PENDAHULUAN
yang dikuasai dan dipilih melalui karya fiksi yang ditulisnya. Ide-ide yang telah
diolah melalui proses kreatif kebahasaan ini sejatinya akan menghasilkan karya
Sebagai karya kreatif, penyajian fiksi selalu dilakukan dengan cara baru, cara
lain, dan cara yang belum digunakan pada karya lain (Al-Ma’ruf, 2010: 2).
Penyajian karya sastra, dalam hal ini fiksi, dengan cara baru, cara lain, dan cara
yang belum digunakan pada karya lain tersebut terkait dengan usaha menyajikan
karya secara lebih mendalam sekaligus lebih indah. Walaupun begitu, berbagai
kebaruan dan kekhasan itu tetap berpijak pada fungsi dasar bahasa, yaitu sebagai
media komunikasi. Oleh karena itu, betapa pun usaha pengarang untuk menyajikan
1
sebagai orisinal dan estetisnya bahasa sebuah karya fiksi. Lebih jauh lagi,
pendidikan, hingga budaya. Pada konteks ini, khususnya ketika masuk ke dalam
kepada pemikiran atas nilai pendidikan (utile). Hal tersebut bukan perkara mudah,
sehingga nilai estetis dan imajinatifnya juga dapat dinikmati pembaca dari berbagai
kalangan (dulce).
Di antara karya fiksi yang mendapat penerimaan cukup luas sejak sepuluh
tahun terakhir adalah novel Negeri 5 Menara (2009) yang ditulis oleh Ahmad
Fuadi. Penerbitan ini kemudian diikuti penerbitan dua novel lain yang merupakan
lebih layak, mulai di daerah hingga luar negeri. Tema-tema tersebut sesungguhnya
telah banyak diangkat. Novel sebelumnya yang telah menyajikan tema sejenis
adalah tetralogi Laskar Pelangi (2009) yang ditulis oleh Andrea Hirata (Herfanda,
2009: 7a). Ahmad Fuadi pun secara tegas mengemukakan bahwa Andrea Hirata
2
Setyawan. Novel yang dipublikasikan tahun 2011 ini juga mengangkat kisah yang
mengakses pendidikan yang lebih baik untuk meraih kehidupan yang lebih baik
pula. Jika Ahmad Fuadi terinspirasi oleh Andrea Hirata, Iwan Setyawan justru
dan Rantau 1 Muara dengan cara baru, cara lain, dan cara yang belum digunakan
pada karya pendahulunya. Dengan berbagai latar belakang yang dimilikinya, mulai
melahirkan karya baru dengan kreativitas kebahasaan yang orisinal dan diminati.
3
Sehubungan dengan perbedaan zaman antara Ahmad Fuadi dengan para pengarang
universitas umum dalam dan luar negeri, gaya Ahmad Fuadi lekat dengan berbagai
kondisi tersebut yang secara otomatis juga lekat dengan kehidupan tokoh Alif Fikri.
Indonesia yang menjadi bahasa utama pada trilogi Negeri 5 Menara. Selain latar
belakang tersebut, Ahmad Fuadi juga mantan jurnalis yang telah banyak bergelut
dengan tulisan yang cenderung lugas dan menarik. Gaya jurnalis ini sedikit-banyak
Dua hal yang merupakan potensi pengkajian karya fiksi adalah makna dan
stile. Hal ini sesuai dengan pandangan dualisme yang memisahkan dan
Pandangan ini secara implisit menunjukkan bahwa bahasa memiliki peran strategis
atas keberterimaan sebuah karya fiksi. Hal ini sekaligus mengamini pernyataan Jean
Paul Sartre yang mengatakan bahwa seseorang menjadi sastrawan bukan karena
telah mengatakan sesuatu, melainkan karena talah memilih cara untuk mengatakan
sesuatu (Nurgiyantoro, 2014b: 71). Cara pada konsep ini dapat dimaknai sebagai
4
Berdasarkan pembacaan awal, Negeri 5 Menara syarat dengan istilah dan
kekhasan yang disampaikan dalam bahasa yang disesuaikan dengan situasi dan
konteks penceritaan. Hal tersebut dikemas secara kreatif oleh Ahmad Fuadi dengan
sesungguhnya biasa, oleh Ahmad Fuadi mampu disajikan secara dramatis bahkan
jenaka (Herfanda, 2009: 7a). Tanpa adanya kreativitas, dialog, peribahasa, pesan
moral, dan nilai pendidikan yang notabene permasalahan klasik, serta istilah dalam
dan keberterimaan sebuah karya fiksi adalah aspek leksikal, gramatikal, kohesi,
pemajasan, penyiasatan struktur, citraan, deviasi bahasa, serta nada dan suasana. Di
peribahasa man jadda wajada, man shabara zhafira, dan man saara ala darbi
washala sesungguhnya sudah dikenal lama dalam tradisi Islam. Secara semantis,
ketiganya juga banyak terkandung pada peribahasa sejenis dalam berbagai bahasa
Menara. Kenyataan ini tentu saja menambah bukti keberterimaan trilogi Negeri 5
karya fiksi, khususnya pada novel Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna, dan Rantau
5
1 Muara. Sebagai aspek yang strategis, kebahasaan dalam karya fiksi sudah
B. Identifikasi Masalah
Bidang kajian stilistika meliputi aspek yang cukup luas. Secara umum karya
sastra terbagi menjadi fiksi, puisi, dan drama. Beberapa aspek kestilistikaan dapat
diterapkan untuk mengkaji jenis tertentu pula. Dalam kaitannya dengan kajian
kebahasaan Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna, dan Rantau 1 Muara, aspek stilistika
penyiasatan struktur, citraan, nada dan suasana, deviasi bahasa, beserta fungsinya.
berkaitan dengan stilistika dalam novel Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna, dan
penyiasatan struktur, citraan, nada dan suasana, deviasi bahasa, beserta fungsi stile
Untuk efektivitas kerja penelitian, aspek deviasi bahasa tidak diteliti secara khusus
6
melainkan terintegrasi dengan aspek-aspek lain begitu juga dengan nada dan
suasana yang terintegrasi dengan fungsi stile. Oleh karena itu, fokus sekaligus
1. Bagaimanakah wujud dan fungsi stile aspek leksikal dalam novel Negeri 5
2. Bagaimanakah wujud dan fungsi stile aspek gramatikal dalam novel Negeri 5
3. Bagaimanakah wujud dan fungsi stile aspek kohesi dalam novel Negeri 5
4. Bagaimanakah wujud dan fungsi stile aspek pemajasan dalam novel Negeri 5
5. Bagaimanakah wujud dan fungsi stile aspek penyiasatan struktur dalam novel
Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna, dan Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi?
6. Bagaimanakah wujud dan fungsi stile aspek citraan dalam novel Negeri 5
D. Tujuan Penelitian
1. Wujud dan fungsi stile aspek leksikal dalam novel Negeri 5 Menara, Ranah 3
2. Wujud dan fungsi stile aspek gramatikal dalam novel Negeri 5 Menara, Ranah
7
3. Wujud dan fungsi stile aspek kohesi dalam novel Negeri 5 Menara, Ranah 3
4. Wujud dan fungsi stile aspek pemajasan dalam novel Negeri 5 Menara, Ranah
5. Wujud dan fungsi stile aspek penyiasatan struktur dalam novel Negeri 5
6. Wujud dan fungsi stile aspek citraan dalam novel Negeri 5 Menara, Ranah 3
E. Manfaat Penelitian
mendapatkan perhatian luas dan mendalam dibanding bidang lain dalam kajian atau
Warna, dan Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi dan (2) menjadi referensi untuk
kajian sastra dari sudut pandang stilistika di sekolah dan perguruan tinggi.