang berlaku di perguruan tinggi menurut Djuharie (2005:68-69), yaitu: makalah biasa (ordinary paper) dan makalah posisi (position paper). Makalah biasa dibuat mahasiswa untuk menunjukkan pemahamannya terhadap permasalahan yang dibahas. Dalam makalah ini secara deskriptif, mahasiswa diperkenankan mengemukakan berbagai aliran atau pandangan yang ada tentang masalah yang dikaji. Ia juga boleh memberikan pendapat baik berupa kritik atau saran mengenai aliran atau pendapat yang dikemukakan. Tetapi dia tidak perlu

memihak salah satu aliran atau pendapat tersebut. Dengan demikian dia tidak perlu berargumentasi mempertahankan pendapat tersebut. Sedangkan pada makalah posisi mahasiswa diminta tidak hanya menujukkan penguasaan pengetahuan tertentu tapi juga dipersyaratkan untuk menunjukkan di pihak mana ia berdiri. Makalah yang digunakan dalam penelitian ini lebih bersifat informatif dan merupakan makalah biasa (Ordinary Paper). Jenis makalah ini akan melalui tahap penilaian dari segi isi dan penulisan. Frick (2008:51) memaparkan beberapa komponen yang dapat digunakan dalam penilaian makalah ilmiah sebagai berikut: Tabel 1. Penilaian Makalah Ilmiah Penilaian Makalah Ilmiah Nilai Bobot Nilai Akhir Keilmuan (mutu, substansi) 10% Cara Pemecahan/ penyelesaian persoalan 10% Inovasi (metode dan fakta) 15% Penerapan (penyelenggaraan transfer) 15% Kelengkapan (perhatian pada keutuhan) 10% Pertimbangan terhadap literatur yang ada 10% Struktur dan penggunaan istilah 5% Kesimpulan yang tepat 10% Susunan (gambar, tabel dan teks) 5% Bahasa (tata bahasa dan gaya bahasa) 10% Penilaian Total 100%

Berdasarkan pemaparan karakteristik, jenis, dan komponen penilaian makalah ilmiah, dapat disimpulkan bahwa karakteristik makalah ilmiah dalam perkuliahan meliputi hasil kajian literatur dan kegiatan lapangan sesuai dengan cakupan permasalahan suatu perkuliahan dan menerapkan suatu teori yang berhubungan dengan perkuliahan dan mendemonstrasikan kemampuan meramu berbagai sumber informasi dalam satu kesatuan sintaksis yang utuh dalam bentuk penulisan makalah ilmiah yang baik dan benar sehingga yang terdapat dalam makalah tersebut dapat diberi penilaian. Komponen penilaian makalah ilmiah yang dikutip dari Frick (2008:51) dimodifikasi kembali sesuai kebutuhan penelitian dalam perkuliahan. Komponen makalah ilmiah untuk keperluan penugasan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Penilaian Makalah Ilmiah untuk Keperluan Penugasan Penilaian Makalah Ilmiah Nilai Bobot Nilai Akhir Keilmuan (mutu, substansi) 20% Cara Pemecahan/ penyelesaian persoalan 20% Pertimbangan terhadap literatur yang ada 20% Kesimpulan yang tepat 20% Bahasa (tata bahasa dan gaya bahasa) 20% Penilaian Total 100%

Modifikasi penilaian makalah ilmiah tersebut dijadikan sebagai indikator penilaian tes unjuk kerja menulis makalah. Hal tersebut berdasarkan karakteristik makalah ilmiah dalam perkuliahan meliputi hasil kajian literatur dan kegiatan lapangan sesuai dengan cakupan permasalahan suatu perkuliahan dan menerapkan suatu teori yang berhubungan dengan perkuliahan. Teori tersebut menggambarkan kemampuan meramu berbagai sumber informasi dalam satu kesatuan sintaksis yang utuh dalam bentuk penulisan makalah ilmiah yang baik dan benar, maka yang terdapat dalam makalah tersebut dapat diberi penilaian. Aspek keilmuan dalam penilaian makalah meliputi metode yang digunakan, pendekatan ilmiah, tujuan dan maksud yang terkandung dalam makalah tersebut. Aspek cara pemecahan/penyelesaian persoalan dalam makalah meliputi unsur makalah yang dikerjakan menunjukkan penemuan baru, yang berbeda dari yang sudah ada, atau jika sudah dikenal sebelumnya, digunakan gagasan metode atau hubungan yang baru. Aspek pertimbangan terhadap literatur yang ada berkaitan dengan kelengkapan unsur yang terdapat dalam makalah tersebut dan memerhatikan literatur yang relevan dan bersangkutan. Aspek kesimpulan yang tepat meliputi aspek pembuktian dapat ditinjau ulang dari penilaian hasil penelitian. Sedangkan aspek bahasa meliputi gaya bahasa (perasaan bahasa, singkat, dan padat), memerhatikan aturan bahasa (penggunaan istilah yang tepat), tata bahasa dan ortografi. Kelima aspek tersebut akan menjadi indikator dalam penilaian tes unjuk kerja pembuatan makalah dengan metode kooperatif tipe Jigsaw pada penelitian ini. 2. Mata Kuliah Pengembangan Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia 1 Mata kuliah Pengembangan Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia 1 (PMPBI 1) jenjang sekolah dasar (SD) atau madrasah ibtidaiyah (MI) merupakan pembelajaran yang paling utama, terutama di SD kelas rendah (kelas I dan II). Melalui mata kuliah ini, calon guru dapat mengaplikasikan

ilmunya pada jenjang madrasah ibtidaiyah atau jenjang sekolah dasar ketika mereka telah memenuhi syarat menjadi seorang guru, dengan cara mengaplikasikan materi pembelajaran bahasa yang dipelajari pada mata kuliah PMPBI 1. Mahasiswa dapat menimba ilmu pengetahuan, teknologi, seni, serta informasi yang ditularkan saat dia akan menjadi pendidik. Proses tersebut terjadi sejak awal belajar di sekolah. Mencermati hal itu, maka calon guru sebagai pelaksana dan pengelola pembelajaran di sekolah, dituntut untuk dapat merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi aspek-aspek yang tercakup dalam aspek pembelajaran bahasa Indonesia. Santosa (2006:106) memaparkan bahwa untuk mencapai kompetensi hasil belajar Bahasa Indonesia dalam kurikulum telah dirumuskan secara nasional, maka pembelajaran Bahasa Indonesia dikembangkan melalui empat aspek keterampilan utama Bahasa Indonesia. Keterampilan tersebut meliputi menyimak, berbicara, membaca dan menulis dan dua aspek keterampilan penunjang yakni kebahasaan dan apesiasi bahasa dan sastra Indonesia, yang dalam pelaksanaannya, aspek-aspek itu dijadikan fokus dalam setiap pertemuan. Pembelajaran bahasa Indonesia di SD/MI yang dirancang calon guru atau guru itu sendiri, perlu dicermati betul fungsi dari keempat aspek utama dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, karena melalui keempat aspek keterampilan bahasa tersebut, seseorang dapat menyerap semua informasi (reseptif) dan seterusnya seseorang dapat menyampaikan hasil pikiran, ide-ide, penalaran produktif kepada orang lain melalui kemampuan berbicara secara lisan ataupun tertulis (melalui berbagai berbagai bentuk tulisan atau karya ilmiah). Kemampuan itu dapat dilakukan jika seseorang telah memiliki pengetahuan yang memadai tentang kebahasaan, kosakata yang cukup, serta didukung oleh sikap positif terhadap bahasa dan sastra. Pada dasarnya, keempat aspek keterampilan bahasa tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan ditunjang oleh dua aspek lainnya. Hal tersebut dapat dilihat dari hubungan berikut, mula-mula seseorang belajar bahasa dengan menyimak bahasa yang didengarnya dari lingkungan, kemudian berbicara. Sesudah itu, melalui pendidikan formal, seseorang baru belajar membaca dan menulis. Berarti bahasa seseorang mencerminkan pikirannya, dan keterampilan berbahasa diperoleh melalui praktik atau latihan, yang berarti juga melatih keterampilan berpikir. (Dawson et.al 1981 dalam Tarigan 1984 dalam Santosa, 2006:107). Selain itu, Santosa (2006:110) juga memaparkan bahwa pembelajaran kebahasaan di SD sebenarnya belum diberikan secara khusus, seperti di SLTP, tetapi disajikan melalui konteks yang termasuk kebahasaan. Maksudnya, kebahasaan dapat disajikan melalui aspek membaca, pengucapan lafal yang benar, intonasi kalimat, dan lain-lain melalui aspek menulis, penggunaan imbuhan dalam kalimat, paragraf, penulisan ejaan yang benar, seperti yang dipelajari pada mata kuliah PMPBI 1 yang disajikan dalam bentuk makalah. Melalui mata kuliah PMPBI 1, calon guru sebagai pengajar dan pendidik akan melalui tahap pembelajaran pengembangan materi empat aspek keterampilan berbahasa (menyimak, membaca, menulis dan berbicara) dalam bentuk makalah. Keterampilan menulis makalah sangat diperlukan oleh calon guru dalam proses pembelajaran mata kuliah PMPBI 1 di Jurusan PGMI Fakultas

Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau. Penilaian keterampilan menulis makalah dalam mata kuliah PMPBI 1 tersebut berkaitan dengan aspek yang dikemukakan Frick (2008:51) meliputi: keilmuan (mutu, substansi), cara pemecahan/ penyelesaian persoalan, pertimbangan terhadap literatur yang ada, kesimpulan yang tepat, bahasa (tata bahasa dan gaya bahasa), eyd. 3. Teknik Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw sebagai Metode Pembelajaran dalam Menulis Makalah pada Mata Kuliah PMPBI 1

Penelitian dalam kelas terhadap pengaruh pencapaian prestasi pembelajaran kooperatif, menurut Slavin (2009:41) terdapat dasar teoretis yang kuat untuk memprediksi bahwa metode-metode pembelajaran kooperatif yang menggunakan tujuan kelompok dan tangung jawab individual akan meningkatkan pencapaian prestasi peserta didik. Walaupun demikian, sangat penting untuk melakukan penilaian metode-metode kooperatif ini langsung di dalam kelas pada saat periode realistis pengajaran berlangsung. Hal tersebut dilakukan untuk menentukan apakah memang memberikan pengaruh pada ukuran pencapaian prestasi mahasiswa. Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan tidak beraturan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif. Roger dan David Johnson dalam Lie (2008:31) memaparkan bahwa tidak semua kerja kelompok dapat dianggap cooperative learning dan untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan, antara lain: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antaranggota, evaluasi proses kelompok. Teknik Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Aronson et.al. sebagai metode Cooperative Learning. Lie (2008:69) memaparkan bahwa teknik ini bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan ataupun berbicara. Sedangkan Slavin (1996:122) menyatakan bahwa The instructional raw material for Jigsaw should usually be a chapter, story, biography or similar narrative or descriptive material. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Dalam teknik ini, pengajar memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman mahasiswa dan membantu mahasiswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan keterampilan menulis. Dalam teknik ini terdapat kelompok ahli dan kelompok asal yang dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1 Metode Kooperatif Tipe Jigsaw Sumber: (http:// imronfauzi.wordpress.com, diakses 29 Mei 2009).

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Dalam kaitannya dengan kegiatan menulis, teknik pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw digunakan untuk tujuan peningkatan keterampilan menulis makalah - pada mata kuliah PMPBI 1.

a. Kebermaknaan Proses Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Peningkatan Keterampilan Pembelajaran Menulis Makalah pada Mata Kuliah PMPBI 1

Kebermaknaan proses pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam menulis makalah terletak pada pembahasan bahan ajar unsur-unsur makalah. Unsur-unsur makalah yang terdiri dari unsur berbentuk bab atau bagian, seperti bab pendahuluan, pembahasan, simpulan dan saran, serta penulisan daftar pustaka dipahami melalui proses pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Slavin (1994:63) yang mengatakan bahwa bahan ajar untuk Jigsaw biasanya merupakan sebuah bab, cerita, biografi, dan bahan deskriptif lainnya. Proses pembelajaran menulis makalah ini didahului dengan pematangan mahasiswa dalam memahami konsep unsur-unsur bab pendahuluan, pembahasan, simpulan dan saran, serta daftar pustaka yang terdapat dalam makalah pada mata kuliah PMPBI 1. Proses pemahaman dan pematangan konsep unsur-unsur yang terdapat dalam makalah tersebut dilakukan dengan menggunakan langkah pembelajaran metode diskusi kelompok ahli dan kelompok asal, sesuai dengan langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Hal itu sejalan dengan pernyataan Slavin (1994:63) yang memaparkan bahwa Jigsaw paling cocok diterapkan pada mata pelajaran ilmuilmu sosial, sastra, beberapa bagian sains, dan bidang studi lain yang tujuannya lebih menekankan konsep daripada keterampilan. Pada dasarnya pembelajaran menulis makalah pada mata kuliah PMPBI 1 ini didahului dengan pematangan mahasiswa Jurusan PGMI Semester IA Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau dalam memahami konsep unsurunsur bab yang terdapat dalam makalah dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Mahasiswa yang telah melalui tahap pembelajaran tersebut akan melalui tahap proses keterampilan menulis makalah pada mata kuliah PMPBI 1. Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konvensional yang menerapkan sistem kompetensi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1995: 122). Model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et.al (2000) dalam http.imronfauzi.wordpress.com. diakses 29 Mei 2009), yaitu: 1. Hasil belajar akademik Dalam belajar kooperatif, meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. 2. Penerimaan terhadap perbedaan individu Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa atau mahasiswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. 3. Pengembangan Keterampilan Sosial Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Kooperatif Tipe Jigsaw Pelaksanaan pembelajaran di sekolah dan perguruan tinggi, tidaklah selalu berjalan dengan mulus meskipun rencana telah dirancang sedemikian rupa. Begitu juga halnya dengan metode kooperatif tipe Jigsaw. Metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya di kelas. Jigsaw dapat digunakan apabila bahan yang dipelajari berbentuk naratif tertulis. Jigsaw paling sesuai diterapkan pada mata pelajaran ilmu sosial, sastra, beberapa bagian sains, dan bidang studi lain yang tujuannya lebih menekankan konsep daripada keterampilan. Bahan ajar untuk Jigsaw ini biasanya merupakan bab, cerita, biografi, dan bahan deskriptif lainnya (Slavin, 1994:63). Dalam Jigsaw ini, mahasiswa bekerja dalam tim-tim heterogen seperti pada STAD dan TGT. Mahasiswa ditugasi mempelajari bab atau bahan-bahan untuk dibaca, dan diberikan Lembar

ahli yang berisi topik yang berbeda untuk anggota setiap tim agar pada saat membaca dapat memfokus pada topik tersebut. Apabila setiap orang telah selesai membaca, mahasiswa dari tim berbeda dengan topik yang sama bertemu dalam sebuah kelompok ahli untuk membahas topik mereka. Para ahli ini kemudian kembali ke tim asal mereka untuk mengajar teman satu timnya tentang topik-topik keahlian mereka. Akhirnya mahasiswa diberi kuis tentang seluruh topik, dan skor kuis tersebut menjadi skor tim. Skor-skor yang disumbangkan oleh mahasiswa pada tim mereka didasarkan pada sistem skor perbaikan individual, dan mahasiswa pada tim dengan skor tinggi dapat diberi sertifikat atau nama-nama mereka diumumkan pada papan buletin. Dengan cara ini diharapkan mahasiswa termotivasi untuk belajar bahan ajar tersebut dengan baik. Kunci keberhasilan Jigsaw adalah saling ketergantungan, yaitu setiap mahasiswa bergantung kepada anggota timnya untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkannya agar dapat mengerjakan kuis atau tes unjuk kerja dengan baik. Hal-hal yang dijelaskan tersebut dapat dikategorikan sebagai kelebihan metode kooperatif tipe Jigsaw. Kekurangan metode kooperatif tipe Jigsaw terletak pada masalah-masalah yang terjadi pada presentasi tim kelompok ahli atau kelompok asal. Presentasi tim dalam Jigsaw begitu terstruktur sehingga biasanya hanya terjadi masalah kecil, seperti tidak cukupnya waktu yang digunakan dalam presentasi, kecuali mereka mendapat pembatasan waktu yang ketat untuk setiap presentasi sehingga mereka tidak merasa kekurangan waktu. Selain itu, kelompok-kelompok ahli jauh kurang terstruktur, jadi cenderung lebih mengundang masalah. Apabila mahasiswa tampak tidak menggunakan waktu yang disediakan untuk diskusi kelompok ahli dengan baik, solusi umumnya adalah memberlakukan mekanisme yang lebih terstruktur. Beberapa tenaga pengajar menyediakan sejumlah topik diskusi untuk kelompok ahli dan meminta pemimpin kelompok ahli tersebut untuk menghimbau mahasiswa agar berperan serta dalam tiap diskusi. Cara lain agar membuat kelompok-kelompok ahli lebih efektif adalah meminta asisten atau mahasiswa yang lebih dewasa bertindak sebagai pemimpin diskusi. Ketidakhadiran merupakan suatu masalah khusus dalam Jigsaw karena kehadiran lengkap sangat penting agar setiap tim memiliki seorang pakar untuk setiap topik. Satu cara untuk mengatasi ketidakhadiran yang serius adalah membuat tim enam-anggota dan meminta mahasiswa bekerja pada tiap tiga topik secara berpasangan. Solusi lain adalah membuat bacaan sangat singkat, sehingga mahasiswa dapat membaca bahan topik dengan tuntas, mendiskusikan topik-topik dalam kelompok ahlinya dan mengerjakan kuisnya seluruhnya dalam periode kelas yang sama. Akhirnya, untuk dapat mengurangi banyak topik untuk tim empat atau lima orang, usahakan agar ada paling sedikit tiga siswa hadir untuk mengambil topik-topik tersebut. Beberapa uraian tersebut merupakan beberapa kekurangan metode kooperatif tipe Jigsaw.

B. Penelitian yang Relevan

Nini Sumarlin (2008) melakukan penelitian dengan judul Peningkatan Pertisipasi dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia melalui Teknik Kooperatif Model Jigsaw di SMPN I Kubung Kabupaten Solok. Dalam hasil penelitiannya ditemukan bahwa penggunaan teknik kooperatif model Jigsaw dapat meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa. Hasil penelitian yang sama, juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Desiwarni (2004) dengan judul Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, dalam penelitiannya ditemukan bahwa penggunaan teknik kooperatif tipe Jigsaw dapat memengaruhi efektivitas pembelajaran ilmu pengetahuan sosial. Penelitian ini berbeda dengan penelitian Nini Sumarlin dan Desiwarni. Perbedaannya terletak pada fokus peneltian. Penelitian ini memfokuskan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk pembelajaran menulis makalah ilmiah, sedangkan pada penelitian Nini Sumarlin menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai penelitian tindakan kelas untuk melihat efektivitas pembelajaran, partisipasi dan hasil belajar bahasa dan sastra Indonesia. Kemudian Yusmerita (2005) mencoba menerapkan Kooperatif Tipe Jigsaw di Jurusan KK FT UNP untuk melihat peningkatan hasil belajar mahasiswa pada Mata Kuliah Desain Busana I. Selain dilakukan di sekolah, penelitian tindakan kelas juga dilakukan beberapa peneliti di perguruan tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa. Penelitian tersebut antara lain berjudul (1) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berbantuan Reviu Pokok Bahasan untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Mahasiswa dalam Matakuliah Teknologi Air dan Pengolahan Limbah Industri oleh I Nyoman Gunamanta dan I Nyoman Sukarta, Jurusan Analisis Kimia tahun 2006 Lemlit IKIP Negeri Singaraja, (2) Pembelajaran Kooperatif Jigsaw II Metode untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Mahasiswa Jurusan Matematika Universitas Negeri Surabaya oleh Scolastica Mariani tahun 2008, (3) Peningkatan Kualitas Pembelajaran Kimia Dasar I Pokok Bahasan Kesetimbangan Kimia dengan Pendekatan Konstruktivisme Model Kooperatif Tipe Jigsaw II di Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya oleh Titik Taufiqqurrahman tahun 2008, (4) Meningkatkan Kerja Ilmiah dan Pemahaman Mahasiswa Pendidikan Kimia tentang Teknokimia melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw oleh Purnamaningsih tahun 2007, (5) Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Mahasiswa PGSD dengan Model Kooperatif Tipe Jigsaw oleh Mursal Dalais tahun 2009 pada Program Pascasarjana UNP. Penelitian yang dilakukan ini berbeda dengan beberapa penelitian yang telah dirincikan sebelumnya. Perbedaannya terletak pada masalah, fokus, dan objek penelitian, namun metode yang digunakan sebagai pemecahan masalah memiliki persamaan, yaitu menerapkan metode kooperatif tipe Jigsaw. Penelitian ini memfokuskan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan pembelajaran menulis makalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Suska Riau pada mata kuliah pengembangan materi pembelajaran bahasa Indonesia 1. C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian. Bagian tersebut meliputi masalah, pemecahan masalah dan hasil yang diharapkan. Masalah dalam penelitian ini meliputi keterampilan menulis makalah dan pemahaman unsur yang terdapat dalam makalah mahasiswa Jurusan PGMI Semester IA Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Suska Riau dalam pembelajaran menulis makalah masih rendah. Pemecahan masalah diperlukan untuk mengatasi hal tersebut, yaitu dengan menerapkan teknik kooperatif tipe Jigsaw. Penerapan metode kooperatif tipe Jigsaw yang terdiri dari indikator: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antaranggota, dan evaluasi proses kelompok, diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menulis makalah mahasiswa PGMI semester IA Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Suska Riau melalui indikator penilaian makalah meliputi unsur keilmuan (mutu, substansi), cara pemecahan atau penyelesaian persoalan, pertimbangan terhadap literatur yang ada dan penulisan daftar pustaka, kesimpulan yang tepat, bahasa (tata bahasa dan gaya bahasa), eyd. Secara jelas, kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut.

Bagan 2 Kerangka Konseptual Penelitian Pembelajaran Menulis Makalah dengan menggunakan Metode Kooperatif Tipe Jigsaw

D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan tujuan penelitian yang dijelaskan pada Bab I kemudian dikaitkan dengan kajian pustaka, maka hipotesis tindakan yang diajukan adalah sebagai berikut: 1. Metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan keterampilan menulis makalah mahasiswa Jurusan PGMI Kelas IA Semester Juli-Desember 2009 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau pada mata kuliah PMPBI 1.

2. Faktor-faktor yang terdapat dalam metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat memengaruhi perubahan atau peningkatan keterampilan menulis makalah pada mata kuliah PMPBI 1 untuk mahasiswa Jurusan PGMI Kelas IA Semester Juli-Desember 2009 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau. Tuesday, November 16, 2010 10:19 PM BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan berkaitan dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan minat diskusi kelompok dan keterampilan menulis makalah untuk keperluan penugasan mata kuliah PMPBI 1 pada mahasiswa Jurusan PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Suska Riau. Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan bagian dari penelitian tindakan (action research) yang bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran di kelas. PTK ini juga dapat dilakukan oleh dosen yang bertugas di perguruan tinggi terikat kepada Tridarma Perguruan Tinggi, yang mencakup pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Penelitian tindakan menurut Madya (2007:11) ditujukan untuk melakukan perubahan pada semua diri pesertanya dan perubahan situasi tempat penelitian dilakukan guna mencapai perbaikan praktik secara inkremental dan berkelanjutan, sedangkan Arikunto (2008:3) menyimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan bagian dari penelitian tindakan (action research). PTK melibatkan proses di mana melalui proses ini, dosen dan mahasiswa menginginkan terjadinya perbaikan, peningkatan, dan perubahan pembelajaran yang lebih baik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Menurut T. Raka Joni (1998) dalam Soedarsono (2001:2), PTK merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta untuk memperbaiki kondisi di mana praktik pembelajaran tersebut dilakukan. Pernyataan Madya (2007:11) mengenai PTK, tidak jauh berbeda dengan pernyataan T. Raka Joni dalam Soedarsono (2001:2), yakni memiliki kesamaan dalam hal ingin mencapai perbaikan atau memperbaiki kondisi praktik pembelajaran. Berbeda halnya dengan pernyataan mereka, Wiriaatmadja (2008:13) mengemukakan secara ringkas bahwa penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri, sehingga mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajaran mereka dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. PTK sebagai perbaikan proses

pembelajaran, juga diungkap oleh Zainil dan pernyataan dari Depdiknas mengenai tahapan PTK untuk memperbaiki proses pembelajaran. Zainil (2008:1) mengemukakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) adalah penelitian yang dilakukan di kelas untuk memperbaiki proses pembelajaran oleh guru sebagai peneliti yang dibantu oleh kolaburator. Tahapan dalam penelitian tindakan kelas dimaksudkan agar guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya (Depdiknas, 2003:5). Berdasarkan beberapa uraian mengenai PTK tersebut, maka penelitian ini dimaksudkan untuk memecahkan masalah praktis yang dihadapi sendiri guna memperbaiki kinerja sendiri. Sejalan dengan hal tersebut, penelitian tindakan ini adalah pengkajian terhadap permasalahan dengan ruang lingkup yang tidak terlalu luas yang berkaitan dengan keterampilan menulis makalah dan minat diskusi kelompok dalam mata kuliah PMPBI 1. B. Rancangan Penelitian Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan proses pengkajian melalui prosedur berdaur. Menurut para ahli secara garis besar terdapat empat tahapan yang dilalui untuk satu siklus, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi. Satu siklus mulai dari tahap perencanaan sampai refleksi merupakan evaluasi terhadap satu kegiatan. Jadi, bentuk penelitian tindakan tidak pernah merupakan kegiatan tunggal, tetapi suatu rangkaian kegiatan yang akan kembali ke asal, yaitu dalam bentuk siklus. Setelah selesai satu siklus, apabila peneliti masih menemukan masalah yang belum tuntas, dilanjutkan dengan siklus kedua, dengan langkah yang sama pada siklus pertama. Penelitian akan berakhir bila peneliti sudah yakin adanya peningkatan sebagai keberhasilan dari upaya perbaikan kinerja berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. PTK merupakan sebuah penelitian bersifat kolaboratif. Peran kerjasama (kolaborasi) menurut Wiriaatmadja (2008:63), sangat menentukan keberhasilan PTK, terutama pada kegiatan mendiagnosis masalah, menyusun usulan, melaksanakan penelitian, melaksanakan tindakan, observasi, merekam data dan menyusun laporan akhir. Melihat pentingnya kolaborasi dalam PTK, maka penelitian ini juga dilakukan secara kolaborasi. PTK ini dilakukan empat tahap, yaitu perencanaan merupakan tahapan awal harus dilakukan. Tindakan merupakan penerapan dari rencana yang telah dibuat berupa penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada mata kuliah PMPBI 1. Pengamatan untuk melihat dan mendokumentasikan pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan, yang akan dicatat adalah proses dan tindakan, efek-efek tindakan dan hambatan-hambatan yang muncul. Refleksi meliputi kegiatan analisis, sintesis, penafsiran, menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi digunakan sebagai revisi terhadap perencanaan tindakan yang akan digunakan pada pertemuan selanjutnya. Penelitian tindakan kelas ini dimulai dengan orientasi untuk mengetahui peningkatan diskusi kelompok dan peningkatan keterampilan menulis makalah mahasiswa Jurusan PGMI IA

semester Juli Desember 2009 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau pada mata kuliah PMPBI 1, setelah itu dilanjutkan dengan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi seperti yang dimaksud siklus I. Selanjutnya setelah direfleksi maka dilanjutkan pada siklus II dengan memperbaiki perencanaan awal yang ditujukan untuk mengatasi masalah yang ada pada siklus I dan berlanjut seterusnya sampai terjadi peningkatan minat diskusi kelompok dan keterampilan menulis makalah ilmiah mahasiswa Jurusan PGMI IA Semster Juli Desember 2009 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau pada mata kuliah PMPBI 1. Alur penelitian ini digambarkan pada bagan berikut:

Belum

Bagan 3 Alur Penelitian Tindakan Pembelajaran Menulis Makalah dengan Metode Kooperatif Tipe Jigsaw

Diadaptasi dari Kemmis & Taggart (1988:14).

Tahap-tahap Penelitian 1. Studi Pendahuluan Peneliti melakukan studi pendahuluan terhadap pembelajaran menulis makalah pada mata kuliah PMPBI 1 Mahasiswa Jurusan PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau. Hal ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi dosen dan mahasiswa berkaitan dengan pembelajaran menulis makalah dan pendekatan yang digunakan. Kegiatan studi pendahuluan meliputi: tes kemampuan menulis makalah serta mewawancarai mahasiswa mengenai praktik pembelajaran menulis makalah yang sudah dilaksanakan selama ini. Hasil studi pendahuluan tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran menulis makalah belum dilaksanakan secara optimal. Dari hasil tes menulis makalah diperoleh fakta bahwa kemampuan mahasiswa dalam menulis makalah masih kurang memuaskan. Analisis terdahulu, hasil tes menulis makalah memperlihatkan hal-hal sebagai berikut (1) rendahnya pemahaman mahasiswa terhadap unsur yang terdapat dalam bagian pendahuluan, (2) rendahnya pemahaman unsur yang terdapat dalam daftar pustaka, (3) penulisan ejaan dan penggunaan tanda baca yang kurang tepat, sehingga makalah yang baik dan benar tidak dapat dipenuhi. Berikut dijelaskan satu per satu. Pertama, rendahnya pemahaman unsur yang terdapat dalam bagian pendahuluan, seperti latar belakang masalah tidak tergambar jelas dalam bagian pendahuluan. Selain itu, bagian pendahuluan tidak hanya mencakup latar belakang saja, tetapi harus diungkapkan alasan-alasan ilmiah mengapa penulis memilih topik itu, uraian betapa penting topik itu, serta pembatasan untuk mempersempit topik. Kegiatan memahami unsur-unsur bagian pendahuluan melalui metode kooperatif tipe Jigsaw dapat membantu mahasiswa menyusun bagian pendahuluan dalam makalah.

Kedua, mahasiswa kurang memahami unsur yang terdapat dalam daftar pustaka dan teknik penyusunannya sehingga makalah tidak berlandaskan teori yang kuat. Padahal dalam daftar pustaka yang baik sangat membantu dalam menyusun data, fakta dan landasan teori berpikir dalam menulis makalah. Kegiatan memahami unsur yang terdapat dalam daftar pustaka dengan metode kooperatif tipe Jigsaw dapat membantu mahasiswa untuk menyusunnya dengan baik dan benar. Ketiga, penulisan ejaan dan penggunaan tanda baca yang kurang tepat, sehingga makalah yang baik dan benar tidak dapat dipenuhi. Dari hasil wawancara diketahui bahwa dosen kurang efektif dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat serta dosen tidak membimbing mahasiswa dalam menulis makalah. Kenyataan dalam kelas, dosen hanya menugasi mahasiswa menulis makalah sesuai dengan pemahaman mereka masing-masing tanpa diarahkan pada kaidah dan teknik penulisan yang benar itu seperti apa. Dosen tidak memfokuskan mahasiswa kepada teknik penulisan makalah yang baik dan benar. Mahasiswa dibiarkan menulis makalah sesuai dengan pengalaman keseharian mereka. Padahal, menulis makalah yang baik memerlukan strategi dan model pembelajaran yang tepat. Ini dimaksudkan agar makalah yang ditulis mahasiswa mampu membuat mahasiswa kreatif dalam berpikir, baik dalam memunculkan gagasan, mengembangkan gagasan, menyajikan, dan menuliskannya sebagai hasil final sesuai kaidah penulisan makalah yang baik dan benar. Metode kooperatif tipe Jigsaw dapat membantu mahasiswa memetakan pikirannya dalam memunculkan gagasan serta mengembangkan gagasan pokok dalam menulis makalah. Dengan metode kooperatif tipe Jigsaw, dosen dapat memfokuskan pikiran mahasiswa kepada satu gagasan pokok. Gagasan pokok inilah yang berkembang menjadi cabang-cabang kemudian cabangcabang membentuk sub-subcabang. Kesemuanya itu membentuk suatu pikiran yang menunjang gagasan pokok. Dengan kata lain, makalah yang ditulis mahasiswa adalah makalah yang menunjang gagasan pokok, serta tidak lepas dari tema yang ingin disampaikan, sesuai dengan ejaan yang disempurnakan dan penggunaan tanda baca yang tepat. Berdasarkan hasil studi pendahuluan ini, dilakukan diskusi dengan kolaborator untuk melaksanakan tindakan dalam rangka meningkatkan kemampuan mahasiswa menulis makalah. Langkah berikutnya adalah pelaksanaan tindakan yang diawali dengan perencanaan tindakan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. 1. Perencanaan Tindakan Berdasarkan hasil studi pendahuluan tersebut, peneliti dan kolaborator secara kolaboratif menyusun rancangan tindakan, untuk memecahkan problem yang dijumpai dalam pembelajaran menulis makalah. Penelitian ini dilaksanakan hingga terjadinya peningkatan menulis makalah dengan motode kooperatif tipe Jigsaw. Pada bagian ini, dosen pengasuh mata kuliah atau peneliti mempersiapkan komponen-komponen sebagai berikut:

a. Dosen melaksanakan tes awal untuk melihat kemampuan dasar mahasiswa tentang menentukan sistematika dan unsur yang terdapat dalam makalah pada materi pembelajaran sistem semantik (makna kata). b. Dosen mempedomani silabus untuk membuat satuan acara perkuliahan tentang pembelajaran menentukan sistematika dan unsur yang terdapat dalam makalah pada materi pembelajaran sistem semantik (makna kata). c. Dosen menyiapkan media pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran menulis makalah untuk menentukan sistematika dan unsur yang terdapat dalam makalah pada materi pembelajaran sistem semantik (makna kata). d. Dosen menyusun rancangan penilaian Dari hasil kerja kelompok, nilai yang diperoleh mahasiswa dimasukkan ke dalam tabel berikut : Tabel 3 Aspek Penilaian Metode Kooperatif Tipe Jigsaw

No

Nama Aspek yang Dinilai

Skor

Nilai Saling Ketergantungan Positif Tanggung Jawab Perseorangan Tatap Muka Komunikasi Antar Anggota 12345123451234512345

1. 2. 3. 4. 5. 6. (Sumber: diadaptasi dari Slavin, 1995: 122)

Untuk lebih jelasnya tentang penilaian dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Aspek Penilaian Pada saat kerja kelompok, ada beberapa hal yang dinilai terhadap kegiatan yang dilakukan mahasiswa, diantaranya: (a) saling ketergantungan positif. Setiap anggota kelompok mempunyai tugas masing-masing yang menjadi tanggung jawabnya, tetapi secara keseluruhan menjadi tanggung jawab kelompok, sebab 1 anggota yang tidak selesai tugasnya atau terlambat dari waktu yang telah ditentukan akan memengaruhi kerja kelompok selanjutnya. Arti kata, 1 orang dari kelompok asal atau kelompok ahli yang belum menyelesaikan tugas dalam waktu yang telah ditentukan, berarti kelompok belum menyelesaikan tugas secara keseluruhan. Jadi aspek yang dinilai adalah kontribusi tugas setiap anggota terhadap kelancaran tugas kelompok, seperti ketepatan waktu dan tanggung jawab terhadap tugas, (b) tanggung jawab perseorangan, (c) tatap muka, (d) komunikasi antar anggota. 2. Skala Penilaian Penilaian disusun berdasarkan skala likert ( Sudjana, 2008:81). Setiap aspek penilaian diberi bobot nilai 1,2,3,4, dan 5 dengan ketentuan sebagai berikut: Penilaian secara individu yang dinilai adalah: a. Saling ketergantungan positif Nilai 1 = sangat lambat dalam menyelesaikan tugas Nilai 2 = lambat dalam menyelesaikan tugas Nilai 3 = cukup lambat dalam menyelesaikan tugas Nilai 4 = sedikit lambat dalam menyelesaikan tugas

Nilai 5 = tidak pernah lambat dalam menyelesaikan tugas (tepat waktu) b. Tanggung jawab perseorangan Nilai 1 = kurang sekali usaha untuk menyelesaikan tugas Nilai 2 = kurang usaha untuk menyelesaikan tugas Nilai 3 = cukup usaha untuk menyelesaikan tugas Nilai 4 = berusaha dalam menyelesaikan tugas Nilai 5 = berusaha dengan gigih dalam menyelesaikan tugas c. Tatap muka Nilai 1 = kurang sekali dalam menyumbangkan pikiran dalam berdiskusi Nilai 2 = kurang menyumbangkan pikiran dalam berdiskusi Nilai 3 = cukup menyumbangkan pikiran dalam berdiskusi Nilai 4 = banyak menyumbangkan pikiran dalam berdiskusi Nilai 5 = sangat banyak menyumbangkan pikiran dalam berdiskusi d. Komunikasi antar anggota Nilai 1 = kurang sekali berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman Nilai 2 = kurang berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman Nilai 3 = cukup berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman Nilai 4 = banyak berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman Nilai 5 = sangat banyak berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman Selanjutnya, perolehan nilai dirumuskan sebagai berikut: SP = Skor perolehan N = Nilai SM = Skor maksimal Untuk menentukan tingkat partisipasi siswa dalam diskusi mengenai unsur yang terdapat dalam makalah, dipergunakan konversi skala 10 sebagai berikut ini : Interval nilai Nilai ubahan skala 10 Kualifikasi

96-100 10 Sempurna 86-95 9 Baik sekali 76-85 8 Baik 66-75 7 Lebih dari cukup 56-65 6 Cukup 46-55 5 Hampir cukup 36-45 4 Kurang 26-35 3 Kurang sekali 10-25 2 Buruk 0-15 1 Buruk sekali Sumber: Nurgiyantoro (2000:32) Langkah-langkah yang dilakukan secara rinci dapat dilakukan sebagai berikut. Langkah pertama melakukan diskusi untuk menyamakan persepsi tentang metode kooperatif tipe Jigsaw yang akan diterapkan dalam pembelajaran menulis makalah. Kegiatan ini dilaksanakan pada Rabu, 18 November 2009. Langkah kedua menyusun rancangan tindakan berupa model satuan acara perkuliahan yang dilaksanakan pada Jumat dan Sabtu, 20 dan 21 November 2009. Satuan acara perkuliahan (SAP) disusun dengan memperhatikan hal berikut: (a) menetapkan indikator pembelajaran menulis makalah, (b) memilih dan menetapkan materi yang akan disajikan, (c) menyusun skenario pembelajaran menulis makalah, (d) memilih media pelajaran yang akan digunakan, dan (e) merencanakan penilaian pembelajaran menulis makalah. SAP dalam penelitian ini dirancang untuk dua siklus yang terdiri dari enam SAP. Setiap SAP dilaksanakan untuk satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2x50 menit. Penelitian ini direncanakan dalam dua siklus, maka pada siklus berikutnya dibuat tiga SAP untuk tiga kali pertemuan. SAP untuk siklus II dirancang dengan memperhatikan hasil refleksi dari tindakan siklus I. Satuan acara perkuliahan pada siklus II pada dasarnya sama dengan siklus I. Perevisian hanya terjadi pada tahap penambahan waktu. Pada siklus I waktu yang dipergunakan untuk satu kali pertemuan 2x50 menit. Siklus II untuk satu kali pertemuan ditambah menjadi 3x50 menit.

Langkah ketiga mempersiapkan instrumen penelitian berupa lembar wawancara, catatan lapangan, lembar observasi sebagai rambu-rambu analisis proses kegiatan dosen dan mahasiswa, rambu-rambu analisis hasil pembelajaran metode kooperatif tipe Jigsaw. Instrumen penelitian berupa lembar wawancara, observasi, dan catatan lapangan dapat dilihat pada lampiran 8, 9, 10, 11, 12, 13. Langkah keempat adalah melakukan pelatihan kolaboratif dalam melaksanakan pembelajaran menulis makalah dengan menggunakan metode kooperatif tipe Jigsaw. Kegiatan ini dilaksanakan pada Jumat, 4 Desember 2009. Pelatihan ditekankan pada langkah-langkah pembelajaran yang sudah disusun. Setelah pelatihan kemudian dilakukan diskusi terhadap kegiatan yang belum dipahami. Kegiatan terakhir adalah menyusun jadwal pelaksanaan tindakan. Kegiatan ini dilaksanakan pada selasa, 8 Desember 2009. Jadwal disesuaikan dengan jam yang sudah disusun Jurusan PGMI. Pertemuan I untuk siklus I dilaksanakan pada Rabu, 16 Desember 2009 dengan fokus pembelajaran menulis makalah pada tahap pemunculan dan pengembangan gagasan. Pertemuan kedua dilaksanakan pada Rabu, 23 Desember 2009 dengan fokus pembelajaran menulis makalah pada tahap penulisan. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada Rabu, 30 Desember 2009 dengan fokus pembelajaran menulis makalah pada tahap penyajian. Pelaksanaan siklus berikutnya dilaksanakan setelah melihat hasil refleksi siklus I. 3. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini, pengajar sekaligus peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran menulis makalah dengan menggunakan metode kooperatif tipe Jigsaw berdasarkan rencana yang telah disusun pada setiap siklus. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu 2x50 menit untuk satu kali pertemuan. Pada tahap ini peneliti bertindak sebagai pengajar dan kolaborator sebagai pengamat. Peneliti mengumpulkan data proses pembelajaran yang meliputi aktivitas mahasiswa, interaksi antara mahasiswa dengan pengajar, mahasiswa dengan mahasiswa, antara mahasiswa dengan bahan pembelajaran, dengan menggunakan instrumen pengumpulan data yang telah dibuat oleh peneliti dan kolaborator. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan sebagai berikut. Pertemuan pertama merupakan tahap pembahasan kandungan makalah ilmiah dengan metode kooperatif tipe Jigsaw, meliputi: keilmuan, cara pemecahan masalah, pertimbangan terhadap literatur yang ada, kesimpulan yang tepat, bahasa, yang tergambar pada bagian pendahuluan, isi, simpulan dan saran, serta daftar pustaka. Kegiatan yang akan dilaksanakan adalah (1) menyiapkan mahasiswa untuk memulai pembelajaran, (2) menjelaskan metode kooperatif tipe Jigsaw, (3) memodelkan penerapan metode kooperatif tipe Jigsaw dalam pembahasan unsur makalah ilmiah, (4) memunculkan dan menerapkan indikator teknik kooperatif tipe Jigsaw meliputi: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dalam membahas komponen yang terdapat dalam makalah pembelajaran sistem

semantik. Pertemuan kedua merupakan tahap penulisan. Kegiatan yang akan dilaksanakan adalah (1) menyiapkan mahasiswa untuk memulai pembelajaran, (2) memodelkan pembelajaran menulis makalah, (3) pertimbangan terhadap literatur yang ada, (4) kesimpulan yang tepat, (6) susunan dan bahasa, (7) merevisi makalah dengan menerapkan saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota. Pertemuan ketiga merupakan tahap penyajian. Kegiatan yang dilaksanakan adalah (1) menyiapkan siswa untuk belajar, (2) memodelkan penulisan makalah, (3) memberikan penilaian dan tanggapan terhadap penulisan makalah. Pelaksanaan tindakan akan dilaksanakan di setiap siklus, maka perlu disusun langkah-langkah kegiatan belajar secara terperinci, yaitu sebagai berikut : Pertemuan pertama: A. Pendahuluan Mahasiswa mendengarkan informasi dari dosen atau peneliti tentang kompetensi dasar dan indikator yang harus dicapai, serta mendengarkan langkah-langkah penggunaan metode kooperatif tipe Jigsaw yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran.

B. Kegiatan Inti a. Dosen membagi mahasiswa menjadi 4 kelompok. Setiap kelompok beranggotakan 9 orang. b. Dosen menjelaskan topik pelajaran hari ini, yaitu menentukan unsur-unsur yang terdapat dalam makalah pada materi pembelajaran sistem semantik (makna). c. Dosen membagi bahan pelajaran menjadi 4 bagian. Bagian menentukan pendahuluan yang ada dalam makalah sistem semantik (makna kata), untuk kelompok pertama. Menentukan isi yang ada dalam makalah sistem semantik (makna kata), untuk kelompok kedua. Menentukan simpulan dan saran, untuk kelompok ketiga. Menentukan komponen daftar pustaka, untuk kelompok keempat, masing-masing dalam makalah sistem semantik (makna kata). d. Bahan pembelajaran berupa pembahasan makalah untuk penugasan dilengkapi dengan tugas untuk mahasiswa. e. Mahasiswa membahas dan mengerjakan tugas sendiri. f. Setelah selesai, mahasiswa berdiskusi dalam kelompok untuk menyatukan pendapat tentang tugas yang dibebankan kepada kelompok mereka masing-masing. Dalam kegiatan ini, mahasiswa saling melengkapi, berinteraksi satu sama lain, bertanggung jawab dan mendiskusikan apa yang telah dibaca dan didiskusikan.

C. Penutup Mahasiswa dibantu dosen, menyimpulkan pelajaran dan dosen memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya. Pertemuan Kedua A. Pendahuluan Mahasiswa mendengarkan informasi dari dosen tentang kompetensi dasar dan indikator yang harus dicapai, serta mendengarkan penjelasan dari dosen tentang kelanjutan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. B. Kegiatan Inti a. Dosen membentuk 4 kelompok belajar metode Jigsaw (masing-masing terdiri dari 9 orang). Anggota kelompok berasal dari perwakilan (ahli) dari kelompok sebelumnya. b. Dosen memerintahkan anggota kelompok Jigsaw untuk mengajarkan satu sama lain apa yang telah mereka temukan pada pertemuan sebelumnya. c. Dosen memerintahkan anggota kelompok Jigsaw untuk menyatukan pendapatnya agar hasil diskusinya lebih akurat dan lengkap. d. Dosen meminta salah satu kelompok menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas, sedangkan mahasiswa yang lain menanggapi, memberi saran atas hasil kerja kelompok temannya. C. Penutup Mahasiswa dibantu dosen, menyimpulkan pelajaran. Dosen merefleksi dan melakukan evaluasi sebagai akhir dari kegiatan pembelajaran pada siklus I. Pertemuan Ketiga Pertemuan ketiga merupakan tahap penyajian akhir dari siklus I. Kegiatan yang dilaksanakan adalah (1) menyiapkan mahasiswa untuk berdiskusi, (2) memodelkan penulisan makalah, (3) memberikan penilaian, tanggapan terhadap penulisan makalah dan melakukan evaluasi. Pelaksanaan siklus berikutnya dilaksanakan setelah melihat hasil refleksi siklus I. 4. Pengamatan Pengamatan dalam pembelajaran menulis makalah dengan menggunakan metode kooperatif tipe Jigsaw dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan pembelajaran. Dalam kegiatan ini, peneliti dan kolaborator berusaha mengenal, me-rekam, dan mendokumentasikan semua indikator proses, perubahan yang terjadi, baik yang disebabkan oleh tindakan perencanaan

maupun dampak intervensi dalam pembelajaran menulis makalah. Keseluruhan hasil pengamatan direkam dalam bentuk lembaran observasi. Pengamatan dilakukan dan dibantu oleh kolaborator teman sejawat, yaitu sesama pengajar mata kuliah bahasa Indonesia Jurusan PGMI UIN Sultan Syarif Kasim Riau, bernama Drs. Nursalim, M.Pd. Pengamatan dilakukan pada setiap siklus. Pengamatan yang dilakukan pada satu siklus dapat memengaruhi penyusunan tindakan pada siklus selanjutnya. Hasil pengamatan ini kemudian didiskusikan dengan kolaborator dan diadakan refleksi untuk perencanaan siklus berikutnya. Dalam proses observasi, peneliti dibantu oleh salah seorang dosen bahasa Indonesia. Dosen ini bertugas sebagai pengamat. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data selama penelitian berlangsung. Data yang dikumpulkan berupa data kualitatif, yang menggambarkan aktivitas mahasiswa, perubahan kinerja dosen, peningkatan aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran menulis makalah, mutu pembelajaran dan perubahan suasana kelas. Untuk menghimpun data, dosen peneliti mempersiapkan beberapa instrumen berupa lembar observasi atau pengamatan dan catatan lapangan. 5. Refleksi Refleksi diadakan setiap tindakan berakhir. Pada tahap ini kolaborator dan peneliti mengadakan diskusi terhadap tindakan yang baru dilakukan. Hal-hal yang didiskusikan adalah (1) menganalisis tindakan yang baru dilakukan, (2) kesesuaian antara satuan acara perkuliahan (SAP) dengan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan (3) mendiskusikan dan menemukan pemecahan masalah apabila mendapat kendala dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, dan (4) melakukan intervensi, pemaknaan, dan penyimpulan data yang diperoleh. Berdasarkan hasil refleksi tersebut, peneliti dan kolaborator mengadakan perbaikan dan penyempurnaan SAP untuk kemudian dilaksanakan dalam pembelajaran pada siklus berikutnya. Selanjutnya peneliti dan kolaborator membuat rencana tindakan siklus II. Dalam hal ini, perlu dikaji mengenai apa yang telah terjadi, apa yang telah dihasilkan, dan apa yang menjadi masalah dalam proses pembelajaran. Kegiatan refleksi ini bertujuan untuk mengetahui : (a) perlu tidaknya penjelasan tentang teknik diskusi membahas makalah pada materi pembelajaran tertentu dengan metode kooperatif tipe Jigsaw, (b) perlu tidaknya keterampilan berbicara dipahami oleh mahasiswa, (c) perlu tidaknya menjelaskan tentang topik yang akan dibahas, (d) perlu tidaknya mengubah skenario pembelajaran, (e) perlu tidaknya mempertimbangkan saran orang lain, (f) perlu tidaknya mengevaluasi pelaksanaan siklus yang sedang berlangsung. C. Data dan Sumber Data Data dalam penelitian ini berupa data verbal dan data nonverbal. Data verbal ialah seluruh data yang terkait dengan proses pembelajaran maupun hasil pembelajaran menulis makalah dengan metode kooperatif tipe Jigsaw pada setiap tahap. Data nonverbal adalah data berupa foto-foto, gambar, denah dan sebagainya.

Data proses pelaksanaan diperoleh melalui kegiatan observasi yang dilakukan peneliti terhadap mahasiswa untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam menulis makalah, berupa catatan lapangan tentang perilaku peneliti dan mahasiswa, dan dokumentasi setiap tindakan. Data hasil dalam menulis makalah ini berupa makalah yang telah ditulis mahasiswa yang diperoleh setiap siklus penelitian selesai dilaksanakan. Sedangkan data proses dicatat dalam lembaran pengamatan yang berisi aspek-aspek yang diamati dalam menulis makalah, yakni keilmuan (mutu, substansi), cara pemecahan masalah, pertimbangan terhadap literatur yang ada, kesimpulan yang tepat, bahasa (tata bahasa dan gaya bahasa) dalam penulisan draf makalah, dan makalah yang sudah direvisi. Data proses penyajian berupa pembahasan makalah dengan memperhatikan teknik penulisan makalah yang baik dan benar. Sumber data dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi: 1. Mahasiswa Jurusan PGMI IA semester Juli Desember 2009 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau yang terdaftar pada semester IA tahun 2009 2010 dengan jumlah mahasiswa 36 orang. Seluruh mahasiswa yang berada di kelas tersebut terlibat dalam penelitian ini sebagai subjek penelitian. Latar belakang pemilihan mahasiswa Jurusan PGMI IA semester Juli Desember 2009 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah untuk merangsang minat mahasiswa tersebut agar lebih kreatif dan inovatif dalam berbicara ketika diskusi kelompok dan untuk meningkatkan keterampilan dalam menulis makalah dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. 2. Pengajar yang terlibat dalam proses pembelajaran menulis makalah dengan metode kooperatif tipe Jigsaw, serta 3. Interaksi pembelajaran yang melibatkan pengajar dan mahasiswa.

D. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah di ruang kelas IA semester Juli-Desember 2009 Jurusan PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau yang berada di perbatasan Kotamadya Pekanbaru dan Kabupaten Kampar, berada di pinggiran kota dan dikelilingi oleh fasilitas kampus UIN serta perumahan masyarakat. Jumlah mahasiswa semester I Juli-Desember 2009 di Jurusan PGMI ini adalah 104 orang, yang terdiri dari mahasiswa kelas IA : 36 orang, kelas IB : 36 orang, dan kelas IC : 34 orang. Penelitian ini dilakukan pada semester I Juli Desember 2009 mata kuliah PMPBI 1, pada aspek keterampilan berbicara dan menulis. Materi dalam penelitian ini sejalan dengan materi program pembelajaran yang tercantum dalam satuan acara perkuliahan atau silabus yang disusun untuk setiap pertemuan mata kuliah PMPBI 1 pada Jurusan PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian dilakukan sejalan dengan proses pembelajaran dan mahasiswa tetap melaksanakan proses pembelajaran.

E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun gejala sosial yang diamati (Sugiyono, 2008:148). Sebagai alat ukur, maka instrumen penelitian memiliki kedudukan sangat penting dan sentral. Menurut Moleong (1988:103) kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan perencana, pengumpul data, analis, penafsir data, dan pada akhirnya peneliti menjadi pelapor hasil penelitiannya. Instrumen utama dalam penelitian ini dilengkapi dengan tes pra siklus dan pasca siklus serta tes unjuk kerja akhir siklus berupa pembuatan makalah. Instrumen selanjutnya berupa lembar observasi beserta catatan lapangan, dan wawancara. 1. Tes Menurut Akhadiah (1988:5) tes merupakan sejenis alat ukur untuk memperoleh gambaran kuantitatif tentang perilaku seseorang. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes unjuk kerja menulis makalah yang dilakukan sebelum dan setelah siklus untuk melihat peningkatan hasil pembelajaran menulis makalah. Menurut Akhadiah (1988:37), tes menulis mencakup berbagai jenis tes yang digunakan untuk mengukur aspek kemampuan menulis, seperti penguasaan unsur-unsur tulisan serta kosakata dan struktur tata bahasa merupakan aspek pemerolehan keterampilan dalam kemampuan menulis. Komponen yang dinilai dalam sebuah makalah ilmiah adalah penulisan dan isi makalah itu sendiri. Indikator pengukuran hasil tes unjuk kerja dalam bentuk makalah yang digunakan dalam penelitian ini diuraikan dalam lembar observasi penilaian makalah. 2. Lembar Observasi Observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2005:76). Lembaran observasi langsung dilakukan selama proses pembelajaran pada siklus I, dan II. Lembaran digunakan untuk melihat apakah aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis dan berbicara meningkat atau tidak, setelah mereka mengikuti pembelajaran menulis dan berbicara dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Metode observasi menurut Wiriaatmadja (2008:110) terdiri dari observasi terbuka, observasi terfokus, observasi terstruktur dan observasi sistematik. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan observasi sistematik. Wiriaatmadja (2008:115) memaparkan bahwa pegangan pokok dalam observasi sistematik ini adalah bahwa observer akan melakukan suatu pengamatan terhadap tindakan pengajar untuk mencoba sesuatu dalam pembelajarannya dalam upaya meningkatkan kualitas yang sudah direncanakan dan dipikirkan bersama, dalam hubungan kemitraan pengajar-peneliti yang relevan dengan tindakan pengajar tersebut. Lembar observasi tercantum pada bagian instrumen penelitian.

Pedoman observasi berisi daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul, dapat diamati, dan dicatat pada lembaran observasi. Aktivitas mahasiswa pada penelitian ini meliputi aktivitas ketika, sedang, atau sesudah pembelajaran menulis makalah ilmiah dan diskusi kelompok menggunakan metode kooperatif tipe Jigsaw. Menurut Paul B. Diedrich (dalam Sadiman, 2005:101), aktivitas siswa yang dapat diobservasi adalah (1) Visual Activities, (2) Oral Activities, (3) Listening Activities, (4) Writing Activities, (5) Drawing Activities, (6) Motor Activities, (7) Mental Activities dan (8) Emotional Activities. Pada penelitian ini yang diobservasi adalah: aktivitas mahasiswa, perubahan kinerja dosen, peningkatan aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran menulis makalah, mutu pembelajaran dan perubahan suasana kelas, meliputi: (1) memperhatikan makalah ilmiah dan pembahasannya (visual activities), (2) bertanya, menjawab pertanyaan dan memberikan tanggapan (oral activities) (3) menulis makalah ilmiah (writing activities) dan (4) senang dalam pembelajaran (emotional activities). Lembaran kegiatan observasi dilakukan oleh rekan sejawat yang bertindak sebagai observer. Hal-hal yang diobservasi pada aktivitas belajar mahasiswa berkaitan dengan indikator teknik kooperatif tipe Jigsaw meliputi (a) saling ketergantungan positif, (b) tanggung jawab perseorangan, (c) tatap muka, (d) komunikasi antar anggota, (e) evaluasi proses kelompok. Observasi ceklis yang berisi indikator penilaian makalah, indikator pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, dan catatan lapangan mengenai langkah-langkah pembelajaran metode kooperatif tipe Jigsaw dapat diuraikan sebagai berikut. Variabel Indikator Cek a. Keterampilan Menulis Makalah - Keilmuan (mutu, substansi) - Cara pemecahan/penyelesaian persoalan - Pertimbangan terhadap literatur yang ada dan penyusunan daftar pustaka - Kesimpulan yang tepat - Bahasa (tata bahasa, gaya bahasa), eyd.

Variabel Indikator Cek b. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw - Saling ketergantungan positif - Tanggung jawab perseorangan

- Tatap muka - Komunikasi antaranggota - Evaluasi proses kelompok

Langkah-langkah Pembelajaran Siklus 1 Cek

1. Kegiatan Awal a. Mahasiswa sudah duduk sesuai kelompoknya atau sesuai kelompok ahli. b. Dosen membagikan materi ahli untuk masing-masing anggota kelompok c. Mahasiswa yang memiliki topik yang sama berkumpul membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli.

2. Kegiatan Inti a. Mahasiswa berdiskusi pada kelompok ahli membahas materi yang menjadi tanggung jawabnya dengan saling membantu; Kelompok Ahli A membahas bagian pendahuluan yang ada dalam makalah semantik; Kelompok Ahli B membahas bagian isi yang ada dalam makalah; Kelompok Ahli C membahas bagian simpulan dan saran yang ada dalam makalah; Kelompok Ahli D membahas komponen daftar pustaka yang terdapat dalam makalah. b. Setelah mahasiswa menguasai materi ahli, mahasiswa tersebut kembali ke kelompok asal untuk mempresentasikan materi ahli secara bergantian kepada teman-teman anggota kelompoknya dimulai dari materi Ahli A, materi Ahli B, materi Ahli C, dan materi Ahli D. c. Dosen bersama mahasiswa menyimpulkan materi ahli yang dibahas pada hari itu

d. Dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mempresentasikan materi hasil diskusi di depan kelas.

3. Kegiatan Akhir a. Mahasiswa menyelesaikan soal kuis akhir pertemuan b. Dosen memberikan arahan materi ahli untuk presentasi kelompok diskusi pertemuan minggu depan.

Langkah-langkah Pembelajaran Siklus 2 Cek

1. Kegiatan Awal a. Mahasiswa sudah duduk sesuai kelompoknya atau sesuai kelompok ahli. b. Dosen membagikan materi ahli untuk masing-masing anggota kelompok c. Mahasiswa yang memiliki topik yang sama berkumpul membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli.

2. Kegiatan Inti a. Mahasiswa berdiskusi pada kelompok ahli membahas materi yang menjadi tanggung jawabnya dengan saling membantu; Kelompok Ahli A membahas pengertian makna yang ada dalam bagian isi makalah semantik; Kelompok Ahli B mengidentifikasi pergeseran makna; Kelompok Ahli C menjelaskan jenis-jenis makna yang ada dalam bagian isi makalah; Kelompok Ahli D menjelaskan beberapa istilah makna dalam bagian isi makalah.

b. Setelah mahasiswa menguasai materi ahli, mahasiswa tersebut kembali ke kelompok asal untuk mempresentasikan materi ahli secara bergantian kepada teman-teman anggota kelompoknya dimulai dari materi Ahli A, materi Ahli B, materi Ahli C, dan materi Ahli D. c. Dosen bersama mahasiswa menyimpulkan materi ahli yang dibahas pada hari itu

d. Dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mempresentasikan materi hasil diskusi di depan kelas.

3. Kegiatan Akhir a. Mahasiswa menyelesaikan soal kuis akhir pertemuan b. Dosen memberikan arahan materi ahli untuk presentasi kelompok diskusi pertemuan minggu depan.

Selain menggunakan lembar observasi yang memuat catatan lapangan berupa aktivitas mahasiswa dengan metode kooperatif tipe Jigsaw, juga menggunakan lembar observasi penilaian makalah ilmiah dan lembar observasi langkah-langkah satuan acara perkuliahan yang memuat metode kooperatif tipe Jigsaw. Komponen yang dinilai dalam sebuah makalah ilmiah adalah penulisan dan isi makalah itu sendiri, seperti yang telah diuraikan pada tabel indikator pengukuran hasil tes unjuk kerja dalam bentuk makalah dan tabel observasi langkah pembelajaran metode kooperatif tipe Jigsaw berikut ini.

Tabel 6 Panduan Observasi untuk Dosen oleh Teman Sejawat Lembaran Observasi terhadap Proses Pembelajaran yang Dilaksanakan Dosen dengan Metode Kooperatif Tipe Jigsaw (Peneliti) Aspek yang Dinilai Pilihan Ya Tidak A. Pendahuluan

1. Menyampaikan materi pra syarat 2. Memotivasi mahasiswa untuk melibatkan mahasiswa dalam kegiatan belajar

3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai 4. Menyampaikan gambaran umum tentang materi yang akan diajarkan 5. Menyampaikan gambaran kegiatan yang akan dilakukan

B. Kegiatan Inti 1. Menjelaskan langkah kerja kooperatif tipe Jigsaw (Pembagian kelompok dan materi diskusi) 2. Menjelaskan pelajaran dengan diskusi dan tanya jawab 3. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran 4. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya, mengemukakan pendapat, dan menanggapinya 5. Memberi penguatan - Diberikan pada waktu yang tepat - Kurang memberi penguatan - Semua tanggapan diberi penguatan

C. Penutup 1. Penilaian proses dan hasil belajar 2. Merangkum pembelajaran 3. Memberikan evaluasi

Komentar observer terhadap pengajar dalam proses pembelajaran: ............................................................................................................................................................ ............................................................................................................................................................ .................................................................................... Pekanbaru, Desember 2009 Pengamat

Beberapa catatan lapangan akan menyertai data yang dikumpulkan dengan instrumen tes dan lembar observasi dalam penelitian ini. Catatan lapangan diperoleh dari data mahasiswa selama melakukan kegiatan pembelajaran yang sesuai atau tidak sesuai dengan prosedur penelitian. Misalnya, mahasiswa melakukan plagiat dalam membuat makalah ilmiah yang bukan berasal dari ide sendiri, kekurangan dan kelebihan aktivitas mahasiswa dalam penerapan pembelajaran menulis makalah dengan menggunakan metode kooperatif tipe Jigsaw dan lain sebagainya. 3. Wawancara Instrumen wawancara berupa pertanyaan dari peneliti dan jawaban lisan dari partisipan penelitian, responden, mahasiswa, kolaborator, atau informan. Pertanyaan penelitian dibuat berdasarkan indikator menulis makalah ilmiah dan indikator metode kooperatif tipe Jigsaw. Bentuk instrumen wawancara yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: No Pertanyaan Jawaban Mahasiswa 1 Bagaimana menurut pendapatmu tentang pembelajaran menulis makalah - metode kooperatif tipe Jigsaw yang baru kamu ikuti? Jelaskan! 2 Apakah kamu senang dengan pembelajaran semantik kooperatif tipe Jigsaw yang baru kamu ikuti? Mengapa? 3 Bagaimana menurut pendapatmu tentang cara pengajar membawakan pelajaran menulis makalah - kooperatif tipe Jigsaw yang baru kamu ikuti? Jelaskan! 4 Bagaimana tes atau evaluasi yang dilakukan pengajar? Jelaskan! 5 Apakah kalian dapat menguasai materi pelajaran menulis makalah - kooperatif tipe Jigsaw yang baru kalian ikuti? Jelaskan!

F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data harus disesuaikan dengan instrumen yang digunakan. Data terkumpul kemudian diukur sesuai dengan kriteria penskorannya, kemudian disusun ke dalam tabel sehingga mudah diverifikasi untuk masing-masing variabel, seperti diuraikan pada tabel berikut. Data Teknik Pengumpulan Data Instrumen Tingkat keterampilan menulis makalah mahasiswa dengan metode kooperatif tipe Jigsaw Tes unjuk kerja pembuatan makalah - Tes

Tindakan pengajar dan mahasiswa dalam diskusi pembelajaran menulis makalah - dengan menerapkan metode kooperatif tipe Jigsaw. Pengamatan Lembar Pengamatan dan catatan lapangan Respon / tanggapan mahasiswa terhadap proses pembelajaran menulis makalah - setelah menggunakan metode kooperatif tipe Jigsaw. Tanya jawab Wawancara

Agar pengumpulan data berlangsung secara teratur, sistematis dan sukses, yang dilakukan adalah sebagai berikut: (1) menyiapkan instrumen secara lengkap dalam bentuk lembaran observasi, tes, daftar wawancara, catatan lapangan, (2) menetapkan sumber data, seperti responden, dokumen-dokumen yang diperlukan, dan sebagainya, (3) menyiapkan operator atau pelaksana pengumpul data, (4) melakukan pengumpulan data secara sistematis sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.

G. Teknik Analisis Data Data yang terkumpul dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif . 1. Data Kuantitatif Data yang dikumpulkan dengan tes unjuk kerja penulisan makalah - berupa nilai atau angkaangka dianalisis dengan menggunakan rumus mean dari setiap indikator tes unjuk kerja. Penilaian penulisan makalah dengan metode kooperatif tipe Jigsaw pada mata kuliah PMPBI 1 Mahasiswa Jurusan PGMI IA Semester Juli Desember 2009 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau, menggunakan rumus perhitungan mean, menurut Riduwan (2006 :28), yaitu:

2. Data Kualitatif Data yang dikumpulkan dengan observasi, ceklis, catatan lapangan, dan wawancara adalah data kualitatif (tidak memakai angka). Data ini dianalisis dengan teori analisis kualitatif (Gay, 2000 :239-241), meliputi : (1) mengorganisasikan data (data managing), (2) membaca dan memilah data (reading and monitoring), (3) mendeskripsikan data (description), (4) mengelompokkan (classification), (4) menginterpretasikan (interpretation). Menurut Miles and Huberman (1992:16-20), analisis data dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu (1) reduksi data, (2) paparan data, dan (3) penyimpulan. Reduksi data adalah proses

penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan, dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna. Paparan data adalah proses penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk paparan naratif dan representatif grafis. Sedangkan penyimpulan yaitu pengambilan inti sari dari sajian data yang telah terorganisasi dalam bentuk pernyataan kalimat yang mengandung pengertian luas. Data yang berasal dari tes unjuk kerja mahasiswa digunakan rumus panduan ketuntasan belajar untuk melihat peningkatan tes unjuk kerja tiap mahasiswa pada setiap siklus. Dalam hal ini mahasiswa dianggap telah mencapai ketuntasan bila telah mencapai nilai angka 70-80 dengan nilai B. Untuk mengukur sejauh mana perkembangan keterampilan menulis makalah ilmiah mahasiswa dengan menggunakan teknik kooperatif tipe Jigsaw yang dilakukan pada setiap akhir siklus digunakan kriteria sebagai berikut: Tabel 7. Penilaian Makalah Ilmiah Setelah Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Penilaian Makalah Ilmiah Nilai Bobot Nilai Akhir Keilmuan (mutu, substansi) 20% Cara Pemecahan/ penyelesaian persoalan 20% Pertimbangan terhadap literatur yang ada dan penulisan daftar pustaka 20% Kesimpulan yang tepat 20% Bahasa (tata bahasa dan gaya bahasa) 20% Penilaian Total 100% Sumber: diadaptasi sesuai kebutuhan dari Frick (2008:51) H. Teknik Keabsahan Data Menurut Hopkins (1993) dalam Wiriaatmadja (2008:168-171), untuk menguji derajat atau kebenaran penelitian, beberapa bentuk validasi atau keabsahan data yang dapat dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. melakukan member check, yakni memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi yang diperoleh selama observasi. 2. melakukan validasi dengan triangulasi, yakni memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk atau analisis si peneliti dengan membandingkan hasil dengan mitra peneliti. Triangulasi dilakukan berdasarkan tiga sudut pandang, yakni sudut pandang pengajar sebagai peneliti, sudut pandang mahasiswa, dan sudut pandang mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi.

3. melakukan saturasi, yaitu situasi pada waktu data sudah jenuh, atau tidak ada lagi data lain yang berhasil dikumpulkan atau tidak ada lagi tambahan baru, melakukan audit trail, memeriksa kesalahan-kesalahan dalam metode dan prosedur yang digunakan peneliti di dalam pengambilan kesimpulan. Selain itu peneliti juga memeriksa catatan-catatan yang ditulis peneliti dan mitra peneliti. 4. expert opinion, yakni meminta kepada orang yang dianggap ahli atau pakar penelitian tindakan kelas untuk memeriksa semua tahapan penelitian, key responder review, yakni meminta salah seorang atau beberapa mitra peneliti yang mengetahui tentang penelitian tindakan kelas, untuk membaca draf awal laporan penelitian dan meminta pendapatnya. Tuesday, November 16, 2010 10:01 PM MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Genap) Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : UIN 1110 Jurusan/Program Studi : Pendidikan IPS Ekonomi (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2010-2011 Semester/Kelas : Ganjil/I C Bobot : 2 Sks

A. Essay: 1. Jelaskan jarak penutur dan lawan tutur dalam hubungannya dengan ragam bahasa baku berdasarkan contoh! 2. a. Temukan peristiwa apa saja yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia! b. Jelaskan mengapa bahasa Melayu diangkat sebagai bahasa Indonesia! c. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa persatuan. Apa maksudnya? 3. Pilihlah salah satu topik di bawah ini, kemudian buatlah uraian singkat dengan menggunakan konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar!

a. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengembangan ilmu Pendidikan Ekonomi. b. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengetahuan. c. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa teknologi. d. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa seni. 4. a. Jelaskan pengertian diksi dan berikan contoh pemakaiannya dalam kalimat, sesuai dengan pemahaman kamu! b. Buatlah sebuah paragraf/tulisan yang menggunakan majas (figure of speech) dan idiom! 5. Telitilah kesalahan atau kejanggalan dalam kalimat-kalimat di bawah ini dan selanjutnya perbaiki menjadi struktur kalimat yang benar! 1. Rumah yang mana dahulu pernah saya tinggali baru-baru ini dibongkar oleh petugas yang berwajib. 2. Tahun 1977 merupakan tahun yang penting di mana pemerintah akan mengadakan pemilihan umum. 3. Pada tahun ini merupakan tahun terakhir masa dinasnya sebagai pegawai negeri. 4. Kepada para pelamar diharapkan mendaftarkan diri. 5. Kepada hadirin kami harap berdiri.

B. Essay: Perbaikilah pungtuasi dan ejaan penulisan huruf dan penulisan kata menjadi EYD yang baik dan benar) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini! Tulislah dengan lima puluh kurang satu tahun yang lalu 1928 tidak ada universitas atau institut pendidikan tinggi di kepulauan kita yang amat luas ini pada waktu itu ada hanya fakultas teknik terletak di bandung dan dengan jumlah mahasiswa yang amat sedikit semua guru besar merupakan orang belanda yang mengajar dalam bahasa belanda dan yang menggunakan bukubuku pelajaran yang tertulis dalam bahasa belanda atau bahasa Jerman pada waktu itu ada hanya dua fakultas di jakarta fakultas hukum dan fakultas kedokteran di kota-kota lain di daerah-daerah lain tidak fakultas sekalian fakultas ada di jawa barat (Harsja W. Bachtiar). Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban!

2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan dalam uraian jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok! MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Ganjil) Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : UIN 1110 Jurusan/Program Studi : Pendidikan IPS Ekonomi (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2010-2011 Semester/Kelas : Ganjil/I C Bobot : 2 Sks

A. Essay: 1. Jelaskan jarak penutur dan lawan tutur dalam hubungannya dengan ragam bahasa tidak baku berdasarkan contoh! 2. a. Temukan peristiwa apa saja yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia! b. Jelaskan mengapa bahasa Melayu diangkat sebagai bahasa Indonesia! c. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa persatuan. Apa maksudnya? 3. Pilihlah salah satu topik di bawah ini, kemudian buatlah uraian singkat dengan menggunakan konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar! a. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengembangan ilmu. b. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengetahuan. c. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa teknologi. d. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa seni.

4. a. Jelaskan pengertian diksi dan berikan contoh pemakaiannya dalam kalimat, sesuai dengan pemahaman kamu! b. Buatlah sebuah paragraf/tulisan yang menggunakan majas (figure of speech) dan idiom! 5. Telitilah kesalahan atau kejanggalan dalam kalimat-kalimat di bawah ini dan selanjutnya perbaiki menjadi struktur kalimat yang benar! 1. Kepada saudara-saudara saya ucapkan terima kasih atas perhatiannya. 2. Kepada siapa yang merasa tidak adil harap mengajukan protes. 3. Bagi sekolah yang menerima murid baru harus menyetorkan uangnya kepada BNI 1946. 4. Acara selanjutnya ialah sambutan dari wakil mahasiswa. Waktu kami persilakan. 5. Berita mana telah saya dengar menyatakan bahwa dia sudah melarikan diri. B. Essay: Perbaikilah pungtuasi dan ejaan penulisan huruf dan penulisan kata menjadi EYD yang baik dan benar) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini! ternyata bahwa semua mahasiswa daerah I berasal dari bogor dan sekitarnya tahun ijazahnya ialah 1976 b dari daerah II 7 orang mahasiswa memiliki ijazah 1975 dan 16 orang berasal dari kota-kota universitas seperti jakarta bandung yogya dan surabaya c mahasiswa dari daerah III berasal dari yogya dengan tahun ijazah 1975 di daerah V dan VI selain terdapat mahasiswa dengan rapor SMA yang baik juga terdapat mahasiswa dari sekolah-sekolah kejuruan yang disitu dianggap sebagai pelajaran yang berprestasi baik mahasiswa yang termasuk di daerah VII juga berasal dari sekolah kejuruan (Andi Hakim Nasoetion). Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan dalam uraian jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok! MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Genap) Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

Kode Mata Kuliah : UIN 1110 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2010-2011 Semester/Kelas : Ganjil/I A Bobot : 2 Sks A. Essay: 1. Jelaskan ragam bahasa lisan berdasarkan contoh! 2. a. Temukan peristiwa apa saja yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia! b. Jelaskan mengapa bahasa Melayu diangkat sebagai bahasa Indonesia! c. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa persatuan. Apa maksudnya? 3. Pilihlah salah satu topik di bawah ini, kemudian buatlah uraian singkat dengan menggunakan konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar! a. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengembangan ilmu Pendidikan Agama Islam. b. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengetahuan. c. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa teknologi. d. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa seni. 4. a. Jelaskan pengertian diksi dan berikan contoh pemakaiannya dalam kalimat, sesuai dengan pemahaman kamu! b. Buatlah sebuah paragraf/tulisan yang menggunakan majas (figure of speech) dan idiom! 5. Telitilah kesalahan atau kejanggalan dalam kalimat-kalimat di bawah ini dan selanjutnya perbaiki menjadi struktur kalimat yang benar! 1. Kepala Direktorat kepada siapa laporan ini harus disampaikan tidak ada di tempat. 2. Hal itu pasti akan diketahui juga di kelak kemudian hari. 3. Orang itu saudara saya punya istri. 4. Di dalam keputusan itu mengandung kebijaksanaan yang dapat menguntungkan umum.

5. Sebelumnya dipikir jangan berbicara dahulu. B. Essay: Perbaikilah pungtuasi dan ejaan penulisan huruf dan penulisan kata menjadi EYD yang baik dan benar) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini! saya membaca dalam surat kabar bahwa bapak gubernur mengharapkan agar kita seminggu menggunakan bahasa indonesia kata saya waktu berkumpul dengan nyonya-nyonya kalangan tertentu anjuran yang sangat baik tetapi mengapa hanya seminggu saja bukanlah seharusnya kita selalu berbahasa indonesia menurut saya kita memang kurang memerhatikan penggunaan bahasa kita yang baik ah jeng jij kok zo stijf toh bicaranya mbok yang gewoon maar tiba-tiba je spreekt seperti in jouw karangasin de krant getus seorang di dalam lingkungan menggunakan bahasa campuran dengan nada echt holands berbahasa indonesia bagaimana masak masih dianjurkan itu kan sudah so wie se komentar yang lain yang agaknya penggemar istilah-istilah bahasa jerman (S.N. Sosroningrat). Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan dalam uraian jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok! MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Ganjil) Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : UIN 1110 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2010-2011 Semester/Kelas : Ganjil/I A Bobot : 2 Sks

A. Essay: 1. Jelaskan ragam bahasa tulisan berdasarkan contoh! 2. a. Temukan peristiwa apa saja yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia! b. Jelaskan mengapa bahasa Melayu diangkat sebagai bahasa Indonesia! c. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa persatuan. Apa maksudnya? 3. Pilihlah salah satu topik di bawah ini, kemudian buatlah uraian singkat dengan menggunakan konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar! a. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengembangan ilmu Pendidikan Agama Islam. b. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengetahuan. c. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa teknologi. d. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa seni. 4. a. Jelaskan pengertian diksi dan berikan contoh pemakaiannya dalam kalimat, sesuai dengan pemahaman kamu! b. Buatlah sebuah paragraf/tulisan yang menggunakan majas (figure of speech) dan idiom! 5. Telitilah kesalahan atau kejanggalan dalam kalimat-kalimat di bawah ini dan selanjutnya perbaiki menjadi struktur kalimat yang benar! 1. Harap tenang, baru ada ujian. 2. Seperti saya telah katakan saudara harus menceritakan apa yang saudara telah alami. 3. Dia sering berlagak pintar sendiri mentang-mentang dia kaya sendiri. 4. Sementara orang mengatakan bahwa hal itu tak usah dibesar-besarkan. 5. Tempat pemberhentian bus sudah banyak didirikan. B. Essay: Perbaikilah pungtuasi dan ejaan penulisan huruf dan penulisan kata menjadi EYD yang baik dan benar) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini! Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa walaupun bangsa cina merupakan mayoritas jumlahnya menunjukkan penurunan pada 1976 dibandingkan dengan 1973 penurunan ini lebih besar 6% yaitu dari sekitar 120 ribu menjadi 115 ribu bangsa-bangsa lain yang mengalami kenaikan cukup mencolok adalah amerika dan jepang bangsa amerika naik dengan lebih dari 3 kali lipat selama

empat tahun sedangkan jepang 2,5 kali untuk periode yang sama bangsa india dan arab yang mana sudah jauh lebih lama menetap di indonesia khususnya di jakarta menunjukkan jumlah yang relatif konstan pertambahan jumlah tampaknya hanya disebabkan oleh pertambahan alamiah (Bambang Sungkono M.A.) Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan dalam uraian jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Genap) Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : UIN 1110 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2010-2011 Semester/Kelas : Ganjil/I B Bobot : 2 Sks

A. Essay: 1. Jelaskan ragam bahasa dialek dan terpelajar berdasarkan contoh! 2. a. Temukan peristiwa apa saja yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia! b. Jelaskan mengapa bahasa Melayu diangkat sebagai bahasa Indonesia! c. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa persatuan. Apa maksudnya?

3. Pilihlah salah satu topik di bawah ini, kemudian buatlah uraian singkat dengan menggunakan konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar! a. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengembangan ilmu Pendidikan Agama Islam. b. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengetahuan. c. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa teknologi. d. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa seni. 4. a. Jelaskan pengertian diksi dan berikan contoh pemakaiannya dalam kalimat, sesuai dengan pemahaman kamu! b. Buatlah sebuah paragraf/tulisan yang menggunakan majas (figure of speech) dan idiom! 5. Telitilah kesalahan atau kejanggalan dalam kalimat-kalimat di bawah ini dan selanjutnya perbaiki menjadi struktur kalimat yang benar! 1. Sebelum dibicarakan secara formal baiklah diadakan dahulu pendekatan secara informal. 2. Hadirin dan hadirat dalam bulan Ramadhan ini marilah kita perlihatkan kita punya jiwa besar. 3. Hendaklah kita insafi bahwa apa yang kita telah lakukan tidak sah menurut peraturan organisasi kita. 4. Hak manusia haruslah dihormati dengan baik. 5. Tenaga ahli sangat kurang jumlahnya untuk proyek ini.

B. Essay: Tentukan jenis Ejaan yang Disempurnakan (pungtuasi, penulisan huruf dan penulisan kata) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini! Kata Ahad dengan Minggu tidaklah sama. Yang pertama nama hari, sedangkan yang kedua adalah nama kesatuan jumlah hari dari Ahad sampai Sabtu. Coba bandingkan kalimat Kita berangkat Minggu depan dengan kalimat Kita berangkat Ahad depan. Dalam kalimat yang pertama tidak diketahui hari apa kita akan berangkat. Sebaliknya dalam kalimat kedua, jelas sekali hari kita berangkat itu. Karena itu, kalimat kedua lebih informatif daripada kalimat pertama. Inilah agaknya yang menyebabkan dua media cetak Tempo dan Republika

membedakan kedua kata itu dalam pemberitaan mereka. Tidak ada bahasa yang mengacaukan nama hari dengan minggu. Dalam bahasa Inggris Ahad ialah Sunday, sedangkan minggu ialah week. Nama-nama hari dalam bahasa Indonesia (yang berasal dari bahasa Melayu itu) sebenarnya berasal dari bahasa Arab. Rupanya nama-nama hari itu tidak dinamakan menurut nama dewa-dewa seperti nama hari dalam bahasa Yunani-Latin atau merujuk pada mitos kepercayaan primitif, tetapi dinamakan hitungan. Karena itu hari pertama bernama Ahad yang berarti satu. Selanjutnya Senin (dua), Selasa (tiga), Rabu (empat), Kamis (lima). Hanya Jumat yang tidak menurut hitungan semestinya bernama Sitta (enam). Diberi nama Jumat karena pada hari itu umat Islam berkumpul. Jadi nama hari itu berasal dari kata jamaah. Selanjutnya hari Sabtu kembali berdasarkan hitungan yang berarti tujuh. Perhatikanlah perbandingan antara bilangan dengan nama hari tersebut: Wahid (satu) Ahad Isnain (dua) Senin Tsalatsa (tiga) Selasa Arba (empat) Rabu Khamis (lima) Kamis Sittah (enam) Jumat (hari berkumpul, suatu kecuali) Saba (tujuh) Sabtu Samaniah (delapan) Tari Saman di Aceh penarinya 8 orang Tisa (sembilan) Ada nama Tisna Amijaya, dia anak ke 9 Asyar (sepuluh) Perhatikan ada hari Asyura, 10 Muharram. Berdasarkan keadaan itu, maka minggu adalah urutan nama hari dari Ahad sampai Sabtu yang jumlahnya ada 7 hari. Jadi sistematik waktu itu dalam bahasa Indonesia berawal dari detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan berakhir dengan abad. Sementara itu kita mengenal pula kata pekan. Sedangkan pasar adalah tempat berjual beli. Pekan adalah hari pasar yang biasanya terjadi sekali dalam seminggu. Maka ada pekan Ahad, pekan Senin, pekan Sabtu dan sebagainya. Oleh sebab itu jumlah hari dalam sepekan sama dengan jumlah hari dalam seminggu, yaitu 7 hari. Yang beda ialah urutannya. Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban!

2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan dalamuraian jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Ganjil) Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : UIN 1110 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2010-2011 Semester/Kelas : Ganjil/I B Bobot : 2 Sks

A. Essay: 1. Jelaskan ragam bahasa resmi dan tidak resmi berdasarkan contoh! 2. a. Temukan peristiwa apa saja yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia! b. Jelaskan mengapa bahasa Melayu diangkat sebagai bahasa Indonesia! c. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa persatuan. Apa maksudnya? 3. Pilihlah salah satu topik di bawah ini, kemudian buatlah uraian singkat dengan menggunakan konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar! a. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengembangan ilmu Pendidikan Agama Islam. b. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengetahuan. c. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa teknologi.

d. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa seni. 4. a. Jelaskan pengertian diksi dan berikan contoh pemakaiannya dalam kalimat, sesuai dengan pemahaman kamu! b. Buatlah sebuah paragraf/tulisan yang menggunakan majas (figure of speech) dan idiom! 5. Telitilah kesalahan atau kejanggalan dalam kalimat-kalimat di bawah ini dan selanjutnya perbaiki menjadi struktur kalimat yang benar! 1. Duduklah yang baik dan bicaralah yang benar. 2. Jepang harus ganti polanya hubungan ekonomi. 3. Motif yang bertolak kepada masalah tanah dalam keterangan itu tidak ditemukan. 4. Barangsiapa yang tidak menaati pengumuman ini akan dipertanggungjawabkan terhadap segala akibat yang ditimbulkannya. 5. Demikianlah laporan saya dan harap menjadi periksa adanya.

B. Essay: Tentukan jenis Ejaan yang Disempurnakan (pungtuasi, penulisan huruf dan penulisan kata) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini! Kata Ahad dengan Minggu tidaklah sama. Yang pertama nama hari, sedangkan yang kedua adalah nama kesatuan jumlah hari dari Ahad sampai Sabtu. Coba bandingkan kalimat Kita berangkat Minggu depan dengan kalimat Kita berangkat Ahad depan. Dalam kalimat yang pertama tidak diketahui hari apa kita akan berangkat. Sebaliknya dalam kalimat kedua, jelas sekali hari kita berangkat itu. Karena itu, kalimat kedua lebih informatif daripada kalimat pertama. Inilah agaknya yang menyebabkan dua media cetak Tempo dan Republika membedakan kedua kata itu dalam pemberitaan mereka. Tidak ada bahasa yang mengacaukan nama hari dengan minggu. Dalam bahasa Inggris Ahad ialah Sunday, sedangkan minggu ialah week. Nama-nama hari dalam bahasa Indonesia (yang berasal dari bahasa Melayu itu) sebenarnya berasal dari bahasa Arab. Rupanya nama-nama hari itu tidak dinamakan menurut nama dewa-dewa seperti nama hari dalam bahasa Yunani-Latin atau merujuk pada mitos kepercayaan primitif, tetapi dinamakan hitungan. Karena itu hari pertama bernama Ahad yang berarti satu. Selanjutnya Senin (dua), Selasa (tiga), Rabu (empat), Kamis (lima). Hanya Jumat yang tidak menurut hitungan semestinya bernama Sitta (enam). Diberi nama Jumat karena pada

hari itu umat Islam berkumpul. Jadi nama hari itu berasal dari kata jamaah. Selanjutnya hari Sabtu kembali berdasarkan hitungan yang berarti tujuh. Perhatikanlah perbandingan antara bilangan dengan nama hari tersebut: Wahid (satu) Ahad Isnain (dua) Senin Tsalatsa (tiga) Selasa Arba (empat) Rabu Khamis (lima) Kamis Sittah (enam) Jumat (hari berkumpul, suatu kecuali) Saba (tujuh) Sabtu Samaniah (delapan) Tari Saman di Aceh penarinya 8 orang Tisa (sembilan) Ada nama Tisna Amijaya, dia anak ke 9 Asyar (sepuluh) Perhatikan ada hari Asyura, 10 Muharram. Berdasarkan keadaan itu, maka minggu adalah urutan nama hari dari Ahad sampai Sabtu yang jumlahnya ada 7 hari. Jadi sistematik waktu itu dalam bahasa Indonesia berawal dari detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan berakhir dengan abad. Sementara itu kita mengenal pula kata pekan. Sedangkan pasar adalah tempat berjual beli. Pekan adalah hari pasar yang biasanya terjadi sekali dalam seminggu. Maka ada pekan Ahad, pekan Senin, pekan Sabtu dan sebagainya. Oleh sebab itu jumlah hari dalam sepekan sama dengan jumlah hari dalam seminggu, yaitu 7 hari. Yang beda ialah urutannya. Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan dalam uraian jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Genap) Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : UIN 1110 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2010-2011 Semester/Kelas : Ganjil/I C Bobot : 2 Sks A. Essay: 1. Jelaskan ragam bahasa agama, sastra, jurnalistik, berdasarkan contoh! 2. a. Temukan peristiwa apa saja yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia! b. Jelaskan mengapa bahasa Melayu diangkat sebagai bahasa Indonesia! c. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa persatuan. Apa maksudnya? 3. Pilihlah salah satu topik di bawah ini, kemudian buatlah uraian singkat dengan menggunakan konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar! a. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengembangan ilmu Pendidikan Agama Islam. b. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengetahuan. c. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa teknologi. d. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa seni. 4. a. Jelaskan pengertian diksi dan berikan contoh pemakaiannya dalam kalimat, sesuai dengan pemahaman kamu! b. Buatlah sebuah paragraf/tulisan yang menggunakan majas (figure of speech) dan idiom! 5. Telitilah kesalahan atau kejanggalan dalam kalimat-kalimat di bawah ini dan selanjutnya perbaiki menjadi struktur kalimat yang benar! 1. Selesai akad nikah, dilanjutkan dengan upacara adat sunda di kediaman mempelai wanita.

2. Direktur pengolahan Ir. S. akan membawahi Divisi Pemasaran. 3. Sebagian besar Pejabat Pertanian esselon II juga menjalani pergantian. 4. 70 perusahaan Pekapuran Cirebon Terancam tutup. 5. Penggalian semacam itu ternyata mengakibatkan longsor, hingga seorang penduduk mati tertimbun.

B. Essay: Perbaikilah pungtuasi dan ejaan penulisan huruf dan penulisan kata menjadi EYD yang baik dan benar) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini! ternyata bahwa semua mahasiswa daerah I berasal dari bogor dan sekitarnya tahun ijazahnya ialah 1976 b dari daerah II 7 orang mahasiswa memiliki ijazah 1975 dan 16 orang berasal dari kota-kota universitas seperti jakarta bandung yogya dan surabaya c mahasiswa dari daerah III berasal dari yogya dengan tahun ijazah 1975 di daerah V dan VI selain terdapat mahasiswa dengan rapor SMA yang baik juga terdapat mahasiswa dari sekolah-sekolah kejuruan yang disitu dianggap sebagai pelajaran yang berprestasi baik mahasiswa yang termasuk di daerah VII juga berasal dari sekolah kejuruan (Andi Hakim Nasoetion).

Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan dalam uraian jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok! MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Ganjil) Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : UIN 1110 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam (S1)

Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2010-2011 Semester/Kelas : Ganjil/I C Bobot : 2 Sks A. Essay: 1. Jelaskan ragam bahasa niaga, hukum, dan ilmu berdasarkan contoh! 2. a. Temukan peristiwa apa saja yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia! b. Jelaskan mengapa bahasa Melayu diangkat sebagai bahasa Indonesia! c. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa persatuan. Apa maksudnya? 3. Pilihlah salah satu topik di bawah ini, kemudian buatlah uraian singkat dengan menggunakan konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar! a. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengembangan ilmu Pendidikan Agama Islam. b. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengetahuan. c. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa teknologi. d. Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa seni. 4. a. Jelaskan pengertian diksi dan berikan contoh pemakaiannya dalam kalimat, sesuai dengan pemahaman kamu! b. Buatlah sebuah paragraf/tulisan yang menggunakan majas (figure of speech) dan idiom! 5. Telitilah kesalahan atau kejanggalan dalam kalimat-kalimat di bawah ini dan selanjutnya perbaiki menjadi struktur kalimat yang benar! 1. Kepala Polisi U, mengumumkan mengenai perubahan lalu lintas sekitar Menteng. 2. Hal itu tergantung dari izin untuk dididik lebih lanjut daripada ahli bedah-bedah di daerah yang membutuhkan. 3. Penataran Ilmu Bedah Orthopedi di Rumah-Sakit-Rumah-Sakit Swasta. 4. Menjadi pewaris angkatan 45. 5. Bukti autentik kasak-kusuk sudah didapatkan. B. Essay:

Perbaikilah pungtuasi dan ejaan penulisan huruf dan penulisan kata menjadi EYD yang baik dan benar) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini! saya membaca dalam surat kabar bahwa bapak gubernur mengharapkan agar kita seminggu menggunakan bahasa indonesia kata saya waktu berkumpul dengan nyonya-nyonya kalangan tertentu anjuran yang sangat baik tetapi mengapa hanya seminggu saja bukanlah seharusnya kita selalu berbahasa indonesia menurut saya kita memang kurang memerhatikan penggunaan bahasa kita yang baik ah jeng jij kok zo stijf toh bicaranya mbok yang gewoon maar tiba-tiba je spreekt seperti in jouw karangasin de krant getus seorang di dalam lingkungan menggunakan bahasa campuran dengan nada echt holands berbahasa indonesia bagaimana masak masih dianjurkan itu kan sudah so wie se komentar yang lain yang agaknya penggemar istilah-istilah bahasa jerman (S.N. Sosroningrat). Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan dalam uraian jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok! MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Genap) Mata Kuliah : Pengembangan Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia I Kode Mata Kuliah : Jurusan/Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2010-2011 Semester/Kelas : Ganjil/I A Bobot : 2 Sks

A. Essay: 1. Jelaskan (a) definisi tema, (b) kriteria pemilihan tema, (c) langkah-langkah pemilihan tema!

2. Jelaskan hakikat keterampilan menulis! 3. Jelaskan perbedaan diskusi panel, simposium, seminar, lokakarya, dan brainstroming! 4. Rumuskan keterikatan hubungan keterampilan menulis pidato dengan keterampilan berpidato! 5. Susunlah sebuah peristiwa yang menggambarkan kegiatan mendengar, mendengarkan, dan menyimak, kemudian jelaskan perbedaannya! 6. Buatlah sebuah teks pidato karanganmu sendiri. Pidato itu merupakan sambutan untuk memperingati Hari Pahlawan!

Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan dalam uraian jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Ganjil) Mata Kuliah : Pengembangan Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia I

Kode Mata Kuliah : Jurusan/Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2010-2011 Semester/Kelas : Ganjil/I A Bobot : 2 Sks

A. Essay: 1. Jelaskan (a) definisi tema, (b) kriteria pemilihan tema, (c) langkah-langkah pemilihan tema!

2. Jelaskan hakikat keterampilan berbicara! 3. Jelaskan perbedaan diskusi panel, simposium, seminar, lokakarya, dan brainstroming! 4. Rumuskan keterikatan hubungan keterampilan membaca berita dengan keterampilan menyimak berita! 5. Susunlah sebuah peristiwa yang menggambarkan kegiatan mendengar, mendengarkan, dan menyimak, kemudian jelaskan perbedaannya! 6. Buatlah sebuah teks pidato karanganmu sendiri. Pidato itu merupakan sambutan untuk acara perpisahan Murid Kelas VI di sekolah! (Silakan pilih: Sambutan dari Kepala Sekolah, Perwakilan Majelis Guru, Perwakilan Wali Murid, Pewakilan Siswa Kelas VI, Perwakilan Adik Kelas).

Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan dalam uraian jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Genap) Mata Kuliah : Pengembangan Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia I Kode Mata Kuliah : Jurusan/Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2010-2011 Semester/Kelas : Ganjil/I B Bobot : 2 Sks

A. Essay: 1. Jelaskan (a) definisi tema, (b) kriteria pemilihan tema, (c) langkah-langkah pemilihan tema!

2. Jelaskan hakikat keterampilan mendengarkan! 3. Jelaskan perbedaan diskusi panel, simposium, seminar, lokakarya, dan brainstroming! 4. Rumuskan keterikatan hubungan keterampilan menyimak petunjuk dengan keterampilan menulis petunjuk! 5. Susunlah sebuah peristiwa yang menggambarkan kegiatan mendengar, mendengarkan, dan menyimak, kemudian jelaskan perbedaannya!

6. Buatlah sebuah teks pidato karanganmu sendiri. Pidato itu merupakan sambutan untuk acara perayaan ulang tahun sekolah! (Silakan pilih: Sambutan dari Kepala Sekolah, Perwakilan Majelis Guru, Perwakilan Wali Murid, Pewakilan Siswa).

Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan dalam uraian jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Ganjil) Mata Kuliah : Pengembangan Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia I Kode Mata Kuliah : Jurusan/Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2010-2011 Semester/Kelas : Ganjil/I B

Bobot : 2 Sks

A. Essay: 1. Jelaskan (a) definisi tema, (b) kriteria pemilihan tema, (c) langkah-langkah pemilihan tema!

2. Jelaskan hakikat keterampilan membaca! 3. Jelaskan perbedaan diskusi panel, simposium, seminar, lokakarya, dan brainstroming! 4. Rumuskan keterikatan hubungan keterampilan membaca karya ilmiah dengan keterampilan menulis karya ilmiah! 5. Susunlah sebuah peristiwa yang menggambarkan kegiatan mendengar, mendengarkan, dan menyimak, kemudian jelaskan perbedaannya! 6. Buatlah sebuah teks pidato karanganmu sendiri. Pidato itu merupakan sambutan untuk acara perayaan 17 Agustus di sekolah! (Silakan pilih: Sambutan dari Kepala Sekolah, Perwakilan Majelis Guru, Perwakilan Wali Murid, Pewakilan Siswa).

Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan dalam uraian jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Genap) Mata Kuliah : Teknik Penulisan Karya Ilmiah Kode Mata Kuliah : Jurusan/Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2010-2011 Semester/Kelas : Ganjil/V A Bobot : 2 Sks

A. Essay: 1. Jelaskan ciri-ciri karya ilmiah berupa unsur logis dan sistematis!

2. Jelaskan perbedaan karangan ilmiah, non ilmiah dan karangan populer beserta masing-masing contoh! 3. Temukan unsur bagian awal, bagian inti dan bagian akhir dalam karya ilmiah yang kamu miliki. Kemudian jelaskan kegunaan masing-masing bagian tersebut secara rinci dengan terlebih dahulu mencantumkan judul karya ilmiah tersebut! 4. Jelaskan tahap pengumpulan data dan tahap pengonsepan dalam tahap-tahap penulisan karya ilmiah! 5. Simpulkan, beri kritik, kemudian interpretasikan atau beri dukungan terhadap tulisan esai berikut yang berjudul: Kesulitan Mahasiswa Menulis Tugas Akhir (Skripsi). Kesulitan Mahasiswa Menulis Tugas Akhir (Skripsi) Mengapa mahasiswa banyak yang mengalami kesulitan menentukan judul atau fokus penelitian untuk skripsinya? Setidaknya ada beberapa hal yang menyebabkan mahasiswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas akhir kuliah (skripsi) di perguruan tinggi, antara lain: (a) mahasiswa tersebut malas dan kesalahan motivasi awal pada masuk kuliah (kuliah hanya sebagai status daripada menganggur), (b) Mahasiswa tersebut tidak menguasai dan memahami arah disiplin ilmunya, (c) Mahasiswa tersebut tidak percaya diri terhadap kemampuannya, (d)

Mahasiswa tersebut kesulitan mengikuti dan menyerap pelajaran di kelas, (e) Mahasiswa tersebut tidak aktif untuk mengeksplorasi keilmuannya, baik secara pribadi maupun di unit-unit kegiatan mahasiswa yang kegiatannya mendukung keilmuannya, (f) Mahasiswa tersebut kurang latihan semasa kuliahnya, (g) Mahasiswa kehilangan motivasi dan kurang bimbingan dari dosen pembimbing akademik, (h) Mahasiswa tersebut kurang referensi bacaan dan sampel, serta kurangnya minat baca, (i) Kemampuan bersaing mahasiswa sangat apatis, (j) Penyampaian dosen di kelas yang berkutat pada konsep, (k) Motivasi dosen hanya mengajar bukan mendidik dan tidak berorientasi pada proses belajar dan mengajar, hanya sebatas gugur tugas mengajar saja, (l) Masa studi menjadi lebih panjang, (m) Generalitas kurikulum sehingga ilmu yang didapat juga general, (n) Peran serta institusi dalam menumbuhkan minat dan bakat serta mental mahasiswa semasa menempuh studi di kampus, (o) Proses pelayanan akademik terhadap mahasiswa terasa merepotkan dan berbelit-belit. Hampir dapat dipastikan bahwa masih banyak hal selain yang tersebut di atas yang menjadi faktor penyebab mengapa mahasiswa atau pelajar umumnya kesulitan dalam menyelesaikan tugas akhir, yaitu khusus penulisan skripsi sehingga mengakibatkan banyak mahasiswa yang mengambil jalan pintas dengan berhenti kuliah di tengah jalan dan membeli atau membayar orang lain untuk menuliskan skripsinya. Oleh karena itu, hal ini harus menjadi sesuatu yang sangat diperhatikan oleh pihak institusi sebagai lembaga penyelenggara pendidikan, agar tujuan akhir dalam mencapai kualitas pendidikan dapat tercapai. Kerja sama semua pihak dalam menjaga keutuhan dan usaha yang promahasiswa harus dibangun dan dirancanakan dengan matang dan cerdas agar meningkatkan motivasi, semangat, dan kreativitas mahasiswa dapat tercapai. Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan dalam uraian jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok! MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Ganjil) Mata Kuliah : Teknik Penulisan Karya Ilmiah Kode Mata Kuliah : Jurusan/Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (S1)

Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2010-2011 Semester/Kelas : Ganjil/V A Bobot : 2 Sks

A. Essay: 1. Jelaskan ciri-ciri karya ilmiah berupa unsur objektif dan lengkap!

2. Jelaskan perbedaan karangan ilmiah, non ilmiah dan karangan populer beserta masing-masing contoh! 3. Temukan unsur bagian awal, bagian inti dan bagian akhir dalam karya ilmiah yang kamu miliki. Kemudian jelaskan kegunaan masing-masing bagian tersebut secara rinci dengan terlebih dahulu mencantumkan judul karya ilmiah tersebut! 4. Jelaskan tahap cara pembatasan masalah dan tahap kerangka karya ilmiah dalam tahap-tahap penulisan karya ilmiah! 5. Simpulkan, beri kritik, kemudian interpretasikan atau beri dukungan terhadap tulisan esai berikut yang berjudul: Kesulitan Mahasiswa Menulis Tugas Akhir (Skripsi). Kesulitan Mahasiswa Menulis Tugas Akhir (Skripsi) Mengapa mahasiswa banyak yang mengalami kesulitan menentukan judul atau fokus penelitian untuk skripsinya? Setidaknya ada beberapa hal yang menyebabkan mahasiswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas akhir kuliah (skripsi) di perguruan tinggi, antara lain: (a) mahasiswa tersebut malas dan kesalahan motivasi awal pada masuk kuliah (kuliah hanya sebagai status daripada menganggur), (b) Mahasiswa tersebut tidak menguasai dan memahami arah disiplin ilmunya, (c) Mahasiswa tersebut tidak percaya diri terhadap kemampuannya, (d) Mahasiswa tersebut kesulitan mengikuti dan menyerap pelajaran di kelas, (e) Mahasiswa tersebut tidak aktif untuk mengeksplorasi keilmuannya, baik secara pribadi maupun di unit-unit kegiatan mahasiswa yang kegiatannya mendukung keilmuannya, (f) Mahasiswa tersebut kurang latihan semasa kuliahnya, (g) Mahasiswa kehilangan motivasi dan kurang bimbingan dari dosen pembimbing akademik, (h) Mahasiswa tersebut kurang referensi bacaan dan sampel, serta kurangnya minat baca, (i) Kemampuan bersaing mahasiswa sangat apatis, (j) Penyampaian dosen di kelas yang berkutat pada konsep, (k) Motivasi dosen hanya mengajar bukan mendidik dan tidak berorientasi pada proses belajar dan mengajar, hanya sebatas gugur tugas mengajar saja, (l)Masa studi menjadi lebih panjang, (m) Generalitas kurikulum sehingga ilmu yang didapat juga general, (n) Peran serta institusi dalam menumbuhkan minat dan bakat serta mental

mahasiswa semasa menempuh studi di kampus, (o) Proses pelayanan akademik terhadap mahasiswa terasa merepotkan dan berbelit-belit. Hampir dapat dipastikan bahwa masih banyak hal selain yang tersebut di atas yang menjadi faktor penyebab mengapa mahasiswa atau pelajar umumnya kesulitan dalam menyelesaikan tugas akhir, yaitu khusus penulisan skripsi sehingga mengakibatkan banyak mahasiswa yang mengambil jalan pintas dengan berhenti kuliah di tengah jalan dan membeli atau membayar orang lain untuk menuliskan skripsinya. Oleh karena itu, hal ini harus menjadi sesuatu yang sangat diperhatikan oleh pihak institusi sebagai lembaga penyelenggara pendidikan, agar tujuan akhir dalam mencapai kualitas pendidikan dapat tercapai. Kerja sama semua pihak dalam menjaga keutuhan dan usaha yang promahasiswa harus dibangun dan dirancanakan dengan matang dan cerdas agar meningkatkan motivasi, semangat, dan kreativitas mahasiswa dapat tercapai. Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan dalam uraian jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok! MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Genap) Mata Kuliah : Teknik Penulisan Karya Ilmiah Kode Mata Kuliah : Jurusan/Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2010-2011 Semester/Kelas : Ganjil/V B Bobot : 2 Sks

A. Essay:

1.

Jelaskan ciri-ciri karya ilmiah berupa unsur lugas dan saksama!

2. Jelaskan perbedaan karangan ilmiah, non ilmiah dan karangan populer beserta masing-masing contoh! 3. Temukan unsur bagian awal, bagian inti dan bagian akhir dalam karya ilmiah yang kamu miliki. Kemudian jelaskan kegunaan masing-masing bagian tersebut secara rinci dengan terlebih dahulu mencantumkan judul karya ilmiah tersebut! 4. Jelaskan tahap persiapan dan tahap cara memilih topik atau masalah dalam tahap-tahap penulisan karya ilmiah! 5. Simpulkan, beri kritik, kemudian interpretasikan atau beri dukungan terhadap tulisan esai berikut yang berjudul: Kesulitan Mahasiswa Menulis Tugas Akhir (Skripsi). Kesulitan Mahasiswa Menulis Tugas Akhir (Skripsi) Mengapa mahasiswa banyak yang mengalami kesulitan menentukan judul atau fokus penelitian untuk skripsinya? Setidaknya ada beberapa hal yang menyebabkan mahasiswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas akhir kuliah (skripsi) di perguruan tinggi, antara lain: (a) mahasiswa tersebut malas dan kesalahan motivasi awal pada masuk kuliah (kuliah hanya sebagai status daripada menganggur), (b) Mahasiswa tersebut tidak menguasai dan memahami arah disiplin ilmunya, (c) Mahasiswa tersebut tidak percaya diri terhadap kemampuannya, (d) Mahasiswa tersebut kesulitan mengikuti dan menyerap pelajaran di kelas, (e) Mahasiswa tersebut tidak aktif untuk mengeksplorasi keilmuannya, baik secara pribadi maupun di unit-unit kegiatan mahasiswa yang kegiatannya mendukung keilmuannya, (f) Mahasiswa tersebut kurang latihan semasa kuliahnya, (g) Mahasiswa kehilangan motivasi dan kurang bimbingan dari dosen pembimbing akademik, (h) Mahasiswa tersebut kurang referensi bacaan dan sampel, serta kurangnya minat baca, (i) Kemampuan bersaing mahasiswa sangat apatis, (j) Penyampaian dosen di kelas yang berkutat pada konsep, (k) Motivasi dosen hanya mengajar bukan mendidik dan tidak berorientasi pada proses belajar dan mengajar, hanya sebatas gugur tugas mengajar saja, (l)Masa studi menjadi lebih panjang, (m) Generalitas kurikulum sehingga ilmu yang didapat juga general, (n) Peran serta institusi dalam menumbuhkan minat dan bakat serta mental mahasiswa semasa menempuh studi di kampus, (o) Proses pelayanan akademik terhadap mahasiswa terasa merepotkan dan berbelit-belit. Hampir dapat dipastikan bahwa masih banyak hal selain yang tersebut di atas yang menjadi faktor penyebab mengapa mahasiswa atau pelajar umumnya kesulitan dalam menyelesaikan tugas akhir, yaitu khusus penulisan skripsi sehingga mengakibatkan banyak mahasiswa yang mengambil jalan pintas dengan berhenti kuliah di tengah jalan dan membeli atau membayar orang lain untuk menuliskan skripsinya.

Oleh karena itu, hal ini harus menjadi sesuatu yang sangat diperhatikan oleh pihak institusi sebagai lembaga penyelenggara pendidikan, agar tujuan akhir dalam mencapai kualitas pendidikan dapat tercapai. Kerja sama semua pihak dalam menjaga keutuhan dan usaha yang promahasiswa harus dibangun dan dirancanakan dengan matang dan cerdas agar meningkatkan motivasi, semangat, dan kreativitas mahasiswa dapat tercapai. Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan dalam uraian jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok! MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Ganjil) Mata Kuliah : Teknik Penulisan Karya Ilmiah Kode Mata Kuliah : Jurusan/Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2010-2011 Semester/Kelas : Ganjil/V B Bobot : 2 Sks

A. Essay: 1. Jelaskan ciri-ciri karya ilmiah berupa unsur jelas dan empiris!

2. Jelaskan perbedaan karangan ilmiah, non ilmiah dan karangan populer beserta masing-masing contoh! 3. Temukan unsur bagian awal, bagian inti dan bagian akhir dalam karya ilmiah yang kamu miliki. Kemudian jelaskan kegunaan masing-masing bagian tersebut secara rinci dengan terlebih dahulu mencantumkan judul karya ilmiah tersebut!

4. Jelaskan tahap penyuntingan konsep dan penyajian dalam tahap-tahap penulisan karya ilmiah! 5. Simpulkan, beri kritik, kemudian interpretasikan atau beri dukungan terhadap tulisan esai berikut yang berjudul: Kesulitan Mahasiswa Menulis Tugas Akhir (Skripsi). Kesulitan Mahasiswa Menulis Tugas Akhir (Skripsi) Mengapa mahasiswa banyak yang mengalami kesulitan menentukan judul atau fokus penelitian untuk skripsinya? Setidaknya ada beberapa hal yang menyebabkan mahasiswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas akhir kuliah (skripsi) di perguruan tinggi, antara lain: (a) mahasiswa tersebut malas dan kesalahan motivasi awal pada masuk kuliah (kuliah hanya sebagai status daripada menganggur), (b) Mahasiswa tersebut tidak menguasai dan memahami arah disiplin ilmunya, (c) Mahasiswa tersebut tidak percaya diri terhadap kemampuannya, (d) Mahasiswa tersebut kesulitan mengikuti dan menyerap pelajaran di kelas, (e) Mahasiswa tersebut tidak aktif untuk mengeksplorasi keilmuannya, baik secara pribadi maupun di unit-unit kegiatan mahasiswa yang kegiatannya mendukung keilmuannya, (f) Mahasiswa tersebut kurang latihan semasa kuliahnya, (g) Mahasiswa kehilangan motivasi dan kurang bimbingan dari dosen pembimbing akademik, (h) Mahasiswa tersebut kurang referensi bacaan dan sampel, serta kurangnya minat baca, (i) Kemampuan bersaing mahasiswa sangat apatis, (j) Penyampaian dosen di kelas yang berkutat pada konsep, (k) Motivasi dosen hanya mengajar bukan mendidik dan tidak berorientasi pada proses belajar dan mengajar, hanya sebatas gugur tugas mengajar saja, (l) Masa studi menjadi lebih panjang, (m) Generalitas kurikulum sehingga ilmu yang didapat juga general, (n) Peran serta institusi dalam menumbuhkan minat dan bakat serta mental mahasiswa semasa menempuh studi di kampus, (o) Proses pelayanan akademik terhadap mahasiswa terasa merepotkan dan berbelit-belit. Hampir dapat dipastikan bahwa masih banyak hal selain yang tersebut di atas yang menjadi faktor penyebab mengapa mahasiswa atau pelajar umumnya kesulitan dalam menyelesaikan tugas akhir, yaitu khusus penulisan skripsi sehingga mengakibatkan banyak mahasiswa yang mengambil jalan pintas dengan berhenti kuliah di tengah jalan dan membeli atau membayar orang lain untuk menuliskan skripsinya. Oleh karena itu, hal ini harus menjadi sesuatu yang sangat diperhatikan oleh pihak institusi sebagai lembaga penyelenggara pendidikan, agar tujuan akhir dalam mencapai kualitas pendidikan dapat tercapai. Kerja sama semua pihak dalam menjaga keutuhan dan usaha yang promahasiswa harus dibangun dan dirancanakan dengan matang dan cerdas agar meningkatkan motivasi, semangat, dan kreativitas mahasiswa dapat tercapai. Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban!

2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan dalam uraian jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok! MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Genap) Mata Kuliah : Teknik Penulisan Karya Ilmiah Kode Mata Kuliah : Jurusan/Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2010-2011 Semester/Kelas : Ganjil/V C Bobot : 2 Sks

A. Essay: 1. Jelaskan ciri-ciri karya ilmiah berupa terbuka dan berlaku umum!

2. Jelaskan perbedaan karangan ilmiah, non ilmiah dan karangan populer beserta masing-masing contoh! 3. Temukan unsur bagian awal, bagian inti dan bagian akhir dalam karya ilmiah yang kamu miliki. Kemudian jelaskan kegunaan masing-masing bagian tersebut secara rinci dengan terlebih dahulu mencantumkan judul karya ilmiah tersebut! 4. Jelaskan tahap pengonsepan dan tahap penyajian dalam tahap-tahap penulisan karya ilmiah! 5. Simpulkan, beri kritik, kemudian interpretasikan atau beri dukungan terhadap tulisan esai berikut yang berjudul: Kesulitan Mahasiswa Menulis Tugas Akhir (Skripsi). Kesulitan Mahasiswa Menulis Tugas Akhir (Skripsi) Mengapa mahasiswa banyak yang mengalami kesulitan menentukan judul atau fokus penelitian untuk skripsinya? Setidaknya ada beberapa hal yang menyebabkan mahasiswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas akhir kuliah (skripsi) di perguruan tinggi, antara lain: (a)

mahasiswa tersebut malas dan kesalahan motivasi awal pada masuk kuliah (kuliah hanya sebagai status daripada menganggur), (b) Mahasiswa tersebut tidak menguasai dan memahami arah disiplin ilmunya, (c) Mahasiswa tersebut tidak percaya diri terhadap kemampuannya, (d) Mahasiswa tersebut kesulitan mengikuti dan menyerap pelajaran di kelas, (e) Mahasiswa tersebut tidak aktif untuk mengeksplorasi keilmuannya, baik secara pribadi maupun di unit-unit kegiatan mahasiswa yang kegiatannya mendukung keilmuannya, (f) Mahasiswa tersebut kurang latihan semasa kuliahnya, (g) Mahasiswa kehilangan motivasi dan kurang bimbingan dari dosen pembimbing akademik, (h) Mahasiswa tersebut kurang referensi bacaan dan sampel, serta kurangnya minat baca, (i) Kemampuan bersaing mahasiswa sangat apatis, (j) Penyampaian dosen di kelas yang berkutat pada konsep, (k) Motivasi dosen hanya mengajar bukan mendidik dan tidak berorientasi pada proses belajar dan mengajar, hanya sebatas gugur tugas mengajar saja, (l)Masa studi menjadi lebih panjang, (m) Generalitas kurikulum sehingga ilmu yang didapat juga general, (n) Peran serta institusi dalam menumbuhkan minat dan bakat serta mental mahasiswa semasa menempuh studi di kampus, (o) Proses pelayanan akademik terhadap mahasiswa terasa merepotkan dan berbelit-belit. Hampir dapat dipastikan bahwa masih banyak hal selain yang tersebut di atas yang menjadi faktor penyebab mengapa mahasiswa atau pelajar umumnya kesulitan dalam menyelesaikan tugas akhir, yaitu khusus penulisan skripsi sehingga mengakibatkan banyak mahasiswa yang mengambil jalan pintas dengan berhenti kuliah di tengah jalan dan membeli atau membayar orang lain untuk menuliskan skripsinya. Oleh karena itu, hal ini harus menjadi sesuatu yang sangat diperhatikan oleh pihak institusi sebagai lembaga penyelenggara pendidikan, agar tujuan akhir dalam mencapai kualitas pendidikan dapat tercapai. Kerja sama semua pihak dalam menjaga keutuhan dan usaha yang promahasiswa harus dibangun dan dirancanakan dengan matang dan cerdas agar meningkatkan motivasi, semangat, dan kreativitas mahasiswa dapat tercapai. Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan dalam uraian jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok! MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Ganjil) Mata Kuliah : Teknik Penulisan Karya Ilmiah

Kode Mata Kuliah : Jurusan/Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2010-2011 Semester/Kelas : Ganjil/V C Bobot : 2 Sks

A. Essay: 1. Jelaskan ciri-ciri karya ilmiah berupa sifat ilmiah dan lazim!

2. Jelaskan perbedaan karangan ilmiah, non ilmiah dan karangan populer beserta masing-masing contoh! 3. Temukan unsur bagian awal, bagian inti dan bagian akhir dalam karya ilmiah yang kamu miliki. Kemudian jelaskan kegunaan masing-masing bagian tersebut secara rinci dengan terlebih dahulu mencantumkan judul karya ilmiah tersebut! 4. Jelaskan tahap pengumpulan data dan tahap penyuntingan konsep dalam tahap-tahap penulisan karya ilmiah! 5. Simpulkan, beri kritik, kemudian interpretasikan atau beri dukungan terhadap tulisan esai berikut yang berjudul: Kesulitan Mahasiswa Menulis Tugas Akhir (Skripsi). Kesulitan Mahasiswa Menulis Tugas Akhir (Skripsi) Mengapa mahasiswa banyak yang mengalami kesulitan menentukan judul atau fokus penelitian untuk skripsinya? Setidaknya ada beberapa hal yang menyebabkan mahasiswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas akhir kuliah (skripsi) di perguruan tinggi, antara lain: (a) mahasiswa tersebut malas dan kesalahan motivasi awal pada masuk kuliah (kuliah hanya sebagai status daripada menganggur), (b) Mahasiswa tersebut tidak menguasai dan memahami arah disiplin ilmunya, (c) Mahasiswa tersebut tidak percaya diri terhadap kemampuannya, (d) Mahasiswa tersebut kesulitan mengikuti dan menyerap pelajaran di kelas, (e) Mahasiswa tersebut tidak aktif untuk mengeksplorasi keilmuannya, baik secara pribadi maupun di unit-unit kegiatan mahasiswa yang kegiatannya mendukung keilmuannya, (f) Mahasiswa tersebut kurang latihan semasa kuliahnya, (g) Mahasiswa kehilangan motivasi dan kurang bimbingan dari dosen pembimbing akademik, (h) Mahasiswa tersebut kurang referensi bacaan dan sampel, serta kurangnya minat baca, (i) Kemampuan bersaing mahasiswa sangat apatis, (j) Penyampaian dosen di kelas yang berkutat pada konsep, (k) Motivasi dosen hanya mengajar bukan mendidik dan

tidak berorientasi pada proses belajar dan mengajar, hanya sebatas gugur tugas mengajar saja, (l) Masa studi menjadi lebih panjang, (m) Generalitas kurikulum sehingga ilmu yang didapat juga general, (n) Peran serta institusi dalam menumbuhkan minat dan bakat serta mental mahasiswa semasa menempuh studi di kampus, (o) Proses pelayanan akademik terhadap mahasiswa terasa merepotkan dan berbelit-belit. Hampir dapat dipastikan bahwa masih banyak hal selain yang tersebut di atas yang menjadi faktor penyebab mengapa mahasiswa atau pelajar umumnya kesulitan dalam menyelesaikan tugas akhir, yaitu khusus penulisan skripsi sehingga mengakibatkan banyak mahasiswa yang mengambil jalan pintas dengan berhenti kuliah di tengah jalan dan membeli atau membayar orang lain untuk menuliskan skripsinya. Oleh karena itu, hal ini harus menjadi sesuatu yang sangat diperhatikan oleh pihak institusi sebagai lembaga penyelenggara pendidikan, agar tujuan akhir dalam mencapai kualitas pendidikan dapat tercapai. Kerja sama semua pihak dalam menjaga keutuhan dan usaha yang promahasiswa harus dibangun dan dirancanakan dengan matang dan cerdas agar meningkatkan motivasi, semangat, dan kreativitas mahasiswa dapat tercapai. Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan dalam uraian jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok! Sunday, October 24, 2010 7:33 PM KUNCI JAWABAN TES BAHASA INDONESIA PROGRAM D2 KE S1 PRODI PGMI FTK UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PILIHAN GANDA 1. B 2. A 3. B

4. D 5. C 6. B 7. A 8. C 9. D 10. D 11. B 12. C 13. D 14. B 15. D 16. C 17. D 18. C 19. D 20. B 21. D 22. C 23. D 24. B 25. A 26. C 27. A 28. B

29. B 30. A

ESSAY:

1. Jika guru tidak mengkaji kurikulum terlebih dahulu sebelum melaksanakan pembelajaran di kelas, kemungkinan yang dapat terjadi adalah: (a) guru memberikan pelajaran menyimpang dari rambu-rambu yang telah digariskan, (b) tidak tercapai tujuan yang telah digariskan. 2. Gejala yang muncul dalam pembelajaran bahasa pada siswa di saat permulaan Sekolah Dasar (SD) adalah siswa menemui kesulitan dalam belajar bahasa dibandingkan dengan sebelum memasuki dunia Sekolah Dasar (SD). 3. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Ciri-ciri kalimat meliputi: (a) kalimat terbentuk dari kata, frase, klausa, dan wacana, (b) terdapat intonasi dalam kalimat, (c) situasi yang menimbulkan ujaran kalimat itu muncul dan mempengaruhi pilihan kata serta intonasi yang digunakan penutur sebuah kalimat, (d) memiliki makna yang logis atau arti yang didukung dalam sebuah kalimat itu mengandung unsur logika. 4. Perbedaan antara bahasa lisan dan bahasa tulisan terletak pada medianya. Bahasa lisan menggunakan ucapan atau tuturan sedangkan bahasa tulis menggunakan huruf. Kejelasan makna bahasa lisan dapat dipengaruhi oleh lafal, ucapan, intonasi, tekanan, tempo seperti jeda dan kesenyapan, sedangkan bahasa tulis dipengaruhi oleh pilihan kata atau diksi, bentuk, pola kalimat, dan tanda baca. Ketentuan kalimat baik dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis prinsipnya sama. Beberapa ahli bahasa menjelaskan bahwa kalimat adalah bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan sedangkan intonasinya menunjukkan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap.

5. Manfaat kurikulum bagi seorang guru adalah sebagai: (a) pedoman atau acuan dalam melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah, (b) alat kontrol terhadap pelajaran yang diberikan. Monday, June 07, 2010 10:15 PM http://www.presidensby.info/index.php/pidato/2009/06/04/1168.html Pidato Presiden Pekan Raya Jakarta, Kemayoran, Kamis, 4 Juni 2009 Pidato Politik Mengawali Masa Kampanye Pilpres 2009 TRANSKRIPSI PIDATO POLITIK SUSILO BAMBANG YUDHOYONO MENGAWALI MASA KAMPANYE PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2009 PRJ, KEMAYORAN JAKARTA 4 JUNI 2009 Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam sejahtera untuk kita semua, Hadirin yang saya muliakan, Saudara-saudara se-bangsa dan se-tanah air yang saya cintai dan saya banggakan, Alhamdulillah, setelah tanggal 15 Mei 2009 yang lalu, kami SBY dan Boediono memohon doa restu kepada seluruh rakyat Indonesia untuk mencalonkan diri sebagai Presiden dan Wakil Presiden periode 2009-2014. Hari ini, saya akan menyampaikan pidato politik mengawali masa kampanye Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2009. Pidato ini, saya beri judul Membangun Pemerintahan yang Bersih untuk Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat. Ya, 5 tahun ke depan, tugas SBY-Boediono, dengan memohon dukungan rakyat Indonesia adalah secara sungguh-sungguh membangun pemerintahan yang bersih untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Pemerintah bersih yang hendak kita bangun dan wujudkan, disamping adalah pemerintahan yang bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme, sesungguhnya juga pemerintahan yang baik, dalam arti mampu menjalankan roda pemerintahan, tanggap terhadap persoalan dan keinginan rakyat, transparan dan semua yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan. Pemerintahan yang bersih dan efektif seperti inilah yang saya yakini akan dapat mengemban tugas dengan baik, terbebas dari perilaku yang mencederai rakyat, sehingga akhirnya benarbenar dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat lahir dan batin. Dalam arti luas Saudara-saudara, rakyat akan merasa lebih sejahtera, jika kebutuhan dasarnya makin terpenuhi, seperti pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan, dan lingkungan yang baik. Rakyat juga makin sejahtera, apabila mereka merasa aman, hukum ditegakkan, kejahatan diperangi dan korupsi diberantas. Disamping makin sejahtera, sesungguhnya rakyat juga ingin mendapatkan keadilan. Pemerintah yang bersih dan efektif, insya Allah akan dapat mewujudkan harapan rakyat Indonesia, yaitu hidup yang makin aman, makin adil, dan makin sejahtera. Saudara-saudara, Lima tahun yang lalu, dalam pidato awal kampanye, seperti yang saya sampaikan malam ini, saya mengatakan waktu itu, bahwa tugas Presiden Republik Indonesia untuk periode 2004-2009 adalah berjuang sekuat tenaga, agar Indonesia yang baru dilanda oleh krisis nasional yang hebat, waktu itu, menjadi lebih aman, lebih adil, lebih demokratis, dan lebih sejahtera. Mengapa saya mengatakan seperti itu? Ya, karena memang kenyataannya, negara kita 5 tahun yang lalu belum aman benar. Politik belum stabil benar, ekonomi masih lemah, kesejahteraan rakyat terpukul akibat krisis, kemiskinan, pengangguran, dan beban hutang masih tinggi, termasuk utang IMF, yang membebani kita. Citra kita di mata dunia buruk, Indonesia masih mendapatkan sanksi dan embargo dari masyarakat internasional. Dan jangan lupa korupsi, kolusi, dan nepotisme masih relatif merajalela, sementara pemerintahan yang bersih masih jauh dari harapan. Itulah potret negeri kita. Saya ulangi, itulah potret negeri kita yang masih diwarnai oleh sudutsudut kegelapan dan ada yang belum tersentuh oleh cahaya, harapan dan kemajuan. Lima tahun ini, pemerintahan yang saya pimpin, dengan dukungan rakyat Indonesia telah bekerja keras untuk mengatasi masalah, serta melakukan perubahan dan perbaikan. Memang kurun waktu 5 tahun ini, ketika kita sungguh ingin melakukan berbagai perubahan dan perbaikan ke arah yang lebih baik, ujian dan tantangan yang kita hadapi datang silih berganti. Mulai dari tsunami di Aceh dan Nias, gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah, wabah flu burung, krisis pangan dunia, krisis minyak dunia, dan bahkan dewasa ini kita sedang berada dalam krisis

perekonomian global. Sungguh ujian dan tantangan yang berat, yang secara tegar mesti kita hadapi, seraya terus mencari ikhtiar. Alhamdulillah, sejarah mencatat, meskipun masih banyak pekerjaan rumah yang harus kita lanjutkan ke depan, banyak pula prestasi dan hasil yang telah kita capai. Kalau semuanya jujur, kita mesti sungguh bersyukur terhadap segala capaian yang kita raih selama 5 tahun terakhir ini, baik di bidang politik, hukum dan keamanan, di bidang perekonomian, di bidang kesejahteraan, dan di bidang kerjasama internasional. Untuk itu semua, dalam kapasitas saya sebagai Presiden Republik Indonesia, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh rakyat Indonesia atas dukungan dan kerjasamanya. Saudara-saudara se-bangsa dan se-tanah air, Sebagai pertanggungjawaban sejarah, saya ingin menyampaikan kembali apa yang saya pidatokan 5 tahun yang lalu itu, yang oleh rakyat dianggap sebagai janji-janji SBY. Saya persilakan saudara-saudara menyimak sejumlah sasaran yang saya janjikan waktu itu, untuk saudara nilai apakah saya bersama pemerintahan yang saya pimpin sungguh dengan sekuat tenaga bekerja keras untuk mencapainya. Saya mengatakan pada waktu itu, Indonesia yang lebih aman dan damai akan terwujud jika NKRI tetap tegak dan utuh. Integrasi nasional makin kokoh, kedaulatan negara tegak, keamanan dalam negeri terpelihara, separatisme bersenjata dihentikan, konflik komunal diakhiri, kejahatan diperangi, termasuk terorisme dan kejahatan trans nasional, harmoni dan integrasi sosial diperkokoh, toleransi kehidupan beragama diperkuat. Saya juga mengatakan pada waktu itu, Indonesia yang lebih adil akan dapat kita capai, jika keadilan sosial diperkuat, persamaan kesempatan didorong, diskriminasi dihilangkan, kesetiakawanan sosial diperkuat, hukum ditegakkan, korupsi, kolusi dan nepotisme diberantas, penghormatan kepada hak azasi manusia ditingkatkan. Saya juga mengatakan pada waktu itu, bahwa negara kita akan lebih demokratis, jika kehidupan demokrasi terus dikembangkan, konstitusionalisme diperkuat, kelembagaan dan budaya politik dikembangkan, partisipasi politik didorong dan peran masyarakat atau civil society ditingkatkan. Semuanya itu berada dalam lingkungan politik yang tertib dan stabil. Dan selanjutnya, saya juga mengatakan, bahwa Indonesia yang lebih sejahtera akan dapat diwujudkan. Jika ekonomi kita terus tumbuh, makro ekonomi makin kuat dan tetap stabil, sektor riil dan dunia usaha terus bangkit, pengangguran dikurangi, kemiskinan dikurangi, daya beli rakyat ditingkatkan, terutama guna memenuhi kebutuhan bahan pokok atau sembako. Infrastruktur dibangun, investasi digalakkan, ekspor ditingkatkan, kualitas hidup masyarakat makin dipenuhi, pendidikan dimajukan, kesehatan ditingkatkan, lingkungan hidup ditingkatkan kualitasnya dan kaum perempuan makin diperankan dan diberdayakan.

Saudara-saudara, Itulah misi dan sasaran nasional yang saya sampaikan 5 tahun yang lalu. Rakyat Indonesia yang saya cintai, kesemua sasaran itulah yang selama hampir 5 tahun ini dengan gigih terus pemerintah perjuangkan untuk mencapainya. Saya ingin sebagai pemimpin senantiasa melaksanakan apa yang telah saya katakan dan sekarang ini, saya mengatakan apa yang telah saya lakukan sebagai Presiden Republik Indonesia selama ini. Saya tidak ingin banyak membuat janji yang sulit saya penuhi. Memberikan angin surga kepada rakyat, juga bukan jalan yang saya pilih. Terlebih ketika situasi dunia sedang dilanda krisis besar di bidang perekonomian dewasa ini. Ke depan, saudara-saudara, 5 tahun mendatang, saya memilih untuk tidak dipuji karena kurang menjanjikan sasaran-sasaran yang spektakuler, langkah-langkah yang amat agresif, serta perubahan-perubahan yang amat dramatis. Saya lebih memilih sasaran yang lebih realistis, dapat kita jangkau dan secara nyata manfaat dan dampak positifnya, saya ulangi, yang manfaat dan dampak positifnya dapat dirasakan oleh rakyat kita. Oleh karena itu, 5 tahun mendatang yang akan saya lakukan tiada lain adalah sebuah kesinambungan dan perubahan. Ya kesinambungan atau continuity dan perubahan, serta perbaikan atau change. Maknanya apa yang telah berhasil kita capai akan kita lanjutkan dan kita tingkatkan. Sedangkan yang belum baik akan terus kita perbaiki. Dan itulah misi pemerintah yang dengan ridho Allah SWT, insya Allah akan saya pimpin 5 tahun mendatang. Hadirin yang saya hormati, Rakyat Indonesia yang saya cintai, Dengan penjelasan tadi, sekarang apa konkretnya yang akan kita lakukan 5 tahun mendatang. Dengan alhamdulillah, keadaan keamanan dalam negeri dan stabilitas politik yang makin membaik, fokus kita ke depan adalah untuk memantapkan pilar ekonomi dan kesejahteraan, pilar keadilan, dan pilar demokrasi. Ketiga pilar ini akan dapat kita perkokoh dengan menjalankan 5 agenda utama dalam kerangka kehidupan bernegara dan kegiatan pemerintahan yang akan kita jalankan. Lima agenda utama yang saya maksud adalah agenda pertama, mengintensifkan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Agenda kedua, melanjutkan perbaikan tata kelola pemerintahan, yang disebut dengan good governance. Agenda ketiga, memantapkan pilar demokrasi. Agenda keempat, melanjutkan penegakan hukum dan pemberantasan korupsi. Dan agenda kelima, melaksanakan pembangunan yang merata atau inklusif dan berkeadilan.

Kelima agenda utama ini dalam pelaksanaannya nanti, akan dituangkan dalam berbagai program aksi yang dalam prakteknya akan menjadi bagian dari rencana pembangunan jangka menengah nasional atau yang kita sebut RPJMN tahun 2009-2014, akan menjadi bagian dari rencana kerja

tahunan dan APBN, yang setiap tahun akan dibahas bersama DPR RI periode 2009-2014. Kesemua rencana strategis itulah yang akan dijalankan oleh pemerintah periode mendatang, dengan manajemen nasional yang efektif, yang kredibel, dan yang akuntabel. Saudara-saudara, Mengapa saya memandang peningkatan kesejahteraan dan pembangunan ekonomi perlu diletakkan sebagai agenda utama? Saya telah menyampaikan bahwa pembangunan itu pada hakekatnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sementara itu, kita tahu jalan utama untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat adalah melalui pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, ideologi dan kebijakan dasar ekonomi yang kita pilih haruslah yang nyata-nyata dapat terus meningkatkan kesejahteraan rakyat kita. Dalam kaitan ini, saya percaya, saya percaya bahwa pertumbuhan disertai pemerataan atau sering disebut growth with equity. Saya tidak percaya pada teori yang mengatakan begini: yang penting mencapai pertumbuhan yang tinggi dan kemudian melalui mekanisme pasar pertumbuhan itu akan dapat diratakan secara adil atau yang dulu sering disebut sebagai trickle down effect. Teori itu tidak jalan di negara-negara berkembang, termasuk di negara kita. Saya memilih ekonomi jalan tengah, bukan ekonomi yang menyerahkan segalanya kepada pasar atau yang disebut kapitalisme yang fundamental ataupun turunannya yang disebut neoliberalisme atau neolib. Bukan itu pilihan kita. Saya juga tidak memilih ekonomi komando atau ekonomi yang segalanya dan sepenuhnya dijalankan oleh negara, yang dulu dikenal dengan ekonomi komunis maupun turunannya yang sosialistis. Yang mesti kita pilih Saudara-saudara, adalah ekonomi jalan tengah. Dimana prinsip-prinsip ekonomi pasar yang membawa efisiensi dan pertumbuhan yang berkualitas kita wadahi dan peran pemerintah, guna memastikan pemerataan ekonomi bagi seluruh rakyat juga kita jalankan dengan tepat. Kebijakan ekonomi seperti inilah yang sungguh membawa manfaat bagi rakyat Indonesia. Saudara-saudara, Ideologi dan aliran neolib tidak tepat kita anut, karena paham ini amat mengedepankan mekanisme pasar dan membatasi peran pemerintah, menganjurkan privatisasi yang seluasluasnya, membatasi subsidi meskipun subsidi itu diperlukan untuk melindungi rakyat miskin, mendorong liberalisasi perdagangan dan investasi yang nyaris tidak memberi ruang bagi kebijakan nasional, lebih mendorong pertumbuhan dan ekspor yang diintegrasikan dalam globalisasi dan memberikan peran yang terlalu besar kepada perusahaan-perusahaan multinasional dan institusi keuangan dan perdagangan dunia. Kalau paham neolib ini mutlak kita anut, masyarakat bisa menjadi korban dan rasa keadilan pun tidak dapat kita penuhi. Oleh karena itu, pilihan kita adalah sekali lagi, ekonomi jalan tengah atau ekonomi terbuka berkeadilan sosial. Pilihan ini tidak datang dari langit, tidak berada di

awang-awang, tetapi telah kita jalankan dewasa ini melalui strategi pembangunan ekonomi yang pro pertumbuhan, pro lapangan kerja dan pro kelompok miskin. Juga melalui politik dan desain APBN yang tidak hanya berorientasi kepada stimulasi pertumbuhan, tetapi juga pada penanggulangan kemiskinan yang sering disebut sebagai jaring pengaman sosial. Dan juga melalui program-program pro rakyat. Saya ulangi Saudara-saudara melalui program-program pro rakyat yang telah dan akan terus kita jalankan. Apa program-program prorakyat itu? Pertama adalah Bantuan Langsung Tunai atau BLT. BLT bersyarat, beras untuk rakyat miskin, pendidikan gratis bagi yang miskin, berobat atau kesehatan gratis bagi yang kurang mampu, bantuan sosial dan bantuan penyandang cacat serta lanjut usia, bantuan bagi saudara kita yang mengalami bencana. PNPM Mandiri bagi kecamatan dan desa, dan scheme Kredit Usaha Rakyat bagi usaha mikro dan kecil. Semuanya itu adalah program prorakyat. Ini bukan janji, tetapi bukti, ini bukan wacana, tetapi nyata. Saudara-saudara, Apa yang pemerintah jalankan selama ini tiada lain adalah ekonomi yang berpihak kepada rakyat atau yang sering disebut di luar ekonomi rakyat, atau ekonomi kerakyatan. Saya meyakini kebijakan ekonomi yang pro rakyat inilah yang lebih adil dan lebih sesuai bagi bangsa Indonesia. Insya Allah, saya akan terus melanjutkan program-program pro rakyat ini. Saya mohon dukungan seluruh rakyat Indonesia untuk melanjutkan. Saya teruskan dulu, dengarkan dulu. Saya mohon dukungan rakyat Indonesia untuk melanjutkan kebijakan dan program-program ekonomi yang prorakyat ini. Terima kasih. Saudara-saudara, Meskipun kita mesti berpihak dan berempati kepada rakyat kecil, rakyat miskin, namun kita juga harus memastikan bahwa hakekatnya pembangunan itu adalah untuk semua. Semboyan kita adalah pembangunan untuk semua, development for all, untuk semua. Oleh karena itu, terus mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan pekerjaan, mengelola inflasi dan daya beli rakyat, membangun infrastruktur termasuk listrik, meningkatkan ketahanan energi dan ketahanan pangan, terus mengembangkan sektor pertanian, industri, jasa, pariwisata dan ekonomi kreatif, serta mendorong pertumbuhan yang berwawasan lingkungan juga mesti kita lanjutkan dan tingkatkan. Terima kasih. Demikian juga di sisi kesejahteraan. Pendidikan yang makin berkualitas, makin murah dan makin terjangkau harus terus ditingkatkan. Anggaran pendidikan yang telah mencapai 20 persen dari APBN mesti dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan, sehingga benar-benar menghasilkan manusia Indonesia yang unggul dan berdaya saing tinggi. Demikian juga peningkatan yang sungguh-sungguh pada sektor kesehatan dengan memastikan terwujudnya pelayanan kesehatan yang mudah, yang murah, dan berkualitas.

Dalam kaitan ini semua, Saudara-saudara, menyangkut hubungan ekonomi dan kesejahteraan, saya termasuk orang yang tidak setuju, jika perhatian kita hanya tertuju pada pertumbuhan ekonomi semata, tanpa memikirkan segi-segi keadilan dan pemerataannya. Sekali lagi, sekali lagi, pertumbuhan ekonomi harus disertai pemerataan dan keadilan bagi rakyat. Saudara-saudara se-bangsa dan se-tanah air, Ijinkan saya sekarang menyampaikan mengapa mewujudkan tata pemerintahan yang baik atau good governance dan pemerintahan yang bersih atau clean government, termasuk birokrasi yang kompeten, yang responsif dan yang akuntabel itu sangat penting. Kita masih ingat, 10, 11 tahun yang lalu, negara kita mengalami krisis ekonomi dan akhirnya menjadi krisis nasional yang dahsyat. Tanya penyebabnya, mengapa krisis multidimensional itu terjadi? Tetapi satu hal Saudara-saudara, yang membikin keadaan kita demikian parahnya waktu itu adalah terjadinya atau bahkan merajalelanya korupsi, kolusi dan nepotisme. Kalau para pejabat negara dan pejabat pemerintahan, baik yang di pusat maupun di daerah terlibat dalam praktek korupsi, kolusi dan nepotisme, gelaplah kehidupan kita, suramlah masa depan kita. Oleh karena itu, langkah-langkah pemberantasan KKN, serta reformasi birokrasi yang tengah dijalankan dewasa ini harus dilanjutkan dan ditingkatkan. Pejabat negara dan pejabat pemerintah apa pun tingkatannya tidak boleh memiliki konflik kepentingan, tidak boleh melakukan kegiatan bisnis, termasuk keluarganya yang melakukan penyalahgunaan wewenang. Kalau pun melakukan bisnis haruslah transparan dan tidak melanggar aturan dan juga tidak boleh melebihi kepatutannya. Ingat, kerajaan dan gurita bisnis pejabat dan keluarga pejabat di masa lampaulah yang turut memperdalam kejatuhan ekonomi Indonesia. Saya akan dengan gigih terus berupaya, agar sistem kita makin bersih, KKN dapat dicegah dan reformasi birokrasi terus dijalankan dengan baik. Dengarkan Saudara-saudara, rakyat tidak akan pernah percaya, bahwa para pemimpin dan pejabat negara akan benar-benar mencurahkan pikiran, tenaga dan waktunya untuk membangun negeri dan meningkatkan kesejahteraan rakyat, manakala pemimpin dan pejabat itu sibuk mengurusi bisnisnya sendiri. Saudara-saudara, Sebagai buah dari reformasi, kehidupan demokrasi di negeri ini makin mekar, kebebasan makin tumbuh, termasuk kebebasan pers dan kebebasan menyatakan pendapat. Hak-hak asasi manusia makin dilindungi dan dihormati. Yang mesti kita mantapkan 5 tahun mendatang adalah kehidupan demokrasi juga menghadirkan iklim politik yang stabil, disertai kepatuhan kepada pranata hukum atau rule of law. Kehidupan akan menjadi tenteram dan harmonis, manakala kebebasan bisa bergandengan dengan kepatuhan pada hukum, manakala hak bergandengan dengan kewajiban.

Menyangkut hubungan antarlembaga negara, kita rasakan sekarang ini, check and balances makin terwujud dengan baik. Tugas kita ke depan adalah menjamin konsistensi sistem pemerintahan kabinet presidensial yang mesti dapat menjalankan tugasnya secara efektif. Kita tentu harus mencegah dan tidak ingin kembali kepada sistem pemerintahan yang otoritarian. Namun yang harus kita lakukan sebagai bagian dari konsolidasi demokrasi sekali lagi adalah pelaksanaan sistem presidensial sesuai dengan ketatanegaraan yang kita anut. Ke arah inilah kehidupan demokrasi mesti kita bangun, sebuah demokrasi yang substantif dan bukan hanya bersifat prosedural semata. Hadirin sekalian yang saya hormati, Perihal penegakan hukum dan pemberantasan korupsi yang akan terus kita lanjutkan 5 tahun mendatang, saya kira tidak ada di antara kita yang tidak setuju. Negara kita adalah negara hukum, hukum adalah panglima dan bukan politik. Saya ingin mengajak seluruh rakyat Indonesia, termasuk para pejabat negara dan pemerintahan untuk betul-betul menghormati dan mematuhi ketentuan hukum. Reformasi di bidang hukum mesti ditingkatkan, baik itu lembaga Kepolisian, Kejaksaan, Peradilan dan kepengacaraan. Jika hukum makin tegak di negeri ini, keadilan makin terwujud, kehidupan akan menjadi lebih pasti, termasuk kegiatan ekonomi dan dunia usaha. Dan kemudian ke semuanya itu akan bermuara pada peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Saudara-saudara, Mengenai pembangunan yang inklusif dan berkeadilan sudah amat lama menjadi impiah seluruh rakyat Indonesia. Lima tahun terakhir ini, kita telah bekerja keras untuk mengurangi kesenjangan pembangunan antara pusat dan daerah, antara kota dan desa, antara Jawa dan luar Jawa, antara daerah kaya sumber daya alam dan yang miskin. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang kita jalankan sesungguhnya untuk memastikan, bahwa makin ke depan pembangunan kita akan makin adil, makin merata, dan makin seimbang. Dalam kaitan ini, saya menggarisbawahi 2 hal penting. Pertama, segi investasi. Dan kedua, sektor industri. Saya mengajak para pelaku ekonomi dan dunia usaha dengan fasilitasi para pejabat pemerintah, agar setiap investasi senantiasa mengajak dan melibatkan masyarakat lokal untuk ikut mendapatkan manfaat dari investasi itu. Demikian juga pengembangan industri, termasuk agroindustri, janganlah masyarakat lokal hanya menjadi penonton dan akhirnya tidak mendapatkan apa-apa dengan pertumbuhan ekonomi di daerah itu. Saya memandang, bahwa program yang disebut CSR, tanggung jawab sosial perusahaan, belumlah cukup. Sejauh mungkin komunitas lokal itu diajak dan dilibatkan dalam investasi dan pengembangan sektor-sektor ekonomi yang tengah berlangsung.

Hadirin yang saya muliakan, Saudara-saudara se-bangsa dan se-tanah air yang saya cintai dan saya banggakan, Melalui mimbar yang mulia ini, saya telah menjelaskan apa yang telah kita lakukan 5 tahun terakhir ini dengan segala capaian dan pekerjaan rumah yang harus kita kerjakan. Saya juga telah menyampaikan apa misi dan agenda nasional kita 5 tahun mendatang, guna mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera, lebih adil, dan lebih demokratis. Apa yang telah dan akan kita kerjakan untuk membuat keadaan negeri kita lebih baik lagi ini, sesungguhnya merupakan bagian dari sebuah transformasi besar yang sedang kita lakukan. Kita mengetahui bahwa sebuah perubahan berjangka panjang atau transformasi selalulah menghasilkan pasang surut, serta tantangan dan peluangnya sendiri. Perubahan besar yang penuh dengan dinamika seperti ini mestilah dijaga kesinambungannya, agar tetap bergerak ke depan menuju pencapaian cita-cita nasional kita. Kita perlu terus menjaga visi strategis kita, mengelola berbagai dinamika perubahan secara konstitusional, sistemik serta penuh dengan semangat dan keyakinan untuk menjadi bangsa yang berhasil di masa depan. Menjadi bangsa yang maju, bermartabat dan sejahtera di abad 21 yang menjanjikan, dan menjadi Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, bangun NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan ini, pemerintahan dan kepemimpinan yang diharapkan oleh rakyat adalah kepemimpinan yang jujur, bisa dipercaya, dan bersih dari korupsi. Juga kepemimpinan yang peduli pada nasib rakyatnya, juga kepemimpinan yang dipercaya mampu mengatasi masalah-masalah yang mendesak, yang sedang dihadapi oleh bangsa kita, seperti mangatasi krisis perekonomian global dewasa ini. Kami, SBY dan Boediono beserta segenap komponen pendukung ingin menjadi bagian dari transformasi dan sejarah perjalanan bangsa yang kita cintai bersama ini. Sekali lagi, sekali lagi mari kita wujudkan pemerintahan yang bersih dan efektif untuk meningkatkan kesejahteraan bagi rakyat kita. Jayalah Indonesia, majulah negeri tercinta. Selamat berjuang. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

*****

Biro Pers dan Media

Rumah Tangga Kepresidenan Redaksi | Syarat & Kondisi | Peta Situs | Kontak 2006-2009 Situs Web Resmi Presiden Republik Indonesia - Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono Hak Cipta dilindungi Undang-undang

http://id.wikisource.org/wiki/Pidato_-_Boediono Pidato - Boediono Dari Wikisource Indonesia, perpustakaan bebas berbahasa Indonesia Langsung ke: navigasi, cari Pidato - Boediono Pidato saat deklarasi Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono sebagai pasangan calon presiden di Bandung

Pada Hari Jum'at, Tanggal 15 Mei 2009 Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu yg saya hormati, Hadirin yang saya muliakan. Assalamualaikum Wr. Wb. Salam sejahtera buat kita semua. Pertama-tama, izinkanlah saya dengan tulus mengucapkan rasa terima kasih yang mendalam, khususnya kepada Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, yang telah menunjuk saya untuk mendampingi beliau dalam pemilu presiden Juli nanti. Penunjukan diri saya sebagai calon wakil presiden merupakan kehormatan yang amat besar bagi saya dan keluarga. Penunjukan ini juga merupakan sebuah kehormatan yang tak terduga-duga. Sejak awal, saya merintis karir saya sebagai seorang ekonom dan seorang guru. Saya tidak pernah bercita-cita memegang salah satu jabatan puncak dalam Republik yang kita cintai ini. Saya juga berterima kasih kepada jajaran partai-partai yang mendukung pilihan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono tersebut. Insya Allah, itu adalah modal dukungan yang saya butuhkan kini dan nanti. Saya juga berterima kasih kepada isteri saya. Ia menyetujui suaminya untuk memasuki tugas yang sama sekali baru yang tantangan dan risikonya lebih besar ketimbang tugas-tugas sebelumnya. Tantangan dan risiko itu sudah tampak sejak mula. Saya sadar, penunjukan saya sebagai calon wakil presiden menimbulkan kontroversi. Itulah tanda sebuah demokrasi yang hidup sebagai hasil Reformasi yang ditebus dengan badan dan jiwa mahasiswa Indonesia 10 tahun yang lalu. Di bawah Presiden SBY, Indonesia menjadi salah satu dari sedikit negara di Asia yang sanggup merawat dan mengembangkan kebebasan menyatakan pendapat. Di bawah pemerintahan ini tak ada suara yang menentang yang dibrangus. Di bawah SBY, Indonesia tak hendak kembali ke bawah kekuasaan yang meniadakan hak-hak asasi manusia, apalagi dengan kekerasan. Dalam suasana demokratis itu, Indonesia berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Bahkan dalam situasi krisis ekonomi global sekarang ini, bersama Cina dan India, Indonesia adalah tiga negara besar di dunia yang masih mencetak pertumbuhan positif. Dalam hubungan itulah saya sungguh menghargai keteguhan dan kearifan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Penghargaan itu pula yang mendorong saya untuk bersedia mendampingi beliau. Saya pernah bekerja tiga tahun di bawah beliau. Hal itu menjadi modal bagi saya untuk bekerjasama dengan baik dan mewujudkan pemerintahan yang mampu bekerja tepat, cepat, dan akuntabel.

Bapak Presiden yang saya hormati. Hadirin yang saya muliakan. Keikut-sertaan saya juga didorong oleh apa yang selama ini disaksikan berjuta-juta orang Indonesia: yaitu bahwa di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tampak tekad untuk membangun pemerintahan yang bersih. Memang harus diakui, dalam gerakan antikorupsi ini, kerja belum selesai, belum apa-apa, tetapi sebuah langkah baru yang tegas sudah diambil. Korupsi bukan hanya tindakan yang tak bermoral. Korupsi juga menimbulkan ketidak-adilan dan menggerogoti efektifitas Negara. Padahal, kita memerlukan peran Negara. Perekonomian Indonesia tidak dapat sepenuhnya diserahkan ke pasar bebas. Selalu diperlukan intervensi dengan aturan main yang jelas dan adil. Untuk itu diperlukan lembaga pelaksana yang efektif. Itulah yang harus disediakan oleh Negara. Negara tidak boleh terlalu banyak campur tangan, sebab itu akan mematikan kreatifitas. Tetapi Negara juga tidak boleh hanya tertidur. Untuk itu, diperlukan sebuah pemerintahan yang bersih. Kita semua sadar, pemerintahan yang bersih tidak akan lahir karena dipidatokan. Pemerintahan yang bersih harus dimulai dengan tauladan kepemimpinan. Indonesia membutuhkan pemimpin yang tidak dikotori oleh suap; tidak mau memperdagangkan kekuasaan; tidak mau mencampur-adukkan kepentingan Republik dengan kepentingan bisnis keluarga. Lebih dari itu, pemerintahan yang bersih memerlukan tindakan pemberantasan korupsi yang konsisten; juga sebuah reformasi birokrasi. Saya yakin, pemerintahan SBY, melalui sistem presidensial yang berdaya-guna, akan melangkah ke sana. Bekerja dalam tim yang dipimpinnya merupakan kehormatan bagi siapapun. Bukan kehormatan karena kedudukan, tetapi kehormatan karena ikut menjalankan cita-cita yang luhur. Cita-cita itu cita-cita Indonesia yang tidak boleh pernah padam. Bapak Presiden yang saya hormati Hadirin yang saya muliakan Di awal abad ke-20, Bung Karno di kota Bandung ini, menyatakan Indonesia menggugat. Waktu itu Indonesia menggugat penjajahan yang menjadikannya terbelenggu dan merasa kerdil. Di awal abad ke-21 ini, Indonesia juga selayaknya menggugat. Kini yang kita gugat adalah penjajahan oleh kekuatan dari luar dan dari dalam, yang membuat kita merasa terpuruk, merasa tidak bisa bangkit memperbaiki diri. Padahal kita mampu, padahal kita sanggup.

Saya berjanji, saya akan selalu bekerja untuk membuat Indonesia lebih sanggup, untuk membebaskan rakyat dari kemiskinan, kesewenang-wenangan, dan keterpurukan. Dengan mengucapkan Bismillahirohmanirohim, saya siap bekerja mulai hari ini. Wabillahi taufiq walhidayah. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Diperoleh dari "http://id.wikisource.org/wiki/Pidato_-_Boediono" Kategori: Pidato

TUGAS PRESENTASI KELOMPOK ANALISIS WACANA

THEO VAN LEEUWEN

Oleh

Kelompok 5

Lusi Komalasari Eka Rihan K Mila Kurnia Sari Irawati Rahman

KONSENTRASI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2009 Theo Van Leeuwen

I. Pendahuluan Presentasi makalah sebelumnya, pembahasan ditujukan mengenai wacana: Perspektif Foucault, Wacana dan Ideologi; Representasi dan Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress, dan Tonny Trew. Selanjutnya , pada makalah ini membahas analisis wacana teks berita. Theo Van Leeuwen memperkenalkan model analisis wacana untuk mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana. Analisis Van Leeuwen secara umum menampilkan bagaimana pihak-pihak dan aktor (bisa seseorang atau kelompok) ditampilkan dalam pemberitaan. Ada dua hal yang perlu diperhatikan ketika kita memeriksa aktor sosial dalam pemberitaan tersebut. Pertama, proses pengeluaran (exclusion) dan kedua,

proses pemasukan (inclusion), serta kerangka analisis yang digunakan di dalam menganalisis teks berita di media cetak. II. Ringkasan Bahan A. Exclusion Exclusion berkaitan dengan bagaimana pihak-pihak dan actor dikeluarkan dalam pemberitaan. Ada beberapa strategi bagaimana suatu actor (seseorang atau kelompok) dikeluarkan dalam pembicaraan, yaitu dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Pasivasi Pasivasi berkaitan dengan proses bagaimana satu kelompok atau aktor tertentu tidak dilibatkan dalam suatu pembicaraan atau wacana. Penghilangan actor sosial ini untuk melindungi dirinya. Penghilangan actor sosial ini dapat digunakan lewat pemakaian kalimat pasif. Pada kalimat pasif, actor tidak dapat hadir dalam teks. Misalnya pada contoh kalimat berikut ini: Aktif Polisi menembak seorang mahasiswa yang demonstrasi hingga tewas. Pasif Seorang mahasiswa tewas tertembak saat demonstrasi

Pada kalimat pasif, yang menjadi subjek dan inti pembicaraan adalah korban, bukan pelaku. Dalam kalimat pertama, berita disajikan dalam bentuk kalimat aktif, dan actor pelaku (polisi disajikan dalam teks. Sebaliknya, dalam kalimat kedua, actor tersebut hilang dalam pemberitaan. Sebab, yang dipentingkan dalam pemberitaan tersebut adalah objek atau korban penembakan. Akibat buruk dari pola kalimat seperti ini yaitu: (a) aktot / pelaku hilang dari pemberitaan, (b) bentuk kalimat pasif yang menghilangkan pelaku dari kalimat dapat membuat khalayak pembaca tidak kritis. 2. Nominalisasi Strategi wacana lain yang sering dipakai untuk menghilangkan kelompok atau aktor sosial adalah lewat nominalisasi, yaitu strategi mengubah kata kerja (verba) menjadi kata benda (nomina) yang umumnya dilakukan dengan memberi imbuhan pe-an. Nominalisasi dapat menghilangkan aktor atau subyek dalam pemberitaan karena ada hubungannya dengan transformasi dari bentuk kalimat aktif yang selalu membutuhkan subjek dan berbentuk kata kerja. Pada kata benda atau pada strategi ini, nominalisasi tidak membutuhkan subjek, karena nominalisasi pada dasarnya adalah proses mengubah kata kerja yang bermakna tindakan atau kegiatan menjadi kata benda yang bermakna peristiwa. Misalnya kegiatan atau tindakan menembak diubah menjadi peristiwa penembakan, seperti pada kalimat berikut. Verba Polisi menembak seorang mahasiswa yang demonstrasi hingga tewas.

Nominalisasi Seorang mahasiswa tewas akibat penembakan saat demonstrasi

3. Penggantian Anak Kalimat Penggantian subyek juga dapat dilakukan dengan memakai anak kalimat yang sekaligus berfungsi sebagai actor, seperti pada contoh berikut: Tanpa Anak Kalimat Polisi menembak seorang mahasiswa yang demonstrasi hingga tewas. Anak Kalimat Untuk mengendalikan demonstrasi mahasiswa, tembakan dilepaskan. Akibatnya seorang mahasiswa tewas.

Dalam kalimat pertama, peristiwa penembakan itu ditampilkan tanpa anak kalimat. Pada kalimat kedua, ditambahkan, terutama untuk menjawab pertanyaan kenapa polisi menembak mahasiswa? Jawabannya, karena menghalau dan mengendalikan demontrasi mahasiswa dan argumentasi ini disajikan dalam kalimat dengan menempatkannya sebagai anak kalimat. Sekilas dengan perubahan ini tidak mengubah maksud yang ingin disampaikan wartawan bahwa telah terjadi penembakan dan seorang mahasiswa tewas dalam demontrasi tersebut. Akan tetapi, perubahan itu kemungkinan tanpa disadari oleh penulisnya membuat pelaku penembakan itu tersembunyi dalam kalimat. B. Inclusion Inclusion berhubungan dengan pertanyaan pertanyaan bagaimana masing-masing pihak atau kelompok itu ditampilkan lewat pemberitaan. Dalam inklusi, actor (seseorang / kelompok) tersebut dimasukkan / disebut dalam pemberitaan, lalu bagaimana cara penggambarannya. Meskupun actor tidak dihilangka, proses marjinalisasi seseorang atau kelompok tertentu tetap bisa dilakukan. Ada beberapa macam strategi wacana yang dilakukan ketika sesuatu, seseorang atau kelompok ditampilkan dalam teks menurut Van Leeuwen, yaitu sebagai berikut: 1. Diferensiasi-Indiferensiasi Suatu peristiwa atau seorang aktor sosial bisa ditampilkan dalam teks secara mandiri, sebagai suatu peristiwa yang unik atau khas, tetapi bisa juga dibuat kontras dengan menampilkan peristiwa atau actor lain dalam teks. Diferensiasi-indeferensiasi merupakan strategi wacana bagaimana suatu kelompok disudutkan dengan menghadirkan kelompok atau wacana lain yang dipandang lebih dominan atau lebih bagus. Penghadiran kelompok atau peristiwa lain secara tidak langsung ingin menunjukkan bahwa kelompok itu tidak bagus dibandingkan dengan kelompok lain. Misalnya dalam pemberitaan mengenai demonstrasi buruh, dapat dibandingkan sebagai berikut:

Indiferensiasi Buruh pabrik Maspion sampai kemarin masih melanjutkan mogok. Diferensiasi Buruh pabrik Maspion sampai kemarin masih melanjutkan mogok. Sementara tawaran direksi yang menawarkan perundingan tidak ditanggapi oleh para buruh.

Pada kalimat pertama jelas dikatakan, para buruh mogok, sementara dalam kalimat kedua ditampilkan fakta mengenai direksi menawarkan jalan damai kepada para buruh. Kalimat yang kedua ini secara tidak langsung membedakan antara sikap pekerja dengan para direksi. Teks ini memarjinalkan posisi buruh dengan menampilkan seakan buruh ngotot mogok, di lain pihak ditampilkan direksi perusahaan yang lebih manusiawi menawarkan perundingan.teks tersebut dikatakan memarjinalkan karena teks tersebut memisahkan sedemikian rupa, proposisi pertama (buruh yang masih mogok) tidak dianggap sebagai akibat dari proposisi kedua (direksi yang meminta perundingan). Fakta mengapa mereka mogok atau apa yang diinginkan oleh direksi tidak ditampilkan, sehingga perbedaan pandangan antara apa yang dianggap bagus dengan apa yang dipandang tidak bagus, tergambar dalam teks tersebut. 2. Objektivasi-Abstraksi objektivasi-abstraksi berhubungan dengan pertanyaan apakan informasi mengenai suatu peristiwa atau aktor sosial ditampilkan dengan memberi petunjuk yang konkret ataukah yang ditampilkan adalah abstraksi. Makna yang diterima khalayak akan berbeda karena dengan membuat abstraksi peristiwa atau aktor yang sebetulnya secara kuantitatif berjumlah kecil dengan abstraksi dikomunikasikan seakan berjumlah banyak. Perbandingannya dapat dilihat pada kalimat berikut: Objektivasi PKI telah 2 kali melakukan pemberontakan. Abstraksi PKI telah berulang-kali melakukan pemberontakan..

Pada kalimat pertama disebut secara jelas berapa kali PKI melakukan pemberontakan, sementara dalam kalimat kedua dengan membuat sesuatu yang abstrak seperti kata berulang-kali. Khalayak akan mempersepsikan lain antara yang disebut secara jelas dengan dibuat dalam bentuk abstraksi. Menurut Van Leeuwen sering kali bukan disebabkan ketidaktahuan wartawan mengenai informasi yang pasti, tetapi merupakan strategi wacana wartawan untuk menampilkan sesuatu. Dalam contoh kalimat kedua di atas, wartawan menggunakan kata berulang kali untuk menggambarkan PKI secara buruk, sebagai kekuatan politik yang oportunistik dan harus diwaspadai keberadaannya. 3. Nominasi-Kategorisasi

Suatu pemberitaan mengenai aktor (seseorang/kelompok) atau mengenai suatu permasalahan, seringkali terjadi pilihan apakah aktor tersebut ditampilkan apa adanya, ataukah yang disebut sebagai kategori dari aktor sosial tersebut. Kategori ini bisa bermacam-macam yang menunjukkan ciri penting dari seseorang: bisa berupa agama, status, bentuk fisik dan sebagainya. Misalnya, dua kalimat berikut: Nominasi Seorang laki-laki ditangkap polisi karena kedapatan membawa obat-obatan terlarang. Kategorisasi Seorang laki-laki kulit hitam ditangkap polisi karena kedapatan membawa obatobatan terlarang.

Kedua kalimat tersebut artinya sama, yakni ada seorang laki-laki membawa obat-obatan terlarang dan ditangkap oleh polisi karena membawa obat-obatan terlarang. Pemberian kategori berkulit hitam sama sekali tidak emberikan informasi yang berguna siapa sebetulnya laki-laki itu. Kenapa kategori berupa kulit yang ditonjolkan dalam kalimat itu? Kenapa bukan warga negara? Barangkali wartawan tidak secara sengaja menampilkan kategori berupa warna kulit, tetapi secara tidak langsung berita itu mengasosiasikan ke dalam benak khalayak bahwa warga yang berkulit hitam memang identik dengan kekerasan dan obat-obatan terlarang.

4. Nominasi-Identifikasi Strategi wacana ini hampir mirip dengan kategorisasi, yakni bagaimana suatu kelompok, peristiwa, atau tindakan tertentu didefinisikan. Bedanya dalam identifikasi, proses pendefinisian itu dilakukan dengan memberi anak kalimat sebagai penjelas. Umumnya dihubungkan dengan kata hubung: yang, di mana. Wartawan barangkali ingin memberikan penjelasan siapa seseorang itu atau apa tindakan atau peristiwa itu. Akan tetapi sering kali ini harus dikritisi, sebab pemberian penjelasan ini mensugestikan makna tertentu karena umumnya berupa penilaian atas seseorang, kelompok, atau tindakan tertentu. Ini merupakan strategi wacana di ana satu orang, kelompok, atau tindakan diberi penjelasan yang buruk sehingga ketika diterima khalayak akan buruk pula. Misalnya pada kalimat berikut: Nominasi Seorang wanita ditemukan tewas, diduga sebelumnya diperkosa. Identifikasi Seorang wanita, yang sering keluar malam, ditemukan tewas. Diduga sebelumnya diperkosa.

Anak kalimat yang sering keluar malam: adalah identifikasi yang diberikan oleh wartawan. Akan tetapi, identifikasi itu sering kali bisa menjadi penilaian ke arah mana peristiwa tersebut harus dijelaskan. Dengan memberi anak kalimat yang sering keluar malam, wanita itu

digambarkan buruk, tidak baik moralnya, karena wanita tidak baik keluar malam, sehingga tidak heran kalau mengundang hasrat laki-laki untuk memperkosanya. Padahal dia keluar malam bukanlah alasan dia diperkosa.

5. Determinasi Indeterminasi Dalam pemberitaan, seringkali aktor atau peristiwa disebutkan secara jelas, tetapi sering kali juga tidak jelas (anonim). Anonimitas menurut van Leeuwen justru membuat suatu generalisasi, tidak spesifik. Efek generalisasi ini makin besar kalau anonim yang dipakai dalam bentuk plural, seperti banyak orang, sebagian orang, dan sebagainya. Misalnya pada kalimat berikut: Indeterminasi Pengamat Ekonomi, Didik J. Rahbini, pesimis ekonomi Indonesia bisa pulih. Determinasi Banyak pengamat pesimis ekonomi Indonesia bisa pulih.

Dalam kalimat pertama dirujuk secara jelas bahwa Didik Rahbini tidak percaya ekonomi Indonesia bisa bangkit. Akan tetapi, dalam kalimat kedua ketika disebut ada pengamat ekonomi atau banyak pengamat ekonomi tidak percaya ekonomi Indonesia bisa tumbuh, efek generalisasi menjadi lebih jelas dan kentara. 6. Asimilasi Individualisasi Strategi wacana ini berhubungan dengan pertanyaan, apakah aktor sosial yang diberitakan ditunjukkan dengan jelas kategorinya ataukah tidak. Asimilasi terjadi ketika dalam pemberitaan bukan kategori aktor sosial yang spesifik yang disebut dalam berita tetapi komunitas atau kelompok sosial di mana seseorang tersebut berada. Misalnya dalam contoh kalimat berikut: Individualisasi Adi, mahasiswa Trisakti, tewas tertembak Parman, seorang polisi, dalam demonstrasi di Cendana kemarin. Asimilasi Mahasiswa tewas ditembak polisi dalam demonstrasi di Cendana kemarin.

Kalimat pertama adalah bentuk individualisasi, karena di sana kategori mahasiswa disebut secara jelas. Hal ini berbeda debandingkan dengan kalimat kedua dalam bentuk asimilasi. Dalam kalimat tersebut tidak disebut Adi (mahasiswa yang meninggal) tetapi yang diacu adalah komunitas yang bernama mahasiswa. Dengan strategi wacana baru ini, dikesankan begitu banyak mahasiswa yang tertembak, mengesankan semua mahasiswa menjadi korban. Demikian halnya dengan polisi dikesankan semua polisi melakukan penembakan. Asosiasi pada dasarnya adalah

perangkat bahasa di mana seakan-akan terjadi efek generalisasi, sebaliknya dalam individualisasi memunculkan efek spesifikasi. 7. Asosiasi Disosiasi Strategi wacana ini berhubungan dengan pertanyaan, apakah aktor atau suatu pihak ditampilkan sendiri ataukah ia dihubungkan dengan kelompok lain yang lebih besar. Asosiasi menunjuk pada pengertian ketika dalam teks, aktor sosial dihubungkan dengan asosiasi atau kelompok yang lebih besar, di mana aktor sosial tersebut berada. Sebaliknya disosiasi, jika tidak terjadi hal demikian. Perbedaannya dapat dilihat dalam contoh berikut: Disosiasi Sebanyak 40 orang muslim meninggal dalam kasus Tobelo, Galela, dan Jailolo. Asosiasi Umat Islam di mana-mana selalu menjadi sasaran pembantaian. Setelah di Bosnia, sekarang di Ambon. Sebanyak 40 orang meninggal dalam kasus Tobelo, Galela, dan Jailolo.

Dalam kalimat pertana, umat Islam yang meninggal dalam kasus Tobelo, Galela, dan Jailolo tidak dihubungkan dengan kelompok yang lebih luas. Sementara dalam kasus kedua, umat Islam yang meninggal diasosiasikan dan dihubungkan dengan umat Islam lain di negara-negara lain. Dengan memberi asosiasi semacam ini, representasi mereka yang meninggal menjadi berbeda. Dalam kalimat pertama,kasus Ambon ini dipandang sebagai kasus spesifik, lokal, dan berlaku hanya untuk wilayah Ambon. Sementara pada kalimat kedua justru sebaliknya. Mereka yang meninggal dihubungkan atau diasosiasikan dengan mereka yang meninggal di Bosnia. Oleh karena itu, kasus Tobelo, Galela, dan Jailolo tidak dianggap sebagai kasus lokal Ambon tetapi juga kasus umat Islam secara keseluruhan. Apa yang terjadi di Ambon secara tidak langsung diasosiasikan menggambarkan apa yang terjadi di dunia Islam secara keseluruhan, di mana umat Islam dipandang menjadi korban pembantaian. Dengan demikian, strategi asosiasi membuat makna menjadi lebih besar (glorifikasi), karena asosiasi membuat khalayak membayangkan dan menghubungkan secara imajiner dengan komunitas yang lebih luas. C. Kerangka Analisis Model analisis Theo van Leeuwen ini dapat digunakan dalam menganalisis wacana pemberitaan suatu teks berita. Van Leeuwen membangun suatu model yang secara umum menggambarkan bagaimana aktor ditampilkan dalam pemberitaan. Menurut van Leeuwen, ada dua hal yang perlu diperhatikan ketika memeriksa aktor sosial dalam pemberitaan tersebut. Pertama, eksklusi: apakah dalam teks berita itu aktor sosial dihilangkan atau disembunyikan dalam pemberitaan? Kalau ya, bagaimana strategi yang dilakukan oleh media dalam menyembunyikan atau mengeluarkan aktor sosial tersebut? Kedua, inklusi: bagaimana aktor yang disebut itu ditampilkan dalam pemberitaan. Dalam inklusi, aktor (seseorang/kelompok) tersebut dimasukkan / disebut dalam pemberitaan, lalu bagaimana cara penggambarannya? Meskipun aktor tidak

dihilangkan, proses marjinalisasi seseorang atau kelompok tertentu tetap bisa dilakukan. Secara umum, apa yang ingin dilihat dari model van Leeuwen dapat digambarkan sebagai berikut: Tingkat Yang ingin dilihat Eksklusi Apakah ada aktor (seseorang/kelompok sosial yanng dihilangkan atau disembunyikan dalam pemberitaan. Misalnya dalamm berita mengenai demonstrasi mahasiswa, apakah semua aktor yang terlibat diberitakan secara menyeluruh, apakah ada upaya media untuk hanya mengedepankan satu aktor dan menghilangkan aktor lain? Apa efek dari penghilangan tersebut? Bagaimana strategi yang diajukan untuk menyembunyikan atau menghilangkan aktor sosial tersebut? Misalnya dalam berita mengenai demonstrasi mahasiswa tersebut, polisi sebagai pelaku penembakan disembunyikan. Strategi apa yang dilakukan? Apakah strategi tersebut dilakukan secara sengaja oleh media atau melewati suatu proses yang tidak kisadari oleh penulis/wartawan? Inklusi Dari aktor sosial yang disebut dalam berita, bagaimana mereka ditampilkan? Dan dengan strategi apa pemarjinalan atau pengucilan itu dilakukan? Misalnya dalam berita mengenai kekerasan terhadap wanita. Kalau pelaku kekerasan misalnya disebut dalam teks berita, bagaimmana aktor itu disebut? Apakah penggambaran tersebut berkaitan dengan proses marjinalisasi atau pengucilan aktor tertentu dalam pemberitaan? Kalau ya, dilakukan dengan cara dan strategi yang bagaimana?

Model Theo van Leeuwen ini dapat diaplikasikan dalam contoh teks mengenai PTPN di Sumatera Utara (teks berita Republika,, 29 April 2000). Dalam teks tersebut disebutkan bahwa petani melakukan penguasaan lahan yang sebelumnya dimiliki oleh PTPN. Teks berita ini secara umum menggambarkan perilaku petani yang buruk, main hakim sendiri, dan merugikan negara. Dalam wacana yang dikembangkan oleh berita tersebut,petani tidak mempunyai hak atas tanah garapannya,menguasai secara paksa tanah-tanah perkebunan. Tindakan petani tersebut mengakibatkan kerugian besar pihak PTPN. Secara umum, teks berita ini menampilkan (inklusi) perilaku petani yang buruk dengan melakukan penjarahan lahan PTPN. Sebaliknya, teks berita ini mengeluarkan (eksklusi) perilaku pihak PTPN yang buruk dari pembicaraan. Dalam teks berita itu tidak tergambar, misalnya, apa saja yang dilakukan oleh PTPN, bagaimana selama puluhan tahun mereka mengelola secara sepihak tanah dan memposisikan petani semata sebagai penggarap, bukan pemilik lahan. Proses eksklusi ini di antaranya dilakukan dalam teks dengan membentuk nominalisasi. Seperti dalam kalimat: Itu terutama dilakukan terhadap tanah-tanah bebas, atau atau sedang tidak dikelola perusahaan karena dalam proses replanting (peremajaan).

Kalimat tersebut mengeksklusi peranan PTPN sebagai pihak yang melakukan peremajaan. Dengan bentuk nominalisasi ini, maka tindakan PTPN yang memperpanjang hak sewa tanah dapat dihilangkan atau disembunyikan dalam teks berita. III. Simpulan Menurut van Leeuwen, ada dua hal yang perlu diperhatikan ketika memeriksa aktor sosial dalam pemberitaan. Pertama, eksklusi: apakah dalam teks berita itu aktor sosial dihilangkan atau disembunyikan dalam pemberitaan, bagaimana strategi yang dilakukan oleh media dalam menyembunyikan atau mengeluarkan aktor sosial tersebut. Kedua, inklusi: bagaimana aktor yang disebut itu ditampilkan dalam pemberitaan. Dalam inklusi, aktor (seseorang/kelompok) tersebut dimasukkan / disebut dalam pemberitaan, lalu bagaimana cara penggambarannya. Daftar Pustaka Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS. Monday, June 07, 2010 10:05 PM Gaya Kepemimpinan Transformasional dalam Sistem Manajerial Kepala Sekolah

I. Pendahuluan Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam Harian Pagi Sumatera Ekspress Palembang, selasa 12 Agustus 2008 (http:// www. sumeks. co. id., diakses 8 November 2008) dan dalam situs Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Jawa Tengah ( http:// www.lpmp.go.id diakses 8 November 2008 ) menyatakan lebih dari 70 % diantara 250 ribu kepala sekolah di seluruh tanah air tercatat memiliki dua sisi kelemahan, yakni sistem manajerial dan supervisi. Pemicu mutu para pemimpin sekolah yang rendah merupakan akibat perekrutan kepala sekolah yang selama ini berada di tangan bupati, walikota atau pemerintah daerah. Hal tersebut tidak dapat dihindari karena dalam era desentralisasi saat ini, sektor pendidikan juga dikelola secara otonom oleh pemerintah daerah. Direktur Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan (PMPTK) Depdiknas, Surya Dharma, menilai proses perekrutan jabatan kepala sekolah yang dipilih pemerintah daerah sebagai imbalan keuntungan politik sangat tidak sesuai. Seharusnya penunjukan kepala sekolah memperhatikan lima kompetensi sesuai Permendiknas No. 13 Tahun 2007. Lima kompetensi itu adalah kepribadian, sosial, manajerial, supervisi, dan kewirausahaan. Selain itu, proses pendidikan kepala sekolah juga tidak begitu diperhatikan oleh pemerintah. Hal tersebut terbukti terdapat proses pendidikan mulai guru menjadi kepala sekolah paling lama hanya enam hari, bahkan ada yang beberapa jam saja. Kondisi tersebut sangat jauh berbeda

dengan negara Singapura dan Malaysia. Negara tersebut menerapkan minimal kepala sekolah harus menjalani diklat lebih dari enam bulan. Perekrutan yang menimbulkan jabatan kepala sekolah tidak layak akibat sistem desentralisasi pendidikan tidak berhasil dilakukan. Agar desentralisasi dan otonomi pendidikan berhasil dengan baik, kepemimpinan kepala sekolah perlu ditingkatkan. Peningkatan kemampuan secara fungsional menuntut kepala sekolah mampu berperan sesuai dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab. Kepala sekolah harus bertindak sebagai manajer dan pemimpin yang efektif. Sebagai manajer, ia harus mampu mengatur agar semua potensi sekolah dapat berfungsi secara optimal. Hal ini dapat dilakukan jika kepala sekolah mampumelakukan fungsi-fungsi manajemen dengan baik, meliputi (1) perencanaan, (2) pengorganisasian, (3) pengarahan, dan (4) pengawasan. Dari segi kepemimpinan, seorang kepala sekolah mungkin perlu mengadopsi gaya kepemimpinan transformasional, agar semua potensi yang ada di sekolah dapat berfungsi secara optimal (Suyanto, 2007 dalam http:/www.tendik.org. diakses 8 November 2008). Tujuan penulisan artikel konseptual ini memaparkan gaya kepemimpinan transformasional dalam sistem manajerial kepala sekolah. Gaya kepemimpinan transformasional dipilih berdasarkan pernyataan Suyanto (2007) yang menyatakan bahwa dari segi kepemipinan, seorang kepala sekolah mungkin perlu mengadopsi gaya kepemimpinan transformasional agar semua yang terjadi pada potensi yang ada di sekolah dapat berfungsi secara optimal. Hal tersebut terkait dengan permasalahan kepala sekolah tidak layak menjabat sebagai kepala sekolah ditinjau dari segi kelemahan manajerial dan supervisi kompetensi kepala sekolah tersebut. II. Sistem Manajerial Kepala Sekolah Kepala sekolah harus bertindak sebagai manajer dan pemimpin yang efektif. Sebagai manajer ia harus mampu mengatur agar semua potensi sekolah dapat berfungsi secara optimal, baik dan benar. Kemampuan kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor penentu utama pemberdayaan guru dan peningkatan mutu proses dan produk pembelajaran. Kepala sekolah adalah orang yang paling bertanggung jawab apakah guru dan staf sekolah dapat bekerja secara optimal. Kultur sekolah dan kultur pembelajaran juga dibangun oleh gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam berinteraksi dengan komunitas sekolah. Tangung jawab sistem manajerial kepala sekolah yang besar (school principal) digambarkan oleh Sergiovanni,Burlingame, Coombs and Thurston (1987) dalam Danim (2005:197) sebagai berikut: The school principal, for example, is responsible for a number of teachers and other employees, each with specific task to do. The principals job is to coordinate, direct, and support the work of others by defining objectives,evaluating performance, providing organizational resources, building a supportives psychological climate, running interference with parents, planning, scheduling, bookeping, resolving teacher conflicts, defusing student insurrections, placating the central office, and otherwise helping to make things go.

Kutipan tersebut menggambarkan tanggung jawab manajerial kepala sekolah pada jenjang dan jenis sekolah apa pun memiliki tanggung jawab utama, yaitu apakah guru dan staf dapat bekerja sesuai fungsi dan tugas pokok. Tugas kepala sekolah bersifat ganda, saling berkaitan seperti dalam hal mengkoordinasi, mengarahkan, dan mendukung hal-hal yang berkaitan dengan tugas pokok kepala sekolah yang sangat kompleks, yaitu: merumuskan tujuan dan sasaran sekolah, mengevaluasi kinerja guru, mengevaluasi kinerja staf sekolah, menata dan meyediakan sumbersumber organisasi sekolah, membangun dan menciptakan iklim psikologis yang baik antar komunitas sekolah, menjalin hubungan dan ketersentuhan kepedulian terhadap masyarakat, membuat perencanaan bersama staf dan komunitas sekolah, menyusun penjadwalan kerja,mengatur masalah pembukuan, melakukan negosiasi dengan pihak eksternal, melaksanakan hubungan kerja kontraktual, memecahkan konflik antar sesama guru dan staf sekolah untuk permasalahan yang tidak dapat mereka selesaikan, memotivasi guru dan karyawan untuk tampil optimal, mencegah dan menyelesaikan konflik dan kerusuhan yang dilakukan siswa, mengamankan kantor sekolah, melakukan fungsi supervise pembelajaran atau pembinaan profesional, bertindak atas nama sekolah untuk tugas-tugas dinas eksternal, melaksanakan kegiatan lain yang mendukung operasional sekolah. Pelaksanaan fungsi dan tugas pokok manajerial kepala sekolah pada paparan sebelumnya tidak cukup dilakukan dalam kapasitas sebagai pemimpin (school leader), melainkan hanya dapat dilakukan oleh mereka yang memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang mampu bekerja sama dengan orang lain. Tanpa kemampuan bekerja sama dengan orang lain, seorang kepala sekolah akan bekerja sendiri selayaknya seorang tukang atau buruh tani yang mandiri. Apa yang menjadi fungsi dan tugas pokok dikerjakan sendiri, tidak mampu memberdayakan guru, staf dan anggota komunitas sekolah secara keseluruhan. Praktik kerja seperti ini hanya dilakukan oleh pemimpin sekolah yang otoriter, tidak memiliki kepercayaan terhadap guru dan staf, egois atau penguasa tunggal. Penelitian yang dilakukan Suyatno (2007) mengenai kepemimpinan kepala sekolah dalam diseminasi classroom action research di sekolah-sekolah merekomendasikan kepala sekolah yang mengadopsi kepemimpinan instruksi-otoritarian tidak selalu dapat menerima pembaruan dan inovasi. Selain itu, ia juga tidak selalu dapat memberi peluang untuk mengajak para guru melakukan classroom action research di kelasnya, dengan alasan kegiatan penelitian kelas itu akan mengganggu pencapaian target kurikulum yang telah dicanangkan pusat. Di sisi guru, sebenarnya sangat mengharapkan selalu meningkatkan profesionalisme secara berkelanjutan melalui classroom action research. Sebab mereka sebenarnya mengerti dengan melakukan penelitian itu, mereka akan mampu melakukan refleksi terhadap praktik pemelajaran yang selama ini dilakukannya. Para guru akan mampu melakukan refleksi terhadap praktik pembelajaran yang selama ini dilakukannya. Para guru telah dilatih berhari-hari mengenai caracara melakukan classroom action research. Tetapi apabila kepala sekolah tidak menerima, atau tidak reseptif terhadap inovasi, akhirnya para guru harus puas dengan praktik yang bertahuntahun dilakukan dan dianggap telah baik tanpa ada sistem feedback yang diperoleh guru dari

penelitian tindakan kelas. Terkait dengan tugas pokok kepala sekolah yang sangat kompleks, dapat diindikasikan kepemimpinan instruksi otoritarian kepala sekolah tidak dapat menjalankan fungsi dan tugas pokok dalam memotivasi guru agar tampil optimal, tidak menerima penyerahan guru yang memiliki masalah yang tidak dapat mereka selesaikan dari hasil penelitian tindakan kelas, dan kepala sekolah tidak berusaha memecahkan konflik antar sesama guru dan antar pihak komunitas sekolah. Salah satu bentuk kepala sekolahyang tidak mampu berperan sebagai manajer pada komunitas sekolah yang lain dapat dilihat pada peristiwa sekitar 1000 Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri I Cikarang Baru Kabupaten Bekasi, menuntut kepala sekolah mereka pada selasa 30 Oktober 2008 agar mundur dari jabatannya karena diduga menggelapkan uang sekolah Rp. 1 miliar lebih. Indikasi penggelapan uang sekolah terlihat pada pembangunan fisik sekolah yang tidak signifikan seperti fasilitas di ruang laboratorium komputer yang sangat tidak layak, padahal para siswa selalu diminta untuk membayar iuran SPP, uang komputer Rp. 204 ribu per tahun dan uang bangunan Rp. 1,6 juta per siswa (Hamluddin dalam http:// www. Tempointeraktif.com. /hg/ Jakarta/2007. diakses 8 November 2008). Terkait dengan tugas pokok kepala sekolah yang sangat kompleks, yakni kepala sekolah mampu membangun dan menciptakan iklim psikologis yang baik antar komunitas sekolah, kasus tersebut mengindikasikan kepala sekolah tidak mampu menjalankan salah satu tugas kompleks tersebut. Atau lebih jelas, dapat dikatakan iklim psikologis antar kepala sekolah dengan siswa tidak berlangsung dengan baik. III. Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah 3.1 Kepemimpinan Kepala Sekolah Seorang kepala sekolah dapat menerapkan kaidah kepemimpinan transformasional jika ia mampu mengubah energi sumber daya manusia, instrumen, maupun situasi untuk mencapai tujuan-tujuan reformasi sekolah (Suyanto dalam http://www.tendik.org. diakses 8 November 2008 menyatakan bahwa dari segi kepemimpinan, seorang kepala sekolah mungkin perlu mengadopsi gaya kepemimpinan transformasional agar semua potensi yang ada di sekolah dapat berfungsi secara optimal. Suyanto (2007) memaparkan kepemimpinan transformasional dapat didefinisikan sebagai gaya kepemimpinan yang mengutamakan pemberian kesempatan, dan atau mendorong semua unsur yang ada dalam sekolah untuk bekerja atas dasar sistem nilai (values system) yang luhur sehingga semua unsur yang ada di sekolah (guru, siswa, pegawai, orang tua siswa, masyarakat, dan sebagainya) bersedia tanpa paksaan, berpartisipasi secara optimal dalam mencapai tujuan ideal sekolah. Cirri orang yang telah berhasil menerapkan gaya kepemimpinan transformasional (Luthan dalam Suyanto, 2007 sebagai berikut : (1) mengidentifikasi dirinya sebagai agen perubahan (pembaharuan), (2) memiliki sifat pemberani, (3) mempercayai orang lain, (4) bertindak atas dasa system nilai (bukan atas dasar kepentingan individu, atau atas dasar kepentingan dan desakan kroninya), (5)meningkatkan kemampuannya secara teus menerus, (6) memiliki kemampuan untuk menghadapi situasi yang rumut, tidak jelas dan tidak menentu, serta (7) memiliki visi ke depan.

Selain itu, Danim (2005:54) memaparkan bahwa kepemimpinan transformasional adalah kemampuan seorang pemimpin dalam bekerja dengan orang lain untuk mentransformasikan secara optimal sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan target capaian yang telah ditetapkan. Sumber daya dimaksud dapat berupa sumber daya manusia, fasilitas, dana dan faktor-faktor eksternal keorganisasian. Dalam organisasi pembelajaran, sumber daya manusia dimaksud dapat berupa pimpinan, staf, bawahan, tenaga ahli, guru, dosen, widyaiswara, peneliti, dan lain-lain. Istilah kepemipinan berkaitan dengan jabatan kepala sekolah seperti pemimpin sekolah (school leader) dan manajer sekolah (school manager). Pemimpin sekolah mengandung makna sebagai kepala sekolah yang menjalankan tugas pokok dan fungsi menggerakkan serta mempengaruhi guru dan staf sekolah untuk bekerja. Manajer sekolah mengandung makna sebagai kepala sekolah dengan tugas pokok dan fungsi proses dan operatif dari keseluruhan aktivitas institusinya. Untuk membedakan antara peran pemimpin dengan peran manajer, disajikan pendapat Burt Nanus (2001) dalam Danim (2005:57) seperti tertuang pada tebel 1 berikut. Tabel 1 Perbedaan Antara Manajer dengan Pimpinan Manajer Pimpinan 1. Mengatur 2. Tampil sebagai salinan 3. Berfokus pada sistem dan struktur 4. Tergantung pada pengawasan

5. Memiliki perspektif jangka pendek 6. Bertanya tentang bagaimana dan kapan 7. Memperhatikan hal-hal yang elementer

8. Menjiplak 9. Prajurit klasik yang baik 10. Melakukan hal-hal secara benar 1. Melakukan inovasi 2. Tampil sebagai aslinya 3. Berfokus pada sumber daya manusia

4. Menginspirasi orang-orang atau komunitas organisasi 5. Mempunyai perspektif jangka panjang 6. Bertanya tentang apa dan mengapa 7. Mengutamakan pandangan jauh ke depan 8. Menciptakan 9. Dirinya sendiri 10. Melakukan hal-hal yang benar Sumber: Diadaptasi dari Burt Nanus, 2001 Selain gaya kepemimpinan transformasional, juga dikenal pula kepemimpinan transaksional. Dua gaya kepemimpinan ini berbeda walaupun dalam kerangka sebuah transformasi diperlukan adanya transaksi antar pihak. Kepemimpinan transaksional (transaksional leadership) pertama kali digagas oleh Downton tahun 1973, sedangkan kepemimpinan transformasional digagas oleh Burns tahun 1978. Gaya kepemipinan transformasinal akan mampu membawa kesadaran para pengikut (followers) dengan memunculkan ide-ide produktif, hubungan yang sinergikal, kebertanggung jawaban, kepedulian edukasional, cita-cita bersama dan nilai moral (moral values). Akhir-akhir ini, gaya kepeminpinan transformasional kepala sekolah dihubungkan dengan beberapa faktor yang dapat dipengaruhinya, cukup marak menjadi fokus penelitian, terutama di negara-negara maju (Danim, 2005:58).

3.2. Multiperan Kepemimpinan Sekolah Kepala sekolah memiliki peran yang banyak. Kepala sekolah harus mampu tampil sebagai administrator yang menjalankan tugas-tugas keadministrasian; manajer yang menjalankan tugastugas manajerial; pemimpin yang menjalankan tugas kepemimpinan; kepala yang menjalankan fungsi kekepalasekolahan; motivator yang menjalankan fungsi memotivasi komunitas sekolah, baik dalam kapasitas bersama, kelompok maupun masing-masing; negosiator yang menjalankan funsi untuk melakukan kegiatan yang bersifat kontraktual; figuritas yang memerankan keteladanan kepada komunitas internal maupun eksternal, komunikator yang menjalankan fungsi sebagai juru bicara ke dalam dan terutama keluar, wakil lembaga yang diperankan ketika

melakukan hubungan secara eksternal, fungsi-fungsi lain yang terikat langsung atau tidak langsung dengan kebutuhan dan kepentingan sekolah (Danim, 2005:77). Kepala sekolah harus mampu mengatur pembuatan keputusan dan proses-proses akuntabilitas sekolah. Hal ini merupakan tantangan berat bagi kepala sekolah sebagai instrumen pemimpin pendidikan. Tantangan lainnya adalah bagaimana kepala sekolah sebagai school principal maupun school leader, mampu mengelola faktor-faktor manusia yang memiliki nilai-nilai dimensional dalam hal emosi, keinginan, perasaan dan tujuan. 3.3 Visi Kepemimpinan Menuju Perubahan Lembaga pendidikan yang bermutu memiliki visi yang jelas. Visi pada intinya adalah pandangan jauh ke depan, mendalam dan luas yang merupakan daya piker abstrak yang memiliki kekuatan yang sangat dahsyat dan dapat menerobos segala batas-batas fisik, waktu dan tempat (Gaffar 1995 dalam denim, 2005:81). Cortoda dalam Danim, (2005:81) mendefinisikan visi sebagai : A view of our environtment will enable our tremendous future success. Defenisi ini menyiratkan bahwa kesuksesan yang bermakna pada masa depan sangat ditentukan oleh kemampuan orang, siapa pun juga, dalam memandang lingkungan secara cermat, karena faktor-faktor lingkungan itu sangat menentukan kesuksesan menggapai masa depan itu. Bersama komunitas sekolah, kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai tantangan dengan menggunakan pendekatan untuk perencanaan yang bemakna,lebih dari sekedar perspekif atau cara pandang. Peran visi dalam menggerakkan institusi ke depan tidak dapat dihindari di lingkungan lembaga pendidikan. Kepala sekolah tidak cukup mengandalkan gaya transformasional dalam sistem manajerial, melainkan juga harus tampil secara visioner, berpandangan jauh ke depan dengan tidak melepaskan diri dari realitas internal dan daya akses eksternal. Kepala sekolah yang memiliki kepemimpinan visi partisipatif transformasional memiliki kecenderungan untuk menghargai ide-ide baru, cara baru, praktik-praktik baru dalam proses belajar mengajar di sekolah. Ia sangat senang jika guru melaksanakan classroom action research. Sebab, dengan penelitian tindkan kelas itu, sebenarnya guru akan mampu mentup gap (kesenjangan) antara wacana konseptual dan realitas dunia praktik professional (Suyanto dalam http:// www. tendik. org. diakses 8 November 2008). Akibat positif dapat ditemukan solusi bagi persoalan keseharian yang dihadapi guru dalam proses belajar mengajar di kelas. Jika hal ini terjadi, berarti guru akan mampu memecahkan permasalahan sendiri yang muncul dari praktik profesionalnya. Oleh karena itu, mereka dapat selalu meningkatkan profesionalisme pekerjaan di sekolah secara berkelanjutan. Visi partisipatif - transformasional yang dimiliki kepala sekolah berhuungan dengan kekuatan yang terkandung dalam visi. Burt Nanus (2001) dalam Danim (2005:85) menyatakan beberapa kekuatan yang terdapat di dalam visi tersebut, antara lain : 1. Visi yang benar akan menghasilkan komitmen dan memberi motivasi kepada orang-orang di dalam organisasi. 2. Visi yang benar memberi arti bagi kehidupan karyawan

3. Visi yang benar menentukan standar-standar keberhasilan 4. Visi yang benar menjembatani masa sekarang dan masa yang akan datang Menurut Burt Nanus, bagian keempat merupakan bagian yang paling esensi bahwa visi itu harus ditransformasikan ke dalam realitas, sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan institusi serta komunitas pendukungnya. Visi kepemimpinan kepala sekolah menuju suatu perubahan dapat berfungsi dengan baik, salah satunya jika kepala sekolah menerima inovasi hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan guru. Kepala sekolah perlu mengedepankan kerja sama fungsional yang menekankan pada kerja sama kesejawatan, menghindari terciptanya suasana kerja yang serba menakutkan dan sebaliknya perlu menciptakan keadaan yamg membuat seluruh guru percaya diri. Kepala sekolah juga harus menghindarkan diri dari wacana retorika dan perlu membuktikan memiliki kemampuan kerja professional, serta menghindarkan diri agar tidak menyebabkan pekerjaan guru menjadi membosankan. IV. Profesionalisme Manajerial Kepala Sekolah Para pakar dan praktisi pendidikan menyadari bahwa mutu proses pendidikan di Indonesia saat ini terlihat lemah, setidaknya untuk sebagian besar sekolah negeri dan swasta hingga perguruan tinggi disebabkan lemahnya kemampuan manajemen (management capability) para manajer pendidikan berbagai jenis profesi dan tingkat eselon pendidikan. Kemudian, muncul kesadaran profesionalisme harus hadir di bidang manajemen pendidikan sebagai identitas untuk skala pribadi yang menduduki posisi manajerial maupun pada tingkat kelembagaan atau organisasi. Keinginan untuk mewujudkan hal tersebut, berada di bawah gambaran ancaman, seperti lemahnya kemampuan manajemen sumber daya manusia, etos kerja yang belum baik, kondisi geografis sekolah, fasilitas sekolah yang serba minim, jaringan teknologi komunikasi dan informasi yang masih terbatas, kemampuan merekrut instrument teknologi ketatalaksanaan terhambat dengan anggaran yang belum mamadai, lingkungan sosial belum menjadi masyarakat belajar, sifat-sifat yang ingin berhasil secara instan, kondisi sosial ekonomi yang buruk, dan lainlain. Profesionalisme manajerial merujuk pada kedudukan guru dan tenaga pengembang lain bukanlah orang yang serta merta mentransmisikan bahan ajar (transmission of matter), melainkan sebagai direktur, manajer atau fasilitator belajar. Menjadi professional tidak selalu berarti sama maknanya dengan menjadi sebah profesi yang baik atau being professional tidak sama dengan a good professional (Danim, 2005:127). Tindakan realisasi untuk mewujudkan proses profesionalisme manajerial menurut Danim (2005:130) meliputi :membangun semangat dan hubungan kolegialitas, membangun kerja sama atau aliansi dengan kepala-kepala sekolah lain, mengoptimalkan asosiasi kepala sekolah dalam kelompok kerja kepala sekolah (KKKS), membangun prakarsa dari bawah atau dari guru-guru, memperbaiki kinerja manajerial dan mengencangkan gaya kepemimpinan transformasional. Konsistensi usaha membangkitkan etos kerja mampu ditampilkan secara optimal merupakan kunci mencapai prestasi seorang kepala

sekolah. Mereka yang mengemban profesi ini harus meningkatkan potensi manajerialnya, potensi guru yang dipimpinnya, potensi stafnya, potensi peserta didiknya dan potensi masyarakat ke arah optimalisasi. Optimalisasi merupakan kunci yang diutamakan karena hampir setiap tataran aksi, perilaku etos kerja belum terlihat optimal dalam lingkup layak atau tidak seseorang menjabat sebagai kepala sekolah. Bagaimana sosok pemimpin sekolah yang dipandang layak menduduki jabatan itu ? Meski umum sifatnya, kelayakan atau ketidaklayakan seorang kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah dapat dilihat dengan acuan pada tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Penilaian Kelayakan atau Ketidaklayakan Seorang Pimpinan Aspek yang Dinilai Layak Tidak Layak Penerbitan Perintah Jumlah perintah yang dikelurkan kosong Persentase perintah cukuo banyak Metode penerbitan perintah Dalam bentuk usulan kerja, bukan perintah Perintah dilakukan secara terang-terangan. Tujuan perintah Berkaitan dengan tujuan bawahannya, sehingga pelbagai lontaran pendapat dapat diajukan pada saat yang tepat sesuai dengan kebutuhan bawahan. Merealisasikan keinginan pimpinan, seperti menentang keinginan bawahan, menghentikan aktivitas tertentu, mewujudkan keinginan pimpinan semata. Arahan Memotivasi pengarahan diri seperti diskusi kelompok, keputusan mayoritas, diskusi bebas, pembentukan tim untuk memecahkan masalah tertentu, penghormatan minoritas terhadap keputusan mayoritas. Mengarahkan kritik yang tidak objektif, seperti diarahkan kepada individu bukan kepada pekerjaannya, tidak memperjelas sebab-sebab kegagalan atau kelalaian, tidak mengusulkan sarana perbaikan, kebanyakan pujian yang dilontarkan bersifat pribadi. Perilaku dengan bawahan Perilaku menyenangkan dan penuh kepercayaan, yaitu perilaku yang tidak dibuat-buat antara pemimpin dengan bawahan. Adanya jurang pemisah yang sengaja diciptakan antara pimpinan dan bawahan dan hubungan antara mereka hanya dalam perintah. Sumber : Diadaptasi dari madhi, 2001 dalam Danim (2005:218-219)

V. Penutup

Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga kependidikan dalam Harian Pagi Sumatera Ekspress Palembag, selasa 12 Agustus 2008 dan dalam situs Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Tengah (dalam http:// lpmpjateng.go.id, diakses 8 November 2008) memaparkan bahwa lebih dari 70% diantara 250 ribu kepala sekolah di seluruh tanah air tercatat memiliki dua sisi kelemahan, yaitu manajerial dan supervisi. Hal tersebut dipicu oleh perekrutan kepala sekolah yang selama ini berada di tangan bupati atau walikota terkait dengan desentralisasi pendidikan dikelola secara otonom oleh pemerintah daerah. Perekrutan dan penunjukkan kepala sekolah tidak memperhatikan limakompetensi sesuai Permendiknas No. 13 Tahun 2007. Lima kompetensi tersebut meliputi kepribadian, sosial, manajerial, supervisi dan kewirausahaan. Profesionalisme manajerial merujuk pada kedudukan guru dan tenaga pengembang lain bukan orang yang secara langsung mentransmisikan bahan ajar (transmission of matter), melainkan sebagai direktur, manajer atau fasilitator belajar. Salah satu tindakan realisasi untuk mewujudkan proses profesionalisme sistem manajerial sekolah adalah dengan memperbaiki kinerja manajerial. Selain itu, mengencangkan gaya kepemimpinan transformasional juga perlu diwujudkan dalam jabatan kepala sekolah. Kasus perekrutan kepala sekolah yang dikelola bupati atau walikota sehingga mengakibatkan mutu para pemimpin sekolah yang rendah dari sisi manajerial dan supervisi perlu diperhatikan. Perekrutan kepala sekolah sebaiknya berdasarkan lima kompetensi sesuai Permendiknas No. 13 Tahun 2007 meliputi unsur kepribadian, sosial, manajerial, supervisi dan kewirausahaan. Agar desentralisasi dan otonomi pendidikan berhasil dengan baik, kepemimpinan kepala sekolah perlu mengadopsi gaya kepemimpinan transformasional dalam sistem manajerial kepala sekolah, agar semua potensi yang ada di sekolah dapat berfungsi secara optimal. Selain itu, pemerintah daerah harus merujuk pada lima kompetensi sesuai Permendiknas No. 13 Tahun 2007 untuk merekrut kepala sekolah sehingga kelemahan manajerial dan supervisi kepala sekolah yang terjadi karena penunjukkan kepala sekolah di sejumlah daerah dilakukan asal comot dapat dihindari.

Daftar Rujukan

Danim, Sudarwan. 2005. Menjadi Komunitas Pembelajar Kepemimpinan Transformasional dalam Komunitas Pembelajaran. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Hamluddin. 2007. Siswa Cikarang Tuntut Kepala Sekolah Mundur. (http:// www. tempointeraktif. com., diakses 8 November 2008).

Harian Pagi Sumatera Ekspress Palembang 12 Agustus 2008. 70% Kepsek Kurang Layak- Asal Comot, Lemah Manajerial dan Supervisi; (http:// www. Sumeks. co. id, diakses 8 November 2008).

Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan. 2008. 70% Kepala Sekolah Kurang Layak; (http:// www. lpmpjateng. go. id, diakses 8 November 2008).

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2007. Standar Kepala Sekolah / Madrasah. (http:// unm. ac.id./ dokumen / Permendiknas diakses 14 november 2008).

Prasetyo, FX. Aris Wahyu. 2004. Mengupayakan Pendidikan Kepala Sekolah (Artikel). (http:// www. lampung post. com., diakses 8 November 2008).

Suyanto. 2007. Kepemimpinan Kepala Sekolah (Artikel). Tendik Direktorat Kependidikan, Tenaga Kependidikan, Pengawas, Kepala Sekolah, Pustakawan, Admistrasi, Laboran, Organisasi, (http: // www. tendik. org, di akses 8 November 2008).

LAMPIRAN Sunday, May 02, 2010 10:01 PM TUGAS PRESENTASI MATA KULIAH EVALUASI PENGAJARAN BAHASA INDONESIA

TES TERPISAH DAN TERPADU (DISCRETE POINT TEST AND INTEGRATIVE TESTING)

OLEH

EKA RIHAN K NIM 10822

KONSENTRASI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2009

TES TERPISAH DAN TERPADU (DISCRETE POINT AND INTEGRATIVE TESTING)

I. Pendahuluan

Kita semua menyadari bahwa bahasa itu penting dalam kehidupan. Dengan bahasa, kita dapat menyampaikan keinginan, pendapat, dan perasaan kita. Dengan bahasa pula kita dapat memahami dan mengetahui apa yang terjadi di dunia dan di lingkungan sekitar kita. Bahasa bukanlah suatu bakat yang dimiliki oleh sebagian orang saja, tetapi setiap orang memiliki kemampuan berbahasa. Anak-anak telah belajar bahasa dan mengasai bahasa lisan dengan baik jauh sebelum mereka sekolah. Sering kita jumpai anak yang pandai bercerita dengan susunan kalimat yang benar sehingga orang yang mendengarkannya dapat memahami jalan cerita tersebut, ternyata anak tersebut belum bersekolah. Dalam hal ini, anak-anak tidak mempunyai kesulitan dalam belajar bahasa secara nonformal di rumah. Namun, ketika anak mulai sekolah dan mendapat pelajaran bahasa, keadaan menjadi terbalik. Bahasa yang semula merupakan hal yang mudah dan mengasyikkan berubah menjadi pelajaran yang sulit. Sering kita mendengar orang tua mengeluh tentang anaknya yang mendapat nilai kurang untuk pelajaran bahasa Indonesia, sementara nilai mata pelajaran lain, matematika misalnya, mendapat nilai yang cukup baik. Pelajaran bahasa yang sebenarnya menyenangkan dan mengasyikkan ternyata jauh dari harapan. Ini disebabkan karena di sekolah, bahasa diajarkan secara terpisah-pisah. Pada umumnya, guru mengajarkan keterampilan berbahasa dan komponen bahasa secara terpisah. Membaca diajarkan pada jam berbeda dengan menulis. Demikian pula pelajaran tentang struktur bahasa dan struktur kosakata atau kesusastraan. Tidak jarang kita temui siswa yang ditugasi membuat kalimatkalimat lepas untuk melatih pola kalimat tertentu. Dengan sistem mengajar seperti ini, siswa tidak mendapatkan pelajaran bahasa yang utuh, seperti yang mereka pelajari sebelum mereka bersekolah. Disamping itu, materi yang diajarkan sering terlihat artifisial dan tidak relevan dengan kehidupan siswa sehingga tidak menarik bagi siswa. Pada pelajaran menulis, siswa diminta untuk menulis karangan tentang bertamasya ke laut misalnya, padahal mereka belum pernah melihat laut. Tentu saja siswa akan mendapat kesulitan dalam mengungkapkan pikirannya karena keterbatasan pengalaman mereka. Dengan mengajarkan bahasa secara terpisah-pisah, sangat sulit untuk memotivasi siswa belajar bahasa karena siswa melihat apa yang dipelajarinya tidak ada hubungannya dengan kehidupan mereka. Untuk memperbaiki pengajaran bahasa, di beberapa negara, seperti Inggris, Australia, New Zealand, Kanada, dan Amerika Serikat mulai menerapkan pendekatan Whole Language pada sekitar tahun 80-an. Whole language adalah satu pendekatan pengajaran bahasa secara utuh, terpadu dan tidak terpisah-pisah dengan menggunakan jenis tes terpadu (Integratve Testing). Namun di sisi lain, terdapat pembelajaran dan tes terpisah (Discrete Point) dalam pembelajaran bahasa. Bentuk tes terpisah dan terpadu (Discrete Point and Integrative Testing) akan dibahas dalam makalah atau laporan bacaan berikut ini.

II. Ringkasan Bacaan A. Peranan Tes, Pengukuran dan Evaluasi 1. Beda Tes, Pengukuran dan Evaluasi Tes mepunyai arti yang lebih sempit daripada pengukuran dan evaluasi. Menurut Ratna (1988:4), biasanya secara umum yang dimaksud dengan tes adalah seperangkat butir atau pertanyaan yang dibuat untuk diberikan kepada siswa dodengan syarat-syarat tertentu atau tes adalah prosedur yang sistematik untuk mengobservasi tingkah laku. Arikunto (2005:53) memaparkan bahwa sebelum adanya ejaan yang disempurnakan dalam bahasa Indonesia ditulis test, maka tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Untuk mengerjakan tes ini tergantung dari petunjuk yang diberikan, misalnya: melingkari salah satu huruf di depan pilihan jawaban, menerangkan, mencoret jawaban yang salah, melakukan tugas atau suruhan, menjawab secara lisan, dan sebagainya. Sedangkan Sudijono (2007:66) menyimpulkan bahwa tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas, baik berupa pertanyaanpertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee, nilai mana yang dapat dibandingkan dengan nilai stndar tertentu. Sedangkan, menurut Ratna (1988:5), pengukuran adalah prosedur pemberian angka atau nilai pada diri orang-orang sedemikian rupa sehingga hubungan antara orang-orang itu dalam keadaan sebenarnya sehubungan dengan ciri tersebut tetap ada atau dapat juga dikatakan bahwa pengukuran adalah proses yang membedakan 2 atau lebih dari 2 benda/kejadian sejenis. Kemudian, dilihat dari sudut pendidikan, yang dimaksud dengan evaluasi ialah suatu proses sistematik untuk menentukan sampai seberapa jauh tujuan instruksional dicapai oleh siswa. Dengan singkat, menurut Ratna (1988:6) evaluasi dapat dikatakan sebagai deskripsi secara kuantitatif maupun kualitatif tentang siswa. Perbedaan antara tes, pengukuran dan evaluasi dapat dilihat pada situasi berikut. Seorang guru memberi tes pada siswanya, lalu ia menghitung presentase dari respons siswa yang menjawab dengan benar. Dalam hal ini telah beerlangsung tes dan pengukuran (measurement). Nilai (angka) siswa itu diinterpretasikan, umpamanya menjadi A,B, C, D, dan sebagainya atau penilaian seperti Sangay bagus, bagus, sedang, kurang, dan sebagainya. Proses inilah yang disebut evaluasi, karena terjadi penilaian secara implisit dan eksplisit. 2. Sejarah Perkembangan Tes dan Pengukuran Sejarah perkembangan tes dan pengukuran dalam pendidikan dimulai dari negara yang pertama menggunakan pengukuran, yaitu negara Tiongkok dalam tahun 2357 SM (Sebelum Masehi). Pada waktu itu Kaisar Shun melaksanakan ujian bagi anggota tentara tiap 3 tahun untuk kenaikan pangkat mereka. Selanjutnya, Dinasti Chou dalam tahun 1122-255 SM melaksanakan ujian

masuk sekolah yang diadakan 2 tahun sekali. Pemberian ujian ini diikuti oleh negara Eropa, yaitu di Athena dalam tahun 500-300 SM. Ujian yang diadakan di sini adalah untuk anak-anak muda yang menjadi akil balig. Mereka diuji tentang ketangkasan dalam seni ketentaraan. Eropa Barat mulai mengadakan ujian dalam tahun 1219 (Sesudah Masehi) di University of Bologna, yaitu ujian untuk magster dalam ilmu hukum. Dalam tahun 1562, the Merchants Taylor School di London mengadakan ujian tahunan untuk mengevaluasi program sekolah. Di London, sekolah yang sama ini juga mulai tahun 1601 mengadakan ujian tertulis selama 9 jam tiap 3 tahun sekali untuk mengevalusi program. 3. Fungsi Tes Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki tes, yaitu: 1. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi untuk mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. 2. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai. B. Prinsip-Prinsip dalam Pembuatan Tes Ada beberapa point yang harus diperhatikan menurut Ratna (1988:20) dalam prinsip-prinsip pembuatan tes, antara lain (1) pentingnya membuat tujuan instruksional khusus, (2) kesesuaian butir tes dengan tujuan instruksional khusus, (3) pentingnya mempunyai keterampilan mengembangkan tes, (4) mengetahui jenis tes, (5) mengetahui tujuan tes, (6) mengetahui butirbutir tes dan pembobotan tes. Sedangkan Arikunto (2005 :57) memaparkan bahwa sebuah tes dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur, harus memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas, dan ekonomis. Kemudian, Sudijono (2007 :97) memaparkan ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam menyusun tes hasil belajar agar tes tersebut dapat mengukur tujuan instruksional khusus untuk mata pelajaran yang telah diajarkan, atau mengukur kemampuan dan keterampilan peserta didik yang diharapkan, setelah mereka menyelesaikan suatu unit pengajaran tertentu. Pertama, tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional. Kedua, butir-butir soal tes hasil belajar harus merupakan sampel yang representatif dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan, sehingga dapat dianggap mewakili seluruh performance yang telah diperoleh selama peserta didik mengikuti suatu unit pengajaran. Ketiga, bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat bervariasi, sehingga betul-betul cocok mengukur hasilk belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan tes itu sendiri. Keempat, tes hasil belajar harus didesain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Kelima, tes hasil belajar harus memiliki reliabilitas yang

dapat diandalkan. Keenam, tes hasil belajar disamping harus dapat dijadikan alat pengukur keberhasilan hasil belajar siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri.

C. Tes Terpisah dan Terpadu (Discrete Point and Integrative Testing) 1. Pengertian Tes Terpisah dan Terpadu (Discrete Point and Integrative Testing) Brown (2004 :8-9) memaparkan bahwa tes terpisah atau discrete point tests dilakukan berbentuk komponen penilaian untuk mengukur kemampuan peserta didik secara terpisah, misalnya komponen kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis, dan variasi unit bahasa dari fonologi, grafologi, morfologi, leksikon, kalimat dan wacana. Sedangkan tes terpadu (integrative testing) merupakan tes yang mengukur kemampuan peserta didik secara utuh, terpadu, yang di dalam tes tersebut terdapat kompetensi kebahasaan dalam pembelajaran, disajikan secara terpadu (terlesap) dengan kompetensi yang lainnya seperti bentuk tes dikte pada peserta didik. Sejalan dengan pendapat Brown mengenai tes terpisah dan tes terpadu, Hughes mengemukakan macam-macam teknis pengetesan dengan pasangan kontras, yaitu pengetesan langsung dan tidak langsung (direct versus indirect testing), pengetesan dengan butir terpisah dan terpadu (discrete point versus integrative testing), pengetesan dengan acuan norma dan acuan kriteria (normreferenced versus subjective testing), dan pengetesan bahasa yang komunikatif (communicative language testing). Pengetesan dengan butir terpisah (discrete point) merujuk kepada pengetesan salah satu unsur pada suatu waktu, butir demi butir. Pengetesan terpadu (integrative testing), sebaliknya menuntut calon untuk menggabungkan beberapa unsur bahasa dalam menyelesaikan suatu tugas. (Hughes,1989:14-19) dalam http://guru-umarbakri.blogspot.com/2009/06/kajianbahasa.html, diakses 13 Oktober 2009. 2. Tes Terpisah (Discrete Point Tests) Tes terpisah (discrete point tests) menurut Santosa (2006 : 73) meliputi aspek keterampilan membaca, menulis, berbicara dan menyimak atau mendengarkan, dilakukan secara terpisah. Penilaian membaca, terkait dengan pengukuran kemampuan memahami bahasa tulis, sedangkan penilaian menulis berhubungan dengan pengukuran kemampuan menggunakan bahasa tulis sebagai alat komunikasi. Sejalan dengan hal tersebut, penilaian menyimak atau mendengarkan berkaitan dengan penilaian kemampuan memahami bahasa lisan, sedangkan penilaian berbicara, berkaitan dengan penilaian kemampuan menggunakan bahasa lisan. a. Penilaian Membaca Kemampuan membaca siswa banyak ditentukan oleh pengalamannya membaca dan kemampuannya menguasai pengetahuan yang berkaitan dengan aspek-aspek kebahasaan,

misalnya kosakata dan struktur. Jika siswa diberi topik bacaan yang telah dikenalnya, mereka akan dengan mudah dapat memahami isi bacaan. Aspek terpenting dalam penilaian membaca adalah pemahaman. Karenanya, alat yang paling tepat digunakan untuk menguji kemampuan membaca siswa SD, menurut Santosa (2006:73) yaitu tes pemahaman kalimat dan tes pemahaman wacana. Tes pemahaman kalimat biasa digunakan untuk mengukur kemampuan siswa memahami fungs kosakata dan struktur dalam kalimat. Ada dua cara yang dapat digunakan guru dalam menyusun tes pemahaman kalimat, yaitu menyajikan gambar dan menyajikan kata atau frase untuk pilihan jawabannya. Sedangkan tes pemahaman wacana dapat terdiri dari tes pilihan ganda dan tes isian rumpang (close procedure). b. Penilaian Menulis Beberapa tes yang biasa digunakan dalam pembelajaran menulis adalah tes pratulis, tes menulis terpandu, tes menulis bebas. Tes pratulis dinamakan juga tes respon terbatas. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengunakan kosakata dan struktur dalam menulis. Wujudnya berupa penggabungan kalimat atau penyusunan kalimat dengan menggunakan katakata yang diberikan secara acak. Sedangkan tes menulis terpandu, dapat disusun dengan mudah dan cepat serta dapat digunakan untuk mengukur kemampuan menulis siswa secara lebih efektif, sebab guru dapat mengontrol dengan bahasa siswa yang tidak siap menulis dengan bahasanya sendiri. Selanjutnya, tes menulis bebas dapat mengukur kemampuan menulis siswa secara menyeluruh. Tes ini memungkinkan siswa untuk mengungkapkan gagasannya secara bebas ke dalam bentuk tulisan. c. Penilaian Menyimak atau Penilaian Mendengarkan Kemampuan menyimak adalah kemampuan memahami isi ujaran. Ada beberapa faktor yang mempunyai pertalian erat yang sangat erat dengan kemampuan ini. Pertama, faktor fisik berupa alat penyimak atau pendengaran dan situasi lingkungan tempat berlangsungnya kegiatan menyimak. Kedua, faktor kebahasaan berupa kosakata dan struktur. Ketiga, faktor isi, berupa pesan yang disampaikan melalui wacana lisan. Ketiga faktor itu selalu muncul bersamaan dalam setiap peristiwa menyimak. Penilaian pembelajaran menyimak di sekolah, lebih ditekankan pada aspek kognitif. Oleh sebab itu, teknik pengukurannya lebih ditekankan pada penggunaan teknik tes. Butir-butir soal tes dalam penilaian menyimak, diberikan secara lisan, baik langsung maupun melalui media rekaman, sedangkan jawabannya dapat dibuat secara tertulis. Ada tiga jenis tes yang dapat digunakan dalam penilaian pembelajaran menyimak, yaitu tes respons terbatas, tes respons pilihan ganda, dan tes komunikasi luas. Bentuk tes respons terbatas ini memungkinkan siswa menjawab secara verbal dan nonverbal. Bentuk tes ini terbatas mencakup tes benar-salah, tes ya- tidak, dan tes pilihan gambar. Bentuk tes ini hanya memerlukan jawaban benar atau salah, ya atau tidak, dan memilih salah satu dari dua pilihan gambar yang tersedia.

Bentuk tes respons pilihan ganda hampir sama dengan tes respons terbatas. Wujud pilihan jawaban pada tes respons pilihan ganda berupa kata, frase, atau kalimat. Bentuk tes respons pilihan ganda menuntut siswa untuk memahami pernyataan atau pertanyaan yang diperdengarkan secara langsung atau melalui media rekaman. Tes komunikasi luas muncul disebabkan bahasa merupakan sarana komunikasi verbal dan menyimak merupakan salah satu bentuk kegiatan berbahasa. Selain itu, kegiatan menyimak dilakukan setiap hari oleh siswa di sekolah dan di mana saja. Penilaian dengan menggunakan tes ini menuntut siswa untuk memahami penggalan dialog (percakapan) atau ceramah (pembicaraan), seperti yang biasa dilakukan dalam kesehariannya. d. Penilaian Berbicara Ada tiga jenis tes yang dapat digunakan guru untuk mengukur kemampuan berbicara siswa, yaitu tes respons terbatas, tes terpandu, dan tes wawancara. Tes respons terbatas digunakan untuk mengukur kemampuan berbicara siswa secara terbatas atau secara singkat. Yang termasuk ke dalam jenis tes ini adalah tes respons terarah, tes penanda gambar, dan tes berbicara nyaring. Tes terpandu melibatkan panduan dari guru untuk mendorong siswa menampilkan kemampuan berbicaranya. Tes ini meliputi tes parafrase, tes penjelasan, dan tes bermain peran. Sedangkan tes wawancara tidak hanya menanyakan nama, usia, pekerjaan, kepada orang yang kita wawancarai. Selama berwawancara, siswa pewawancara harus bersikap wajar, tidak dibuat-buat, dan tidak bersikap kasar. 3. Tes Terpadu (Integrative Testing) Tes terpadu (Integrative Testing) berkaitan dengan pendekatan whole language dalam pembelajaran bahasa. Whole language adalah satu pendekatan pengajaran bahasa yang menyajikan pengajaran bahasa secara utuh, tidak terpisah-pisah (Edelsky, 1991 dalam Santosa, 2006:23). Whole language dimulai dengan menumbuhkan lingkungan di mana bahasa diajarkan secara utuh dan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis) diajarkan secara terpadu. Menerapkan whole language memang agak sulit karena tidak ada acuan yang benarbenar mengaturnya. Namun, pembelajaran whole language dan beserta tes terpadu dapat diterapkan dengan mengetahui komponen-komponen yang terdapat dalam whole language. Menurut Routman (1991) dan Froose (1991) dalam Santosa (2006 :24), ada delapan komponen whole language, yaitu : (1) reading aloud, (2) jurnal writing, (3) sustained silent reading, (4) share reading, (5) guided reading, (6) guided writing, (7) independent reading, (8) independent writing. a. Reading Aloud Reading aloud adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru untuk siswanya. Guru dapat menggunakan bacaan yang terdapat dalam buku teks atau buku cerita lainnya dan

membacakannya dengan suara keras dan intonasi yang baik sehingga setiap siswa dapat mendengarkan dan menikmati ceritanya. Kegiatan reading aloud ini sangat bermanfaat, antara lain meningkatkan keterampilan menyimak, memperkaya kosakata, membantu meningkatkan membaca pemahaman, dan yang tidak kalah penting adalah menumbuhkan minat baca pada siswa. b. Jurnal Writing Bagi guru yang akan menerapkan whole language, menulis jurnal (journal writing) adalah komponen yang dapat dengan mudah diterapkan. Jurnal merupakan sarana yang aman bagi siswa untuk mengungkapkan perasaannya, menceritakan kejadian di sekitarnya, membeberkan hasil belajarnya, dan menggunakan bahasa dalam bentuk tulisan. Banyak manfaat yang dapat kita peroleh dari kegiatan menulis jurnal, antara lain: (1) meningkatkan kemampuan menulis, karena dengan menulis jurnal siswa akan terbiasa mengungkapkan pikirannya dalam bentuk tulisan yang kemudian membantunya untuk mengembangkan kemampuan menulis. (2) meningkatkan kemampuan membaca, seperti siswa secara spontan akan membaca hasil tulisannya sendiri setiap ia selesai menulis jurnal. Dengan cara ini, tanpa disadaro siswa melatih kemampuan membacanya dengan menulis jurnal siswa tersebut juga meningkatkan kemampuan membaca. (3) menumbuhkan keberanian mengambil resiko, ini berarti menulis jurnal bukanlah kegiatan yang harus dinilai makula siswa tidak perlu takut untuk berbuat salah. Kesempatan ini dapat digunakan sebagai sarana untuk bereksplorasi. (4) memberi kesempatan untuk membuat refleksi apa yang telah dipelajarinya atau dilakukannya. (5) memvalidasi pengalaman dan perasaan pribadi, seperti kejadian apa saja yang dialami siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah dapat diungkapkan dengan jurnal. (6) memberikan tempat yang aman ddan rahasia untuk menulis, dalam artian, jurnal digunakan sebagai sarana untuk mengungkapkan perasaan pribadi. Jurnal ini sering disebut diary atau buku harian. (7) meningkatkan kemampuan berpikir, dengan meminta siswa menulis jurnal, mereka berusaha mengingat kembali, memilih kejadian mana yang akan diceritakan, dan menyusun informasi yang dimiliki menjadi cerita yang dipahami pembaca. (8) meningkatkan kesadaran akan peraturan menulis, seperti melalui jurnal, siswa belajar tata cara menulis, seperti penggunaan huruf besar, tanda baca dan struktur kalimat. Siswa juga mulai menulis dengan menggunakan topik, judul, halaman dan subtopik. (9) menjadi alat evaluasi dan menjadi dokumen tertulis. c. Sustained Silent Reading Sustained Silent Reading adalah kegiatan membaca dalam hati yang dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan ini siswa diberi kesempatan untuk memilih sendiri buku atau materi yang akan dibacanya. Pesan yang ingin disampaikan kepada siswa melalui kegiatan ini adalah membaca adalah kegiatan penting yang menyenangkan, membaca dapat dilakukan oleh siapa pun, membaca berarti kita berkomunikasi dengan pengarang buku tersebut, siswa dapat membaca dan berkonsentrasi pada bacaannnya pada waktu yang cukup lama, guru percaya bahwa siswa

memahami apa yang mereka baca, siswa dapat berbagi pengetahuan yang menarik dari materi yang dibacanya setelah kegiatan ini berakhir. d. Shared Reading Shared reading adalah kehiatan membaca bersama antara guru dan siswa, di mana setiap orang mempunyai buku yang sedang dibacanya. Kegiatan ini dapat di lakukan baik di kelas rendah maupun di kelas tinggi. Ada beberapa cara untuk melakukan kegiatan ini, yaitu: (a) guru membaca dan siswa mengikutinya (untuk kelas rendah); (b) guru membaca dan siswa menyimak sambil melihat bacaan yang tertera pada buku; (c) siswa membaca bergiliran. Maksud kegiatan ini adalah (a) sambil melihat tulisan, siswa berkesempatan untuk memperhatikan guru membaca sebagai model; (b) memberikan kesempatan untuk memperlihatkan keterampilan membacanya; (c) siswa yang masih kurang terampil dalam membaca, mendapat contoh membaca yang benar. e. Guided Reading Guided Reading disebut juga membaca terbimbing guru, menjadi pengamat dan fasilitator. Dalam membaca terbimbing, penekanannya bukan dalam cara membaca itu sendiri, tetapi lebih pada membaca pemahaman. Dalam guided reading, semua siswa membaca dan mendiskusikan buku yang sama. Guru melemparkan pertanyaan yang meminta siswa menjawab dengan kritis, bukan sekedar pertanyaan pemahaman. Kegiatan ini merupakan kegiatan membaca yang penting dilakukan di kelas. f. Guided Writing Guided Writing adalah menulis terbimbing. Dalam menulis terbimbing peran guru adalah sebagai fasilitator, membantu siswa menemukan apa yang ingin ditulisnya dan bagaimana menulisnya dengan jelas, sistematis dan menarik. Guru bertindak sebagai pendorong bukan pengatur, sebagai pemberi saran bukan penberi petunjuk. Dalam kegiatan ini, proses guided writing, seperti memilih topik, membuat draft, memperbaiki dan mengedit dilakukan sendiri oleh siswa. g. Independent Reading Independent reading atau membaca bebas adalah kegiatan membaca, di mana siswa berkesempatan untuk menentukan sendiri materi yang ingin dibacanya. Membaca bebas merupakan bagian integral dari whole language. Dalam independent reading, siswa bertanggung jawab terhadap bacaan yang dipilihnya sehingga peran guru berubah dari seorang pemrakarsa, model, dan pemberi tuntunan menjadi seorang pengamat, fasilitator dan pemberi respons. Menurut penelitian yang dilakukan Anderson dkk. (1988), pembaca bebas yang diberikan secara rutin walaupun hanya 10 menit sehari dapat meningkatkan kemampuan membaca pada siswa.

Inti independent reading adalah membantu siswa meningkatkan kemampuan pemahamannya, mengembangkan kosa kata, melancarkan membaca, dan secara keseluruhan memfasilitasi membaca.

g. Independent Writing Independent writing atau menulis bebas bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis, meningkatkan kebiasaan menulis, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Siswa bertangung jawab sepenuhnya dalam proses menulis. Jenis menulis yang termasuk dalam independent writing antara lain menulis jurnal dan menulis respon. III. Aplikasi dalam Penilaian 1. Aplikasi dalam Penilaian Tes Terpisah (Discrete Point Tests) a. Aplikasi Penilaian Tes Terpisah (Discrete Point Tests) pada Tes Keterampilan Menyimak atau Mendengarkan, pada jenis Tes Komunikasi Luas

Aspek penilaian tes terpisah dapat dilihat pada jenis komunikasi luas, yaitu pada standar kompetensi aspek mendengarkan pada kelas V semester 2 SD antara lain: memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan. Kompetensi dasarnya antara lain: (1) menanggapi cerita tentang peristiwa yang terjadi di sekitar yang disampaikan secara lisan, (2) mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat). Kepada siswa diperdengarkan cerita tentang peristiwa yang terjadi di sekitar yang disampaikan secara lisan, beserta pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : Bisnis adalah transaksi jual beli, sehingga penjual dan pembeli merasa puas. Untuk tingkat kepuasan, ukurannya perasaan untung. Komponen laba yakni penjualan dikurangi biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead. Pada garis besarnya, bisnis digolongkan menjadi dua sub, yaitu bisnis jasa dan nonjasa. Jenis bisnis jasa dapat berupa konsultan, pendidikan, persewaan, makelar, dan lain-lainya. Sedangkan jenis bisnis nonjasa adalah yang menghasilkan produksi dalam bentuk fisik.

Pertanyaan 1 Apakah bisnis itu? (JEDA 20 DETIK)

Pertanyaan 2 Apa yang menjadi ukuran tingkat kepuasan itu? (JEDA 20 DETIK)

Pertanyaan 3 Produksi dalam bentuk apa yang dihasilkan oleh bisnis nonjasa? (JEDA 20 DETIK) Pada lembar jawaban yang dipegang siswa terdapat 3 nomor jawaban, masing-masing mempunyai 4 pilihan jawaban yang harus dipilih salah satunya. (1) a. Proses jual beli b. Transaksi jual beli c. Peristiwa jual beli d. Aktivitas Jual Beli (2) a. Perasaan senang b. Perasaan Bangga c. Perasaan puas d. Perasaan untung (3) a. Dalam bentuk fisik b. Dalam bentuk uang c. Dalam bentuk nonjasa d. Dalam bentuk transaksi

b. Aplikasi Penilaian Tes Terpisah (Discrete Point Tests) pada Tes Keterampilan Berbicara pada jenis Tes Wawancara

Aspek penilaian tes terpisah pada jenis tes wawancara dapat dilihat pada standar kompetensi aspek berbicara pada kelas V semester 1 SD antara lain: mengungkapkan pikiran, pendapat, perasaan, fakta secara lisan dengan menanggapi suatu persoalan, menceritakan hasil pengamatan, atau berwawancara. Kompetensi dasarnya antara lain: (1) menanggapi suatu persoalan atau peristiwa dan memberikan saran pemecahannya dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa, (2) menceritakan hasil pengamatan/kunjungan dengan bahasa runtut, baik dan benar, (3) berwawancara sederhana dengan narasumber (petani, pedagang, nelayan, karyawan, dll.) dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa. Aplikasi penilaian tes terpisah (Dicrete Point Tests) pada Tes Keterampilan Berbicara diambil dalam bentuk tes wawancara sesuai standar dan kompetensi dasar. Siswa dilibatkan dan ditugaskan langsung untuk melakukan wawancara kepada narasumber. Misalnya narasumber itu bekerja sebagai sebagai petugas kebersihan sekolah dan terpilih sebagai karyawan teladan di mana siswa itu bersekolah. Inti penilaian wawancara tersebut terletak pada pilihan kata dan santun berbahasa dalam wawancara. Petikan wawancara dapat dilihat sebagai berikut. Siswa A : Selamat ya pak, atas terpilihnya bapak sebagai karyawan teladan di sekolah ini. Wah, tentu bapak senang menerima kehormatan itu. Bagaimana perasaan bapak saat ini? Karyawan : Oh, terima kasih. Ya, sangat senang sekali. Saya tidak menyangka bakal terpilih sebab saingan saya banyak sekali. Siswa A : Bapak tampak senang sekali waktu diwawancarai oleh Kepala Dinas Pendidikan kota kita. Apa rahasianya sehingga bapak dapat terpilih sebagai karyawan teladan di sekolah kita? Karyawan : Biasa saja. Saya selalu berusaha menjalankan tugas dengan dsiplin dan sungguhsingguh tanpa adanya unsur keterpaksaan dan di bawah tekanan dari siapa pun. Intinya, menjalankan tugas itu merupakan amanah dan merupakan kesadaran dari hati nurani saya sendiri. Siswa B :Oh, bel sudah berbunyi. Terima kasih ya pak. Bapak telah bersedia meluangkan waktunya untuk kami wawancarai. Kami masuk dulu ya pak. Karyawan : Ya, sama-sama.

Wawancara dapat dijadikan sebagai contoh wjud kegiatan berbahasa yang sebenarnya, tetapi waktu yang diperlukan untuk itu cukup banyak.

c. Aplikasi Penilaian Tes Terpisah (Discrete Point Tests) pada Tes Keterampilan Menulis pada jenis Tes Menulis Bebas

Aspek penilaian terpisah dapat dilihat pada jenis tes menulis bebas yang terdapat pada standar kompetensi aspek menulis pada kelas V semester 1 SD antara lain: mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi dan pengalaman secara tertulis dalam bentuk karangan, surat undangan, dan dialog tertulis. Kompetensi dasarnya antara lain (1) menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatkan pilihan kata dan penggunaan ejaan, (2) menulis surat undangan (ulang tahun, acara agama, kegiatan sekolah, kenaikan kelas, dll) dengan kalimat efektif dan memperhatikan penggunaan ejaan, (3) menulis dialog sederhana antara dua atau tiga tokoh dengan memperhatikan isi serta perannya. Keterampilan menulis pada jenis tes menulis bebas ini, siswa diminta menulis secara bebas dengan rambu-rambu yang telah diberikan guru, seperti menulis karangan bebas dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan. Tes ini dapat mengukur kemampuan siswa secara menyeluruh dan memungkinkan siswa mengungkapkan gagasannya secara bebas ke dalam bentuk tulisan. Contoh menulis tes bebas dapat berbentuk sebagai berikut: a. Pilih salah satu topik berikut, kemudian kembangkan menjadi sebuah karangan yang lengkap! (1) Manfaat menabung, (2) Kebersihan Lingkungan sekolah, (3) Kejadian yang Tak Terlupakan. b. Pada liburan yang akan datang, kamu akan mengunjungi kakekmu yang tinggal di kota lain. Agar yang akan kamu kunjungi itu tidak terkejut menerima kedatanganmu, kirimkan kabar terlebih dahulu kepadanya. Ceritakan, naik apa, kapan, dan dengan siapa kamu berangkat!

d. Aplikasi Penilaian Tes Terpisah (Discrete Point Tests) pada Tes Keterampilan Membaca pada jenis Tes Pemahaman Wacana

Aplikasi penilaian tes terpisah pada standar kompetensi aspek membaca pada kelas V semester 1 SD antara lain : memahami teks dengan membaca teks percakapan, membaca cepat 75 kata/menit dan membaca puisi. Kompetensi dasarnya antara lain : (1) membaca teks percakapan

dengan lafal dan intonasi yang tepat, (2) menentukan gagasan utama suatu teks yang dibaca dengan kecepatan 75 kata per menit, (3) membaca puisi dengan lafal dan intonasi yang tepat. Aplikasi penilaian tes terpisah (Discrete Point Tests) pada Tes Keterampilan Membaca dapat dilihat pada jenis tes pemahaman wacana berikut ini. Bacalah teks berikut dengan cermat ! kemudian, jawablah pertanyaan-pertanyaan yang tersedia di bawahnya dengan menandai salah satu huruf di depan jawaban yang kamu pilih ! Lebih dari semiliar penduduk dunia hidup dala kemiskinan dan keadaan ini akan terus berlangsung kendatipun telah diupayakan beberapa perbaikan. Bak dunia melaporkan hal ni sebagai perbaikan dari data lama yang dihimpunnya pada tahun 1990. Pada data lama disebutkan, penduduk bumi yang hidup dalam kemiskinan tercatat 1,1 miliar orang. Mereka hidup dengan pendapatan per hari Rp. 2.000,00 ini standar yang digunakan Bank Dunia untuk mengategorikan kemiskinan. Pertanyaan :

1. Apa pokok uraian yang dibicarakan dalam teks di atas ? a. Kependudukan b. Kemiskinan c. Kelaparan d. Bank Dunia 2. Berapa orang jumlah penduduk yang hidup miskin menurut data lama Bank Dunia ? a. 2 miliar b. 1,1 miliar c. 2 juta d. 1,1 juta. 3. Bagaimana standar yang digunakan bank Dunia untuk mengategorikan kemiskinan ? a. Jika seseorang tidak memiliki rumah b. Jika seseorang hidup sebagai tuna karya c. Jika seseorag tidak mempunyai mata pencaharian tetap

d. Jika seseorang berpenghasilan Rp. 2.000, 00 per hari.

2. Aplikasi dalam Penilaian Tes Terpadu (Integrative Tests) Aspek penilaian tes terpadu (Integrative Test) dapat dilihat pada jenis tes pembelajaran rading aloud yang melibatkan aspek membaca, menulis, dan mendengarkan. Reading aloud adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru untuk siswanya. Guru dapat menggunakan bacaan yang terdapat dalam dalam buku teks atau buku cerita lainnya dan membacakannya dengan suara keras dan intonasi yang baik sehingga setiap siswa dapat mendengarkan dan menikmati ceritanya. Kegiatan reading aloud ini sangat berrmanfaat, antara lain meningkatkan keterampilan menyimak, memperkaya kosakata, membantu meningkatkan membaca pemahaman, dan yang tidak kalah penting adalah menumbuhkan minat baca pada siswa. Kegiatan pembelajaran ini terlihat pada standar kompetensi aspek membaca pada kelas I semester 2 SD, antara lain : memahami teks pendek dengan membaca nyaring. Kompetensi dasarnya antara lain : (1) membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat, (2) membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat. Tahap penilaian pada kegiatan membaca nyaring ini dapat melibatkan aspek mendengarkan atau menyimak, menulis dan berbicara, karena dalam proses membaca nyaring ini terdapat aspek penilaian pembelajaran reading aloud yang merupakan komponen dari Whole language (pembelajaran terpadu), yaitu sebagai berikut : 1. Penilaian pengamatan Penilaian di sini sebenarnya sudah dapat dilakukan sejak awal pembelajaran di mulai atau dalam proses. Untuk memantau kemajuan ketepatan lafal dan intonasi dengan cara mengenal, membedakan, dan mengucapkan huruf atau fonem yang penekanannya pada fonem/huruf a, I, n, m. Guru dapat membuat tes berupa tiga sampai lima kalimat yang diambil dari teks pendek yang telah dipahami siswa dalam pembelajaran membaca nyaring atau reading aloud dan teks tersebut mengandung fonem a, I, n, m. Tes dilakukan secara individiual dengan menggunakan tabel berikut : No Nama Pengenalan Huruf Ucapan/lafal Intonasi Catatan 1. 2. 3. 4. Ana

Ima Ani Ami Ana Ani Nina Ami [Ana] [Ani] [Nina] [Ami]

2. Penilaian berupa tugas : Siswa ditugasi/dilatih menuliskan kalimat-kalimat berikut dengan huruf pisah. a) ini mama iman b) mana mama mimi dan nini c) ini mami aan

IV. Refleksi dan Simpulan Whole language adalah suatu pendekatan pembelajaran bahasa yang didasari oleh paham constructivism. Dalam whole language, bahasa diajarkan secara utuh, tidak terpisah-pisah; menyimak, berbicara, membaca dan menulis diajarkan secara terpadu (integrated) sehingga siswa dapat melihat bahasa sebagai suatu kesatuan, sehingga terkait dengan tes terpadu (integrative testing). Pendekatan whole language yang berkaitan dengan dengan pembelajaran terpadu ini dipergunakan untuk memperbaiki pengajaran bahasa yang siswanya mengalami kesulitan mengungkapkan pikiran karena keterbatasan pengalaman mereka. Dengan mengajarkan bahasa secara terpisah-pisah, sangat sulit untuk memotivasi siswa belajar bahasa karena siswa melihat apa yang telah dipelajarinya tidak ada hubungannya dengan kehidupan mereka. Selain pembelajaran terpadu, pada dasarnya tujuan orang belajar bahasa agar pembelajar terampil berbahasa. Komuikasi berjalan dengan baik jika pembelajar terampil menyimak,

membaca, berbicara, dan menulis. Agar terampil dalam keempat keterampilan berbahasa tersebut, mereka perlu menguasai hal-hal yang berkaitan dengan aspek kebahasaan, seperti: fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik, sehingga aspek menyimak, berbicara, menulis dan membaca disajikan secara terpisah (Discrete Point Tests). Pembelajaran terpadu sangat sulit diterapkan karena tidak ada acuan yang benar-benar mengaturnya. Namun, pembelajaran tersebut dapat diterapkan dengan komponen-komponen whole language, meliputi: reading aloud, jurnal writing, sustained silent reading, share reading, guided reading, guided writing, independent rading, independent writing. Sumber Bacaan Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Brown, H. Douglas. 2001. Teaching by Principles An Interactive Approach to Language Pedagogy, Second Edition. New York: Addision Wesley Longman Inc. ________________. 2004. Language Assesment Principles and Classroom Practices. New York: Pearson Education Inc. Cangelosi, James S. 1990. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Terjemahan oleh Tedjasudjana, D. 1995. Bandung: Penerbit ITB. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2007. Kurikulum Pendidikan Dasar Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Sekolah Dasar, Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Depdikbud. http://guru-umarbakri.blogspot.com/2009/06/kajian-bahasa.html, diakses 13 Oktober 2009. R. Ratna Sajekti. 1988. Tes dan Pengukuran dalam Bahasa. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Santosa Puji. Dkk. 2006. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: Penerbit SIC. Sunday, May 02, 2010 9:53 PM Research Insights on Second Language Writing Instruction Ilona Leki, University of Tennessee Download a PDF of this digest.

Most educators applaud an increased focus on writing in academic settings, taking for granted the value of a literate public. But learning to write well for academic purposes, beyond basic literacy, is difficult in a first language and more so in second one. Ostensibly to address this difficulty, most universities require students, including second language (L2) students (i.e., those for whom English is a second language), to take freshman writing courses. This digest focuses on insights from my long-term research on the writing experiences of a group of L2 university students. These insights suggest possible ways of making writing classes more useful to such students. Insights from the Research Although not all L2 writing professionals would agree, I start from the assumption that L2 academic writing courses exist to help prepare students for writing in disciplinary courses. This assumption leads to two initial ironies. First, during their first 2 years at the university, while the students in my study were enrolled in writing classes, they were required to do almost no writing in any of their other courses. Second, the students who were able to produce successful papers by the time they graduated learned to do so not in writing classes but over the course of their undergraduate years, mainly through writing in courses for their majors, despite the fact that the instructors for those courses often did little more to teach writing than simply assign it. Despite these ironies and despite the fact that most L2 students I have encountered would postpone or avoid writing courses if given a choice and simply get on with their disciplinary courses, once these students are enrolled in writing classes, they want to benefit from them. If institutions require the students to take these courses, they have an obligation to make the courses as useful as possible. The conditions that allowed the research participants in my study to become successful L2 writers by the end of their undergraduate careers included the following: Time. Several years spent developing knowledge of the topics they wrote about in their majors. Experience. Experience in writing not as a goal for its own sake but as a tool required for gathering, examining, and relating information. Guidance. Help in writing in courses for their majors, which often came in the form of feedback on early draft attempts. (Again) Time. Several years using writing as a tool for real purposes. If these conditions are indeed significant in helping students become successful writers, L2 writing classes are most likely to be effective when we can reproduce these conditions. How might we do so? Matching Goals of Writing Instruction

Writing courses are more efficient and useful to learners when learner and curricular goals match. L2 students come to writing classes with their own ideas about what would be useful to them and not wanting to waste their time (or money). But when course goals do not match student goals, both teacher and learner have uphill battles. Even for motivated students, learning another language and learning to write in that language are difficult, long-term processes. If learners feel the writing class is not serving their needs and purposesa perception reinforced by having no writing to do outside the writing classthe difficulties inherent in developing writing ability are exacerbated. The goals of college-level L2 writers coming into writing classes are often primarily to learn to write faster, with better vocabulary, and with fewer grammatical errors. Those would be some (though not all) of my goals for such students as well, but we might not necessarily agree on how to achieve them. For that reason, it seems essential to discuss and negotiate course goals with students. But lines of communication must not go only from teacher to student and never back or, equally detrimental, go back but with no effect. It is critical to explain to students, particularly adults but also high school students, why we assign the tasks we do and how we expect those tasks to further both our and their goals, and then to take into account students responses to the tasks and adjust the tasks as needed. Student Needs One unfortunate feature of most L2 academic writing classes is that they are freestanding, selfcontained, and detached from the rest of students academic lives. Yet the rationale for these classes and the purpose for learning to write usually reach beyond the writing class into other courses or into real-world needs. For this reason, it would be better for L2 writing courses to be attached to, not detached from, real writing needs. One way to do this is to consider how to place these courses strategically in students academic careers, rather than, for example, shoveling L2 students through writing courses in their first year in college, when they are typically taking general education courses that assign little writing, then assuming that successful completion of the course means writing has been taught. Instead, L2 writing courses might be more useful if they were made available when the students had writing assignments in other courses and could put to use the support a writing class can offer to complete that work. In universities, contentbased curriculums as well as linked courses use this kind of approach (Benesch, 2001; Kasper, 2000), but the principle would be the same in adult education settings and in high schools: The most beneficial writing course would be one whose goals reach beyond the class as an end in itself toward real writing needs. Focus of Instruction If such major curricular adjustments are not possible, aim for the development of academic writing courses where writing is the means to some other enda crucial tool needed to accomplish another goal. The goal might be gathering, learning, and sharing information on

some matter of significance to the gatherers, such as issues related to the school or the community, and attempting to exert an influence through some form of writing. For example, one teacher in my program had her L2 writing students do a service learning project in which they helped a community organization develop press release statements for an information campaign. Writing was unavoidable but not the goal of the project. Emphasizing writing as a means of accomplishing other goals drives home to writing teachers (students already know this) that learning to write academically is not an end in itself but rather is an effort toward beginning to develop a tool for use elsewhere. This tool of writing takes shape best not in the vacuum of freestanding writing courses but when used for the real purposes it is intended to fill. The Knowledge Base In creative writing courses, writers necessarily invent the content of their texts. But having to invent content for expository, nonfiction writing is not only a burden for already overcharged L2 writers, it also fails to reflect what occurs in most academic writing contexts, where more typically the writer has a substantial knowledge base developed over a period of time and through a variety of sources, including textual and any combination of oral, visual, and experiential input. The writers job is to determine how to manage the information, figuring out what to include and where, not to expend time and energy figuring out what else to say about a topic (Leki & Carson, 1994). Managing information already at hand does not mean that writers discover no new ideas as they are writing, or as they are rereading their writing. Certainly writing is often a discovery process that clarifies our ideas for us on the topics we put our minds to as we write. But it is difficult, painful, and often unproductive to be required to write on subjects we know little about or about which we have nothing particular to say. Instead, writing assignments work better and have more intrinsic usefulness if the writers write from information and knowledge, textual or other. Longer writing projects on a single or limited number of topics not only allow L2 writers to build up some knowledge but may help them develop confidence that they can write longer, more complex texts. Experience Over and over in the literature on L2 writing and in interviews with research participants, a theme that comes up as a point of terrible frustration is how long it takes these students to write English texts: hours to produce one page, three times as long as it takes English-dominant students. This time factor is an enormous burden for L2 students, and the only way they can achieve a faster pace of producing text is through more experience. However, experience is not the same as practice. Practice usually means focusing on some isolated feature of a whole enterprise and working on that for the sake of making that one feature better, assuming that this improved feature can then be reinserted into and improve the whole enterprise. The feature might be grammar or topic sentences or any isolatable part of a written text.

Unfortunately, in an attempt to make parts of the whole learnable, writing classes run the risk of focusing excessively on practice instead of experience. Experience is holistic, encompassing the whole enterprise and entailing a purpose beyond practicing writing in the writing class. To become faster or more efficient at accomplishing a task, it is necessary to go through the process of doing it. If the final goal for L2 academic writers is to write fairly lengthy papers on academic or intellectual topics based on knowledge they have accumulated, this is what they should be doing in writing classes, where they have teachers trained to help them. Cognitive Processes Enmeshed with Social Contexts Feedback is part of most useful writing experiences. For the L2 students in my study, disciplinary faculty, particularly in the students majors, frequently offered to read first drafts of assignments and respond to them. The realization that these faculty were not trying to teach writing but instead were trying to help the students do better on those particular assignments drove home another point, although it is again a point that not all writing professionals would agree with: Writers do not improve directly through a teachers intervention; it is texts that can improve directly through intervention. The writers improve only through the writing they are doing, through their intellectual and emotional engagement with it. A teachers effect on the writer can only be indirect; the teacher offers the opportunity to improve a text, thereby allowing the student to improve as a writer. In other words, improving writing proficiency is an internal process that only the writer can access directly; teachers cannot. This indirection inevitably means that developing facility in writing or improving writing ability is a long, slow process that demands focused attention and opportunities for experience. This complex process simply cannot be completed in a year of writing courses. A more subtle feature of this process is that it is necessarily embedded within a context of how the writers work is received (accepted or not accepted, for example), how the writer is received as an individual in a particular social setting (with high or low expectations, for example), and how the writer wants to be received within that socioacademic context, including the writers self-image, desire for affiliation, and interest in joining that community (Leki, 2001). Critical pedagogys analyses of identity construction, positioning, and differential power relations warn that we cannot view the environment in which these writers are learning writing and language as neutrally giving everyone open and free opportunities to become whatever they desire if only they set their minds to it. The contexts of writing both make possible and constrain linguistic development of all kinds, including writing. Nevertheless, if writing is taught and used appropriately in academic settings, it becomes a fine tool to help students acquire and deepen their understandings of academic content, the academic language they are learning, the world around them, and even themselves. References

Benesch, S. (2001). Critical English for academic purposes: Theory, politics, and practice. Mahwah, NJ: Erlbaum. Kasper, L. (Ed.). (2000). Content-based college ESL instruction. Mahwah, NJ: Erlbaum. Leki, I. (2001). A narrow thinking system: Nonnative-English-speaking students in group projects across the curriculum. TESOL Quarterly, 35, 39-67. Leki, I., & Carson, J. (1994). Students perceptions of EAP writing instruction and writing needs across the disciplines. TESOL Quarterly, 28, 81-101. ________________________________________ This digest was prepared with funding from the U.S. Dept. of Education, Office of Educational Research and Improvement, National Library of Education, under contract no. ED-99-CO-0008. The opinions expressed do not necessarily reflect the positions or policies of ED, OERI, or NLE.

Resources Online Resources: Digests September 2001 EDO-FL-01-07

Discourse Analysis for Language Teachers Douglas A. Demo, Center for Applied Linguistics Download a PDF of this digest. What Is Discourse Analysis? Discourse analysis is the examination of language use by members of a speech community. It involves looking at both language form and language function and includes the study of both spoken interaction and written texts. It identifies linguistic features that characterize different genres as well as social and cultural factors that aid in our interpretation and understanding of different texts and types of talk. A discourse analysis of written texts might include a study of topic development and cohesion across the sentences, while an analysis of spoken language might focus on these aspects plus turn-taking practices, opening and closing sequences of social encounters, or narrative structure. The study of discourse has developed in a variety of disciplines-sociolinguistics, anthropology, sociology, and social psychology. Thus discourse analysis takes different theoretical perspectives and analytic approaches: speech act theory, interactional sociolinguistics, ethnography of communication, pragmatics, conversation analysis, and variation analysis (Schiffrin, 1994). Although each approach emphasizes different aspects of language use, they all view language as social interaction. This digest focuses on the application of discourse analysis to second language teaching and learning. It provides examples of how teachers can improve their teaching practices by investigating actual language use both in and out of the classroom, and how students can learn language through exposure to different types of discourse. Detailed introductions to discourse analysis, with special attention to the needs and experiences of language teachers, can be found in Celce-Murcia and Olshtain (2000), Hatch (1992), McCarthy (1992), McCarthy and Carter (1994), and Riggenbach (1999). Discourse Analysis and Second Language Teaching Even with the most communicative approaches, the second language classroom is limited in its ability to develop learners' communicative competence in the target language. This is due to the restricted number of contact hours with the language; minimal opportunities for interacting with native speakers; and limited exposure to the variety of functions, genres, speech events, and discourse types that occur outside the classroom. Given the limited time available for students to practice the target language, teachers should maximize opportunities for student participation. Classroom research is one way for teachers to monitor both the quantity and quality of students' output. By following a four-part process of Record-View-Transcribe-Analyze, second language teachers can use discourse analytic techniques to investigate the interaction patterns in their

classrooms and to see how these patterns promote or hinder opportunities for learners to practice the target language. This process allows language teachers to study their own teaching behaviorspecifically, the frequency, distribution, and types of questions they use and their effect on students' responses. Step One: Videotape a complete lesson. Be sure to capture all of your questions and the students' responses. (Opportunities to speak the target language are often created by teachers' questions.) Step Two: Watch the videotape. As you watch it, think about the types of questions you asked. Look for recurring patterns in your questioning style and the impact it has on the students' responses. Step Three: Transcribe the lesson. A transcript will make it easier to identify the types of questions in the data and to focus on specific questions and student responses. Step Four: Analyze the videotape and transcript. Why did you ask each question? What type of question was itopen (e.g., "What points do you think the author was making in the chapter you read yesterday?") or closed (e.g., "Did you like the chapter?")? Was the question effective in terms of your goals for teaching and learning? What effect did your questions have on the students' opportunities to practice the target language? How did the students respond to different types of questions? Were you satisfied with their responses? Which questions elicited the most discussion from the students? Did the students ask any questions? Focusing on actual classroom interaction, teachers can investigate how one aspect of their teaching style affects students' opportunities for speaking the target language. They can then make changes that will allow students more practice with a wider variety of discourse types. Teachers can also use this process of Record-View-Transcribe-Analyze to study communication patterns in different classroom activities, such as student-to-student interactions during a paired role-play task and during a small-group cooperative learning activity. Communicative activities are expected to promote interaction and to provide opportunities for students to engage in talk. Teachers are likely to discover that students produce different speech patterns in response to different tasks. For example, a map activity is likely to elicit a series of questions and answers among participants, whereas a picture narration task requires a monologue developed around a narrative format. Given that teachers use communicative tasks to evaluate learners' proficiency, a better understanding of the influence of specific activities on learner discourse will likely lead teachers to use a greater variety of tasks in order to gain a more comprehensive picture of students' abilities. By recording, transcribing, and analyzing students' discourse, teachers can gain insight into the effect of specific tasks on students' language production and, over time, on their language development. A discourse analysis of classroom interactions can also shed light on cross-cultural linguistic patterns that may be leading to communication difficulties. For example, some speakers may engage in overlap, speaking while someone else is taking a turn-at-talk. For some linguistic

groups, this discourse behavior can be interpreted as a signal of engagement and involvement; however, other speakers may view it as an interruption and imposition on their speaking rights. Teachers can use the Record-View-Transcribe-Analyze technique to study cross-cultural interactions in their classrooms, helping students identify different communication strategies and their potential for miscommunication. Although some variables of language learning are beyond the control of second language teachers, discourse analysis can be a useful analytic tool for making informed changes in instructional practices. Mainstream teachers, especially those with second language learners, can also use this technique to study classroom interactions in order to focus on the learning opportunities available to students with limited English proficiency. In fact, discourse analysis can be an integral part of a program of professional development for all teachers that includes classroom-based research, with the overall aim of improving teaching (Johnson, 1995). Discourse Analysis and Second Language Learning Language learners face the monumental task of acquiring not only new vocabulary, syntactic patterns, and phonology, but also discourse competence, sociolinguistic competence, strategic competence, and interactional competence. They need opportunities to investigate the systematicity of language at all linguistic levels, especially at the highest level (Riggenbach, 1999; Young and He, 1998). Without knowledge of and experience with the discourse and sociocultural patterns of the target language, second language learners are likely to rely on the strategies and expectations acquired as part of their first language development, which may be inappropriate for the second language setting and may lead to communication difficulties and misunderstandings. One problem for second language learners is limited experience with a variety of interactive practices in the target language. Therefore, one of the goals of second language teaching is to expose learners to different discourse patterns in different texts and interactions. One way that teachers can include the study of discourse in the second language classroom is to allow the students themselves to study language, that is, to make them discourse analysts (see CelceMurcia & Olshtain, 2000; McCarthy & Carter, 1994; Riggenbach, 1999). By exploring natural language use in authentic environments, learners gain a greater appreciation and understanding of the discourse patterns associated with a given genre or speech event as well as the sociolinguistic factors that contribute to linguistic variation across settings and contexts. For example, students can study speech acts in a service encounter, turn-taking patterns in a conversation between friends, opening and closings of answering machine messages, or other aspects of speech events. Riggenbach (1999) suggests a wide variety of activities that can easily be adapted to suit a range of second language learning contexts. One discourse feature that is easy to study is listener response behavior, also known as backchannels. Backchannels are the brief verbal responses that a listener uses while another

individual is talking, such as mm-hmm, ok, yeah, and oh wow. Listener response can also be non-verbal, for instance head nods. Research has identified variation among languages in the use of backchannels, which makes it an interesting feature to study. Variation has been found not only in the frequency of backchannels, but also in the type of backchannels, their placement in the ongoing talk, and their interpretation by the participants (Clancy, Thompson, Suzuki, & Tao, 1996). Students can participate in the Record-View-Transcribe-Analyze technique to study the linguistic form and function of backchannels in conversation. Step One: Ask to video- or audiotape a pair of native speakers engaging in conversation, perhaps over coffee or lunch. Step Two: Play the tape for students. Have them identify patterns in the recorded linguistic behavior. In this case, pay attention to the backchanneling behavior of the participants. Is the same backchannel token used repeatedly, or is there variation? Step Three: Transcribe the conversation so that students can count the number and types of backchannel tokens and examine their placement within the discourse. Step 4: Have students analyze specific discourse features individually, in pairs or in small groups. These are some questions to consider: How often do the participants use a backchannel token? How does backchanneling contribute to the participants' understanding of and involvement in the conversation? How can differences in backchannel frequency be explained? How does backchanneling work in the students' native language? Students can collect and analyze data themselves. Once collected, this set of authentic language data can be repeatedly examined for other conversational features, then later compared to discourse features found in other speech events. This discourse approach to language learning removes language from the confines of textbooks and makes it tangible, so that students can explore language as interaction rather than as grammatical units. Teachers can also use these activities to raise students' awareness of language variation, dialect differences, and cultural diversity. Conclusion In sum, teachers can use discourse analysis not only as a research method for investigating their own teaching practices but also as a tool for studying interactions among language learners. Learners can benefit from using discourse analysis to explore what language is and how it is used to achieve communicative goals in different contexts. Thus discourse analysis can help to create a second language learning environment that more accurately reflects how language is used and encourages learners toward their goal of proficiency in another language. References

Celce-Murcia, M,. & Olshtain, E. (2000). Discourse and context in language teaching. New York: Cambridge University Press. Clancy, P., Thompson, S., Suzuki, R., & Tao, H. (1996) The conversational use of reactive tokens in English, Japanese, and Mandarin. Journal of Pragmatics, 26, 355-387. Hatch, E. (1992). Discourse and language education. New York: Cambridge University Press. Johnson, K. (1995). Understanding communication in second language classrooms. New York: Cambridge University Press. McCarthy, M. (1992). Discourse analysis for language teachers. New York: Cambridge University Press. McCarthy, M., & Carter, R. (1994). Language as discourse: Perspectives for language teachers. New York: Longman. Riggenbach, H. (1999). Discourse analysis in the language classroom: Volume 1. The spoken language. Ann Arbor, MI: University of Michigan Press. Schiffrin, D. (1994). Approaches to discourse. Oxford: Blackwell. Young, R., & He, A. (1998). Talking and testing: Discourse approaches to the assessment of oral proficiency. Philadelphia: John Benjamins. ________________________________________ This digest was prepared with funding from the U.S. Dept. of Education, Office of Educational Research and Improvement, National Library of Education, under contract no. ED-99-CO-0008. The opinions expressed do not necessarily reflect the positions or policies of ED, OERI, or NLE. CAL Store | Press Room | Jobs | Contact Us | Site Map | Privacy Copyright 2008 CAL Wednesday, April 21, 2010 12:24 AM MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Ganjil) Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : UIN 1110 Jurusan/Program Studi : Pendidikan IPS Ekonomi (S1)

Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2009-2010 Semester/Kelas : Genap/II A Bobot : 2 Sks

A. Essay: Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini, dengan seksama, kemudian tunjukkan di mana letak kesalahan atau kekurangannya! Bagaimana Anda dapat memperbaiki atau menyempurnakan kalimat-kalimat itu? Perbaiki dan sempurnakanlah kalimat tersebut agar menjadi kalimat efektif! 1. Di negara-negara itu bahaya-bahayanya penyakit tersebut masih dikhawatirkan akan selalu mengancam setiap waktu. 2. Hakekat bahasa yang sebenarnya untuk memberikan pengertian kepada kita makna apa yang terkandung oleh kita dan juga memberikan pengertian apa yang kita ucapkan dan maksudkan. B. Essay: Jelaskan penggunaan diksi non fiksi dan fiksi beserta makna yang dikandungnya dalam penggalan beberapa kalimat berikut!

1. Diksi non fiksi: Pelaku antara pasar konsumsi dan pasar faktor produksi berkebalikan. Pada pasar konsumsi yang menjadi penjual atau penyedia barang yang dijual adalah produsen, sedangkan pada pasar faktor produksi, modal, tenaga kerja, dan alam dijual dan disediakan oleh masyarakat yang biasa menjadi konsumen dalam pasar barang konsumsi (rumah tangga konsumsi). Begitu pula pembelinya, pada pasar faktor produksi pembeli yang membutuhkan (tanah, bahan baku, tenaga kerja, dan modal) adalah para produsen untuk memenuhi kebutuhan proses produksinya. 2. Diksi Fiksi: Gurindam Dua Belas Gubahan Raja Ali Haji (Pasal 1) Barangsiapa tiada memegang agama Sekali-kali tiada boleh dibilang nama Barangsiapa mengenal yang empat Maka yaitulah orang yang makrifat

Barangsiapa mengenal Allah Suruh dan tegahnya tiada ia menyalah Barangsiapa mengenal diri Maka telah mengenal akan Tuhan yang bahari Barangsiapa mengenal dunia Tahulah ia barang yang terperdaya Barangsiapa mengenal akhirat Tahulah ia dunia mudharat C. Essay: 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ragam bahasa dan ragam bahasa yang digunakan pada bidang niaga beserta contoh!

2. Jelaskan sejarah lahirnya bahasa Indonesia!

3. Jelaskan fungsi Bahasa Indonesia jika dihubungkan dengan penggunaannya pada bidang ekonomi!

4. Berikut ini diberikan sejumlah pemakaian bahasa yang kurang teliti. Cobalah perhatikan dan perbaikilah sehingga menjadi bahasa yang baik! a. Lagu itu amat meresapkan hatinya sekali b. Isi dari perjanjian itu ialah Indonesia menyediakan pulau Batam untuk daerah industri, sedangkan Singapura harus menyediakan modal. c. Pers sepertinya tidak mau memperhatikan peringatan pemerintah. d. Dewasa ini pertumbuhan agama Islam di Amerika cukup baik. e. Setelah tinggal di Singapura orang mesti pandai berbahasa Inggris. f. Dalam pembagian pupuk petani harus didahului. g. Dua hari sebelum 17 Agustus semua toko harus sudah siap dihias.

h. Berapa jumlah pendapatmu hari ini? i. Saya berselisih pendapat dengan dia.

5. Pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak dapat dipisahkan daripada seleksi katakata dalam berbahasa. Tiap kita berbahasa sebaiknya kita memperhatikan kata-kata yang akan kita pergunakan. Sebab kesalahan mempergunakan kata-kata dalam berbahasa akan memberi peluang pula kepada kesalahan dalam berbahasa. Sedangkan kesalahan itu tidak hanya sebatas merugikan pemakai kata-kata tersebut, tetapi juga merugikan lawan bicara atau pembaca. Karena itu, dalam berbahasa seyogianya orang tidak hanya sekedar mementingkan pemahaman dirinya saja, tetapi juga harus dipertimbangkan kemungkinan kemampuan pemahaman orang lain. Memandang pentingnya masalah itu, maka di sini akan diberikan sejumlah kata yang sering dikacaukan dalam pemakaian bahasa. Padahal kata-kata ini sebaiknya dibedakan dalam berbagai situasi pemakaian bahasa, agar bahasa yang kita pakai dapat lebih komunikatif. Perhatikanlah daftar pasangan kata-kata yang sering dikacaukan di bawah ini. Kemudian pilih dan jelaskan mana yang tepat dan tidak tepat pemakaiannya! Adat tradisi Antik kuno Ahad minggu Angkut angkat Asuh ajar Akan hendak Ampas limbah Anyir busuk Batas hingga Bulat bundar

D. Essay: Tentukan jenis Ejaan yang Disempurnakan (pungtuasi, penulisan huruf dan penulisan kata) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini!

Kata Ahad dengan Minggu tidaklah sama. Yang pertama nama hari, sedangkan yang kedua adalah nama kesatuan jumlah hari dari Ahad sampai Sabtu. Coba bandingkan kalimat Kita berangkat Minggu depan dengan kalimat Kita berangkat Ahad depan. Dalam kalimat yang pertama tidak diketahui hari apa kita akan berangkat. Sebaliknya dalam kalimat kedua, jelas sekali hari kita berangkat itu. Karena itu, kalimat kedua lebih informatif daripada kalimat pertama. Inilah agaknya yang menyebabkan dua media cetak Tempo dan Republika membedakan kedua kata itu dalam pemberitaan mereka. Tidak ada bahasa yang mengacaukan nama hari dengan minggu. Dalam bahasa Inggris Ahad ialah Sunday, sedangkan minggu ialah week. Nama-nama hari dalam bahasa Indonesia (yang berasal dari bahasa Melayu itu) sebenarnya berasal dari bahasa Arab. Rupanya nama-nama hari itu tidak dinamakan menurut nama dewa-dewa seperti nama hari dalam bahasa Yunani-Latin atau merujuk pada mitos kepercayaan primitif, tetapi dinamakan hitungan. Karena itu hari pertama bernama Ahad yang berarti satu. Selanjutnya Senin (dua), Selasa (tiga), Rabu (empat), Kamis (lima). Hanya Jumat yang tidak menurut hitungan semestinya bernama Sitta (enam). Diberi nama Jumat karena pada hari itu umat Islam berkumpul. Jadi nama hari itu berasal dari kata jamaah. Selanjutnya hari Sabtu kembali berdasarkan hitungan yang berarti tujuh. Perhatikanlah perbandingan antara bilangan dengan nama hari tersebut: Wahid (satu) Ahad Isnain (dua) Senin

Tsalatsa (tiga) Selasa Arba (empat) Rabu Khamis (lima) Kamis Sittah (enam) Jumat (hari berkumpul, suatu kecuali)

Saba (tujuh) Sabtu Samaniah (delapan) Tari Saman di Aceh penarinya 8 orang Tisa (sembilan) Ada nama Tisna Amijaya, dia anak ke 9 Asyar (sepuluh) Perhatikan ada hari Asyura, 10 Muharram.

Berdasarkan keadaan itu, maka minggu adalah urutan nama hari dari Ahad sampai Sabtu yang jumlahnya ada 7 hari. Jadi sistematik waktu itu dalam bahasa Indonesia berawal dari detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan berakhir dengan abad. Sementara itu kita mengenal

pula kata pekan. Sedangkan pasar adalah tempat berjual beli. Pekan adalah hari pasar yang biasanya terjadi sekali dalam seminggu. Maka ada pekan Ahad, pekan Senin, pekan Sabtu dan sebagainya. Oleh sebab itu jumlah hari dalam sepekan sama dengan jumlah hari dalam seminggu, yaitu 7 hari. Yang beda ialah urutannya. Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan untuk menganalisis jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Genap)

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : UIN 1110 Jurusan/Program Studi : Pendidikan IPS Ekonomi (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2009-2010 Semester/Kelas : Genap/II A Bobot : 2 Sks

A. Essay: Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini, dengan seksama, kemudian tunjukkan di mana letak kesalahan atau kekurangannya! Bagaimana Anda dapat memperbaiki atau menyempurnakan kalimat-kalimat itu? Perbaiki dan sempurnakanlah kalimat tersebut agar menjadi kalimat efektif!

1. Tak lupa saya ucapkan banyak-banyak terimakasih atas perhatian bapak yang mana telah sudi membimbing kami dan memberikan kritik-kritik, bila ada kesalahan-kesalahan/kekurangankekurangan dalam karya saya ini, mohon dimaafkan. 2. Begitu juga dengan jaminan sosial mereka dalam bidang pendidikan, bagi mereka faktor pendidikan merupakan salah satu faktor yang terpenting untuk dapat menjadi negara yang maju. B. Essay: Jelaskan penggunaan diksi non fiksi dan fiksi beserta makna yang dikandungnya dalam penggalan beberapa kalimat berikut!

1. Diksi non fiksi: Pelaku antara pasar konsumsi dan pasar faktor produksi berkebalikan. Pada pasar konsumsi yang menjadi penjual atau penyedia barang yang dijual adalah produsen, sedangkan pada pasar faktor produksi, modal, tenaga kerja, dan alam dijual dan disediakan oleh masyarakat yang biasa menjadi konsumen dalam pasar barang konsumsi (rumah tangga konsumsi). Begitu pula pembelinya, pada pasar faktor produksi pembeli yang membutuhkan (tanah, bahan baku, tenaga kerja, dan modal) adalah para produsen untuk memenuhi kebutuhan proses produksinya. 2. Diksi Fiksi: Gurindam Dua Belas Gubahan Raja Ali Haji (Pasal 2) Barangsiapa mengenal yang tersebut Tahulah ia makna takut Barangsiapa meninggalkan sembahyang Seperti rumah tiada bertiang Barangsiapa meninggalkan puasa Tidaklah mendapat dua termasa Barangsiapa meninggalkan zakat Tiada hartanya beroleh berkat Barangsiapa meninggalkan haji Tiadalah ia menyempurnakan janji C. Essay:

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ragam bahasa dan ragam bahasa yang digunakan pada bidang pendidikan beserta contoh!

2. Jelaskan sejarah lahirnya bahasa Indonesia!

3. Jelaskan fungsi Bahasa Indonesia jika dihubungkan dengan penggunaannya pada bidang ekonomi!

4. Berikut ini diberikan sejumlah pemakaian bahasa yang kurang teliti. Cobalah perhatikan dan perbaikilah sehingga menjadi bahasa yang baik! a. Dalam sejarah Indonesia terkenal Konferensi Meja Bulat. b. Sekali-sekali tidaklah saya mencintai dia. c. Perbuatan jembatan itu banyak memerlukan biaya. d. Dia meloncat ke dalam air. e. Dia seorang atlit lompat galah. f. Kami menyampaikan ucapan duka cita kepada para korban. g. Kalau kita akan berangkat 10 hari lagi, maka hari keberangkatan kita jatuh minggu depan. h. Buku tulis ABC enak ditulisnya. i. Tadi saya sudah katakan.

5. Pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak dapat dipisahkan daripada seleksi katakata dalam berbahasa. Tiap kita berbahasa sebaiknya kita memperhatikan kata-kata yang akan kita pergunakan. Sebab kesalahan mempergunakan kata-kata dalam berbahasa akan memberi peluang pula kepada kesalahan dalam berbahasa. Sedangkan kesalahan itu tidak hanya sebatas merugikan pemakai kata-kata tersebut, tetapi juga merugikan lawan bicara atau pembaca. Karena itu, dalam berbahasa seyogianya orang tidak hanya sekedar mementingkan pemahaman dirinya saja, tetapi juga harus dipertimbangkan kemungkinan kemampuan pemahaman orang lain. Memandang pentingnya masalah itu, maka di sini akan diberikan sejumlah kata yang sering dikacaukan dalam pemakaian bahasa. Padahal kata-kata ini sebaiknya dibedakan dalam berbagai

situasi pemakaian bahasa, agar bahasa yang kita pakai dapat lebih komunikatif. Perhatikanlah daftar pasangan kata-kata yang sering dikacaukan di bawah ini. Kemudian pilih dan jelaskan mana yang tepat dan tidak tepat pemakaiannya! Bunyi suara Buah isi Berikan hidangkan Beda selisih Bank bang Boroh buruh Bersalah berdosa Bantuan pinjaman Bobot bubut Bara barah

D. Essay: Tentukan jenis Ejaan yang Disempurnakan (pungtuasi, penulisan huruf dan penulisan kata) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini!

Kata Ahad dengan Minggu tidaklah sama. Yang pertama nama hari, sedangkan yang kedua adalah nama kesatuan jumlah hari dari Ahad sampai Sabtu. Coba bandingkan kalimat Kita berangkat Minggu depan dengan kalimat Kita berangkat Ahad depan. Dalam kalimat yang pertama tidak diketahui hari apa kita akan berangkat. Sebaliknya dalam kalimat kedua, jelas sekali hari kita berangkat itu. Karena itu, kalimat kedua lebih informatif daripada kalimat pertama. Inilah agaknya yang menyebabkan dua media cetak Tempo dan Republika membedakan kedua kata itu dalam pemberitaan mereka. Tidak ada bahasa yang mengacaukan nama hari dengan minggu. Dalam bahasa Inggris Ahad ialah Sunday, sedangkan minggu ialah week. Nama-nama hari dalam bahasa Indonesia (yang berasal dari bahasa Melayu itu) sebenarnya berasal dari bahasa Arab. Rupanya nama-nama hari itu tidak dinamakan menurut nama dewa-dewa seperti nama hari dalam bahasa Yunani-Latin atau merujuk pada mitos kepercayaan primitif, tetapi dinamakan hitungan. Karena itu hari pertama bernama Ahad yang berarti satu. Selanjutnya Senin (dua), Selasa (tiga), Rabu (empat), Kamis (lima). Hanya Jumat

yang tidak menurut hitungan semestinya bernama Sitta (enam). Diberi nama Jumat karena pada hari itu umat Islam berkumpul. Jadi nama hari itu berasal dari kata jamaah. Selanjutnya hari Sabtu kembali berdasarkan hitungan yang berarti tujuh. Perhatikanlah perbandingan antara bilangan dengan nama hari tersebut: Wahid (satu) Ahad Isnain (dua) Senin

Tsalatsa (tiga) Selasa Arba (empat) Rabu Khamis (lima) Kamis Sittah (enam) Jumat (hari berkumpul, suatu kecuali)

Saba (tujuh) Sabtu Samaniah (delapan) Tari Saman di Aceh penarinya 8 orang Tisa (sembilan) Ada nama Tisna Amijaya, dia anak ke 9 Asyar (sepuluh) Perhatikan ada hari Asyura, 10 Muharram.

Berdasarkan keadaan itu, maka minggu adalah urutan nama hari dari Ahad sampai Sabtu yang jumlahnya ada 7 hari. Jadi sistematik waktu itu dalam bahasa Indonesia berawal dari detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan berakhir dengan abad. Sementara itu kita mengenal pula kata pekan. Sedangkan pasar adalah tempat berjual beli. Pekan adalah hari pasar yang biasanya terjadi sekali dalam seminggu. Maka ada pekan Ahad, pekan Senin, pekan Sabtu dan sebagainya. Oleh sebab itu jumlah hari dalam sepekan sama dengan jumlah hari dalam seminggu, yaitu 7 hari. Yang beda ialah urutannya. Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan untuk menganalisis jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Ganjil)

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : UIN 1110 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Kimia (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2009-2010 Semester/Kelas : Genap/II A Bobot : 2 Sks

A. Essay: Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini, dengan seksama, kemudian tunjukkan di mana letak kesalahan atau kekurangannya! Bagaimana Anda dapat memperbaiki atau menyempurnakan kalimat-kalimat itu? Perbaiki dan sempurnakanlah kalimat tersebut agar menjadi kalimat efektif! 1. Selain udara, matahari juga berguna bagi pembentukan Vitamin D dan pembentukan tulang. 2. Di dalam keluarga di mana dua orang manusia, dengan kuasa yang diterima dari Allah sendiri, mampu menciptakan seorang manusia baru. B. Essay: Jelaskan penggunaan diksi non fiksi dan fiksi beserta makna yang dikandungnya dalam penggalan beberapa kalimat berikut!

1. Diksi non fiksi: Jauh sebelum ilmu pengetahuan berkembang seperti sekarang ini, manusia telah mempraktikkan ilmu kimia, meskipun pada dasarnya masih terbatas pada cara-cara yang sederhana dan diawali dengan kegiatan coba-coba. Sebagai contoh, sekitar 3500 tahun sebelum Masehi, bangsa Mesir Kuno telah mengetahui cara mengawetkan mayat, membuat anggur, membuat keramik,

mengolah tembaga, serta meramu obat-obatan, dan zat pewarna. Akan tetapi, pada saat itu belum ada penjelasan secara teoritis yang berkaitan dengan cara-cara tersebut. 2. Diksi Fiksi: Gurindam Dua Belas Gubahan Raja Ali Haji (Pasal 3) Apabila terpelihara mata Sedikitlah cita-cita Apabila terpelihara kuping Khabar yang jahat tiadalah damping Apabila terpelihara lidah Niscaya dapat daripadanya faedah Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan Daripada segala berat dan ringan Apabila perut terlalu penuh Keluarlah fiil yang tidak senonoh Anggota tengah hendaklah ingat Di situlah banyak orang yang hilang semangat Berjalan hendaklah peliharakan kaki, daripada berjalan yang membawa rugi C. Essay: 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ragam bahasa dan ragam bahasa yang digunakan pada bidang lisan beserta contoh!

2. Jelaskan sejarah lahirnya bahasa Indonesia!

3. Jelaskan fungsi Bahasa Indonesia jika dihubungkan dengan penggunaannya pada bidang kimia!

4. Berikut ini diberikan sejumlah pemakaian bahasa yang kurang teliti. Cobalah perhatikan dan perbaikilah sehingga menjadi bahasa yang baik!

a. Ucapanmu itu adalah tidak benar b. Apa yang mereka harus perbuat c. Rumahnya adik saya besar sekali d. Dia diberi tahu yang ayahnya meninggal e. Sebelumnya jam 10 saya tak bisa tidur f. Bajumu bagus, di mana belinya? g. Sudah saya bilang sama dia ayahnya akan datang h. Si sakit itu akan makan sate. i. Dia suka datang terlambat.

5. Pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak dapat dipisahkan daripada seleksi katakata dalam berbahasa. Tiap kita berbahasa sebaiknya kita memperhatikan kata-kata yang akan kita pergunakan. Sebab kesalahan mempergunakan kata-kata dalam berbahasa akan memberi peluang pula kepada kesalahan dalam berbahasa. Sedangkan kesalahan itu tidak hanya sebatas merugikan pemakai kata-kata tersebut, tetapi juga merugikan lawan bicara atau pembaca. Karena itu, dalam berbahasa seyogianya orang tidak hanya sekedar mementingkan pemahaman dirinya saja, tetapi juga harus dipertimbangkan kemungkinan kemampuan pemahaman orang lain. Memandang pentingnya masalah itu, maka di sini akan diberikan sejumlah kata yang sering dikacaukan dalam pemakaian bahasa. Padahal kata-kata ini sebaiknya dibedakan dalam berbagai situasi pemakaian bahasa, agar bahasa yang kita pakai dapat lebih komunikatif. Perhatikanlah daftar pasangan kata-kata yang sering dikacaukan di bawah ini. Kemudian pilih dan jelaskan mana yang tepat dan tidak tepat pemakaiannya! Bulu buluh Bengkalai sisa Biarkan lepaskan Bekerja bermain Bungkus balut Berlari bergegas Bertempur berperang

Bukan tidak Belah keping Curi rampok

D. Essay: Tentukan jenis Ejaan yang Disempurnakan (pungtuasi, penulisan huruf dan penulisan kata) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini!

Kata Ahad dengan Minggu tidaklah sama. Yang pertama nama hari, sedangkan yang kedua adalah nama kesatuan jumlah hari dari Ahad sampai Sabtu. Coba bandingkan kalimat Kita berangkat Minggu depan dengan kalimat Kita berangkat Ahad depan. Dalam kalimat yang pertama tidak diketahui hari apa kita akan berangkat. Sebaliknya dalam kalimat kedua, jelas sekali hari kita berangkat itu. Karena itu, kalimat kedua lebih informatif daripada kalimat pertama. Inilah agaknya yang menyebabkan dua media cetak Tempo dan Republika membedakan kedua kata itu dalam pemberitaan mereka. Tidak ada bahasa yang mengacaukan nama hari dengan minggu. Dalam bahasa Inggris Ahad ialah Sunday, sedangkan minggu ialah week. Nama-nama hari dalam bahasa Indonesia (yang berasal dari bahasa Melayu itu) sebenarnya berasal dari bahasa Arab. Rupanya nama-nama hari itu tidak dinamakan menurut nama dewa-dewa seperti nama hari dalam bahasa Yunani-Latin atau merujuk pada mitos kepercayaan primitif, tetapi dinamakan hitungan. Karena itu hari pertama bernama Ahad yang berarti satu. Selanjutnya Senin (dua), Selasa (tiga), Rabu (empat), Kamis (lima). Hanya Jumat yang tidak menurut hitungan semestinya bernama Sitta (enam). Diberi nama Jumat karena pada hari itu umat Islam berkumpul. Jadi nama hari itu berasal dari kata jamaah. Selanjutnya hari Sabtu kembali berdasarkan hitungan yang berarti tujuh. Perhatikanlah perbandingan antara bilangan dengan nama hari tersebut: Wahid (satu) Ahad Isnain (dua) Senin

Tsalatsa (tiga) Selasa Arba (empat) Rabu Khamis (lima) Kamis Sittah (enam) Jumat (hari berkumpul, suatu kecuali)

Saba (tujuh) Sabtu Samaniah (delapan) Tari Saman di Aceh penarinya 8 orang Tisa (sembilan) Ada nama Tisna Amijaya, dia anak ke 9 Asyar (sepuluh) Perhatikan ada hari Asyura, 10 Muharram.

Berdasarkan keadaan itu, maka minggu adalah urutan nama hari dari Ahad sampai Sabtu yang jumlahnya ada 7 hari. Jadi sistematik waktu itu dalam bahasa Indonesia berawal dari detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan berakhir dengan abad. Sementara itu kita mengenal pula kata pekan. Sedangkan pasar adalah tempat berjual beli. Pekan adalah hari pasar yang biasanya terjadi sekali dalam seminggu. Maka ada pekan Ahad, pekan Senin, pekan Sabtu dan sebagainya. Oleh sebab itu jumlah hari dalam sepekan sama dengan jumlah hari dalam seminggu, yaitu 7 hari. Yang beda ialah urutannya. Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan untuk menganalisis jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Genap)

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : UIN 1110 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Kimia (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2009-2010

Semester/Kelas : Genap/II A Bobot : 2 Sks

A. Essay: Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini, dengan seksama, kemudian tunjukkan di mana letak kesalahan atau kekurangannya! Bagaimana Anda dapat memperbaiki atau menyempurnakan kalimat-kalimat itu? Perbaiki dan sempurnakanlah kalimat tersebut agar menjadi kalimat efektif! 1. Dari beberapa pokok persoalan yang diberikan untuk membandingkan dua atau lebih dialek, antara lain dalam bidang fonetik atau semantik. 2. Di dalam buku ini terdapat istilah-istilah kekerabatan yang terdapat pula orang Jawa dan Sunda dalam susunan masyarakat, yang ditulis berdasarkan Ilmu Antropologi. B. Essay: Jelaskan penggunaan diksi non fiksi dan fiksi beserta makna yang dikandungnya dalam penggalan beberapa kalimat berikut!

1. Diksi non fiksi: Jauh sebelum ilmu pengetahuan berkembang seperti sekarang ini, manusia telah mempraktikkan ilmu kimia, meskipun pada dasarnya masih terbatas pada cara-cara yang sederhana dan diawali dengan kegiatan coba-coba. Sebagai contoh, sekitar 3500 tahun sebelum Masehi, bangsa Mesir Kuno telah mengetahui cara mengawetkan mayat, membuat anggur, membuat keramik, mengolah tembaga, serta meramu obat-obatan, dan zat pewarna. Akan tetapi, pada saat itu belum ada penjelasan secara teoritis yang berkaitan dengan cara-cara tersebut. 2. Diksi Fiksi: Gurindam Dua Belas Gubahan Raja Ali Haji (Pasal 4) Hati itu kerajaan di dalam tubuh Jikalau zalim segala anggota pun rubuh Apabila dengki sudah bertanah Datang daripadanya beberapa anak panah Mengumpat dan memuji hendaklah pikir Di situlah banyak orang yang tergelincir

Pekerjaan marah jangan dibela Nanti hilang akal di kepala Jika sedikit pun berbuat bohong Boleh diumpamakan mulutnya itu pekung

C. Essay: 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ragam bahasa dan ragam bahasa yang digunakan pada bidang tulisan beserta contoh!

2. Jelaskan sejarah lahirnya bahasa Indonesia!

3. Jelaskan fungsi Bahasa Indonesia jika dihubungkan dengan penggunaannya pada bidang kimia!

4. Berikut ini diberikan sejumlah pemakaian bahasa yang kurang teliti. Cobalah perhatikan dan perbaikilah sehingga menjadi bahasa yang baik! a. Sukar sekali memahamkan hitungan itu. b. Saya hendak ke pasar besok akan membeli sepatu. c. Kepada Bapak Kepala Sekolah waktu dan tempat kami persilahkan. d. Bersama surat ini saya ucapkan terima kasih. e. Saya disuruh pulang sama ibu. f. Di mana rumahnya Si Leman. g. Tolong tanyakan sama dokter! h. Bolehnya bicara dengan siapa? i. Hari ini banyak orang berbelanja di pasar. Mereka-mereka kebanyakan ibu rumah tangga.

5. Pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak dapat dipisahkan daripada seleksi katakata dalam berbahasa. Tiap kita berbahasa sebaiknya kita memperhatikan kata-kata yang akan kita pergunakan. Sebab kesalahan mempergunakan kata-kata dalam berbahasa akan memberi peluang pula kepada kesalahan dalam berbahasa. Sedangkan kesalahan itu tidak hanya sebatas merugikan pemakai kata-kata tersebut, tetapi juga merugikan lawan bicara atau pembaca. Karena itu, dalam berbahasa seyogianya orang tidak hanya sekedar mementingkan pemahaman dirinya saja, tetapi juga harus dipertimbangkan kemungkinan kemampuan pemahaman orang lain. Memandang pentingnya masalah itu, maka di sini akan diberikan sejumlah kata yang sering dikacaukan dalam pemakaian bahasa. Padahal kata-kata ini sebaiknya dibedakan dalam berbagai situasi pemakaian bahasa, agar bahasa yang kita pakai dapat lebih komunikatif. Perhatikanlah daftar pasangan kata-kata yang sering dikacaukan di bawah ini. Kemudian pilih dan jelaskan mana yang tepat dan tidak tepat pemakaiannya! Cobaan siksaan Cocok cucuk Contoh ibarat Cermin kaca Cerdik pintar Cerita berita Daki kotoran Dengan dan Dalil dalih Di ke

D. Essay: Tentukan jenis Ejaan yang Disempurnakan (pungtuasi, penulisan huruf dan penulisan kata) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini!

Kata Ahad dengan Minggu tidaklah sama. Yang pertama nama hari, sedangkan yang kedua adalah nama kesatuan jumlah hari dari Ahad sampai Sabtu. Coba bandingkan kalimat Kita

berangkat Minggu depan dengan kalimat Kita berangkat Ahad depan. Dalam kalimat yang pertama tidak diketahui hari apa kita akan berangkat. Sebaliknya dalam kalimat kedua, jelas sekali hari kita berangkat itu. Karena itu, kalimat kedua lebih informatif daripada kalimat pertama. Inilah agaknya yang menyebabkan dua media cetak Tempo dan Republika membedakan kedua kata itu dalam pemberitaan mereka. Tidak ada bahasa yang mengacaukan nama hari dengan minggu. Dalam bahasa Inggris Ahad ialah Sunday, sedangkan minggu ialah week. Nama-nama hari dalam bahasa Indonesia (yang berasal dari bahasa Melayu itu) sebenarnya berasal dari bahasa Arab. Rupanya nama-nama hari itu tidak dinamakan menurut nama dewa-dewa seperti nama hari dalam bahasa Yunani-Latin atau merujuk pada mitos kepercayaan primitif, tetapi dinamakan hitungan. Karena itu hari pertama bernama Ahad yang berarti satu. Selanjutnya Senin (dua), Selasa (tiga), Rabu (empat), Kamis (lima). Hanya Jumat yang tidak menurut hitungan semestinya bernama Sitta (enam). Diberi nama Jumat karena pada hari itu umat Islam berkumpul. Jadi nama hari itu berasal dari kata jamaah. Selanjutnya hari Sabtu kembali berdasarkan hitungan yang berarti tujuh. Perhatikanlah perbandingan antara bilangan dengan nama hari tersebut: Wahid (satu) Ahad Isnain (dua) Senin

Tsalatsa (tiga) Selasa Arba (empat) Rabu Khamis (lima) Kamis Sittah (enam) Jumat (hari berkumpul, suatu kecuali)

Saba (tujuh) Sabtu Samaniah (delapan) Tari Saman di Aceh penarinya 8 orang Tisa (sembilan) Ada nama Tisna Amijaya, dia anak ke 9 Asyar (sepuluh) Perhatikan ada hari Asyura, 10 Muharram.

Berdasarkan keadaan itu, maka minggu adalah urutan nama hari dari Ahad sampai Sabtu yang jumlahnya ada 7 hari. Jadi sistematik waktu itu dalam bahasa Indonesia berawal dari detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan berakhir dengan abad. Sementara itu kita mengenal pula kata pekan. Sedangkan pasar adalah tempat berjual beli. Pekan adalah hari pasar yang biasanya terjadi sekali dalam seminggu. Maka ada pekan Ahad, pekan Senin, pekan Sabtu dan sebagainya. Oleh sebab itu jumlah hari dalam sepekan sama dengan jumlah hari dalam seminggu, yaitu 7 hari. Yang beda ialah urutannya.

Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan untuk menganalisis jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Ganjil)

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : UIN 1110 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Kimia (S1)

Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2009-2010 Semester/Kelas : Genap/II B Bobot : 2 Sks

A. Essay: Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini, dengan seksama, kemudian tunjukkan di mana letak kesalahan atau kekurangannya! Bagaimana Anda dapat memperbaiki atau menyempurnakan kalimat-kalimat itu? Perbaiki dan sempurnakanlah kalimat tersebut agar menjadi kalimat efektif! 1. Kegunaan dengan adanya gedung sekolah dalam menjalankan pendidikan, tentu saja di sini meliputi kegunaan dari sekolah-sekolah yang rendah tingkatannya sampai kepada sekolah tinggi. 2. Dengan besarnya pengaruh tenaga pendidik dalam soal pendidikan maka kiranya pemerintah perlu mengadakan perbaikan-perbaikan dalam rangka kesejahteraan guru-guru, misalnya dengan diberi jaminan sosial yang baik bagi guru-guru itu, antara lain: gaji yang cukup memuaskan serta perumahan yang baik, yang sesuai dengan mereka, pengangkutan yang disediakan untuk para guru-guru, baju beberapa stel untuk mengajar, sepatu, iuran untuk guru-guru, tiap-tiap bulan sebagai tambahan dan honorarium yang cukup memuaskan bagi guru-guru yang mempunyai kelebihan jam mengajar. B. Essay: Jelaskan penggunaan diksi non fiksi dan fiksi beserta makna yang dikandungnya dalam penggalan beberapa kalimat berikut!

1. Diksi non fiksi: Jauh sebelum ilmu pengetahuan berkembang seperti sekarang ini, manusia telah mempraktikkan ilmu kimia, meskipun pada dasarnya masih terbatas pada cara-cara yang sederhana dan diawali dengan kegiatan coba-coba. Sebagai contoh, sekitar 3500 tahun sebelum Masehi, bangsa Mesir Kuno telah mengetahui cara mengawetkan mayat, membuat anggur, membuat keramik, mengolah tembaga, serta meramu obat-obatan, dan zat pewarna. Akan tetapi, pada saat itu belum ada penjelasan secara teoritis yang berkaitan dengan cara-cara tersebut. 2. Diksi Fiksi: Gurindam Dua Belas Gubahan Raja Ali Haji (Pasal 5) Jika hendak mengenal orang yang berbangsa

Lihat kepada budi dan bahasa Jika hendak mengenal orang yang berbahagia Sangat memeliharakan yang sia-sia Jika hendak mengenal orang yang mulia Lihat kepada kelakuan dia Jika hendak mengenal orang yang berilmu Bertanya dan belajar tiadalah jemu Jika hendak mengenal orang yang berakal Di dalam dunia mengambil bekal Jika hendak mengenal orang yang baik perangai Lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai

C. Essay: 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ragam bahasa dan ragam bahasa yang digunakan ragam dialek beserta contoh!

2. Jelaskan sejarah lahirnya bahasa Indonesia!

3. Jelaskan fungsi Bahasa Indonesia jika dihubungkan dengan penggunaannya pada bidang kimia!

4. Berikut ini diberikan sejumlah pemakaian bahasa yang kurang teliti. Cobalah perhatikan dan perbaikilah sehingga menjadi bahasa yang baik! a. Kita orang tidak suka makan daging. b. Bukunya siapa ini? c. Bapak menanyakan saya dengan ibu?

d. Sementara orang meragukan berita itu. e. Bilang sama dia, Kami sudah makan. f. Saya punya anak nakal sekali. g. Botol itu berisi dengan minyak. h. Di waktu hujan jalan itu licin. i. Nasibmu bergantung dari usahamu sendiri.

5. Pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak dapat dipisahkan daripada seleksi katakata dalam berbahasa. Tiap kita berbahasa sebaiknya kita memperhatikan kata-kata yang akan kita pergunakan. Sebab kesalahan mempergunakan kata-kata dalam berbahasa akan memberi peluang pula kepada kesalahan dalam berbahasa. Sedangkan kesalahan itu tidak hanya sebatas merugikan pemakai kata-kata tersebut, tetapi juga merugikan lawan bicara atau pembaca. Karena itu, dalam berbahasa seyogianya orang tidak hanya sekedar mementingkan pemahaman dirinya saja, tetapi juga harus dipertimbangkan kemungkinan kemampuan pemahaman orang lain. Memandang pentingnya masalah itu, maka di sini akan diberikan sejumlah kata yang sering dikacaukan dalam pemakaian bahasa. Padahal kata-kata ini sebaiknya dibedakan dalam berbagai situasi pemakaian bahasa, agar bahasa yang kita pakai dapat lebih komunikatif. Perhatikanlah daftar pasangan kata-kata yang sering dikacaukan di bawah ini. Kemudian pilih dan jelaskan mana yang tepat dan tidak tepat pemakaiannya! Debu tanah Dikenal terkenal Dihentikan diberhentikan Efektif Efisien Enteng ringan Engkar pembangkang Ekor kemudi Fiktif palsu Forum saluran Gagap gugup

D. Essay: Tentukan jenis Ejaan yang Disempurnakan (pungtuasi, penulisan huruf dan penulisan kata) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini!

Kata Ahad dengan Minggu tidaklah sama. Yang pertama nama hari, sedangkan yang kedua adalah nama kesatuan jumlah hari dari Ahad sampai Sabtu. Coba bandingkan kalimat Kita berangkat Minggu depan dengan kalimat Kita berangkat Ahad depan. Dalam kalimat yang pertama tidak diketahui hari apa kita akan berangkat. Sebaliknya dalam kalimat kedua, jelas sekali hari kita berangkat itu. Karena itu, kalimat kedua lebih informatif daripada kalimat pertama. Inilah agaknya yang menyebabkan dua media cetak Tempo dan Republika membedakan kedua kata itu dalam pemberitaan mereka. Tidak ada bahasa yang mengacaukan nama hari dengan minggu. Dalam bahasa Inggris Ahad ialah Sunday, sedangkan minggu ialah week. Nama-nama hari dalam bahasa Indonesia (yang berasal dari bahasa Melayu itu) sebenarnya berasal dari bahasa Arab. Rupanya nama-nama hari itu tidak dinamakan menurut nama dewa-dewa seperti nama hari dalam bahasa Yunani-Latin atau merujuk pada mitos kepercayaan primitif, tetapi dinamakan hitungan. Karena itu hari pertama bernama Ahad yang berarti satu. Selanjutnya Senin (dua), Selasa (tiga), Rabu (empat), Kamis (lima). Hanya Jumat yang tidak menurut hitungan semestinya bernama Sitta (enam). Diberi nama Jumat karena pada hari itu umat Islam berkumpul. Jadi nama hari itu berasal dari kata jamaah. Selanjutnya hari Sabtu kembali berdasarkan hitungan yang berarti tujuh. Perhatikanlah perbandingan antara bilangan dengan nama hari tersebut: Wahid (satu) Ahad Isnain (dua) Senin

Tsalatsa (tiga) Selasa Arba (empat) Rabu Khamis (lima) Kamis Sittah (enam) Jumat (hari berkumpul, suatu kecuali)

Saba (tujuh) Sabtu Samaniah (delapan) Tari Saman di Aceh penarinya 8 orang Tisa (sembilan) Ada nama Tisna Amijaya, dia anak ke 9 Asyar (sepuluh) Perhatikan ada hari Asyura, 10 Muharram.

Berdasarkan keadaan itu, maka minggu adalah urutan nama hari dari Ahad sampai Sabtu yang jumlahnya ada 7 hari. Jadi sistematik waktu itu dalam bahasa Indonesia berawal dari detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan berakhir dengan abad. Sementara itu kita mengenal pula kata pekan. Sedangkan pasar adalah tempat berjual beli. Pekan adalah hari pasar yang biasanya terjadi sekali dalam seminggu. Maka ada pekan Ahad, pekan Senin, pekan Sabtu dan sebagainya. Oleh sebab itu jumlah hari dalam sepekan sama dengan jumlah hari dalam seminggu, yaitu 7 hari. Yang beda ialah urutannya.

Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan untuk menganalisis jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Genap)

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : UIN 1110 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Kimia (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau

Tahun Akademik : 2009-2010 Semester/Kelas : Genap/II B Bobot : 2 Sks

A. Essay: Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini, dengan seksama, kemudian tunjukkan di mana letak kesalahan atau kekurangannya! Bagaimana Anda dapat memperbaiki atau menyempurnakan kalimat-kalimat itu? Perbaiki dan sempurnakanlah kalimat tersebut agar menjadi kalimat efektif! 1. Kita seringkali mendengar dan mengetahui berita-berita dari surat-surat khabar, majalahmajalah maupun dari berita-berita yang kita peroleh sendiri di beberapa tempat terutama di daerah Jawa Barat timbul keluh kesah dari rakyat terutama kaum petani, ini disebabkan merajalelanya tikus-tikus yang menyebabkan berpuluh-puluh bahkan ratusan hektare sawahladang dalam sekejap mata habis terganyang oleh hama tikus itu. 2. Semua sebab akibatnya sangat menyedihkan bagi rakyat terutama kaum petani karena di daerahnya kemungkinan besar akan timbul bahaya kelaparan timbul penyakit dan bahaya kemungkinan kekurangan bahan makanan pokok lain, misalnya jagung, singkong, dan tanaman palawija lainnya. B. Essay: Jelaskan penggunaan diksi non fiksi dan fiksi beserta makna yang dikandungnya dalam penggalan beberapa kalimat berikut!

1. Diksi non fiksi: Jauh sebelum ilmu pengetahuan berkembang seperti sekarang ini, manusia telah mempraktikkan ilmu kimia, meskipun pada dasarnya masih terbatas pada cara-cara yang sederhana dan diawali dengan kegiatan coba-coba. Sebagai contoh, sekitar 3500 tahun sebelum Masehi, bangsa Mesir Kuno telah mengetahui cara mengawetkan mayat, membuat anggur, membuat keramik, mengolah tembaga, serta meramu obat-obatan, dan zat pewarna. Akan tetapi, pada saat itu belum ada penjelasan secara teoritis yang berkaitan dengan cara-cara tersebut. 2. Diksi Fiksi: Gurindam Dua Belas Gubahan Raja Ali Haji (Pasal 6) Cahari olehmu akan sahabat Yang boleh dijadikan obat

Cahari olehmu akan guru Yang boleh tahukan tiap seteru Cahari olehmu akan isteri Yang boleh menyerahkan diri Cahari olehmu akan kawan Pilih segala orang yang setiawan Cahari olehmu akan abdi Yang ada baik sedikit budi

C. Essay: 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ragam bahasa dan ragam bahasa yang digunakan ragam terpelajar beserta contoh!

2. Jelaskan sejarah lahirnya bahasa Indonesia!

3. Jelaskan fungsi Bahasa Indonesia jika dihubungkan dengan penggunaannya pada bidang kimia!

4. Berikut ini diberikan sejumlah pemakaian bahasa yang kurang teliti. Cobalah perhatikan dan perbaikilah sehingga menjadi bahasa yang baik! a. Dia duduk di muka sendiri b. Di ujung jalan itu ada tempat bikin betul sepeda c. Kamu malas, makanya dimarahi bapak d. Pertemuan kita hari ini yang mana untuk membahas program kerja bulan depan e. Busi yang sudah mati tidak berguna lagi f. Teman yang baik adalah teman yang patuh

g. Tolong belikan saya jagung bakar h. Saya disuruh guru mengumpulkan pulpennya yang jatuh i. Indonesia berbeda waktu dengan Inggris 10 jam.

5. Pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak dapat dipisahkan daripada seleksi katakata dalam berbahasa. Tiap kita berbahasa sebaiknya kita memperhatikan kata-kata yang akan kita pergunakan. Sebab kesalahan mempergunakan kata-kata dalam berbahasa akan memberi peluang pula kepada kesalahan dalam berbahasa. Sedangkan kesalahan itu tidak hanya sebatas merugikan pemakai kata-kata tersebut, tetapi juga merugikan lawan bicara atau pembaca. Karena itu, dalam berbahasa seyogianya orang tidak hanya sekedar mementingkan pemahaman dirinya saja, tetapi juga harus dipertimbangkan kemungkinan kemampuan pemahaman orang lain. Memandang pentingnya masalah itu, maka di sini akan diberikan sejumlah kata yang sering dikacaukan dalam pemakaian bahasa. Padahal kata-kata ini sebaiknya dibedakan dalam berbagai situasi pemakaian bahasa, agar bahasa yang kita pakai dapat lebih komunikatif. Perhatikanlah daftar pasangan kata-kata yang sering dikacaukan di bawah ini. Kemudian pilih dan jelaskan mana yang tepat dan tidak tepat pemakaiannya! Gugur runtuh Perahu Tongkang Perlombaan Pertandingan Pelajaran Pengajaran Patuh setia Peradilan pengadilan Pakar pikir Pancuran pancaran Pekan pakan Penghitungan perhitungan D. Essay: Tentukan jenis Ejaan yang Disempurnakan (pungtuasi, penulisan huruf dan penulisan kata) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini!

Kata Ahad dengan Minggu tidaklah sama. Yang pertama nama hari, sedangkan yang kedua adalah nama kesatuan jumlah hari dari Ahad sampai Sabtu. Coba bandingkan kalimat Kita berangkat Minggu depan dengan kalimat Kita berangkat Ahad depan. Dalam kalimat yang pertama tidak diketahui hari apa kita akan berangkat. Sebaliknya dalam kalimat kedua, jelas sekali hari kita berangkat itu. Karena itu, kalimat kedua lebih informatif daripada kalimat pertama. Inilah agaknya yang menyebabkan dua media cetak Tempo dan Republika membedakan kedua kata itu dalam pemberitaan mereka. Tidak ada bahasa yang mengacaukan nama hari dengan minggu. Dalam bahasa Inggris Ahad ialah Sunday, sedangkan minggu ialah week. Nama-nama hari dalam bahasa Indonesia (yang berasal dari bahasa Melayu itu) sebenarnya berasal dari bahasa Arab. Rupanya nama-nama hari itu tidak dinamakan menurut nama dewa-dewa seperti nama hari dalam bahasa Yunani-Latin atau merujuk pada mitos kepercayaan primitif, tetapi dinamakan hitungan. Karena itu hari pertama bernama Ahad yang berarti satu. Selanjutnya Senin (dua), Selasa (tiga), Rabu (empat), Kamis (lima). Hanya Jumat yang tidak menurut hitungan semestinya bernama Sitta (enam). Diberi nama Jumat karena pada hari itu umat Islam berkumpul. Jadi nama hari itu berasal dari kata jamaah. Selanjutnya hari Sabtu kembali berdasarkan hitungan yang berarti tujuh. Perhatikanlah perbandingan antara bilangan dengan nama hari tersebut: Wahid (satu) Ahad Isnain (dua) Senin

Tsalatsa (tiga) Selasa Arba (empat) Rabu Khamis (lima) Kamis Sittah (enam) Jumat (hari berkumpul, suatu kecuali)

Saba (tujuh) Sabtu Samaniah (delapan) Tari Saman di Aceh penarinya 8 orang Tisa (sembilan) Ada nama Tisna Amijaya, dia anak ke 9 Asyar (sepuluh) Perhatikan ada hari Asyura, 10 Muharram.

Berdasarkan keadaan itu, maka minggu adalah urutan nama hari dari Ahad sampai Sabtu yang jumlahnya ada 7 hari. Jadi sistematik waktu itu dalam bahasa Indonesia berawal dari detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan berakhir dengan abad. Sementara itu kita mengenal

pula kata pekan. Sedangkan pasar adalah tempat berjual beli. Pekan adalah hari pasar yang biasanya terjadi sekali dalam seminggu. Maka ada pekan Ahad, pekan Senin, pekan Sabtu dan sebagainya. Oleh sebab itu jumlah hari dalam sepekan sama dengan jumlah hari dalam seminggu, yaitu 7 hari. Yang beda ialah urutannya.

Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan untuk menganalisis jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Ganjil)

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : UIN 1110 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Kimia (S1)

Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2009-2010 Semester/Kelas : Genap/II C Bobot : 2 Sks

A. Essay: Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini, dengan seksama, kemudian tunjukkan di mana letak kesalahan atau kekurangannya! Bagaimana Anda dapat memperbaiki atau menyempurnakan kalimat-kalimat itu? Perbaiki dan sempurnakanlah kalimat tersebut agar menjadi kalimat efektif! 1. Adapun yang akan saya uraikan di sini ialah kebersihan dan kesehatan saya terdorong untuk mengemukakannya, karena sering dilalaikan orang, karena sesungguhnya kebersihan dan kesehatan itu sangat perlu, karena dengan semuanya bersih tentu akan menjadi sehat. 2. Dalam pengertian petolongan itu mengandung pengertian bahwa anak itu aktif (bukan pasif), dalam memberi pertolongan jangan terlampau banyak atau terlampau sedikit, maka kemungkinan yang ada pada anak akan patah (sukar berkembang). B. Essay: Jelaskan penggunaan diksi non fiksi dan fiksi beserta makna yang dikandungnya dalam penggalan beberapa kalimat berikut!

1. Diksi non fiksi: Jauh sebelum ilmu pengetahuan berkembang seperti sekarang ini, manusia telah mempraktikkan ilmu kimia, meskipun pada dasarnya masih terbatas pada cara-cara yang sederhana dan diawali dengan kegiatan coba-coba. Sebagai contoh, sekitar 3500 tahun sebelum Masehi, bangsa Mesir Kuno telah mengetahui cara mengawetkan mayat, membuat anggur, membuat keramik, mengolah tembaga, serta meramu obat-obatan, dan zat pewarna. Akan tetapi, pada saat itu belum ada penjelasan secara teoritis yang berkaitan dengan cara-cara tersebut. 2. Diksi Fiksi: Gurindam Dua Belas Gubahan Raja Ali Haji (Pasal 7) Apabila banyak berkata-kata Disitulah jalan masuk dusta Apabila banyak berlebih-lebihan suka

Itu tanda hampirkan duka Apabila kita kurang siasat Itulah tanda pekerjaan hendak sesat Apabila anak tidak dilatih Jika besar bapaknya letih Apabila banyak mencacat orang Itulah tanda dirinya kurang Apabila orang yang banyak tidur Sia-sia sahajalah umur

C. Essay: 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ragam bahasa dan ragam bahasa yang digunakan ragam resmi beserta contoh!

2. Jelaskan sejarah lahirnya bahasa Indonesia!

3. Jelaskan fungsi Bahasa Indonesia jika dihubungkan dengan penggunaannya pada bidang kimia!

4. Berikut ini diberikan sejumlah pemakaian bahasa yang kurang teliti. Cobalah perhatikan dan perbaikilah sehingga menjadi bahasa yang baik! a. Sebatang balok dapat dijadikan beberapa belah papan b. Dengan kepntarannya pencuri itu masuk bersama para tamu. c. Sekali lancong keujian seumur hidup orang tak percaya d. Dia tidak mengerti, karena tidak membaca yang tersurat. e. Anak yang berbudi akan mengabdi kepada ibu-bapaknya

f. Lama sekali kami menunggu oplet di ujung jalan itu g. Cobalah atur buku yang berserakan itu h. Tahun ini pemerintah menyesuaikan lagi harga bahan bakar minyak i. Sebelum meninggal almarhum berpesan, agar dikuburkan di kampung halaman.

5. Pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak dapat dipisahkan daripada seleksi katakata dalam berbahasa. Tiap kita berbahasa sebaiknya kita memperhatikan kata-kata yang akan kita pergunakan. Sebab kesalahan mempergunakan kata-kata dalam berbahasa akan memberi peluang pula kepada kesalahan dalam berbahasa. Sedangkan kesalahan itu tidak hanya sebatas merugikan pemakai kata-kata tersebut, tetapi juga merugikan lawan bicara atau pembaca. Karena itu, dalam berbahasa seyogianya orang tidak hanya sekedar mementingkan pemahaman dirinya saja, tetapi juga harus dipertimbangkan kemungkinan kemampuan pemahaman orang lain. Memandang pentingnya masalah itu, maka di sini akan diberikan sejumlah kata yang sering dikacaukan dalam pemakaian bahasa. Padahal kata-kata ini sebaiknya dibedakan dalam berbagai situasi pemakaian bahasa, agar bahasa yang kita pakai dapat lebih komunikatif. Perhatikanlah daftar pasangan kata-kata yang sering dikacaukan di bawah ini. Kemudian pilih dan jelaskan mana yang tepat dan tidak tepat pemakaiannya! Pembukuan perbukuan Pelantikan pengangkatan Populasi sampel Perhentian terminal Patah terkulai Pelari pelarian Piring mangkuk Patah terkilir Pertumbuhan perkembangan Panggang bakar D. Essay:

Tentukan jenis Ejaan yang Disempurnakan (pungtuasi, penulisan huruf dan penulisan kata) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini!

Kata Ahad dengan Minggu tidaklah sama. Yang pertama nama hari, sedangkan yang kedua adalah nama kesatuan jumlah hari dari Ahad sampai Sabtu. Coba bandingkan kalimat Kita berangkat Minggu depan dengan kalimat Kita berangkat Ahad depan. Dalam kalimat yang pertama tidak diketahui hari apa kita akan berangkat. Sebaliknya dalam kalimat kedua, jelas sekali hari kita berangkat itu. Karena itu, kalimat kedua lebih informatif daripada kalimat pertama. Inilah agaknya yang menyebabkan dua media cetak Tempo dan Republika membedakan kedua kata itu dalam pemberitaan mereka. Tidak ada bahasa yang mengacaukan nama hari dengan minggu. Dalam bahasa Inggris Ahad ialah Sunday, sedangkan minggu ialah week. Nama-nama hari dalam bahasa Indonesia (yang berasal dari bahasa Melayu itu) sebenarnya berasal dari bahasa Arab. Rupanya nama-nama hari itu tidak dinamakan menurut nama dewa-dewa seperti nama hari dalam bahasa Yunani-Latin atau merujuk pada mitos kepercayaan primitif, tetapi dinamakan hitungan. Karena itu hari pertama bernama Ahad yang berarti satu. Selanjutnya Senin (dua), Selasa (tiga), Rabu (empat), Kamis (lima). Hanya Jumat yang tidak menurut hitungan semestinya bernama Sitta (enam). Diberi nama Jumat karena pada hari itu umat Islam berkumpul. Jadi nama hari itu berasal dari kata jamaah. Selanjutnya hari Sabtu kembali berdasarkan hitungan yang berarti tujuh. Perhatikanlah perbandingan antara bilangan dengan nama hari tersebut: Wahid (satu) Ahad Isnain (dua) Senin

Tsalatsa (tiga) Selasa Arba (empat) Rabu Khamis (lima) Kamis Sittah (enam) Jumat (hari berkumpul, suatu kecuali)

Saba (tujuh) Sabtu Samaniah (delapan) Tari Saman di Aceh penarinya 8 orang Tisa (sembilan) Ada nama Tisna Amijaya, dia anak ke 9 Asyar (sepuluh) Perhatikan ada hari Asyura, 10 Muharram.

Berdasarkan keadaan itu, maka minggu adalah urutan nama hari dari Ahad sampai Sabtu yang jumlahnya ada 7 hari. Jadi sistematik waktu itu dalam bahasa Indonesia berawal dari detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan berakhir dengan abad. Sementara itu kita mengenal pula kata pekan. Sedangkan pasar adalah tempat berjual beli. Pekan adalah hari pasar yang biasanya terjadi sekali dalam seminggu. Maka ada pekan Ahad, pekan Senin, pekan Sabtu dan sebagainya. Oleh sebab itu jumlah hari dalam sepekan sama dengan jumlah hari dalam seminggu, yaitu 7 hari. Yang beda ialah urutannya.

Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan untuk menganalisis jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Genap)

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

Kode Mata Kuliah : UIN 1110 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Kimia (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2009-2010 Semester/Kelas : Genap/II C Bobot : 2 Sks

A. Essay: Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini, dengan seksama, kemudian tunjukkan di mana letak kesalahan atau kekurangannya! Bagaimana Anda dapat memperbaiki atau menyempurnakan kalimat-kalimat itu? Perbaiki dan sempurnakanlah kalimat tersebut agar menjadi kalimat efektif! 1. Dalam sistem kekerabatan yang terdapat pada orang Jawa dan Sunda, mereka memakai istilahistilah yang tidak atas dasar tanggungjawab dan perbedaan umur, tetapi berdasarkan tingkatan generasi yang terdapat pada mereka. 2. Tak lupa saya ucapkan banyak-banyak terimakasih atas perhatian bapak yang mana telah sudi membimbing kami dan memberikan kritik-kritik, bila ada kesalahan-kesalahan/kekukarangankekurangan dalam karya saya ini, mohon dimaafkan. B. Essay: Jelaskan penggunaan diksi non fiksi dan fiksi beserta makna yang dikandungnya dalam penggalan beberapa kalimat berikut!

1. Diksi non fiksi: Jauh sebelum ilmu pengetahuan berkembang seperti sekarang ini, manusia telah mempraktikkan ilmu kimia, meskipun pada dasarnya masih terbatas pada cara-cara yang sederhana dan diawali dengan kegiatan coba-coba. Sebagai contoh, sekitar 3500 tahun sebelum Masehi, bangsa Mesir Kuno telah mengetahui cara mengawetkan mayat, membuat anggur, membuat keramik, mengolah tembaga, serta meramu obat-obatan, dan zat pewarna. Akan tetapi, pada saat itu belum ada penjelasan secara teoritis yang berkaitan dengan cara-cara tersebut. 2. Diksi Fiksi: Gurindam Dua Belas Gubahan Raja Ali Haji (Pasal 8) Barangsiapa khianat akan dirinya

Apalagi kepada lainnya Kepada dirinya ia aniaya Orang itu jangan engkau percaya Lidah suka membenarkan dirinya Daripada yang lain dapat kesalahannya Daripada memuji diri hendaklah sabar Biar daripada orang datangnya khabar Orang yang suka menampakkan jasa Setengah daripada syirik mengaku kuasa Kejahatan diri sembunyikan Kebajikan diri diamkan Keaiban orang jangan dibuka Keaiban diri hendaklah sangka

C. Essay: 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ragam bahasa dan ragam bahasa yang digunakan pada ragam tidak resmi beserta contoh!

2. Jelaskan sejarah lahirnya bahasa Indonesia!

3. Jelaskan fungsi Bahasa Indonesia jika dihubungkan dengan penggunaannya pada bidang kimia!

4. Berikut ini diberikan sejumlah pemakaian bahasa yang kurang teliti. Cobalah perhatikan dan perbaikilah sehingga menjadi bahasa yang baik! a. Kami lulus dari bahaya bagaikan lolos dari lubang jarum.

b. Apabila para tamu jika akan melepaskan itu kamarnya dan jika sudah menyerahkan kuncinya kamar masing-masing saya mintak dengan hormat, seliwatnya jam 12 terhitung membayar sewanya kamar lagi. c. Kok kamu begitu sih? d. Sebenarnya apa sih maunya orang itu? e. La, kan begitu tho? f. Jangan dipandang entengnya itu! g. Gangguan daripada kabut asap makin membahayakan. h. Tidak mengertinya kamu? i. Kemananya kau tadi?

5. Pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak dapat dipisahkan daripada seleksi katakata dalam berbahasa. Tiap kita berbahasa sebaiknya kita memperhatikan kata-kata yang akan kita pergunakan. Sebab kesalahan mempergunakan kata-kata dalam berbahasa akan memberi peluang pula kepada kesalahan dalam berbahasa. Sedangkan kesalahan itu tidak hanya sebatas merugikan pemakai kata-kata tersebut, tetapi juga merugikan lawan bicara atau pembaca. Karena itu, dalam berbahasa seyogianya orang tidak hanya sekedar mementingkan pemahaman dirinya saja, tetapi juga harus dipertimbangkan kemungkinan kemampuan pemahaman orang lain. Memandang pentingnya masalah itu, maka di sini akan diberikan sejumlah kata yang sering dikacaukan dalam pemakaian bahasa. Padahal kata-kata ini sebaiknya dibedakan dalam berbagai situasi pemakaian bahasa, agar bahasa yang kita pakai dapat lebih komunikatif. Perhatikanlah daftar pasangan kata-kata yang sering dikacaukan di bawah ini. Kemudian pilih dan jelaskan mana yang tepat dan tidak tepat pemakaiannya! Pelantar teras Pekasih pengasih Perigi sumur Pemimpin penguasa Pasal pasih Pejabat penjabat Gamang ngeri

Genting genteng Golongan gulungan Guna fungsi D. Essay: Tentukan jenis Ejaan yang Disempurnakan (pungtuasi, penulisan huruf dan penulisan kata) yang terdapat pada penggalan paragraf berikut ini!

Kata Ahad dengan Minggu tidaklah sama. Yang pertama nama hari, sedangkan yang kedua adalah nama kesatuan jumlah hari dari Ahad sampai Sabtu. Coba bandingkan kalimat Kita berangkat Minggu depan dengan kalimat Kita berangkat Ahad depan. Dalam kalimat yang pertama tidak diketahui hari apa kita akan berangkat. Sebaliknya dalam kalimat kedua, jelas sekali hari kita berangkat itu. Karena itu, kalimat kedua lebih informatif daripada kalimat pertama. Inilah agaknya yang menyebabkan dua media cetak Tempo dan Republika membedakan kedua kata itu dalam pemberitaan mereka. Tidak ada bahasa yang mengacaukan nama hari dengan minggu. Dalam bahasa Inggris Ahad ialah Sunday, sedangkan minggu ialah week. Nama-nama hari dalam bahasa Indonesia (yang berasal dari bahasa Melayu itu) sebenarnya berasal dari bahasa Arab. Rupanya nama-nama hari itu tidak dinamakan menurut nama dewa-dewa seperti nama hari dalam bahasa Yunani-Latin atau merujuk pada mitos kepercayaan primitif, tetapi dinamakan hitungan. Karena itu hari pertama bernama Ahad yang berarti satu. Selanjutnya Senin (dua), Selasa (tiga), Rabu (empat), Kamis (lima). Hanya Jumat yang tidak menurut hitungan semestinya bernama Sitta (enam). Diberi nama Jumat karena pada hari itu umat Islam berkumpul. Jadi nama hari itu berasal dari kata jamaah. Selanjutnya hari Sabtu kembali berdasarkan hitungan yang berarti tujuh. Perhatikanlah perbandingan antara bilangan dengan nama hari tersebut: Wahid (satu) Ahad Isnain (dua) Senin

Tsalatsa (tiga) Selasa Arba (empat) Rabu Khamis (lima) Kamis Sittah (enam) Jumat (hari berkumpul, suatu kecuali)

Saba (tujuh) Sabtu Samaniah (delapan) Tari Saman di Aceh penarinya 8 orang

Tisa (sembilan) Ada nama Tisna Amijaya, dia anak ke 9 Asyar (sepuluh) Perhatikan ada hari Asyura, 10 Muharram.

Berdasarkan keadaan itu, maka minggu adalah urutan nama hari dari Ahad sampai Sabtu yang jumlahnya ada 7 hari. Jadi sistematik waktu itu dalam bahasa Indonesia berawal dari detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan berakhir dengan abad. Sementara itu kita mengenal pula kata pekan. Sedangkan pasar adalah tempat berjual beli. Pekan adalah hari pasar yang biasanya terjadi sekali dalam seminggu. Maka ada pekan Ahad, pekan Senin, pekan Sabtu dan sebagainya. Oleh sebab itu jumlah hari dalam sepekan sama dengan jumlah hari dalam seminggu, yaitu 7 hari. Yang beda ialah urutannya.

Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan untuk menganalisis jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Ganjil)

Mata Kuliah : Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia MI/SD Kode Mata Kuliah : PGK 2120

Jurusan/Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2009-2010 Semester/Kelas : Genap/II A Bobot : 2 Sks

1. Bagaimanakah cara menentukan tema dilihat dari: (a) sudut karangan yang telah selesai, (b) sudut proses penyusunan karangan! 2. Apakah tema dan topik mengandung perbedaan? Jelaskan jawaban Anda berdasarkan beberapa literatur/sumber bacaan! 3. Carilah 20 macam topik yang khusus. Kelompokkanlah masing-masingnya menurut jenisnya. Dari topik tersebut, mana yang dapat diperinci/dipersempit lagi? Tetapkan tujuan dari kedua puluh topik tersebut. Apakah dapat dibuat lebih dari satu tujuan bagi tiap-tiap topik itu? Jelaskan! 4. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam keterampilan menulis bagi peserta didik tingkat SD/MI! 5. Identifikasi dan jelaskan materi keterampilan menulis apa saja yang disajikan Kurikulum KTSP pada kelas 5 dan kelas 6 semester 1 dan semester 2 SD/MI beserta contoh bahan atau materi ajar keterampilan menulis tersebut! 6. Jelaskan perbedaan proses mendengar, mendengarkan dan menyimak! 7. Jelaskan perbedaan (a) keterampilan menulis, (b) keterampilan membaca, (c) keterampilan berbicara, dan (d) keterampilan menyimak/mendengarkan dari sudut proses pembelajaran di kelas untuk tingkat SD/MI!

Note: dalam menjawab soal mid semester ini sertakan: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembar jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan untuk menganalisis jawaban mid semester ini di akhir jawaban!

3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Genap)

Mata Kuliah : Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia MI/SD Kode Mata Kuliah : PGK 2120 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2009-2010 Semester/Kelas : Genap/II A Bobot : 2 Sks

1. Bagaimanakah cara menentukan tema dilihat dari: (a) sudut karangan yang telah selesai, (b) sudut proses penyusunan karangan! 2. Apakah tema dan topik mengandung perbedaan? Jelaskan jawaban Anda berdasarkan beberapa literatur/sumber bacaan! 3. Carilah 20 macam topik yang khusus. Kelompokkanlah masing-masingnya menurut jenisnya. Dari topik tersebut, mana yang dapat diperinci/dipersempit lagi? Tetapkan tujuan dari kedua

puluh topik tersebut. Apakah dapat dibuat lebih dari satu tujuan bagi tiap-tiap topik itu? Jelaskan! 4. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam keterampilan berbicara bagi peserta didik tingkat SD/MI! 5. Identifikasi dan jelaskan materi keterampilan berbicara apa saja yang disajikan Kurikulum KTSP pada kelas 5 dan kelas 6 semester 1 dan semester 2 SD/MI beserta contoh bahan atau materi ajar keterampilan berbicara tersebut! 6. Jelaskan perbedaan proses mendengar, mendengarkan dan menyimak! 7. Jelaskan perbedaan (a) keterampilan menulis, (b) keterampilan membaca, (c) keterampilan berbicara, dan (d) keterampilan menyimak/mendengarkan dari sudut proses pembelajaran di kelas untuk tingkat SD/MI!

Note: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen dan kelas) dikumpul beserta lembaran jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan untuk menganalisis jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Ganjil)

Mata Kuliah : Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia MI/SD Kode Mata Kuliah : PGK 2120 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2009-2010 Semester/Kelas : Genap/II B Bobot : 2 Sks

1. Bagaimanakah cara menentukan tema dilihat dari: (a) sudut karangan yang telah selesai, (b) sudut proses penyusunan karangan! 2. Apakah tema dan topik mengandung perbedaan? Jelaskan jawaban Anda berdasarkan beberapa literatur/sumber bacaan! 3. Carilah 20 macam topik yang khusus. Kelompokkanlah masing-masingnya menurut jenisnya. Dari topik tersebut, mana yang dapat diperinci/dipersempit lagi? Tetapkan tujuan dari kedua puluh topik tersebut. Apakah dapat dibuat lebih dari satu tujuan bagi tiap-tiap topik itu? Jelaskan! 4. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam keterampilan membaca bagi peserta didik tingkat SD/MI! 5. Identifikasi dan jelaskan materi keterampilan membaca apa saja yang disajikan Kurikulum KTSP pada kelas 3 dan kelas 4 semester 1 dan semester 2 SD/MI beserta contoh bahan atau materi ajar keterampilan membaca tersebut! 6. Jelaskan perbedaan proses mendengar, mendengarkan dan menyimak! 7. Jelaskan perbedaan (a) keterampilan menulis, (b) keterampilan membaca, (c) keterampilan berbicara, dan (d) keterampilan menyimak/mendengarkan dari sudut proses pembelajaran di kelas untuk tingkat SD/MI!

Note: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen dan kelas) dikumpul beserta lembaran jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan untuk menganalisis jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Genap)

Mata Kuliah : Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia MI/SD Kode Mata Kuliah : PGK 2120 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2009-2010 Semester/Kelas : Genap/II B Bobot : 2 Sks

1. Bagaimanakah cara menentukan tema dilihat dari: (a) sudut karangan yang telah selesai, (b) sudut proses penyusunan karangan! 2. Apakah tema dan topik mengandung perbedaan? Jelaskan jawaban Anda berdasarkan beberapa literatur/sumber bacaan! 3. Carilah 20 macam topik yang khusus. Kelompokkanlah masing-masingnya menurut jenisnya. Dari topik tersebut, mana yang dapat diperinci/dipersempit lagi? Tetapkan tujuan dari kedua puluh topik tersebut. Apakah dapat dibuat lebih dari satu tujuan bagi tiap-tiap topik itu? Jelaskan! 4. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam keterampilan menyimak/mendengarkan bagi peserta didik tingkat SD/MI! 5. Identifikasi dan jelaskan materi keterampilan menyimak apa saja yang disajikan Kurikulum KTSP pada kelas 3 dan kelas 4 semester 1 dan semester 2 SD/MI beserta contoh bahan atau materi ajar keterampilan menyimak/mendengarkan tersebut! 6. Jelaskan perbedaan proses mendengar, mendengarkan dan menyimak! 7. Jelaskan perbedaan (a) keterampilan menulis, (b) keterampilan membaca, (c) keterampilan berbicara, dan (d) keterampilan menyimak/mendengarkan dari sudut proses pembelajaran di kelas untuk tingkat SD/MI!

Note: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen beserta kelas) dikumpul beserta lembaran jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan untuk menganalisis jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Ganjil)

Mata Kuliah : Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia MI/SD Kode Mata Kuliah : PGK 2120 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (S1) Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2009-2010 Semester/Kelas : Genap/II C Bobot : 2 Sks

1. Bagaimanakah cara menentukan tema dilihat dari: (a) sudut karangan yang telah selesai, (b) sudut proses penyusunan karangan! 2. Apakah tema dan topik mengandung perbedaan? Jelaskan jawaban Anda berdasarkan beberapa literatur/sumber bacaan! 3. Carilah 20 macam topik yang khusus. Kelompokkanlah masing-masingnya menurut jenisnya. Dari topik tersebut, mana yang dapat diperinci/dipersempit lagi? Tetapkan tujuan dari kedua puluh topik tersebut. Apakah dapat dibuat lebih dari satu tujuan bagi tiap-tiap topik itu? Jelaskan! 4. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam keterampilan menyimak/mendengarkan bagi peserta didik tingkat SD/MI! 5. Identifikasi dan jelaskan materi keterampilan menyimak apa saja yang disajikan Kurikulum KTSP pada kelas 1 dan kelas 2 semester 1 dan semester 2 SD/MI beserta contoh bahan atau materi ajar keterampilan menyimak/mendengarkan tersebut!

6. Jelaskan perbedaan proses mendengar, mendengarkan dan menyimak! 7. Jelaskan perbedaan (a) keterampilan menulis, (b) keterampilan membaca, (c) keterampilan berbicara, dan (d) keterampilan menyimak/mendengarkan dari sudut proses pembelajaran di kelas untuk tingkat SD/MI!

Note: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan urutan nomor Anda pada absen kelas masing-masing) dikumpul beserta lembaran jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan untuk menganalisis jawaban mid semester ini di akhir jawaban! 3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok!

MID SEMESTER (UTS) (Jenis Soal: Genap)

Mata Kuliah : Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia MI/SD Kode Mata Kuliah : PGK 2120 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (S1)

Fakultas/Universitas : Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademik : 2009-2010 Semester/Kelas : Genap/II C Bobot : 2 Sks

1. Bagaimanakah cara menentukan tema dilihat dari: (a) sudut karangan yang telah selesai, (b) sudut proses penyusunan karangan! 2. Apakah tema dan topik mengandung perbedaan? Jelaskan jawaban Anda berdasarkan beberapa literatur/sumber bacaan! 3. Carilah 20 macam topik yang khusus. Kelompokkanlah masing-masingnya menurut jenisnya. Dari topik tersebut, mana yang dapat diperinci/dipersempit lagi? Tetapkan tujuan dari kedua puluh topik tersebut. Apakah dapat dibuat lebih dari satu tujuan bagi tiap-tiap topik itu? Jelaskan! 4. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam keterampilan menulis bagi peserta didik tingkat SD/MI! 5. Identifikasi dan jelaskan materi keterampilan menulis apa saja yang disajikan Kurikulum KTSP pada kelas 1 dan kelas 2 semester 1 dan semester 2 SD/MI beserta contoh bahan atau materi ajar keterampilan menulis tersebut! 6. Jelaskan perbedaan proses mendengar, mendengarkan dan menyimak! 7. Jelaskan perbedaan (a) keterampilan menulis, (b) keterampilan membaca, (c) keterampilan berbicara, dan (d) keterampilan menyimak/mendengarkan dari sudut proses pembelajaran di kelas untuk tingkat SD/MI!

Note: 1. Print out lembaran soal yang Anda kerjakan (Kriteria soal genap/ganjil ditentukan berdasarkan nomor urutan Anda pada absen kelas masing-masing) dikumpul beserta lembaran jawaban! 2. Buat daftar rujukan buku dan sumber yang Anda gunakan sebagai panduan untuk menganalisis jawaban mid semester ini di akhir jawaban!

3. Kejujuran dalam menjawab soal ini secara individu lebih diutamakan dan dihargai daripada menjawab soal secara berkelompok! Sunday, March 07, 2010 11:31 PM

PENALARAN DALAM KARANGAN MAHASISWA TINGKAT AWAL

PADA MKDU KEMAMPUAN BAHASA INDONESIA DI PERGURUAN TINGGI ( SUATU KAJIAN DAN ANALISIS WACANA TULIS )

Eka Rihan .K / 10822

Pascasarjana Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Negeri Padang

Abstrak

Artikel ini membahas mengenai pandangan dari beberapa point dan sudut pandang yang sangat penting dan harus diterapkan secara intensif dan berkelanjutan pada mahasiswa semester satu di Indonesia untuk tujuan akademik pada level dan tingkat universitas. Pandangan dalam artikel ini terdiri dari pemaparan pembelajaran bahasa Indonesia untuk tujuan akademis, ragam bahasa yang efisien dan efektif, penalaran dalam karangan, bangun karangan beserta contoh salah nalar yang ditemukan dalam karangan mahasiswa dalam proses pembelajaran di ruang kelas saat materi karangan disajikan dalam MKDU Kemampuan Bahasa Indonesia diberikan pada semester awal atau tingkat awal.

1. PENDAHULUAN

Bahasa Indonesia untuk tujuan akademik berhubungan dengan kecakapan dan keterampilan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia yang disyaratkan untuk maksud dan tujuan studi di perguruan tinggi (Robinson 1988 dan Swales 1985 dalam Moeliono, 209 :2004). Bahasa Indonesia untuk tujuan akademis (BITA) merupakan ancangan mempelajari bahasa Indonesia dengan bertolak dari kebutuhan mahasiswa agar dapat berkomunikasi dengan memadai dalam situasi sasaran, yaitu situasi akademik. Situasi sasaran itu perlu diidentifikasi fitur dan bentuk kebahasaannya yang mencoraki situasi itu.

Proses identifikasi fitur dan bentuk kebahasaan yang mencoraki situasi akademis itu disebut analisis kebutuhan atau analisis situasi sasaran. Menurut Widdowson (1981) dalam Moeliono, 209:2004), kebutuhan itu dapat mengacu ke lima konsep yang berbeda, tetapi berhubungan : (1) kebutuhan dapat mengacu ke sasaran yang harus dicapai mahasiswa, (2) kebutuhan dapat mengacu ke apa yang dipandang perlu oleh lembaga pengguna lulusan kuliah itu,(3) kebutuhan dapat mengacu ke usaha yang perlu dilakukan mahasiswa untuk memahiri BITA itu, (4) kebutuhan dapat mempunyai tafsiran apa yang oleh mahasiswa sendiri ingin dicapai dengan mata kuliah itu, (5) kebutuhan dapat berarti apa yang tidak diketahui atau yang kurang mampu

dilakukan mahasiswa. Dengan kata lain, ada kebutuhan sasaran yang mencakup kemahiran yang diperlukan dalam situasi sasaran, dan kebutuhan pelajaran, yaitu apa yang perlu dilakukan mahasiswa untuk dapat belajar. Yang jelas, BITA bukan kuliah bahasa bagi pemula. Mahasiswa yang mengikuti mata kuliah ini sekurang-kurangnya sudah sembilan tahun mempelajari bahasa Indonesia.

Cakupan BITA dari jurusan kemahiran bahasa, sama dengan pengajaran bahasa Indonesia umum, yakni menyimak dan membaca serta berbicara dan menulis. Yang berbeda adalah macam ragam keterampilan dalam konteks akademis. Masalah yang berhubungan dengan menyimak kuliah atau ceramah ialah pembuatan catatan dengan cepat yang juga diperlukan dalam membaca kepustakaan. Mahasiswa perlu diajari membuat catatan parafrasa, yakni pernyataan ulang tentang gagasan pengarang sumber dengan menggunakan kata, sintaksis dan gaya mahasiswa sendiri. Panjangnya kira-kira sama dengan teks asli. Selanjutnya, mahasiswa perlu dibiasakan membuat catatan rangkuman yang mencakup informasi pokok dan penting dalam teks sumber atau wacana. Tambahan lagi, mahasiswa perlu dimahirkan membuat kutipan langsung yang merekam dengan cermat semua kata dan pungtuasi dalam teks sumber. Membaca dalam BITA berhubungan dengan mengumpulkan informasi lewat pelayapan (skimming) dan pemindaian (scanning).

Belajar menulis dan mengarang dalam BITA merupakan kemahiran produktif yang kurang berkembang. Komunikasi lisan dalam BITA terabaikan karena dianggap kemahiran yang paling sedikit dibutuhkan. Padahal, kefasihan berbicara sangat penting tentang pengusaan bahasa per orang. Karena mengarang dalam BITA dianggap kebutuhan yang paling penting tetapi justru jarang dilatihkan. Di dalam artikel ini selanjutnya akan dipaparkan seluk beluk penyusunan karangan ilmiah. Paparan ini diawali dengan gambaran apa yang disebut dengan ragam bahasa yang efisien dan efektif. Kemudian peran penalaran dalam karangan dikemukakan agar proses berpikir secara logis menjadi nyata. Setelah itu akan dibahas mengenai bangun karangan.

2. PEMBAHASAN

2.1 RAGAM BAHASA YANG EFISIEN DAN EFEKTIF

Bahasa yang efisien adalah bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang dianggap baku, dengan mempertimbangkan kehematan katadan ungkapan. Aturan baku atau norma bahasa itu menjadi ukuran umum yang mengatasi variasi dialek atau perseorangan, bagi pemakaian bahasa yang betul dan yang patut menjadi contoh untuk diikuti. Bahasa yang efektif adalah bahasa yang mencapai sasaran yang dimaksudkan. Bahasa yang efektif adalah bahasa yang membuahkan efek atau hasil yang diharapkan pembicara karena cocok dengan peristiwa atau sesuai dengan keadaan yang menjadi latarnya. Di dalam komunikasi ujaran atau tulisan akademis dapat dimasukkan empat golongan:

1. paparan atau eksposisi, yang bertujuan pemahaman;

memberikan informasi, penjelasan, atau

2. bahasan atau argumentasi, yang bertujuan meyakinkan orang, membuktikan pendapat atau pendirian, ataupun membujuk orang agar mau menerima pernyataan atau uraian; 3. kisahan atau narasi, yang sifatnya bercerita, berdasarkan perekaan, dan baik berdasarkan pengamatan maupun

4. perian tau deskripsi, yang menggambarkan suasana dan alam sekitar yang sifatnya lebih banyakmengimbau pada pancaindera (Kramer et al. 1995 dalam Moeliono, 2004:211).

Tujuan utama eksposisi adalah pemberian informasi secara lengkap dan wajar. Karena itu, jenis paparan yang baik adalah pemakaian bahasanya yang jernih, ringkas dan lugas. Bahasan argumentatif dapat didengar dan dibaca dalam perdebatan dan karangan. Karena di dalam

argumentasi kita terikat pada argumen, atau alasan pendapat harus dijaga agar kita tidak melepaskan kembali penalaran, pada saat membujuk orang atau mengajukan pendapat. Maksud narasi adalah membuat cerita, mengisahkan secara berturut-turut suatu rangkaian peristiwa. Narasi ialah bentuk wacana yang paling lazim dipakai jika kita hendak menarik minat. Lewat perian atau deskripsi penyusunnya bermaksud agar khalayaknya dapat ikut melihat, mendengar atau merasa apa yang dilihat, didengar, atau dirasakan sendiri oleh penulis. Deskripsi atau perian sering dikombinasi dengan paparan, bahasan,dan lebih lagi dengan kisahan. Deskripsi dapat tertuang dalam dua bentuk: (1) deskripsi yang objektif atau teknis, dan (2) deskripsi sugestif atau impresionistik. Deskripsi objektif menuntut dari penulis/pembicara memberikan gambaran seakan-akan seperti gambar foto. Di dalam deskripsi sugestif, selain keterangan yang objektif, juga terungkap sikap emosional atau penilaian subjektif. Di dalam wacana ekspositoris dan argumentatif, peran penalaran sangat penting. Simpulan data yang ditemukan atau dari bahan bukti dapat diperolah lewat penalaran induktif, yang berawal dari yang khusus atau spesifik dan berakhir pada yang umum, dan penalaran deduktif yang bertolak dari kebenaran yang umum menuju ke simpulan yang khusus.

2.2 PENALARAN DALAM KARANGAN MAHASISWA TINGKAT AWAL

Di dalam karangan paparan dan persuasi, peranan logika sangat penting. Logika artinya bernalar; penalaran (reasoning) adalah proses mengambil simpulan (conclusion, inference) dari bahan bukti atau petunjuk (evidence), atau yang dianggap bahan bukti atau petunjuk. Secara umum ada dua jalan untuk mengambil simpulan: lewat induksi dan lewat deduksi. Induksi dapat ditafsirkan sebagai penalaran yang berawal pada yang khusus atau spesifik dan berakhir pada yang umum. Simpulan induktif selalu berupa generalisasi atau perampatan; artinya pernyataan itu selalu meliputi sejumlah besar peristiwa yang khusus. Banyak generalisasi induktif berdasarkan fakta, tetapi banyak juga yang hanya berdasarkan asumsi atau andaian. Andaian itu ialah fakta atau pernyataan yang dianggap benar walaupun belum atau tidak dapat dibuktikan. Pada induksi, kita mengamati sejumlah peristiwa khusus dan kemudian mengambil simpulan yang berupa generalisasi yang berlaku atas kejadian yang disaksikan itu dan kira-kira juga akan berlaku pada peristiwa yang sejenis pada waktu yang akan datang. Generalisasi induktif sering diperkuat oleh

contoh, perincian, penjelasan, pengkhususan, atau ilustrasi. Generalisasi yang berdasar cita rasa orang, atau keyakinan subjektif, tidak dapat disanggah atau dibuktikan salah tidaknya.

Misalnya : Orang jujur akan selamat.

Tuhan menghukum orang jahat.

Logika deduktif ialah kebalikan logika induktif. Deduksi sering disebut penalaran dari yang umum ke yang khusus untuk mencapai simpulan. Jadi, proses deduksi berlangsung dalam tiga tahap, (1) generalisasi sebagai pangkal bertolak, (2) penerapan generalisasi pada kejadian tertentu, (3) simpulan deduktif yang berlaku bagi peristiwa khusus itu. Hampir setiap putusan atau simpulan yang kita ambil berdasar pada deduksi, sedangkan generalisasi yang kita gunakan sering kita peroleh lewat pengamatan atau eksperimen orang lain. Di dalam proses deduksi hendaknya diperhatikan bahwa pengandaian atau generalisasi yang salah akan menghasilkan simpulan yang salah juga walaupun penalaran kita benar. Penalaran deduksi namanya silogisme yang terjadi dari tiga bagian, premis mayor, premis minor, dan simpulan. Yang disebut premis adalah pernyataan atau proposition yang menjadi dasar bagi argumentasi. Proposisi ialah isi pokok pernyataan dalam bentuk kalimat deklaratif atau menyuguhkan sesuatu atau mengingkarinya sehingga dapat dinilai benar atau tidak benar. Proposisi selanjutnya, baik dalam bentuknya yang positif maupun yang negatif, mungkin benar, mungkin tidak benar, mungkin juga menyangsingkan.

Premis mayor : Suatu generalisasi yang meliputi semua unsur kategori, banyak diantaranya, atau hanya beberapa unsur saja.

Premis monor : Penyamaan suatu obyek atau ide dengan unsur yang dicakup oleh premis mayor.

Simpulan : Gagasan yang dihasilkan oleh penerapan generalisasi dalam premis mayor pada peristiwa yang khusus dalam premis minor.

Misalnya:

Mahasiswa ilmu pendidikan harus mengikuti mata kuliah filsafat

(A)

(B)

AB

Saya mahasiswa ilmu pendidikan

(C)

(A)

CA

Saya harus mengikuti mata kuliah filsafat

(C)

(B)

CB

Sumber dan jenis ragam premis mayor yang mendasari simpulan deduktif, di samping generalisasi induktif, ialah tata nilai budaya, adat istiadat, agama, keyakinan, wawasan, telaah studi, politik, takhyul, dan pikiran sehat. Dalam paragraf yang bercorak penalaran induktif kalimat tumpuannya (topic sentence) biasanya berupa generalisasi induktif. Paragraf itu kemudian dikembangkan dengan hal yang khusus untuk menunjang perumusan itu. Dalam paragraf penalaran deduktif, kalimat topiknya biasanya suatu gagasan yang berupa simpulan silogisme, baik yang dinyatakan secara eksplisit maupun dengan implisit. Lazimnya, dalam paragraf seperti itu, premis mayor diandaikan saja dan tidak dinyatakan, sedangkan pengembangan paragraf akan berupa usaha membuktikan kesahihan premis minor.

2.3 SALAH NALAR

Salah nalar (fallacy) ialah gagasan, perkiraan atau simpulan yang keliru atau sesat. Pada salah nalar kita tidak mengikuti tata cara pemikiran dengan tepat. Telaah atas kesalahan itu membantu kita menemukan logika yang tidak masuk akal dalam tulisan. Di bawah ini ada sepuluh macam salah nalar yang telah ditemukan dalam karangan mahasiswa tingkat awal.

2.3.1 Deduksi yang Salah

Salah nalar yang amat lazim ialah simpulan yang salah dalam silogisme yang berpremis salah atau yang berpremis yang tidak memenuhi syarat.

Misalnya: Pengiriman manusia ke bulan hanya penghamburan. ( Premisnya: Semua eksperimen ke angkasa luar hanya penghamburan).

2.3.2 Generalisasi yang Terlalu Luas

Salah nalar ini disebut juga induksi yang salah karena jumlah percontohnya yang terbatas tidak mamadai. Harus dicatat bahwa kadang-kadang percontoh yang terbatas mengizinkan generalisasi yang sahih.

Misalnya : Orang Indonesia malas tetapi ramah. (Orang Indonesia ada yang malas dan ada juga yang tidak ramah).

2.3.3 Pemikiran atau ini, atau itu

Salah nalar ini berpangkal pada keinginan pada keinginan untuk masalah yang rumit dari dua sudut pandang (yang bertentangan) saja. Isi pernyataan itu jika tidak baik, tentu buruk; jika tidak betul, tentu salah: jika tidak putih, tentu hitam.

Misalnya : Petani harus bersekolah supaya terampil. (Apakah untuk menjadi terampil kita selalu harus bersekolah?)

2.3.4 Salah Nilai atas Penyebaban

Generalisasi induktif sering disusun berdasarkan pengamatan sebab dan akibat, tetapi kita kadang-kadang tidak menilai dengan tepat sebab suatu peristiwa atau hasil kejadian. Khususnya dalam hal yang menyangkut manusia, penentuan sebab dan akibat sulit sifatnya. Salah nilai atas penyebab yang lazim terjadi ialah salah nalar yang disebut post hoc, ergo propter hoc sesudah itu, maka karena itu.

Misalnya : Swie King jadi juara karena doa kita. (Lawan Swie King tentu juga didoakan para pendukungnya).

2.3.5 Analogi yang Salah

Analogi adalah usaha perbandingan dan merupakan upaya yang berguna untuk mengembangkan penalaran. Namun, analogi tidak membuktikan apa-apa dan analogi yang salah dapat menyesatkan karena logikanya salah.

Misalnya : Rektor harus memimpin universitas seperti jenderal memimpin divisi. (Universitas itu bukan tentara dengan disiplin tentara).

2.3.6 Penyimpangan Masalah

Salah nalar di sini terjadi jika argumentasi tidak mengenai pokok, atau jika kita menukar pokok masalah dengan pokok yang lain, ataupun jika kita menyeleweng dari garis.

Misalnya : Program Keluarga Berencana tidak perlu karena tanah di Kalimantan masih kosong (Manusia tidak bisa hidup dengan hanya memiliki tanah).

2.3.7 Pembenaran Masalah Lewat Pokok Sampingan

Salah nalar di sini muncul jika argumentasi menggunakan pokok yang tidak langsung berkaitan, atau yang remeh, untuk membenarkan pendiriannya. Misalnya, orang merasa kesalahannya dapat dibenarkan karena lawannya juga berbuat salah.

Misalnya : Saya boleh berkorupsi karena orang lain berkorupsi juga. (Korupsi dihalalkan karena banyaknya korupsi dimana-mana).

2.3.8 Argumentasi ad hominem

Salah nalar terjadi jika kita dalam argumentasi melawan orangnya dan bukan persoalannya. Khususnya di bidang politik, argumentasi jenis ini banyak dipakai.

Misalnya: Ia tidak mungkin pemimpin yang baik karena kekayaannya berlimpah. (Yang dipersoalkan bukan kepemimpinannya)

2.3.9 Imbauan pada Keahlian yang Disangsikan

Dalam pembahasan masalah, orang sering mengandalkan wibawa kalangan ahli untuk memperkuat argumentasinya. Mengutip pendapat seorang ahli sangat berguna walaupun kutipan itu tidak dapat membuktikan secara mutlak kebenaran pokok masalah. Misalnya : kita mengutip pendapat bintang film tentang pengembangan demokrasi.

2.3.10 Non Sequitur

Dalam argumentasi, salah nalar ini mengambil simpulan berdasarkan premis yang tidak, atau hampir tidak, ada sangkut pautnya.

Misalnya : Partai Rakyat Madani paling banyak cendekiawannya; karena itu usul-usulnya paling bermutu. (Tidak ada korelasi antara kecendekiaan dan kepandaian merumuskan usul).

2.4 BANGUN KARANGAN

Suatu karangan yang baik, apalagi yang bersifat ilmiah, memiliki bentuk yang baku. Ada ragangan yang dianut secara umum dan paragraf-paragraf pada tulisan pun bukannya tanpa bentuk atau aturan.

2.4.1 Ragangan (outline)

Peragangan adalah proses penggolongan dan penataan berbagai fakta, yang kadang-kadang berbeda jenis dan sifatnya, menjadi kesatuan yang berpautan. Tulisan yang menjadi hasilnya dapat disebut laporan, makalah, arikel, skripsi, tesis, atau disertasi. Tata susunan itu tidak

terbatas pada karangan dalam arti umumnya saja. Paragraf dan kalimat pun harus disusun secara cermat sehingga proses penalaran dapat dipahami dengan lancer. Susunan karangan umumnya terdiri atas (1) pembuka atau pengantar, (2) penutup, dan (3) sejumlah gagasan pokok atau pokok inti di antara kedua bagian itu. dan (3) sejumlah gagasan pokok atau pokok inti di antara kedua bagian itu. Rangkaian gagasan pokok itulah yang mewujudkan struktur karangan (ragangan buram) lewat penataan dan pengembangan oleh penulis.

Metode penyusunan yang banyak dipakai dalam tulisan paparan atau bahasan ialah memperinci topik karangan atas sejumlah pokok inti. Topik itu mengungkapkan masalah pokok yang harus dibahas dalam makalah atau uraian. (Kata topic biasanya diterapkan pada karangan yang (agak) singkat. Untuk buku, masalah pokoknya disebut subjek. Topic harus dibedakan dari judul. Judul karangan itu penting karena harus mampu menarik perhatian pembaca, tatapi judul bukanlah dasar yang baik untuk menyusun karangan. Acapkali judul baru dipikirkan setelah karangan selesai disusun. Jadi, yang pertama-tama harus diusahakan dalam penulisan karangan ialah topik yang tegas dan bukan judul yang menarik. Penulis karangan harus mulai dengan topik yang cakupannya terbatas, yang mudah dapat dipahami, jika ia bermaksud agar susunan pokok pembicaraannya jadi jelas bagi pembacanya.

Pembuka dan penutup merupakan bagian susunan karangan karena keduanya menyangkut struktur atau tatanannya. Namun, pembukaan dan penutup tidak harus sama panjangnya dengan batang tubuh karangan dan bobotnya pun tidak harus sama berat. Pembuka yang efektif bertujuan mengantar pembaca dengan langsung ke tengah-tengah persoalan dengan menjelaskan topik karangan. Jadi, kuncinya ada pada isi topik. Pembuka harus dapat membangkitkan minat sehingga pembaca ingin membaca lanjutannya.

3. SIMPULAN DAN SARAN

Belajar menulis dan mengarang dalam BITA merupakan kemahiran produktif yang kurang berkembang. Komunikasi lisan dalam BITA terabaikan karena dianggap kemahiran yang paling sedikit dibutuhkan. Padahal, kefasihan berbicara sangat penting tentang pengusaan bahasa per orang. Mengarang dalam BITA juga dianggap kebutuhan yang paling penting tetapi justru jarang dilatihkan.

Di dalam karangan paparan dan persuasi, peranan logika sangat penting. Logika artinya bernalar; penalaran (reasoning) adalah proses mengambil simpulan (conclusion, inference) dari bahan bukti atau petunjuk (evidence), atau yang dianggap bahan bukti atau petunjuk. Secara umum ada dua jalan untuk mengambil simpulan: lewat induksi dan lewat deduksi. Deduksi dan induksi berkaitan dengan logika atau penalaran. Salah nalar (fallacy) ialah gagasan, perkiraan atau simpulan yang keliru atau sesat. Pada salah nalar kita tidak mengikuti tata cara pemikiran dengan tepat. Telaah atas kesalahan itu membantu kita menemukan logika yang tidak masuk akal dalam tulisan atau karangan. Mahasiswa perlu memahami aspek yang terkandung dalam penalaran sebelum membuat sebuah karangan agar terhindar dari salah nalar. Perlu dilakukan penelitian lebuh lanjut mengenai aspek kesalahan penalaran dalam karangan mahasiswa agar salah nalar minimal dapat dihindari.

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti. 1990. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Alwi, Hasan. 2001. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Moeliono, Anton M. 2004. Pengajaran Bahasa Indonesia untuk Tujuan Akademis. Linguistik Indonesia Jurnal Ilmiah Masyarakat Lingustik Indonesia, 22(2) : 209-226.

Surajiyo. 2007. Dasar-dasar Logika. Jakarta : Bumi Aksara. Abtrak orang Sunday, February 28, 2010 10:18 PM ABSTRAK

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN MODEL STRATEGI PEMBELAJARAN TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

(PTK VIII A SMP Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009)

Sayidah Latifah, A 410 050 248, Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009, 93 halaman.

Tujuan penelitian ini adalah untuk 1) mengetahui aktivitas siswa pada bidang studi matematika melalui penerapan pendekatan kontekstual dengan strategi pembelajaran tipe Jigsaw, 2) mengetahui hasil belajar siswa melalui penerapan pendekatan kontekstual dengan strategi pembelajaran tipe Jigsaw. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyek yang melakukan tindakan dalam penelitian ini adalah guru matematika kelas VIII yang bekerjasama dengan peneliti serta rekan sesama peneliti sebagai pengamat, sedangkan subyek yang dikenai tindakan adalah siswa kelas VIII A SMP Muhammadiyah 8 Surakarta. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode pokok yang meliputi observasi dan tes tertulis serta metode bantu yang meliputi catatan lapangan, wawancara dan dokumetasi. Untuk menjamin validitas data digunakan teknik perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi teman sejawat, analisis kasus negatif dan member check. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan metode alur. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: 1) penerapan pendekatan kontekstual dengan model strategi pembelajaran tipe Jigsaw dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika, (a) keaktifan siswa dalam bertanya di akhir putaran mencapai 43,47%, (b) keaktifan siswa berinteraksi dalam kelompok mencapai 78,26%, (c) keaktifan siswa dalam menjawab atau memberikan tanggapan pada akhir putaran mencapai 52,17%, (d) keaktifan siswa dalam mengerjakan soal di depan kelas pada akhir putaran mencapai 43,47%, dan (e) keaktifan siswa dalam mengerjakan soal diskusi di buku catatan pada akhir putaran mencapai 91,3%. 2) peran aktif siswa dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika yang ditunjukan dengan adanya peningkatan ketuntasan belajar dan nilai rata-rata siswa. Ketuntasan belajar siswa mencapai 86,95% dan nilai rata-rata siswa pada akhir putaran mencapai 65,22%.

Kata kunci : pendekatan kontekstual, Jigsaw, keaktifan, hasil belajar

Anda mungkin juga menyukai